studi pembuatan es krim uwi ungudigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital...terbaik pada...

63
STUDI PEMBUATAN ES KRIM UWI UNGU The Study of Making Purple Yam Ice Cream SILVI SUTRI INSANI WARDA G31113504 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

26 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • STUDI PEMBUATAN ES KRIM UWI UNGU

    The Study of Making Purple Yam Ice Cream

    SILVI SUTRI INSANI WARDA

    G31113504

    PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • ii

    STUDI PEMBUATAN ES KRIM UWI UNGU

    The Study of Making Purple Yam Ice Cream

    OLEH :

    SILVI SUTRI INSANI WARDA

    G311 13 504

    Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada

    Departemen Teknologi Pertanian

    PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • iv

    SILVI SUTRI INSANI WARDA (G31113504). STUDI PEMBUATAN ES

    KRIM UWI UNGU. Dibawah Bimbingan :Nurlaila Abdullah dan Mulyati M.

    Tahir

    ABSTRAK

    Umbi uwi ungu (Dioscorea alata L.) merupakan salah satu jenis umbi uwi yang

    mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis

    umbi uwi lainnya. Pemanfaatan uwi ungu masih jarang sehingga pada penelitian

    ini menggunakan uwi ungu sebagai bahan dasar dalam pembuatan es krim.

    Pembuatan es krim perlu memperhatikan kandungan bahan yang digunakan

    karena uwi merupakan salah satu umbi dengan kandungan lemak yang rendah

    sehingga perlu adanya penambahan susu full cream untuk memperbaiki rasa,

    aroma dan tekstur es krim. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi

    terbaik pada penambahan uwi ungu pada pembuatan es krim dan mengetahui

    perbandingan perlakuan terbaik pada pembuatan es krim berdasarkan nilai

    overrun, kecepatan meleleh dan uji organoleptik. Uwi ungu diperoleh dari

    Banteng, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan yang berbeda

    dengan formulasi yang sama, yaitu A: Pasta Uwi dan B: Tepung Uwi dengan

    formulasi A1 (pasta 50% + susu 10%), A2 (uwi 45% + susu 15%), A3 (uwi 40%

    + susu 20%), B1 (uwi 50% + susu 10%), (uwi 45% + cream 15%) dan B3 (uwi

    40% + susu 20%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai overrun tertinggi

    adalah perlakuan B1 dengan nilai 28,62% dan perlakuan A3 dengan nilai overrun

    terendah. Kecepatan meleleh dengan nilai tertinggi adalah A1 yaitu 29 menit

    sedangkan B3 dengan kecepatan leleh terendah yaitu 23 menit. Untuk

    organoleptik (aroma, warna, tesktur dan rasa) perlakuan terbaik adalah

    penggunaan pasta uwi (A1,A2,A3) kemudian penggunaan tepung uwi (B1,B2 dan

    B3).

    Kata Kunci: Uwi ungu, Pasta uwi, Tepung uwi, es krim.

  • v

    SILVI SUTRI INSANI WARDA (G31113504). STUDI PEMBUATAN ES

    KRIM UWI UNGU. Under Guidance of :Nurlaila Abdullah dan Mulyati M.

    Tahir

    ABSTRACT

    Purple yam tuber (Dioscorea alata L.) is one type of bulb yam containing

    carbohydrate and protein. They are higher then compared with other types of

    bulbs yam. Utilization of purple yam still rare, so in this study using purple yam

    as a basic ingredient in the manufacture of ice cream. Making ice cream needs to

    pay attention to ingredients used for yam is one tuber with a low fat content so it

    needs the addition of whole milk to improve the taste, aroma and texture of ice

    cream. This study aims to obtain the best formulation on the addition of purple

    yam to ice cream making and to know the best treatment ratio on ice cream

    production based on the value of overrun, melt rate and organoleptic test.Purple

    yam obtained from Bantaeng, South Sulawesi. This study used two different

    treatments of the same formulation, namely A: Yam Pasta and B: Yam Flour with

    formulation A1 (pasta 50% + milk 10%), A2 (pasta 45% + milk 15%), A3 (pasta

    40 % + milk 20%), B1 (flour 50% + milk 10%), (flour 45% + milk 15%) and B3

    (flour 40% + milk 20%). The results of this study showed that the value of the

    overrun of the highest is a treatment B1 with the value of the 28,62% and

    treatment A3 with the value of the overrun low. The speed of the melting with the

    highest value was treatment A1 was 29 minutes while the speed of melting with

    lowest values was treatment B3 was 23 minutes. For organoleptic (aroma, color,

    texture and taste) the best treatment is the use of yam pasta (A1,A2,A3) and

    treatment use the yam flour (B1,B2 and B3).

    Keyword: Purple yam, Yam pasta, Yam flour, Ice cream.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirahim........

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subahanahu wa

    Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Serta shalawat untuk baginda Rasulullah Sallallahu

    Alaihi Wassalam sebagai sebaik-baik manusia yang padanya terdapat suri

    tauladan, dan tak lupa juga untuk para keluarga beliau, para sahabat, tabi’in dan

    umatnya hingga akhir zaman. Skripsi dengan judul “Studi Pembuatan Es Krim

    Uwi Ungu” yang sekaligus merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Teknologi Pertanian di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen

    Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

    pihak sangatlah penting dimana saat penulisan skripsi ini ada banyak hambatan

    yang harus dilalui baik dari diri penulis maupun dari lingkungan sekitar, namun

    karena adanya doa, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat

    mengatasinya dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Olehnya itu, dalam

    kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya pada pihak yang membantu dan telah memberikan bimbingan dalam

    penyusunan skripsi ini. Penulis juga memohon maaf apabila ada kesaalahan dan

    kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun

    sangat penulis harapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

    Makassar, Mei 2018

    Penulis

  • vii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis.

    Ayahanda Warda Messang dan Ibunda tercinta Hj. Fatmawati S.Pd. Terima

    kasih atas segala doa yang tiap hari dipanjatkan untuk anak-anaknya dan terima

    kasih atas dukungan materil yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis

    tanpa berkeluh-kesah. Terima kasih karena selalu ada untuk penulis,

    mendengarkan segala cerita penulis dan selalu memberikan motivasi kepada

    penulis. Demikian juga kepada saudara-saudara tercinta yang selalu memberikan

    semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis juga

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

    1. Ibu Ir. Nurlaila Abdullah, MS dan Ibu Prof.Dr. Ir. Hj. Mulyati M. Tahir.,

    MSselaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran

    serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

    2. Kepada kakak Muh. Riyaha Warda, adik Niswah Fadhillah Warda dan

    adik Abdullah Fatwa Warda yang selalu memberikan dukungan dan

    semangat. Serta kepada seluruh keluarga besar yang tak pernah lupa

    memberikan doa dan semangat.

    3. Dekan Fakultas Pertanian dan para Pembantu Dekan, Karyawan dan Staf

    dalam lingkup Fakultas Pertanian atas bantuannya selama penulis menempuh

    pendidikan.

    4. Ketua Departemen dan Staf Dosen beserta seluruh karyawan Departemen

    Teknologi Pertanian yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada

    penulis selama menempuh pendidikan.

    5. Bapak Dr.rer.nat Zainal, STP, M.FoodTech selaku Ketua Program Studi

    Ilmu Dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

    6. Bapak dan ibu staff pengajar dan yang telah memberikan bantuan dan

    bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi

    Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

    7. Teman-teman RANTAI 2013 dan terkhusus kepada ITP 2013 yang selalu

    memberikan dukungan, semangat perjuangan serta pengalaman kebersamaan

    yang tak ternilai. Untuk Wahyuni, Fratiwi Hamsiohan, Nur Fadilla Rahma

  • viii

    Sari, Zulfikar Ihsan, Hasrah, Nabila Mukmininah Djibril, Nur Sakinah,

    Kurniati Tajuddin, Rahmatiah terima kasih atas segala semangat,

    dukungan, keceriaan dan kebersamaan yang tak terlupakan, sukses untuk kita

    semua. Serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu.

    8. Rekan sepembimbing penulis Nurmadiah terima kasih selalu mengingatkan

    dan menemani penulis dalam menyelesaikan tugas akhir bersama-sama.

    Terima kasih kepada Nurul Wakiah Idris yang selalu memberi dukungan dan

    membantu penulis dalam penulisan dan selalu memberi dukungan pada

    penulis.

    9. Sahabat-sahabat Evi, Riri, Tasmianto, Wahid, Yunira Ma’ruf, Fitri Faradhilla,

    Darnawati, Darmawati, dan semua teman-teman yang selama ini menemani

    penulis.

    10. Kepada semua kakak-kakak dan adik-adik yang termasuk member Once

    Makassar serta TWICE (NaJeongMoSaJiMiDaChaeTzu) yang selalu

    menemani dan memberikan semangat serta keceriaan kepada penulis saat

    mengerjakan tugas akhir ini.

    11. Kepada Keluarga Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Universitas

    Hasanuddin dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas

    Hasanuddin atas segala kesempatan berlembaga yang mendewasakan

    pemikiran penulis.

    Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih banyak kekurangan dan

    jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis

    sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberi sumbangan

    pengetahuan khususnya di Program Studi Ilmu dan Teknolgi Pangan Fakultas

    Pertanian Universitas Hasanuddin dan bagi pembaca pada umumnya yang

    mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan.

  • ix

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Silvi Sutri Insani Warda lahir di Sengkang, 17

    November 1995. Merupakan anak ke-dua dari empat

    bersaudara hasil pernikahan pasangan Bapak Warda

    Messang dan Ibu Hj. Fatmawati S.Pd. Pendidikan formal

    yang pernah dijalani adalah:

    1. Sekolah Dasar Negeri No 332 Mattirotappareng

    2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sengkang

    3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sengkang

    Pada tahun 2013, penulis diterima melalui jalur JNS (Jalur Non Subsidi) di

    Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin Program Strata 1 (S1) dan

    tercatat sebagai Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,

    Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

    Makassar. Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten untuk

    praktikum “Analisa Sensori” pada tahun 2017, sedangkan dalam bidang

    organisasi sebagai anggota “Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian

    Universitas Hasanuddin.

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

    I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    I.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

    I.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

    II.1. Uwi Ungu (Dioscorea alata) ........................................................................ 3

    II.2 Kandungan Nutrisi Uwi ................................................................................ 6

    II.3 Es Krim .......................................................................................................... 8

    II.4 Susu .............................................................................................................. 10

    II.5. Bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim ..................................... 11

    II.6.Proses Pembuatan Es Krim .......................................................................... 13

    II.7. Overrun ....................................................................................................... 16

    II.8 Kecepatan Meleleh ...................................................................................... 16

    II.9 Uji Organoleptik .......................................................................................... 17

    II.9.1 Warna .................................................................................................... 17

    II.9.2 Aroma .................................................................................................... 18

    II.9.3 Tekstur................................................................................................... 18

    II.9.4 Rasa ....................................................................................................... 18

    III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 20

    III. 1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 20

    III. 2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 20

    III. 3. Prosedur Penelitian ................................................................................... 20

    III. 3. 1. Pembuatan Pasta Uwi ....................................................................... 20

    III. 3. 2. Pembuatan Tepung Uwi.................................................................... 20

    III. 3. 3. Pembuatan Es krim uwi ungu ........................................................... 21

  • xi

    III. 4. Formula Bahan dan Perlakuan ................................................................. 21

    III. 5. Paramater Pengamatan ............................................................................. 22

    III.5.1. Uji Organoleptik (Rahayu, 2001) ....................................................... 22

    III.5.2. Overrrun (Susilorini, 2006) ................................................................ 22

    III.5.3. Kecepatan Leleh Es krim (Irwanto, 2002 dalam Niswandini 2004)... 22

    III.6. Analisis Data ............................................................................................. 22

    III.7. Diagram Alir .............................................................................................. 23

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 26

    IV. 1.Ekstrak Uwi dan Tepung Uwi ................................................................... 27

    IV.2. Overrun .................................................................................................... 28

    IV. 3. Kecepatan Leleh ....................................................................................... 29

    IV. 4. Hasil Uji Organoleptik ............................................................................. 31

    IV. 4. 1. Aroma ............................................................................................... 31

    IV. 4. 2. Warna............................................................................................... 32

    IV. 4. 3. Tekstur .............................................................................................. 34

    IV. 4. 4. Rasa .................................................................................................. 35

    V. PENUTUP ......................................................................................................... 37

    V.1. Kesimpulan ................................................................................................. 37

    V.2. Saran ........................................................................................................... 37

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 42

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Teks Halaman

    Tabel 01. Komposisi kimia Uwi Ungu/100gram...................................................05

    Tabel 02. Kandungan Nutrisi Uwi (tiap 100g bahan)............................................07

    Tabel 03. Syarat mutu es krim berdasarkan SNI No. 01-3713-1995.....................09

    Tabel 04. Komposisi umum es krim......................................................................10

    Tabel 05. Perbandingan bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim..........21

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Teks Halaman

    Gambar 01. Uwi Ungu ............................................................................................ 3

    Gambar 02. Diagram Alir Pembuatan Pasta Uwi ................................................. 23

    Gambar 03. Diagram Alir Pembuatan Tepung Uwi Ungu .................................... 24

    Gambar 04. Diagram Alir Pembuatan Es Krim Uwi Ungu. ................................. 25

    Gambar 05. Pengaruh pasta dan tepung uwi ungu terhadap nilai Overrun es

    krim... ..................................................................................................................... 28

    Gambar 06. Pengaruh pasta dan tepung uwi ungu terhadap kecepatan leleh es

    krim ........................................................................................................................ 30

    Gambar 07. Hasil Uji Organoleptik terhadap aroma Es Krim Uwi Ungu ............ 31

    Gambar 08. Hasil Uji Organoleptik terhadap warna Es Krim Uwi Ungu ............ 33

    Gambar 09. Hasil Uji Oranoleptik terhadap tekstur Es Krim Uwi Ungu ............. 34

    Gambar 10 Hasil Uji Oranoleptik terhadap rasa Es Krim Uwi Ungu ................... 35

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Teks Halaman

    1. Hasil Analisa Nilai Overrun Es Krim Uwi.............................. 42

    2. Hasil Analisa Kecepatan Meleleh Es Krim Uwi Ungu............ 42

    3. Hasil Uji Organoleptik Es Krim Uwi Ungu terhadap Aroma.. 43

    4. Hasil Uji Organoleptik Es Krim Uwi Ungu terhadap Warna.. 44

    5. Hasil Uji Organoleptik Es Krim Uwi Ungu terhadap Tekstur. 45

    6. Hasil Uji Organoleptik Es Krim Uwi Ungu terhadap Rasa..... 46

    7. Kuisioner Pengujian Organoleptik Metode Hedonik............... 47

    8. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ………......................... 48

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Umbi-umbian merupakan salah satu jenis bahan pangan yang termasuk salah

    satu makanan pokok yang biasa di konsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia,

    diketahui ada lima belas komoditas pertanian penting salah satunya yaitu umbi

    uwi. Uwi menduduki peringkat ke empat dalam kelompok komoditas umbi-

    umbian setelah kentang, ubi kayu, dan ubi jalar. Uwi sendiri termasuk kedalam

    suku uwi-uwian (Dioscorea spp.) merupakan tumbuhan merambat yang dapat

    mencapai panjang sepuluh meter, dengan daun yang berbentuk mata panah

    berwarna hijau atau keunguan, dengan umbi uwi dibawah tanah memiliki bentuk

    dan ukuran yang bervariasi, dengan kulit umbi berwarna coklat sampai hitam, dan

    warna daging yang beragam mulai dari putih, krem sampai keunguan (Budoyo,

    2010). Umbi uwi sendiri memiliki banyak jenis, warna daging, bobot serta ukuran

    tergantung dari daerah dimana uwi tersebut tumbuh. Di Sulawesi Selatan, daerah

    yang dikenal sebagai penghasil umbi uwi berasal dari Kabupaten Bantaeng. Di

    daerah tersebut umbi uwi biasanya disebut “uwi”.

    Uwi ungu (Dioscorea alata) merupakan jenis umbi-umbian pangan yang

    mengandung karbohidrat sebagai komponen utamanya dan protein, pati, lemak,

    vitamin serta mineral sebagai kandungan nutrisi lainnya (Hoover, 2001). Selain

    itu, uwi ungu juga dikenal karena memiliki warna yang mencolok. Uwi dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang berfungsi sebagai pangan fungsional

    karena mengandung serat pangan yang tinggi serta kandungan mineral sehingga

    sangat bagus untuk dikonsumsi. Pemanfaatan uwi ungu dimasyarakat masih

    sangat tradisional seperti dibakar, dikukus, ataupun digoreng. Oleh karena itu,

    pemanfaatan uwi ungu lokal perlu diolah menjadi berbagai produk seperti

    mengolahan uwi menjadi tepung atau pengolahan uwi sebagai bahan dasar dalam

    pembuatan berbagai jenis produk pangan salah satunya adalah es krim.

    Es krim merupakan produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi

    proses pembekuan dan agitasi pada bahan-bahan yang terdiri dari susu, pemanis,

    penstabil, pengemulsi, dan penambah citarasa (flavor) (Aliyah, 2010). Pada

    pembuatan es krim susu berfungsi sebagai pembentuk body dari es krim serta

  • 2

    meningkatkan karakteristik tekstur dari es krim. Pemilihan susu bubuk full cream

    dilakukan karena kandungan lemaknya yang tinggi yang diharapkan dapat

    memperbaiki tekstur dari es krim ini. Es krim sendiri memiliki rasa yang manis,

    enak dan memiliki tektur yang lembut sehingga dapat dikonsumsi sebagai

    makanan penutup ataupun cemilan. Pada pembuatan es krim adanya penambahan

    pasta maupun tepung uwi ungu akan memberikan pengaruh terhadap kualitas serta

    mutu fisik dari es krim yang dihasilkan. Disamping penggunaan pasta dan tepung

    uwi juga dilakukan adanya penambahan susu bubuk full cream agar menghasilkan

    es krim yang berkualitas baik serta diharapkan dapat memperbaiki rasa, aroma

    dan tekstur es krim dan juga sebagai bahan yang akan menambah nilai nutrisi dari

    es krim.

    I.2 Rumusan Masalah

    Uwi ungu merupakan salah satu jenis uwi yang mudah didapatkan karena di

    masyarakat uwi ungu biasanya hanya tumbuh liar dan pengolahannya hanya

    sebatas dikukus, direbus, digoreng, dibakar atau dibuat kripik. Pengolahan umbi

    ungu dapat ditingkatkan dengan mengolah umbi uwi ungu sebagai produk jadi

    dan setengah jadi seperti tepung dan es krim. Uwi ungu mengandung lemak yang

    rendah sehingga apabila digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan es krim

    perlu adanya penambahan susu full cream yang berfungsi sebagai sumber lemak

    yang diharapkan menghasilkan produk yang dapat memberi pengaruh terhadap

    mutu fisik es krim yang dapat diterima oleh konsumen.

    I.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui konsentrasi penggunaan uwi ungu terbaik dalam

    pembuatan es krim uwi ungu yang dihasilkan berdasarkan overrun dan

    kecepatan meleleh es krim

    2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan penggunaan uwi ungu terbaik

    berdasarkan uji organoleptik (tekstur, aroma, warna dan rasa).

    Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan nilai ekonomis dari

    umbi uwi ungu. Selain itu, diharapkan pengolahan umbi uwi ungu dan susu full

    cream menjadi es krim dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

    produk berbasis pangan lokal.

  • 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Uwi Ungu (Dioscorea alata)

    Uwi termasuk ke dalam famili Dioscoreaceae genus Dioscorea yang

    memiliki lebih dari 600 spesies yang 10 spesies diantaranya dibudidayakan

    sebagai bahan pangan dan untuk obat-obatan. Enam spesies yang penting sebagai

    bahan pangan adalah D. rotundata, D. alata, D. cayenensis, D. dumetorum, D.

    bulbifera dan D. Esculenta. Uwi tersebut dipercaya berasal dari tiga wilayah

    penyebaran yang berbeda, yaitu Afrika Barat (D. rotundata, D. cayenensis dan D.

    dumetorum), Asia Tenggara (D. alata dan D. esculenta), daerah tropis Amerika

    (D. trifida). Tanaman uwi ditanam sebagai tanaman pangan semusim dengan

    umur panen antara 180 – 270 hari setelah tanam (French, 2006).

    Taksonomi Uwi menurut Tjitrosoepomo (2013), adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Sub Divisio : Angiospermae

    Class : Monocotyledoneae

    Ordo : Liliales

    Famili : Dioscoreaceae

    Genus : Dioscorea

    Spesies : Dioscorea alata L

    Gambar 01. Uwi Ungu

  • 4

    Tanaman Uwi Ungu tumbuh di tanah datar hingga ketinggian 800m dpl,

    tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian 2.700m dpl. Pada musim kemarau

    umbinya mengalami masa istirahat. Agar tidak busuk biasanya umbinya disimpan

    di tempat kering, atau dibungkus abu. Menjelang musim hujan umbi ini akan

    bertunas. Umbi yang telah bertunas digunakan sebagai bibit. Setelah masa tanam

    9-12 bulan, umbinya dapat dipanen. (Tjitrosoepomo,2013)

    Menurut Lingga (1992), uwi ungu (Dioscorea alata) secara umum memiliki

    panjang batang 10-25m, bersayap pendek dan jumlahnya empat buah, berdiameter

    1cm. Uwi (Dioscorea alata) merupakan salah satu varietas umbian potensial

    sebagai sumber bahan pangan karbohidrat non beras. Selain sebagai sumber

    pangan non beras, Diosorea alata bermanfaat untuk kesehatan. Varietas lokal

    yang berwarna ungu mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk kesehatan dan

    manfaat lain yang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Uwi ungu memiliki

    warna umbi ungu, terkadang berwarna ungu dengan corak-corak putih. Uwi ungu

    ini sering disebut uwi ireng di Jawa, kulit umbi bagian dalam berwarna ungu tua

    dagingnya berwarna ungu muda, terkadang terdapat bercak-bercak ungu tak

    beraturan. Terdapat juga uwi dorok (Jawa), uwi memerah/uwi abang (Jawa) yang

    masih termasuk ke dalam kategori ini. Daging bagian tengah berwarna merah

    daging cerah serta kulit dalamnya berwarna merah atau coklat kekuningan.

    Kulitnya kasar berserabut, bentuknya tidak beraturan berwarna ungu kecoklatan

    karena warna diikuti warna coklat kayu.

    Penampilan fisik umbi uwi sangat bervariasi, baik ukuran, bentuk, dan

    warna daging umbi sesuai dengan jenisnya. Ukuran umbi ada yang sangat besar,

    hingga mencapai lebih dari 3 kg/umbi, tetapi ada juga yang kecil hanya sekitar

    100 g/umbi. Bentuk umbi ada yang tidak beraturan, lonjong, hingga bulat. Daging

    umbi ada yang berwarna putih, kuning kecokelatan, hingga unggu. Uwi yang

    biasa disebut uwi kelapa, sego, atau uwi putih memiliki umbi tunggal, berbentuk

    tidak beraturan dengan ukuran yang cenderung besar, daging umbi warna putih

    kecoklatan dengan warna kulit kuning kecokelatan hingga ungu kehitaman.

    Sedangkan jenis uwi yang serupa uwi kelapa tetapi dengan kulit dan daging umbi

    warna ungu dikenal dengan dengan nama daerah uwi senggani. Uwi jenis ini

    termasuk dalam spesies Dioscorea alata (Herison,2010).

  • 5

    Uwi merupakan salah satu kelompok pangan yang kurang digunakan atau

    dimanfaatkan padahal jika diliat dari segi nilai ekonomisnya sebagai pangan

    fungsional. Uwi merupakan komoditi yang sangat potensial sebagai sumber

    karbohidrat, senyawa fenol, antosianin, yang tinggi nilai antioksidannya serta

    memiliki nilai serat yang penting bagi kesehatan. Uwi pada umumnya diolah

    sebatas direbus ataupun digoreng (Pangerang, 2013).

    Umbi uwi dikenal sebagai bahan baku pangan utama sumber karbohidrat dan

    pangan tambahan tradisional diberbagai daerah terutama dibeberapa Negara di

    daerah tropis dan subtropis (Liu et al., 2006). Nilai gizi uwi memiliki kandungan

    utama yaitu pati yang berkisar 60-85% berat kering dan proteinnya cukup tinggi

    dari kelompok umbi-umbian (Hoover, 2001).

    Adapun komposisi kimia ungu dalam 100 gram tepung uwi ungu adalah

    seperti pada tabel di bawah ini:

    Tabel 01. Komposisi kimia Uwi Ungu/100 gram

    Komposisi Jumlah

    Kalori 131 Kal

    Protein 1,1 gr

    Lemak 0,2 gr

    Karbohidrat 31,3 gr

    Kalsium 56 mg

    Fosfor 0,6 mg

    Besi -

    Vitamin B1 4 mg

    Vitamin C 66,4 mg

    Air 85 gr

    Sumber : Prabowo, et al. , 2014

    Pembuatan tepung uwi pada prinsipnya sama dengan pembuatan tepung-

    tepung lain. Secara tradisional tepung uwi dilakukan melalui tahap-tahap

    pengupasan, pembersihan, pengirisan, penggilingan dan pengayakan (Kay, 1973).

    Tepung uwi ungu yang dihasilkan akan berwarna ungu dengan aroma yang sangat

    harum.

    Tepung uwi mempunyai kandungan pati sebanyak 52,25% akan tetapi uwi

    tidak potensial untuk diproses menjadi pati. Hal ini diduga karena uwi

    mengandung lendir yang sangat tinggi sehingga pada proses dekantasi tidak dapat

    mengendap. Sampai saat ini belum banyak informasi tentang lendir tersebut.

  • 6

    Namun diduga lendir tersebut adalah senyawa alkaloid yang larut dalam air dan

    hilang jika direndam dalam alkaloid dioscorin (C12H12O2N) yang larut dalam air

    dan hilang jika direndam dalam larutan yang mengandung air kapur dan direbus.

    Berdasarkan dari hasil pengamatan protein uwi tinggi, yaitu 6,66% dalam tepung

    umbi dan 4,93% dalam tepung pati (Sunarti,2007).

    Perlakuan blanching mempengaruh nutrisi dan warna tepung uwi,

    perlakuan tanpa blanching memiliki warna yang lebih baik dibandingkan dengan

    adanya perlakuan blanching yang menyebabkan menurunnya warna pada tepung

    uwi (Harijono et, al,. 2013). Pada uwi ungu memiliki kandungan amilopektin

    yang tinggi dibandingkan dengan amilosanya. Pemberian air pada pati memicu

    terjadi gelatinisasi pada pati yang akan mengganggu kristalinitas amilosa dan

    mengganggu struktur heliksnya. Gelatinisasi pati terjadi akibat adanya perusakan

    ikatan hidrogen intramolekuler, yang berfungsi untuk mempertahankan integritas

    granula. Cready dalam Honestin (2007), menjelaskan mekanisme gelatinisasi pati

    terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, air berpenetrasi secara bolak-balik kedalam

    granula. Kedua, granula akan mengembang dengan cepat dan akhirnya kehilangan

    sifat birefrigence-nya. Pada tahap ketiga, jika temperatur terus naik maka

    molekul-molekul pati akan terdifusi dari granula.

    Aplikasi panas digunakan untuk membunuh atau menginaktifkan

    mikroorganisme dan enzim yang dapat menyebabkan kebusukan produk pangan

    dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Proses termal juga mempengaruhi mutu

    produk, seperti memperbaiki mutu sensori, melunakkan produk sehingga mudah

    dikonsumsi, meningkatkan daya cerna protein dan karbohidrat dan

    menghancurkan komponen-komponen yang tidak diinginkan (Kusnandar dan

    Hariyadi, 2000).

    II.2 Kandungan Nutrisi Uwi

    Uwi ungu (Discorea alata) memiliki nutrisi yang tinggi dan komponen

    fungsional seperti mucin, dioscin, allantoin, choline dan asam amino esensial.

    Selain itu, uwi ungu memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik dengan kisaran

    komposisi protein 7.4%, pati 75-84%, dan lemak, vitamin dan mineral kurang dari

    4% dalam 100gr berat kering umbi (Hoover, 2001).

  • 7

    Kandungan nutrisi umbi uwi memiliki komponen utama pati dengan sedikit

    protein dan lemak, serta seluruh vitamin yang dibutuhkan dan kaya akan mineral

    (Lasztity et al., 1998). Dibanding umbi lainnya, maka umbi uwi mengandung

    nutrisi yang paling baik (Wanasundera dan Ravindra, 1994). Disamping itu,

    kandungan protein umbi tersebut dibangun oleh asam amino dengan

    kesetimbangan yang cukup baik yang diperlukan oleh tubuh manusia (Marcus et

    al., 1998), terutama sebagai bahan pangan anak balita dimana uwi memiliki

    kandungan asam amino yang hampir memenuhi kebutuhan asam amino anak

    balita dengan nilai kimia yang paling tinggi dari bahan pangan nabati lainnya.

    Tabel 02. Kandungan nutrisi uwi (tiap 100 g bahan)

    Nutrisi Kisaran

    Protein Kasar (%) 6,7

    Bahan Kering -

    Karbohidrat (%) 81,6-87,6

    Mineral 240-400

    Kalsium (mg) 190-380

    Natrium (mg) 180-340

    Potasium (mg) 20,2-80,2

    Klor (mg) 24,3-97,2

    Vitamin C (mg) 16,7-28,4

    Total Fenolik (g) 0,68

    Flavonoid (g) 1,21

    Serat makanan total (g) 9,37

    Serat makanan terlarut (g) 0,76

    Sumber: Udensi et. al (2008), Sakthidevi dan Mohan (2013), Hsu et al (2006)

    Hasil penelitian (Baah et al. 2009) juga menemukan kandungan serat

    makanan total yang tinggi dan kandungan mineral pada uwi sehingga

    mengkonsumsi umbi uwi sangat bagus untuk formulasi diet. Menurut Faustina

    Dufie et al. (2013) uwi memiliki kandungan bahan kering yang rendah tetapi

    memiliki kadar amilosa yang tinggi. Uwi juga memiliki serat makanan total yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan nasi coklat dan dua varietas di antaranya

    memiliki serat makanan total yang sebanding dengan tepung terigu. Kandungan

    amilosa dan serat makanan total yang tinggi pada uwi sangat berguna untuk

    dikonsumsi penderita diabetes dan masyarakat yang sadar akan kesehatan.

  • 8

    Kandungan nutrisi uwi memiliki komponen utama yaitu pati sekitar 71-77%

    dengan amilopektin yang lebih tinggi (64-80%) dibandingkan dengan amilosa

    (20-30%). Ukuran butiran pati memiliki ukuran yang bervariasi antara 19-46 μm

    untuk tepung uwi yang di blanching sedangkan ukuran butiran pati pada tepung

    uwi tanpa blanching sekitar 17-38 μm. Kandungan protein tepung uwi memiliki

    kandungan protein sekitar 5,63-8,33% akan tetapi mengandung kadar lemak yang

    rendah sekitar 0,42-0,49%, dengan kadar abu tepung yaitu 2-4%. Kandungan serat

    pangan dari tepung uwi adalah 16-26%, dengan serat kasar sekitar 4,4-5,7%

    (Harijono et, al,.2013). Selain kandungan yang telah disebutkan, Udoessien dan

    Ifon (1992) dalam Epriliati (2000) menambahkan bahwa uwi juga mengandung

    zat anti gizi berupa asam fitat 6,8 mg/100 g berat kering, HCN 1,08 mg/100 g

    berat kering, tanin 75 mg/100 g berat kering, dan oksalat 49,5 mg/100 g berat

    kering.

    II.3 Es Krim

    Es krim adalah produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses

    pembekuan dan agitasi pada bahan-bahan yang terdiri dari susu dan produk susu,

    pemanis, penstabil, pengemulsi, serta penambah citarasa (flavor). Es krim biasa

    dikonsumsi sebagai makanan selingan (desert) dan dikelompokkan dalam

    makanan camilan (snack). Prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga

    udara pada campuran bahan es krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga

    diperoleh pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan,

    tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang lembut (Padaga dan Sawitri,

    2005).

    Es krim memiliki sumber energi yang cukup tinggi. Kandungan lemak

    dalam es krim tiga sampai empat kali lebih banyak daripada susu dan setengah

    dari total padatannya berupa gula (laktosa, sukrosa, dan lain - lain). Prinsip

    pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada campuran bahan es

    krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh penambahan volume yang

    membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai

    tekstur yang lembut (Padaga dan Sawitri, 2005).

  • 9

    Tabel 03. Syarat mutu es krim berdasarkan SNI No. 01-3713-1995

    No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

    1. Keadaan

    1.1. Penampakan - Normal

    1. 2.Bau - Normal

    1. 3. Rasa - Normal

    2 Lemak % b/b min 5.0

    3. Gula dihitung sebagai sukrosa % b/b min 8.0

    4. Protein % b/b min 2.7

    5. Jumlah padatan % b/b min 2.7

    6. Bahan tambahan

    6.1. Pewarna tambahan Sesuai SNI.

    01-022201982

    6.2 Pemanis buatan - Negatif

    6.3 Pemantap dan pengemulsi Sesuai SNI.

    01-022201982

    7. Cemaran logam

    7.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 1.0

    7.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks 20.0

    8. Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 0.5

    9. Cemaran mikroba

    9.1. Angka lempeng total koloni/g maks. 105

    9.2. Coliform APM/g < 3

    9.3. Salmonella koloni/g Negatif

    9.4. Listeria, sp koloni/g Negatif

    10. Overrun

    Skala Industri : 70% - 80%

    Skala rumah tangga : 30% - 50%

    Es krim adalah makanan yang mengandung lemak, protein, karbohidrat,

    vitamin, dan mineral. Menurut SNI es krim adalah sejenis makanan semi padat

    yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak

    hewani maupun nabati, gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang

    diizinkan. Es krim terdiri dari 62-68% air, 32-38% bahan padat dan udara.

    Menurut Soeparno (1998) dalam Malaka (2007) menjelaskan bahwa es krim

    adalah sejenis produk makanan beku yang terbuat dari krim susu, gula dengan

    atau tanpa penambahan zat pembentuk aroma dan mengandung antara 8-14%

    lemak susu.

  • 10

    Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:

    lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil dan

    bahan pengemulsi lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik

    untuk mendapatkan es krim berkualitas baik (Padaga, M, dkk. 2005)

    Tabel 04. Komposisi Umum es krim

    Lemak susu 10-16%

    Bahan kering tanpa lemak 9-12%

    Bahan pemanis gula 12-16%

    Bahan penstabil 0-0.4%

    Bahan pengemulsi 0-0.25%

    Air 55-64%

    Sumber: Padaga, M, dkk. (2005)

    Pembuatan es krim, komposisi adonan akan sangat menentukan kualitas es

    krim tersebut nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut,

    mulai dari bahan baku, proses pembuatan, pembekuan, packing dan sebagainya.

    Pada proses pembuatan seluruh bahan baku es krim akan dicampur, menjadi suatu

    bahan dasar es krim. Pada proses ini dikenal dengan beberapa istilah, salah

    satunya yaitu viskositas/kekentalan. Kekentalan pada adonan es krim akan

    berpengaruh pada tingkat kehalusan tekstur, serta ketahanan es krim sebelum

    mencair. Proses pembuatannya sendiri melalui pencampuran atau mixer, bahan-

    bahan menggunakan alat pencampur yang berputar (Padaga, M, dkk. 2005)

    II.4 Susu

    Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung

    beberapa senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah,

    maka protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi). Kandungan air

    di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5%, dengan kandungan gula susu

    (laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-4%. Susu juga

    merupakan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A yang sangat baik. Mutu protein

    susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, dan terutama sangat kaya

    akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh

    (Widodo, 2002).

  • 11

    Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar

    zat gizi esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein, kalsium, fosfor,

    vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik,

    karena di samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu

    absorpsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier,2002).

    Beberapa jenis susu salah satunya adalah susu full cream. Susu bubuk

    berlemak (full cream), adalah produk susu berbentuk bubuk yang diperoleh dari

    susu cair, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau krim

    bubuk, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau susu bubuk

    yang telah dipasteurisasi dan melalui proses pengeringan. Susu jenis ini kadar

    lemak susunya tidak kurang dari 26% dan kadar airnya tidak lebih dari 5%

    (Hutagalung, Damanik, Manik, Karim, Ganie, 2007).

    Susu bubuk full cream mengandungi 513 kalori dan 3,5 g air. Lemak yang

    terdapat dalam susu bubuk full cream ialah 30 g. Kandungan kalsium susu ini

    ialah 895 mg. Susu bubuk skim memiliki 359 kalori dan kandungan air sebanyak

    35 g. Susu ini mengandungi 0,1 g lemak dan 52 g karbohidrat. Kandungan

    kalsium susu bubuk skim adalah yang tertinggi yaitu 1300mg (Hutagalung,

    Damanik, Manik, Karim, Ganie, 2007).

    II.5. Bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim

    Bahan penyusun es krim ialah lemak, padatan bukan lemak, pemanis,

    stabilizer atau emulsifier, dan bahan flavor. Fungsi bahan penyusun tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1) Lemak

    Fungsi penambahan lemak pada pembuatan es krim adalah memberikan

    rasa creamy serta berperan dalam pembentukan globula lemak dan turut

    mempengaruhi besar kecilnya pembentukan kristal. Menurut Goff (2000), lemak

    sangat penting dalam memberikan body es krim yang baik dan meningkatkan

    karakteristik kehalusan tekstur. Kadar lemak dalam es krim yaitu antara 8%

    sampai 16% (Padaga, M, dkk. 2005)

  • 12

    2) Bahan kering Tanpa Lemak

    Bahan kering tanpa lemak (BKTL) berfungsi untuk meningkatkan

    kandungan padatan di dalam es krim sehingga lebih kental. BKTL juga penting

    sebagai sumber protein sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi es krim. Unsur

    protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk menstabilkan emulsi lemak

    setelah proses homogenisasi, menambah cita rasa, membantu pembuihan,

    meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan

    dan tekstur es krim yang lembut. Sumber BKTL antara lain susu skim, susu kental

    manis, dan bubuk whey. Kadar skim dalam es krim yaitu 9% sampai 12%

    (Padaga, M, dkk. 2005)

    3) Pemanis

    Pemanis yang dapat digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa,

    gula bit, sirup jagung ataupun bahan pemanis lainnya yang diperbolehkan.

    Sukrosa atau gula komersial merupakan bahan pemanis yang sering digunakan.

    Tujuan pemberian pemanis ialah memberikan Tujuan pemberian pemanis tidak

    hanya memberikan rasa manis, tetapi juga dapat meningkatkan citarasa,

    memberikan kekentalan dan menurunkan titik beku yang dapat membentuk

    kristal-kristal es krim yang halus sehingga dapat memperbaiki body dan tekstur

    Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16% (Padaga, M, dkk. 2005)

    4) Stabilizer (Penstabil)

    Penstabil atau yang biasanya disebut dengan stabilizer merupakan suatu

    kelompok dari senyawa dan biasanya stabilizer yang digunakan adalah golongan

    gum polisakarida. Stabilizer akan bertanggung jawab untuk menambah viskositas

    dalam campuran fase tidak beku dari es krim. Beberapa fungsi utama dari

    stabilizer ialah mengatur pembentukan dan ukuran dari kristal es selama

    pembekuan dan penyimpanan, mencegah pertumbuhan kristal es yang kasar dan

    grainy, mencegah penyebaran atau distribusi yang tak merata dari lemak solid

    yang lain, mencegah pelelehan yang berlebih, dan bertanggung jawab terhadap

    bentuk body, kelembutan dan kesegaran (Goff, 2000).

  • 13

    Macam - macam stabilizer yang dapat ditambahkan dalam pembuatan es

    krim selain gelatin adalah agar, sodium alginat, gum acacia, gum karaya, guar

    gum, locust bean gum, karagenan, carboxymethyl cellulose (CMC), dan lain - lain

    (Arbuckle et al, 2000).

    5) Emulsifier (Pengemulsi)

    Emulsifier digunakan untuk menghasilkan adonan yang merata,

    memperhalus tekstur dan meratakan distribusi udara di dalam struktur es krim.

    Salah satu emulsifier yang sering digunakan adalah telur. Telur mengandung

    lipoprotein dan fosfolipid seperti lesitin yang dikenal sebagai misel. Struktur

    misel pada lesitin tersebut adalah bagian yang membuat emulsifier tersebut

    bekerja dengan baik. Telur memiliki dua bagian yaitu kuning dan putih telur.

    Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai

    emulsifier yang paling kuat. Sedangkan, paling sedikit sepertiga kuning telur

    terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier yang sangat kuat

    adalah kandungan lesitin yang terdapat dalam kompleks lesitin-protein (Winarno,

    2004).

    Fungsi bahan pengemulsi atau emulsifier didalam es krim adalah

    memperbaiki pencampuran lemak dan air, mengembangkan adonan dalam proses

    pengadukan, memperbaiki tekstur es krim dan memperlambat proses pencairan es

    krim (Adhitya,2008)

    6) Air

    Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan berbagai senyawa

    yang ada dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan air juga dapat berfungsi

    sebagai pelarut selain itu air juga berfungsi dalam menentukan mutu suatu produk

    baik secara bentuk, penampakan, kesegaran, cita rasa, derajat penerimaan

    konsumen serta daya simpan suatu bahan makanan (Winarno, 2004)

    II.6.Proses Pembuatan Es Krim

    Proses pembuatan es krim menurut Buckle, et al (2009), terdiri dari

    beberapa tahap yaitu persiapan bahan, pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi,

    pendinginan, dan aging.

  • 14

    a) Persiapan Bahan

    Persiapan bahan meliputi penimbangan bahan sesuai dengan formula yang

    digunakan, dimana bahan-bahan kering (susu, gula, bahan penstabil dan bahan

    pengemulsi), serta bahan cair (lemak dan air) di campurkan secara terpisah.

    b) Pencampuran

    Pencampuran adonan dilakukan dengan menimbang bahan cair dalam

    bejana pencampuran, dipanaskan dahulu sampai kira-kira 40-500 C, kemudian

    bahan-bahan kering seperti gula dan bahan penstabil ditambahkan dan

    dicampurkan agar larut dengan baik.

    c) Pasteurisasi

    Pasteurisasi merupakan suatu proses memanaskan makanan dengan tujuan

    membunuh organisme perusak seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan

    khamir. Pasteurisasi es krim mix dilakukan dengan tujuan untuk membunuh

    sebagian besar mikroba, terutama dari golongan patogen, melarutkan dan

    membantu pencampuran bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang

    seragam dan memperpanjang umur simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan

    empat metode yaitu batch system pada suhu 68°C selama 25-30 menit, HTST

    (High Temperature Short Time) pada suhu 79°C selama 25-30 detik, UHT (Ultra

    High Temperature) pada suhu 99°C-130°C selama 4 detik, dan pasteurisasi

    vakum pada suhu 90°C-97°C selama 2 detik (Winarno, 2002). Tujuan utama

    pasteurisasi adalah membunuh mikroba patogen, melarutkan bahan-bahan kering,

    meningkatkan cita-rasa, memperbaiki mutu es krim, memperpanjang umur produk

    dan menghasilkan produk yang seragam (Desroirer dan Tressler, 1997)

    d) Homogenisasi

    Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan

    globula lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula

    lemak ke permukaan selama proses pembekuan dan untuk memperoleh tekstur

    yang halus. Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70°C setelah pasteurisasi

    sebelum proses mixing menjadi dingin dengan suhu minimum 35°C. Manfaat

    homogenisasi yaitu bahan campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan

    disperse globula lemak selama pembekuan, memperbaiki tekstur, mempercepat

    aging dan produk yang dihasilkan lebih seragam (Winarno, 2002)

  • 15

    e) Pendinginan

    Setelah proses homogenisasi, emulsi didinginkan pada suhu 4°C. Efek

    utama dari pendinginan adalah mendinginkan lemak dalam proses emulsi dan

    kristalisasi, mengakibatkan mikroba mengalami heat shock yang menghambat

    pertumbuhan mikroba sehingga jumlah mikroba akan turun drastis. Pendinginan

    dilakukan dengan cara melewatkan ICM ke elemen pendingin. Proses

    pasteurisasi, homogenisasi, dan pendinginan dilakukan selama kurang lebih satu

    jam sepuluh menit. ICM yang sudah mengalami perlakuan tersebut dimasukkan

    kedalam aging tank untuk mengalami proses aging (Winarno, 2002).

    f) Aging

    Aging merupakan proses pemasakan ICM dengan cara mendiamkan

    adonan selama 3-24 jam dengan suhu 4,4°C atau di bawahnya. Tujuan aging yaitu

    memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,

    sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging yaitu

    terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan

    viskositas, campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak

    mengkilap (Winarno, 2002).

    g) Pembekuan

    Pembekuan bertujuan untuk membekukan adonan yang disertai dengan

    memerangkap udara (pengadukan). Prinsip kerjanya ialah membekukan sambil

    mengaduk agar kristal es yang terbentuk lembut dan halus. Pembekuan yang tidak

    disertai pengadukan akan menghasilkan kristal es yang besar dan kasar.

    h) Pengemasan

    Pengemasan dapat dilakukan secara manual, semi otomatis, maupun

    otomatis, dan prinsipnya harus dilakukan secara cepat agar es krim tidak meleleh.

    i) Pengerasan

    Pengerasan dilakukan dengan menyimpan es krim dalam freezer.

    Pengerasan biasanya dilakukan pada suhu -170C atau lebih rendah. Pengerasan

    bertujuan untuk mempertahankan karakter sehingga bentuk, tekstur, kelembutan,

    dan kenampakan tidak mengalami perubahan selama es krim sampai ke tangan

    konsumen.

  • 16

    II.7. Overrun

    Overrun merupakan penambahan volume es krim setelah pengadukan

    dengan Ice Cream Makers akibat elmulsi stabil dalam adonan yang mengikat

    oksigen sehiggga volume massa meningkat. Overrun dalam es krim umumnya

    disebabkan oleh protein susu dan lemak susu yang teradopsi pada lapisan

    permukaan. Protein susu bersifat amfilifik yang memiliki dua sisi yaitu

    hidropobik dan hidrolitik dan berperan sebagai emulsifier yang sifatnya stabil.

    Protein susu akan membentuk bui akibat pengocokan yang memiliki sifat whipped

    cream dan teradsopsi dalam film di lapisan permukaan mengikat udara sehingga

    volume massa meningkat (Suprayitno et al., 2001).

    Overrun pada pembuat es krim adalah pengembangan volume yaitu

    kenaikan volume antara sebelum dan sesudah proses pembekuan. Pada dasarnya

    overrun merupakan jumlah kenaikan volume es krim yang disebabkan oleh

    masuknya udara pada pengocokan selama proses pembekuan. Semakin sempit

    ruang partikel antara bahan semakin sedikit udara yang masuk ke dalam ICM (Ice

    Cream Maker) selama agitasi maka semakin rendah pula nilai overrunnya.

    Sempitnya ruang antar partikel menyebabkan udara yang masuk ke ICM (Ice

    Cream Maker) selama agitasi maka semakin sedikit nilai overrun yang dihasilkan

    semakin rendah. Overrun juga mempengaruhi tekstur dan kepadatan yang sangat

    menentukan kualitas es krim. Overrun yang tinggi menyebabkan es krim cepat

    meleleh, lunak, dan memiliki tekstur yang hambar. Overrun es krim yang berkisar

    antar 60-100 %. Es krim yang baik secara umum mempunyai overrun 80%

    dengan kadar lemak 12-14%. Es krim yang diproduksi pabrik mempunyai overrun

    70-80%, sedangkan untuk industri rumah tangga biasanya mencapai 35-50%

    (Suprayitno et al., 2001).

    II.8 Kecepatan Meleleh

    Kecepatan meleleh merupakan waktu yang dibutuhkan es krim untuk

    meleleh sempurna. Es krim yang berkualitas baik adalah es kirm yang resisten

    terhadap pelelehan. Es krim yang bertekstur kasar dan rendah total padatannya

    akan memiliki resistensi terhadap pelelehan yang rendah, sehingga akan mudah

    meleleh. Es krim yang berkualitas tinggi agak tahan terhadap pelelehan pada saat

  • 17

    dihidangkan pada suhu kamar. Kecepatan meleleh es krim secara umum

    dipengaruhi oleh stabilizer, emulsifier, keseimbangan gula dan bahan-bahan susu

    serta kondisi pembuatan dan penyimpanan yang dapat menyebabkan kerusakan

    protein.

    II.9 Uji Organoleptik

    Hasil pengolahan bahan pangan harus sesuai dengan apa yang diinginkan

    konsumen. Kesukaan ini menyangkut sifat-sifat bahan pangan dan penilaiannya

    yang mengandalkan indera. Perubahan sifat organoleptik merupakan proses dari

    perubahan yang terjadi selama proses pengolahan, penyimpanan, dan penyajian.

    Pengujian organoleptik yang dilakukan dengan mengamati warna, aroma, tekstur

    dan rasa dari suatu produk yaitu dengan menggunakan metode uji kesukaan.

    Penilaian terhadap komponen organoleptik suatu bahan pangan sangat penting

    dilakukan karena merupakan acuan penerimaan produk terhadap konsumen.

    II.9.1 Warna

    Warna merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan

    kualitas atau derajat penerimaan bahan pangan terhadap konsumen. Suatu bahan

    pangan meskipun dinilai enak dan teksturnya sangat baik, tetapi memiliki warna

    yang tidak menarik atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang

    seharusnya, maka seharusnya tidak akan dikonsumsi. Penentuan mutu suatu bahan

    pangan pada umumnya tergantung pada warna, karena warna tampil terlebih

    dahulu (Winarno, 2004).

    Menurut Winarno (2004), Ada 5 hal yang dapat menyebabkan suatu bahan

    makanan berwarna yaitu :

    1. pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan misalnya

    klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga dan mioglobin

    menyebabkan warna merah pada daging.

    2. Reaksi karamelisasi yang timbul pada saat dipanaskan membentuk warna

    coklat pada kembang gula karamel atau pada roti yang dibakar

    3. Warna gelap yang timbul karena reaksi Maillard yaitu antara gugus amino

    protein dengan gugus karboksil gula pereduksi, misalnya susu bubuk yang

    disimpan terlalu lama akan berwarna gelap.

  • 18

    4. Reaksi antar senyawa dengan udara akan mengahasilkan warna hitam, atau

    warna coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta

    enzim, misalnya warna gelap pada permukaan apel atau kentang ynag

    dipotong

    5. Penambahan zat warna baik alami maupun warna sintetik yang termasuk

    dalam golongan bahan adiktif makanan.

    II.9.2 Aroma

    Bahan makanan menentukan kelezatan makanan tersebut. Produk olahan

    dapat dinilai oleh seseorang dimulai dari aromanya. Dengan aroma mereka

    memiliki sugesti bahan produk olahan tersebut memiliki rasa yang enak. Aroma

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan derajat penilaian dan

    kualitas suatu bahan pangan, seseorang yang menghadapi makanan baru, maka

    selain bentuk dan warna, bau atau aroma akan menjadi perhatian utamanya

    sesudah bau diterima maka penentuan selanjutnya adalah cita rasa disamping

    teksturnya (Muji, 2013).

    II.9.3 Tekstur

    Tekstur adalah penginderaan yang dihubungkan dengan rabaan atau

    sentuhan. Kadang-kadang tekstur juga dianggap sama penting dengan bau, rasa

    dan aroma karena mempengaruhi citra makanan. Tekstur paling penting pada

    makanan lunak dan renyah. Ciri yang paling sering diacuhkan adalah kekerasan,

    keefisien dan kandungan air. Yang dimaksud dengan tekstur adalah kehalusan

    suatu irisan saat disentuh oleh jari panelis (De Man, 1997). Tekstur merupakan

    sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah,

    dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika dkk. 1988).

    II.9.4 Rasa

    Rasa lebih berbeda dengan bau dan lebih melibatkan lidah. Penginderaan

    dapat dibagi menjadi 4 yaitu asin, asam, pahit dan manis. Rasa makanan dapat

    dikenali dan dibedakan oleh kucup-kucup pengecap yang terletak pada paila yaitu

    bagian noda merah, jingga pada lidah. Menurun Winarno (2004) rasa dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, yatu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan

    komponen rasa yang lain. Rasa asin dihasilkan oleh garam-garam ionida dan

  • 19

    bromida mempunyai rasa pahit. Sedangkan garam-garam Pb dan Be mempunyai

    rasa manis. Rasa manis disebabkan oleh senyawa organik alifatik yang

    mengandung gugus OH seperti alkohol, sumber rasa manis yang utama adalah

    gula, sukrosa dan monosakarida serta disakarida.

  • 20

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    III. 1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2017 di

    Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan dan Laboratorium

    Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen

    Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    III. 2. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan penelitian ini adalah timbangan, labu ukur, kompor,

    saringan, alumunium foil, lumpang, mixer, panci, Ice Cream Maker, sendok

    pengaduk, baskom, blender, thermometer, dan lemari pendingin.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi uwi ungu, susu

    bubuk full cream, whipped cream, gula pasir, rumput laut, susu skim dan air.

    III. 3. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

    III. 3. 1. Pembuatan Pasta Uwi

    Uwi ungu dibershikan dari tanah yang menempel di permukaan kulitnya

    setelah itu uwi ungu kemudian dikupas kulitnya dan dicuci hingga bersih, setelah

    dicuci uwi kemudian dipotong-potong, potongan uwi kemudian dikukus hingga

    matang selama 30 menit lalu dihaluskan menggunakan blender dengan

    perbandingan air: uwi (1:2), setelah dihaluskan uwi ungu kemudian disaring untuk

    mendapatkan pasta uwi ungu dengan tekstur yang baik.

    III. 3. 2. Pembuatan Tepung Uwi

    Uwi Ungu dikupas kulitnya dan bagian-bagian yang tidak diperlukan

    dibuang lalu di timbang dan selanjutnya dicuci. Setelah itu, uwi ungu kemudian

    dipotong menjadi sekitar 1-2mm dan kembali dicuci. Uwi ungu yang telah

    dipotong kemudian di blanching pada suhu 800C selama 5 menit, kemudian uwi

    didinginkan dengan cara ditiriskan sampai air berkurang dan uwi ungu nya dingin

    kemudian uwi ungu yang telah dingin lalu disebar pada permukaan loyang blower

    yang telah dilapisi oleh alumunium foil. Setelah tersebar rata, uwi kemudian

    dikeringkan pada suhu 600 C selama kurang lebih 6-7 jam. Setelah potongan uwi

  • 21

    ungu kering kemudian uwi dihaluskan dan diayak, selanjutnya tepung dilakukan

    pengujian kadar air.

    III. 3. 3. Pembuatan Es krim uwi ungu

    Es krim dibuat berbeda setiap perlakuan, uwi ungu dan bahan-bahan lain

    seperti rumput laut, susu bubuk full cream, gula, susu skim dan telur dicampur

    dan dipanaskan pada suhu 60-650C selama 5 menit. Setelah itu adonan

    didinginkan dan kemudian whipped cream dikocok dan digabungkan bersamaan

    dengan adonan tadi. Adonan es krim dihomogenisasikan kemudian disimpan pada

    refrigenerator selama 4 jam untuk proses Aging, es krim dikeluarkan lalu dimixer

    kembali selama 10 menit hingga homogen, setelah homogen adonan es krim

    kemudian di kemas pada wadah es krim dan disimpan di dalam freezer.

    III. 4. Formula Bahan dan Perlakuan

    Formulasi bahan es krim yang dilakukan adalah bahan yang digunakan

    dan ditambahkan dengan uwi ungu sebagai perlakuan penelitian adalah sebagai

    berikut:

    Perlakuan

    A : Pasta Uwi Ungu B : Tepung Uwi Ungu

    Uwi Ungu + Susu Full cream : Uwi Ungu + Susu Full cream:

    A1: 50% Uwi + 10% Susu B1: 50% Uwi + 10% Susu

    A2: 45% Uwi + 15% Susu B2: 45% Uwi + 15% Susu

    A3: 40% Uwi + 20% Susu B3: 40% Uwi + 20% Susu

    Tabel 05. Perbandingan bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim

    Bahan-bahan Jumlah

    (gram) (%)

    Perlakuan Uwi Ungu 250 : 225 : 200 50 : 45 : 40

    Susu Full cream 50 : 75 : 100 10 : 15 : 20

    Susu Skim 30 6

    Gula 60 12

    Whipped cream 50 10

    Agar-agar 2.5 0.5

    Telur 7.5 1.5

    Air 50 10

    Total 500 100

    Sumber: Data Primer Penellitian, 2017

  • 22

    III. 5. Paramater Pengamatan

    III.5.1. Uji Organoleptik (Rahayu, 2001)

    Uji organoleptik dilakukan untuk menunjukkan hasil pengukuran objektif

    panelis terhadap atribut sensori suatu produk. Uji ini dilakukan dengan

    menggunakan metode Hedonik scale (Skala Hedonik). Tingkat kesukaan disebut

    sebagai skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka,

    agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat tidak suka. Kriteria

    penilaian yang diuji berupa aroma, rasa, warna, dan tekstur. Uji organoleptik

    menggunakan 25 orang panelis.

    III.5.2. Overrrun (Susilorini, 2006)

    Overrun dihitung dalam bentuk persentase overrun berdasarkan perbedaan

    volume es krim dan Ice Cream Maker (ICM) atau campuran es krim. Overrun

    dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    𝑂𝑣𝑒𝑟𝑟𝑢𝑛 (%) =Vol adonan setelah diaduk − Vol adonan sebelum diaduk

    Vol adonan sebelum diadukx 100%

    III.5.3. Kecepatan Leleh Es krim (Irwanto, 2002 dalam Niswandini 2004)

    Waktu meleleh merupakan waktu yang dibutuhkan es krim untuk meleleh

    sempurna dan sifat mengikat air merupakan kemampuan untuk mempertahankan

    kandungan air agar tetap pada bahan. Es krim yang berkualitas baik adalah es

    krim yang resisten terhadap pelelehan. Waktu pelelehan dapat diukur dengan cara

    es krim dituang ke dalam tempat es krim kemudian dimasukkan dalam freezer dan

    dibiarkan selama 24 jam. Selanjutya es krim disimpan pada suhu ruang dan

    dicatat waktu semula sampai es krim benar-benar mencair semua.

    III.6. Analisis Data

    Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan deskriptif kuatitaif

    dengan 3 kali ulangan sedangkan data hasil uji organoleptik diolah dengan

    menggunakan metode hedonik yaitu pemberian bobot (nilai) berdasarkan tingkat

    kesukaan panelis. Panelis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panelis semi

    terlatih. Panelis semi terlatih merupakan orang yang pernah melakukan uji sensori

    skala laboratorium dan mengetahui sifat sensorik dari sampel yang disajikan dan

  • 23

    jumlah panelis yang digunakan dalam penelitian ini untuk satu kali pengujian

    adalah 25 orang. Skala yang digunakan dalam metode hedonik yaitu 5 = Sangat

    suka, 4 = Suka, 3 = Agak suka, 2 = Tidak suka, dan 1 = Sangat tidak suka.

    III.7. Diagram Alir

    Pembersihan

    Pemotongan

    Pengukusan

    Penghalusan

    Penyaringan

    Uwi Ungu

    Pasta uwi ungu

    Air: Uwi

    2:1

    Gambar 02. Diagram Alir Pembuatan Pasta Uwi

  • 24

    Pengupasan

    Penimbangan

    Pencucian

    Pemotongan (1-2mm)

    Pencucian

    Penirisan

    Uwi Ungu

    Tepung uwi ungu

    Dikeringkan 60 Derajat

    selama 6-7 jam

    Dihaluskan dan Diayak pada

    100 mesh

    Blanching suhu 80 Derajat

    selama 5 menit

    Gambar 03. Diagram Alir Pembuatan Tepung Uwi Ungu

  • 25

    Perlakuan

    A: Pasta

    A1: 50% Pasta + 10% Susu

    A2 : 45% Pasta + 15% Susu

    A3 : 40% Pasta + 20% Susu

    B: Tepung

    B1: 50% Tepung + 10% Susu

    B2 : 45% Tepung + 15% Susu

    B3 : 40% Tepung + 20% Susu

    Uwi Ungu

    Pencampuran

    Pasteurisasi pada suhu

    60°C selama 5 menit

    Homogenisasi selama

    10 menit

    (mixer)

    Aging selama 4 jam

    Homogenisasi selama

    10 menit

    (mixer)

    Pengemasan

    Gula 12%, whipped cream 10%, Susu

    Skim 6%, Rumput laut 0,5%, Telur

    1,5%, air 10%

    Pengujian

    Uji organoleptik

    Overrun

    Kecepatan meleleh

    Es Krim Uwi

    Ungu

    Penyimpanan 24 jam

    (Freezer -20° C)

    Gambar 04. Diagram Alir Pembuatan Es Krim Uwi Ungu.

  • 26

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Es krim merupakan salah satu jenis makanan ringan atau makanan penutup

    yang mudah dijumpai disekitar kita. Pada umumnya, es krim memiliki rasa

    cokelat, vanilla ataupun strawberi. Namun, sejalan dengan kemajuan teknologi es

    krim telah memiliki banyak rasa dan bentuk. Selain rasa yang bervariasi,

    pengembangan teknologi juga mendorong pola konsumsi masyarakat yang

    cenderung menyukai makanan yang siap saji.

    Es krim biasanya dibuat melalui beberapa tahapan yaitu persiapan,

    pencampuran bahan, pasteurisasi, homogenisasi, pendinginan, aging, pembekuan,

    pengemasan dan pengerasan hingga terbentuk es krim. Beberapa tahapan ini

    dilakukan agar menghasilkan tekstur yang lembut dan sesuai dengan kenampakan

    es krim pada umumnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es yaitu

    susu, gula, stabilizer, emulsifier dan air. Dalam proses pembuatan es krim juga

    perlu memperhatikan jenis bahan dasar yang digunakan. Dengan adanya

    kemajuan teknologi saat ini mendorong terjadinya perubahan dalam pemilihan

    bahan dasar dalam pembuatan es krim.

    Perubahaan penggunaan bahan dalam pembuatan es krim ini didasarkan

    pada adanya keinginan untuk memperoleh produk baru pada es krim. Penelitian

    ini dimaksudkan untuk memperoleh produk es krim yang berbahan dasar

    umbi-umbian yang merupakan salah satu jenis pangan lokal daerah yang masih

    kurang pengolahannya. Umbi uwi atau biasanya disebut uwi merupakan sejenis

    umbi-umbian yang memiliki aroma, warna dan rasa yang sangat khas.

    Pemanfaatan uwi ungu dalam pembuatan es krim dilakukan untuk meningkatkan

    jenis pengolahan uwi ungu menjadi suatu produk pangan. Selain itu, adanya

    tingkat kesukaan dan daya terima es krim dipengaruhi oleh adanya bahan

    penyusun es krim seperti bahan dasar serta komposisi dari es krim itu sendiri.

    Adanya penambahan susu full cream dalam pembuatan es krim pada penelitian ini

    dilakukan sebagai sumber lemak dan berfungsi sebagai pembentuk tekstur pada es

    krim yang dapat mempertahankan mutu dari es krim uwi ini.

  • 27

    IV. 1.Ekstrak Uwi dan Tepung Uwi

    Penelitian ini menggunakan uwi ungu sebagai bahan dasar dalam

    pembuatan es krim yang berasal dari salah satu daerah di Sulawesi Selatan yaitu

    Kabupaten Bantaeng. Uwi ungu ini kemudian akan diolah sesuai dengan

    perlakuan baik itu untuk pasta uwi maupun untuk pengolahan uwi menjadi

    tepung. Uwi ungu memiliki banyak macam, bentuk, jenis dan warna. Jenis uwi

    yang digunakan pada penelitian ini yaitu uwi ungu dengan karakteristik warna

    ungu dengan corak bintik putih pada daging uwi. Hal ini sesuai dengan Herison

    (2010), yang menyatakan bahwa uwi ungu memiliki kulit umbi berwarna ungu tua

    akan tetapi warna dagingnya berwarna ungu akan tetapi terkadang memiliki corak

    atau bercak putih pada warna dagingnya.

    Pasta uwi diperoleh melalui penghalusan dengan blender dan penambahan

    air tanpa bahan tambahan apapun sehingga menghasilkan uwi dalam bentuk pasta.

    Sebelum dihaluskan, uwi tersebut dikukus sekitar 30 menit, setelah dingin uwi

    ungu dihaluskan dengan penambahan air dan uwi ungu 2:1. Hal ini dilakukan agar

    uwi ungu lunak dan dapat dengan mudah dihaluskan. Pada saat proses

    pengukusan ini granula pati dalam uwi mengalami pembengkakan karena uap air

    masuk melalui rongga atau pori-pori pada permukaan uwi sehingga menyebabkan

    uwi ungu menjadi lunak dan menghasilkan aroma uwi ungu yang khas. Uwi ungu

    ini kemudian diblender lalu disaring. Penyaringan dilakukan agar diperoleh pasta

    uwi yang memiliki tekstur yang lebih halus. Hal ini sesuai dengan Kusnandar

    (2000), yang menyatakan bahwa adanya pengaruh pemanasan menyebabkan

    terjadinya penguapan pada air sehingga air masuk melalui rongga bahan pangan

    yang menyebabkan bahan pangan menjadi lunak dan meningkatkan daya cerna

    karbohidrat.

    Tepung uwi ungu berasal dari uwi yang telah dikeringkan hingga kadar air

    mencapai 5,70% yang diperoleh melalui pemanasan selama 6-7 jam dengan suhu

    pemanasan 600C menggunakan alat pengering yang dilengkapi blower. Sebelum

    proses pengeringan uwi ungu yang telah dipotong sekitar 1-2mm di blanching

    pada air panas suhu 800C selama 5 menit, hal ini dilakukan untuk mencegah

    terjadinya browning pada uwi saat proses pengeringan. Dari segi visualisasi

    perubahan yang terjadi pada proses pengeringan menyebabkan warna pada uwi

  • 28

    berubah menjadi ungu pudar. Hal ini terjadi karena adanya proses blanching pada

    potongan uwi ungu yang menyebabkan memudarnya warna yang terdapat pada

    permukaan uwi karena antosianin yang terdapat pada uwi ungu sangat mudah

    larut dalam air selain itu pengaruh blanching menyebabkan terjadinya degradasi

    nutrisi. Hal ini sesuai dengan Harijono et, al,. (2013), yang menyatakan bahwa

    adanya perubahan terhadap uwi dikarena adanya pengaruh blanching yang

    menyebabkan warna ungu dari uwi yang awalnya ungu cerah menjadi pudar.

    IV.2. Overrun

    Overrun dalam pengujian es krim menunjukkan banyak sedikitnya udara

    yang terperangkap didalam campuran es krim karena adanya proses agitasi. Udara

    dalam Ice Cream Maker akan membentuk rongga-rongga udara yang akan segera

    terlepas saat es krim meleleh. Rongga-rongga pada es krim akan meyebabkan es

    krim cepat mengalami penyusutan dan cepat meleleh pada suhu ruangan. Overrun

    sendiri merupakan hitungan awal berdasarkan perbedaan persentase volume es

    krim dan Ice Cream Maker (ICM) atau campuran es krim.

    Gambar 05. Pengaruh pasta dan tepung uwi ungu terhadap nilai Overrun es krim

    Overrun pada pembuatan es krim merupakan pengembangan volume yaitu

    volume antara sebelum dan sesudah proses pembekuan, nilai overrun merupakan

    jumlah kenaikan volume pada es krim. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa

    perlakuan tepung uwi B1 (tepung 50% + 10% susu), B2 (tepung 45% + susu 15%)

    24.87 23.80 22.47

    28.62 27.18 25.76

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    OV

    ER

    RU

    N (

    %)

    PERLAKUAN

    OVERRUN

  • 29

    dan B3 (tepung 40% + 20% susu) mendapatkan nilai overrun paling tinggi yaitu

    28,62%, 27,18% dan 25,76% jika dibandingkan dengan perlakuan es krim dengan

    menggunakan pasta uwi. Perlakuan pasta uwi A1 (pasta 50% + susu 10%), A2

    (pasta 45% + 15%), dan A3 (pasta40% + susu 20%) masing-masing memiliki

    nilai overrun yang rendah yaitu 24,87%, 23,47% dan 22,47%. Perbedaan nilai ini

    terjadi karena adanya perbedaan granula pada uwi ungu. Tepung uwi memiliki

    partikel granula pati yang lebih besar dibandingkan dengan pati yang terdapat

    pada pasta uwi sehingga saat proses aging jumlah nilai overrun nya meningkat

    karena granula pati pada tepung mengikat air bebas yang berada disekitar granula

    pati. Adanya kenaikan nilai overrun pada perlakuan pasta dan tepung terjadi

    karena semakin banyak tepung uwi yang digunakan dalam pembuatan es krim

    maka semakin besar pula nilai overrun yang didapatkan. Hal ini terjadi karena

    granula pati pada tepung uwi lebih besar dari granula pasta uwi yang

    menyebabkan terjadinya pembengkakan pada granula pati sehingga ruang antar

    partikel bahan menjadi lebih besar yang menyebabkan udara masuk selama proses

    aging semakin banyak yang menyebabkan nilai overrun nya meningkat. Hal ini

    sesuai dengan Suprayitno (2001), yang menyatakan bahwa nilai overrun pada es

    krim terjadi karena adanya kenaikan volume es krim yang disebabkan oleh

    masuknya udara pada pengocokan selama proses agitasi.

    IV. 3. Kecepatan Leleh

    Kecepatan leleh atau waktu meleleh adalah waktu yang diperlukan pada es

    krim untuk meleleh. Kecepatan leleh sendiri dipengaruhi oleh besarnya overrun

    dalam proses pembuatan es krim. Nilai overrun yang tinggi pada es krim akan

    menyebabkan es krim cepat melunak dan meleleh. Titik leleh pada es krim

    ditentukan dengan melihat lama waktu es krim tersebut meleleh.

  • 30

    Gambar 06. Pengaruh pasta dan tepung uwi ungu terhadap kecepatan leleh es

    krim

    Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perlakuan A1 (pasta 50% + susu

    10%) memiliki kecepatan meleleh selama 29 menit, perlakuan A2 (pasta 45% +

    susu 15%) memiliki kecepatan meleleh selama 28 menit, perlakuan A3 (pasta

    40% + susu 20%) kecepatan meleleh 27 menit, B1 (tepung 50% + susu 10%)

    kecepatan meleleh 25 menit, B2 (tepung 45% + susu 15%) kecepatan meleleh 24

    menit, dan perlakuan B3 (tepung 40% + susu 20%) dengan kecepatan meleleh 23

    menit. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari tingginya nilai overrun pada es

    krim karena adanya perlakuan tepung uwi menyebabkan es krim memiliki partikel

    granula yang lebih besar dibandingkan dengan es krim dengan perlakuan pasta.

    Partikel-partikel granula dalam es krim terlalu besar mengakibatkan es krim

    berada dalam suhu ruang menyebabkan es krim cepat meleleh. Kecepatan meleleh

    terjadi karena dipengaruhi tinggi rendahnya nilai overrun dari es krim. Semakin

    tinggi nilai overrun maka es krim semakin cepat meleleh, akan tetapi semakin

    rendah nilai overrun maka kecepatan meleleh semakin lama ini terjadi karena nilai

    overrun mempengaruh tekstur dan kepadatan es krim yang menentukan kualitas

    suatu es krim. Overrun yang tinggi menandakan bahwa es krim tersebut banyak

    mengandung udara yang terperangkap di dalam campuran es krim selama agitasi

    dimana udara ini akan membentuk rongga-rongga udara yang akan terlepas

    bersamaan dengan melelehnya es krim, semakin banyak rongga udara maka akan

    29 28 2725 24 23

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    KE

    CE

    PA

    TA

    NL

    EL

    EH

    (M

    EN

    IT)

    PERLAKUAN

    KECEPATAN LELEH

  • 31

    menyebabkan es krim akan semakin cepat menyusut, meleleh dan lunak. Hal ini

    sesuai dengan Suprayitno et al., (2001), yang menyatakan bahwa kecepatan

    meleleh es krim sendiri dipengaruhi oleh nilai overrun suatu es krim akan

    menunjukkan banyak sedikitnya udara yang terperangkap dalam campuran es

    krim akan tetapi bahan-bahan lain seperti gula, stabilizer serta bahan-bahan yang

    digunakan dalam pembuatan es krim juga dapat mempengaruhi kecepatan

    meleleh.

    IV. 4. Hasil Uji Organoleptik

    IV. 4. 1. Aroma

    Aroma menentukan penilaian seseorang terhadap suatu produk pangan.

    Aroma memberi peranan yang sangat penting dalam derajat penilaian dan kualitas

    suatu produk Hasil yang diperoleh dari uji organoleptik terhadap aroma es krim

    didapatkan hasil bahwa panelis rata-rata menyukai aroma es krim dari pasta uwi

    sedangkan aroma es krim dengan bahan tepung uwi ungu agak disukai oleh

    panelis. Perbedaan aroma pada produk didasarkan pada adanya perubahan uwi

    saat diolah. Dalam proses pembuatan pasta, uwi hanya sebatas dikukus dan

    dihaluskan sehingga aroma khas dari uwinya masih bertahan meskipun dengan

    adanya penambahan bahan lain sedangkan pada penggunaan tepung uwi aroma

    khas yang dimiliki uwi memudar saat terjadinya pencampuran antara uwi dengan

    bahan-bahan lain.

    Gambar

    07. Hasil Uji Organoleptik terhadap aroma Es Krim Uwi Ungu

    3.55 3.55 3.43 3.55 3.55 3.43

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    4.50

    5.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    TIN

    GK

    AT

    KE

    SU

    KA

    AN

    (1

    -5)

    PERLAKUAN

    AROMA

  • 32

    Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa perlakuan A1 (pasta uwi 50%+

    susu 10%), A2 (pasta uwi 45% + susu 15%), B1 (tepung uwi 50%+susu 10%)

    dan B2 (45% tepung uwi + susu 15%) memiliki nilai rata-rata yang sama yaitu

    3,55% (suka) sedangkan perlakuan A3 (pasta uwi 40% + 20% susu) dan B3

    (tepung uwi 40% + 20% susu) memiliki nilai rata-rata yang sama yaitu 3,43%

    (agak suka). Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa aroma setiap

    konsentrasi es krim tidak memiliki pengaruh nyata terhadap es krim. Ini karena

    berdasarkan uji kesukaan nilai rata-rata yang diperoleh memiliki nilai yang sama

    antara konsentrasi. Aroma pada es krim ini dipengaruhi oleh bahan-bahan yang

    menyusun es krim itu sendiri, dalam pembuatan es krim selain bahan pasta uwi

    dan tepung uwi sebagai bahan dasarnya penggunaan perlakuan dengan

    masing-masing konsentrasi susu juga mempengaruhi aroma yang diperoleh dari es

    krim ini karena adanya kandungan laktosa yang ada pada susu. Hal ini sesuai

    dengan Hutagalung (2007), yang menyatakan bahwa pengaruh banyaknya susu

    pada konsentrasi bahan menyebabkan adanya perubahan atau perbedaan aroma

    pada setiap produk yang dihasilkan.

    IV. 4. 2. Warna

    Hasil yang diperoleh dari uji organoleptik terhadap warna es krim uwi

    ungu diperoleh bahwa perlakuan dengan bahan pasta uwi ungu disukai oleh

    panelis sedangkan es krim dengan perlakuan bahan tepung uwi ungu tidak disukai

    oleh panelis. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin

    tinggi penambahan pasta uwi ungu maka warna es krim uwi akan semakin

    disukai. Warna pada es krim ini dinilai berdasarkan tingkat kecerahan dari produk

    es krim. Tingkat kecerahan pada produk dilihat melalui perbadingan beberapa

    perlakuan kemudian panelis diminta untuk membandingkan tingkat kecerahan

    warna dari produk es krim.

  • 33

    Gambar 08. Hasil Uji Organoleptik terhadap warna Es Krim Uwi Ungu

    Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa konsentrasi A1 (pasta uwi 50% +

    susu 10%) memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 3,23(agak suka), sedangkan A2

    (pasta uwi 45% + 15% susu) dan A3 (pasta 40% + 20% susu) juga mendapatkan

    nilai rata-rata yang hampir sama yaitu 3,21% (agak suka) dan 3,20% (agak suka).

    Sedangkan konsentrasi perlakuan B1 (tepung uwi 50%+susu 10%), B2 (45%

    tepung uwi + susu 15%), dan B3 (tepung uwi 40% + 20% susu) memiliki rata-rata

    nilai yang hampir sama yaitu 2,81 (tidak suka), 2,57 (tidak suka) dan 2,65% (tidak

    suka). Berdasarkan tabel diperoleh hasil bahwa pada uji organoleptik terhadap

    warna masih kurang disukai ini dikarenakan warna pada uwi sebelum diolah

    mengalami perubahan warna dimana pada proses pembuatan pasta warna ungu

    pada uwi memudar dan larut dalam air begitu juga saat pembuatan tepung, adanya

    proses blanching menyebabkan warna ungu pada permukaan uwi memudar

    sehingga saat pembuatan es krim warna yang dihasilkan kurang maksimal dan

    kurang disukai oleh panelis. Meskipun warna ungu pada pasta uwi maupun tepung

    uwi memudar berdasarkan hasil pengujian yang didapat pasta uwi ungu memiliki

    warna yang lebih baik jika dibandingkan dengan warna tepung uwi yang

    menyebabkan panelis lebih menyukai warna es krim dengan perlakuan pasta

    karena warna es krim dengan perlakuan tepung memiliki warna yang lebih pucat

    yang diakibatkan oleh hilangnya antosianin atau pigmen warna pada permukaan

    uwi akibat adanya pemanasan dan pencucian berulang. Hal ini sesuai dengan

    3.23 3.21 3.202.81

    2.57 2.65

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    4.50

    5.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    TIN

    GK

    AT

    KE

    SU

    KA

    AN

    (1

    -5)

    PERLAKUAN

    WARNA

  • 34

    Winarno (2004), yang menyatakan bahwa warna pada suatu produk ditentukan

    berdasarkan pada pigmen alami yang ada pada bahan pangan, selain itu adanya

    faktor pemanasan dapat mengurangi kandungan pigmen alami yang terkandung

    dalam bahan pangan.

    IV. 4. 3. Tekstur

    Hasil yang diperoleh dari uji organoleptik terhadap tekstur diperoleh

    bahwa perlakuan dengan bahan dasar pasta mendominasi rata-rata uji kesukaan.

    Tekstur es krim dengan perlakuan pasta uwi disukai oleh panelis sedangkan es

    krim dengan perlakuan tepung uwi agak disukai oleh panelis. Adanya konsentrasi

    antara pasta uwi dan susu mempengaruhi kesukaan panelis terhadap es krim.

    Gambar 09. Hasil Uji Oranoleptik terhadap warna Es Krim Uwi Ungu

    Tekstur pada es krim dipengaruhi oleh kandungan lemak, bahan penstabil

    serta pengemulsi yang digunakan. Dalam penelitian ini pengemulsi yang

    digunakan berupa kuning telur dengan penstabil berupa agar-agar dan sumber

    lemak berasal dari kandungan susu full cream. Berdasarkan hasil dari tabel diatas

    diperoleh hasil perlakuan A3 (pasta 30% + susu 20%) (suka) mendapat nilai

    dengan tingkat kesukaan paling tinggi, selain itu perlakuan A2 (pasta 45% + 15%

    susu) (suka) serta perlakuan A1 (pasta 50% + susu 10%) (suka) juga mendapatkan

    nilai yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan dengan menggunakan

    perlakuan tepung uwi B2 (tepung 45% + susu 15%), B1 (tepung 50% + susu

    10%), B3 (tepung 30% + susu 20%) yang rata-rata mendapatkan nilai dengan

    3.15 3.243.37

    2.52 2.56 2.47

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    TIN

    GK

    AT

    KE

    SU

    KA

    AN

    (1-5

    )

    PERLAKUAN

    TEKSTUR

  • 35

    tingkat kesukaan (agak suka). Hal ini terjadi karena tekstur dari es krim uwi

    dipengaruhi dari penggunaan pasta uwi dan tepung uwi. Pasta uwi memiliki nilai

    yang tinggi dikarenakan teksturnya yang padat serta kenyal saat dimasukkan di

    dalam lidah akan tetapi tekstur es krim dengan perlakuan tepung memiliki tekstur

    yang berpasir yang menyebabkan tekstur es krim tidak disukai oleh panelis.

    Selain berasal dari bahan dasar adanya kadungan gula serta kandungan lemak dari

    susu full cream yang digunakan menyebabkan terbentuknya tekstur yang lebih

    stabil akibat adanya pembentukan globula lemak yang diperoleh dari lemak susu

    full cream dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan

    Padaga, M,dkk.(2005), yang menyatakan bahwa kehalusan tekstur dari es krim

    dipengaruhi oleh adanya kandungan lemak yang berperan dalam meningkatkan

    karakteristik tekstur pada es krim serta mengurangi terbentuknya kristal pada es

    krim.

    IV. 4. 4. Rasa

    Hasil yang diperoleh dari uji organoleptik terhadap rasa diperoleh bahwa

    perlakuan pasta uwi ungu disukai oleh panelis sedangkan perlakuan tepung

    kurang disukai oleh panelis. Perbedaan antara perlakuan pasta uwi dan tepung

    sangat berbeda nyata dalam tingkat uji kesukaan panelis. Tingkat kesukaaan

    panelis terhadap rasa didasarkan pada tanggapan panelis terhadap produk es krim,

    Gambar 10 Hasil Uji Oranoleptik terhadap rasa Es Krim Uwi Ungu

    3.593.76

    3.51

    2.41 2.512.59

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    4.50

    5.00

    Pasta Uwi

    50% + Susu

    10%

    Pasta 45% +

    Susu 15%

    Pasta 40% +

    Susu 20%

    Tepung Uwi

    50% + Susu

    10%

    Tepung 45%

    + Susu 15%

    Tepung 40%

    + Susu 20%

    A1 A2 A3 B1 B2 B3

    TIN

    GK

    AT

    KE

    SU

    KA

    AN

    (1

    -5)

    PERLAKUAN

    RASA

  • 36

    Rasa pada es krim dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari adanya

    bahan utama dalam pembuatan es krim bahan-bahan lain seperti gula, susu skim,

    whipped cream, dan gula pasir sangat berpengaruh terhadap rasa yang dihasilkan

    pada es krim. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan A2 (pasta

    45% + 15% susu) (suka) mendapatkan nilai tingkat kesukaan paling tinggi begitu

    juga dengan perlakuan A1 (pasta 50% + susu 10%) (suka) dan A3 (pasta 40% +

    susu 20%) (suka) yang juga memiliki nilai tingkat kesukaan yang tinggi.

    Sedangkan, perlakuan dengan menggunakan tepung uwi rata-rata memiliki nilai

    tingkat kesukaan yang rendah B3 (tepung 30% + susu 20%), B2 (tepung 45% +

    15% susu), dan B1 (tepung 50% + susu 10%) dengan nilai rata-rata tidak disukai

    jika dibandingkan dengan es krim perlakuan pasta. Ini terjadi karena pengaruh

    dari perlakuan pengupasan dan adanya kandungan tanin pada tepung uwi ungu

    yang menyebabkan adanya rasa pahit pada es krim sehingga panelis cinderung

    memilih es krim dengan perlakuan pasta uwi karena memiliki rasa yang lebih

    disukai selain itu adanya bahan lain seperti gula, whipped dan pengaruh susu perlu

    ditambahkan untuk mengurangi rasa pahit dan getir pada es krim. Hal ini sesuai

    dengan Padaga, M, dkk.(2005), yang menyatakan bahwa pengaruh bahan lain

    seperti gula dan susu membantu dalam meningkatkan nilai cita rasa pada es krim.

  • 37

    V. PENUTUP

    V.1. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari penelitian ini :

    1. Formulasi perlakuan dengan penggunaan uwi ungu terbaik yaitu perlakuan

    dengan menggunakan pasta uwi ungu. Pada penelitian ini didapatkan hasil

    bahwa perlakuan pasta uwi (A1, A2 dan A3), dengan formulasi terbaik

    adalah A3 yaitu 40% pasta uwi + 20% susu f