studi pelayanan keagamaan di perbatasan

30
antara Mengatasi Keruwetan dan Keterbatasan antara Mengatasi Keruwetan dan Keterbatasan dengan Menjaga Ke-Indonesiaan dengan Menjaga Ke-Indonesiaan Oleh: Dr. Wahidah R. Bulan, Dr. Kustini dan Oleh: Dr. Wahidah R. Bulan, Dr. Kustini dan Sri Hidayati, M.Si. Sri Hidayati, M.Si.

Upload: wahidah-bulan

Post on 11-Jul-2015

299 views

Category:

Data & Analytics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

antara Mengatasi Keruwetan dan Keterbatasan antara Mengatasi Keruwetan dan Keterbatasan dengan Menjaga Ke-Indonesiaan dengan Menjaga Ke-Indonesiaan

Oleh: Dr. Wahidah R. Bulan, Dr. Kustini danOleh: Dr. Wahidah R. Bulan, Dr. Kustini danSri Hidayati, M.Si. Sri Hidayati, M.Si.

Page 2: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

• PERTANYAAN PENELITIANPERTANYAAN PENELITIAN

1.1.Bagaimana gambaran teraktual Bagaimana gambaran teraktual pelayanan keagamaan di Kabupaten pelayanan keagamaan di Kabupaten Nunukan? Nunukan?

2.2.Sejauhmana kebutuhan masyarakat Sejauhmana kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan keagamaan yang terhadap pelayanan keagamaan yang ideal di daerah perbatasan? ideal di daerah perbatasan?

DISAIN PENELITIANDISAIN PENELITIAN

Page 3: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

• TUJUAN PENELITIANTUJUAN PENELITIAN

1.1. Menemukan problem-problem faktual tentang Menemukan problem-problem faktual tentang pelayanan keagamaan di daerah perbatasan, pelayanan keagamaan di daerah perbatasan, terutama mengenai problem yang dihadapi terutama mengenai problem yang dihadapi institusi Kementerian Agama di dalam institusi Kementerian Agama di dalam memberikan pelayanan serta bagaimana memberikan pelayanan serta bagaimana kebudayaan negara tetangga berpengaruh kebudayaan negara tetangga berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan; dan terhadap pelayanan yang diberikan; dan

2.2. melakukan identifikasi pelayanan keagamaan melakukan identifikasi pelayanan keagamaan yang telah dilakukan serta pelayanan yang yang telah dilakukan serta pelayanan yang mungkin dikembangkan dalam rangka mungkin dikembangkan dalam rangka pembangunan daerah perbatasan. pembangunan daerah perbatasan.

DISAIN PENELITIANDISAIN PENELITIAN

Page 4: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

LOKASI PENELITIAN:LOKASI PENELITIAN:•Kabupaten Nunukan, Kalimantan UtaraKabupaten Nunukan, Kalimantan Utara• Pulau NunukanPulau Nunukan• Pulau SebatikPulau Sebatik• Tawau MalaysiaTawau Malaysia

WAKTU PENELITIAN:WAKTU PENELITIAN:• 20 Maret 2014-3 April 201420 Maret 2014-3 April 2014

DISAIN PENELITIANDISAIN PENELITIAN

Page 5: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

• Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

1.1. Menemukan problem-problem faktual tentang Menemukan problem-problem faktual tentang pelayanan keagamaan di daearh perbatasan pelayanan keagamaan di daearh perbatasan terutama mengenai problem yang dihadapi terutama mengenai problem yang dihadapi institusi dalam memberikan pelayanan serta institusi dalam memberikan pelayanan serta bagaimana kebudayaan negara tetangga bagaimana kebudayaan negara tetangga berpengaruh terhadap pelayanan yang berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan; dan diberikan; dan

2.2. melakukan identifikasi pelayanan keagamaan melakukan identifikasi pelayanan keagamaan yang telah dilakukan serta pelayanan yang yang telah dilakukan serta pelayanan yang mungkin dikembangkan dalam rangka mungkin dikembangkan dalam rangka pembangunan daerah perbatasan. pembangunan daerah perbatasan.

DISAIN PENELITIANDISAIN PENELITIAN

Page 6: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

LUAS WILAYAH: 14.247,50 km2 Terdiri dari pulau-pulau, tiga diantaranya cukup besar, yaitu:

Pulau Nunukan dengan luas 23.190 km2, Pulau Sebatik 23.790 km2, dan Pulau Sebakung dengan luas 17.220 km2; Sisanya merupakan pulau-pulau kecil dengan luas antara enam ribu km2 hingga 1.500 km2, bahkan terdapat pula pulau dengan ukuran sangat kecil, yaitu dengan luas kurang dari satu km2 (Pulau Tidong Salong Lumot, Pulau Pelanduk, Pulau Tembalan) (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nunukan, Kab. Nunukan Dalam Angka, 2013). Data yang diperoleh sayangnya tidak mencantumkan jumlah penduduk untuk tiap pulau. Data yang tersedia hanya menyandingkan jumlah penduduk dengan wilayah administratif (kecamatan).

KONDISI WILAYAH

Page 7: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

LUAS WILAYAH 14.247,50 Km2No Kecamatan Luas Wilayah

1 Krayan 1.834,742 Krayan Selatan 1.757,663 Lumbis 290,234 Lumbis Ogong 3.357,015 Sembakung 2.042,666 Nunukan 564,507 Sei Menggaris 850,488 Nunukan Selatan 181,779 Sebuku 1.608,4810 Tulin Onsoi 1.513,3611 Sebatik 51,0712 Sebatik Timur 39,1713 Sebatik Tengah 47,7114 Sebatik Utara 15,3915 Sebatik Barat 93,27

Page 8: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Jenjang Pendidikan

2012

Tidak punya Ijasah SD

46.583

SD 30.645

SLTP 23.314

SLTA 22.077

Diploma 2.038

Sarjana 3.316

TINGKAT PENDIDIKANPenduduk Nunukan umumnya memiliki tingkat pendidikan relatif rendah, sejalan dengan data Susenas tahun 2008 yang menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk di Kab. Nunukan mencapat 7,42 tahun pada 2010 dan meningkat sedikit saja menjadi 7,5 tahun pada 2012. Ini berarti bahwa rata-rata lama sekolah penduduk di Nunukan hingga kelas 7 lebih lima bulan (SLTP kelas 1 menuju kelas 2)

Page 9: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Penduduk miskin relatif tinggi (PPLS, 2011), mencapai mencapai 30 % atau 11.180 kepala keluarga, atau 54.404 jiwa.

Studi Sutaat (2006) di Sebatik Barat: program pembangunan belum banyak menyentuh

Sebatik Barat yang menjadikan wilayah tersebut jauh tertinggal dibanding wilayah lain.

Akses penduduk pada pendidikan tinggi terbatas karena problem infrastruktur

Banyak ditemui problem kesejahteraan sosial seperti fakir miskin, perumahan tidak layak huni, keterlantaran, dan keluarga rentan yang bersumber dari kondisi ekonomi penduduk yang rendah.

TINGKAT KESEJAHTERAAN

Page 10: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

setidaknya 19 suku/etnis. Yang cukup dominan adalah

suku Bugis (Bugis Bone, Bugis Wajo, Bugis Makasar, Sinjai, dan Sopeng), suku Dayak (Dayak Tidung, Dayak Lun Dayeh, Dayak Sa’ban, dan Punan), selain terdapat suku Jawa (yang terbanyak dari Jawa Timur), Madura, dan Timor (NTT maupun NTB).

Meski terdapat keragaman etnis, heterogenitas tidak terlihat di seluruh pulau karena suku-suku tersebut umumnya mengelompok di pulau-pulau tertentu. di Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan etnis mayoritas

adalah suku Bugis (mencapai 90% di Pulau Sebatik sementara di Pulau Nunukan mencapai 80%),

di Pulau Krayan, Sebuku, dan Lumbis, umumnya dihuni oleh suku Dayak.

ETNIS

Page 11: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Penduduk Kabupaten Nunukan sebagian besar beragama Islam. Islam 106.406 (65,6%.), Kristen 43.955 (27%), Katolik 11.506 (7%), Hindu 104 (0,06%), dan Buddha 152 (0,09%).

Meski tidak tercatat ada pemeluk yang beragama Khonghucu

Tidak ditemukan penganut agama atau kepercayaan lokal. Penduduk asli di Kabupaten Nunukan yaitu suku Dayak Tidung pada waktu lalu sering melakukan upacara adat berupa pemberian semacam sesajen yang dilakukan oleh perorangan dengan cara mengirim doa melalui pemberian sesajen hewan potong yang dilabuh di tengah laut dan dekat dengan tempat tinggalnya (Sutaat, 2006).

AGAMA

Page 12: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
Page 13: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Kepala Kantor Kementerian agama Kabupaten Nunukan dibantu oleh tujuh seksi, yaitu Seksi Tata Usaha, Seksi URAIS dan Haji, Seksi Pendis, Seksi Bimas, Seksi Penyelenggara Syariah, serta Seksi Penyelenggara Kristen ( PMA No. 13 Tahun 2012).

Total PNS berjumlah 84 pada tahun 2012 dan berkurang menjadi 83 pada tahun 2013.

Berdasarkan golongan, mayoritas (78 pada tahun 2012 dan 74 pada tahun 2013) berada pada Golongan III, sementara golongan II hanya 4 orang (tahun 2012) dan 3 orang pada tahun 2013 sedangkan golongan IV meningkat dari 2 orang (tahun 2012) menjadi 5 orang.

Dari total jumlah PNS tersebut, hanya terdapat 8 orang penyuluh agama (7 penyuluh agama Islam dan 1 penyuluh Kristen), satu orang penghulu (sudah mendapat SK) dan 2 orang calon penghulu, serta terdapat 28 orang guru agama Islam serta 9 orang guru agama Kristen.

Berdasarkan tingkat pendidikan, PNS Kemenag Kab. Nunukan umumnya berpendidikan tinggi (lulus S1), yaitu 79 orang pada tahun 2012 dan 77 orang pada tahun 2013, sedangkan yang berpendidikan SLTA hanya 3 orang (tidak ada perbedaan antara tahun 2012 dengan tahun 2013). Selain itu terdapat pula PNS dengan pendidikan S2, yaitu satu orang pada tahun 2012 meningkat menjadi 2 orang pada tahun 2013.

Berdasarkan usia, PNS Kemenag Kab. Nunukan yang berusia 40 tahun ke atas cukup banyak (38 orang pada tahun 2012 dan 40 orang pada tahun 2013)

KANKEMENAG

Page 14: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Physical Present KanKemenag Kab. Nunukan

Page 15: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Domisili KUA Wilayah kerja (kecamatan) Jumlah PNS

Kecamatan Nunukan Nunukan, Nunukan Selatan, dan Sei Menggaris

5

Kecamatan Sebatik Barat Sebatik Barat 4

Kecamatan Sebatik/Sebatik Induk

Sebatik Timur, Sebatik Utara, dan Sebatik tengah

5

Kecamatan Sebuku Sebuku 3

Kecamatan Sembakung Sembakung 2

Kecamatan Lumbis Lumbis 2

Kecamatan Krayan Krayan, Krayan Selatan 1

KUA

TUPOKSI:(1)Menyelenggarakan statsistik dan dokumentasi, (2)Menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan, pengetikan, dan rumah tangga KUA Kecamatan; dan (3) Melaksanakan pencatatan nikah, rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 16: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Terbatasnya SDM dan organisasi: belum seluruh kecamatan memiliki KUA, tenaga penghulu hanya 1 orang dan 2 calon penghulu. Diatasi dengan keberadaan P3N namun ada problem pembiayaan.

Akibatnya di KUA Sebatik ada penetapan tarif untuk pelayanan pernikahan sebesar Rp. 300.000 dengan perincian Rp. 150.000 untuk transport/honor P3N, Rp. 30.000 disetor ke kas KUA, Rp. 50.000 untuk transport dua orang saksi, dan Rp. 70.000 untuk honor pegawai honorer KUA. Biaya dibayar saat catin (calon pengantin) mendaftar.

Jumlah N tidak sama: di Krayan pada tahun 2013 hanya 3, yaitu satu kali pada bulan Juni dan dua kali pada bulan Desember. Begitu pula peristiwa pernikahan yang terjadi di Lumbis, pada tahun 2013 hanya ada 10 pernikahan, yaitu 3 pada Januari, masing-masing satu pernikahan pada Maret April, serta November, dan dua kali pada bulan Mei dan September. Dengan demikian, meskipun terdapat satu KUA yang membawahi dua, bahkan tiga kecamatan; beban kerja KUA tersebut menurutnya masih dalam batas kewajaran.

BIMAS Islam sudah guna mengatasi keadaan, namun belum mendapat respon hingga kini.

Peningkatan jumlah N karena program isbat nikah dari pemda (bantuan dana APBD untuk 1500 pasang catin) yang beimplikasi pada kurangnya buku nikah.

KUA

Page 17: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Ketujuh KUA sudah memiliki kantor sendiri dengan status tanah umumnya bersumber dari hibah, kecuali KUA Kecamatan Nunukan yang status tanahnya milik pemda. Luas tanah yang paling kecil 600m2 (KUA Sembakung) hingga yang paling luas, 10.000m2, seperti KUA Sebuku. Luas bangunan. umumnya hanya sekitar 80m2 (KUA Nunukan, Sembakung, dan Lumbis), KUA Krayan sedikit lebih luas yaitu 96m2, begitu pula dengan KUA Sebatik (120m2), KUA Sebuku 156m2, dan sebatik Barat 156m2

Meski sudah memiliki kantor sendiri, beberapa KUA merupakan bangunan tua. Sebagai contoh KUA Nunukan dibangun pada tahun 1978, KUA Sembakung tahun 1982, KUA Lumbis tahun 1984, dan KUA Krayan tahun 1999; hanya KUA Sebuku dan Sebatik Barat yang relatif baru dibangun, yaitu tahun 2010 (Sebuku) dan tahun 2011 tahun 2011. Contoh: KUA Sebatik Timur yang terletak kira-

kira 500m dari jalan utama, berada di tengah rawa. Jika hujan jalan di depan KUA becek berlumpur tanah liat. Bangunan terdiri dari Ruang kepala KUA, loket pendaftaran (sekretariat), ruang bendahara merangkap ruang BP4, dan ruang staf yang sekaligus digunakan untuk pelaksanaan akad nikah apabila pernikahan dilaksanakan di kantor. Ruang untuk pelaksanaan akad nikah hanya dibatasi gorden, ketika tidak digunakan untuk akad nikah, ruangan dibiarkan terbuka untuk staf.

Physical present KUA

Page 18: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Jumlah N (tahun 2013): 1.140 dengan jumlah N terbanyak di Kecamatan Nunukan (523 pernikahan), Sebatik Induk meliputi Sebatik Utara, Tengah, dan Timur sejumlah 289, Sebatik Barat 89, Sebuku 154, Sembakung 72, Lumbis 10, serta Krayan 3.

Problem utama yang dihadapi: Ketidak-mampuan warga memenuhi persyaratan pernikahan

terkait dengan dokumen kependudukan: (Tidak mempunyai KTP, KTP sudah lama tidak berlaku, tidak dapat memperlihatkan akta cerai untuk mengurus pernikahan karena pernikahan sebelumnya dilakukan secara siri, tidak dapat menunjukkan bukti administratif bahwa catin berstatus lajang.

Masih banyaknya praktek nikah siri Pernikahan antar WNI dengan warga Negara Malaysia

administrasi rumit, mahal (indeks jarak, bisa sampai 2juta rupiah), butuh waktu lebih lama

Permasalahan dokumen kependudukan Pernikahan WNI di Malaysia (Tawau)

Dokumen kependudukan Tidak mempunyai buku nikah (akibat nikah siri)

Lain-lain: mahar tinggi, kekurangan buku nikah, kasus KDRT.

Pelayanan Pernikahan

Page 19: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Problem jarak antara tempat tinggal warga dengan Kantor Kementerian Agama Kab. Nunukan: Sebelum mendaftar ke Kantor Kemenag, calon jamaah harus

membuka rekening haji di bank yang telah ditunjuk pemerintah dengan dana setoran awal sebesar Rp. 25 juta

Jamaah mendaftar ke kankemenag dengan membawa persyaratan sbb: KTP, KK, Surat keterangan sehat dari puskesmas, fotocopy ijazah/akte lahir/akte nikah, pas photo, foto copy buku rekening.

Entri Data, foto dan scan sidik 10 jari Calon jamaah mendapatkan SPPH (Surat Pendaftaran Pergi Haji) Calon Jemaah haji kembali ke bank dengan membawa SPPH, Bank

menyetor dana pendaftaran haji ke rekening Haji kemenag RI. Calon Jemaah haji kembali ke kankemenag dan mendapatkan daftar

tunggu. Sulit melakukan pendaftaran online karena problem jaringan

listrik Dokumen administrasi kependudukan (KTP, Paspor), terutama

terkait dengan konsistensi data kependudukan

PELAYANAN HAJI

Page 20: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Tidak terdapat kasus konflik antar agama Terdapat kasus konflik internal umat beragama namun

dalam skala kecil (berebut jama’ah) FKUB berperan cukup baik dalam menjaga kerukunan

antar umat bergama: Saling mengunjungi saat natal maupun hari raya. Menjadi penampung aspirasi umat beragama tanpa

memandang jumlah umat tersebut. Seluruh komunitas agama diakomodir dalam struktur

kepengurusan Berkembangnya kearifan lokal dalam menjaga

kerukunan: Pemisahan konsumsi dalam acara pernikahan, pesta

lainnya Melibatkan masyarakat muslim untuk memasak

hidangan.

KERUKUNAN dan FKUB

Page 21: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

SDM: 7 orang penyuluh Kegiatan terkonsentrasi pada kegiatan yang bersifat

formalistik (kegiatan pada hari-hari besar Islam) belum kepada upaya menjaga moralitas umat.

Terdapat kebutuhan untuk memberikan bimbingan keagamaan kepada pemuda mengingat banyaknya kasus narkoba (pengguna, pengedar; “jalur gajah” distribusi narkoba ) yang juga melibatkan pemuda dan perempuan, serta tingginya angka kriminal yang melibatkan anak (tahun 2013 terdapat 41 kasus ABH).

Bimbingan pembinaan persiapan pra nikah kepada pemuda: kasus nikah di bawah umur,kultur masyarakat pantai, infiltrasi budaya perkotaan seperti pergaulan bebas, kelompok muda merupakan segmen terbanyak di Nunukan.

Bimbingan keagamaan untuk muallaf belum tertangani dengan baik.

Adanya kebutuhan untuk memberikan bimbingan keagamaan kepada narapidana (300 orang)

PELAYANAN AGAMA ISLAM

Page 22: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Jumlah pemeluk agama: 43.955 jiwa atau sekitar 27% Ada di seluruh kecamatan, tetapi terkonsentrasi di 2 kecamatan yaitu

Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Krayan. Pemberian pelayanan agama hanya dilakukan oleh pejabat Penyelenggara

Kristen dengan tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikulum, ketenagaan, sarana kelembagaan, ketata-usahaan serta supervisi dan evaluasi pada pendidikan agama Kristen pada sekolah umum tingkat dasar dan menengah serta sekolah luar biasa

Penyelenggara Kristen lebih terfokus di bidang pendidikan. Sementara untuk kehidupan beragama umat Kristen pada umumnya relatif kurang.

Kurangnya pelayanan terhadap umat Kristen terjadi karena tidak ada staf yang membantu tugas Penyelenggara Kristen. Penyelenggara Kristen belum punya data tentang berapa jumlah induk organisasi gerja yang terdaftar, tidak ada data yang pasti., tidak ada mekanisme yang ketat yang mengharuskan setiap induk organisasi gereja mendaftar di Kementerian Agama, terjadi karena masyarakat tidak/belum memahami tentang eksistensi Kementerian Agama. menyangka bahwa tugas Kementerian Agama itu hanya terkait dengan: nikah, haji, dan doa.

Secara administratif sudah terdaftar di Kantor Kementerian Agama19 gereja, sebagian mengajukan surat keterangan terdaftar dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh bantuan dari Pemerindah Daerah. Sebagian kecil saja yang mendaftar sebagai respon atas chek list yang disampaikan Kementerian Agama melalui Penyelenggara Kristen.

PELAYANAN AGAMA KRISTEN

Page 23: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Jumlah pemeluk agama 11.506 atau sekitar 7%, akan tetapi data itu tidak selalu selaras dengan data yang dimiliki gereja Katolik (tahun 2013, 7000-8000) Problem: sulit mendata karena mereka mayoritas pendatang dari Nusa Tenggara Timur dan hanya beberapa bulan saja di Nunukan untuk kemudian berangkat ke Tawau atau Kinibalu.

Pusat pelayanan umat Katolik terletak di Gereja Katolik ,di bawah Yayasan Mardi Wiyata yang sekaligus mengelola Sekolah Menengah Pertama Katolik Frateran Santo Gabriel, dengan Sekolah Menengah Atas Katolik Frateran Santo Gabriel. Terdapat beberapa orang Pastor, antara lain Pastor berkebangsaan Itali yang sudah bertahun-tahun mengabdi di gereja.

Masalah perkawinan: lebih mengutamakan hokum adat ketika menikah, sehingga hokum gereja dan aturan pemerintah dianggap bukan yang utama. Menikah di kampong (NTT atau di Tanah Toraja) tanpa surat pengesahan dari gereja kemudian merantau ke Nunukan dan sebagian ada yang ke Tawau atau Sabah.

Pembinaan lebih difokuskan pada generasi muda, anak usia dini. Beberapa kelompok binaan: Remaka (Remaja Katolik), OMK (Orang Muda Katolik), dan WK (Wanita Katolik).

Struktur Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nunukan belum bisa mengakomodir pejabat yang melayani umat Katolik. Hanya ada satu Penyuluh Agama Katolik (David) yang berstatus Pegawan Negeri. Penyuluh inilah yang seringkali menjadi mediator antara Kementerian Agama dengan pimpinan gereja Katolik maupun iumat secara umum. Dalam tugas keseharian, secara administrtatif penyuluh agama Katolik bertanggung jawab terhadap Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nunukan. Untuk ruang kerjanya, David diberi meja staf yang ada diruangan Penyelenggara Kristen. Penyelenggara Kristen yang memang tidak punya staf sering kali meminta bantuan ke David untuk menyelesaikan beberapa keiatannya.

PELAYANAN AGAMA KATOLIK

Page 24: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

• Secara struktural tidak tercantum dalam tugas dan fungsi Kementerian Agama (tidak terdapat pejabat Kementerian Agama yang secara khusus menangani )

• Terkonsentrasi di Kecamatan Nunukan sebagai ibu kota, sementara hanya sebagian kecil saja berada di Kecamatan lain

• Jumlah: 65 orang terdiri atas 29 perempuan dan 36 laki-laki. • Perbedaan jumlah umat Hindu antara laki-laki dan perempuan terjadi karena

banyak umat Hindu yang datang ke Nunukan dalam rangka tugas (pejabat, pegawai) dan datang sendiri tanpa keluarga

• Beberapa pejabat di Kabupaten Nunukan beragama Hindu antara lain Kepala Kantor Imigrasi, Kepala Bea Cukai, Polres, Biro Pusat Statistik, dll. Dengan demikian, umat Hindu disini meski sedikit termasuk kelompok masyarakat menengah dan berada di lingkungan birokrat.

• Tentang kebutuhan akan rumah ibadat: • Belum mempunyai pura karena mempunyai prinsip membuat jauh lebih mudah

daripada memelihara. • Pernah mengajukan permohonan pendirian rumah ibadat., tapi beberapa orang

yang tercantum dalam susunan panitia itu pindah, akhirnya ragu untuk mengajukan kembali.

PELAYANAN AGAMA HINDU,

Page 25: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Secara struktural tidak tercantum dalam tugas dan fungsi Kementerian Agama (tidak terdapat pejabat Kementerian Agama yang secara khusus menangani )

Terkonsentrasi di Kecamatan Nunukan sebagai ibu kota, sementara hanya sebagian kecil saja berada di Kecamatan lain

Didominasi oleh kaum muda. Sebelum terbitnya peraturan terkait pelayanan agama Khonghucu

tahun 2006, penganut agama Buddha diperkirakan antara 80 sampai 90 Kepala Keluarga. Tapi sekarang hanya berkisar 40 sampai 50 Kepala Keluarga, Selebihnya menyatakan sebagai penganut Khoghucu khususnya dari kelompok tua yang masih memegang teguh tradisi Tionghoa.

Khonghucu di Kab. Nunukan lebih identik dengan budaya Tionghoa daripada dipandang sebagai agama. Ada semacam prinsip bahwa penganut Khonghucu pasti keturunan Tionghoa, tetapi tidak semua keturunan Tionghoa beragama Khonghucu karena ada juga yang beragama Buddha. Dengan kata lain penganut agama Buddha lebih heterogen karena ada yang berasal dari etnis Tiongoa, ada juga dari etnis Jawa.

Meski umat Khonghucu tidak terlalu banyak jumlahnya, mereka mengaku telah memiliki bangunan untuk beribadat yang cukup megah dan terpampang di depannya tulisan: “Rumah Ibadah Tri Dharma, San Kong Nunukan”. Di dinding bagian depan rumah ibadat itu tertulis semacam prasasti: Telah diresmikan Kelenteng Tri Dharma San Sen Kong, pada hari Minggu, tanggal 9 Maret 2008, oleh Bupati Nunukan H. Abdul Hafid Achmad.

Umat Buddha sudah menyediakan tanah yang rencananya akan didirikan vihara. Untuk saat ini beribadat di gedung serba guna yang ada di lingkungan kelenteng dengan menyewa sebuah ruangan di lantai 2.

PELAYANAN BUDDHA DAN KHONGHUCU

Page 26: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

Sudah terbentuk sejak akhir tahun 2006, tak lama setelah

keluarnya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006.

Perannya dirasakan efektif bagi peningkatan kerukunan umat beragama

Merupakan wadah penyaluran aspirasi yang cukup efektif terutama bagi kelompok agama yang secara kelembagaan tidak tercakup dalam struktur Kankemenag.

Seluruh kelompok agama terwakili dalam struktur kepengurusan FKUB.

Dukungan pemda dalam bentuk pendanaan cukup baik: tahun 2013 pemda memberikan honor kepada 17 orang

pengurus FKUB yang jumlah keseluruhan Rp. 41.000.000,-

FKUB

Page 27: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

FKUB PEMDA

Kabag kesra, kasubag keagamaan Anggaran untuk isbat nikah 1500 pasangan Bantuan dana pembangunan rumah ibadat Bantuan pendanaan bagi FKUB

BADAN PERTANAHAN NASIONAL PENGADILAN AGAMA DISDUKCAPIL: penyelesaian persoalan KTP, Paspor Kantor Imigrasi P2TP2A: kasus rumah tangga Polres, Kasatreskrim

LEMBAGA MITRA

Page 28: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

UMUM:Adanya problem keterbatasan SDM dan sarana/prasanara, serta anggaran (P3N, jaringan listrik, KUA belum ada ditiap kecamatan, terbatasnya tenaga penghulu dan penyuluh), dllLAYANAN PERNIKAHAN:Menonjolnya persoalan administrasi kependudukan yang menjadi penghambat masyarakat mendapatkan pelayanan makslimal (tidak mempunyai KTP, perbedaan identitas dalam dokumen kependudukan, tidak memiliki paspor, paspor dalam kondisi bermasalah, dan lain-lain). Persoalan adminduk terjadi karena ketidak-tahuan (pendidikan, sosialisasi yang

belum memadai), mobilitas penduduk yang tinggi, peraturan di negara tetangga (kebijakan lama bekerja), kebutuhan mencari nafkah, maupun kendala jarak. Persoalan tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan prosedural formal.

Persoalan lain terkait dengan masih banyaknya praktek nikah siri baik karena pemahaman agama yang sempit, ketidak-tahuan, problem mobilitas penduduk yang tinggi.

LAYANAN HAJI:Menonjolnya persoalan adminduk (perbedaan nama di paspor) larema Penyelesaian permasalahan pelayanan haji diselesaikan dengan memfungsikan KUA sebagai pihak yang bertugas mensortir kelengkapan dokumen pada tahap awal, bahkan sekaligus memberikan bimbingan dan bantuan kepada masyarakat sebagai calhaj. Pemanfaatan layanan pendaftaran online tidak selalu dapat dilakukan akrena problem ketersediaan jaringan listrik

KESIMPULAN

Page 29: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

LAYANAN AGAMA LAIN DAN KERUKUNANBelum maksimalnya layanan keagamaan bagi agama lain karena belum dipahaminya tupoksi Kementerian Agama (hanya mengurus haji, memimpin doa, dan urusan umat islam lainnya). Meski demikian kerukunan antar umat berjalan baik melalui prakek kearifan lokal yang didukung oleh kultur masyarakat yang terbuka selain adanya peran FKUB.Pelayanan bimbingan keagamaan perlu memperhatikan kebutuhan setempat. Untuk Kab. Nunukan perlu ada perhatian terhadap pembinaan bagi kelompok muda baik dari bahaya narkoba maupun budaya kota yang negatif.

LAIN-LAINBelum berjalan maksimalnya kegiatan pembinaan umat Islam (seremonial), adanya Belum dipahaminya tupoksi Kankemenag oleh OPD sehingga Kankemenag belum banyak diposisikan sebagai mitra strategis dalam membangun daerah (sebatas tukang doa).

KESIMPULAN

Page 30: Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan

1. Perlunya sosok pejabat Kementerian Agama yang cerdas dan mampu mencari peluang kerjasama serta mengembangkan inovasi dan kearifan lokal

2. Memprioritaskan penyelesaian problem administrasi kependudukan (terutama untuk layanan pernikahan dan haji), bersinergi dengan kementerian terkait Sosialisasi pentingnya pencatatan pernikahan (administrasi pernikahan) dengan pendekatan keagamaan (melibatkan para penyuluh agama, FKUB, para imam masjid)

3. Penguatan fungsi KUA (SDM, sarana prasarana anggaran)4. Penguatan fungsi FKUB5. Penguatan keberadaan P3N dalam membantu pelaksanaan tupoksi

KUA (pembiayaan, pengembangan peran dan fungsinya kearah yang lebih strategis).

6. Memaksimalkan peran penyuluh kearah yang lebih substantif (menjaga moralitas masyarakat)

7. Sosialisasi mengenai tupoksi Kementerian Agama kepada masyarakat, lembaga kemasyarakatan, serta lembaga pemerintahan termasuk kepolisian

REKOMENDASI