studi qur'an

28
BAB I PENDAHULUAH A. Latar Belakang Kajian Al-Qur’an (Ulumul Qur’an) sebagai salah satu disiplin ilmu keislaman dengan membahas Al-Qur’an secara komprehensif dan integral dari berbagai aspeknya telah dipopulerkan sejak sebelas abad silam oleh Ibn Al-Marzubah (w. 309 H). Ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh ulama sesudahnya sampai pada imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dibuktikan dengan karya ilmiahnya, Al-Itqan fi ulumil Qur’an yang secara lengkap dan sistematis membahas tentang Ulumul Qur’an. Di samping itu, banyak di kalangan Orientalis (mustayriqun) terutama pada abad ke-19 M/12 H antara lain William Muir, G. Weil, Neodeke, R. Bell, A.Rodwell dan lainnya telah mengadakan penelitian dan pembahasan tentang Al-Qur’an dari berbagai aspeknya. 1 Di dalam makalah ini, penulis berupaya mengurai pembahasan Ulumul Qur’an, yang dirumuskan pada beberapa rumusan masalah, yaitu: B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian al-Qur’an? 2. Apa saja nama dan julukan al-Qur’an? 1 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), vii. 1

Upload: fulka

Post on 30-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Qur'An

BAB I

PENDAHULUAH

A. Latar Belakang

Kajian Al-Qur’an (Ulumul Qur’an) sebagai salah satu disiplin ilmu

keislaman dengan membahas Al-Qur’an secara komprehensif dan integral dari

berbagai aspeknya telah dipopulerkan sejak sebelas abad silam oleh Ibn Al-

Marzubah (w. 309 H). Ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh

ulama sesudahnya sampai pada imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H)

dibuktikan dengan karya ilmiahnya, Al-Itqan fi ulumil Qur’an yang secara

lengkap dan sistematis membahas tentang Ulumul Qur’an. Di samping itu, banyak

di kalangan Orientalis (mustayriqun) terutama pada abad ke-19 M/12 H antara

lain William Muir, G. Weil, Neodeke, R. Bell, A.Rodwell dan lainnya telah

mengadakan penelitian dan pembahasan tentang Al-Qur’an dari berbagai

aspeknya.1 Di dalam makalah ini, penulis berupaya mengurai pembahasan Ulumul

Qur’an, yang dirumuskan pada beberapa rumusan masalah, yaitu:

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian al-Qur’an?

2. Apa saja nama dan julukan al-Qur’an?

3. Bagaimana proses turunnya al-Qur’an?

4. Bagaimana sejarah pemeliharaan al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui pengertian al-Qur’an;

2. Mengetahui nama dan julukan al-Qur’an;

3. Mengetahui proses turunnya al-Qur’an;

4. Mengetahui sejarah pemeliharaan al-Qur’an.

1 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), vii.

1

1

Page 2: Studi Qur'An

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Qur’an

Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, kata benda

(masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau

sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat

dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu:

�ه . ان ق�ر� ع� �ب ف�ات �ه ن� أ ق�ر� ذ�ا ف�إ �ه ان و�ق�ر� ج�م�ع�ه �ا �ن �ي ع�ل ن� ا

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti (amalkan) bacaannya”.2

Adapun secara istilah, terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan

para ulama dari berbagai disiplin keahliannya, baik dalam bidang bahasa, Ilmu

Kalam, Ushul Fiqih dan sebagainya. Pengertian yang mereka buat antara satu

sama lainnya ada sedikit perbedaan. Dalam hal ini tentu bertendensi pada

kecenderungan mereka masing-masing.

Syaikh Manna’ al-Qatthan mengemukakan pengertian al-Qur’an dengan:

بتالوته المتعبد وسلم عليه الله صلى محمد على المنزل الله كالم

Yaitu kalam/ firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

yang membacanya dipandang ibadah3

Syaikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah mengemukakan

pengertian Al-Qur’an dalam bukunya, sebagai berikut :

– محمد : – أنبيائه خاتم على المنزل وجل عز الله ب كتا هو الكريم القران

, للقطع المفيد بالتواتر المنقول ومعناه بلفظه وسلم عليه الله صلى

سورة أخر إلى الفاتحة سورة أول من المصاحف فى المكتوب واليقين

.الناس

Al-Qur’an al-karim adalah kitab Allah–Azza wa Jall– yang diturunkan

kepada Nabi terakhir-Nya, Muhammad SAW secara lafal dan maknanya,

diriwayatkan secara mutawatir, berfaidah untuk memberi ketetapan dan

2 Al-Qur’an, 75 (al-Qiyamah):17-18.3 As-Syaikh Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Maktabah Wahbah, tt.), 16.

2

2

Page 3: Studi Qur'An

keyakinan, termaktub dalam mushaf-mushaf yang diawali surat Al-Fatihah dan

diakhiri dengan surat An-Nas.4

Sedangkan Dr. Subhi al-Salih merumuskan pengertian Al-Qur’an yang

dipandang dapat diterima oleh para ulama terutama ahli bahasa, Fiqih dan Ushul

Fiqih sebagai berikut :

وسلم عليه الله صلى النبى على المنزل المعجز ب الكتا هو القران

بتالوته بالتواترالمتعبد عليه المنقول المصاحف فى .المكتوب

Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat, diturunkan

kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan

secara mutawatir dan yang membacanya dipandang ibadah.5

Dengan demikian bisa disimpulkan dari tiga pengertian diatas, bahwa al-

Qur’an adalah kitab Allah yang berisi firmanNya, berfungsi sebagai mukjizat,

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bentuk lafadz dan makna,

diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf-mushaf, diawali surat Al-

Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya dipandang ibadah.

Akan tetapi sepengetahuan penulis, pengertian al-Qur’an yang paling lengkap

adalah pengertian menurut al-Thahawy di dalam kitabnya:

،D وحيا رسوله على وأنزله ،D قوال كيفية بال بدأ منه الله، كالم القرآن إن

بالحقيقة، تعالى الله كالم أنه وأيقنوا ،D حقا ذلك على المؤمنون وصدقه

كفر فقد البشر كالم أنه فزعم سمعه فمن البرية، ككالم ليسبمخلوق

Al-Qur’an adalah firman Allah yang difirmankan tanpa kaifiyah (tata cara) pengucapan, diturunkan kepada Rasulnya dalam bentuk wahyu, diakui kebenarannya oleh orang-orang beriman, pada hakikatnya diyakini sebagai firman Allah, bukan makhluq sebagaimana perkataan manusia, barangsiapa mendengarnya, kemudian menyangkanya sebagai ucapan manusia, sungguh dia telah kafir.6

4 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an al-Karim, (Maktabatus Sunnah, tt.), 7.5 Subhi al-Salih, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Dar al-Ilm lil Malayin, Cet. 16, 1985), 216 Al-Qadhi ali bin Ali bin Muhammad bin Abi Al-Izz Ad-Dimasyqi, Syarh Aqidah Thahawiyah (Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt.), 172.

3

Page 4: Studi Qur'An

B. Nama-nama dan Julukan al-Qur’an

Allah menamakan al-Qur’an dengan banyak nama. Di dalam kitab al-Itqan

disebutkan bahwa nama-nama al-Qur’an setidaknya berjumlah 55 (lima puluh

nama).7 Diantara nama-nama tersebut adalah: 8

1. Qur’an, berdasarkan firman Allah :

ق�و�م� � أ هي� ى �ت ل ل �ه�دى ي آن� �ق�ر� ال ه�ذ�ا ن� إ

“Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.9

2. Kitab, berdasarkan firman Allah :

. �م� ك �ر� ذك �ه في Dا �اب ت ك �م� �ك �ي ل إ �ا �ن ل �ز� أن �ق�د� ل

“Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.10”

3. Furqon, berdasarkan firman Allah :

ا Dير�ذ ن �مين� �ع�ال ل ل �ون� �ك ي ل �ده ع�ب Rع�ل�ى ق�ان� �ف�ر� ال ل� �ز� ن �ذي ال ك� �ار� �ب ت

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.11

4. Dzikr. Terdapat dalam surat Al-Hijr, ayat 9 :

�ح�افظ�ون� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �ا �ن ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.12

5. Tanzil

�مين� �ع�ال ال Uب ر� �زيل� �ن �ت ل �ه� ن و�إ

“Dan Qur`an ini Tanzil (diturunkan) oleh Tuhan semesta alam”.13

6. Al-Mushaf

Allah menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi

Ibrahim dan Musa. Mari kita simak ayat berikut ini :

7 Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, juz 1 (Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-Ammah lil Kitab, 1974), 178.8 Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu Qu’an, (Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2009), 18-199 Al-Qur’an,17: 9.10 Ibid, 21: 10.11 Ibid, 25: 1.12 Ibid, 15: 9.13 Ibid, 26: 192.

4

Page 5: Studi Qur'An

و�م�و�س�ى . . �م� اهي �ر� ب إ ص�ح�ف و�ل�ى� األ� الصWح�ف �في ل ه�ذ�ا ن� إ

Sesungguhnya ini terdapat di dalam suhuf yang terdahulu. Yaitu suhuf Ibrahim

dan Musa.14

Dari beberapa nama yang tersebut di atas yang paling populer adalah Al-

Qur’an. Nama Al-Qur’an memiliki keistimewaan (kekhususan) dibandingkan

dengan nama yang lain, yaitu kata Al-Qur’an hanya digunakan untuk sebutan

nama kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan tidak

digunakan pada sebutan lain. Sedangkan nama-nama yang lain bersifat umum,

selain digunakan untuk sebutan Al-Qur’an juga digunakan pada sebutan lain. 15

C. Proses Turunnya Al-Qur’an

1. Kronologis Turunnya Ayat Pertama al-Qur’an

Mekah, pertengahan bulan Ramadan, 15 abad silam. Cuaca kering, suasana

sunyi senyap.Gua Hira di lereng Bukit Nur tak jauh dari jantung kota Mekah,

remang-remang dan lengang. Seorang lelaki berusia 40 tahun tengah melakukan

tahanut, khalwat, atau uzlah (menyepi) di gua yang hampir tak pernah dijamah

manusia. Dialah Sayidina Muhammad lelaki yang kelak menjadi pemimpin besar

sebagian umat manusia.

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba muncul kilauan cahaya memasuki gua,

mendekati Muhammad. Perlahan kilauan itu menjelma Jadi sosok manusia yang

belum pernah dikenalnya, yang  kemudian menyuruhnya membaca.  “Bacalah!”

katanya. Dengan gemetar Muhammad menggeleng,”Aku tidak bisa

membaca” Sosok sangat berwibawa itu lalu mendekap Muhammad, yang

menggigil ketakutan.Setelah melepaskannya, kembali sosok tersebut menyuruh

Muhammad membaca, dan sekali lagi ia menggeleng. Hal itu berulang Sampai 3

kali. Karena takut kembali didekap, Muhammad pun bertanya "Apa yang harus

saya baca?" Maka sosok yang tiada lain adalah Malaikat itu lalu menuntun

Muhammad membaca, "Bacalah! Dengan menyebut nama yang telah mencipta.

Dia ciptakan dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah Yang Maha mulia,

14 Ibid, 87: 18-19.15 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 16

5

Page 6: Studi Qur'An

yang telah Mengajar dengan kalam, yang mengajar apa yang tidak diketahuinya.

"Peristiwa itu pun kemudian melekat di benak setiap kaum muslimin sebagai

kronologi  bersejarah turunnya wahyu Allah SWT yang pertama, yaitu surah Al-

Alaq ayat 1-5, satu dari 114 surah Al-Quran.16

2. Waktu Turunnya al-Qur’an

Allah menjelaskan secara umum tentang turunnya Al-Quran dalam tiga

tempat dalam Al-Quran, masing-masing :

1. Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan

�ن� آ �ق�ر� ال فيه �زل� ن� أ �ذي ال م�ض�ان� ر� ه�ر� ش�

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur`an.”17

2. Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar

�ق�د�ر ال �ة �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� ن� أ �ا ن إ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar”.18

3. Al-Quran diturunkan pada malam yang diberkahi

Zة� ك �ار� م�ب Zة� �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� ن� أ �ا ن إ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Qur`an ) pada malam yang diberkahi.”19

Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah

malam lailatul qadar dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir ( zahir ) ayat-ayat itu

bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW , dimana Qur`an turun

kepadanya selama dua puluh tiga tahun.

Dalam hal ini para ulama mempunyai dua madzab pokok, dan satu

madzhab lainnya:

1. Madzhab pertama yaitu, pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang

dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama. Pendapat ini menyatakan bahwa

16 Abu Ja’far at-Thabary, Tarikh at-Thabary Juz II, Beirut: Dar at-Turats, 1387 H., 298.17 Al-Qur’an, 02 (al-Baqarah):185.18 Ibid, 97 (al-Qadr):1.19 Ibid, 44 (al-Dukhan):3.

6

Page 7: Studi Qur'An

yang dimaksud dengan turunnya Qur`an dalam ketiga ayat diatas adalah turunnya

Qur`an sekaligus di Baitul `Izzah dilangit dunia agar para malaikat menghormati

kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur`an diturunkan kepada rasul kita

Muhammad saw. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. sesuai dengan

peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya.

2. Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh as-Sya`bi .

Bahwa yang dimaksud dengan turunnya al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas

adalah permulaan turunnya al-Qur`an pada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya

al-Quran itu di mulai pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan, yang

merupakan malam yang di berkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu

secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang

lebih dua puluh tiga tahun.

Dengan demikian Qur`an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara

bertahap kepada Rasulullah SAW seba yang demikian inilah yang dinyatakan

dalam Qur`an :

Dيال�ز �ن ت �اه� �ن ل �ز� و�ن Zث� م�ك ع�ل�ى �اس الن ع�ل�ى ه�� أ �ق�ر� ت ل �اه� ق�ن ف�ر� Dا ن

� آ و�ق�ر�

`”Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.20

3. Madzhab ketiga

Bahwa Qur`an diturunkan kelangit dunia selama dua puluh tiga malam

lalilatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu

ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah

wahyu yang diturunkan kelangit dunia pada malam lailatul qadar , untuk masa

satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada

Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian

mufasir. 21

3. Latar Belakang Turunnya Ayat

Al-Qur’an diturunkan ke dunia secara berangsur-angsur berupa beberapa

20 Al-Qur’an, 17 (al-Isra’):106.21 Abu Syamah, al-Mursyid al-Wajiz ila Ulum Tata’allaq bil-Kitab al-Aziz (Beirut: Dar Shadir, 1975), 21.

7

Page 8: Studi Qur'An

ayat dari suatu surat atau berupa satu surat pendek lengkap. Turunnya Al-Qur’an

kadang kala dilatarbelakangi oleh sesuatu (asbabun nuzul) kadang kala tidak.

Ayat-ayat yang memiliki asbabun nuzul pada umumnya berupa ayat-ayat hukum

(tasyri’iyyah). Turunnya ayat-ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di

masyarakat Islam, adakalanya pertanyaan dari kalangan sahabat Nabi atau dari

kalangan lainnya yang ditujukan pada Nabi. Contoh dari ayat al-Qur’an yang

dilatar belakangi oleh asbabun nuzul adalah:

�وه� �ب �ت ف�اك م\ى م�س� Zج�ل� أ ل�ى إ Zن� د�ي ب �م� �ت �ن �د�اي ت ذ�ا إ �وا آم�ن �ذين� ال Wه�ا ي� أ �ا ي

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai (seperti berjualbeli, utang-piutang, sewa menyewa dan sebagainya) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”22

Ayat tersebut turun dilatar belakangi bahwa ketika Nabi Muhammad saw

datang ke Madinah, para penduduknya telah terbiasa saling menghutangkan buah-

buahan untuk masa satu tahun, dua tahun sampai tiga tahun.23 Mengetahui

fenomena tersebut, Rasulullah merespon dengan sabdanya:

Z �وم م�ع�ل Zج�ل� أ ل�ى إ ،Z �وم م�ع�ل Zن و�و�ز� ،Z �وم م�ع�ل Zل� �ي ك في لف� �س� �ي ف�ل ل�ف� س�� أ م�ن�

Barang siapa yang berhutang maka hendaknya ia berutang dalam takaran yang telah dimaklumi, dalam timbangan yang dimaklumi dan jangka waktu yang dimaklumi.24

Sedangkan ayat-ayat yang turun tanpa didahului asbabun nuzul lebih banyak

jumlahnya, misalnya ayat-ayat tentang ihwal umat-umat terdahulu beserta para

Nabinya, menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu,

menceritakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau menggambarkan keadaan

hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa neraka.25

Contoh ayat al-Qur’an yang tidak disertai asbabunnuzul adalah:

األمين� Wي�ق�و ال ت� ج�ر�� �أ ت اس� م�ن �ر� ي خ� ن� إ ه� جر�

� �أ ت اس� �ت �ب أ �ا ي ح�د�اه�م�ا إ ق�ال�ت�

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku (Nabi Syu’aib), ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat

22 Al-Qur’an, 02: 182.23 Abul Fida’ Isma’il bin Umar Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, Juz 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1419 H.), 559.24 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz III (Damaskus: Dar Thauq an-Najat, 1422 H.), 85.25 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), 36-38.

8

Page 9: Studi Qur'An

lagi dapat dipercaya.26

4. Jangka Waktu Penyampaian al-Qur’an

Penyampaian al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23

tahun, yakni 13 tahun ketika Nabi masih tinggal di Mekah sebelum hijrah ke

Madinah (Yatsrib) dan 10 tahun ketika beliau hijrah ke Madinah.27 Surat atau ayat

Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah disebut surat atau ayat Makkiyah

sebanyak 19 juz dari 30 juz. Ciri-cirinya; surat atau ayatnya pendek-pendek

(qashirah), bahasanya singkat padat (ijaz) mengingat sasaran pertama dan utama

pada periode Mekah adalah orang-orang Arab Asli (seperti suku Quraisy dan suku

Arab lainnya), mereka tentu sudah paham betul terhadap bahasa Arab. Kalimatnya

banyak diwali dengan ya ayyuhan nas. Surat Makkiyah pada umumnya berupa

ajakan untuk bertauhid secara murni (pure monoteisme), juga tentang pembinaan

mintal dan akhlak.

Sedangkan Al-Qur’an yang diturunkan setelah hijrah disebut surat atau ayat

Madaniyah yang terdiri dari 11 juz dari 30 juz Al-Qur’an. Ciri-cirinya; ayat atau

suratnya panjang-panjang (thawilah), gaya bahasanya panjang lebar (ithnaf) dan

lebih jelas, karena sasarannya bukan saja orang-orang Arab asli, tapi juga orang

non-Arab dari berbagai bangsa yang sudah banyak masuk Islam, dan sudah tentu

mereka kurang menguasai bahasa Arab. Banyak ayat-ayatnya yang diawali

dengan ya ayyuhal ladzina amanu. Mengenai kandungan surat Madaniyah pada

umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan

pranata sosial dan negara yang adil dan makmur dimana kondisi masyarakat

Madinah pada waktu itu lebih berperadaban ketimbang penduduk Mekah yang

hanya memiliki satu karakter, satu lingkungan, agama yang homogen,28 sehingga

sangat tepat agenda Rasulullah untuk periode ini membangun negara Madinah.

Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Rasulullah berupa surat Al-Alaq

dari ayat 1 sampai 5 sewaktu beliau sedang berkhalwat di gua Hira bertepatan

dengan tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 610 M. Sedangkah wahyu terakhir yang

26 Al-Qur’an, 29: 26.27 Abdul Jawwad Khalaf, Madkhal ila at-Tafsir wa Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar el-Bayan al-Araby, 2012), 155.28 Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani Al-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, terj.

Muhammad Halabi Hamdi, (Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007), 195.

9

Page 10: Studi Qur'An

diterima Nabi adalah surat Al-Maidah ayat 3 saat Nabi berwukuf di Arafah

melakukan haji Wada’ pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun kesepuluh hijriyah, 7

Maret 623 M. Antara wahyu pertama dengan wahyu kedua yang diterima Nabi

berselang kurang lebih 23 tahun.

D. Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an

Penulisan Al-Qur’an terdiri dari beberapa periode hingga pada tahap

pembukuan serta pembakuannya, yaitu :

1. Periode Nabi Muhammad SAW

Berbicara tentang pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW, usaha

beliau memelihara al-Qur’an dari kemusnahan dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan cara menyimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalnya dan

merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan untuk menulis. Pada masa

Rasulullah pemeliharaan al-Qur’an dengan cara menulis tidak sebanyak dengan

yang menghafal dalam hati. Hal itu dikarenakan masyarakat Arab memiliki daya

hafal yang kuat dan hafalan yang kuat itulah yang dijadikan standar intelektual

seseorang.

Nabi Muhammad menaruh perhatian serius untuk penulisan wahyu. Beliau

menunjuk beberpa sahabat untuk dijadikan sekretaris, penulis wahyu dengan

menyusun tertib ayat sesuai petunjuk beliau berdasarkan petunjuk Allah lewat

Malaikat Jibril . Mereka diantaranya adalah, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib,

Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin Malik, Ubai bin Ka’ab,

Muawiyah bin Abu Sufyan, Zubair bin Awwam, Abdullah bin Arqam, Abdullah

bin Rawahah dan lainnya. Namun yang paling berkompeten diantara mereka

adalah Zaid bin Tsabit.

Cara kedua dalam upaya pemeliharaan al-Qur’an di masa Nabi saw adalah

dengan cara penulisan.29 Terhadap kedua pengertian pengumpulan di atas

dipahami dari firman Allah:

. �ه� . ء�ان ق�ر� ع� �ب ف�ات �ه� ن� أ ق�ر� ذ�ا ف�إ �ه� ء�ان ق�ر� و� ج�م�ع�ه �ا �ن �ي ع�ل ن� إ

29 UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya : UIN SA Press, 2011), 38-39

10

Page 11: Studi Qur'An

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.30

Dan juga firman-Nya:

. �ح�فظ�و�ن� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �نا ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ

“Sesngguhnya Kamilah yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.31

Pengumpulan Al-Qur’an dalam arti penghafalan, sebenarnya telah terproses

pada masa Nabi Muhammad Saw, yaitu ketika Allah Swt menyemayamkan ke

dalam lubuk hati Nabi secara mantap sebelum orang lain menghafalnya terlebih

dahulu. 32

Semua ayat Al-Qur’an yang ditulis dihadapan Nabi ditulis di atas benda-

benda yang bermacam-macam, antara lain, batu, tulang, kulit binatang, pelepah

kurma dan sebagainya, disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih terpencar-

pencar ayat-ayatnya, belum terhimpun dalam suatu mushaf. Di samping itu, para

penulis wahyu secara pribadi masing-masing membuat naskah dari tulisan ayat-

ayat tersebut untuk koleksi pribadi masing-masing.

Naskah Al-Qur’an yang disimpan di rumah Nabi dan diperkuat oleh naskah-

naskah yang dibuat oleh para penulis wahyu serta ditunjang oleh hafalan para

sahabat yang banyak jumlahnya akan dapat menjamin Al-Qur’an tetap terpelihara

secara lengkap dan orisinil. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an bahwa

Allah akan menjaganya sepanjang masa :

�ح�افظ�ون� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �ا �ن ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.33

2. Periode Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq

Setelah Nabi Muhammad wafat, lalu Abu bakar dipilih sebagai khalifah,

30 Al-Qur’an, 75: 17-18.31 Ibid 15: 9.32 Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8033 Al-Qur’an, 15: 9.

11

Page 12: Studi Qur'An

terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat, dan gerakan keluar dari

agama Islam (murtad) dibawah pimpinan Musailamah Al-Kadzdzab. Gerakan ini

segera disikapi oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh

Khalid bin Walid. Terjadilah perang fisik di Yamamah pada tahun 12 hijriyah,

yang menimbulkan korban tidak sedikit dari kalangan muslimin, termasuk 70

sahabat yang hafal Al-Qur’an terbunuh sebagai syuhada.

Peristiwa tragis ini mendorong Umar bin Khattab untuk menyarankan

kepada Abu Bakar agar segera dihimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk

mushaf, karena dikhawatirkan hilangnya sebagian Al-Qur’an dengan wafatnya

sebagian para penghafalnya. Inisiatif Umar dapat diterima oleh Abu Bakar setelah

diadakan diskusi dengan pertimbangan-pertimbangan yang saksama. Kemudian

Abu Bakar segera memerintah Zaid bin Tsabit untuk segera menghimpun ayat-

ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf. Namun Zaid merasa keberatan dengan

tawaran ini, karena hal ini menurut Zaid tidak pernah dilakukan oleh Nabi. Tapi

berkat diplomasi yang dilakukan oleh Abu Bakar yang sepenuhnya didukung oleh

Umar bin Khattab, akhirnya Zaid menerimanya dengan lapang dada.

Zaid bin Tsabit sangat hati-hati dalam menjalankan tugas berat ini, sekalipun

ia seorang penulis wahyu utama (profesional) dan hafal seluruh Al-Qur’an. Dia

dalam menjalankan tugasnya berpegang pada dua hal, yaitu :

1. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di

rumah Nabi.

2. Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang hafal Al-Qur’an.

Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali dengan

disaksikan oleh dua orang saksi yang adil, bahwa ayat-ayat itu benar-benar ditulis

di hadapan Nabi dan atas perintah dan petunjuknya.

Tugas penghimpunan Al-Qur’an itu dapat dilaksanakan oleh Zaid dalam

waktu kurang lebih satu tahun, yakni antara setelah terjadinya peperang Yamamah

dan sebelum wafatnya Abu Bakar. Dengan demikian, tercatatlah dalam sejarah,

bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama kali menghimpun Al-Qur’an dalam

mushaf atas inisiatuf Umar dan Zaid bin Tsabit yang ditunjuk untuk menulisnya.

Mushaf Al-Qur’an karya Zaid bin Tsabit itu disimpan oleh Abu Bakar

kemudian Umar setelah Abu Bakar wafat, lalu Hafsah, putri Umar selaku istri

12

Page 13: Studi Qur'An

Rasulullah yang ia hafal Al-Qur’an juga bisa baca-tulis.

3. Periode Khalifah Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan Usman Ibn Affan islam tersiar secara luas samapai

ke Syam (Syiria), Irak, dan lain-lain, ketika itu timbul pula suatu peristiwa yang

tidak diinginkan kaum muslimin. Singkatnya, ketika Utsman mengerahkan bala

tentara islam ke wilayah Syam dan Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan

Azarbaijan, tiba-tiba Hudzaifah Ibn al-Yaman menghadap Khalifah Utsman

dengan maksud memberi tahu Khalifah bahwa di kalangan kaum muslimin di

beberapa daerah terdapat perselisihan pendapat mengenai tilawah (bacaan) al-

Qur’an.

Hudzaifah mengusulkan kepada Utsman supaya perselisihan itu segera

dipadamkan dengan cara menyalin dan memperbanyak al-Qur’an yang telah

dihimpun di masa Abu Bakar untuk kemudian dikirimkan ke beberapa daerah

kekuasaan kaum muslimin. Dengan demikian, diharapkan agar perselisihan dalam

soal tilawah Al-Qur’an itu tidak berlarut-larut seperti yang dialami orang-orang

Yahudi dan Nasrani dalam mempersengketakan kitab sucinya masing-masing

sehingga kemudian melahirkan teks-teks kitab suci yang berlainan satu dengan

yang lain.

Setelah mengecek kebenaran berita yang disampaikan Hudzaifah, Utsman

pun meminta Shuhuf yang ada di tangan Hafsah untuk disalin dan diperbanyak. 34

lalu Ustman membentuk satu panitia yang terdiri dari :

1. Zaid bin Tsabit, ketua (dari kaum Anshor, Madinah).

2. Abdullah bin Zubair, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy, Makkah).

3. Sa’id bin Ash, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy, Makkah).

4. Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy,

Makkah).

Tugas panitia ini adalah membukukan Al-Qur’an dengan menyalin dari

lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Pelaksanaan gagasan yang mulia ini

dilakukan pada tahun ke-25 hijriyah. Namun, sebelum tim kodifikasi bekerja,

khalifah Ustman terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada tim agar :

34 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), 53-54.

13

Page 14: Studi Qur'An

1. Berpedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an dengan baik dan

benar.

2. Bila ada perbedaan pendapat antara mereka tentang bahasa (bacaan), maka

haruslah dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur’an itu

diturunkan menurut dialek mereka. 35

Panitia bekerja menyalin mushaf ini hingga menghasilkan lima buah mushaf

untuk dikirim ke beberapa daerah, dengan disertai instruksi bahwa mushaf Al-

Qur’an yang berbeda dengan mushaf Utsman yang dikirim tersebut harus

dimusnahkan (dibakar). Publik pada waktu itu, termasuk para sahabat Nabi

menyambut baik terhadap terbitnya Mushhaf Utsmani (Mushhaf Al-Imam) ini, dan

mematuhi instruksi Utsman bin Affan dengan senang hati.

Setelah tim penyusun berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang

dipinjamnya itu dikembalikan kepada Hafsah. Marwan bin Hakam, seorang

khalifah Dinasti Bani Umayyah (w. 65 H) pernah meminta Hafsah agar

mushafnya dibakar, tetapi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah Hafsah wafat,

mushafnya diambil oleh Marwan, kemudian dibakarnya. Tindakan Marwan ini

dilakukan karena terpaksa, untuk menjaga eksistensi keseragaman Al-Qur’an yang

telah dibakukan oleh Utsman, juga untuk menghindari keragu-raguan umat Islam

di masa mendatang terhadap mushaf Al-Qur’an jika masih terdapat dua macam

mushaf, yaitu mushaf Hafsah dan mushaf Utsman.

Dengan demikian, maka penulisan Al-Qur’an di masa Ustman memiliki

faedah di antaranya :

1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan

tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu

tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf Ustman. Sedangkan bacaan-

bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan Mushaf-mushaf Ustman tidak

dibolehkan lagi.

3. Menyatukan tertib susunan surah-surah, menurut urutan seperti yang terlihat

pada mushaf-mushaf sekarang. 36

35 Anshori, Ulumul Qur’an, 93. 36 Ibid., 94.

14

Page 15: Studi Qur'An

4. Tahap Percetakan Al-Qur’an

Di antara usaha pemeliharaan Al-Qur’an yang kedua pasca era kekhalifahan

adalah dengan cara mencetak Al-Qur’an. Teknik pencetakan adalah salah satu

aspek yang sangat membantu dalam memformulasikan tulisan Al-Qur’an. Sejak

abad ke-16 M., ketika mesin cetak dari tipe yang dapat digerakkan mulai

dipergunakan pertama kali di Eropa dan kemudian diperkenalkan ke seluruh

dunia, pola percetakan Al-Qur’an mulai dibakukan. Memang, pada masa

sebelumnya Al-Qur’an pernahb dicetak dengan blocprint, bahkan pada paruh awal

abad kesepuluh Al-Qur’an pernah dicetak dalam bentuk ukiran kayu dan dalam

bentuk lembaran.

Al-Qur’an pertama kali dicetak dengan mesin yang dapat digerakkan atau

dipindah-pindahkan dibuat di Hamburg Jerman pada 1694 atau pada abad ke-12

hijriyah. Naskahnya dilengkpi dengan tanda baca. Barangkali naskah Al-Qur’an

yang dicetak umat Islam pertama kali adalah yang disebut dengan “edisi Mulay

Utsman” yang dicetak pada tahun 1787, di St.Petersburg, Rusia. Kemudian diikuti

yang lain seperti yang berasal dari Kazan 1828, Persia 1833, dan Istambul 1877. 37

Pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu, termasuk

ketika dunia tulis-menulis mengalami kemajuan dalam hal percetakan. Sejak

pencetakan yang pertama itu, percetakan Al-Qur’an terus menerus mengalami

kemajuan yang sangat berarti. Lebih dari itu, negara-negara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, lebih-lebih yang menyatakan diri sebagai negara

Islam, telah memiliki panitia khusus yang bertugas mentashhih setiap percetakan

Al-Qur’an. Di Indonesia, misalnya telah memiliki kepanitiaan tersebut sejak

hampir setengah abad yang lalu. 38

BAB III

KESIMPULAN

37 Ibid., 97-98.38 Suma, Ulumul, 56-57.

15

Page 16: Studi Qur'An

Secara bahasa, kata al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata qara'a -

yaqra'u. Adapun secara istilah, al-Qur’an adalah kitab Allah yang berisi

firmanNya, berfungsi sebagai mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

dalam bentuk lafadz dan makna, diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam

mushaf-mushaf, diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan

membacanya dipandang ibadah. Adapun nama al-Qur’an antara lain adalah al-

Qur’an, al-Furqon, Al-Kitab, Adz-Dzikr dan al-Tanzil.

Proses turunnya dipandang beragam oleh para ulama, dan dalam hal ini bisa

dikelompokkan dalam tiga madzhab, yaitu kelompoknya Ibnu Abbas, As-Sa’bi

dan sebagian mufassir.

Sejarah pemeliharaan al-Qur’an dimulai dari zaman Nabi, Sahabat Abu

Bakar, Utsman, Tabi’in dan seterusnya sampai sekarang..

DAFTAR PUSTAKA16

16

Page 17: Studi Qur'An

Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad, Al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an al-Karim. Maktabatus Sunnah, tt.

Abu Syamah, al-Mursyid al-Wajiz ila Ulum Tata’allaq bil-Kitab al-Aziz. Beirut: Dar Shadir, 1975.

Ad-Dimasyqi, Al-Qadhi bin Ali bin Muhammad bin Abi Al-Izz. Syarh Aqidah Thahawiyah. Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah, Sahih al-Bukhari. Damaskus: Dar Thauq an-Najat, 1422 H.

al-Nadwi, Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, terj. Muhammad Halabi Hamdi. Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007.

al-Qatthan , As-Syaikh Manna’ Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Maktabah Wahbah, tt.

Anshori, Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013.

as-Suyuthi, Imam Jalaluddin, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, juz 1. Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-Ammah lil Kitab, 1974

at-Thabary, Abu Ja’far, Tarikh at-Thabary Juz II. Beirut: Dar at-Turats, 1387 H.

Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Ibnu Katsir, Abul Fida’ Isma’il bin Umar, Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1419 H.

Khalaf, Abdul Jawwad, Madkhal ila at-Tafsir wa Ulum al-Qur’an. Kairo: Dar el-Bayan al-Araby, 2012.

Mudzakir. Studi Ilmu-Ilmu Qu’an. Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2009.

Salih (al), Subhi. Mabahits fi Ulum al-Qur’an . Dar al-Ilm lil Malayin : Cet. 16, 1985.

Suma, Muhammad Amin, Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013

Sunan Ampel Surabaya, UIN. Studi Al-Qur’an. Surabaya : UIN SA Press, 2011.

Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya: Karya Abditama, 1997. vii.

AL-QUR’AN

Diajukan Dalam Diskusi Kelas Pada Mata Kuliah

17

Page 18: Studi Qur'An

STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pembimbing:Prof. Dr. H. Faishol Haq, M.Ag

Oleh:

Dewi Kumala Sari

Citra Puspita Maulida

PROGRAM PASCA SARJANA EKONOMI SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN AMPEL SURABAYA

2015

18