studi untuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas dan strategi bisnis pada...
DESCRIPTION
pemanfaatan teknologiTRANSCRIPT
1
STUDI UNTUK PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK AKTIVITAS
DAN STRATEGI BISNIS PADA UMKM BATIK
(STUDI KASUS PADA KOMUNITAS BATIK LAWEYAN, KOTA SOLO)
Ahmad Budi Setiawan
Pusat Litbang Aplikasi Telematika dan Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi,
Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika
ABSTRACT
This research aims to study the solutions about the use of Information and
Communication Technology (ICT) in Micro Small Medium Enterprises (MSMEs)
batik entrepreneurs business activity of Community Laweyan. This research also
described a portrait of the conditions in the utilization of ICT from latest business
activities of SMEs batik industry in Laweyan Community. Besides it will also be
described as portraits of ICT in Solo city, Surakarta and the readiness of the ICT
infrastructure that was provided by government. The final results of this study
concluded that by utilizing ICT, expected business activity in batik entrepreneurs of
Laweyan Community become more effective and efficient.
Keywords : Information and Communication Technology, utilization, Micro Small
Medium Enterprises (MSMEs), business activity
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari solusi tentang pemanfanfaatan teknologi
informasi dalam aktivitas bisnis para pengusaha batik Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Komunitas Laweyan. Dalam penelitian ini juga dideskripsikan potret
kondisi pemanfaatan TIK dalam aktivitas bisnis UMKM industri batik Komunitas
Laweyan terkini. Disamping itu juga akan dideskripsikan potret TIK kota Solo,
Surakarta beserta kesiapan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah. Hasil
akhir dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan memanfaatkan teknologi
informasi, diharapkan aktivitas bisnis para pengusaha batik Komunitas Laweyan
menjadi lebih efektif dan efisien.
Kata kunci : Teknologi Informasi dan Komunikasi, pemanfaatan, Usaha Mikro Kecil
dan Menengah, aktivitas bisnis.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perhatian dan inisiatif ditujukan untuk
pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) oleh berbagai pihak, baik
pemerintah maupun lembaga swasta. Peran UMKM dalam perekonomian sebuah
negara, termasuk Indonesia, memang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh karena
sektor UMKM di Indonesia terbukti telah memebantu menyerap tenaga kerja,
2
berdasarkan data BPS DAN KEMENTERIAN kukm TAHUN 2005, Sebanyak 99,9%
pelaku usaha di Indonesia adalah UKM bahkan proporsi penyerapan tenaga kerja
sebesar 99,49%. Selain itu mempunyai andil terhadap pertambahan nilai ekspor dan
Produk Domestik Bruto (PDB)1.
Meskipun peran UMKM sangat strategis, namun ketatnya kompetisi, terutama
menghadapi perusahaan besar dan pesaing modern lainnya telah menempatkan
UMKM dalam posisi yang tidak menguntungkan. Di Indonesia, sebagian besar
UMKM menjalankan usahanya dengan cara-cara tradisional, termasuk dalam
produksi dan pemasaran.
Permasalahan seperti inipun juga menjadi kendala yang dihadapi oleh para
pengusaha pelaku UMKM dan juga Pemerintah kota Surakarta yang berperan
membina para pelaku UMKM dalam memberdayakan sektor usaha kerakyatan yang
startegis tersebut. Faktor-faktor yang dominan membatasi perkembangan usaha
UMKM antara lain yaitu: persaingan (persaingan klaster, persaingan domestik dan
persaingan luar negeri), penyelundupan, kebjakan ekonomi, kebijakan harga,
permodalan dan manajerial, penguasaan teknologi, termasuk penguasaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam upaya pengembangan bisnis pada usaha UMKM.
Kota Solo, Surakarta merupakan daerah penghasil dan pengolahan batik
terkenal di Indonesia. Sebagian besar industri batik di kota Solo, Surakarta masih
dikategorikan dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tingkat
pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah Batik di kota Solo, Surakarta seusai
pengakuan UNESCO, mencapai 35 hingga 50 persen. Jumlah ini merupakan jumlah
yang cukup besar untuk mendorong sektor perekonomian rakyat.
Salah satu Komunitas industri batik terkenal dari Kota solo adalah Komunitas
Laweyan yang berada di Kelurahan Laweyan. Komunitas ini menghasilkan banyak
pelaku bisnis UMKM industri batik yang potensial untuk mendorong perekonomian
rakyat melalui sektor UMKM bahkan industri ini sangat potensial untuk menjadi
besar dan bertaraf internasional. Agar dapat berkompetisi dalam persaingan bisnis
secara sehat maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi
dan menjawab tantangan yang dihadapi. Peningkatan mutu produk dan layanan akan
menjadi focus utama guna meningkatkan kualitas kepuasan konsumen sebagai tolok 1 Yan Rianto, Budi Triono, Chichi Shintia L, Studi Faktor-Faktor Determinan Kemampuan Inovasi
UKM, LIPI Press, 2006. hal 1-2
3
ukur pencapaian keberhasilan bisnis. Selain itu peningkatan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan perusahaan akan meningkatkan laba disisi perusahaan serta pengurangan
biaya yang akan membawa manfaat pada harga jual produk dan jasa yang lebih
kompetitif.
Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan
peluang-peluang baru yang dapat mengatasi sebagian masalah UMKM tersebut
terutama UMKM industri batik. Meskipun bukan merupakan permasalahan yang
utama, namun peluang yang dibawa oleh TIK sangat besar, dan berdasarkan
kenyataan yang ditemukan, menunjukkan bahwa adopsi TIK oleh sektor UMKM
masih belum maksimal dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Melalui
pemahaman peran strategis yang dapat dimainkan oleh TIK, terkait dengan
pendekatan baru pemasaran, berinteraksi dengan konsumen, dan bahkan
pengembangan produk dan layanan, diharapkan dapat membantu pemberdayaan serta
pengembangan usaha UMKM dengan adopsi TI oleh UMKM di Surakarta.
Pemanfaatan TIK dapat memfasilitasi perkembangan aktivitas perekonomian.
Dalam sektor perekonomian, khususnya aktivitas bisnis/usaha, dengan pemanfaatan
TIK, pengetahuan tentang bagaimana berkompetisi secara sempurna dan informasi
tentang siapa yang terbaik sudah tersedia. Kreativitas yang efektif, penggunaan dan
diseminasi pengetahuan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan serta perkembangan sosial yang saling menguntugkan.
Kemajuan di bidang TIK juga mendukung perkembangan teknologi internet.
Dalam pemanfaatan TIK untuk pengembangan usaha, teknologi internet dapat
dimanfaatkan untuk pertukaran informasi, katalog produk, media promosi, surat
elektronik, bulletin boards, kuesioner elektronik, dan mailing list. Pemanfaatan TIK
juga dapat digunakan untuk berdialog, berdiskusi, dan konsultasi dengan konsumen
secara on-line, sehingga konsumen dapat dilibatkan secara proaktif dan interaktif
dalam perancangan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan produk.
Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk
pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis,
seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Pemasaran di Internet
cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang
baku. Sedangkan pemasaran konvensional, barang mengalir dalam partai-partai besar,
4
melalui pelabuhan laut, pakai kontainer, distributor, lembaga penjamin, importir, dan
lembaga bank. Pemasaran konvensional lebih banyak yang terlibat dibandingkan
pemasaran lewat internet. Pemasaran di internet sama dengan direct marketing,
dimana konsumen berhubungan langsung dengan penjual.
Pemanfaatan TIK dapat memfasilitasi perkembangan aktivitas perekonomian.
Dalam sektor perekonomian, khususnya aktivitas bisnis/usaha, dengan pemanfaatan
TIK, pengetahuan tentang bagaimana berkompetisi secara sempurna dan informasi
tentang siapa yang terbaik sudah tersedia. Kreativitas yang efektif, penggunaan dan
diseminasi pengetahuan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan serta perkembangan sosial yang saling menguntungkan. Dengan
demikian pemanfaatan TIK merupakan kata kunci kemampuan berkompetisi secara
global2.
B. Permasalahan
Sejauh ini pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya
pemanfaatan internet atapun intranet untuk menunjang aktivitas bisnis dan strategi
bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan, masih terbilang cukup minim.
Secara garis besar, dalam sebuah organisasi bisnis atau usaha, internet biasa
digunakan untuk komunikasi keluar dengan pihak ketiga sedangkan intranet
umumnya digunakan untuk kepentingan internal organisasi. TIK terutama internet
lebih sering digunakan untuk alat pertukaran informasi.
Adapun permasalah kurang maksimalnya pemanfaatan TIK untuk menunjang
aktivitas bisnis dan startegi bisnis yang dihadapi, timbul karena para pelaku bisnis
UMKM industri batik Komunitas Laweyan, sebagian besar adalah kalangan tua,
mereka masih kurang memahami secara mendalam mengenai pemanfaata internet
bahkan komputer. Pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan yang
terbilang belia pun belum sepenuhnya memanfaatkan TIK. Sebagian besar dari pelaku
bisnis tersebut masih bersikap konservatif terhadap TIK sehingga penetrasinya masih
sangat lamban. Berbeda dengan pelaku bisnis usaha yang besar, mereka sangat peduli
terhadap pemanfaatan TIK untuk aktivitas dan strategi bisnis. Oleh karena itu, ada
beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini, antara lain; 2 Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, Daya Saing Bangsa & Pemanfaatan Teknologi Informasi
Komunikasi, Balitbang SDM. Kominfo, 2008. hal. 2
5
1. Bagaimana strategi dan kesiapan SDM para pelaku bisnis UMKM
industri batik Komunitas Laweyan di Solo dalam memanfaatkan TIK
untuk aktivitas bisnis mereka.
2. Apa peran serta pemerintah dalam membina dan menyediakan
infrastruktur TIK yang tepat untuk dimanfaatkan oleh para pelaku
bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan untuk tumbuh-
kembang bisnis mereka.
C. Tinjauan Teori
Peran Teknologi Informasi & Komunikasi
Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) mempunyai 5 (lima) peran utama,
antara lain untuk meningkatkan; (1) efisiensi, (2) efektivitas, (3) komunikasi, (4)
kolaborasi dan (5) kompetitif. Teknologi Informasi & Komunikasi digunakan untuk
pengolahan transaksi atau Transaction Processing System (TPS) yang bertujuan untuk
menggantikan pengolahan transaksi yang dilakukan oleh manusia dengan teknologi
sistem teknologi informasi. TIK yang berorientasi ke TPS saja, lebih berperan untuk
meningkatkan efisiensi. Peran TIK yang kedua, yaitu efektifitas dapat dipenuhi
dengan pemanfaatan aplikasi TIK dalam berbagai proses, tidak hanya produksi tetapi
juga dalam proses manajemen dan distribusi. Aplikasi ini menyediakan informasi
bagi para pengambil keputusan dalam suatu organisasi bisnis untuk mengambil
keputusan lebih efektip dengan dukungan sumber data yang terintegrasi hingga
membentuk suatu sistem informasi pendukung dalam pengambilan suatu keputusan3.
Peran ketiga dan keempat dari TIK adalah untuk komunikasi dan kolaborasi
dipenuhi dengan menerapkan OAS (Office Automation System) yang
mengintegrasikan pengguna TIK secara elektronik. Dalam wujud nyata, peningkatan
komunikasi dicapai dengan menggunkan e-mail dan chat, lalu peningkatan kolaborasi
dicapai dengan menggunakan video conference dan teleconference. Sedangkan peran
kelima dari TIK adalah untuk meningkatkan daya kompetisi yang dapat dipenuhi
dengan memanfaatkan strategic information system (SIS). Dimana, sistem ini
bermanfaat untuk mengimplementasikan strategi untuk keunggulan kompetisi.
3 Jogiyanto HM, MBA, PhD. “ Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal. 81
6
Aplikasi Teknologi Informasi & Komunikasi
Sebagaimana dijelaskan, peran TIK memberi dampak luar biasa dalam
globalisasi. Penggunaan TIK menghapus batas ruang dan waktu sehingga
menggoyahkan paradigma lama. Serangkaian pekerjaan yang biasa dilakukan oleh
manusia, saat ini sudah dapat dibantu bahkan digantikan dengan kecanggihan aplikasi
Teknologi Informasi & Komunikasi. Semuanya bertujuan untuk membuat suatu
pekerjaan menjadi efektip dan efisien. Dalam suatu organisasi bisnis, fungsi-fungsi
organisasi dapat diterapkan dengan menggunakan aplikasi TIK. Dalam suatu
organisasi bisnis pada umumnya, terdapat beberapa fungsi, diantaranya adalah; fungsi
akuntansi, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan keuangan. Fungsi-fungsi
tersebut, lebih lanjut dapat diimplementasikan menggunakan fungsi-fungsi TIK yang
mengadopsi pola kerja manual menjadi sebuah sistem terintegrasi dan pada
pemanfaatannya dapat bergantung pada level penggunaan sistem tersebut.
Dalam suatu organisasi bisnis, untuk level menengah kebawah, Sistem TIK
dimanfaatkan untuk efisiensi proses, seperti contohnya; Sistem Informasi Akuntansi
dan Keuangan (SIAK) atau Accounting and Financial Information System, Sistem
Informasi Pemasaran (SIP) atau Marketing Information System, Sistem Informasi
Sumber Daya Manusia (SISDM) atau Human Resource Information System, Sistem
Informasi Produksi (SISPRO) atau Production Information System dan lain
sebagainya. Namun untuk manajemen level menengah keatas, sistem TIK dapat
digunakan dengan tujuan untuk efektifitas proses, sebagai contoh, antara lain; Sistem
Penunjang Keputusan (Decission Support System), Sistem Pakar (Expert System),
Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) dan sebagainya4.
TIK yang diterapkan secara eksternal merupakan sistem teknologi informasi
internal yang digunakan untuk menghubungkan pihak internal suatu organisasi
dengan pihak eksternal organisasi seperti konsumen atau pihak ketiga menggunakan
perangkat teknologi telekomunikasi dengan tujuan agar proses komunikasi bisnis
lebih efektip. Sistem TIK yang terhubung dengan organisasi eksternal lainnya di luar
organisasi tersebut secara umum di kenal sebagi interorganization system. Pada
dasarnya sistem ini bertujuan untuk pertukaran dokumen secara elektronik. Dengan
kecanggihan TIK, sangat memungkinkan untuk menciptakan keunggulan kompetisi. 4 Jogiyanto HM, MBA, PhD. “ Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal.
219
7
Aplikasi TIK inilah yang sering disebut dengan Sistem Informasi Stratejik (Strategic
Information System).
Implemantasi Teknologi Untuk Penunjang Aktivitas Internal Bisnis
Dalam sebuah industri secara umum, setidaknya ada dua aktivitas besar dalam
proses produksi untuk mendukung kenggulan kompetisi bisnis, yaitu; Aktivitas Utama
(Primary Activities) dan Aktivitas Pendukung (Support Activities). Dimana aktivitas
utama pada proses produksi tersebut antara lain; inbound logistic (pasokan sumber
daya material yang masih mentah), outbound logistic (serah terima produksi bahan
jadi), production, Sales & Marketing, dan Service. Adapun aktivitas pendukung terdiri
dari empat aktivitas, yaitu; Infrastruktur Perusahaan (firm infrastructure), Sumber
Daya Manusia (human resource), Pengadaan Sumberdaya (procurement) serta Riset
dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)5.
Infrastruktur Perusahaan itu sendiri merupakan suatu proses manajemen dan
layanan administratif (management and administrative service), dimana kegiatannya
meliputi; manajemen akuntansi dan keuangan, manajemen administrasi penjualan,
manajemen kepegawaian, dan lain sebagainya, semua aktivitas manajemen
infrastruktur ini ditujukan untuk mendukung proses produksi dalam hal inventarisasi
sumber daya perusahaan untuk memudahkan pihak pengambil keputusan dalam
melakukan tindakan pengambilan keputusan yang strategis. Selain itu layanan
administratif ditujukan untuk mendukung produktifitas sumberdaya manusia yang
bekerja pada suatu perusahaan (industri) tersebut.
Sebagaimana dijelaskan oleh Michael Porter (1985), bahwa dalam pencapaian
keunggulan dalam kompetisi bisnis, maka kedua jenis aktivitas besar yang mencakup
sembilan aktivitas proses suatu perusahaan tersebut harus memiliki nilai tambah dan
terus menerus ditingkatkan secara simultan dan kesembilan kegiatan tersebut harus
dilakukan secara efisien dan efektif. Nilai disetiap aktivitas, dari satu aktivitas akan
dibawa menuju aktivitas lainnya dan harus menambah nilai pada aktivitas berikutnya
dan begitu seterusnya dilakukan secara simultan, agar hingga akhir dari seluruh
aktivitas akan sangat bernilai6. Model ini merupakan mata rantai dalam proses
5 Porter, M.E, “Competitive Advantage”, The Free Press, New York USA. 1998
6 Jogiyanto HM, MBA, PhD. “ Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2003. Hal.
378
8
aktivitas suatu perusahaan (industri) dan Michael Porter menyebutnya sebagai suatu
mata rantai nilai (value chain).
Gambar 1: Model Supply Chain oleh Michael Porter
Setiap aktivitas dalam suatu oraganisasi termasuk organisasi industri harus
memberikan kontribusi terhadap pencapaian nilai yang diharapkan. Jika dilihat secara
umum pada model supply chain oleh Michael Porter, maka tiap aktivitas saling
berintraksi satu dengan yang lainnya. Jika kita melihat secara keseluruhan organisasi
industri, agar bisnis suatu industri dapat menjadi unggul dalam suatu kompetisi bisnis,
maka industri tersebut harus memeiliki pemikiran yang startegis dan juga melakukan
suatu inovasi dalam proses bisnisnya. Salah satu inovasi yang perlu dilakukan yaitu
suatu inovasi teknologi.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan
data dengan pengamatan di lapangan, serta wawancara mendalam dengan
menitikberatkan pada penggalian informasi terhadap data primer berupa informasi
mengenai pelaku/informan, tempat dan peristiwa melalui informan terdiri dari pelaku
bisnis UMKM industri batik, pemerintah, akademisi dan asosiasi serta masyarakat
pecinta atau konsumen batik. Data sekunder dari berbagai referensi pustaka dan
dokumen yang relevan serta data sekunder pelengkap lainnya yang berasal dari situs
pemerintahan setempat.
Riset dan Pengembangan (technology development)
Infrastruktur (management and administrative services)
Pengadaan Sumber Daya (procurement)
Penyimpahan
bahan mentah
(inbound
logistics)
Pemasaran
dan penjualan
(marketing
and sales)
operasional Penyimpanan
barang jadi
(outbound
logistics)
Servis
purna
jual
Sumber Daya Manusia (human resource management)
Keunggulan
kompetitif
9
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus pemanfaatan TIK pada
industri batik pada Komunitas Laweyan di kota Solo, Surakarta sebagai salah satu
kampung sentra industri batik. Pembahasan penelitian diawali dengan
mendeskripsikan potret atau kondisi pemanfaatan TIK dalam aktivitas bisnis UMKM
industri batik Komunitas Laweyan terkini disamping itu juga akan dideskripsikan
potret TIK kota Solo, Surakarta beserta kesiapan infrastruktur yang disediakan oleh
pemerintah. Hasil akhir penelitian adalah rekomendasi mengenai pemanfaatan TIK
pada pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan di kota Solo, Surakarta.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Solo, Surakarta
Kota Solo, Surakarta dibagi menjadi lima kecamatan. Setiap kecamatan dibagi
menjadi kelurahan, lalu setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-kampung yang
kurang lebih setara dengan Rukun Warga. Kecamatan di Surakarta: Kecamatan
Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan),
Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan7.
Berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 8
tahun 2006,
jumlah penduduk Kota Solo, Surakarta mencapai 512.898 jiwa dengan rasio jenis
kelamin sebesar 98,31 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan
terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Solo,
Surakarta pada Tahun 2006, tingkat tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan
mencapai angka 19.738.
Menurut data yang didapatkan dari situs UMKM-SOLORAYA, yang berisi
informasi seputar UMKM meliputi wilayah eks Karesidenan Surakarta atau lebih
dikenal dengan nama Subosuka Wonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri dan Klaten), Persentase UMKM di Kota Solo berdasarkan
skala usaha, memiliki sebaran sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2 berikut;
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta
8 http://www.bappeda.surakarta.go.id/populasi
10
Gambar 2: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan skala usaha
Adapun persentase variasi UMKM di Kota Solo berdasarkan sektor usaha
ditunjukkan pada Gambar 3. dan persentase UMKM di Kota Solo berdasarkan
orientasi cakupan pemasaran ditunjukkaan pada Gambar 4, berikut ini;
Gambar 3: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan sektor usaha
Gambar 4: Persentase UMKM kota Solo berdasarkan orientasi pemasaran
Usaha Mikro
38%
Usaha Menengah
29%
Usaha Kecil
33%
43%
32%
13%
7% 5%
IndustriPengolahan
Perdagangan
Jasa
Pertanian
Pengangkutan
31%
25%
30%
14%
Lokal
Regional
Nasional
ekspor
11
Kota Solo, Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena
secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa.
Dari sisi budaya, Solo merupakan daerah penghasil dan pengolahan batik terkenal di
Indonesia. Beberapa usaha batik terkenal dari Solo adalah Batik Keris dan Batik
Danarhadi. Pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer. Batik Solo
memiliki ciri pengolahan yang khas, yaitu warna kecoklatan (sogan) yang mengisi
ruang bebas warna, motif batik khas Solo dikenal juga dengan motif parang. Berbeda
dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung
gelap mengikuti kecenderungan batik pedalaman.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Solo, Febrie Roekmie mengatakan
bahwa9; “Tingkat pertumbuhan industri dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Batik di
Solo, seusai pengakuan UNESCO, mencapai 35 hingga 50 persen. Pertumbuhan
pelaku UKM tersebut tidak hanya berpusat di komunitas-komunitas Kampung Batik
tertentu saja, namun juga merata di seluruh wilayah Kota Solo. Pelaku batik yang
banyak bermunculan sejak 2009 hingga sekarang berkembang lebih spesifik”.
Koordinator Mataya Art & Hertitage, Heru Prasetya10
, mengharapkan pada
saatnya akan terjadi link and match antar pelaku industri batik sebagai produsen,
investor dan konsumen, yang prinsipnya saling menguntungkan, oleh karena itu, perlu
adanya suatu terobosan untuk merekatkan hubungan perajin-perajin batik, UKM
batik, UKM handycraft batik dengan konsumen, memberdayakan ekonomi Kota Solo
serta mengokohkan Kota Solo sebagai Kota Batik dan mendorong pertumbuhan
industri kreatif batik.
Potret TIK Kota Solo
Melihat potret potensi TIK di kota Solo, Drs. Djoko Waskito, MM, Ka. Bid
Kominfo, Dinas Kominfo Kota Solo, Surakarta mengatakan11
; Infrastruktur TIK di
kota Surakarta masih sangat minimal jika dibandingkan dengan kota besar lainnya
seperti Yogyakarta. Pemanfaatan TIK hanya sebatas pemanfaatan internet pada
umumnya. Pihak Pemerintah hanya menyediakan 16 titik hot spot dibeberapa tempat
yang dianggap sebagai pusat keramaian dan aktivitas masyarakat untuk mengakses
9 Wawancara dilakukan di pada tanggal 25 Maret 2010
10 Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010
11 Wawancara dilakukan di pada tanggal 24 Maret 2010
12
internet menggunakan teknologi wi-fi. Untuk pemanfaatan infrastruktur Fiber Optic
(FO), kota Solo adalah paling terdahulu dalam pemanfaatannya jika dibandingkan
dengan kota-kota lain di Jawa Tengah. Selain itu untuk lingkungan pemerintah kota
Solo, telah dilakukan kerjasama dengan BPPT dalam instalasi aplikasi e-office
kantaya, yang merupakan produk dari BPPT, namun dalam aplikasinya belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Masih menurut Drs. Djoko Waskito, MM, diungkapkan bahwa; Untuk
memenuhi kebutuhan infrastruktur perangkat keras TIK, Pemerintah Kota, dalam hal
ini Dinas Komunikasi dan Informatika, bekerjasama dengan Telkom dalam instalasi
hot spot dibeberapa tempat pusat aktifitas serta akses internet dan dengan
APKOMINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia) berupa subsidi Perangkat
Keras seperti PC Desk atau Note Book kepada UMKM dan sekolah. Dalam hal ini,
pemerintah menjembatani / memfasilitasi kerjasama tersebut berikut mengeksekusi
harga.
Selain dalam bentuk infrastruktur fisik, Pemerintah Kota lebih memfokuskan
dukungannya kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
bentuk infrastruktur non-fisik, yaitu dengan menyediakan sebuah website;
www.destinationsolo.com, yang kontennya berisi tentang pariwisata dan memasarkan
serta mempromosikan hasil industri UMKM masyarakat kota Solo.
Seorang sumber dari kalangan akademisi, Bapak. Sutikno12
, Save Access
Terminal Engineer. Puskom UNS, mengatakan bahwa Pemerintah Kota Solo
menggandeng pihak lain dalam pembuatan dan maintenace website resmi;
www.destinationsolo.com, pihak lain tersebut adalah; Puskom UNS dan PT. PIMEKO
(Piranti Media Komunika), dimana pembutan website digarap oleh Puskom UNS dan
dalam hal pengelolaan dilakukan oleh PT. PIMEKO. Hal ini didasari oleh ide bahwa
kedepan, website ini akan dikelola oleh pihak swasta. Dalam hal pengembangan bisnis
untuk pengusaha kecil/UMKM, pihak akademisi yang dibantu oleh pemerintah
setempat melalui Dinas Koperasi & UKM dan Dinas Perindutrian & Perdagangan,
sering kali melakukan pelatihan (training) mengenai pengembangan usaha dan juga
pelatihan pemanfaatan TIK dalam usaha, seperti pelatihan; desain grafis, web desain,
e-commerce, web marketing.
12
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010
13
Untuk mengakses Kota Solo di mana pun berada cukup klik
www.surakarta.go.id. Kita bisa melihat mulai dari sejarah, pejabat pemerintahan,
pariwisata, pendidikan, industri perdagangan, pasar tradisional, kesehatan,
kependudukan, pelayanan publik, dan situs lainnya. Begitu pula untuk melihat
beberapa sudut Kota Solo secara online, bisa klik melalui www.solocityview.com.
Dalam rangka mengakselerasi perkembangan potensi daerah yang dimiliki,
pemerintah daerah Kota Solo, Surakarta secara bertahap membangun Solo Techno
Park (STP). STP diharapkan mampu mensinergikan bidang-bidang unggulan secara
terintegrasi, berbasiskan teknologi dan Bisnis dengan R&D dan inovasi terus-
menerus. STP merupakan pengembangan dari lembaga diklat Surakarta Competency
and Technology Center (SCTC) yang didirikan tahun 2004 oleh Pemkot Surakarta.
Dengan mengemban visi menjadi pusat pengembangan SDM berstandar internasional
dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan-
kegiatan inovatif, STP akan dikembangkan dengan mencakup 3 zona, yaitu: (1) zona
R&D, (2) zona pelatihan dan inkubasi, serta (3) zona industri dan perdagangan.
Pihak lokal lain yang juga turut menunjang pengembangan industri UMKM
kota Solo dalam pemanfaatan TIK adalah instansi dan asosiasi-asosiasi yang bergerak
di bidang TIK, seperti Telkom, APKOMINDO dan APJII (Asosiasi Penyedia Jasa
Internet Indonesia). Pada dasarnya kota Solo merupakan kota besar dimana
masyarakatnya sudah banyak yang mengenal TIK. Akan tetapi, dalam
menegembangakn pemanfataatan TIK bagi para pengusaha kecil/UMKM dikota Solo
didapat banyak kendala.
Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Ir. Andoko, Ketua APKOMINDO Kota
Solo13
; APKOMINDO turut berperan dalam memberdayakan pengusaha kecil dalam
hal pemanfaatan TIK melalui program kerjasama dengan KADIN setempat.
APKOMINDO berupaya untuk mempromosikan pemanfaatan ICT kepada pengusaha
kecil pada event pameran atau pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan bekerjasama
dengan pihak pemerintah dan KADIN. Meskipun menurut beliau pemanfaatan TIK
bagi para pengusaha kecil/UMKM masih sangat minim, namun jika dicermati secara
umum, minat masyarakat kota Solo terhadap TIK sudah cukup besar. Indikasinya
adalah dari segi pembelian masyarakat terhadap perangkat keras TIK seperti notebook
13
Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Maret 2010
14
dan desktop PC sudah meningkat sebesar 100% dibanding tiga tahun lalu. Adapun
konsumen perangkat TIK tersebut adalah heterogen dan alasan mereka dalam
memebeli perangkat TIK tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
hal pemanfaatan perangkat TIK sebagai perangkat pendukung kinerja mereka. Beliau
juga menyampaikan bahwa pola bisnis dibidang perangkat keras TIK adalah kapitalis
dan hal ini menjadi salah satu kendala bisnis bagi para anggota APKOMINDO kota
Solo dalam hal mempromosikan perangkat keras TIK kepada masyarakat. Disamping
itu beberapa faktor lain yang menjadi kendala dalam memasyarakatkan TIK kepada
masyarakat pengusaha kecil di kota Solo dalam memanfaatkan TIK untuk mendukung
kinerja mereka antara lain; kesibukan para pengusaha anggota APKOMINDO
sehingga sulit untuk dapat terjun langsung secara khusus mempromosikan
pemanfaatan TIK kepada pengusaha kecil UMKM, jarang sekali diselenggarakan
program promosi seperti pameran yang secara khusus ditujukan untuk para pengusaha
kecil/UMKM dan kendala lainya adalah permasalahan kurangnya Sumber Daya
Manusia yang mau terjun langsung memperkenalkan pemanfaatan TIK kepada para
pengusaha kecil/UMKM dalam hal pemanfaatan TIK.
Dari sisi penyediaan jaringan internet di kota Solo, Surakarta, salah satu
perusahaan penyedia jasa internet di kota Solo yang tergabung dalam APJII, PT.
Indomaya Wira Sejahtera, melalui Bapak Anton Wirawan14
selaku Managing Director
pada perusahaan tersebut menyampaikan bahwa, pihaknya telah lama bekerjasama
dengan pemerintah dalam hal penyediaan jasa internet untuk keperluan pemerintahan,
dan untuk mendukung kalangan usaha kecil. Adapun bandwidth yang diberikan ke
kelompok UMKM yang sudah dibantu pemerintah dalam koneksi internet adalah
sekitar 4 MB. Koneksi internet bagi para pelaku usaha UMKM untuk keperluan bisnis
atau korporasi mereka masih sangat minim, mereka memanfaatkan internet hanya
untuk keperluan pribadi. Jasa penyedia layanan koneksi internet yang umum digunkan
adalah speedy, produk dari PT. Telkom. Hal ini disebabkan karena murahnya tarif
koneksi menggunakan speedy. Bapak Anton Wirawan juga menyebut beberapa
permasalahan yang dihadapi perusahaannya dalam melayani penyediaan jasa internet
khususnya untuk para pengusaha kecil, antara lain; (1). Pihak regulator dinilai kurang
mengayomi provider resmi yang tergabung dalam APJII., artinya pola bisnis
14
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010
15
penyelenggaraan jasa internet terkesan bersifat kapitalis, (2). Aturan main penjualan
bandwidth masih kurang jelas (3). Minimnya edukasi mengenai penggunaan internet
untuk bisnis bagi para pengusaha kecil/UMKM.
Telkom terkenal dengan produk Speedy untuk akses internet dimana
konsumennya mulai dari individu hingga korporat, tidak terkecuali sektor UMKM.
Narasumber kami, Bapak Rachmad Sudjito, Humas Telkom Divre IV sebagai
pemilik resmi Telkom Speedy15
, menyebutkan bahwa sebagai perusahaan
telekomunikasi milik negara, Telkom pada tahun 2009 telah mempunyai program
untuk memfasilitasi pemasangan 6.000 titik hotspot yang tersebar di seluruh wilayah
kerja Kandatel Solo. Sebuah bentuk usaha mendukung pemerintah kota untuk
menduniakan kota. Gerakan menduniakan Kota Solo melalui dunia maya ternyata
mendapat respons positif dari berbagai kalangan. Sejak tanggal 30 Juli 2008, Kota
Solo mencanangkan sebagai cybercity, kota maya.
Dukungan stakeholder kota untuk menjadikan Solo sebagai cybercity juga
sudah terbukti. Sebab, titik hotspot tidak hanya dipasang atas prakarsa PT Telkom
dengan dukungan pemerintah kota. Namun, banyak titik hotspot yang merupakan
swadaya dari masyarakat sendiri, baik dari lembaga pendidikan, lembaga sosial,
pemerintahan, dan tempat hiburan (mal dan kafe) yang ada di wilayah Solo. Berbagai
komunitas online pun mulai marak, seperti halnya www.pasarsolo.com. Semuanya
bertujuan menduniakan Kota Solo agar lebih dikenal secara masif.
Profil Kampung Batik Laweyan
Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik,
spesifik dan bersejarah. Kampung tradisional ini terletak di sisi selatan Kota Solo,
Jawa Tengah. Kampung ini istimewa bukan semata-mata karena merupakan kampung
tua yang eksotis, tapi juga karena menyimpan jejak panjang industri batik di Solo.
Pada abad ke-19, kampung ini pernah mengalami masa kejayaan sebagai kampung
saudagar batik pribumi. Di kawasan itu pula berdiri Syarekat Dagang Islam, asosiasi
dagang pertama yang didirikan oleh Samanhudi dan para saudagar batik pribumi,
tahun 1912.
15
Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Maret 2010
16
Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat di desa Laweyan (sekarang terletak
diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur
kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat sebuah
bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut
pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Pada jaman sebelum kemerdekaan kampung Laweyan pernah memegang
peranan penting dalam kehidupan politik terutama pada masa pertumbuhan
pergerakan nasional. Sekitar tahun 1911 Serikat Dagang Islam (SDI) berdiri di
kampung Laweyan dengan Kyai Haji Samanhudi sebagai pendirinya. Dalam bidang
ekonomi para saudagar batik Laweyan juga merupakan perintis pergerakan koperasi
dengan didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta” pada
tahun 1935.
Pemanfaatan TIK pada Komunitas Laweyan
Proses bisnis dalam industri batik bukan hanya dalam hal proses pembuatan
batik saja. Ada beberapa proses lainnya yang dapat dilakukan dengan
mengimplementasika suatu inovasi teknologi didalamnya, seperti contohnya; proses
riset dan desain perancangan model, proses administrasi, proses kontrol inventori,
proses pemasaran dan juga proses komunikasi dan integrasi dengan pihak eksternal
lainnya. Meskipun dalam proses-proses tersebut pemanfaatan teknologi terutama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), belum dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Namun, Saat ini Komunitas Laweyan sudah mulai memanfaatkan TIK
dalam proses bisnisnya meskipun penetrasinya masih sangat rendah, dari 60 (enam
puluh) pengausaha anggota komunitas Laweyan, hanya 10% yang sudah
mengimplementasikan TIK dalam kegiatan bisnis mereka. Sebagaimana disampaikan
oleh Sdr. Ahmad Badrus16
; “Pelaku industri batik Laweyan, tanpa memanfaatkan
fasilitas TIK, pengusaha batik masih dapat survive (bertahan hidup) dan ada beberapa
pengusaha yang sudah memanfaatkan fasilitas TIK, yaitu membuat website untuk
usaha mereka hanya bertujuan agar tidak ketinggalan zaman saja”.
Implementasi TIK pada komunitas Laweyan masih seputar pemanfaatan
program aplikasi komputer untuk pembuatan desain menggunakan „corel draw‟ lalu
16
Wawanvcara dilakukan pada tanggal 27 Maret 2010
17
sebagian sudah ada yang menggunakan sistem komputerisasi barcode dalam
administrasi penjualan mereka dan juga menggunakan mesin cash payment untuk
pembayaran dengan kartu debit atau kartu kredit. Sebagian dari mereka (sekitar 10%
lebih) sudah mulai memanfaatkan koneksi internet dalam mengakses internet untuk
berbagai keperluan terutama untuk bisnis mererka, sisanya asih bersifat konservatif
karena minimnya pengetahuan di bidang TIK. Adapun pihak yang sudah mulai
mengenai TIK adalah para generasi muda dalam komunitas tersebut.
Menurut Sdr. Arif Budiman Efendi, Penanggungjawab IT Forum Batik
Laweyan17
, Secara garis besar, saat ini hanya sebagian kecil dari mereka (sekitar 10%
lebih) sudah mulai memanfaatkan koneksi internet dalam mengakses internet untuk
berbagai keperluan terutama untuk bisnis mererka, sisanya masih bersifat konservatif
karena minimnya pengetahuan di bidang TIK. Adapun pihak yang sudah mulai
mengenai TIK adalah para generasi muda dalam komunitas tersebut.
Untuk koneksi internet, mereka menggunakan provider yang umum digunakan
untuk mengakses internet, diantaranya; telkom speedy, telkomsel flash, smart, IM2,
namun yang paling banyak digunakan adalah telkom speedy. Dari informasi yang
kami dapatkan, pemerintah juga membantu komunitas tersebut untuk mengakses
internet dengan memberikan fasilitas hot spot yang di letakkan ditengah pusat
komunitas industri batik Laweyan. Fasilitas ini dinilai cukup membantu dalam akses
intenet bagai anggota komunitas Laweyan, namun dikarenakan keterbatasan coverage
area-nya, anggota yang lokasinya berada jauh dari pusat hot spot, maka tidak dapat
memanfaatkan fasilitas tersebut karena sulitnya menangkap keberadaan sinyal.
Komunitas pelaku industri kampung Laweyan pun sudah memeiliki website
sendiri yang mengakomodir kegiatan bisnis para anggotanya, website mereka adalah;
www.kampunglaweyan.com, namun hingga saat ini masih 5 (lima) anggota yang
sudah linking (terhubung) ke website tersebut. Situs tersebut dibuat secara sederhana
menggunakan bahasa pemrograman web (web programming) joomla. Tampilannya
masih sederhana, belum ada fasilitas untuk tarnsaksi bisnis (e-commerce) yang
memadai berikut sistem securitynya. Adapun fasilitas e-commerce yang tersedia pada
website tersebut belum memiliki content karean masih dalam proses pembuatan
(under construction), dimana situs tersebut dilengakapi dengan fitur virtuemart yang
17
Wawancara dilakukan pada tanggal 27 Maret 2010.
18
dapat mengakomodir pembayaran menggunakan sistem paypal. Dengan demikian,
dapat disimpulakan bahwa hingga saat ini pemanfaatan website hanya sebatas show
room atau gerai on-line dan jika ada konsumen yang mengunjungi website tersebut,
lalu ingin memesan, proses pemesanan hanya terjadi seperti pop-up di buku menu
sebuah website lalu penyelesaian pembayaran dilakukan secara off-line. Kondisi
seperti ini hanya bersifat sementara karena sampai saat ini pihak penanggungjawab
TIK pada komunitas Laweyan masih terus mengembangkan infrastruktur non-fisik
ini.
Pemanfaatan TIK Untuk Penunjang Aktivitas Bisnis UMKM Batik Laweyan
Berdasarkan hasil observasi lapangan, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK
pada UMKM industri batik Kampung Laweyan belum dimanfaatkan secara maksimal
dan hal ini pada dasarnya tidak memberikan dampak yang signifikan pada keuntungan
(profit) bisnis mereka. Namun, jika kondisi ini dihadapkan pada suatu era globalisasi,
hal ini akan menjadi suatu permasalahan besar bagi para pelaku bisnis UMKM
industri batik Kampung Laweyan, apabila mereka tidak mau tertinggal arus
persaingan pasar global.
Sebuah UMKM dikatakan memiliki daya saing global apabila mampu
menjalankan operasi bisnisnya secara reliable, seimbang, dan berstandar tinggi. Oleh
sebab itu, UMKM industri batik Kampung Laweyan dituntut untuk melakukan
perubahan guna meningkatkan daya saingnya agar dapat terus berjalan dan
berkembang. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan TIK pada proses bisnis Komunitas Kampung
Laweyan bertujuan untuk membuat pekerjaan menjadi lebih efektip dan efisien.
Sistem TIK dikatakan strategis jika dapat menciptakan nilai-nilai pada masing-
masing proses unit kegiatan industri UMKM tersebut. Adapun model aplikasi TIK
yang dapat diimplementasikan pada UMKM industri batik Kampung Laweyan untuk
menambah nilai tersebut, antara lain;
a. Computer Aided Design (CAD) yang berguna untuk poses riset dalam
membantu merancang desain batik sebelum proses pembatikan di lakukan,
atau apabila suatu bahan kain sudah dilakukan proses pembatikan, CAD
dapat digunakan untuk mendesain model pakaian jadinya.
19
b. Sistem Informasi Akuntansi (SIMAK) dan Sistem Informasi
Keuangan (SIMKEU) yang berguna dalam membantu aktivitas akuntansi
suatu perusahaan industri batik dan juga aktivitas keuangan untuk melihat
rugi-laba perusahaan dan mutasi saldo keuangan serta inventarisasi aset
perusahaan.
c. Electronic Data Interchange (EDI), untuk menghubungkan pihak industri
dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah pemasok. Sistem teknologi
informasi internal perusahaan ini dihubungkan dengan sistem teknologi
informasi pemasok dengan tujuan efisiensi dan efektifitas pemesanan
barang. Dalam implemantsi yang sedarhana, e-mail dapat digunakan untuk
menggantikan EDI.
d. Inventory Control System (ICS) dapat digunakan untuk mengatur
persediaan produk jadi yang berada dalam sistem inventori (gudang) dan
barang jadi produksi yang siap untuk di jual kepada konsumen.
e. Untuk kegiatan penyimpanan bahan mentah (inbound logistic), aplikasi
sistem teknologi informasi yang dapat digunakan untuk menambah nilai
adalah automated warehousing, EDI, e-mail, dan juga inventory control
system.
Gambar 5: Implementasi Sistem Informasi Strategis
Riset dan Pengembangan (technology development)
CAD
Infrastruktur (management and administrative services)
SIMSDM (HRIS)
Pengadaan Sumber Daya (procurement)
SPK (DSS), Sistem Pengendalian Persediaan
Penyimpahan
bahan mentah
(inbound
logistics)
Automated
Warehousing,
Online
Inventory
Control
System
Pemasaran
dan penjualan
(marketing
and sales)
SIG (GIS),
SPK (DSS),
SIMPEM
(MKTIS)
Operasi
SIMPRO
(PIS)
CAM, CIM
Penyimpanan
barang jadi
(outbound
logistics)
Automated
Warehousing
Servis
purna
jual, SP
(ES),
Computer
Portable
Sumber Daya Manusia (human resource management)
SIMAK (AIS), SIMKEU (FIS)
Keunggulan
kompetitif
20
Pemanfaatan Teknologi Jaringan dan Internet Untuk ”Bisnis Networking”
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
penggunaan internet dalam bisnis industri batik sangat menguntungkan bagi para
pelaku bisnis. Mereka dapat bertransaksi menembus batas ruang dan waktu, menekan
biaya-biaya yang biasanya dikenakan pada perusahaan, seperti: biaya sewa gedung,
biaya operasional gedung, dan lain-lain, mereka juga dapat berinteraksi secara
langsung antara pembeli dan penjual. Penggunaan internet dalam bisnis batik di kota
Solo memang belum mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi secara
elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan
pelanggan.
Namun, untuk sebuah solusi agar industri batik Solo dapat Go International,
pemanfaatan teknologi Internet dapat dijadikan sebuah solusi inovasi teknologi dalam
memanfaatkan TIK. Internet mendukung komunikasi dan kerja sama global antara
pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet memungkinkan
konsumen atau pemasok (supplier) dari lokasi yang berbeda dapat mengakses secara
langsung para pengusaha atau pebisnis batik. Dan antar sesama pebisnis batik dapat
bekerja sama sebagai satu tim virtual untuk mengembangkan, memproduksi,
memasarkan, dan memelihara produk atau pelayanan.
Dengan memanfaatkan teknologi internet, pemasaran terhadap produk batik
dan pelayanan dapat menjadi proses yang interaktif. Situs Web perusahaan bukan
hanya sekedar menyajikan katalog produk dan media promosi, melainkan digunakan
untuk berdialog, berdiskusi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-line,
pemesanan produk secara elektronik, mailing lists, dan pengiriman surat elektronik.
Keuntungan yang diperoleh dari berbisnis lewat internet dapat disebabkan
karena aplikasi yang diterapkan pada teknologi internet lebih murah untuk
dikembangkan, dioperasikan, dan dirawat, jika dibandingkan dengan sistem
tradisional. Adapun keuntungan yang dapat diraih, antara lain:
a. Menarik konsumen baru melalui pemasaran dan periklanan Web.
b. Memperbaiki pelayanan konsumen yang sudah ada melalui fungsi
pelayanan dan dukungan Web konsumen.
21
c. Mengembangkan saluran pemasaran dan distribusi berdasarkan Web
yang baru untuk produk yang sudah ada.
d. Mengembangkan informasi baru dari produk yang dapat diakses lewat
Web.
Aplikasi berdasarkan internet dapat memberi keunggulan strategi bisnis
UMKM batik untuk memenangkan kompetisi dalam:
a. Global Dissemination. Hal ini akan memberi keuntungan strategi bisnis
bagi para pelaku bisnis industi batik Komunitas Laweyan untuk dapat Go
International dan jangkauan pasarnya pun menjadi global .
b. Interaction. Komunikasi interaktif untuk pemesanan, feedback, dan
dukungan teknis e-mail untuk menjawab permintaan dan komentar secara
on-line.
c. Customization. Kemampuan untuk mengotomatisasi penyediaan informasi
dan pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing konsumen. Informasi
dapat diakses dan disebarkan dari server jaringan, tergantung pada
kebutuhan pemakainya.
d. Collaboration. Internet mungkin memudahkan dan mengefisienkan akses
data, hardware dan software yang ada pada jaringan secara bersama.
e. Electronic Commerce. Internet menghubungkan pelaku bisnis batik
dengan konsumen dan penjualnya.
f. Integration. Pelaku industri batik yang bekerja menggunakan internet
dapat mengintegrasikan aktivitas di luar dengan proses bisnis di dalam
perusahaan secara online.
Dengan memanfaatkan teknologi jaringan internet, keuntungan yang dapat
diperoleh dari berbisnis lewat internet adalah penghematan biaya, pelayanan
konsumen secara online, peningkatkan penghasilan, pemasaran, dan lain-lain
sebagainya. Sedangkan keunggulan strategi bisnis dalam memenangkan kompetisi
yang dapat diperoleh adalah komunikasi global dalam bisnis menjadi benar-benar
hidup, lebih cepat, murah, dan mudah; komunikasi interaktif sebagai sarana untuk
menunjukkan perhatian perusahaan kepada konsumennya; menyediakan informasi
22
dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen; mengingkatkan
kerja sama antara pelaku bisnis batik; e-commerce memungkinkan untuk membuka
pasar, produk, atau pelayanan baru; dapat mengintegrasikan aktivitas di luar dan
proses bisnis di dalam perusahaan secara on-line.
Tahapan Pemanfaatan TIK Untuk Strategi Bisnis UKM Batik Laweyan
Untuk meningkatkan daya saing bisnis bagi para pengusaha UKM batik
Laweyan melalui pemanfaatan TIK, ada beberapa tahapan dalam pemanfaatan TIK
yang dapat dijadikan langkah strategis untuk dapat mengembangkan pemanfaatan
TIK. Tahapan tersebut dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
Tahapan Pertama. Persiapan Pemanfaatan TIK, meliputi:
Penyiapan Sumber Daya Manusia, melalui pendidikan dan pelatihan
serta memperkenalkan TIK.
Peyiapan sarana dan prasarana TIK, berupa perangkat keras komputer
serta jarigan dan akses internet.
Sosialisasi mengenai pemanfaatan TIK untuk mendukung daya saing
bisnis.
Tahapan Kedua – Pematangan Pemanfaatan TIK, meliputi:
Pembuatan situs informasi untuk mensosialisasikan produk UKM batik
Pembuatan situs informasi yang interaktif dengan antarmuka
(interface) keterhubunngan dengan berbagai pihak yang terkait.
Tahapan Ketiga – Pemantapan Pemanfaatan TIK, meliputi:
Pembuatan situs yang dapat mengakomodasi transaksi bisnis dan
pelayanan konsumen
Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan pihak pelaku
bisnis lain atau dengan pemangku kepentingan (stakeholder)
Tahapan Keempat – Pemanfaatan TIK, meliputi:
Pembuatan aplikasi bisnis terintegrasi untuk mendukung aktivitas
bisnis yang memiliki keterhbungan antar berbagai pihak baik internal
23
maupun eksternal; Enterprise Resource Program (ERP), Customer
Relationship Management (CRM), Content Management System
(CMS) dan lain sebagainya.
Adapun target penguasaan TIK bagi sumber daya manusia yang akan
mengelola infrastruktur TIK dalam aktivitas bisnis , dijelaskan pada Gambar 6 berikut
ini:
Gambar 6. Target Penguasaan TIK bagi sumber daya manusia
Output pada aktivitas bisnis:
Efektif
Meningkatkan daya saing
Dapat menjual produk dengan cara yang lebih baik
Memudahkan komunikasi & interaksi
Layanan lebih prima
Bersifat global
Target Pengetahuan Pemanfaatan
TIK bagi SDM UKM Batik
Laweyan
Basic Level Advance Intermediate
Mahir dengan
penggunaan komputer
Dapat mengoperasikan
perangkat keras dasar
dengan baik
Mengetahui dan
memahami internet
Mengetahui
pemrograman database
dasar
Mengetahui cara
mengoperasikan komputer
Mengetahui konsep dasar
komputer
Mengetahui cara
mengoperasionalkan
sistem operasi dan aplikasi
perkantoran
Memahami operasi
aplikasi perangkat lunak
dasar yang terkait dengan
aktivitas bisnis
Mengusai komputer baik
perangkat keras maupun
perangkat lunak dengan
lancer.
Mengetahui cara
mengintegrasikan hardware
Dapat melakukan
troubleshooting
Dapat menghasilkan
pemrograman komputer
Kemampuan menggunakan
internet dengan pemahaman
tingkat lanjut
24
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat
sudah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan merubah pola kerja dan
usaha. Meskipun memiliki sisi negatif namun jika kita cermati, sisi positif TIK sangat
besar jika dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya semaksimal mungkin. Akan tetapi tidak
semua masyarakah yang memahami besarnya potensi tersebut. Hal ini disebabkan
oleh paradigma yang sangat konservatif terhadap pemanfaatan TIK sehingga
ditengah-tengah majunya pemanfaatan TIK secara global, masih banyak masyarakat
terutama pelaku bisnis UMKM industri batik Komunitas Laweyan di kota Solo yang
belum memahami dan memanfaatkan potensi besar pemanfaatan TIK.
Saat ini, pemanfaatan TIK pada UMKM industri batik Komunitas Laweyan belum
dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini memang tidak memberikan dampak pada
keuntungan (profit) bisnis mereka. Artinya, tanpa kehadiran TIK pun, bisnis mereka
dapat terus berjalan (survive), namun hal ini akan menjadi kendala besar jika para
pelaku bisnis industri batik dihadapkan pada suatu pasar global, dimana persaingan
yang muncul adalah persaingan yang global dan bisnis mereka dituntut agar menjadi
”go internasional”, mereka akan bersaing bukan hanya dengan para pelaku bisnis
lokal akan tetapi juga pelaku bisnis yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Mereka
akan kehilangan kesempatan untuk meraih pasar yang global, informasi yang mereka
dapatkan pun akan tertinggal, lalu mereka akan kehilangan sisi keuntungan bisnis
yang bersifat global dan pada akhirnya mereka akan sulit untuk bertahan (survive).
Salah satu cara bagi mereka agas tidak kalah dalam suatu kompetisi global adalah
dengan memulainya saat ini dalam mengenal serta memanfaatkan TIK dalam proses
bisnis mereka.
Adanya infrastruktur TIK yang memadai dapat membantu mendorong
penerapan TIK pada UMKM industri batik Komunitas Laweyan. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah memberikan kemudahan-kemudahan berupa
bantuan teknis dan non-teknis. Selain itu, program pengenalan TIK dan program
pelatihan tentang pemanfaatan TIK dalam proses bisnis merupakan salah satu cara
yang tepat untuk bisa menumbuhkan minat para pelaku industri batik, mengingat
pentingnya peranan TIK pada proses bisnis untuk meningkatkan; (1) efisiensi, (2)
25
efektivitas, (3) komunikasi, (4) kolaborasi dan (5) kompetitif. Selain itu, dengan
memanfaatkan TIK, industri batik nasional, khususnya industri batik di Kota Solo,
Surakarta dapat meraih konsumer melaui pasar internesional. Sehingga industri batik
nasional menjadi ”go internasional” dengan memanfaatkan jaringan global yang
ditunjang oleh TIK.
Saran
Untuk menerapkan pemanfaatan TIK secara keseluruhan pada komunitas
pengusaha batik Laweyan, perlu dilakukan analisa SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity and Threatment) terlebih dahulu agar implemtasi TIK yang diterapkan
dapat berdayaguna. Dimana dalam analisa ini akan dilihat dan diuji pemanfaatan TIK
apa saja yang sangat dibutuhkan dan dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dan juga kemampuan finansial yang mereka
miliki, mengingat investasi TIK memerlukan anggaran (budget) yang cukup besar.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pemanfaatan TIK, pemerintah
setempat juga perlu mendukung para pengusaha batik komunitas Laweyan dengan
mengembangkan lingkungan (environment) yang kondusif untuk melakukan inkubasi
bisnis yang berkaitan dengan pemanfaatan IT dalam bisnis UMKM pada umumnya.
Salah satu inisiatif yang sedang giat dikejar pemerintah kota Solo adalah program
“Solo Techno Park”. Dengan adanya Solo Techno Park, diharapkan mampu
mensinergikan bidang-bidang unggulan secara terintegrasi, berbasiskan teknologi dan
Bisnis dengan R&D dan inovasi terus-menerus.
Kerjasama antara UMKM industri batik, Pemerintah dan perguruang tinggi
(akademisi) perlu lebih ditingkatkan. Untuk dapat memanfaatkan TIK, UMKM
Industri batik membutuhkan SDM yang mempunyai kemampuan dibidang TIK, akan
tetapi dalam suatu oranisasi bisnis UMKM pada umunya, jumlah SDM yang ada
tidaklah besar. Untuk itu dibutuhkan bantuan dari perguruan tinggi (akademisi) untuk
menghasilkan SDM industri batik yang handal dalam bidang TIK dengan cara
memberikan pelatihan TIK kepada para pelaku bisnis UMKM dalam memanfaatkan
TIK.
Selain dengan memanfaatkan fasilitas TIK yang modern, pemerintah setempat
dapat mengembangkan semaksimal mungkin pemanfaatan TIK yang populer dimata
26
masyarakat, contohnya dengan memanfaatkan televisi dan radio. Dengan siaran
televisi lokal yang ada, pemerintah dapat menayangkan siaran yang bermuatan
edukatif untuk dapat membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan industri
mereka. Melalui pemanfaatan radio, juga dibuat suatu radio komunitas. Dimana,
Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan,
diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti
radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Melalui radio
komunitas, selain dapat mempererat komunikasi antar pelaku bisnis, tetapi juga dapat
diisi dengan muatan pendidikan kepada para pelaku bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yan Rianto, Budi Triono, Chichi Shintia L, “Studi Faktor-Faktor Determinan
Kemampuan Inovasi UKM”, LIPI Press, Jakarta. 2006.
2. Tim Peneliti Puslitbang APTEL SKDI, “Daya Saing Bangsa & Pemanfaatan
Teknologi Informasi Komunikasi”, Balitbang SDM. Kominfo, Jakarta. 2008.
3. Cronin, Mary. “Doing More Business on the Internet”. 2nd edition. New
York: Van Nostrand Reinhold. 1995
4. Jogiyanto HM, MBA, PhD. “ Sistem Teknologi Informasi”. Penerbit Andi,
Yogyakarta. 2002.
5. Porter, Michael.E, “Competitive Advantage”, The Free Press, New York USA.
1998.
6. Witarto. Memahami Sistem Informasi. Jakarta: Penerbit Informatika. 2006