studi kasus kelompok 62-66

26
STUDI KASUS MANAJEMEN INDUSTRI PERUSAHAAN KONTRAKTOR Oleh : Anella Megaselfa H. B 10520244062 Santhi Tri Utami 10520244963 Daniswara Galuh S 10520244064 Melisa Suryaningrum 10520244065 Sumartika Nur S 10520244066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK

Upload: anella-h-b

Post on 19-Jun-2015

2.129 views

Category:

Business


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi kasus kelompok 62-66

STUDI KASUS

MANAJEMEN INDUSTRI

PERUSAHAAN KONTRAKTOR

Oleh :

Anella Megaselfa H. B 10520244062

Santhi Tri Utami 10520244963

Daniswara Galuh S 10520244064

Melisa Suryaningrum 10520244065

Sumartika Nur S 10520244066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

Page 2: Studi kasus kelompok 62-66

PT. WASKITA

A. Tentang Perusahaan

Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu perusahaan

negara terkemuka di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan

negara. Berasal dari sebuah perusahaan Belanda bernama "Volker Maatschappij NV

Aannemings", yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62/1961,

Waskita Karya awalnya berpartisipasi dalam perkembangan terkait air termasuk

reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.

Sejak tahun 1973, bagaimanapun, status hukum Waskita Karya telah berubah

menjadi "Persero" PT. Waskita Karya, dengan lebih akrab memanggil "Waskita". Sejak

saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum terlibat

dalam jangkauan yang lebih luas dari kegiatan konstruksi, termasuk jalan raya, jembatan,

pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman air limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas

industri lainnya.

Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek yang melibatkan

teknologi canggih. Transfer teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis dalam bentuk

operasi bersama dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka. Prestasi

signifikan dan luar biasa yang menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Soekarno-

Hatta, Siwabessy Multipurpose Reaktor, dan Muara Karang Coal Fired Power

Plant di Jakarta.

Memasuki tahun 1990, Waskita telah menyelesaikan banyak bangunan bertingkat

tinggi dengan reputasi baik seperti BNI City (bangunan tertinggi di Indonesia),

Bangunan Kantor Bank Indonesia, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower,

Shangri-La Hotel dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di Jakarta dan kota-kota

lain di Indonesia.

Waskita telah mencapai kinerja dibedakan dalam pembangunan panjang jembatan

beton pre-stressed rentang menggunakan sistem kantilever bebas dengan berhasil

menyelesaikan tiga jembatan: Raja Mandala, Rantau Berangin, dan Barelang IV.

Prestasi besar lain yang menggunakan teknologi serupa dicapai dalam pembangunan

Page 3: Studi kasus kelompok 62-66

"Pasteur-Cikapayang-Surapati" jalan layang dan jembatan cable stayed di Bandung.

Kisah sukses yang sama juga dicapai dalam pembangunan beberapa bendungan besar

seperti Pondok, Grogkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang diselesaikan lebih cepat dari

jadwal dengan kualitas memuaskan.

Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas depan hal lain telah memungkinkan

Waskita dalam memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995, yang

menjadi pengakuan internasional meyakinkan tentang Sistem Manajemen Mutu ISO

diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era global persaingan. Pada bulan

November 2009, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu

mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang bagaimana

perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik

pelanggan.

B. VISI DAN MISI

VISI

Untuk menjadi perusahaan konstruksi terkemuka untuk memberikan

kontribusi nilai tambah kepada para pemangku kepentingan

MISI

Untuk meningkatkan nilai kualitas perusahaan yang kompetitif dan tinggi

dengan menyediakan:

SDM yang kompeten, Sinergi dengan pelanggan, mitra bisnis, dan lembaga

keuangan, Fokus pada keselamatan, kesehatan dan lingkungan.

MOTO Perusahaan

SAFETY

Sustainable, Berkesinambungan

Agile, Fleksibel & adaptif

Fair, Adil & kesetaraan

Excellence, Biaya Mutu Waktu

Team Work, Kerjasama lintas fungsi

Page 4: Studi kasus kelompok 62-66

IntegritY, Kejujuran

C. KEUNGGULAN

Sebagai salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia (Majalah Investor,

November 2011), Perusahaan memiliki beberapa keunggulan bersaing yang memperkuat

kinerja Perusahaan sebagai berikut.

- Rekontruksi bangungan yang dikerjakan memiliki cakupan yang luas yaitu

rekontruksi terkait dengan air, seperti reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.

Selain itu, rekontruksi umum lainnya, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan,

bandara, bangunan, tanaman air limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas industri

lainnya.

- Dalam rekonstruksinya PT Waskita menggunakan teknologi canggih, yaitu joint

venture dengan perusahaan asing.

- Rekontruksi yang dikerjakan biasanya lebih cepat selesai dari hari yang dijadwalkan

dan hasilnya memuaskan.

- Kegiatan rekontruksi PT. Waskita sudah diakui oleh dunia internasional, terbukti

dengan sertifikat ISO yang didapatkannya.

- Memiliki posisi yang menguntungkan dalam penggarapan potensi dari proyek

infrastruktur Pemerintah.

- Pemain besar nasional dengan reputasi dan customer base yang luas.

- Perusahaan juga telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dalam usahanya

dari lembaga-lembaga yang ada di dalam maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan

bahwa Perusahaan memiliki keahlian dan reputasi yang baik di bidangnya.

- Memiliki produk unggulan dan produk yang berkualitas. Perusahaan dapat

mengungguli pesaing-pesaing lainnya dengan pengalaman yang dimilikinya dalam

pembangunan proyek-proyek tersebut. Selain itu, sebagai bentuk komitmen

Perusahaan dalam menciptakan produk dengan kualitas yang kaya mutu, Perusahaan

menerapkan standar mutu internasional.

- Pertumbuhan pendapatan yang stabil dan daya saing yang meningkat.

- Desentralisasi organisasi dan jaringan pemasaran dan wilayah produksi yang luas di

seluruh Indonesia.

Page 5: Studi kasus kelompok 62-66

- Memiliki manajemen dan tenaga kerja yang ahli dan dapat diandalkan dalam

penyelesaian proyek dengan tepat waktu.

- Memiliki sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi.

D. ANALISIS SWOT

Salah satu metoda analisis lingkungan yang sering digunakan adalah Analisis

SWOT (Strenght / Kekuatan, Weaknesess / Kelemahan, Opportunity / Peluang,

Threats /Ancaman).

Kekuatan adalah variabel atau faktor-faktor internal seperti teknologi yang

dimiliki perusahaan, sumberdaya manusia (karyawan dan manajemen), sistem, maupun

modal, yang mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Paling tidak,

faktor tersebut menjadi penentu utama untuk mempertahankan atau kalau bisa

mengembangkan-kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah faktor yang

menyebabkan perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat

dikerjakan dengan baik dan atau lebih murah oleh pesaingnya. Faktor ini dianalisis dapat

menyebabkan penurunan kinerja perusahaan.

Sementara itu, yang disebut dengan peluang dan ancaman adalah faktor-faktor

yang berasal dari luar perusahaan, misalnya:

1. Ancaman dominan dalam industry

2. Kekuatan dan dorongan persaingan dalam industry

3. Faktor penyebab perubahan

4. Aktivitas pesaing

5. Faktor yang menentukan keberhasilan untuk bersaing dalam industry

6. Daya tarik industry

Tujuan :

a. Meraih laba,

b. membangun citra, dan

c. mengembangkan profesionalisme.

Page 6: Studi kasus kelompok 62-66

Analisis SWOT :

a.) Strenght

PT Waskita Karya merupakan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang

konstruksi yang tidak hanya membangun bangunan milik pemerintah tetapi juga

membangun bangunan untuk pihak swasta.

b.) Weakness

Karena perusahaan ini milik pemerintah sebagian besar modal yang diterima

untuk melaksanakan sebuah proyek berasal dari pemerintah.

c.) Opportunity

PT Waskita Karya selalu mendapatkan kontrak dari pemerintah untuk

membangun bangunan pemerintah dan membangun fasilitas-fasilitas negara, tetapi

tidak hanya bangunan dan fasilitas negara saja seperti apartemen dan kantor bank

swasta.

d.) Threats

Sebagian besar PT Waskita Karya membangun bangunan pemerintah dan fasilitas

negara, modal yang diperoleh berasal dari pemerintah, dan proyek akan berjalan

apabila ada kontrak kerja dengan pemerintah.

E. MANAJEMEN HARGA

Pada tahun 2012, PT Waskita Karya (Persero) menetapkan kisaran harga pada Rp

366-Rp 405 per lembar pada penawaran umum saham perdana alias initial public offering

(IPO). Dengan penawaran saham sebanyak 3.082.315.000 lembar, total IPO akan didapat

sekitar Rp 986,96 miliar-Rp 1,24 triliun.

Saham yang ditawarkan setara dengan 32% dari modal ditempatkan dan disetor

penuh. Ini sudah termasuk 192.645.000 lembar saham baru, atau 2% dari modal

ditempatkan untuk Employee Stock Allocation (ESA). Juga dana MESOP, sekitar

288.967.000 saham baru. Nilai nominal ditetapkan Rp 100 per lembar.

Dana IPO sekitar 60% atau sekitar Rp 672 miliar sebagai suntikan modal kerja

secara permanen. Dengan modal segar ini, rasio leverage perseroan akan lebih sehat.

Page 7: Studi kasus kelompok 62-66

Sedangkan sisanya, 40% sebagai pengembangan usaha perseroan. Bertindak

sebagai penjamin pelaksana emisi yaitu PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas,

dan PT Mandiri Sekuritas.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk mencatatkan saham perdana di lantai bursa pada

pembukaan perdagangan hari, Rabu, 19 Desember 2012. Saham emiten yang diberi kode

WSKT ini naik 10,53 persen menjadi Rp 420 dari harga penawaran umum saham perdana

(IPO) sebesar Rp 380 per lembar saham.

F. SEGMEN DI PASAR

Segmen Primer, dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Informasi

segmen berdasarkan jenis usaha / produk adalah sebagai berikut

Segmen Geografis, segmen sekunder perusahaan dikelompokkan berdasarkan

daerah geografis.informasi segmen berdasarkan daerah geografis adalah sebagai

berikut

Page 8: Studi kasus kelompok 62-66

G. STRATEGI PEMASARAN

PT Waskita Karya (Persero) membangun sistem manajemen perusahaan yang

meliputi seluruh kegiatan perusahaan, dengan berpedoman kepada misi maupun visi yang

telah ditetapkan dan telah disetujui oleh Pemegang Saham.

Misi dan visi perusahaan menggambarkan tujuan yang ingin di capai dalam

jangka panjang dan jangka pendek, yang selalu dikembangkan melihat perkembangan

lingkungan industri maupun ekonomi serta nasional, regional bahkan global.

Rencana perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan dalam jangka panjang

maupun jangka pendek, dirumuskan dalam satu perencanaan strategis, yang dinamakan

Perencanaan Strategis Perusahaan, baik dalam perencanaan jangka panjang, disebut

Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun perencanaan jangka pendek yang

disebut Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Sebagai pedoman kegiatan usaha, RKAP dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana

Kerja Unit Kerja dan Rencana Kerja Unit Bisnis.

PT Waskita Karya (Persero) menitik beratkan pada konsep pemasaran yang lebih

generik/umum, yang dikenal secara luas dengan pendekatan pada kualitas produk

(diferensiasi) serta penawaran harga yang kompetitif (cost leadership).

Dalam pencapaian rencana strategisnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk

melakukan pengembangan bisnis melalui revisi Capital Structure, Sistem Informasi

Manajemen, Sistem Human Resources Development, Sistem Manajemen Arus Kas,

Sistem Manajemen Risiko dan Sistem Manajemen Proyek, agar optimalisasi pasar dan

operasional tercipta.

Page 9: Studi kasus kelompok 62-66

H. BERTAHAN DI PASAR INDONESIA

Tingginya keinginan pemerintah untuk menggenjot infrastruktur dan optimisme

sektor konstruksi tidak akan terganggu oleh krisis global, memberikan ruang gerak yang

luas bagi pemain-pemain industri ini.

Sebagai perusahaan konstruksi milik BUMN, PT Waskita Karya terus

mengembangkan bisnis dan ekspansinya ke depan. Sebagai langkah awal menjadi

perusahaan publik dan tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia, perseroan melakukan

penawaran umum saham perdana (inital public offering/IPO).

Dalam aksi korporasi ini Waskita Karya akan melepas 3,08 miliar saham atau

sebanyaknya 32% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham

perdana dengan harga penawaran pada kisaran Rp320-405 per saham.

Dana hasil penawaran saham perdana ini akan digunakan 60% untuk

meningkatkan kemajuan proyek saat ini dan masa mendatang dan sekitar 40% untuk

melakukan diversifikasi bisnis untuk meningkatkan daya saing.

Dalam penawaran saham perdana ini perseroan menunjuk PT Bahana Securities,

PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi

efek.

Adapun jadwal penawaran saham antara lain untuk masa penawaran awal pada 22

November-3 Desember 2012, tanggal efektif pada 10 Desember 2012, masa penawaran

pada 12-14 Desember 2012, penjatahan pada 17 Desember 2012, distribusi saham secara

elektronik pada 18 Desember 2012, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada 19 Desember 2012.

Analis eTrading Securities, Budhy SM Siallagan dalam risetnya menjelaskan

berdiri sejak tahun 1961, Waskita adalah perusahaan konstruksi milik pemerintah yang

sahamnya dimiliki oleh kementerian BUMN.

"Meninjau paparan paparan publik yang diadakan calon emiten BEI ini, kami

melihat dasar penilaian harga saham yang ditawarkan dari kisaran Rp320–Rp405 ini

menggunakan proyeksi financial staement untuk 2013, dimana pada tahun tersebut

perusahaan menaksir laba bersih yang akan dihasilkan adalah senilai Rp356 miliar dan

sampai akhir 2012 ini akan mencapai Rp250 miliar," terangnya.

Page 10: Studi kasus kelompok 62-66

Lebih lanjut, pihaknya melihat dari kisaran harga penawaran tersebut maka PER saham

Waskita ini berkisaran antara 8,6-11,2x dimana angka tersebut memang jauh dibawah

rata-rata kompetitornya seperti PT Adhi Karta Tbk (ADHI), PT Wijata Karya Tbk

(WIKA) dan PTPP Tbk (PTPP) yang berkisar antara 16-23x.

"Namun hal yang perlu diperhatikan adalah, PER tersebut mencerminkan harga

yang dibandingkan dengan EPS (FY13) sehingga harga tersebut masih menggunakan

potential result dari kinerja 1 tahun mendatang yaitu akhir 2013," jelasnya.

Page 11: Studi kasus kelompok 62-66

PT ADHI KARYA

A. PENDIRIAN

Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam Surat Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan

Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan

Bangunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV,

dilebur ke dalam Perusahaan.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 1

tanggal 1 Juni 1974 dari Kartini Mulyadi, SH, notaris di Jakarta yang telah diubah dengan

akta No. 2 tanggal 3 Desember 1974 dari notaris yang sama. Akta Pendirian ini telah

memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan No. Y.A.5/5/13 tanggal 17 Januari 1975, dan diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia No. 85 tanggal 24 Oktober 1975. Tambahan No. 600.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan

akta No. 13 tanggal 8 Agustus 2006 dari Imas Fatimah, notaris di Jakarta untuk

menyesuaikan dengan UndangUndang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas.

Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. W7-HT.01.04-563

tanggal 12 September 2006 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia No. 22 tanggal 16 Maret 2007, Tambahan No. 281.

Ruang lingkup bidang usaha Perusahaan meliputi:

1. Konstruksi

2. Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and

Construction/EPC);

3. Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang

teknologi informasi, real estat dan agro industri.

Page 12: Studi kasus kelompok 62-66

Saat ini kegiatan utama Perusahaan dalam bidang konstruksi, EPC, real estat dan jasa

pengadaan barang. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1960.

Perusahaan berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta

B. KEUNGGULAN

Pada tahun 2009, ADHI berhasil menerapkan penggunaan ACPS untuk pertama kalinya

dalam pembangunan jalan tol. Dengan menggunakan ACPS, memberikan banyak

keuntungan bagi pemilik proyek karena menawarkan harga yang hampir sama tetapi

hanya membutuhkan investasi modal yang rendah untuk peralatan dan selesai lebih cepat.

Pada tahun 2009, tercatat bahwa panjang jalan nasional mencapai 34.600 km, dan

diperkirakan akan bertambah menjadi 38.600 km sampai dengan tahun 2014 termasuk

700 km jalan tol. Anggaran yang diperlukan untuk jalan tol saja adalah sebesar Rp 60

triliun untuk tahun 2010-2014. Dengan keunggulan teknologi ACPS, kami

memproyeksikan bahwa ADHI tidak akan kesulitan untuk mendapatkan beberapa proyek

baru untuk konstruksi jalan di masa depan. Saat ini, ADHI menargetkan untuk

memperoleh proyek 5 ruas jalan tol yang nilainya mencapai Rp 2,75 triliun.

C. ANALISIS SWOT

Untuk analisis swot PT Adhi Karya adalah sebagai berikut :

Strength ( Kekuatan )

- Pengalama kerja sejak tahun 1960

- ACPS sebagai tambahan nilai jual

- Pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik

- Jaringan yang ekstensif dengan cabang-cabang di Indonseia dan divisi di Qatar, India

dan Filipina

Weakness (Kelemahan)

- Marjin tergantung pada harga bahan bangunan yang kadang berfluktuasi

- Ketergantungan pada kondisi ekonomi global

- Keterbatasan modal kerja untuk mendukung pertumbuhan yang lebih tinggi

Opportunity (Kesempatan)

Page 13: Studi kasus kelompok 62-66

- Alokasi anggaran yang besar untuk infrastuktur baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah

- Rencana penambahan 700 km jalan tol hingga 2014 cukup potensial untuk ACPS

Threat (Ancaman)

- Tingginya persaingan di industry kontruksi

- Macetnya piutang dan tagihan dapat menghambat arus kas.

D. MANAJEMEN HARGA

VALUASI

• Metodologi yang Digunakan

Kami mengaplikasikan metode discounted cash flow (DCF) sebagai metode penilaian

utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan adalah merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi nilai (value driver) ADHI.

Selain itu kami menggunakan metode Guideline company method (GCM) sebagai metode

pembanding.

Penilaian ini didasarkan pada Nilai 100% Saham Per 31 Maret 2010.

• Estimasi Nilai

Target harga saham untuk 12 bulan berdasarkan posisi penilaian pada tanggal 31 Maret

2010 adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode DCF dan asumsi tingkat diskonto 11,15% adalah

sebesar Rp 726 - Rp 889 per lembar saham.

Dengan metode GCM (PBV 1.46 X dan P/E 10.49 X) adalah sebesar Rp 754 - Rp.

1.395 per lembar saham.

Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut dilakukan

rekonsiliasi dengan dilakukan pembobotan terhadap kedua metode tersebut sebesar 70%

untuk DCF dan 30% untuk metode GCM.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka Target Harga Saham ADHI untuk 12 bulan

adalah Rp 730 - Rp 1.040 per lembar saham.

Page 14: Studi kasus kelompok 62-66

E. SEGMEN DI PASAR

Ada dua hal utama yang mendorong pertumbuhan ADHI, yaitu belanja infrastruktur

Pemerintah dan pertumbuhan industri properti. Pemerintah Indonesia telah menyadari

bahwa pembangunan infrastruktur merupakan hal utama untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi. Hal ini terlihat dari besarnya anggaran infrastruktur di tahun 2012 atau

mencapai Rp 36,7 triliun. Dan di tahun 2013, diestimasikan meningkat hingga mencapai

Rp 80 triliun. Dengan gambaran industri infrastruktur yang positf, kami percaya bahwa

ADHI sebagai salah satu perusahaan negara akan memperoleh banyak keuntungan di

masa datang. ADHI juga memperoleh berbagai keuntungan dari sektor properti, sebagai

akibat rendahnya tingkat suku bunga (dipicu oleh rendahnya BI Rate sebesar 5,75%), dan

meningkatnya pendapatan per kapita yang diproyeksikan melebihi USD 4.000 hingga

akhir tahun 2012. Dengan kondisi tersebut, kami percaya sektor properti, terutama di

2H12 akan meningkat sebesar 20% YoY. Oleh karenanya, kami estimasikan bahwa

belanja konstruksi nasional akan mencapai Rp 180 triliun di tahun 2012, atau naik 12,4%

YoY. Dengan kondisi yang terus berkembang tersebut, kami percaya ADHI masih dalam

jalurnya untuk mendapatkan target kontrak sebesar Rp 13,5 triliun. Sehingga, kami

estimasikan pendapatan ADHI dapat tumbuh 32,78% YoY di tahun 2012, atau naik

22,4% CAGR selama 2011 – 2016.

Sumber: PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham &

Indexing

Berdasarkan harga saham per tanggal 12 Oktober 2012 – Rp 1.090 / saham Growth-

Value Map memberikan gambaran akan ekspektasi pasar untuk perusahaan-perusahaan

yang tercatat di BEI. Metrik Current Performance (“CP”), sumbu horisontal, adalah

bagian dari nilai pasar saham saat ini yang dapat dihubungkan dengan nilai perpetuitas

dari kinerja profitabilitas perusahaan.

Page 15: Studi kasus kelompok 62-66

Metrik Growth Expectations (“GE”), sumbu vertikal, merupakan perbedaan antara nilai

pasar saham saat ini dengan nilai current performance. Kedua metrik tersebut

dinormalisasikan dengan nilai buku perusahaan. Growth-Value Map membagi

perusahaan-perusahaan ke dalam empat kluster, yaitu:

Excellent value managers (“Q-1”)

Pasar memiliki ekspektasi terhadap perusahaan-perusahaan di Q-1 melebih

benchmark mereka dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan.

Expectation builders (“Q-2”)

Pasar memiliki ekspektasi yang relatif rendah terhadap profitabilitas perusahaan-

perusahaan di Q-2 dalam jangka pendek, tetapi memiliki ekspektasi pertumbuhan

yang melebihi benchmark.

Traditionalists (“Q-3”)

Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap pertumbuhan perusahaan-

perusahaan di Q-3, walaupun mereka menunjukkan profitabilitas yang baik dalam

jangka pendek.

Asset-loaded value managers (“Q-4”)

Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap profitabilitas dan pertumbuhan

perusahaan-perusahaan di Q-4. Berdasarkan laporan keuangan dan nilai pasar

pada bulan Juni 2012, ADHI terletak di klaster Traditionalist ("Q-3"). ADHI

masih diabaikan oleh pasar, meskipun mereka menunjukkan kinerja yang baik.

ADHI memiliki kesempatan untuk pindah ke klaster Excellent Value Managers’

("Q-1") dengan cara memperkuat kemampuan internal mereka untuk tumbuh dan

melakukan tindakan untuk mendorong persepsi pasar akan keberhasilan ekonomi

mereka.

F. STRATEGI PEMASARAN

Page 16: Studi kasus kelompok 62-66

Gambar. Sistem Pemasaran Proyek Bisnis

Pengembangan infrastruktur Indonesia menjadi yang terdepan dalam rangka akselerasi

ekonomi Indonesia. Berdasarkan Master Plan for Acceleration and Expansion of

Indonesian Development, pembangunan infrastruktur Indonesia masih memerlukan US$

76 miliar hingga tahun 2015. Sejalan dengan itu beberapa proyek seperti proyek tol

Trans-Java, Jakarta Outer Ring Road, dan jalan tol Non-Trans Java sudah menjadi

portfolio Departemen Pekerjaan Umum.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga mendorong perusahaan BUMN konstruksi

memasuki sektor EPC yang tercatat menghasilkan jumlah kontrak terbanyak di pasar

konstruksi dan juga memberikan nilai kontrak yang lebih besar, dimana hal ini membuat

prospek ADHI sebagai perusahaan konstruksi lebih terang.

Ditambah dengan kemampuan ADHI untuk mendapatkan kontrak baru, yang dibuktikan

dengan nilai kontrak diperoleh yang mencapai RP 9,136 triliun di 9M2011, atau lebih

tinggi 12,3% YoY dibandingkan periode yang sama tahun 2010, membuat kami percaya

bahwa pendapatan ADHI dapat tumbuh 23,4% YoY di 2011 atau 30% CAGR selama

2010 – 2015.

Untuk mendukung aktivitasnya, ADHI memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu:

PT Adhi Realty (“ADRE”), aktif sebagai pengembang dan jasa manajemen perumahan

(kepemilikan saham 97,93%). PT Adhicon Persada (“ADPER”), merupakah perusahaan

spesialis konstruksi dan merupakan perusahaan pendukung ADHI dalam pengerjaan

proyek konstruksi (kepemilikan saham 99,00%).

Page 17: Studi kasus kelompok 62-66

PT Duri Indah Raya (“DIR”), terlibat di bidang perumahan dan aktivitas bisnis yang

terkait dengannya. DIR berlokasi di Pekanbaru, Riau (kepemilikan saham 90%).

PT Adhi Multipower, Pte. Ltd (“ADM”), bergerak dalam bidang perdagangan dan EPC.

ADM berdomisili di Singapura (kepemilikan saham 100%).

Adhi Oman LLC (“ADO”), aktif sebagai kontraktor umum dan kontraktor pembangun

gedung tinggi. ADO berdomisili di Muscat, Oman (kepemilikan saham 70%).

PT Jakarta Monorail (“JM”), anak perusahaan yang aktif dalam Implementasi monorail di

Jakarta (kepemilikan saham 7,65%). PT Indonesia Transit Central (“ITC”), anak

perusahaan (kepemilikan saham 24,57%), aktif dalam bisnis transportasi dan investasi

infrastruktur.

G. BERTAHAN DI PASAR INDONESIA

Saham PT Adhi Karya menurut BUMN Indonesia

Dukungan dari Pemerintah Indonesia

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur akhir-akhir ini, Pemerintah

Indonesia mengalokasikan sekitar 63,2% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

– APBN di tahun 2011, naik dari hanya 27,2% di tahun 2010. Berbagai proyek

infrastruktur seperti proyek jalan tol Trans-Java, Jakarta Outer Ring Road, dan Non-

Trans Java sudah masuk dalam rencana kerja Departemen Pekerjaan Umum. Selain itu,

proyekproyek Engineering, Procurement and Construction (“EPC”) untuk industri

minyak dan gas, dan pembangkit tenaga listrik, tercatat sebagai jumlah proyek yang

terbanyak saat ini. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat bahwa 10

proyek EPC untuk pembangkit tenaga listrik akan dibangun. Dengan dukungan dari

Pemerintah Indonesia, kami percaya prospek ADHI sebagai perusahaan milik negara,

tetap cerah.

Pendapatan Meningkat Tetapi Laba Bersih Menurun Karena Pajak Selama 9M2011,

pendapatan ADHI naik dari Rp 3,070 triliun di 9M2010 menjadi Rp 3,133 triliun, atau

Page 18: Studi kasus kelompok 62-66

tumbuh sebanyak 2% YoY. Tetapi hal ini tidak diikuti oleh laba bersih ADHI, yang turun

dari Rp 75,7 miliar di 9M2010 menjadi Rp 30,19 miliar di 9M2011. Lebih banyaknya

jumlah penjualan tunai yang diterima dari proyek infrastruktur, dimana pendapatan dari

jasa ini terkena pajak final sebesar 3%, membuat laba bersih ADHI turun. Biaya pajak

ADHI mencapai Rp 74,7 miliar di 9M2011, sementara di 9M2010 biaya pajak ini hanya

mencapai Rp 54,6 miliar.

Mendapatkan Lebih Banyak Kontrak di 9M2011

Reputasi ADHI sebagai perusahaan terpercaya di bidang konstruksi terbukti dengan

besarnya jumlah kontrak yang diperoleh selama 9M2011. Per September 2011, ADHI

telah mendapatkan Rp 9,136 triliun kontrak baru,lebih tinggi dari tahun 2010 yang hanya

mencapai Rp 8,1 triliun. Berdasarkan pengalaman historis, kami percaya ADHI akan

mampu memperoleh Rp 13,3 triliun kontrak baru, dengan Rp 0,2 triliun datang dari

proyek properti, Rp 4,6 triliun datang dari proyek EPC, Rp 8,4 triliun dari proyek

konstruksi, dan Rp 0,1 triliun dari proyek real estate di tahun 2011.

Berdasarkan perkembangan terakhir di bulan Desember 2011, ADHI telah mendapatkan

EPC kontrak dari Pertamina sebesar US$ 847 juta untuk membuat proyek Residual Fluid

Catalytic Cracking di Cilacap – Jawa Tengah.

Pendapatan Tunai Mengakibatkan Peningkatan Biaya Pajak

Hingga 9M2011, biaya pajak ADHI naik hingga RP 74,6 miliar, lebih tinggi dari periode

yang sama di tahun 2010, yang hanya mencapai Rp 54,6 miliar. Peningkatan biaya pajak

tersebut diiringi dengan laba sebelum pajak yang menurun, dimana di 9M2011 hanya

mencapai Rp 104,95 miliar, lebih rendah dari 9M2010 yang mencapai Rp 130,25 miliar.

Hal ini menghasilkan laba bersih yang menurun hingga Rp 30,1 miliar di 9M2011, turun

60% YoY. Namun peningkatan biaya pajak juga mengindikasikan bahwa ADHI

memperoleh pendapatan kas lebih banyak dari aktivitas operasionalnya selama 9M2011,

terutama dari jasa konstruksi.

Prospek Usaha

Sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur, yang

dibuktikan dengan peningkatan anggaran infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (“APBN”) menjadi 63,2% di 2011, sektor konstruksi diproyeksikan akan

cerah. Dukungan yang besar dari Pemerintah terlihat dari rencana penerbitan obligasi

Page 19: Studi kasus kelompok 62-66

untuk membiayai proyek infrastruktur di tahun 2012. Banyaknya proyek infrastruktur,

seperti proyek jalan tol Trans Java, Jakarta Outer Ring Road, dan Non-Trans Java, dan

berbagai proyek EPC, seperti proyek pembangkit listrik 10.000 MW, membuat industri

konstruksi tetap sibuk di masa datang. Kondisi tersebut ditambah kemampuan ADHI

untuk mendapatkan kontrak, terutama kontrak dari Pemerintah Indonesia, membuat kami

percaya pendapatan ADHI akan tumbuh 23,4% YoY di 2011 dan 30% CAGR selama

tahun 2010-2015.