studi perbandingan komposisi tepung sorgum (sorghum...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Studi Perbandingan Komposisi Tepung Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench)
dengan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Mi Instan
Laras Putri Wigati, Sumardi Hadi Sumarlan, Darwin Kadarisman
Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan substitusi terbaik, menentukan karateristik fisik, kimia dan
organoleptik pada mi instan berbahan dasar tepung terigu dan tepung sorgum. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor formulasi perbandingan
tepung terigu dan tepung sorgum dalam persen (%) yakni 75:25, 65:35, 55:45 dan suhu pengovenan, 50 oC
dan 60 oC. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa karakteristik fisik, kimia relatif memiliki perbedaan yang
nyata terhadap perlakuan substitusi tepung maupun perlakuan suhu pengovenan. Hasil penelitian parameter
fisik adalah rendemen 67,292 %, tingkat kekerasan atau tekstur 2,55 kg/cm2, daya patah 0,18 kg/cm
2, daya
putus 0,5 kg/cm2
dan daya serap air 190,920 %. Sifat kimia diperoleh nilai kadar protein 10,99 % dan kadar
karbohidrat 80,05 %. Parameter organoleptik memperoleh nilai warna 4,48 (agak suka), dan rasa 4,48 (agak
suka).
Kata kunci : mi instan, sorgum, subsitusi, terigu
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia dalam tingkat konsumsi mi instan,
yakni 13,4 miliar bungkus setelah Cina dengan konsumsi mencapai 44,4 miliar bungkus pada tahun
2014 menurut data World Instan Noodles Assosiation (WINA) dan diperkirakan akan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun (WINA, 2015). Sedangkan dalam pembuatan mi instan tak akan
luput dari bahan baku dalam pembuatnya, yakni tepung terigu. Tepung terigu merupakan produk
olahan gandum yang hingga saat ini tak lepas dari usaha impor. Permintaan konsumen terhadap
tepung terigu dibanding dengan ketersediannya di Indonesia tidak sebanding, sehingga diperlukan
usaha impor untuk dapat menanggulanginya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang dihimpun oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), menyatakan bahwa
volume impor gandum pada tahun 2013 mencapai 6,37 juta ton dan meningkat menjadi 7,43 juta
pada tahun 2014 (APTINDO, 2015).
Dari permasalahan peningkatan impor gandum serta permintaan konsumsi mi instan yang
diprediksi akan terus meningkat maka dibutuhkan suatu solusi untuk dapat menyingkapinya.
Pengembangan komoditas pengganti atau mengurangi konsumsi gandum untuk bahan substitusi
adalah salah satu solusi.
Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) dapat dijadikan sebagai bahan pangan pengganti
ataupun menjadi bahan substitusi karena dianggap sebagai tumbuhan yang mampu tumbuh di lahan
marginal. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di
daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel (Hermawan, 2013).
Berdasarkan permasalahan di atas dan keunggulan sorgum yang telah diketahui maka
dilakukan penelitian pengolahan mi instan dengan bahan baku tepung terigu dengan subtitusi
tepung sorgum. Hal ini dimaksudkan agar menekan kebutuhan tepung terigu serta lebih
mengandung nutrisi yang kaya akan serat. Serta bertujuan untuk membutuhkan substitusi tepung
sorgum terbaik pada pembuatan mi instan, menentukan karakteristik fisik mi instan hasil substitusi
tepung sorgum, menentukan karakteristik kimia mi instan hasil substitusi tepung sorgum dan untuk
menentukan tingkat kesukaan panelis terhadap produk dalam uji organoleptik.
A-36
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakandalam penelitian ini adalah tepung terigu, tepung sorgum, garam,
aquades dan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC). Adapun peralatan yang digunakan adalah neraca
digital, oven, pencetak mi, kompor, baskom, loyang, sendok, panci, gelas ukur, nampan dan spatula
plastik.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang
terdiri dari dua faktor, yakni pada faktor pertama terdiri dari 3 level yaitu perbandingan formulasi
tepung terigu dan tepung sorgum dalam persen (%) dengan komposisi 75:25, 65:35, 55:45.
Sedangkan faktor kedua adalah suhu, terdiri dari 2 level suhu pengeringan, yakni 50 ºC dan 60 °C.
Sehingga dengan 2 faktor tersebut akan diperoleh 6 kombinasi. Perlakuan kontrol berupa formulasi
terigu dengan komposisi 200 gram tanpa tambahan tepung sorgum terdiri dari 3 kali ulangan. Dari
berbagai kombinasi tersebut akan dilakukan pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali
pengulangan, sehingga akan diperoleh 24 unit percobaan. Selanjutnya data yang diperoleh dari
hasil pengamatan akan dilakukan analisis ragam (ANOVA), uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Pembuatan Mi Instan
Pembuatan mi instan berawal dari pencampuran bahan-bahan yang digunakan, yaitu tepung
terigu, tepung sorgum, garam, air dan CMC sesuai dengan formula yang digunakan. Perbandingan
antara tepung terigu dan tepung sorgum adalah 100:0, 75:25, 65:35 dan 55:45, 1 g CMC, 4 g garam
dan 100 ml air. Selanjutnya dilakukan pengadaonan hingga adonan tidak lengket. Tahap
selanjutnya adalah pembentukan lembaran, pembentukkan untaian mi, pengukusan selama 10
menit agar terjadi proses gelatinisasi. Tahap terakhir adalah pengovenan dengan suhu 50 °C dan
60°C selama 16 jam (Lala, 2013).
Sifat Fisik
Rendemen (AOAC, 1995). Tingkat kekerasan atau tekstur metode alat Foce Gauge. Daya
patah metode alat Foce Gauge. Daya putus metode alat Tensile Strenght Instrument. Daya serap air
(Yuwono dan Susanto, 1998).
Sifat Kimia
Protein (AOAC, 1990). Karbohidrat (by difference).
Organoleptik
Pengujian ini meliputi rasa dan warna oleh 25 panelis yang dilakukan oleh mahasiswa
Universitas Brawijaya. Mi yang akan diuji direbus dengan air mendidih selama 5 menit. Blangko
yang digunakan adalah Hedonic Scale Scorring. Panelis menuliskan skor pada blangko untuk
tingkat kesukaan terhadap warna dan rasa menggunkan skala likert (1-7). 1 adalah sangat tidak
suka, 2 adalah tidak suka, 3 adalah agak tidak suka, 4 netral/biasa, 5 adalah agak suka, 6 adalah
suka dan 7 adalah sangat suka.
Pemilihan Perlakuan Terbaik
Pada penelitian ini, penentuan perlakuan terbaik dengan menggunakan indeks efektifitas,
dengan penilaian parameter yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan organoleptik mi instan.
Penilaian diurutkan dari yang kurang penting hingga paling penting. Perlakuan dengan nilai produk
(NP) tertinggi merupakan perlakuan terbaik. Sedangkan perlakuan terjelek adalah ketika
didapatkan nilai produk (NP) terendah.
A-37
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik
Rendemen
Berdasarkan pada penelitian ini didapatkan nilai rendemen berkisar antara 64,87 % hingga
68,91 %. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan
terhadap nilai rendemen mi instan ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Rendemen Mi Instan
Hasil sidik ragam rendemen menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung
terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya memberikan pengaruh tidak
nyata (P < 0,05) terhadap nilai rendemen mi instan.
Tekstur
Nilai tekstur berubah sejalan dengan perbedaan formulasi dan suhu pengovenan, sehingga
didapatkan nilai tekstur mie instan berkisar antara 1,62 Kg/cm2 hingga 3,47 Kg/cm
2 yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Tekstur Mi Instan
Hasil sidik ragam tekstur menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu
dan tepung sorgum dan suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap
tekstur mi instan. Pengaruh yang nyata tersebut dikarenakan semakin banyak tepung sorgum yang
ditambahkan dalam formula mi instan dan semakin tingginya suhu pengovenan maka tekstur mi
instan akan relatif lebih keras. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hatcher (1999), menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh serap air terhadap sifat tekstur.
Hatcher et.al (2002), menyatakan bahwa kualitas tekstur dari mi instan diketahui
dipengaruhi oleh ukuran partikel tepung sebagai bahan bakunya. Tepung dengan ukuran partikel
yang halus akan memberi hasil mi dengan teksur terbaik. Hal itu diperkuat oleh Yuwono dan
Susanto (1998), bahwa faktor-faktor penentu dalam pengujian tekstur adalah ketebalan bahan akan
menentukan kekuatan bahan dalam menerima beban, dengan demikian untuk luas permukaan yang
sama ketebalan sampel harus sama. Faktor selanjutnya adalah kerataan permukaan bahan, yakni
76.75
68.70
64.87
68.81 68.20 67.14 67.71
68.91
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Ren
dem
en (
%)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC)
50 °C60 °C
4.42
1.62 2.14
3.14
4.65
2.55 3.00
3.47
0
1
2
3
4
5
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Tek
stur
(Kg/c
m²)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (
C)
50 °C
60 °C
A-38
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
idealnya permukaan bahan rata sehingga bahan yang diberikan memang merupakan beban yang
menghancurkan struktur pangan tersebut. Jika sampel yang diuji kerataan permukaan tidak sama,
misalnya permukaannya lengkung, maka beban yang diberikan akan berfungsi mematahkan bahan
bukan menghancurkan.
Daya Patah
Pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta suhu pengovenan terhadap
daya patah mi instan adalah memperoleh nilai kadar patah berkisar antara 0,10 Kg/cm2 hingga 0,35
Kg/cm2 seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Daya Patah Mi Instan
Hasil sidik ragam daya patah menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung
terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05)
terhadap nilai daya patah mi instan. Pengaruh yang nyata tersebut dikarenakan semakin banyak
tepung sorgum yang ditambahkan dalam formula mi instan dan semakin tingginya suhu
pengovenan maka daya patah mi instan akan relatif lebih tinggi. Namun tidak dengan interaksinya,
interaksi keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Menurut penelitian oleh Liang
dan Kristinsson (2007), bahwa daya patah dapat dipengaruhi oleh perbedaan protein dalam tepung
yang digunakan dalam campuran pembuatan mi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Shiau dan Yeh
(2001), Wang et.al (2011) dalam penelitiannya, bahwa produksi mi dengan protein yang lebih
tinggi akan menghasilkan mi yang lebih keras.
Daya Putus
Nilai daya putus mi instan pada penelitian ini didapatkan sebesar 0,3 Kg/cm2 hingga 0,7
Kg/cm2. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan
terhadap nilai daya putus mi instan ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Daya Putus Mi Instan
0.69
0.10 0.15
0.27
0.73
0.18 0.26
0.35
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45Day
a P
atah
(K
g/c
m²)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC) 50 °C
60 °C
1.10
0.40
0.73
0.53
0.90
0.53 0.57
0.30
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45Day
a P
utu
s (K
g/c
m²)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC)
50 °C
60 °C
A-39
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Hasil sidik ragam daya putus menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung
terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh
yang nyata (P < 0,05) terhadap nilai daya putus mi instan.
Daya Serap Air
Pada penelitian ini didapatkan nilai daya serap air mi instan berkisar antara 178,93 % hingga
196,16 %. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan
terhadap nilai daya serap air mi instan ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Daya Serap Air Mi Instan
Hasil sidik ragam daya serap air menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung
terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh
yang nyata (P < 0,05) terhadap nilai daya serap air mi instan. Dalam perebusan bahan yang akan
direbus akan menyerap air. Jumlah air yang diserap sangat tergantung pada sifat bahan tersebut.
Perbaikan sifat pangan dengan menggunakan bahan-bahan baru ataupun resep baru akan
mempengaruhi penyerapan air dari produk.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengujian daya serap air adalah waktu, yakni
lamanya pengujian akan menentukan jumlah air yang terserap. Untuk itu waktu pengamatan harus
ditentukan dan sama. Faktor kedua adalah suhu, pengujian harus dilaksanakan pada suhu yang
sama, semakin tinggi suhu, semakin besar air yang dapat diserap oleh bahan. Faktor ketiga adalah
ukuran dan bentuk, hal tersebut akan menentukan luas permukaan kontak, dimana semakin tinggi
luas permukaan kontak akan semakin besar jumlah air yang dapat diserap (Yuwono dan Susanto,
1998).
Sifat Kimia
Protein
Faktor pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta pengaruh suhu
pengovenan memberikan hasil pada nilai protein mi instan berkisar antara 9,44 % hingga 10,99 %
sama halnya dengan Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Protein Mi Instan
171.20
190.86
196.16
178.93
194.80 190.92 195.80 191.19
155.00160.00165.00170.00175.00180.00185.00190.00195.00200.00
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Day
a S
erap
Air
(%
)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC) 50 °C
60 °C
12.01 10.67
9.54 9.44
12.27 10.99
10.20 9.65
0.00
5.00
10.00
15.00
Kontrol
(100:0)
75:25 65:35 55:45
Kad
ar P
rote
in (
%)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC)
50 °C
60 °C
A-40
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Hasil analisis sidik pada parameter ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi
tepung terigu dan tepung sorgum dan perlakuan suhu pengovenan memberikan pengaruh yang
nyata (P > 0,05) terhadap nilai kadar protein mi instan. Namun tidak dengan interaksinya yakni
tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Hasil yang nyata dalam perlakuan formulasi tepung
terigu dan tepung sorgum dalam penelitian ini, dikarenakan kadar protein tiap perlakuan akan
menurun ketika proporsi tepung terigu dalam formulasi juga turun, karena protein dalam terigu
relatif tinggi, hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Nursasminto (2012), Lala (2013), Yadav dan
Gupta (2015). Kadar protein pada penelitian ini juga sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012
tentang syarat mutu mi instan, yakni dengan syarat minimal mi instan memiliki kadar protein
sebesar 8%.
Karbohidrat
Pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta suhu pengovenan terhadap nilai
kadar karbohidrat ditunjukkan pada Gambar 7. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa kadar
karbohidrat mi instan berkisar antara 75,41 % hingga 81,37 %.
Gambar 7. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Karbohidrat Mi Instan
Hasil analisis sidik ragam kadar karbohidrat disajikan menunjukkan bahwa perlakuan
terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan perlakuan suhu pengovenan memberikan
pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap nilai kadar protein mi instan. Namun tidak dengan
interaksinya tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Pada penelitian ini perlakuan dengan
suhu pengovenan 60 oC dihasilkan kadar karbohidrat yang lebih tinggi dibandingakan dengan suhu
pengovenan 50 oC. Selain itu formulasi tepung terigu dan tepung sorgum juga mempengaruhi,
yakni dengan formulasi tepung sorgum yang lebih banyak maka akan meningkatkan kadar
karbohidrat mi instan.
Organoleptik
Rasa
Pengaruh perlakuan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dengan suhu pengovenan
terlihat pada rerata tingkat kesukaan aroma mi instan berkisar antara 3,44 (agak tidak suka) hingga
4,48 (netral/biasa). Nilai kesukaan terhadap rasa dapat dilihat pada Gambar 8.
Rasa adalah aspek sensori yang sangat menentukan penerimaan produk pangan. rasa yang
lezat, nikmat, dan berbeda adalah kunci sukses sebuah produk (Purnomo dan Sukarti, 2009). Pada
penelitian ini, mi instan sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012 yang menyatakan bahwa nilai rasa
harus bersifat normal.
74.51 75.92
77.28
75.41
78.64 80.05
81.27 81.37
70.00
72.00
74.00
76.00
78.00
80.00
82.00
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Kad
ar K
arb
ohid
rta
(%)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Suhu (ºC)
50 °C
60 °C
A-41
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Gambar 8. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Rasa Mi Instan
Warna
Pengaruh perlakuan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dengan suhu pengovenan
terlihat pada rerata tingkat kesukaan warna mi instan berkisar antara 3,56 (netral/biasa) hingga 4,88
(agak suka), seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan
terhadap Nilai Warna Mi Instan
Menurut Asestorfer et.al (2006), normalnya orang-orang lebih menyukai warna yang cerah,
dan warna kuning adalah warna yang paling umum setelah dimasak, dan warna mi yang gelap pada
umumnya kurang menarik. Setelah mi sebagai kontrol, panelis lebih memilih mi instan dengan
warna yang tidak biasa. Formulasi tepung sorgum yang semakin besar akan mempengaruhi warna
dari mi instan, yakni warna cenderung cokelat gelap.
Warna merupakan parameter pangan yang sangat penting, yakni hal pertama yang dilihat
oleh mata konsumen (Mares dan Campbell, 2001). Konsumen telah mempunyai Gambaran tertentu
tentang produk dari warnanya. Faktor-faktor yang menentukan warna adalah sumber cahaya,
individu, ukuran, latar belakang warna disajikan dan sudut pandang melihat warna ( Yuwono dan
Susanto, 1998). Pada penelitian ini, mi instan sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012 yang
menyatakan bahwa nilai warna harus bersifat normal.
Perlakuan Terbaik
Berdasarkan hasil perhitungan perlakuan terbaik, didapatkan bahwa nilai produk (NP)
tertinggi adalah pada perlakuan formulasi tepung terigu 75 % dan tepung sorgum 25 % pada suhu
60 oC. Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa pada perlakuan ini mendapatkan nilai produk terbaik
4.76
3.52 3.84
3.52
4.44 4.48 4.28
3.44
0
1
2
3
4
5
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Suhu (ºC)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
Ras
a 50 °C
60 °C
5.04
3.56
4.56 4.88
5.44
4.48 4.56 4.76
0
1
2
3
4
5
6
Kontrol
100:0
75:25 65:35 55:45
Suhu (ºC)
Formulasi Terigu : Sorgum (%)
War
na
50 °C
60 °C
A-42
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
dari parameter fisik, kimia dan organoleptik. Pada perlakuan ini dengan parameter fisik
memperoleh nilai rendemen 67,292 %, daya patah 0,18 Kg/cm2, daya putus 0,5 Kg/cm
2, daya serap
air 190,920 %. Sedangkan pada parameter kimia memiliki kadar protein 10,99 % dan kadar
karbohidrat 80,05 %. Pada parameter organoleptik memperoleh nilai warna 4,48 (agak suka), dan
rasa 4,48 (agak suka).
Tabel 1. Hasil Parameter Perlakuan Terbaik
Parameter
Perlakuan Terbaik
Formulasi 75:25
Suhu 60 °C
Sifat Fisik
Rendemen (%)
Daya patah (Kg/cm2)
Daya putus (Kg/cm2)
Daya serap air (%)
67,292
0,18
0,5
190,920
Sifat Kimia
Kadar protein (%)
Kadar karbohidat (%)
10,99
80,05
Organoleptik
Warna
Rasa
4,48
4,48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah substitusi perbandingan
tepung terigu : tepung sorgum pada mi instan yang dikehendaki adalah 75 % : 25 % dengan suhu
pengovenan 60 oC. Karakteristik fisik mi instan hasil substitusi tepung sorgum pada hasil terbaik
adalah memiliki nilai rendemen 67,29 % , daya patah 0,18 Kg/cm2
, daya putus 0,5 Kg/cm2
dan
daya serap air 190,92 %. Karakteristik kimia mi instan hasil substitusi tepung sorgum pada hasil
terbaik adalah memiliki kadar protein 10,99 % dan kadar karbohidrat 80,05 %. Pemilihan produk
yang disukai panelis dalam uji organoleptik mi instan adalah memperoleh nilai warna 4,48 (agak
suka), dan rasa 4,48 (agak suka).
Saran
Perlunya kombinasi perbandingan substitusi tepung terigu : tepung sorgum diteliti lagi
dengan variasi substitusi yang lebih banyak. Perlunya orientasi mengenai uji warna menggunakan
instrumen, uji kandungan serat pada dan daya cerna produk.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official methods of analysis. 16th ed. Assosiation of Official Analytical Chemist.
AOAC International, Gaithersbug, Maryland.
______. 1990. Official methods of analisis. Assosiation of Official Analitycal Chemist. AOAC.
Washington DC. USA.
Asentorfer, R.E., Wang, Y., Mares, D.J., 2006. Chemical structure of flavonoid compounds in
wheat (Triticum aestivum L.) flour that contribute to the yellow color of Asian alkaline
noodles. Journal of Cereal Science 43(1):108-119.
Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO). 2014. Laporan impor gandum
APTINDO. APTINDO. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Volume impor gandum. BPS. Jakarta.
A-43
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
ISBN: 978-602-7998-92-6
Badan Standardisasi Nasional. 2012. Standar Nasional Indoenesia Mie Instan No. 3551:2012.
BSN. Jakarta.
Hatcher, D.W., Kruger, J.E. dan Anderson, M.J. 1999. Influence of water bbsorption on the
processing and quality of oriental noodles. Cereal Chem. 76:566-572.
Hatcher, D.W., Anderson, M.J., Desjardins, R.G., Edwards, N.M. and Dexter, J.E. 2002. Effects of
flour particle size and starch damage on processing and quality of white salted noodles.
Cereal Chemistry 79:64-71.
Hermawan, Rudi. 2013. Usaha budidaya sorgum si jago lahan kekeringan. Penerbit Pustaka Baru.
Yogyakarta.
Lala, F.H., 2013. Uji karakteristik mie instan berbahan-baku tepung terigu dengan substitusi mocaf.
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 1(2):11-20.
Liang, Y., Kristinsson, H.G., 2007. Structural and foaming properties of egg albumin sebjected to
different pH-treathments in the presence of calcium ions. Food Research International 40.
664-678.
Mares, D.J., Campbell, A.W., 2001. Mappinh components of flour and noodle color in Australian
wheat. Australian Journal of Agricultural Research 52:1297-1309.
Nursasminto, R. 2012. Pengaruh proporsi penggunaan tepung komposit (Terigu, Mocaf,
Edamame) terhadap sifat fisik kimia dan organoleptik mie kering. Skripsi. THP-FTP
Universitas Brawijaya. Malang.
Purnomo, Dwi dan Sukarti, Tati. 2009. Teknik pengembangan produk pangan baru. Widya
Padjajaran. Bandung.
Shiau, S.Y., Yeh, A.I., 2001. Effects of alkali and acid on dough rheological properties and
characteristics of extruded noodles. Journal of Cereal Science 33, 27-37.
Wang, F., Huang, W., Kim, Y., Liu, R. and Tilley, M. 2011. Effects of translutaminase on the
rheological and noodle-making characteristics of oat dough containing vital wheat gluten
or egg albumin. Journal of Cereal Science. 54(2011)53-59.
World Instant Noodles Association. 2015. Global demand for instant noodles. WINA. Japan.
Yadav, S. Gupta, R.K., 2015. Formulation of noodles using apple pomace and evaluation of its
phytochemicals and antioxidant activity. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
4(1):99-106
Yuwono, S.S. dan Susanto, T. 1998. Pengujian fisik pangan jurusan teknologi pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
A-44