studi deskriptif konsep diri korban gempa yang … · yang menjadi penderita paraplegia s k r i p s...

186
STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Nama : Cyrillus Harry Setyawan NIM : 029114126 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: ngothuy

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA

S k r i p s i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Nama : Cyrillus Harry Setyawan

NIM : 029114126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

halaman persembahan

dedicated to:

Bp. A.L Supardi

Ibu A. Mujiwati

Astrida Padma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

MOTTO

Life is beautiful

Hiduplah sekarang untuk masa yang akan datang,

bukan untuk masa lalu

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Maret 2008

Penulis

Cyrillus Harry Setyawan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan konsep diri korban gempa bumi di Yogyakarta, tanggal 27 Mei 2006, yang menjadi penderita paraplegia. Gempa bumi merupakan salah satu bentuk bencana pada suatu daerah yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi manusia dan lingkungan atau ekologi. Paraplegia adalah kecacatan fisik yang disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang belakang, sehingga penderitanya akan mengalami kelumpuhan pada kaki dan bagian bawah tubuhnya. Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam kehidupan orang tersebut. Penelitian ini mengambil 4 (empat) orang responden, yang terdiri dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan tes grafis (tes BAUM, DAP dan HTP). Teknik wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara. Teknik observasi dilakukan oleh dua orang observer dengan cara anecdotal. Analisis data penelitian bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korban gempa yang menjadi penderita paraplegia memiliki konsep diri negatif. Subyek belum mampu menerima kondisi kelumpuhannya sehingga sering mengeluhkan akibat fisik yang ditimbulkan. Subyek juga merasa pesimis untuk kembali mampu bekerja. Kondisi paraplegia mengakibatkan gangguan fungsi seksual sehingga para subyek merasa tidak percaya diri dan rendah diri terhadap pasangan mereka. Subyek masih mengalami trauma terhadap gempa sebagai salah satu gejala Acute Stress Disorder (ASD). Kata kunci : konsep diri, gempa, paraplegia

.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

ABSTRACT

The aim of this qualitative research is describing self concept of an earthquake victims at Yogyakarta, on May 27th, 2006. Subjects of this research is focused on an earthquake victims which become a paraplegia sufferer. Earthquake is kind of disasters which cause some detriment and suffers for human and environment or ecology. Paraplegia is physical defect which is caused by spinal cord injure, and the sufferers will have some paralysis on the bottom area of their body or on their legs. Self concept is defined as people’s look frame of their self (how people describe their self), which are gotten from interaction with others who have an important means in their life.

Subjects of this research are four respondent, two paraplegia men and two paraplegia women. Method of research used some technical of interview, observation, and graphic test (Draw A Tree, Draw A Person, and House-Tree-Person). Interview technique didn’t structured with some interview guide. Instead, observation technique were done by two observer with anecdotal technique. Data analysis is descriptively.

Research’s result showed that an earthquake victims which become a paraplegia sufferers have negative self concepts. Subjects haven’t been accepted their paralysis condition yet, and often complains sickness which are raised. Subjects also felt pesimist to work back. Paraplegia condition caused some sexual function disorder, and they felt unconfident to be with their couple. Subjects still have some earthquake’s trauma as one of Acute Stress Disorder (ASD) symptom. Key words: self concept, eartquake, paraplegia

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan kemuliaan sepanjang masa penulis haturkan kepada Allah Bapa,

Putra dan Roh Kudus atas segenap penyertaannya dalam sepanjang perjalanan hidup ini,

teristimewa atas bimbingannya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut serta

memiliki andil sehingga terealisasikannya karya tulis ini, yaitu:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing dan Dekan

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas bimbingan dan

motivasinya.

2. Agustinus Vembrianta, S.Psi., peranmu sungguh besar sahabat. Tak akan kulupa

sepanjang hidupku.

3. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., MSi., yang telah membantu dalam

analisis tes grafis.

4. Bu Yuni, Pak Supardi, Mas Hari, Bu Haryani. Matur nuwun atas keterbukaan

dan waktunya.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas

segenap transfer ilmu selama masa pendidikan. Secara khusus saya haturkan

terima kasih kepada Ibu A. Tanti Arini, M.Si. dan Bpk. YB. Cahyo Widiyanto,

S.Psi. sebagai dosen penguji.

6. Eka, mo kasih yo boleh pinjem komputernyo.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

7. Teman-teman di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta : Mbak Tia, Lia Alva,

Mbak Lia, Lisna, Bona, Aan, Wawan, Vinsen. Juga yang sudah di tempat lain:

Ike dan Pati.

8. Teman-teman yang turut memberi masukan dan motivasi: Sius, Hani, Obeth,

Devy, Dody (Wake up friend, everything is not perfect).

9. Seluruh anggota komunitas Lektor Kotabaru, terutama Pijé,  Tata, Bertus,

Viranty, Herman,dll terima kasih atas segenap perhatian dan motivasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kelemahan dan kekurangan dalam karya

tulis ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang embangun

dari para pembaca.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi banyak pihak

yang membutuhkan informasi yang serupa. Terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2008

Penulis

Cyrillus Harry Setyawan

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………...iv

HALAMAN MOTTO……………………………………………………………………v

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………………..vii

ABSTRAK...…..………………………………………………………………………viii

ABSTRACT………………………………………………………………………….....ix

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..….x

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………...xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xvi

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………1

A. Latar Belakang Permasalahan………………………………………....…..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………6

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….6

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………...…6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...…………………………………………………….8

A. Konsep Diri………………….…………………………………………….8

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

1. Pengertian Konsep Diri……………………………………………….8

2. Terbentuknya Konsep Diri………..…………………………………11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perkembangan

Konsep Diri…………………………………………………………..13

4. Jenis-jenis Konsep Diri……………………………………………....18

5. Aspek-aspek Konsep Diri…………………………………………....21

B. Paraplegia………………………………………………………...………21

1. Definisi Paraplegia…………………………………...……………...21

2. Tingkat atau Level Paraplegia………………………….……………23

3. Jenis-jenis Paraplegia…………………………………….………….24

4. Akibat Paraplegia……………………………………………………25

C. Bencana Gempa………………………………………………………….30

1. Pengertian Bencana………………………………………...………..30

2. Dampak Bencana……………………………………….……………31

D. Konsep Diri Korban Gempa yang Menjadi Penderita Paraplegia…….....34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………..39

A. Jenis Penelitian…………………………………………………………...39

B. Identifikasi Variabel……………………………………………………...39

C. Subyek Penelitian………………………………………………………..40

D. Metode Pengumpulan Data………………………………………………41

E. Keabsahan Data Penelitian………………………………………………48

F. Metode Analisis Data……………………………………………………49

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

G. Prosedur Penelitian……………………………………...……………….52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………..55

A. HASIL PENELITIAN…………………………………………………...55

B. PEMBAHASAN…………………………………………………….…130

1. Aspek Fisik…………………………………………………………130

2. Aspek Psikis…………………………………………………...…...132

3. Aspek Sosial………………………………………………………..136

4. Aspek Moral………………………...……………………………...139

5. Dinamika Akhir Konsep Diri Korban Gempa yang Menjadi

Penderita Paraplegia…………………………………………….….140

BAB V. PENUTUP DAN SARAN……………………….…………………………146

A. PENUTUP……………………………………………………………...146

B. SARAN…………………………………………………………………148

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………150

LAMPIRAN……………………………………………………………………...…...151

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1. Pedoman Wawancara…………………………..………………………….42

Tabel III.2. Pedoman Observasi…….………………………………………………….46

Tabel III.3. Kode dalam Wawancara…………………………………………………..51

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Tes Grafis.......................................................................................................................153

Surat Penelitian..............................................................................................................169

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Permasalahan

Bencana alam membawa berbagai dampak atau akibat yang sifatnya

merugikan bagi para korban dan lingkungannya. Beberapa organisasi dunia, yaitu

UNHCR, WHO dan Badan Koordinasi Nasional PBB, mengungkapkan bahwa

bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan

kerugian dan penderitaan bagi manusia dan lingkungan atau ekologi (Crisis Center

Fakultas Psikologi UGM, 2006). Peristiwa gempa pada tanggal 27 Mei 2006

merupakan salah satu bencana yang terjadi di wilayah Indonesia ini, yaitu dengan

pusat gempa di daerah Bantul, DI Yogyakarta (Kompas, 28 Mei 2006). Berdasarkan

data dari Satuan Koordinasi Pelaksana Bencana DI Yogyakarta pada tanggal 24 Juni

2006 menunjukkan bahwa terdapat korban meninggal 5.778 jiwa serta luka-luka

ringan dan berat mencapai 37.903 jiwa yang berada dalam wilayah DI Yogyakarta

dan Jawa Tengah, sedangkan bangunan rusak berat dan roboh mencapai lebih dari

134.588 bangunan (Satkorlak Bencana, 2006). Crisis Center Fakultas psikologi UGM

(2006) menjelaskan bahwa bencana akan membawa dampak secara fisik, sosial,

ekonomi dan psikologis.

Selain kematian, kerusakan lingkungan dan infrastruktur, dampak fisik

bencana gempa ini juga mengakibatkan bertambahnya penyandang cacat tubuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

2

Pemerintah DI Yogyakarta mencatat bahwa ada lebih dari 500 korban gempa

mengalami kelumpuhan di wilayah Bantul (Kedaulatan Rakyat, 19 Juli 2007).

Sedangkan Dr. dr. Sunartini, SPA (2007) dari Fakultas Kedokteran UGM

mengungkapkan bahwa dari lebih 1500 korban gempa yang mengalami kecacatan

terdapat sekitar 300 orang mengalami kecacatan permanen. Para korban mengalami

cacat tubuh akibat tertimpa runtuhan bangunan ketika ingin menyelamatkan diri pada

saat gempa terjadi.

Penyandang cacat tubuh atau fisik yang mengalami kelumpuhan disebut juga

penderita paraplegia. Penderita paraplegia akan mengalami kelumpuhan atau

kelayuan (plegia) pada kedua belah tungkainya sebagai akibat dari adanya trauma

pada medulla spinalis (sumsum tulang belakang) karena berbagai penyebab, seperti

jatuh dari pohon, tertimpa benda keras, tabrakan atau karena pengalaman-pengalaman

traumatik lainnya (Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial, 1970). Korban gempa

yang menjadi penderita paraplegia umumnya mengalami patah tulang belakang

akibat tertimpa runtuhan bangunan. Penderita paraplegia akan mengalami

kelumpuhan tubuh pada bagian bawah (Noback, 1982 dan Mardjono, 1997).

Dampak fisik gempa tersebut juga berpengaruh terhadap timbulnya dampak

sosial, ekonomi dan psikologis. Orang yang mengalami bencana atau menjadi korban

cenderung akan memiliki masalah penyesuaian perilaku dan emosional (Crisis Center

Fakultas Psikologi UGM, 2006). Para korban bencana akan menghadapi beban yang

sangat berat sehingga dapat mengubah pandangan mereka terhadap kehidupan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

3

mengalami tekanan secara psikis atau pada jiwa mereka. Hal ini terjadi karena para

korban berhadapan dengan adanya kematian, perpisahan, pengisoliran, dan

kehilangan yang lainnya. Kondisi ini tentu akan lebih berat bagi para korban yang

mengalamai kecacatan, apalagi hingga lumpuh. Kondisi fisik atau tubuh yang tidak

lagi mampu untuk berdiri tegak dan berjalan dengan kakinya tentu akan membawa

beban psikologis yang makin memberatkan. Secara sosial bencana akan membawa

para korban pada pola hubungan sosial yang berubah dan juga membawa dampak

ekonomi karena banyak individu yang kehilangan status sosial, posisi, dan peran

dalam masyarakat.

Para penderita paraplegia, seperti para penderita cacat yang lainnya, tentu

akan mempunyai masalah ketika berhadapan sebagai bagian suatu masyarakat.

Penderita paraplegia tentu akan mengalami masalah-masalah baru dan bahkan lebih

kompleks jika dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kelumpuhan.

Secara umum penderita permasalahan yang dihadapi oleh penderita paraplegia

meliputi masalah pribadi yang berhubungan dengan jasmani dan rohani, masalah

sosial yang menyangkut keluarga, pekerjaan, ekonomi dan kesejahteraan, serta

beberapa permasalahan lainnya (Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial, 1970).

Dalam kaitannya dengan permasalahan pribadi, para penderita paraplegia

tentu mengalami perubahan dalam aktivitas dan rutinitas sehari-hari. Keadaan

sebelum mengalami kecacatan dan pada saat mengalami kecacatan tentu sangat

berbeda. Keadaan yang berbeda tersebut membawa perubahan yang sangat besar bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

4

para penderitanya, dan perubahan tersebut berupa permasalahan yang sangat

kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Penderita paraplegia akan menjalani

kehidupannya dalam suatu rutinitas, dimana ada banyak hal yang harus dilakukan

dalam waktu-waktu tertentu seperti waktu buang air besar dan air kecil, yang

kemungkinan besar akan membuat bosan dan tertekan. Hal yang jelas adalah

menyangkut mobilitas dan akses yang makin terbatas bagi penderita paraplegia. Para

penderita paraplegia akan mengalami kesulitan dalam bergerak dan melakukan

aktivitas sehari-hari.

Secara sosial para penderita juga akan mengalami hambatan-hambatan

Mobilitas yang terbatas akan membawa pada keterbatasan penderita paraplegia dalam

mencari nafkah. Hal ini mempengaruhi pada produktivitas pada penderita paraplegia,

terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan pribadi dan atau bagi yang telah

berkeluarga untuk kebutuhan keluarga. Ada kecenderungan penderita paraplegia

memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap keluarga atau lingkungan

sekitarnya karena keterbatasannya tersebut.

Fallon (1985) mengungkapkan bahwa akibat rusaknya tulang belakang akan

membawa pengaruh terhadap tubuh penderita paraplegia. Selain tidak dapat

merasakan tekanan dan tidak dapat menggerakkan bagian tubuh yang lumpuh, tubuh

penderita paraplegia juga mengalami kondisi tidak terkontrol lainnya. Penderita tidak

dapat merasakan reaksi ketika akan buang air besar dan buang air kecil. Secara

seksuallitas juga terjadi perubahan, yaitu wanita akan mengalami gangguan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

5

menstruasinya sehingga bisa saja datang lebih awal atau terlambat, bahkan

kemungkinan besar tidak dapat merasakan sensasi ketika melakukan hubungan seks.

Sedangkan pada laki-laki kemungkinan besar juga tidak mampu lagi untuk ereksi.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melihat konsep

diri korban gempa yang menjadi penderita paraplegia. Konsep diri seseorang

terbentuk dari berbagai pengalaman yang dialami sepanjang hidup. Pengalaman

menjadi korban gempa dan menjadi penderita paraplegia merupakan suatu

pengalaman yang sangat berarti individu yang mengalaminya. Shavelson (dalam

Pikunas, 1976) mengungkapkan bahwa konsep diri terbentuk dari pengalaman

dengan lingkungan, interaksi dengan orang-orang yang memiliki arti dan atribusi

perilaku seseorang. Menurut Hurlock (1992) konsep diri adalah gambaran yang

dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri Gambaran ini merupakan gabungan

keyakinan yang dimiliki diri sendiri yang mencakup citra fisik dan citra psikologis.

Citra fisik berkaitan dengan penampilan seseorang, daya tariknya dan kesesuaian atau

ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan berbagai bagian tubuh untuk perilaku

dan harga diri di hadapan orang lain. Sedangkan citra psikologis mencakup pikiran,

perasaan dan emosi yang terdiri atas kualitas dan kemampuan mempengaruhi

penyesuaian pada kehidupan, seperti kejujuran, keberanian, kemandirian,

kepercayaan diri, dan berbagai jenis aspirasi dan kemampuan. Rogers (dalam Burns,

1999) menambahkan bahwa, selain menunjuk pada bagaimana cara seseorang

memandang dan merasakan dirinya, konsep diri juga mengarah pada bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

6

seseorang mengendalikan dan mengintegrasikan tingkah lakunya. Maka konsep diri

juga menjadi penentu yang paling penting dari respon terhadap lingkungannya

Korban gempa yang menjadi penderita paraplegia telah mengalami perubahan

secara fisik yang bersifat permanen dan terjadi dalam suatu peristiwa yang tidak

terduga. Pada awalnya, sebelum gempa terjadi, seluruh bagian tubuh dapat bekerja

secara baik tapi setelah gempa terjadi dan mengalami patah tulang belakang

mengakibatkan bagian tubuh bagian bawah tidak dapat digerakkan dan mengalami

kelumpuhan sehingga berakibat pula ada perubahan fisik lainnya seperti tersebut di

atas. Kondisi ini tentu akan berpengaruh secara psikologis, yang menyangkut pikiran,

perasaaan,emosi, harga diri, kepercayaan diri, dan lain-lainnya. Para penderita

paraplegia korban gempa mengalami perubahan fisik dan sosial ke arah negatif sebab

terjadinya kelumpuhan tersebut. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada

perkembangan konsep dirinya karena banyaknya hambatan dan keterbatasan yang

dialaminya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran konsep diri para korban gempa yang menjadi penderita

paraplegia?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan konsep diri para korban

gempa yang menjadi penderita paraplegia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang psikologi

yaitu psikoterapi dan psikologi kepribadian

2. Manfaat praktis

a. Untuk Praktisi Psikologi

Memberi gambaran tentang diri penderita paraplegia akibat gempa sehingga

dapat berperan lebih baik dalam proses pendampingan psikologis bagi mereka

b. Untuk Umum

Memberi gambaran tentang diri penderita paraplegia, secara khusus akibat

gempa, terutama berbagai hal yang memberi hambatan dan gangguan

sehingga dapat turut serta memberi peran dalam proses pengembangan diri

mereka

c. Untuk Korban Gempa yang Menderita Paraplegia

Memberi gambaran umum mengenai diri mereka sendiri sehingga dapat

membantu dalam upaya memperbaiki tingkah laku menjadi lebih positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Hurlock (1992) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah gambaran yang

dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran tersebut sebagai suatu

kesatuan yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri yang mencakup citra

fisik diri dan citra psikologi diri. Citra fisik terbentuk berkaitan dengan

penampilan fisik seseorang, daya tariknya, dan kesesuaian atau

ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan berbagai bagian tubuh untuk

perilaku dan harga diri seseorang di hadapan orang lain. Sedangkan citra

psikologis adalah perasaan, pikiran dan emosi yang terdiri atas kualitas dan

kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, seperti

kejujuran, keberanian, kemandirian, kepercayaan diri dan berbagai jenis

aspirasi serta kemampuan.

Burns (Metcalfe dalam Pudjijogyanti, 1985) juga mengungkapkan bahwa

konsep diri adalah hubungan sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.

Pada bagian lain Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1985) berpendapat bahwa

konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi, karakteristik

pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan, dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

9

Penjelasan Brooks (dalam Rakhmat, 1999) tentang konsep diri adalah

keseluruhan pandangan individu terhadap keadaan fisik, sosial dan psikologis

yang diperoleh dari pengalaman interaksi dengan orang lain. Jadi konsep diri

merupakan pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri.

Konsep diri dapat pula didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap

dirinya sendiri (Grinder dalam Rakhmat, 1999). Persepsi tersebut terbentuk

melalui penarikan kesimpulan dari pengalamannya dan secara khusus

dipengaruhi oleh reward dan punishment yang berarti dalam kehidupan orang

yang bersangkutan. Seorang individu akan memandang diri dirinya meliputi

fisik, jenis kelamin, kognisi sosial, pekerjaan, motivasi, tujuan atau emosi

dalam rangka melakukan persepi tersebut.

Scheneider & Furhann (dalam Pikunas, 1976) mengungkapkan bahwa

konsep diri digunakan untuk mengevaluasi persepsi pada diri individu yang

bersangkutan. Konsep diri juga dapat membantu seseorang dalam melakukan

interaksi sosial. Konsep diri pada akhirnya sebagai kualitas organisasi yang

merupakan penggambaran seseorang sebagai individu (Kinch dkk, dalam

Pikunas, 1976). Keseluruhan persepsi mengenai kualitas, kemampuan, impuls

dan sikap-sikap seseorang atau juga ke seluruhan persepsi tentang dirinya

dalam berhubungan dengan orang lain akan diterima di dalam konsep

kesadaran yang diorganisir oleh individu yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

10

Konsep diri seseorang terbentuk tidak lepas pengalamannya selama hidup.

Menurut Shavelson (dalam Pikunas, 1976) konsep diri terbentuk dari

pengalaman dengan lingkungan, interaksi dengan orang-orang yang memiliki

arti dan atribusi perilaku seseorang. Konsep diri menurut Grinder dapat

digunakan sebagai bukti atau dasar dalam melakukan tindakan oleh orang

yang bersangkutan.

Menurut Mead (dalam Burns, 1999) konsep diri merupakan hasil

perhatian individu yang berupa perkiraan-perkiraan mengenai lingkungan dan

bagaimana orang lain bereaksi terhadap yang bersangkutan. Seseorang dapat

mengantisipasi agar perilakunya sesuai dengan yang diharapkan oleh

lingkungan bila memahami lingkungannya. Maka konsep diri juga menjadi

penentu yang paling penting dari respon terhadap lingkungannya. Hal tersebut

juga sesuai dengan pendapat Rogers (dalam Burns, 1999) bahwa konsep diri

selain menunjuk pada bagaimana cara seseorang memandang dan merasakan

dirinya juga mengarah pada bagaimana seseorang mengendalikan dan

mengintegrasikan tingkah lakunya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, yang diperoleh dari

pengalaman berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam

kehidupan orang tersebut. Konsep diri juga digunakan seseorang untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

11

melakukan evaluasi persepsi terhadap dirinya sendiri dan sebagai sarana

untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Terbentuknya Konsep Diri

Konsep diri tumbuh melalui proses internalisasi pengalaman psikologis.

Individu akan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya dan refleksi

terhadap dirinya sendiri atas reaksi dan perilaku orang lain yang berpengaruh

sehingga membentuk pengalaman tersebut. Konsep diri timbul dari interaksi

sosial dengan orang-orang lain dan konsep tentang diri pun menuntun bagi

individu untuk bertingkah laku. Maka konsep diri merupakan hasil

pengalaman belajar dan bukan pembawaan sejak lahir sehingga akan

berkembang secara bertahap sebagai hasil pemahaman tentang dirinya dan

orang lain yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman (Burns, 1993).

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Raimy (dalam Burns, 1993),

dimana konsep diri sebagai sesuatu yang dipelajari. Konsep diri seseorang

merupakan keterlibatan yang memiliki pola dan bersifat gestalt, sebagai suatu

percampuran-percampuran konsep-konsep tersendiri mengenai individu yang

bersangkutan. Konsep diri seseorang ini merupakan dirinya sendiri dari titik

pandangnya sendiri.

Individu mulai belajar mengenal berbagai perasaan, sikap dan nilai-nilai

dalam kontak dengan orang-orang terdekat, seperti dengan orang tua, teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

12

sebaya, dan sanak saudara (Hurlock, 1992). Konsep-konsep positif tentang

dirinya akan dikembangkan oleh individu jika kebutuhan dasarnya terpenuhi

dan pengalaman-pengalaman awal terbebas dari tekanan traumatik. Namun

hal yang sebaliknya akan terjadi, yaitu pengembangan konsep-konsep negatif

tentang diri, apabila terjadi penolakan dan diremehkan sehingga

mengakibatkan munculnya perasaaan kurang dihargai, tidak menyenangkan

dan tidak berguna. Dengan demikian, konsep diri positif atau negatif tidak

terbentuk secara otomatis, melainkan melalui pengalaman-pengalaman

belajar.

Pembentukan konsep diri menurut Sullivan (dalam Hall dan Linzey, 1993)

merupakan hasil hubungan antar manusia dengan ibu yang terjadi sejak

individu masih kecil. Anak akan belajar memahami bagaimana harapan orang

tua terhadapnya untuk berperilaku tertentu dan untuk menjauhi perilaku yang

lain, melalui hukuman dan pujian yang diterimanya. Hal tersebut dilakukan

oleh anak untuk menghindari kecemasan dan merupakan usaha untuk

memenuhi rasa aman. Sullivan pun mendefinisikan konsep diri (dalam Burns,

1993) sebagai suatu pemahaman diri yang diperoleh individu untuk

meminimalkan kesalahan dalam berperilaku yang mungkin dilakukannya

sehingga menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri individu berkembang dengan dipengaruhi banyak faktor

tertentu. Menurut Hurlock (1992) perkembangan konsep diri dipengaruhi

beberapa faktor, antara lain : cacat tubuh, bentuk tubuh, nama, julukan,

emosi, status sosial keluarga, emosi, intelegensi, jenis sekolah dan teman

bergaul atau tokoh “signifikan” dalam hidup (significant others), dan lain-

lain. Pengaruh masing-masing faktor tergantung dari perasaan yang dialami

oleh individu yang bersangkutan sesuai dengan faktor yang dimilikinya.

Apabila individu yang bersangkutan memiliki perasaan bangga atau senang

maka faktor tersebut membawa pengaruh positif bagi individu tersebut.

Fitts mengemukakan lima faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya

perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Diri Fisik (Physical Self)

Penilaian diri sendiri oleh seorang individu dilihat dari segi fisik akan

dipengaruhi oleh kesehatan, penampilan luar dan gerakan motoriknya.

Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik oleh diri

sendiri maupun dari orang lain, akan mempengaruhi pembentukan

perkembangan ke arah positif. Sebaliknya, penilaian negatif terhadap segi

fisik akan mengarah pada pembentukan perkembangan yang negatif pula.

Pendapat tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Burns (1993)

bahwa penilaian terhadap keadaan fisik seseorang secara positif, baik dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

14

dirinya sendiri maupun dari orang lain, akan sangat membantu

perkembangan konsep diri ke arah positif. Penilaian positif akan

menumbuhkan rasa puas terhadap diri sehingga individu mampu

menerima dirinya sendiri dan meningkatkan harga dirinya. Harga diri

merupakan nilai yang diberikan oleh individu terhadap dirinya.

Sedangkan pandangan negatif terhadap fisik akan mengakibatkan

individu sulit untuk menerima dirinya, minder atau rendah diri dan kurang

percaya diri. Kepercayaan diri adalah perasaan yakin yang dimiliki

individu terhadap kemampuan dan segala sesuatu yang terdapat dalam

dirinya, termasuk daya tarik fisik.

b. Diri Pribadi

Pandangan terhadap diri pribadi akan memberi pengaruh terhadap

perkembangan konsep diri individu. Pandangan yang positif terhadap diri

sendiri akan membuat individu lebih mudah dalam menerima keberadaan

dirinya, dimana individu tersebut tidak merasa malu dan takut untuk

mengungkapkan diri pribadinya, baik kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki. Sebaliknya, individu yang memiliki pandangan rendah terhadap

dirinya sendiri akan mengalami kesulitan untuk menerima dirinya sendiri

dan orang lain serta memiliki rasa takut. Rogers (dalam Hall dan Linzey,

1993) memperkuat pendapat tersebut, bahwa penilaian yang positif

terhadap diri melalui berbagai bentuk sanjungan, senyuman, pujian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

15

penghargaan sehingga individu akan menghormati, menerima dan

menghargai diri sendiri sehingga akan membantu perkembangan konsep

diri ke arah positif. Hal yang sebaliknya akan terjadi, yaitu individu akan

merasa tertekan, tidak akan menyenangi, tidak dapat menghargai dan

tidak menerima dirinya sendiri apabila memiliki penilaian negatif

terhadap dirinya sendiri akibat menerima ejekan, cemoohan, kritikan dan

telalu banyak menuntut sehingga perkembangan konsep dirinya akan

cenderung negatif.

c. Diri Keluarga (Family Self)

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menanggapi perilaku

individu, baik orang tua, saudara kandung, atau orang lain yang tinggal

satu atap dengan individu (Burns, 1993). Stoot (dalam Burns, 1993)

menjelaskan bahwa adanya penerimaan, rasa saling percaya dan

kecocokan antara orang tua dan anak, pemberian kebebasan untuk

berkembang, pemberian batasan perilaku yang tegas, pengajaran tentang

kemandirian yang terdapat dalam pola asuh anak dalam keluarga akan

membawa anak lebih baik dalam kemampuan penyesuaian diri,

kemandirian, dan lebih memiliki pandangan positif mengenai diri mereka.

Hal ini akan membawa pada konsep diri yang positif. Sedangkan anak

yang terlalu dimanja dan dilindungi akan menjadi pribadi yang tergantung

dan kurang memiliki kepercayaan diri sehingga membawa pada konsep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

16

diri yang negatif. Hasil interaksi antara individu dengan keluarga akan

memberi pengalaman kepada anak tentang bagaimana keberadaannya di

dalam keluarga, bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga.

d. Diri Etika Moral (Moral Ethical Self)

Moral ethical self adalah perasaan mengenai hubungan individu dengan

Tuhan, tentang bagaimana pandangan hidup dan penilaian terhadap benar

dan salah serta baik dan buruk. Hurlock (1992) mengemukakan bahwa

individu yang memiliki etika moral yang matang akan mudah dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga bila tidak memenuhi

harapan sosial maka individu tersebut tidak akan merasa bersalah

terhadap perilakunya, mampu memilih dan menentukan perilaku yang

diinginkan. Sebaliknya, individu akan mengalami kesulitan dalam

penyesuaian dirinya terhadap standar-standar moral yang telah ditetapkan

oleh lingkungan dan penerimaan dirinya menjadi rendah apabila tidak

memiliki etika moral yang matang

e. Lingkungan Sosial (Social Self)

Faktor sosial juga mempengaruhi perkembangan konsep diri. Interaksi

dengan individu lain di sekitarnya mempengaruhi konsep diri seorang

individu. Konsep diri dipengaruhi oleh persepsi individu lain terhadap

individu tersebut. Seorang individu dengan status sosial yang tinggi akan

memiliki konsep diri yang tinggi. Sedangkan individu dengan status

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

17

sosial yang rendah akan memiliki konsep diri yang rendah. Konsep diri

juga dipengaruh oleh kelompok, ras, atau golongan. Terdapat asumsi

bahwa kelompok minoritas akan memiliki konsep diri yang rendah.

Prasangka sosial yang terdapat dalam masyarakat yang menganggap

bahwa kelompok minoritas sebagai kelompok individu yang memiliki

kemampuan yang rendah mempengaruhi asumsi tersebut (Rosenberg

dalam Pudjijogyanti, 1985). Faktor lingkungan, yaitu bagaimana reaksi

orang lain terhadap diri seorang individu atau terhadap tingkah lakunya,

bagaimana pujian-pujian atas prestasi yang dicapai atau pun berbagai

hukuman atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan akan membentuk

konsep tentang dirinya.

Sedangkan Calhoun dan Acocella (dalam Mathilda, 2004) mengemukakan

bahwa konsep diri dipengaruhi beberapa faktor berikut:

a. Perluasan perasaan diri, yaitu pengembangan yang dilakukan individu

terhadap seluruh kemampuan yang dimiliki, baik kognitif, afektif, dan

perilaku

b. Hubungan interpersonal, yaitu interaksi yang dilakukan oleh individu

terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya

c. Kestabilan emosi, yaitu ekspresi perasaan yang dapat disalurkan secara

proporsional oleh individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

18

d. Pandangan realistik, penilaian yang dilakukan secara efektif oleh individu

terhadap suatu permasalahan

e. Keterampilan dan tugas, yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam

menyelesaikan pekerjaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada

dirinya

f. Pemahaman diri, yaitu kesadaran yang dimiliki individu akan kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki dirinya dan mengenal dirinya yang

sebenarnya

g. Tujuan jangka panjang, yaitu harapan atau cita-cita individu yang ingin

dicapai dalam jangka waktu tertentu

4. Jenis-jenis Konsep Diri

Konsep diri pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konsep

diri positif dan negatif, atau dapat disebut juga sebagai konsep diri tinggi dan

rendah. Pada dasarnya keduanya memiliki prinsip yang sama.

a. Konsep diri positif

Identifikasi individu dengan konsep diri yang positif menurut Brooks dan

Emmert (dalam Rukyat, 1999) sebagai berikut:

1) yakin mampu untuk mengatasi masalah

2) merasa setara dengn orang lain

3) mampu memperbaiki diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

19

4) menerima pujian tanpa rasa malu

5) menyadari bahwa setiap individu memiliki berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

sekitar

Adler dan kawan-kawan (dalam Trefina, 1990) juga melakukan identifikasi

terhadap kedua jenis konsep diri tersebut. Beberapa elemen yang terdapat

dalam konsep diri positif adalah:

1) rasa aman, bentuk kepercayaan yang kuat terhadap suatu kebenaran

perbuatan dan nilai-nilai yang dimiliki individu,kepercayaan tersebut

berhubungan dengan kepercayaan yang relatif kebal terhadap penilaian

orang lain

2) penerimaan diri, yaitu seorang individu yang mampu utuk menerima

segala sesuatu yang ada dalam dirinya, pada umumnya dapat mengubah

pandangan mereka sehingga menjadi lebih mudah untuk menerima

pendapat dan perasaan orang lain serta lebih terbuka

3) harga diri, individu yang memiliki harga diri yang tinggi biasanya

mempunyai popularitas, tidak nervous, tidak inferior, dan mempunyai

rasa percaya diri yang kuat

b. Konsep diri negatif

Individu yang memiliki konsep diri negatif menurut Brooks dan Emmert

(dalam Rakhmat, 1999) mempunyai tanda-tanda antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

20

1) responsif sekali terhadap pujian

2) peka terhadap kritik

3) cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis

terhadap kompetisi, yang terungkap dalam keengganannya untuk

bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi

Sedangkan elemen yang terdapat dalam konsep diri negatif menurut Adler

kawan-kawan (dalam Trefina, 1990) adalah sebagai berikut:

1) adanya perasaan tidak aman karena tidak memiliki kepercayaan diri

sehingga selalu khawatir terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya

2) kurangnya penerimaan diri, individu yang harga dirinya rendah

biasanya tidak popular, nervous, inferior dan tidak percaya diri

Berdasarkan uraian tentang jenis konsep diri di atas dapat disimpulkan

bahwa individu yang memiliki konsep diri yang positif memiliki kepercayaan

diri, penerimaan diri yang baik, optimis, harga diri yang tinggi, dan adanya

perasaan aman. Sebaliknya sifat khas yang dimiliki individu dengan konsep diri

yang negatif adalah tidak percaya diri, penerimaan diri yang kurang, pesimis,

harga diri yang rendah, tidak aman dan peka terhadap kritikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

21

5. Aspek-aspek Konsep Diri

Individu dapat melakukan penilaian terhadap “diri”nya untuk mengerti

konsep diri yang dimilikinya (Berzonsky, 1983). Penilaian tersebut meliputi

beberapa aspek sebagai berikut:

a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang

dimilikinya seperti tubuh, pakaian,benda miliknya.

b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu

terhadap dirinya sendiri, misal: saya merasa yakin dengan kemampuan yang

saya miliki.

c. Aspek sosial, meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan individu

dan penilaian individu terhadap peranan tersebut, misal: saya sering

membantu teman-teman dalam mengerjakan tugas.

d. Aspek moral, meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah bagi

kehidupan individu, misal: menegakkan kebenaran dan keadilan adalah

kewajiban setiap manusia.

B. Paraplegia

1. Definisi Paraplegia

Paraplegia merupakan salah satu bentuk kecacatan. Istilah paraplegia

masih cukup asing bagi sebagian besar dari kita. Namun beberapa tokoh telah

menjelaskan mengenai paraplegia. Fallon (1985) mengatakan bahwa seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

22

paraplegia adalah orang yang kakinya dan bagian batang tubuhnya lumpuh

sebagai akibat dari kerusakan atau penyakit sumsum tulang belakang. Fallon

(1985) juga menjelaskan bahwa paraplegia berarti bahwa sumsum tulang

belakang lumpuh di bawah leher. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pada

informasi yang dikirimkan melalui syaraf-syaraf, baik untuk gerakan maupun

untuk perasaan, bahkan gangguan tersebut mungkin penuh (informasi terhenti).

Balai Penelitian dan Penunjauan Sosial (1970) juga memberi pengertian

tentang paraplegia, yaitu bahwa panderita paraplegia adalah penderita cacat

tubuh yang mengalami kelumpuhan atau kelayuan (plegia) pada kedua belah

tungkainya yang disebabkan karena adanya trauma pada medulla spinalis

(sumsum tulang belakang) yang dapat terjadi karena bermacam-macam sebab,

misalnya jatuh dari pohon, tertimpa benda keras, tabrakan atau karena

pengalaman-pengalaman traumatik lainnya. Sedangkan Noback (1982)

mengungkapkan bahwa paraplegia adalah keadaan dengan kelumpuhan anggota

badan bawah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mardjono (1987) yang

mengatakan paraplegia adalah kelumpuhan yang melanda bagian bawah tubuh.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

paraplegia adalah salah satu jenis kecacatan fisik dengan keadaan lumpuh

padabagian tubuh bawah, dari bawah leher sampai ke bawah atau kaki, karena

adanya kerusakan pada sumsum tulang belakang yang biasanya disebabkan

oleh kecelakaan atau penyakit. Kerusakan pada tulang belakang tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

23

mengakibatkan terganggunya pengiriman informasi melalui yaraf, baik gerakan

maupun perasaan, bahkan informasi tersebut dapat terhenti sama sekali.

2. Tingkat atau Level Paraplegia

Werner (1999) mengatakan bahwa tingkat atau level kerusakan sumsum

tulang belakang akan menimbulkan seberapa besar bagian tubuh yang

terpengaruh. Kerusakan sumsum tulang belakang dapat menimbulkan berbagai

macam kelumpuhan pada bagian-bagian tubuh tertentu, dari tingkat

kelumpuhan yang ringan hingga tingkat kelumpuhan yang berat. Tingkat

keparahan kelumpuhan tersebut tergantung dari letak kerusakan sumsum tulang

belakang yang dialami.

Tingkat atau level menunjuk pada letak kerusakan yang terjadi pada

sumsum tulang belakang. Menurut Fallon (1985) tingkat atau level menunjuk

pada bagian mana dari sumsum tulang belakang yang paling rendah yang masih

utuh. Dengan demikian tulang belakang yang berada dibawahnya dipastikan

mengalami gangguan atau kerusakan sehingga bagian-bagian tubuh tertentu

mengalami kelumpuhan.

Gangguan atau kerusakan pada tingkat atau leverl tertentu berarti semua

fungsi di bawah tingkat tersebut menjadi terpengaruh. Oleh karena itu, luas atau

beratnya kerusakan yang diakibatkan tergantung dari ketinggian tingkat

kerusakan sumsum tulang belakang. Semakin tinggi kerusakan sumsum tulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

24

belakang yang dialami maka gangguan yang dialami makin luas dan berat.

Sebaliknya, semakin rendah kerusakan tulang belakang maka gangguan yang

diakibatkan juga semakin ringan. Sebagai contoh adalah luka dibawah T12

(thoracic 12) mengakibatkan otot-otot kaki dan usus besar serta kendung

kencing akan mengalami kelumpuhan sebagaian atau seluruhnya, sementara

otot-otot perut dan otot-otot dada serta lengan dan tangan tidakakan terpengaruh

(Fallon, 1985).

3. Jenis-jenis Paraplegia

Paraplegia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan keadaan

kelumpuhan yang dialami (Werner,1999), yaitu:

a. Paraplegia complete, yaitu paraplegia yang terjadi karena kerusakan secara

menyeluruh pada tulang belakang, dimana pesan atau informasi tidak dapat

dikirimkan melalui syaraf sama sekali sehingga perasaan dan kontrol dari

gerakan di bawah tingkat kerusakan sumsum tulang belakang akan hilang

secara permanen dan menyeluruh.

b. Paraplegia incomplete, yaitu paraplegia yang terjadi karena kerusakan pada

sebagian tulang belakang, dimana masih dimungkinan adanya perasaan dan

gerakan sebagian atau bahkan perasaan dan gerakan tersebut akan membaik

sedikit demi sedikit selama beberapa bulan. Penderita paraplegia

incomplete mungkin mempunyai perasaan dan kemampuan gerakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

25

sedikit pada beberapa bagian tubuhnya jika dibandingkan bagin lain.

Berdasarkan Laporan Penelitian Sosial (1970) diungkapkan bahwa

penderita paraplegia incomplete kadang masih mampu berjalan sendiri

dengan bantuan kruek, brace atau tongkat. Sensasi tidak hilang, hanya

kadang-kadang sensitivitasnya agak berkurang.

4. Akibat Paraplegia

a. Akibat Fisik

Paraplegia merupakan kecacatan fisik yang terjadi pada anggota tubuh

tapi biasanya tidak menyerang pada bagian daerah kepala sehingga kondisi

otak penderita paraplegia tetap dalam kondisi yang baik. Hal ini sesuai

dengan penjelasan Fallon (1985) bahwa secara biologis fungsi otak penderita

paraplegia masih normal dan tidak mengalami gangguan.

Penderita paraplegia juga tidak mengalami masalah fungsi motorik. Pusat

motorik yang terdapat di otak tidak mengalami gangguan dan anggota-

anggota geraknya juga normal (tidak ada kerusakan). Tetapi kerusakan

sumsum tulang belakang mengakibatkan terganggunya koordinasi syaraf-

syaraf bahkan dapat putus sama sekali. Koordinasi syaraf-syaraf yang terputus

tersebut menyebabkan terhentinya perintah dari otak dan rangsang-rangsang

dari bagian tubuh yang berada di bawah level kerusakan yang pada akhirnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

26

mengakibatkan terjadinya kelumpuhan tersebut. Hal ini tentu berakibat pada

penilaian penderita pada dirinya sendiri

Fallon (1985) juga menjelaskan bahwa koordinasi syaraf-syaraf yang

terputus tersebut juga mengakibatkan bagian tubuh yang mengalami

kelumpuhan menjadi tidak dapat merasakan sensasi dan tekanan. Meskipun

penderita paraplegia dapat merasakan tekanan tetapi penderita kemungkinan

besar tidak mampu untuk menggerakkan anggota tubuhnya tersebut.

Demikian pula aliran darah yang dibutuhkan untuk nutrisi bagi kulit penderita

akan sangat kurang atau menurun. Hal tersebut berbahaya untuk kulit

sehingga tumpuan tekanan pada kulit harus diubah-ubah dengan membalik

penderita paraplegia setiap dua hingga tiga jam. Selain itu penderita

paraplegia juga tidak akan dapat merasakan bilamana kandung kemihnya

telah penuh dan tidak dapat mengosongkannya. Begitu juga pada usus besar,

dimana sensasinya juga tidakdapat dirasakan oleh penderita paraplegia.

Werner (1999) mengungkapkan bahwa akibat yang akan ditimbulkan oleh

kerusakan sumsum tulang belakang, yaitu:

a. kehilangan kontrol gerak dan perasaan

b. kemungkinan kehilangan secara menyeluruh atau sebagian terhadap

kontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

27

c. kemungkinan mempengaruhi pinggul dan beberapa bagian tubuh (level

yang lebih tinggi mengakibatkan daerah kelumpuhan juga makin/lebih

meluas)

d. kemungkinan akan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai

Secara seksualitas juga terjadi perubahan yang cukup berarti pada

paraplegia. Penderita paraplegia dengan jenis kelamin perempuan akan

mengalami berhentinya siklus menstruasi untuk suatu waktu tertentu, tetapi

menstruasi tersebut akan datang lagi cepat atau lambat secara normal. Hal

yang juga penting adalah bahwa kemungkinan besar perempuan tidak dapat

merasakan sensasi-sensasi ketika berhubungan seks sehingga akan

mempengaruhi kenikmatan dari sensasi seks tersebut. Sedangkan pada

penderita paraplegia yang laki-laki kemungkinan akan mendapati dirinya

tidak dapat ereksi lagi, meskipun pada beberapa kasus kemampuan ini dapat

pulih kembali. Berhubungan dengan ereksi ini, Fallon (1985) menjelaskan

bahwa pada laki-laki penderita paraplegia akan kesulitan mengalami kesulitan

ereksi psychogenic dan reflexogenic. Ereksi psychogenic adalah ereksi yang

ditimbulkan oleh pikiran-pikiran yang merangsang melalui penglihatan-

penglihatan, bau atau suara, khayalan dan ingatan. Ereksi ini terganggu karena

informasi dari otak terhenti pada level kelumpuhan. Sedangkan ereksi

reflexogenic adalah ereki yang ditimbulkan oleh rangsangan langsung pada

daerah kemaluan (mencakup buah zakar dan kantung kemaluan). Ereksi ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

28

juga terganggu karena daerah tersebut tidak dapat merasakan sensai apapun.

Laki-laki penderita paraplegia kemungkinan akan mengalami ereksi spastic

secara spontan, dimana ereksi tersebut terjadi begitu saja dan nampaknya

tidak disebabkan oleh apa-apa tetapi hal itu tidak dapat dikontrol kapan dan

dimana keadaan tersebut mungkin terjadi. Meskipun demikian laki-laki

penderita paraplegia kemungkinan besar tidak mampu untuk orgasme atau

memancarkan maninya. Hal ini terjadi karena terputusnya atau lumpuhnya

jaringan syaraf yang mengaturnya. Keadaan ini mengakibatkan laki-laki

penderita paraplegia memiliki kemungkinan kecil untuk mempunyai anak.

Oleh karena itu, tidak heran apabila seorang laki-laki penderita paraplegia

awalnya akan dipenuhi pikiran akan ketidakmampuan dalam melakukan

hubungan seks, sehingga akan menimbulkan perasaan takut dan cemas

terhadap kemampuan untuk berhubungan seks tersebut.

b. Akibat Sosial

Secara sosial penderita paraplegia akan mengalami keterbatasan ruang

gerak dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Selain karena

keterbatasan karena harus duduk di kursi roda, penderita paraplegia akan

berhadapan dengan lingkungan yang kemungkinan juga kurang bahkan tidak

akses. Handicap International (2005) menjelaskan bahwa perlunya untuk

menciptakan sarana, ruang publik atau bangunan pribadi yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

29

aksesbilitas bagi semua orang, termasuk penyandang cacat, sehingga tercipta

lingkungan yang bebas hambatan.

Peran keluarga juga sangat diperlukan untuk mendampingi dan merawat

penderita paraplegia, terutama penderita awal. Fallon (1985) menjelaskan

bahwa perlunya penderita paraplegia untuk mampu kembali ke

kemandiriannya, namun kemandiriannya ini tidak dapat berlaku cepat karena

membutuhkan proses melalui latihan yang biasanya dalam bentuk

occupational therapy. Kemandirian panderita paraplegia pun bersifat terbatas

karena tergantung dari kondisi aksesbilitas lingkungannya.

Penderita juga akan mengalami permasalahan dalam hal upaya untuk

mencari nafkah. Dampak sosial yang sering muncul adalah kehilangan

kemampuan untuk mencari nafkah (Center Crisis Fakultas Psikologi UGM,

2006). Keterbatasan yang dialami menyebabkan penderita paraplegia

kemungkinan besar tidak dapat kembali ke pekerjaan semula dan terbatasnya

bidang kerja yang dapat dilakukan. Mobilitas yang terbatas akan membawa

pada keterbatasan penderita paraplegia dalam mencari nafkah. Termasuk di

dalamnya juga keterbatasan dalam aktivitas keagamaan. Selain itu pandangan

sebagian masyarakat bahwa penyandang cacat, termasuk penderita paraplegia,

harus dikasihani bahkan atau tidak mampu berbuat apa-apa merupakan

dampak sosial lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

30

Permasalahan seksual kemungkinan juga akan membawa dampak sosial

menyangkut pandangan penderita paraplegia terhadap hubungan lawan jenis.

c. Akibat Psikologis

Akibat psikologis yang muncul tidak dapat dilepaskan oleh adanya akibat

fisik dan sosial yang timbul. Secara psikologis kemungkinan besar individu

penderita paraplegia akan mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas,

tertekan (stress) bahkan depresi (Fallon, 1985). Depresi ini kemungkinan

timbul karena kebosanan-kebosanan yang dialaminya sebagai akibat aktivitas

sehari-hari yang dilakukannya bersifat rutin dan tidak menyenangkan,

misalnya saja tidur telentang untuk beberapa bulan dan penderita akan

membutuhkan banyak waktu untuk menyesali diri sendiri. Hal ini

menyebabkan perlunya dukungan secara emosional bagi penderita paraplegia

oleh lingkungannya.

C. Bencana Gempa

1. Pengertian Bencana

Menurut WHO bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu

daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian pada kehidupan

manusia serta memburuknya kesehtan dan pelayanan kesehatan yang bermakna

sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak lain (dalam Crisis Center

Fakultas Psikologi UGM, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

31

UNHCR (dalam Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006)

mendefinisikan bencana sebagai peristiwa atau kejadian berbahaya pada suatu

daerah yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan manusia serta kerugian

material yang hebat.

Pengertian lain menurut Bakornas PBB bahwa bencana adalah suatu

kejadian yang terjadi secara alami ataupun disebabkan oleh ulah manusia yang

terjadi secara mendadak maupun berangsur-angsur dan menimbulkan akibat

yang merugikan sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan tindakan

penganggulangan (dalam Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian pada suatu daerah, baik

yang terjadi secara alamiah maupun akibat tindakan manusia, yang

mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi manusia dan lingkungan atau

ekologi. Oleh karena itu, gempa bumi termasuk salah satu bentuk bencana yang

terjadi secara alami.

2. Dampak Bencana

a. Dampak Fisik

Dampak fisik dari suatu bencana yang jelas terlihat adalah adanya

korban, baik korban meninggal, terluka, cedera ataupun selamat. Penderita

paraplegia merupakan salah satu contoh korban yang terkena dampak fisik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

32

tersebut. Dampak fisik lainnya yang timbul adalah terjadinya perpisahan,

pengisoliran dan kehilangan lainnya. Bencana juga akan merusak lingkungan

atau ekologi sehingga membawa kerugian secara material (Crisis Center

Fakultas Psikologi UGM, 2006).

b. Dampak Sosial

Dampak sosial yang ditimbulkan oleh bencana tidak dapat dipisahkan

oleh adanya dampak fisik. Secara sosial akan terjadi perubahan pada pola

hubungan karena adanya kematian, perpisahan, pengisoliran dan kehilangan

lainnya. Hancurnya keluarga dan komunitas, kerusakan pada nilai-nilai moral

dan hancurnya fasilitas dan pelayanan sosial merupakan beberapa contoh

dampak sosial tersebut, bahkan ada pula yang kehilangan status sosial, posisi

dan peran dalam mayarakat. (Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006).

c. Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi timbul berhubungan erat dengan dampak sosial

karena banyak individu yang menjadi korban kehilangan materi. Selain itu

banyak juga yang kehilangan kemampuan untuk mencari nafkah akibat cedera

atau terluka. (Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006).

d. Dampak Psikologis

Center for Mental Health Services, Crisis Counseling Asssitance and

Training Workshop Manual,Emmisburg, MD (1994) menjelaskan bahwa

bencana akan membawa dampak psikologis yang terbagi dua, yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

33

1) Dampak jangka pendek, gejalanya muncul pada periode 1 bulan setelah

terjadinya bencana atau disebut juga Acute Stress Disorder (ASD). Gejala-

gejala yang muncul yaitu:

a) Reaksi emosional: merasa shock, takut, marah, benci, berduka, merasa

bersalah, malu, tidak berdaya, mengalami depresi.

b) Reaksi kognitif: kebingungan orientasi, ragu-ragu, sulit membuat

keputusan, khawatir, tidak dapat memusatkan perhatian, sulit

berkonsentrasi, lupa, mimpi buruk, flashback, memiliki pandangan

negatif tentang diri dan dunia.

c) Reaksi fisik: tegang, cepat merasa lelah, sulit tidur, nyeri pada tubuh

atau kepala, mudah terkejut, jantung berdebar-debar, mula dan pusing,

selera makan menurun dan penurunan gairah seksual.

d) Reaksi perilaku: menghindari dan menjauhi situasi dan tempat yang

mengingatkan pada trauma

e) Reaksi interpersonal dalam hubungan dengan keluarga, sulit

mempercayai orang lain, mudah terlibat dalam konflik, menarik diri,

merasa ditolak atau ditinggalkan dan menjauhi orang lain.

2) Dampak jangka panjang, gejalanya muncul 3 bulan hingga 1 tahun setelah

bencana atau disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Gejala-

gejala yang muncul yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

34

a) Mengalami diasosiasi (merasa keluar dari diri, seperti hidup dalam

mimpi, mengalami kondisi blank dalam hidup sehari-hari dan tidak

dapat mengingat apa yang terjadi pada periode sebelum blank

tersebut).

b) Merasa mengalami kembali peristiwa traumatis tersebut (ingatan

mengerikan, mipi buruk, flashback).

c) Berusaha keras untuk menghindari ingatan mengenai peristiwa atau

pengalaman traumatis.

d) Tidak dapat merasakan emosi apapun atau merasa kosong.

e) Mengalami serangan panik, kemarahan yang luar biasa, tidak dapat

berdiam diri.

f) Kecemasan yang berlebihan (merasa amat tidak berdaya, terobsesi

pada sesuatu dan melakukan sesuatu hal berulang-ulang).

g) Depresi yang parah (kehilangan harapan, merasa tidak berharga,

kehilangan motivasi dan tujuan hidup).

D. Konsep Diri Korban Gempa yang menjadi Penderita Paraplegia

Bencana, seperti gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta, dapat

berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan pada wilayah terjadinya bencana

tersebut. Kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut

dapat menggetarkan mental siapapun. Kerugian tidak saja berupa kerugian materi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

35

dan fisik tetapi juga berdampak pada kehidupan ekonomi, sosial dan psikologis

pada individu yang mengalami atau tertimpa bencana gempa bumi tersebut. Rasa

tertekan, takut, dan duka yang dialami para korban tentu sangat berpengaruh

terhadap kehidupan mereka selanjutnya (Crisis Center Fakultas Psikologi UGM,

2006).

Korban yang muncul menjadi perhatian tersendiri. Peneliti memiliki

ketertarikan terhadap banyaknya penderita paraplegia akibat bencana gempa bumi

tersebut. Paraplegia adalah kondisi cacat fisik berupa kelumpuhan yang

diakibatkan patahnya tulang belakang (Fallon, 1985). Penderita paraplegia akan

mengalami kelumpuhan atau kelayuan (plegia) pada kedua belah tungkainya

sebagai akibat dari adanya trauma pada medulla spinalis atau sumsum tulang

belakang (Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial, 1970). Penderita paraplegia

korban gempa bumi umumnya diakibatkan oleh tertimpa runtuhan bangunan

Kondisi paraplegia tersebut membawa akibat bagi para penderitanya. Salah

satu akibat fisik yang jelas dialami penderita paraplegia adalah kehilangan

kemampuan untuk berjalan lagi akibat mengami kelumpuhan. Penderita paraplegia

juga akan kehilangan control gerakan dan perasaan, permasalahan control buang air

besar dan air kecil, kemungkinan mempengaruhi pinggul atau bagian tubuh lainnya

serta kenungkinan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai (Werner, 1999).

Penderita paraplegia pun akan mengalami permasalahan seksualitas, dimana kalau

perempuan tidak mampu merasakan sensasi sedangkan pada laki-laki kemungkinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

36

besar kehilangan kemampuan ereksi (Fallon, 1985). Kondisi ini tentu akan

menggangu aktivitas seksual penderita paraplegia.

Akibat fisik tersebut tentu akan mempengaruhi secara sosial. Penderita

paraplegia cenderung memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

lingkungannya (Fallon, 1985). Hal ini menyangkut aksesbilitas yang terdapat di

lingkungannya. Interaksi sosial pun akan semakin terbatas. Kelumpuhan yang

dialami juga mempengaruhi kemampuan untuk mencari nafkah (Crisis Center

Fakultas Psikologi UGM, 2006). Termasuk di dalamnya juga keterbatasan dalam

aktivitas keagamaan. Selain itu pandangan sebagian masyarakat bahwa penyandang

cacat, termasuk penderita paraplegia, harus dikasihani bahkan atau tidak mampu

berbuat apa-apa merupakan dampak sosial lainnya.

Akibat fisik dan sosial tersebut tentu memberi dampak psikologis bagi penderita

paraplegia. Secara psikologis kemungkinan besar individu penderita paraplegia

akan mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas, tertekan (stress) bahkan

depresi (Fallon, 1985). Reaksi fisik pasca kelumpuhan seperti spastic (kejang otot),

serangan rasa sakit yang akut dapat menambah stress bahkan depresi (Parsons,

1998). Depresi ini kemungkinan timbul karena kebosanan-kebosanan yang

dialaminya sebagai akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukannya bersifat rutin dan

tidak menyenangkan, misalnya saja tidur telentang untuk beberapa bulan dan

penderita akan membutuhkan banyak waktu untuk menyesali diri sendiri. Ada

kemungkinan para penderita paraplegia akan dipandang sebelah mata karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

37

dianggap tidak mampu dan tingkat ketergantungan dengan orang lain sangat tinggi.

Ketiadaan dukungan secara emosional dan sosial dari lingkungan akan turut

mempengaruhi kondisi psikologis penderita paraplegia. Penolakan merupakan hal

yang umumnya terjadi pada para penderita paraplegia karena belum mampu untuk

menerima kondisi tersebut yang dapat menimbulkan kecemasan, stress bahkan

depresi (Fallon, 1985).

Setiap individu, termasuk penderita paraplegia tersebut, tentu memiliki

keyakinan akan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai diri tersebut yang menjadi prinsip

dan mengarahkan setiap individu dalam berperilaku. Nilai dan prinsip tersebut tentu

akan kembali dipertanyakan, masihkah mampu bertahan dengan kondisi

kelumpuhan dan mengalami berbagai keterbatasan tersebut?

Korban gempa bumi yang menjadi penderita paraplegia mengalami berbagai

konflik-konflik yang akan mempengaruhi konsep dirinya seperti tersebut dia atas.

Apabila melihat konflik yang dialami tersebut maka akan terjadi perubahan

perkembangan konsep diri pada penderita paraplegia korban gempa. Kondisi

kelumpuhan (plegia) tersebut membawa akibat-akibat secara fisik, sosial dan

psikologis, dimana ketiganya saling terkait dan mempengaruhi.

Konsep diri adalah gambaran individu tentang dirinya sendiri yang

dipengaruhi berbagai pengalaman dengan lingkungan dan berinteraksi dengan

orang lain yang memiliki arti penting bagi individu tersebut. Kondisi kelumpuhan

penderita paraplegia dengan berbagai akibat yang ditimbulkan tentu akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

38

berpengaruh terhadap konsep dirinya. Aspek-aspek yang mempengaruhi konsep diri,

yaitu fisik, psikis, sosial, dan moral akan dipengaruhi oleh adanya akibat-akibat

secara fisik, sosial dan psikologis sebagai penderita paraplegia. Lalu bagaimana

dengan gambaran konsep diri menjadi penderita paraplegia korban gempa tersebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam

Moleong, 1989) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat

diamati. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (dalam

Devi, 2003) bahwa metode analisis kualitatif merupakan analisis tentang sesuatu

yang hasilnya disajikan dalam bentuk uraian atau paparan yang menggambarkan

objek penelitian sehingga data tidak diuraikan dalam bentuk angka-angka tetapi

dalam kategori-kategori.

B. Identifikasi Variabel

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif sehingga tidak

terdapat variabel kontrol terhadap variabel, dan variabel dilihat sebagaimana

adanya. Variabel dalam penelitian ini adalah dinamika konsep diri korban gempa

yang menjadi penderita paraplegia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

40

Dinamika konsep diri korban gempa yang menjadi penderita paraplegia akan

dilihat berdasarkan teori Berzonsky (1983), dimana konsep diri dipandang

berdasarkan penilaian diri subjek terhadap empat aspek berikut, yaitu:

1. Aspek fisik, merupakan penilaian individu tentang segala seuatu yang

dimilikinya seperti, pakaian, dan benda yang dimilikinya

2. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap dirinya

sendiri

3. Aspek sosial, berhubungan dengan peranan social yang diperankan individu

dan penilaian individu terhadap peranannya tersebut

4. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah bagi

kehidupan individu

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan korban gempa bumi yang berpusat di Bantul,

D.I Yogyakarta. Korban gempa tersebut mengalami kelumpuhan atau disebut

juga penderita paraplegia.

Penelitian ini melibatkan partisipasi subjek sebanyak 4 orang. Keempat

subjek dipilih dengan menggunakan teknik snowball atau chain sampling untuk

menentukan subjek yang akan diikut sertakan dalam penelitian ini. Penentuan

subjek dilakukan dengan cara berantai dengan meminta informasi kepada orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

41

yang dihubungi atau telah diwawancarai sebelumnya. Penentuan subjek juga

didasarkan pada kesediaan untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam

penelitian ini. Teknik ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa tidak

semua korban gempa yang menjadi penderita paraplegia dapat berpartisipasi

secara aktif dan koopertaif dalam penelitian ini, dimana subjek diharapkan untuk

bercerita dan mengungkapkan secara terbuka tentang kehidupannya yang bersifat

pribadi.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi mengenai konsep diri subjek dalam

penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan data

hasil observasi subjek.

1. Wawancara

Nasution (dalam Devi, 2003) menjelaskan bahwa wawancara adalah

suatu bentuk komunikasi verbal atau semacam percakapan yang bertujuan

untuk memperoleh informasi. Seorang interviewer akan menggali informasi

yang terdalam mengenai diri subjek, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan

kehidupan, melalui wawancara yang dilakukannya.

Wawancara akan dilakukan secara tidak terstuktur. Peneliti akan

mempersiapkan atau mencatat pokok-pokok penting sebagai pegangan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

42

akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara (Nasution dalam Devi,

2003). Hal-hal yang akan digali dalam wawancara tersebut meliputi:

a. Pengalaman terhadap diri fisik

b. Pengalaman terhadap diri psikis

c. Pengalaman terhadap diri sosial

d. Pengalaman terhadap diri moral

Tabel III.1

Pedoman Wawancara

No Aspek Pertanyaan

1 Aspek Fisik - Bagaimana penilaian Anda terhadap perubahan

kondisi fisik Anda?

- Bagaimana Anda menilai tubuh dan penampilan

Anda?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap kondisi kaki

Anda?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap benda-benda

atau harta yang saat ini Anda miliki?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap

ketidakmampuan dan keterbatasan fisik yang

Anda alami saat ini / baru-baru ini diperoleh?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

43

2 Aspek Psikis - Bagaimana penilaian Anda terhadap emosi Anda?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap perasaan

Anda?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap berbagai

upaya Anda untuk menjadi mandiri?

- Apakah Anda merasakan kecemasan terhadap

masa depan Anda?

- Apakah Anda merasa trauma?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap kesedihan-

kesedihan dan kecemasan yang dialami?

- Apakah Anda merasa rendah diri dan putus asa?

3 Aspek Sosial - Apakah Anda telah siap kembali berhadapan

dengan masyarakat?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap kehidupan

bermasyarakat?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap sikap

masyarakat terhadap Anda?

- Bagaimana pandangan Anda terhadap hubungan

lawan jenis?

- Bagaimana hubungan Anda dengan keluarga?

- Bagaimana hubungan Anda dengan teman-teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

44

Anda yang sependeritaan?

- Bagaimana hubungan Anda dengan teman atau

tetangga yang tidak menderita paraplegia?

4 Aspek Moral - Apakah Anda telah menjalankan aktivitas

religius/agama dengan baik?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap nilai-nilai

kehidupan yang Anda anut?

- Bagaimana penilaian Anda terhadap Tuhan

sehubungan dengan kondisi Anda saat ini?

2. Observasi

Observasi adalah kata lain dari pengamatan yang berarti kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencacat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut, dengan

tujuan mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman

atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi / keterangan

yang diperoleh sebelumnya (Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin; 2004)

Menurut Patton (1990, dalam Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin;

2004) mengatalan bahwa data hasil observasi menjadi penting karena alasan

berikut ini :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

45

a. Peneliti akan mendapatkn pemahaman lebih baik tentang konteks dalam

hal yang diteliti dan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, lebih

berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan

pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang kurang disadari

oleh partisipan atau subjek penelitian karena ada kemungkinan seorang

individu mengalami kesulitan dalam merefleksikan pemikiran tentang

pengalamannya.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data yang tidak

diungkapkan secara terbuka oleh partisipan atau subjek penelitian dalam

wawancara karena berbagai alasan atau sebab.

e. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauhn dari persepsi

selektif yang ditampilkan oleh subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara partisipan, yaitu dengan

memainkan berbagai peran yang dimungkinakan dalam suatu situasi sesuai

dengan kondisi subjek yang diamati (Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin;

2004), sehingga peneliti langsung terjun dalam kehidupan sehari-hari subjek.

Secara teknis, observasi dilakukan sehari penuh dengan mengikuti kegiatan dan

mengamati kehidupan sehari-hari subjek. Pencacatan hasil observasi dilakukan

dengan cara anecdotal yaitu mencacat sesegera mungkin hal-hal yang penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

46

dan istemewa sesuai dengan kejadian yang ingin diungkap dalam penelitian ini

(Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin, 2004). Hal-hal yang ingin diamati

dalam penelitian ini meliputi : reaksi fisik subjek, reaksi psikis subjek, rekasi

subjek terhadap anggota keluarga dan orang disekitarnya, reaksi terhadap

kebiasaan/ritual keagamaan. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat

untuk mengurangi kelemahan observasi yang dilakukan oleh satu orang yaitu

ketidakobyektifan (Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin; 2004).

Tabel III.2

Pedoman Observasi

No Aspek Hal yang harus diamati

1. Fisik Reaksi fisik subjek yang sering nampak dalam satu hari

2 Psikis Reaksi emosi subjek yang tampak dalam satu hari

Sosial Reaksi subjek terhadap perilaku anggota keluarga atau orang

lain di luar keluarga,misalnya tetangga

4 Moral Reaksi atau perilaku yang ditampakan subjek, terhadap ritual

keagamaan atau prinsip hidup

3. Tes Grafis

Peneliti akan memberikan tes grafis kepada para subjek yang terdiri

dari tes menggambar pohon (tes BAUM), tes menggambar manusia ( tes Draw

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

47

a Person/DAP) serta tes menggambar rumah,pohon dan manusia (tes House

Tree Person/HTP). Tes grafis merupakan salah satu bentuk tes proyektif.

a. Tes menggambar pohon (tes BAUM)

Menurut Emil Jucher, gambar pohon yang dibuat seseorang sebagai

pernyataan “the being of person”. Sejak semula diungkapkan ada hubungan

antara bentuk pohon dan bentuk manusia, yaitu menanam kehidupan dalam

pohon seperti dalam suatu patung yang berdiri,mencapai kemiripan paling

tinggi dengan kemanusiaan (humanity) dan bahwa pertemuan dengan pohon

adalah pertemuan dengan diri sendiri (Herman Hiltbrunner).

b. Tes menggambar manusia (tes DAP)

Menurut Levy, melalui tes DAP subjek memungkinkan untuk

memproyeksikan beberapa hal, yaitu:

1) gambar orang tersebut merupakan poyeksi dari konsep diri

2) proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan/masyarakat

3) proyeksi yang berhubungan dengan self image

4) DAP sebagai suatu hasil pengamatan individu terhadap lingkungannya

5) sebagai ekspresi terhadap kebiasan dalam hidupnya

6) ekspresi keadaan emosinya (emotion tone)

7) ekspresi sadar dan ketidaksadaran individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

48

c. Tes menggambar rumah, pohon dan manusia (tes HTP)

Menurut Jhon Buck melalui tes ini akan diperoleh gambaran sebagai

berikut:

1) rumah menggambarkan kehidupan sosial terutama mengenai hubungan

atau asosiasi pada subjek dalam hubungannya dengan orang lain

2) pohon menggambarkan kehidupan vital atau peranan hidup dari subjek

yang bersangkutan dalamhubungannya dengan kemampuan yang

dimilikinya

3) manusia menggambarkan bagaimana hubungan interpersonal subjek,

baik secara umum maupun secara spesifik

E. Keabsahan Data Penelitian

Pemeriksaan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi adalah suatu teknik untuk menyelidiki validitas dan

realibitas pada penelitian kualitatif. Triangulasi adalah menarik kembali

rangkaian yang masuk akal dari rancangan program untuk pengerjaan hasil

sementara, untuk memperoleh hasil akhir, mencoba untuk bisa mendapatkan lebih

dari satu ukuran dari lebih dari satu sumber untuk setiap kaitan dalam rangkaian

(Miles & Huberman, 1992). Triangulasi juga diartikan sebagai teknik check and

recheck (Bagoes Mantra, 2004). Menurut Denzin (dalam Muhadjir; 1998)

menyarankan empat modus triangulasi yaitu menggunakan sumber ganda,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

49

menggunakan metode ganda, menggunakan peneliti ganda, dan menggunakan

teori yang berbeda-beda.

Teknik triangulasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan

menggunakan metode ganda, yaitu wawancara, observasi dan tes grafis (tes

BAUM, DAP dan HTP). Penelitian ini juga memanfaatkan pengamat lain dalam

melakukan observasi. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi

kemencengan dalam pengumpulan data. Proses interpetasi tes grafis sendiri

dilakukan oleh tiga peneliti, yaitu peneliti dan dua interpreter professional. Pada

dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi

teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis

dengan analis lainnya, dalam hal ini metode observasi. (Moleong, 2002).

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini akan memiliki tiga data, yaitu data verbatim dari hasil

wawancara, data observasi dan hasil tes grafis. Penelitian ini akan menggunakan

metode analisis isi atau content analysis karena data yang diperoleh merupakan

data deskriptif. Suryabrata (2002) menjelaskan bahwa data deskriptif dianalisis

menurut isinya, sehingga analisis semacam ini disebut juga analisis isi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

50

Langkah-langkah analisis isi adalah sebagai berikut:

1. Organisasi Data

Tahap awal dari pengolahan dan analisis data adalah organisasi data.

Organisasi dilakukan agar peneliti memperoleh kualitas data yang baik, dapat

mendokumentasikan analisis yang dilakukan serta dapat menyimpan data dan

analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian ini. Data yang diorganisir

adalah data mentah berupa verbatim hasil wawancara, yang pada awalnya berupa

kaset rekaman, dan hasil pencacatan observasi atau pengamatan terhadap subjek,

serta data hasil tes grafis yang telah dianalisis tiga interpreter termasuk peneliti.

Data yang diorganisir juga termasuk data yang sudah dikoding dan telah

dikategorikan. Data-data tersebut diorganisir sesuai dengan masing-masing

subjek dan disesuaikan dengan urutan pengambilan data.

2. Pengkodean Data

Langkah selanjutnya setelah data penelitian diperoleh adalah melakukan

pengkodean. Pengkodean dilakukan untuk mengorganisasikan dan

mengkategorikan data secara sistematis, sehingga dapat diperoleh gambaran

menyeluruh dari data tersebut dan diharapkan ditemukan aspek-aspek yang

berkaitan dengan konsep diri korban gempa yang menjadi penderita paraplegia.

Pembagian aspek-aspek koding dalam penelitian ini didasarkan pada aspek-aspek

konsep diri yang diungkapkan oleh Berzonsky (1983).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

51

Proses koding dan analisis untuk data verbatim ini diawali dengan

menyusun data verbatim dalam kolom, dimana di samping kanan data diberi

kolong kosong yang akan digunakan untuk pengkodean. Berikutnya masing-

masing baris akan diberi nomor untuk memudahkan proses pengkodean.

Peneliti selanjutnya akan melakukan analisis tematik, setelah data verbatim siap

dalam kolom. Analisis ini digunakan untuk mencari pola dari data yang ada.

Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi atau data yang dapat

menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator kompleks, kualifikasi yang

biasanya terlihat dengan itu atau hal-hal diantara/gabungan dari yang telah

disebutkan. Tema diharapkan dapat mendeskripsikan fenomena dari data hasil

penelitian ini, maupun digunakan untuk menginterpretasi data hasil penelitian ini

(Poerwandari, 2001).

Tabel III.3

Kode dalam Wawancara

No Aspek Kode Sub Aspek Kode

1 Fisik F Tubuh dan kesehatan

Harta benda

t

h

2 Psikis E Emosi

Kecemasan/trauma

e

c

3 Sosial S Keluarga

Teman lawan jenis

k

l

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

52

Lingkungan sekitar dan orang tidak

paraplegia

Orang paraplegia

n

p

4 Moral M Agama

Prinsip

a

i

3. Interpretasi

Interpretasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan tema-tema yang

muncul dalam data verbatim hasil wawancara setelah diperkuat dengan data hasil

observasi dan data hasil tes grafis. Interpretasi dilakukan supaya diperoleh

gambaran data yang lebih mendalam. Klave (dalam Poerwandari, 2001)

menjelaskan bahwa interpretasi dilakukan sebagai upaya untuk memahami data

dengan lebih ekstensif sekaligus mendalam.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah peneliti dalam melakukan penelitian ini

adalah sebelum berikut:

1. Persiapan penelitian

Tahap awal yang dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini adalah

menentukan tema dan tujuan penelitian. Peneliti lalu mencari referensi atau dasar

teori yang sesuai dengan aspek-aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

53

Setelah dasar teori terbentuk, maka peneliti menyiapkan panduan wawancara

yang disesuaikan dengan aspek-aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini

dan dengan tujuan penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh sesuai

dengan apa yang ingin diungkap atau sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

2. Perijinan penelitian

Langkah selanjutnya adalah peneliti mengurus perijinan untuk melakukan

penelitian. Ijin penelitian diperoleh dari sekretariat Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang ditandatangani Dekan Fakultas Psikologi yang

ditujukan kepada masing-masing subjek. Sebelumnya peneliti juga akan membuat

surat bukti kesediaan dari masing-masing subjek untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kediaman masing-masing subjek yang

berada di wilayah kabupaten Bantul, Yogyakarta dan kabupaten Klaten, Jawa

Tengah. Penelitian dilakukan setelah peneliti memperoleh kesediaan dan ijin dari

subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

4. Pelaksanaan penelitian

Peneliti akan melakukan pendekatan dengan subjek penelitian sebelum

pelaksanaan pengambilan data. Pendekatan dilakukan agar subjek merasa lebih

nyaman dan aman ketika dilakukan pengambilan data sehingga diperoleh data

yang alami sesuai dengan kondisi masing-masing subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

54

Pengambilan data dengan wawancara, observasi dan tes grafis (tes BAUM,

DAP/DAM, HTP) dilakukan sealami mungkin, peneliti tidak menciptakan

kondisi atau mengkondisikan suasana penelitian sesuai yang diharapkan peneliti,

tetapi peneliti membiarkan suasana penelitian itu agar berjalan apa adanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian “ Konsep Diri Korban Gempa yang Menjadi Penderita Paraplegia”

ini bertujuan untuk mengambarkan konsep diri para korban gempa yang menjadi

penderita paraplegia. Dinamika konsep diri yang akan dipaparkan berdasarkan empat

aspek konsep diri menurut Berzonsky (dalam Kusumawati, 2002), yaitu: aspek fisik,

aspek psikis, aspek sosial, dan aspek moral. Namun, sebelum lebih jauh membahas

keseluruhan subjek, baik jika kita lihat dinamika tiap subjek di bawah ini :

A. HASIL PENELITIAN

1. SUBJEK I

a. Identitas Subjek

Nama : Y

Usia : 34 tahun

Alamat : Segoroyoso, Pleret, Bantul

Jenis Kelamin : Perempuan

b. Hasil Wawancara

Subjek menilai dirinya mengalami perubahan fisik sehingga sekarang

mengalami kesulitan untuk bepergian atau mobilitas

karenamembutuhkan alat bantu. (Ft : 3-5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

56

Jelas tersiksa ya! Dulu bisa ke mana-mana sendiri sekarang

pakai bantuan ga bisa sendiri gitu.

Subjek menilai tubuh dan penampilannya semakin menghambat

aktivitasnya sehingga merasa terganggu dan risih (Ft : 7-12)

penampilan menurut saya mengganggu karena aktivitas ke mana-mana pakai kursi roda ini sedikit terhambat gitulah, untuk mau ke mana-mana kita harus jalannya sudah rata itu udah berani. mungkin agak risih.

Penilaian subjek terhadap kondisi kaki, subjek mengalami rasa sakit

di bagian kakinya bahkan subjek menangis jika tidak mampu

menahan rasa sakitnya. Subjek melakukan terapi sendiri dengan

digerak-gerakkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan (Ft :

15-25)

Kaki memang terasa sakit teruskan, panas, gringingen, sakit kalo sudah mulai kumat bisanya cuma nangis. kadang saya gerak-gerakin kaki, model diterapi sendiri. Diem, paling tahu-tahu air mata keluar gitu, paling-paling megang-megang bantal nahan sakit, ngremes gitu.

Penilaian subjek terhadap benda dan harta yang dimiliki adalah subjek

merasa kebutuhan tidak berubah, hanya mengganti kebutuhan yang

paling penting untuk mendukung kemandiriannya. Subjek juga

merasa kemandirian penting sehingga dapat membantunya dalam

memenuhi kebutuhannya karena apabila tergantung orang lain

pemenuhan kebutuhan seringkali tidak sesuai (Fh : 38-54)

Sebetule kebutuhan itu ga bisa berubah ya? Dari dulu sampai sekarang juga pengen. Hanya karena mungkin keterbatasan ga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

57

bisa ke mana-mana sendiri. itu cuma nyuruh orang suka ga

pas sama kemauan kita, kadang juga jengkel. kalo motor karena dulu saya juga punya motor, karena emang saya kerja dulu, karena saya begini, saya pikir belum butuh sekali, saya ganti yang saya bener-bener akhire yang saya bisa mandiri, kayak mesin cuci, untuk yang ngliwet, biar bisa akses tanpa butuh bantuan orang seminimal mungkin untuk mempermudahkan saya mobilisasi aktivitas.

Penilaian terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya adalah

subjek merasa menjadi tidak mampu beraktivitas seperti sebelum

mengalami paraplegia. Hal tersebut mempengaruhi secara emosional

sehingga subjek memiliki perasaan marah, jengkel, putus asa, ingin

bunuh diri, dan merasa tidak berguna (Ft : 57-63)

jelas emosi, marah, biasanya, aku itu marketing. marketing itu khan mobilingnya bisa dibilang besar, setelah begini, ya pernah juga trauma, mangkel, pernah putus asa mau bunuh diri, pernah aku punya pikiran kayak gitu, karena merasa ga berguna

Penilaian subjek terhadap emosinya adalah adanya perasaan sedih.

Subjek akan menangis bila merasa sendiri atau teringat situasi atau

aktivitas sebelum mengalami paraplegia, seperti jalan-jalan. Hal ini

memicu timbulnya perasaan jengkel atau marah, trauma, bahkan

pernah ingin bunuh diri (Ee: 59-61, 64-76)

setelah begini, ya pernah juga trauma, mangkel, trus pernah putus asa mau bunuh diri, pernah aku punya pikiran kayak gitu. aku lagi sendiri, ga ada teman, atau apa, itu suka emosi, suka bayangi, makanya sekarang saya jarang nonton tv, kalo liat tv pada jalan, saya males, karena mangkel gitu. umpamanya cerita tentang malioboro. biyen aku kesana-sana trus ke obyek wisata. maka kalo tv ku males, maka kalo tv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

58

yang tak pilih biasanya berita, apa film-film, tapi emang aku

jarang nonton tv semenjak ini.

Penilaian subjek terhadap perasaannya dianggap stabil karena

memiliki motivator dan kontrol dalam figur seorang anaknya. Subjek

merasa kasihan kepada anaknya bila perasaannya labil. Penilaian

orang lain juga mengatakan bahwa subjek stabil (Ee : 78-84)

kalo saya bisa dibilang stabil soale punya motivasi, anak. Kalo aku susah terus, nanti anakku piye? Kalo aku diliat dari orang-orang yang pada ngomong, stabil.

Penilaian subjek untuk menjadi kemandirian bahwa dirinya belum

sepenuhnya bisa mandiri untuk hal-hal tertentu, tetapi subjek berusaha

untuk mampu mandiri agar tidak membebani orang lain (e : 87-100)

Mandiri secara full belumlah, masih perlu bantu bantuan juga kayake, tapi memang aku berusaha mandiri untuk diri aku sebisa mungkin caranya, tidak terlalu membebani orang gitulah, kayak mencuci baju sudah bisa sendiri, mencuci piring sudah bisa sendiri, masak, masak nasi, mandi sudah bisa sendiri tapi untuk transfer saya masih butuh bantuan. Keluar pun karena akses belum bagus, jalanannya masih belum rata, masih perlu bantuan juga

Subjek memiliki perasaan merasa cemas terhadap masa depannya

karena status subjek yang singel parent sehingga khawatir tidak

mempunyai cukup penghasilan untuk membiayai pendidikan anak.

Meskipun saat ini subjek telah berusaha untuk memperoleh

penghasilan dengan membuat kerajinan, yang pernah diajarkan oleh

LSM seperti dompet atau boneka, tetapi subjek memiliki kecemasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

59

sebab belum memperoleh pasar yang pasti terhadap produk-produk

kerajinannya tersebut walaupun sudah menghubungi pihak-pihak

tertentu yang memungkinkan. Subjek merasa terkurangi bebannya

jika sudah mendapatkan pasar untuk kerajinannya. (Ec : 111-141)

karena saya singel parent, nanti kedepannya anak saya membutuhkan lebih banyak lagi biaya. emang saya kerja, tapi hasilnya cuma untuk makan, untuk nanti anakku bagaimana yang tak pikir, apa aku bisa menyekolahkan anakku sampai tinggi, minimal SMA, bisa ga? sampai sekarang ini masih berjuang di pekerjaanku itu PMI memberikan kegiatan kerajinan, aku sudah menggebu-gebu pengen sekali, tiba-tiba mereka marketnya belum ada gimana ya? Aduh trus mundur lagi aku. jadi masih masih masih maju mundur, pengen maju tapi kalo kayak aku gimana caranya cari market? kemarin aku juga berusaha cari market, jadi aku telpon temenku kantor, sampai sekarang ga ada kabar. Aku di sini juga berusaha gitu untuk kontak. kerajinannya seperti itu boneka-boneka, tas, dompet.

Subjek menilai bahwa dirinya masih merasa sangat trauma terhadap

gempa, terutama jika ada kondisi yang mirip dengan gempa seperti

truk berat lewat. Subjek biasanya akan merasa detak jantung

bertambah kencang dan terdiam. Namun demikian subjek akan

berzikir untuk mengurangi rasa takut kemudian akan minum jika

sudah tenang (Ee : 143-52)

trauma masih aja mas, apalagi ada lindu atau ada gempa, aku dengar suara truk lewat aja masih ketakutan. ini biasanya deg-degan, karena aku muslim biasanya zikir, gitu aja trus agak enakkan baru minum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

60

Penilaian subjek terhadap kesedihan dan kecemasan yang dialami

yakni subjek merasa punya kesedihan dan kecemasan akibat kondisi

kelumpuhan yang dialaminya. Subjek berusaha mengantisipasi

perasaan tersebut dengan menjalin relasi dengan teman-teman melalui

handphone agar tidak kesepian dan membaca komik (Ee:154–166)

Kesedihan, kecemasan antisipasinya mungkin sekarang jaman modern ada telpon, sms, ngonteks yang lain-lain. ketimbang ininya ga punya omongan gitu lho ga ngomong pake mulut tapi ngomong pake [ketawa] sama aja khan? paling-paling suka baca-baca buku atau komik-komik

Pengalaman subjek terhadap perasaan rendah diri dan putus asa yakni

subjek merasa sebelum masuk ke Pusat Rehabilitasi Yakkum

memiliki perasaan rendah diri dan putus asa hingga ingin bunuh diri.

Tetapi setelah dirawat di Pusat Rehabilitasi Yakkum, subjek merasa

tidak sendirian sebagai korban gempa yang mengalami paraplegia

dan merasa lebih percaya diri dan pasrah dengan kondisinya. (Ee :

168-188)

sebelum masuk Yakkum aku putus asa, gini gini [mengeluh, putus asa]. Setelah masuk Yakkum aku merasa ga ndeweni [merasa sendiri], banyak yang begitu juga. mereka dari keterampilannya biasa gitu, kenapa aku pake gitu...setelah dari Yakkum aku merasa timbul percaya diri... ya pikiran (bunuh diri), tapi waktu itu ngeliat pisau udah mau ngambil udah mau tak gini gitu lho [memperagakan memotong urat nadi], mungkin karena setannya belum dateng aja kali, kemudian anakku dateng “ibu!” kemudian aku denger dia bilang ibu itu ya ampun kok ya aku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

61

kalo diri yo wis ngene yo ngene [sudah begini ya begini] udah

arep piye meneh[mau bagaimana lagi]? Hanya bedanya dulu mlaku [jalan] sekarang nglinding [menggelinding] ngono wae [begitu aja]

Kesiapan subjek untuk kembali ke masyarakat, subjek merasa siap

karena subjek merasa masyarakat dapat menerima dirinya (Sk:191-

193)

sepertinya saya siap syukur, masyarakat pada nerima

Penilaian subjek terhadap masyarakat bahwa masyarakat dianggap

dapat menerima diri kondisinya yang sekarang (Sk : 193)

soale saya syukur syukur sih masyarakat pada nerima

Subjek menganggap ligkungannya kurang mendukung untuk

pengguna kursi roda sehingga menghambat aktivitasnya, misal jalan

yang kurang rata. (Sn: 8-10)

Karena aktivitas kemana-mana pakai kursi roda ini khan sedikit terhambat, kalo jalannya udah ga rata udah ga berani

Subjek menilai masyarakat menerima dirinya. Subjek merasa

masyarakat mendukungnya dan memberi semangat bagi

kesembuhannya, bahkan perhatian yang diberikan dianggap lebih

banyak dibanding sebelum subjek mengalami paraplegia (Sk :197-

218)

kayake mereka malah mendukung, men-support, kasihan,” mereka pasti ngomong begitu “mbak yuni semangat ya”,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

62

memberi semangat “ pokoke mbak pasti sembuh “. ngga ada

yang ngomong ngenyek [mengejek] Pokoke mereka mendukung kok. Kalo masalah sosial aku baik-baik aja sebelum kayak gini aku ga seberapa ini, tapi sekarang mereka tambah keliatan sayang

Pandangan subjek terhadap lawan jenis yakni subjek merasa masih

mempunyai perasaan yang sama (suka) terhadap lawan jenis,

walaupun terkadang membuat subjek merasa rendah diri jika lawan

jenis sudah mengajak ke jenjang yang lebih serius karena subjek

merasa akan menjadi beban bagi pasangannya. Subjek sekarang ingin

menjalin relasi dengan lawan jenis sebatas sebagai teman saja,kalau

pun ingin hubungan yang lebih serius maka subjek ingin pasangannya

bisa menerima kondisinya (Sl: 223-250)

Mungkin kalo perasaan hati masih sama. Maksude kalo aku seneng sama si A ya pengennya dia deket ma aku. Tapi di sisi lain, seumpamanya dia yang mau lebih jauh, aku mikir, aku tu perempuan, hak kodratnya ngurus, apa bisa aku kalo diajak serius. Aku setengah mikir apa bisa? seumpama nanti aku hamil kepiye [bagaimana]? Ngurus bayi khan ga gampang kadang bikin down [menyerah]... sebatas friend [teman] gitu aja, tapi mungkin yang tak pingini dia mau menerima keadaanku

Subjek merasa memiliki hubungan yang baik dengan keluarga.

Meskipun saudara subjek yang kesemuanya laki-laki kurang perhatian

tetapi menurut subjek laki-laki memang kurang peduli dan saudaranya

sudah punya keluarga sendiri-sendiri. Selain itu sikap saudaranya

tersebut sudah sudah terjadi sebelum subjek mengalami kelumpuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

63

sehingga bagi subjek tidak masalah. Subjek merasa bahwa dirinya

yang harus beradaptasi dengan kondisinya. (Sk :258-281)

Baik tapi aku khan bertiga bersudara, aku cewek sendiri, tahu sendiri cowok-cowok agak kurang peduli, cuek. apalagi mereka udah berkeluarga, mereka mikirin keluarga sendiri to? Aku sedihnya mereka ga pernah peduli sama aku, kalo aku ga minta tolong. Mbok liat adiknya ga bisa keluar ke mana jalan, mbok pleserannya dibikini? Kalo aku ga nih eh {mengeluh] ga. malah yang sering memperhatikan aku justru orang lain. mungkin aku harus lebih kuat tegar, iki pikirono dewe, lha kuwi piye carane

Hubungan dengan teman sependeritaan, menurut subjek baik

sehingga dapat saling dukung dan berbagi pengalaman. Subjek

merasa senang sekali karena adanya kesempatan untuk bertemu teman

sependeritaan yang difasilitasi oleh LSM (Sp : 283-297)

Baik, saling dukung. PMI setiap jumat 2 minggu sekali kita kumpul, seneng banget kalo dikumpulkan gitu. kita bisa cerita pengalaman kita , “ piye nek sikile lagi loro, wah aku ngene ngene ngene” gitu “wah aku mesti nangis...wis tak gebuki bojoku” cerita-cerita gitu enake didengerin. Apa yang dirasa paraplegi, dipunya paraplegi to? Jadi ada yang sakit, gringingen, ada yang spastic, ada yang gitu to? ada yang cerita ngompolan, ngisingan. jadi kalo kita ngumpul kayak ada semacam konferensi [tertawa] “piye ngonmu? Piye udah bisa ereksi?

Subjek menilai hubungan dengan dengan orang yang tidak menderita

paraplegi membuat subjek merasa terdukung dan memberi semangat

bagi kesembuhan subjek. Mereka pun menjadi lebih memperhatikan

subjek daripada sebelum mengalami kelumpuhan (Sk :197-218)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

64

kayake mereka malah mendukung, men-support kasihan.

“mbak yuni semangat ya? Gini gini” mereka pasti ngomong begitu, memberi semangat “pokoke mbak pasti sembuh. ngga ada yang ngomong ngenyek [mengejek]. Pokoke mereka mendukung Kalo masalah sosial aku baik-baik aja. sebelum aku kayak gini ga seberapa ini, tapi sekarang mereka tambah keliatan saying.

Pengalaman menjalankan aktivitas agama masih dilakukan subjek

dengan baik. Subjek masih melaksanakan sholat dan membaca Al

Quran, walaupun sekarang aktivitas keagamaan banyak dilakukan di

rumah dan tidak terlalu dipaksakan sesuai dengan kondisi tubuh.

Misal subjek tetap puasa jika merasa mampu melakukannya (Ma :

300-312)

aktivitas agama masih sholat, baca quran, puasa. tapi karena lagi sakit ga usah puasa dulu. kalo dulu aku khan pengajian ikut ke mana-mana, sholat di mushola, ngaji di depan guru. kalo sekarang terbatas, sendiri, sholat, ngaji di rumah. pengajian ya denger kalo ada yang lagi di masjid pake pengeras suara

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yakni bahwa subjek

memiliki motto berjiwa besar dan pantang menyerah. Subjek selalu

mengingat jika merasa tidak berdaya. Motto tersebut membantu

subjek untuk mencari solusi apabila muncul masalah. Jika solusi tidak

ditemukan subjek akan berdiam diri dan membaca buku atau

mendengarkan radio, bahkan akan menangis (Mi : 319-336)

motto dari dulu berfikir berjiwa besar, pantang menyerah. kalo aku nglokro ga harus sampai down, cari solusi. lagi sedih,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

65

bunek, temenku banyak sms kalo lagi pas ga ketemu nggondok

diem, paling baca buku, denger radio

Penilaian subjek terhadap Tuhan adalah bahwa subjek pernah

menyalahkan Tuhan dengan membandingkan orang lain terhadap

dirinya. Akan tetapi subjek merasa yakin bahwa Tuhan mempunyai

rencana terhadap dirinya, sehingga subjek mencoba sabar terhadap

pengalaman-pengalaman yang tidak enak yang harus dihadapinya.

Subjek tidak terlalu menyalahkan Tuhan, buktinya subjek masih

meminta kesembuhan padaNya walaupun sampai sekarang belum

diberikan (Ma : 341-370)

aku juga pernah ngomong sama kyai, apa salahku sampai dihukum seberat ini, suami meninggal, rumahku berantakan, aku kayak begini. Apa boleh aku menilai Tuhan itu tidak adil? mereka berkelakukan ga baik ga papa, rejekinya malah bertambah, gimana to? Trus aku diomongi, “berpikir positif itu ujian dari Tuhan, nanti liat saja selanjutnya akan diganti dua kali lipat”.

c. Hasil Observasi

1) Aspek Fisik

Observer 1 : secara fisik subjek terlihat memilliki berat tubuh

lebih atau gemuk sehingga subjek sangat berat untuk bergerak,

tetapi subjek selalu berusaha untuk duduk. Subjek juga belum

lancar untuk melakukan transfer, seperti dari kusi roda ke toilet,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

66

sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Subjek lebih banyak

diatas tempat tidur.

Observer 2 : Subjek tampak sedang tiduran di tempat tidur.

Ekspresi wajah subjek terlihat cerah. Subjek jarang mengeluhkan

kondisi fisiknya. Subjek terlihat jarang keluar dari kamar. Barang

yang ada di sekitar tempat tidur: kursi roda, hasil kerajinan,

telepon seluler/handphone, Al Quran

2) Aspek Psikis

Observer 1 : Subjek tampak senang ketika peneliti datang. Subjek

kemudian menanyakan kabar orang yang pernah datang bersama

peneliti. Subjek juga bercerita tentang gosip-gosip korban gempa

lainnya dan tampak bahagia.

Observer 2 : Subjek tampak tenang, cenderung ceria dan sering

bercanda. Subjek tampak menceritakan kondisinya dan

pengalaman mengalami gempa dengan terbuka.

3) Aspek Sosial

Observer 1 : Subjek tampak akrab dengan tetangga yang sesekali

membantu di rumahnya, misal menanyakan apakah sudah makan

siang, meminta untuk makan dahulu. Kamar mandi cukup akses

untuk subjek. Letak rumah berdekatan dengan tetangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

67

Observer 2 : Subjek tinggal berdua bersama ibunya,sedang

anaknya tinggal di rumah adiknya. Subjek jarang sekali keluar

rumah. Subjek terlihat sering berkomunikasi dengan teman-

temannya dengan menggunakan handphone dan bahkan berupaya

untuk mencari nafkah dengan bantuan handphone tersebut.

Lingkungan cenderung kurang akses untuk pengguna kursi roda

karena banyak turunan tajam yang membahayakan di depan

rumah.

4) Aspek Moral

Observer 1: subjek menghentikan perbincangan dengan peneliti

dan meminta diri untuk bersholat,walaupun hanya di atas tempat

tidur, sambil duduk.

Observer 2 : Subjek terlihat taat beribadah (sholat) sesuai

waktunya. Bahkan subjek juga terlihat tekun mendalami agama,

dimana di samping tempat tidurnya terlihat kitab suci Al Quran

yang dibacanya tiap hari.

d. Kesimpulan Tes Grafis

1) Fisik : secara fisik, subjek memiliki dorongan yang kuat dalam

motorik akan tetapi subjek memiliki konflik di daerah kaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

68

sehingga subjek menjadi tergantung, merasa tidak mampu ingin

selalu ditolong atau dibantu.

2) Emosi : subjek memiliki perasaan yang dapat menentramkan

diri, ambisi kuat namun demikian subjek masih memiliki trauma,

hal ini yang membuat subjek cenderung mudah tersinggung.

Subjek secara emosional merasa tidak aman, depresi, tidak stabil.

subjek tidak mau mengakui kenyataan, kurang afeksional, butuh

perhatian dan butuh tergantung. Ini diwujudkan subjek dalam

bentuk erotis oral

3) Relasi Sosial : subjek mudah menyesuaikan diri, optimis dan

respek terhadap lingkungan hal ini mungkin disebabkan karena

subjek tidak memiliki kecemasan, percaya diri dan cenderung

ekstrovet. Pergaulan subjek bagus karena memiliki ketajaman

dalam pengamatan, mau bekerja keras, mau berkorban untuk

orang lain walaupun terkesan memaksakan diri dan tidak efisien.

Subjek tidak ada hambatan dalam hubungan sosial dan memiliki

adaptasi cukup baik, akan tetapi subjek menekankan masa lalu

dan ke dalam sehingga pikiran kacau suka menyerang. Hal ini

yang menyebabkan subjek menutup diri, menolak

ketergantungan, menekankan permusuhan , konflik dengan orang

lain dan menolak berhubungan sosial subjek memiliki peranan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

69

yang besar dalam hidupnya, hal ini menyebabkan subjek

cenderung dominan, namun demikian subjek kurang berani

mengaktualisasikan diri dan tergantung. Akibatnya perhatian

subjek lebih pada diluar keluarganya. Dalam keluarga, persepsi

terhadap ibu dan pelindung baik, namun subjek kurang diterima

oleh ibu. Sedangkan figur ayah menunjukkan figur otoriter,

menguasai, galak, kurang memberi kesempatan pada subjek,

namun demikian subjek merasa lebih dekat dengan ayah

4) Kognitif : subjek memiliki keteraturan proses berpikir dan

kontak sesuai dengan realitas teoritis statis sehingga dorongan

berprestasi kurang. Subjek kurang bisa menerima kritik dan

pendapat orang lain karena masih kurang matang.

e. Dinamika Tiap Aspek pada Subjek

1) Fisik

Secara umum, subjek memiliki gambaran yang negatif terutama

tentang tersiksanya subjek karena perubahan fisik yang

dialaminya, terganggu dan risih dengan penampilan yang baru,

dan subjek pernah putus asa dengan perubahan fisiknya. Namun

demikian, subjek cukup memandang positif barang dan benda-

benda yang dimilikinya, walaupun subjek tetap memiliki prioritas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

70

terhadap kebutuhannya sendiri. Sisi positif, subjek tampak

semangat dan berusaha sendiri untuk melayani diri, walaupun

subjek juga kurang mampu secara fisik untuk melakukan hal-hal

tertentu seperti transfer.

2) Psikis

Subjek masih memiliki gambaran negatif tentang dirinya, dimana

subjek masih merasa sedih sehingga sering terwujud dalam

perilaku menangis dan marah. Subjek pun merasa bahwa dirinya

masih belum cukup mandiri. Pengalaman gempa membuat

subjekmenjai trauma, terutama dengan suara yang mengagetkan.

Subjek juga merasa cemas terhadap masa depannya, dimana

subjek cemas tidak mampu membiayai pendidikan anak karena

perannya sebagai singel parent. Sedangkan gambaran positif

tentang diri subjek yaitu bahwa kondisi emosi dinilai cukup

stabil.Hal ini karena subjek memiliki anak yang berperan sebagai

motivator dan fungsi kontrol emosi subjek. Subjek juga

memandang dirinya tidak lagi merasa rendah diri dan putus asa

setelah adanya pengalaman memperoleh perawatan dan bertemu

dengan sesama penderita paraplegia akibat gempa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

71

3) Sosial

Subjek memiliki pandangan negatif menyangkut hubungan

dengan lawan jenis. Subjek kadang kala memiliki perasaan rendah

diri karena adanya ketakutan akan menjadi beban orang yang

ingin menjalin hubungan dengannya. Namun secara umum

subjek memiliki gambaran positif terhadap keluarga dan

masyarakat. Subjek menilai hubungan dengan keluarga tetap

terjalin baik, meskipun saudaranya dirasa kurang perhatian tetapi

dianggap lumrah karena subjek menilai perilaku tersebut sudah

ada sejak subjek belum mengalami paraplegia. Hubungan

dengan masyarakat, terutama yang bukan penderita paraplegia

juga terjalin baik, bahkan subjek menilai mereka lebih memberi

perhatian. Hubungan dengan sesama penderita paraplegia juga

dipandang penting karena dapat berperan untuk saling memberi

dukungan dan penguatan.

4) Moral

Subjek memiliki pandangan positif terhadap nilai dan prinsip

hidupnya. Subjek memiliki motto hidup berjiwa besar dan

pantang menyerah yang memberinya kekuatan. Subjek juga

memandang bahwa musibah yang dialaminya merupakan bagian

dari rencana Tuhan sehingga Tuhan tidak perlu disalahkan. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

72

ini terwujud dalam perilaku subjek yang tetap menjalankan

aktivitas agama (sholat) walaupun dilakukan di rumah.

2. SUBJEK II

a. Identitas Subjek

Nama : SP

Usia : 41 th

Alamat : Kotesan, Prambanan

Jenis Kelamin : Laki-laki

b. Hasil Wawancara

Penilaian subjek terhadap perubahan kondisi fisik bahwa subjek

merasa ada perubahan yang jauh sekali pada kondisi fisiknya, antara

yang dulu mampu berjalan dengan yang sekarang menjadi tidak bisa

jalan. Subjek mengeluhkan tentang rasa sakit yang terus-menerus

yang tidak kunjung sembuh atau menghilang sehingga mengganggu

aktivitasnya, seperti aktivitas tidur. Hal ini ini diperburuk jika fisik

subjek sedang tidak sehat dan terlalu capek, sakitnya tidak berkurang.

Solusi yang diambil oleh subjek dengan memakai kipas angin,

mendengarkan lagu dan melakukan servis barang elektronik untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

73

mengurangi dan mengalihkan dari panas yang dirasakan oleh fisiknya

(Ft : 8-63, 110-114)

kondisi fisik sekarang tidak bisa jalan lagi seperti dulu. kalo dulu bisa jalan, kaki sehat, ke mana-mana atau naik motor bisa, sekarang cuma bisa pasrah di kursi roda, merasakan sakit. Yang saya keluhkan sakit terus ada sampai sekarang, semacam kaki keseleo bengkak atau pegel-pegel sampai sekarang ga hilang. Terkadang tambah kuat, terkadang biasa, biasa tu sebenernya sakit, rasanya kaki berat, panas, kesemutan. Pas dingin keluar terus. Kalo capek terus terang malah muncul terus. Untuk tidur pun susah, untuk aktivitas sedikit juga terganggu, masalahnya badan kaku, jadi misalnya untuk bungkuk atau mengambil agak tinggi sudah sulit. Kalo saya ini lain daripada temen, cara menguranginya mengatasinya ga bisa. Saya imbangi dengan hawa dingin udara. Jadi alih perhatian agak nyaman. Untuk mengalihkan rasa sakit dengan mendengarkan lagu-lagu, yang jelas fikiran harus dihindarkan dari rasa sakit.

Berhubungan dengan penilaian terhadap tubuh dan penampilan,

subjek mengungkapkan bahwa dirinya tidak terlalu mementingkan

penampilan. Subjek lebih mementingkan bagaimana mengatasi

dirinya sendiri. Subjek mencontohkan jika mementingkan penampilan

akan tetapi tetap mengompol maka dianggap sama saja tidak

mempunyai penampilan yang baik. Subjek juga tidak terlalu khawatir

menjadi bahan pembicaraan orang lain menyangkut penampilannya

yang berubah karena merasa memang dirinya ada perubahan. (Ft :

118-137)

Saya sudah tidak memikirkan penampilan, yang penting saya bisa mengatasi keadaan saya sendiri. Saya punya penampilan kalo celananya kena ompol terus kan sama saja ga punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

74

penampilan, yang penting saya bisa mengatasi air kecil

dan air besar. Itu saja udah sulit, tidak setiap penderita seperti saya mampu karena kebetulan ga punya kontrol. Saya jarang keluar mengingat kondisi fisik saya seperti ini. Mau keluar jauh juga tidak mampu, permasalahannya karena ga kuat menahan rasa sakit. Kalo di luar saya cuek-cuek saja, dalam keadaan pakaian apa adanya, misalnya diomongin orang ya biarin karena saya memang seperti ini fisik saya. Saya keluar ga begitu drop, cuma sementara ini untuk menahan sakitnya bingung gimana kalo keluar.

Subjek menilai terjadi perubahan yang sangat mencolok pada kondisi

kakinya, dimana subjek dulu mampu berjalan tetapi sekarang tidak

mapu lagi. Subjek mengeluhkan kakinya yang terus-menerus

merasakan sakit yang tidak kunjung sembuh atau menghilang

sehingga cukup mengganggu aktivitasnya, misalnya tidur dan

aktivitas yang lain. Hal ini ini diperburuk jika fisik sedang tidak sehat

dan terlalu capek, sakitnya tidak berkurang. Solusi yang diambil oleh

subjek untuk mengurangi rasa sakit berupa panas di kakinya dengan

memakai kipas angin, mendengarkan lagu dan melakukan servis

barang elektronik sehingga rasa panas tersebut terkurangi atau

teralihkan perhatiannya dari rasa sakit tersebut. (Ft : 8-63, 110-114)

kondisi fisik sekarang ini terus terang tidak bisa jalan lagi seperti dulu, untuk jalan pun sudah tidak bisa seperti dulu. kalo dulu kan bisa jalan, kaki sehat, ke mana-mana ga ada apa…,naik motor bisa, sekarang cuma bisa pasrah cuma ada di kursi roda merasakan sakit. Keluhan jelas ada ya. Yang saya keluhkan tu, kalo sakit terus ada sampai sekarang… Ya semacam misal kaki keseleo bengkak atau mungkin pegel-pegel sampai sekarang ga hilang. Mungkin terkadang tambah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

75

kuat, terkadang biasa, biasa tu sebenernya sakit, rasanya tu

kaki berat, panas, kesemutan, berat sekali ya gitu. Ya liat keadaan, mungkin pas hawa dingin atau gimana itu keluar terus. Kalo capek terus terang malah muncul terus… Iya ga ilang-ilang. Untuk tidurpun susah…untuk aktivitas sedikit juga terganggu masalahnya apa? Badan kaku.. jadi misalnya untuk bungkuk atau, mengambil agak tinggi sudah sulit. Kalo saya terang ini lain daripada temen ya? Kalo saya tu semacam itu cara menguranginya…kalo mengatasinya ga bisa ya? Ya ga ilang, saya tiup pake kipas angin, istilahnya saya pake kipas angin. Saya langsung menghidupkan kipas angin terus didepan kipas angin…jadi rasa sakit…saya imbangi dengan hawa dingin udara. Jadi alih perhatian… Iya he em jadi di depan kipas angina merasakan hawa dingin ya udah, agak nyaman daripada tidak, kalo tidak pake kipas angina kayak sakit, panas, ga kuat. Ya untuk mengalihkan rasa sakit itu tadi…sama seperti memakai kipas…sama dialihkan dengan mendengarkan lagu-lagu, melihat tu… yang jelas fikiran harus dihindarkan dari rasa sakit.

Penilaian subjek terhadap benda dan harta yang dimiliki, subjek

merasa masih menginginkan barang-barang yang dapat memberi

penghiburan bagi dirinya. Selain barang-barang itu subjek tidak

terlalu menginginnya. (Fh : 150-163)

Ya untuk barang sudah dianggap tidak menginginkan paling menginginkan...yang bisa menghibur saja... kalo pengen punya tempat tidur bagus...lemari bagus... atau mungkin rumah bagus, motor, bagi saya tidak ada artinya... Jelas ada perubahan masalahnya saya punya barang-barang seperti itu saya tidak bisa pakai.. Ya...punya rumah bagus juga tidak bisa menikmati misalnya punya sepeda motor bagus baru tidak bisa mengendarai... Jadi sudah di sini saja sudah cukup

Penilaian terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya, subjek

mengungkapkan bahwa dirinya hanya bisa pasrah dengan kondisi selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

76

duduk di kursi roda dan kesulitan untuk bepergian. Subjek juga menilai

bahwa aktivitas yang dulu mampu dilakukannya sekarang banyak yang

sudah tidak mampu dilakukan lagi sehingga banyak dibantu orang lain

atau ada ketergantungan dengan orang lain (Ft: 13-15, 237-241, 248-251)

Ya jauh sekali…kalo dulu kan bisa jalan, kaki sehat, ke mana-mana ga ada apa…,naik motor bisa, sekarang cuma bisa pasrah cuma ada di kursi roda…merasakan sakit. Ada permasalahan dulu, segala sesuatu dulu saya menangani, baik dari listrik, memasang genting yang bocor, bisa masang antena, masang... dulu saya bisa menjalani sendiri tanpa bantuan bisa, lah sekarang saya melihat seperti itu, genting bocor, udah diem aja, Ga bisa ngapa-ngapain, cuman memandang aja... Sebenernya saya masih pengen, bagian membetulkan genteng, saya melihat istri saya, apa itu bocor semua itu, saya ingin mbetulkan tapi ga mampu,

Subjek menilai kondisi emosinya masih cukup stabil, terlebih bila ada

yang menemaninya setiap saat seperti anak atau istri. Subjek akan

terpancing emosinya bila meminta pertolongan tetapi tidak segera

mendapat pertolongan. Subjek menilai dirinya menjadi manja setelah

mengalami paraplegia.. Wujud emosi yang dikeluarkan oleh subjek yaitu

dengan marah-marah. (Ee : 66-98)

Kalo menurut saya sekarang stabil-lah… Untuk menghadapi rasa sakit itu ya ini kalo ada temen, anak atau istri mungkin emosi Ya namanya mungkin sakit manja ya? Betul sakit terus…tu terkadang minta tolong sama anak atau istri itu ga buru-buru ditolongi tu marah. Ya bisa, minta pertolongan segera ditolong…ya walaupun mungkin hanya ambil apa, permasalahnya waktu itu, seperti itu pas mengalami rasa sakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

77

yang tinggi, rasa sakit yang tinggi kok orang yang disuruh apa

ga cepet-cepet gitu…terus akhirnya marah… Ya marah mulut aja ga, paling ngomel..

Penilaian subjek untuk menjadi mandiri adalah adanya harapan dari

keluarga agar subjek menjadi mandiri tetapi pasien merasa ada beberapa

hal yang masih perlu bantuan. (Et: 360-363)

jadi ga kayak dulu waktu sehat itu,walaupun ada dukungan tapi ga sepenuhnya, yang dimaksud tidak sepenuhnya mungkin, prinsip keluarga tu apa biar bisa bisa mandiri betul atau dibiarkan saja

Perasaan cemas tentang masa depan dialami oleh subjek karena merasa

tidak cukup mampu lagi menafkahi keluarga. Akan tetapi, subjek masih

berusaha mencoba kembali mencari penghasilan dengan tetap menekuni

usaha dulu sebagai tukang servis barang elektronika. Aktivitas tersebut

dilakukan juga untuk usaha mengalihkan perhatian dari rasa sakit (panas)

yang dialaminya (Ec: 102-114)

Sebenarnya untuk masa depan cemas juga permasalahnya untuk mengidupi anak dan istri itu harus dihidupi seperti dulu, tapi kemampuan fisik udah ga mungkin kan? ya…terkadang trus apa adanya sampai di mana ya…sampai di kemampuan segini ya sudah. Usaha saya dari dulu ya…kebetulan juga saya tu seneng elektro yo? Jadi setengah menghibur dapat bekerja santai… Ya untuk mengalihkan rasa sakit itu tadi…sama seperti memakai kipas…sama dialihkan dengan mendengarkan lagu-lagu, melihat tu… yang jelas fikiran harus dihindarkan dari rasa sakit.

Subjek menilai bahwa dirinya masih merasakan trauma sekali terhadap

gempa. Subjek merasa jantungnya berdetak lebih cepat dan tubuh menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

78

gemetar apabila ada hal yang dianggap oleh subjek mirip dengan gempa.

Subjek takut dengan gempa karena subjek masih merasa ingin hidup,

tetapi subjek cukup pasrah dengan keadaan jika tidak terkendali,. Subjek

merasa terkejut jika sedang tidur mendengar suara yang keras karena

teringat suara Subjek berusaha mencari informasi kepada orang terdekat,

sumber yang ditakutkan tersebut, agar pikiran yang dirasakan oleh subjek

menjadi lebih tenang (Ee : 165-197)

Wah trauma, jelas sekali ada..kalo ada apa suara jatuh aja “wah ini gempa lagi” seperti dulu. Di hati itu bergetar berdebar-debarlah perasaan kalo ada gempa lagi gimana? Sebenernya dalam hati kecil itu masih pengen hidup, tapi kalo ada gempa yang betul-betul ga bisa dikendalikan ya pasrah... Ya biasanya malah waktu tidur, permasalahannya waktu saya gempa itu dulu masih tidur. Masih tidur dibangunkan sama istri baru melek trus gempa nyeg [suara gempa] gitu gimana ga trauma? Jadi kalo tidur ada suara keras perasaan ada gempa lagi. Saya teringat kalo ada gempa lagi...takutnya disitu...terus gemetar... kalo udah berdebar-debar gitu ya diam, lalu tarik nafas, dan mempelajari tadi yang ada getaran itu apa? Kalo tadi tahu yang tadi ada bikin gemetar tadi tahu, lama enak, ilang...ho o...kalo belum ketemu masih... Kepikiran terus, tadi apa? Ya itu nyari tahu, ya mungkin yang didekat itu suara apa? Suara barang jatuh apa, nanya, yang paling deket siapa ya ditanya...

Penilaian subjek terhadap kesedihan dan kecemasan yang dialami adalah

bahwa subjek merasa cemas bahwa kondisinya tidak akan mengalami

perubahan. Subjek sebenarnya masih memiliki harapan agar dapat

berjalan lagi. (Ec: 199-210)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

79

permasalahannya, orang sakit, orang merasakan kena dapat musibah, sakit, kok kenapa sampai sekarang, udah hampir... Satu tahun lebih satu setengah tahun, tapi kok perubahan fisik ga ada? Terus apa itu pengen berobat kata orang obatnya tidak ada ya gimana gimana? Putus asa bingung. biasanya orang sakit ketemu obat terus sembuh Iya, mestinya orang sakit itu ada dua mas, orang sakit itu kalo ga sembuh ya mati biasanya orang sakit gitu, yang saya alami ini sakit, sembuh ga mati belum...

Subjek memiliki pengalaman terhadap perasaan rendah diri dan putus asa.

Subjek menilai dirinya merasa putus asa karena sudah lebih dari satu

tahun belum memperoleh perubahan fisik atau kesembuhan. Subjek

merasa jengkel karena seperti berada dua posisi, yaitu tidak meninggal

dan tidak sembuh. Subjek juga pernah punya niat untuk bunuh diri karena

keputusasaannya. Subjek pun merasa rendah diri, terutama ketika tidak

lagi mampu melakukan tugasnya yang seperti dulu dan tugas tersebut

dikerjakan oleh istri atau anaknya (Ee : 199-262)

Ada, rasa putus asa jelas, gimana ya? Ada, permasalahannya, orang sakit, orang merasakan kena dapat musibah, sakit, kog kenapa sampai sekarang, udah hampir... Satu tahun lebih satu setengah tahun, tapi kok perubahan fisik ga ada? Terus apa itu pengen berobat kata orang obatanya tidak ada ya gimana gimana? Putus asa bingung. biasanya orang sakit ketemu obat terus sembuh Iya, mestinya orang sakit itu ada dua mas, orang sakit itu kalo ga sembuh ya mati biasanya orang sakit gitu, yang saya alami ini sakit, sembuh ga mati belum... Terkadang kalo bunuh diri itu ada. Ya karena rasa putus asa, hidup seperti ini, apa ini sembuh ndak, mati ga, jadi rasanya seperti ini pengen mati saja. Dengan adanya mati secara teknik semua ilang, rasa sakit ga punya, sudah tidak melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

80

lingkungan lagi, saya punya cerita ni, saya punya temen muda,

gantung diri.. Kalo rasa rendah diri ada, dulu saya bisa ke mana-mana naik sepeda motor, bisa manjat pohon bisa betulin listrik, ya sekarang dak bisa ngapa-ngapa melihat temen-temen bisa seperti itu bisa dibilang Iya...ada permasalahan dulu, segala sesuatu dulu saya menangani, baik dari listrik, memasang genting yang bocor, bisa masang antena, masang... dulu saya bisa menjalani sendiri tanpa bantuan bisa, lah sekarang saya melihat seperti itu, genting bocor, udah diem aja, Dari ini gimana supaya aku bisa membetulkan, peralatan-peralatan yang seperti itu tadi, gimana... nyari alat apa? Sebenernya saya masih pengen, bagian membetulkan genteng, saya melihat istri saya, apa itu bocor semua itu, sebenernya saya nangis, semua bocor anak istri ga bisa mbetulkan, saya ingin mbetulkan tapi ga mampu, pernah juga waktu hujan itu, betul, gentengnya mlorot dua gitu Iya...kadang kalo inget istri dan anak saya itu ketawa, membetulkan genteng bocor aja lama sekali ga rampung-rampung, giliran sudah rampung rapet, terang ga hujan, udah ga hujan lagi, kalo hujan lagi ga tahu bocor lagi, Saya juga kadang ketawa, udah satu jam lebih, kog mbetulin ga rampung-rampung, giliran sudah ga bisa bocor, terang ga hujan [tertawa] itu kan lucu, tapi saya walaupun seperti itu batin saya menangis, kasihan...anak istri gitu lho

Berhubungan dengan kesiapan untuk kembali ke masyarakat, subjek

merasa masih jarang keluar karena belum mampu untuk menahan rasa

sakit. sedangkan dari lingkungan yaitu akses yang minim sehingga subjek

tidak bisa mengunjungi tetangga. (Sn : 265-268, 274-277)

Kalo saya bilang seperti itu, kembali ke masyarakat sepenuhnya belum bisa, yaitu tadi, saya masih mengalami banyak gangguan gangguan, Ngobrol pun di jalan, ga jauh dari rumah, ya permasalahannya itu tadi, dari awal saya bilang, rasa sakit yang masih terus belum hilang sampai sekarang ini...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

81

Subjek menilai lingkungannya kurang mendukung penderita paraplegia

untuk bermasyarakat karena kurang akses untuk pengguna kursi roda (Sk:

270-273).

Ya... misalnya saya main ke tempat tetangga, biasa hanya di jalan ga mungkin bisa masuk ke rumah... Na ga di akses masalahnya...

Penilaian subjek terhadap masyarakat adalah bahwa tidak ada dukungan

dari masyarakat misalnya tetangga tidak menjenguk dan sibuk dengan

kegiatan masing-masing. Subjek menilai masyarakat memiliki pandangan

negatif terhadap penyandang cacat karena tidak bisa diandalkan sehingga

kurang atau tidak diajak dalam kegiatan kemasyarakatan. Subjek pun

menilai dirinya dikucilkan karena merasa tidak ditegur oleh tetangga. (Sk

: 280-302)

Ya saya pikir, di sini itu memang ga ada dukungan... Dari pandangan sehari-hari saya seperti ini, masyarakat di lingkungan jarang sekali yang menjenguk. Ya saya fikir, sebenarnya juga ga, ya memang mungkin biasa pandangan orang cacat itu. Boleh dikatakan jelek, umpama mau membantu, membantu yang kayak gimana? Dianggep tidak [kaset habis ganti kaset]...Dianggap tidak berguna bagaimana pak? Misalnya lingkungan minta tolong minta tolong yang bagaimana, wong tidak bisa ngapa-ngapain, misal suruh dulu tukang betulin, ga jauh, wong bisa itu, jauh ga, di elektro, misal sekarang disuruh membetulkan listrik di rumah tetangga, lampunya mati, ya ga bisa ngapa-ngapain, jadi pandangan masyarakat itu bagaimana ya? Iya bisa dianggap remeh, trus tidak dianggap, istilahnya malah dikucilkan, wong lewat aja terkadang tidak mau negor,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

82

makanya dulu kalo lewat banyak negor, tapi sekarang liat aja

ga mau, palagi negor...

Penilaian subjek terhadap masyarakat adalah bahwa dirinya harus bisa

mengikuti harapan/keinginan masyarakat. Namun subjek menilai belum

mampu mengikuti harapan masyarakat karena lingkungan yang kurang

akses (Sk : 397-406)

He em yang jelas saya tu, yang menyesuaikan saya, bukan orang, istilahnya lingkungan menyesuaikan saya ndak, tapi saya menyesuaikan lingkungan semampu saya... Kalo kemauan lingkungan, terus terang saya belum terjun ke lingkungan ya? Jadi kemauan yang bagaimana itu belum tergambarkan, belum bisa mengikutilah, kemauan saya juga mengikuti, tapi mungkin keterbatasan tempat, itu khan bisa mendukung kurang di akses

Pandangan subjek terhadap hubungan dengan lawan jenis atau istri,

dianggap telah berkurang tingkat kemesraannya. Subjek sudah tidak dapat

merasakan kenikmatan sepenuhnya hubungan suami-istri. Subjek menilai

hanya tinggal sepuluh persen rasa nikmat dari bermesraan dan bercumbu

karena subjek sudah tidak mampu ereksi lagi. Subjek sudah mencoba

berbagai cara berbeda dalam berhubungan seks tetapi tidak berhasil

karena tidak dapat menikmatinya. Namun menurut subjek, kondisi

ini tidak mempengaruhi istri sehingga ingin meninggalkannya (Sk : 317-

356)

Ini terus terang saja, kalo untuk istri saya, tu tidak ada perubahanlah, masih tetap, cuman yang jelas itu hubungan , keluarga masih baik tidak ada perubahan...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

83

Yang mana maksudnya?

Kalo mesra tinggal sepuluh persen lah... kalo dulu hubungan suami istri masih jelas sekali, masih bercanda, bercumbu, mungkin sama-sama menikmati, kalo sekarang tidak bisa sama sekali saya, ya itu...jadi hubungan tinggal jelas sepuluh persen itu, jelas terkadang mau, banyak tidaknya, mau aja juga tidak seberapa, kalo dulu kan sama sampai penuh, sekarang aja disenggol aja tidak mau... Sampai hari ini ga berubah, masih ga berubah, walaupun istri saya, istri saya ga berfikir jauh untuk ke mana istilahnya lari dari rumah, atau meninggalkan anak istri, ya ga... masih biasa, cuman ya itu, hubungannya untuk suami istri sudah... saya pikir tinggal sepuluh persen itu saya pikir, kalo dulu ada apa – apa pengen mesra langsung bisa mesra, sekarang khan ndak... Ya berkurang, istilahnya begini, merasakan begini, walaupun istri saya misalnya pengen seperti dulu, kalo saya khan sudah tidak bisa melayani, sampai apapun tidak bisa memuaskan istri, walaupun istri saya mau seperti kayak sehat siap melayani, tapi yang dilayani tidak bisa bergerak apa-apa ya lama-lama yang melayani ya juga males... Udah, ada yang mengatakan, dengan cara-cara lain, tapi untuk kepuasan tidak ada ya...lebih baik tidak usah sama sekali.

Hubungan subjek dengan keluarga, terutama dengan istri dan anak,

dinilainya tidak ada perubahan terutama karena perannya sebagai ayah

masih diakui walaupun subjek sekarang lumpuh. Namun subjek menilai

keluarga besarnya kurang memberi dukungan dengan alasan tidak

diketahui secara jelas. Sedangkan dari keluarga besar dari pihak subjek

atau istri tidak ada bantuan apapun baik material atau non material (Sk :

359-379)

Kalo dengan anak masih biasa saja, tidak ada perubahan, masih mengakui, walau saya lumpuh seperti ini, saya masih dianggap orang tua, sebagai ayah, bukan orang lain, walaupun dulu sehat alfiat bisa ke mana-mana, sekarang seperti itu,dia mengakui bagaimanapun juga ayah, tetep ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

84

Ya besar kecil itu ada dukungan...cuman dukungan itu terbatas jadi, jadi ga kayak dulu waktu sehat itu,walaupun ada dukungan tapi ga sepenuhnya, yang dimaksud tidak sepenuhnya mungkin, prinsip keluarga tu apa biar bisa bisa mandiri betul atau dibiarkan saja, saya juga saya kurang tau, yang jelas dukungan ada, kalo meremehkan ya ndak... Kalo menurut sepengetahuan saya ini, hanya keluarga saya sendiri saja, kalo dari keluarga besar dari keluarga orang tua saya atau keluarga dari istri saya tu, saya pikiran dukungan kurang, yang maksud dengan dukungan, ya keluarga dari anak dan istri saja... Mungkin melihat keadaan seperti ini tu mungkin mempunyai perasaan kasihan atau bagaimana, tapi untuk membantu, tu...ndak ada, bantuan apa ndak ada, materipun ndak ada, apalagi bantuan fisik...saya pernah mengalami kesulitan buang air besar atau buang air kecil, cuman dilihatin aja kog ga di bantu ga di bantu lah, kalau keluarga, macam istri atau anak khan mesti ya membantu khan keluarga sendiri..

Hubungan dengan teman sependeritaan masih dilakukan oleh subjek

walaupun hanya satu sampai dua orang saja. Relasi dengan sesama

penderita paraplegia ini dipandang penting subjek karena bisa saling

mendukung, sharing tentang keluhan yang dirasakan dan merasa tidak

sendiri (Sp : 408-416)

Ya masih ada satu dua ndak semuanya yang bisa saya hubungi saja...yang tidak bisa sebenarnya perlu untuk hubungan sama sesama penderita sama tu perlu, masalahnya apa ya sesama senasib, sesama rasa..bisa saling menguatkan, saling mendukung, saling mengisi walau sama penderita, kalo ndak punya hubungan sama penderita tu... mungkin keluhan-keluhan banyak sekali sehubung ada temen sependerita sama yang dirasakan, jadi ga begitu sangat sedih... Ya benar ga merasa sendiri betul...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

85

Subjek menilai hubungan dengan dengan orang yang tidak menderita

paraplegi tidak menjadi pilihannya dan lebih memilih berteman dengan

sesama penderita praplegia. Hal ini disebabkan karena orang yang tidak

menderita paraplegia dinilai bersikap acuh tak acuh (Sn : 419-426)

Ya sementara ini saya cenderung memilih bersama penderita... Ya kalo orang yang sehat gitu, saya ini kebanyakan sih acuh tak acuh, cuek, tapi kalo bersama penderita bisa saling tuker-tukeran pengalaman, bisa saling menanyakan gimana rasanya gimana gimana? Kalo dengan orang umum yang tidak penderita seperti ini, terkadang, apalagi yang merasa ga seneng, ya mungkin malah mensyukurkan...

Pengalaman dalam menjalankan aktivitas agama, subjek mengungkapkan

bahwa dirinya tetap melakukan aktivitas agama seperti sholat tetapi hanya

di rumah dan di kursi roda. Subjek tidak ke masjid karena rasa sakit dapat

menyerang tiba-tiba sehingga mengganggu konsentrasi (Ma : 467-478)

Ya kalo untuk sholat sehubung tidak bisa ke mana-mana ya sholatnya di rumah... Ho o di kursi roda, kalo mau ke masjid agak jauh, trus kalo sholatpun konsentrasi kurang mas... Lha gimana ga kurang? Orang sholat itu keadaan pikiran tenang, semua pikiran yang tidak-tidak dihilangkan, lha ini waktu sholat itu semua bisa dihilangkan, rasa sakit ini ga hilang-hilang, terkadang malah muncul, muncul kuat, jadi waktu istilahnya waktu menghayati tu si sakit, keluar, ya sulitnya di situ, si sakit keluarnya sewaktu-waktu sih

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut, subjek menilai bahwa

bencana gempa yang terjadi merupakan takdir yang harus diterima

sehingga tidak bisa diubah (Mi: 493-497)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

86

kalo takdir memang betul, yang namanya takdir tu, suatu akibat, atau apa ya? Istilahnya sesuatu yang... kalo takdir ga bisa mas...kalo nasib bisa dirubah

Penilaian subjek terhadap Tuhan adalah bahwa bencana dan kondisi yang

dialami dinilai sebagai suatu peristiwa yang adil menurut Tuhan atau

sebagai suatu takdir yang tidak bisa diubah. Tuhan tidak memberi

hukuman karena semua orang menjadi korban gempa dan tidak memilih-

milih. (Ma : 483-509)

Pikiran banyak mas, bisa mengatakan bahwa Tuhan itu memang tidak adil,tapi dengan pemahaman lain, mungkin Tuhan tu ngasih seperti ini mungkin yang terbaik, di apa tu... terbaik pada Tuhan, permasalah ya mungkin, umpama saya sehat mungkin, saya juga kira-kira kalo waktu ga sakit, banyak perbuat-perbuatan yang kurang berkenan berkenan atau mungkin berdosalah, mungkin, Allah memberi seperti ini, terbaik untuk umatnya... kalo takdir memang betul, yang namanya takdir tu, suatu akibat, atau apa ya? Istilahnya sesuatu yang... kalo takdir ga bisa mas...kalo nasib bisa dirubah, kalo takdir itu sudah merupakan kehendak Allah, kehendak Tuhan, jadi kamu harus begini begini, ya itu Tuhan yang menentukan, kalo nasib bisa dirubah, misalnya nasib saya kehidupan saya ga bagus jelek, bisa dirubah dengan posisi, tapi kalo takdir itu tahunya kalo sudah terjadi, tu menurut saya tu namanya takdir, Ini mungkin saya anggap takdir bisa, kalo hukuman, kogk bukan saya sendiri? Lha waktu gempa kemarin itu khan? Banyak sekali,baik yang masih muda, masih bujang, udah tua, terkadang pak ustad, mubaligh, tapi herannya saya di sini mas, tapi kebanyakan ini, menurut pengertian saya delapan puluh persen ini orang tidak mampu, yang mengalami seperti ini, delapan puluh persen kurang lebih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

87

c. Hasil Observasi

1) Aspek Fisik

Observer 1 : Subjek terlihat sering mendekat dengan kipas angin

dan memijat bagian perut karena keluhan subjek di bagian perut.

Subjek memiliki peralatan servis elektronik yang lengkap dan

masih digunakannya. Subjek juga memiliki televisi, VCD player,

handphone.

Observer 2 : Subjek hanya duduk di kursi roda. Subjek sering

mengeluhkan tentang kondisi fisiknya, yaitu daerah sekitar perut

yang terasa sakit. Subjek beberapa kali terlihat memijat-mijat

daerah pertu tersebut dan meringis menahan rasa sakit. Subjek

masih memakai kateter kondom untuk menyalurkan urine yang

tidak terkendali. Beberapa kali subjek mengangkat tubuhnya

untuk menghilangkan rasa sakit yang sering muncul di bagian

tubuh yang lumpuh. Harta yang dimiliki: televisi, handphone,

VCD player.

2) Aspek Psikis

Observer 1: sangat antusias ketika peneliti datang, dan bercerita

dengan lelucon-leluconnya, kadang nampak memberi petuah-

petuah tentang pengalaman hidupnya, namun ketika diajak untuk

berbincang serius tentang keadaan subjek tampak menolak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

88

dengan menunjukkan kesakitan di daerah perut, dengan memijat

sekitar perut dan menunjukkan ekspresi kesakitan

Observer 2 : Subjek terlihat cukup senang ketika diajak

berbincang-bincang tentang topik-topik yang ringan dan tentang

kemampuannya memperbaiki barang elektronik, tetapi raut muka

akan terlihat lebih serius dan cemas ketika berbicara tentang

kondisi fisik yang dialaminya sehingga subjek menjadi sering

mengeluhkan merasa sakit pada daerah yang mengalami

lumpuh.Subjek juga terlihat sangat sensitif sehingga mudah

curiga dan marah terhadap lingkungan apabila memperoleh

perlakuan berbeda seperti dulu waktu belum cacat, seperti tidak

disapa oleh orang yang lewat di depan rumahnya.

3) Aspek Sosial

Observer 1 : subjek, tidak menyapa tetangga yang kebetulan

berkali-kali lewat disamping rumahnya, terkesan subjek tidak mau

menyapa tetangga. Letak rumah berdekatan dengan tetangga.

Observer 2 : Subjek tampak akrab terhadap istri dan anak-

anaknya. Tetapi subjek tampak mudah marah dan curiga apabila

memperoleh perlakuan berbeda, seperti suguhan untuk tamu,

subjek tidak diberi. Subjek pun tampak jarang keluar rumah,

kalaupun keluar subjek sesekali berada di teras rumahnya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

89

berkursi roda. Lingkungan terlihat kurang akses untuk subjek

karena jalan kurang rata/bergelombang.

4) Aspek Moral

Observer 1 : subjek meminta waktu berhenti dan terdiam sejenak

saat suara adzan luhur sekitar jam dua belas siang. Dan kemudian

melanjutkan kembali percakapan setelah suara adzan luhur

selesai.

Observer 2 : Subjek cukup menghormati waktu sholat, meskipun

tampak tidak melaksanakannya karena merasa terganggu dengan

rasa sakitnya. Letak rumah cukup dekat dengan masjid.

d. Kesimpulan Tes Grafis

1) Fisik : Subjek tampak kurang energi (drive lemah), narsis agresif

dan ekspansif hal ini mungkin disebabkan adanya penolakan

terhadap impuls fisik dan kehilangan kebanggaan fisik, sehingga

yang terjadi negativisme pada diri sendiri, dan tak kenal batas,

sehingga subjek cenderung memaksakan diri dan tidak efisien.

2) Emosi : Subjek cenderung merasa tidak aman , mudah cemas,

mudah marah, tidak stabil, impulsive, mudah frustasi, cemas,

depresi dan mudah konflik hal ini mungkin disebabkan karena

subjek, masih memiliki trauma, tidak mempunyai ketetapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

90

pikiran dan mudah dipengaruhi. Namun demikian, subjek

berusaha untuk mengontrol emosinya.

3) Sosial : Subjek enggan memperhatikan sekitar, menyatakan

ketidaksenangan sehingga subjek mudah konflik mungkin

disebabkan belum matang secara psikososial, butuh perhatian,

daya kritik kurang dan tidak mau terbuka. Namun di sisi lain,

subjek menolak untuk tergantung. Dalam relasi sosial, subjek

merupakan pribadi yang menekankan masa lalu dan introvet,

sehingga tajam dalam pengamatan, mau bekerja keras, mau

berkorban untuk orang lain tapi cenderung memaksakan diri

sehingga tidak efisien dan kekanak-kanakan. Dalam keluarga,

subjek berorientasi ke luar. Hal ini mungkin disebabkan subjek

merasa kurang mampu. Dalam hal seksualitas subjek guilty

feeling terhadap seksualitas, mungkin ini terjadi karena subjek

sudah tidak mampu. Subjek butuh perhatian, maka dari itu subjek

kurang suka berperan dalam keluarga, merasa kurang dipercaya,

kurang diperhatikan dan kurang berharga dalam relasi sosial.

Subjek cenderung tertutup karena memiliki kelemahan dalam

peran. Sedangkan di dalam keluarga, subjek merasa peran dari

seorang ibu lemah dan kurang ada penerimaan dari ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

91

Sedangkan figur ayah menunjukkan sikap yang otoriter,

menguasai, galak dan kurang memberi kesempatan

4) Kognitif : Subjek menekan intelektual, norma dan etika. Namun

demikian subjek tidak mudah terbuka sehingga belum dewasa.

Subjek juga tidak mempunyai ketetapan diri dalam bekerja atau

berfikir, mudah dipengaruhi, oposisi, mudah konflik diri. Subjek

serba ingin tahu, tidak dapat memutuskan sesuatu, daya cipta

kurang, mudah marah. Daya kombinasi kurang, tidak logis, tidak

punya pertimbangan, kurang abstrasi, ganti-ganti.

e. Dinamika Tiap Aspek pada Subjek

1) Fisik

Subjek memandang kondisi fisiknya terjadi perubahan yang

cukup besar dari mampu berjalan menjadi tidak. Subjek juga

terlihat sering mengeluhkan tentang adanya rasa sakit di daerah

tubuh yang mengalami paraplegia sehingga mengganggu

aktivitasnya. Hal ini mempengaruhi pandangan subjek terhadap

harta benda yang dimiliki, dimana subjek mementingkan benda

yang dapat memberi penghiburan. Namun subjek cukup

memandang positif menyangkut penampilannya. Subjek juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

92

tidak terlalu mementingkan penampilan tetapi kontrol terhadap

kondisi fisiknya lebih penting.

2) Psikis

Subjek menilai bahwa dirinya masih merasa trauma dengan keras

seperti gempa. Subjek juga masih merasa sedih dan cemas

terhadap kondisi fisik yang dialaminya karena masih adanya

harapan untuksembuh. Perasaan cemas subjek juga berhubungan

dengan masa depannya, cemas tidak lagi mampu mencari nafkah.

Subjek akan terlihat sangat serius dan mengeluhkan sakit apabila

diajak berbicara tentang kondisi fisiknya. Subjek pun mengalami

rendah diri sebab merasa belum cukup mandiri hingga pernah

ingin melakukan bunuh diri.

3) Sosial

Subjek menilai tidak mendapat dukungan secara sosial.

Masyarakat sekitarnya dianggap mengucilkan atau acuh tak acuh

terhadapnya. Subjek bahkan terlihat tidak berinisiatif menegur

ketika ada tetangganya yang lewat di depan rumanya. Subjek pun

jarang bersosialisai karena adanya hambatan lingkungan yang

kurang akses dan adanya rasa sakit yang dialaminya. Subjek juga

menilai keluarga besarnya (saudara) juga kurang mendukungnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

93

Hubungan intim dengan istri juga juga tidak lagi dapat dinikmati

oleh subjek. Namun subjek cukup positif menilai keluarganya

(istri dan anaknya). Mereka dianggap cukup mendukung dan

memberi perhatian.

4) Moral

Subjek menilai bahwa paraplegi merupakan takdir yang harus

dilaluinya dan hal tersebut dinilai adil bagi Tuhan. Subjek pun

masih menjalankan aktivitas keagamaannya, meski hanya di

rumah dan tergantung dari kondisi fisiknya. Sedangkan secara

negatif subjek beberapa kali pernah ingin melakukan bunuh diri.

3. SUBJEK III

a. Identitas Subjek

Nama : HP

Usia : 28 th

Alamat : Sawahan, Pundong, Bantul

Jenis Kelamin : Laki-laki

b. Hasil Wawancara

Subjek menilai terjadi perubahan terhadap kondisi fisiknya terutama

pada bagian kaki, dimana awalnya tidak mampu berdiri tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

94

sekarang mampu berdiri dengan alat bantu kruk. Subjek

mengeluhkan tentang rasa sakit yang terus-menerus dirasakan pada

bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan sehingga aktivitasnya.

Subjek berupaya menekan sakit pada kakinya tersebut dengan

mendiamkan atau memijat-mijatnya dan tidak mengkonsumsi obat

penekan rasa sakit supaya tidak mengalami ketergantungan terhada

obat (Ft : 7 - 40)

Ya keadaan sekarang ini sudah cukup lumayan, dibandingkan dengan dulu.. Ya kalo dulu belum bisa apa-apa hingga saat ini, keadaan saya ini sudah memakai kruk. Kalo keluhan saya rasa masih seperti dulu, masih sakit terus gitu. Ya cekut cekut cekut tapi susah untuk berhentinya gitu, Kalo sakitnya stabil gitu terus. Ya sebenernya mengganggu tapi, berhubung untuk merasakan seperti itu, untuk agar merasakan kesembuhan, di samping untuk tidak menggantungkan pada obat, kita harus rasakan seperti itu. Ya kadang-kadang kita pijit-pijit, atau ga kita biarin saja sampai sembuh gitu. Ya kita diemin aja, apa boleh buat [tertawa]

Penilaian subjek terhadap tubuh dan penampilan adalah merasa

percaya diri. Subjek merasa tidak terganggu dan menjadi rendah diri

terhadap kondisi kelumpuhannya saat ini (Ft: 44 - 50).

Ya penampilan bagi saya PD saja. Kita biasa aja.

Penilaian subjek terhadap kondisi kaki, subjek merasa ada harapan

untuk sembuh, tinggal semangat untuk berlatih semaksimal mungkin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

95

Subjek merasa ada perubahan dengan kondisi kakinya, walaupun

tergantung dengan kondisi emosi ketika berlatih, dimana jika sedang

semangat maka kaki terasa enak untuk diajak berlatih berjalan (Ft :

55-67).

Ya harapan untuk sembuh saya rasa ada, tinggal semangat kita. kita berusaha semaksimal mungkin kita harus banyak berlatih, Perubahan sih cukup lumayan, tapi ya terkadang kondisi kita ga tentu, kadang kita ngedrop kadang ya bagus gitu Kalo ngedrop kita berlatih terapi kita susah untuk berjalan, kalo kita kondisi kita tu enak, kita enak jalan

Penilaian subjek terhadap benda dan harta yang dimiliki tidak terjadi

perubahan. Subjek juga masih merasa yakin kalau akan kembali

mampu untuk mengendarai sepeda motor seperti sbelum mengalami

kelumpuhan (Fh : 72-78)

Kalo saya rasa untuk kepemilikan itu, kita tidak ada banyak perubahan. Pasti masih tetap, dulunya bisa memakai sepeda motor, sekarang juga harus bisa juga.

Penilaian terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya, subjek

menilai bahwa dirinya harus kembali mampu melakukan aktivitas

seperti sebelum mengalami paraplegia, misal mengendarai sepeda

motor (Ft: 75-76)

Pasti masih tetap, dulunya bisa memakai sepeda motor, sekarang juga harus bisa juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

96

Subjek menilai emosinya menjadi lebih labil, misalnya jika istri

membuat masalah yang meyinggung peran subjek sebagai kepala

keluarga. Permasalahan yang dihadapi oleh subjek menjadi sensitif,

walaupun hanya masalah kecil. (Ee: 82-92)

Ya kalo emosi kita kadang memuncak, kadang ndak. Itu tergantung sih, sebagai kepala keluarga gitu, sebagai istri ga bikin masalah, kita ya dah cuek biasa..tapi diluar itu ga masalah, diluar itu ada orang ngomong gini gini ya kita biarin saja, itu cuman angin lalu gitu aja. Ya masalah keluarga sih, terkadang kita sok bertengkar, sok kadang ya baik, gitu, ga mesti.

Penilaian terhadap perasaan yang dialaminya subjek menilai bahwa

kondisi emosi atau perasaannya menjadi lebih sensitif. Perlakuan atau

perhatian keluarga terhadap subjek sangat mempengaruhi kondisi

emosi atau perasaannya (Ee: 82-96)

Ya kalo emosi kita kadang memuncak, kadang ndak. Ya tergantung sebagai kepala keluarga gitu, sebagai istri ga bikin masalah, kita ya dah cuek biasa tapi diluar itu ga masalah, diluar itu ada orang ngomong gini gini ya kita biarin saja, itu cuman angin lalu gitu aja... sensitif gitu mestinya? Ya.

Subjek menilai pentingnya kemandirian. Hal tersebut membuat subjek

berupaya untuk lebih kreatif menggunakan tubuh yang masih aktif,

terutama dalam upaya untuk kembali mencari nafkah (Et: 194-198)

Ya kita harus berjuang untuk...memulihkan kondisi ekonomi...kita yang dulu bekerja hanya pakai apa? Tenaga? Sekarang harus menggunakan pikiran juga tangan...baru kita gali bagaimana caranya untuk menggerakan tangan kita supaya mendapatkan hasil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

97

Subjek memiliki perasaan cemas terhadap masa depannya. Subjek

menilai bahwa dirinya perlu untuk berjuang membangkitkan

hidup. Subjek juga optimis dalam memandang kegagalan dan

keberhasilan, dimana keberhasilan dalam hidup pasti akan dialami

meskipun mengalami berbagai kegagalan (Ec : 99-107)

Untuk masa depan kita banyak-banyak berjuang untuk menghidupi keluarga, jadi kita harus berjuang untuk membangkitkan hidup kita... Kegagalan soal biasa, ndak ada keberhasilan itu, kegagalan itu pasti ada keberhasilan, itu nanti diatur dibelakang.

Subjek menilai bahwa dirinya sudah tidak mengalami trauma

terhadap kegempaan lagi. Subjek sudah merasa terbiasa mengalami

gempa (Ee : 99-100)

Dengan trauma dari pertama sih saya tidak punya harapan untuk trauma, ndak ada sudah biasa gitu aja.

Kesedihan dan kecemasan yang dialami oleh subjek dinilainya dalam

taraf yang lumrah (biasa) saja. Subjek tidak memiliki kecemasan atau

ketakutan sejak awal dan menanggapi kondisinya dengan lapang dada

(Ec : 116-121)

Kalo pada saya sih saya rasa ga ada ketakutan apa-apa udah biasa gitu aja. saya dari awal tidak punya ketakutan apa-apa ndak. Ndak, biasa saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

98

Subjek menilai bahwa dirinya tidak memiliki perasaan rendah diri dan

putus asa. Subjek menilai dirinya merupakan pribadi yang memiliki

kepercayaan diri (Ee : 113-115)

Ngga ada, dari dulunya sih saya PD aja, .biasa gitu aja. Ngga ngga pernah.

Subjek menilai memiliki kesiapan untuk kembali ke masyarakat. Hal

ini disebabkan oleh karena subjek merasa sudah terbiasa untuk

kembali bermasyarakat sejak mengalami kelumpuhan, seperti

berkumpul atau berbincang-bincang dengan, sehingga tidak ada

perubahan (Sk : 123-124)

Kalo kemasyarakatan saya sudah biasa dari dulu kumpul-kumpul, ngobrol-ngobrol dengan tetangga biasa.

Penilaian subjek terhadap masyarakat adalah adanya perasaan belum

mampu untuk kembali beraktivitas dalam masyarakat karena

keterbatasan yang dialami akibat kondisi kelumpuhannya. Kegiatan

kemasyarakatan sering kali menjadi tanggung jawab istri untuk

menghadirinya,. Hal tersebut menurut subjek, aktivitas kegiatan

kemasyarakatannya menjadi cukup berkurang (Sk : 129-137)

Kalo untuk aktivitas masih susah ya? Aktivitas di kampung masih susah. Ya banyak berkurang. Kalo arisan gitu yang saya suruh berangkat istri saya gitu, kalo ada apa-apa, kalo istri saya bisa untuk wakil, istri saya untuk wakil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

99

Subjek menilai lingkungan belum terlalu akses untuk pengguna kursi

roda (Sn: 52-53)

Tapi lingkungan sini masih belum terlalu lancar untuk kursi roda, kurang akses

Penerimaan masyarakat terhadap subjek, subjek merasa masyarakat

beragam karena ada yang mendukung, dan ada yang mengucilkan.

Menurut subjek, masyarakat banyak yang mendukung subjek dengan

menyapa subjek, dan bertanya perkembangan kesembuhan subjek (Sk

: 140-151)

Ya semua orang berbeda-beda, ada yang mengucilkan ada yang mendukung tapi kebanyakan kampung sini tu, banyak mendukung saya untuk kesembuhan. Ya kita kumpul-kumpul, ditanya “bagaimana perkembangan sekarang bagaimana perkembangan sekarang? Kira-kira kesembuhan kamu bagaimana? Bisa sembuh ga? Bisa gini gini, kita harus semangat ya? Jangan sampai menyesal ya? Kesembuhan hanya pada dirimu sendiri” saya bilang “pasti” gitu aja [semangat, tertawa]

Subjek menilai pandanganya terhadap lawan jenis, khususnya dengan

istri, tidak ada perubahan. Hubungan intim juga tidak ada permasalah,

karena istri subjek memahami keadaan suami sehingga bisa menerima

keadaan suami. Relasinya dengan anak juga tidak mengalami

hambatan karena anak cukup memahami kondisi subjek (Sk : 160-

189).

Biasa biasa saja. Ya ndak masalah ga ada perubahan apa-apa. semua kita berdua itu khan ada kekurangan kelebihan, juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

100

yang perempuan juga tahu keadaan saya seperti ini, dia

menerima apa adanya. Dengan anak ya kita seneng-seneng aja, biasa kita becanda gurau biasa. Saya rasa hingga sampai sekarang ini, anak saya udah tahu, keadaan saya ini.

Subjek menilai hubungannya dengan keluarga tidak mengalami

permasalahan sebab tidak ada perubahan mencolok dalam memberi

perlakuan terhadapnya (Sk : 152-157)

Saya rasa hubungan dengan keluarga tidak masalah. Ya sejak dari dulu seperti itu. Ga rubah, masih sama saja.

Subjek menilai lebih memilih lebih dekat berhubungan dengan teman

sependeritaan. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan

sependeritaan sehingga diharapkan mampu saling memberi motivasi

atau penguatan (Sp : 237-245)

Ya kalo kita bandingkan yang dulu, kita pilihnya yang dulu ya? Berhubung sekarang kondisinya seperti ini banyak temen-temen kita yang sependeritaan sama seperti saya, tapi kadang ada orang yang apa ya? Istilahnya pikirannya lemah ngedrop, ya mudah putus asa, ya apa boleh buat, kita harus bergabung dengan orang yang seperti itu yang sependeritaan.

Hubungan subjek dengan lingkungan bukan penderita paraplegia

dinilainya cukup baik karena banyak yang memberi dukungan bagi

kesembuhannya. Namun subjek merasa kesusahan untuk aktif dalam

kegiatan kemasyarakatan sehingga sering diwakilkan oleh istrinya

(Sn: 129-149)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

101

Aktivitas di kampung masih susah. Kalo arisan gitu yang saya

suruh berangkat istri saya gitu...kalo ada apa-apa, kalo istri saya bisa untuk wakil, istri saya untuk wakil. Ya semua orang berbeda-beda, ada yang mengucilkan ada yang mendukung tapi kebanyakan kampung sini tu, banyak mendukung saya untuk kesembuhan. Kita kumpul-kumpul, ditanya “bagaimana perkembangan sekarang bagaimana perkembangan sekarang? Kira-kira kesembuhan kamu bagaimana? Bisa sembuh ga? Bisa... gini gini, kita harus semangat ya? Jangan sampai menyesal ya? Kesembuhan hanya pada dirimu sendiri”...saya bilang “pasti” gitu aja [semangat, tertawa]

Subjek masih cukup rajin untuk menjalankan aktivitas keagamaan,

namun subjek juga memiliki ketergantungan terhadap orang lain

untuk pergi ke tempat ibadah (gereja). Apabila tidak pergi beribadah

pun maka subjek akan dikunjungi pemimpin agama. (Ma : 247-249)

Ya masih kalo orang-orang yang nganterin saya ikut ke gereja, ya kita ikut, kalo ndak ada di sini masih ada kiriman, itu komuni itu.

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yaitu bahwa kondisi

apapun dari Tuhan harus diterimanya karena tidak bisa memilih (Mi :

266-269)

Ya memang harus kita terima ya kondisi seperti ini, kalo harus memilih salah satu dari kamu kaya tapi kamu seperti itu, atau kamu miskin tapi sehat, ya kita pilih aja yang kita sehat. Kalo dari Tuhan seperti itu ya harus kita terima.

Penilaian subjek terhadap Tuhan menyangkut kondisi yang

dialaminya sekarang adalah subjek bahwa apa yang dialaminya

adalah takdir. Hal tersebut membuat subjek haus menerima keadaan

tersebut (Ma : 255-259)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

102

Ya Tuhan sudah menakdirkan saya, harus begini, ya kita harus bisa terima dengan penderitaan seberat apapun, kita harus bisa menerima, kita tidak boleh untuk mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil, Tuhan itu curang, itu memang cobaan hidup saya seperti ini, kita takdirkan seperti ini.

c. Hasil Observasi

1) Aspek Fisik

Observer 1 : Subjek tampak ceria duduk di kursi roda, beberapa

kali memijit-mijit kaki karena kesakitan, sehingga ketika subjek

kesakitan, dia akan berhenti dari aktivitasnya. Akan tetapi subjek

berusaha untuk aktif melayani dirinya sendiri. Harta benda yang

terlihat: televisi, kursi roda, handphone.

Observer 2 : Subjek terlihat penuh senyum dan ceria. Subjek

tidak mengeluhkan kondisi fisik yang dialaminya. Subjek

beberapa kali mengangkat tubuhnya ketika duduk cukup lama.

2) Aspek Psikis

Observer 1 : Subjek tampak tenang, dan cenderung bercanda

dengan tamunya (interviewer) dengan melontarkan kata-kata lucu,

akan tetapi ketika subjek tidak mendapatkan yang diinginkan,pada

saat itu ada orang yang disuruh ambil kelapa akan tetapi tidak

segera mengambilkannya, sehingga dia mengumpat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

103

Observer 2 : Subjek tampak agak tegang ketika wawancara dan

tampak kurang terbuka mengenai kondisi psikisnya. Subjek sering

kali menanggapi pertanyaan dengan jawaban yang normatif.

Subjek tampak tidak gelisah dengan kondisinya yang harus

menggunakan kursi roda. Kamar mandi terlihat tidak akses untuk

subjek sebagai pengguna kursi roda karena tidak ada lantai landai

tetapi berundak.

3) Aspek Sosial

Observer 1 : subjek menyapa orang yang berjalan di depan

rumahnya, dengan mengucapkan ,”ajeng tindak pundi pak? “

(mau pergi ke mana pak?). subjek nampak harmonis dengan

istrinya saat bercerita sesuatu, istri ikut menambahkan ceritanya.

Sedang subjek masih menggendong anaknya dipangkuan di atas

kursi rodanya. Letak rumah berdekatan dengan tetangga.

Observer 2 : Subjek tampak akrab dan harmonis terhadap istri dan

anaknya. Beberapa kali mereka tampak bersenda gurau, sambil

menggendong anaknya. Subjek juga tampak akrab dalam

menyapa dan berbicara dengan tetangga serta tidak terlihat

canggung. Lingkungan kurang akses karena jalan tanah yang

belum terlalu rata atau agak bergelombang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

104

4) Aspek Moral

Observer 1 : Subjek saat akan makan siang, berdoa dengan

melakukan tanda salib sesuai dengan keyakinannya

Observer 2 : Subjek tampak taat beribadah, seperti berdoa

sebelum dan sesudah makan. Letak rumah dengan geraja cukup

jauh.

d. Kesimpulan Tes Grafis

1) Fisik : subjek lemah kurang energik, kurang sehat, hal ini

mungkin disebabkan adanya konflik diri, kurang puas dengan

fisik dan merasa tidakpuasan dengan dirinya, hal ini mungkin

disebabkan karena adanya konflik didaerah kaki. Hal ini

menjadikan subjek narsis dan berfantasi untuk menjadi kuat

2) Emosi : secara emosional subjek memiliki perasaan percaya diri

dan cenderung ekstrovert, dan dapat menentramkan diri namun

demikian subjek sangat peka, ada trauma, ragu-ragu dan cemas

sehingga subjek mudah tersinggung, kasar, kejam, reaksinya cepat

tapi tidak hati-hati, mudah marah, pengkritik, hal ini disebabkan

subjek memiliki konflik dan banyak hal yang belum diselesaikan.

3) Sosial : subjek tidak mudah menyesuaikan diri, statis, pesimis,

dan kurang respek terhadap lingkungan. Subjek merasa takut,

depresi sehingga subjek menjadi egois, memandang rendah orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

105

lain, tidak mengakui kenyataan, sebenarnya subjek

mengharapkan bantuan dalam relasi sosial. subjek memiliki relasi

sosial yang baik meskipun tertutup. peranan induvidu di dalam

keluarga sangat kecil dan kabur. Walaupun demikian perhatian

subjek besar di dalam keluarga dan fokus pada kesatuan, perhatian

dan pemeliharaan keluarga. Dalam hal seksualitas, subjek merasa

kurang jantan, karena subjek kurang mampu. Subjek dekat

dengan ibu maupun ayah, ibu digambarkan berperan baik dan

melindungi dalam keluarga meskipun subjek kurang diterima oleh

ibu. Sedangkan figur ayah digambarkan kurang memiliki otoritas

sehingga fungsi ayah menjadi kabur, tidak berharga dan tidak

dipercaya.

4) Kognitif : Subjek memiliki ide yang praktis atau konkrit dalam

menghadapi sesuatu ke arah obyektif sebab mudah mengadaptasi

kepada hal-hal yang riil/nyata, tapi teoritis karena banyak

mendasarkan secara empiris. Subjek juga memiliki kecenderungan

retardasi atau intelegensi kurang sehingga aspirasi intelektualnya

dangkal, pandangan yang picik, lambat dalam belajar dan statis.

Hal ini mungkin disebabkan subjek kurang berpengalaman.

Subjek memiliki keteraturan proses berpikir sehingga memiliki

kontak dengan realitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

106

e. Dinamika Tiap Aspek pada Subjek

1) Fisik

Subjek menilai terjadi perubahan ke arah negatif pada fisiknya,

dimana subjek menjadi tidak lagi mampu berjalan dan memiliki

aktivitas yang terbatas. Subjek juga mengeluhkan adanya rasa

sakit di bagian tubuh yang lumpuh dan tampak sering dipijatnya.

Namun subjek memiliki gambaran positif tentang harta benda,

yang dinilainya penting bagi dirinya. Subjek pun menganggap

bahwa dirinya tidak terganggu dari segi penampilan sehingga

tampak tida gelisah saat duduk di kursi roda. Kondisi fisik,

menurut subjek dipengaruhi juga kondisi emosi atau psikisnya.

2) Psikis

Subjek memandang dirinya masih memiliki emosi yang labil dan

cenderung sensitif, terutama dalam menanggapi perlakuan

keluarga. Subjek juga memiliki kecemasan tentang masa

depannya. Namun subjek juga memiliki gambaran psikis yang

positif. Subjek menilai dirinya sebagai pribadi yang percaya diri

dan sudah tidak mengalami trauma gempa lagi. Subjek juga

menilai bahwa kemandirian sangat penting sehingga terus

mengupayakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

107

3) Sosial

Secara sosial subjek menilai dirinya belum cukup aktif dalam

kegiatan kemasyarakatan atau bersosialisasi. Namun subjek

memiliki pandangan positif tentang lingkungan sosialnya.

Hubungan dengan keluarga dinilai terjalin baik dan ada dukungan

serta pengertian terhadap dirinya. Subjek tampak bersenda gurau

dengan anak-istrinya. Subjek juga memandang masyarakat sekitar

memberi dukungan dan tampak bertegur sapa. Hubungan

dengan sesama penderita paraplegia cukup penting karena dapat

saling memberi dukungan.

4) Moral

Subjek memandang bahwa kondisi yang dialaminya sebagai

takdir yang harus diterima. Kondisi paraplegia tidak mengurangi

keimanan subjek sehinga tetap menjalanan aktivitas

keagamaannya meskipun hanya di rumah.

4. SUBJEK IV

a. Identitas Subjek

Nama : HY

Usia : 32 th

Alamat : Sewon, Bantul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

108

Jenis Kelamin : Perempuan

b. Hasil Wawancara

Subjek menilai terjadi perubahan kondisi fisiknya, yaitu timbulnya

rasa sakit yang luar biasa akibat dari kelumpuhan yang dialaminya.

Namun subjek menganggap rasa sakit dan panas tersebut menjadi hal

biasa setelah memahami tentang paraplegia. (Ft : 9-13)

Kalo dulu memang sakit luar biasa karena belum pernah mengalaminya ini termasuk hal baru termasuk penyakit yang baru juga yang belum pernah tahu apa artinya paraplegi itu sendiri, tapi sekarang rasa sakit paraplegi kan masih sakit, panas, belum terasa itu udah menjadi kebiasaan.

Subjek merasakan perubahan untuk bisa beradaptasi dengan hal-hal

yang baru, misalnya mencari jalan yang bisa akses untuk dirinya (Ft :

46-50)

saya mencoba untuk menerimanya apa adanya, tapi apa ya mungkin ada sedikit perubahan yang saya rasakan, karena untuk jalannya sendiri saja susah, jadi harus yang longgar jalannya, tapi saya rada santai saja, kalo bisa saya lewat situ, kalo tidak bisa cari jalan lain...gitu aja, tapi tidak dipikir berat-berat sama.

Penilaian subjek terhadap tubuh dan penampilan memang ada

perbedaan dengan orang lain tetapi hal tersebut dianggap cukup wajar

karena kondisinya saat ini yang lumpuh. Subjek menganggap

kondisinya yang memakai kursi roda sudah cukup membantu dalam

hal mobilitas (Ft : 52-68)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

109

Penampilannya memang apa ya? Mungkin dibikin enak aja, aku pikir orang lain berdiri, atau duduk, sedangkan aku sudah duduk, sudah duduk, istilahnya dikursi umumnya saja, apalagi bisa ke sana kemari, istilahnya kursi itu ga usah diangkat-angkat. Itu bisa membantu saya sendiri. Mungkin apa ya? kalo dibilang lumrah, memang sudah kondisinya kayak gini, mungkin memang sudah lumrah mungkin, tapi kalo dilihat dari kondisi masa lalu, yang bisa berjalan dulu, mungkin aneh...tapi kalo sekarang mungkin sudah yang terbaik mungkin.

Subjek menilai kondisi kakinya mengakibatkannya menjadi tidak

mampu untuk berjalan dan sangat memerlukan bantuan kursi roda.

Subjek juga mengeluhkan rasa panas yang tidak hilang di kaki

sehingga menggangu aktivitas. Tapi subjek berusaha mencari

aktivitas sebagai pengalih rasa sakit, seperti bermain ke tempat

tetangga, nonton tv, dan mengobrol dengan orang lain. (Ft : 15-28)

Ga, tapi bisa berjalan dengan bantuan kursi roda. mungkin masih merasakan panas terkadang, mengganggu pas ga ada aktivitas, jadi terganggu, tapi kalo pas ada aktivitas sudah terlupa. Sebenernya munculnya itu setiap waktu itu ada dari dulu sampai sekarang itu masih ada, tapi bisa terlupa jadi tidak fokus gitu kalo ada yang dikerjakan. Aktivitas sama main lah, nonton tv atau main itu, ngobrol dengan orang lain, itu bisa mengurangi juga.

Subjek menilai benda dan harta yang dimiliki lebih pada peranannya

terhadap aktivitasnya. Subjek sangat ingin untuk kembali beraktivitas

seperti sebelum lumpuh, seperti menghadiri hajatan. Hal ini

menyebabkan subjek ingin mengubah benda dan hartanya sehingga

dapat membantu aktivitas dan mobilitasnya. (Fh : 35-42)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

110

Masih, saya pengen, seperti biasanya, seperti orang pada umumnya, bisa aktivitas, umpamanya ke undangan, aku pengen punya motor yang ada roda tiganya itu yang buat kursi roda. Dulu khan mungkin motornya roda dua kan? Ha a jadi pengen yang modifikasi...ada tempat ruang yang bisa buat orang cacat seperti saya ini.

Penilaian subjek terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya

adalah subjek merasa makin terhambat karena akses yang banyak

tidak mampu dijangkau akibat keterbatasan fisiknya (Ee : 84-86)

Juga untuk aktivitas sehari-hari itu, juga apa? Sedikit ada hambatan, karena akses kondisis rumah, belum memadai untuk cuci piring, sama cuci baju itu belum ada tempat yang pas untuk kondisi saya yang seperti saat ini.

Subjek menilai emosinya menjadi lebih labil. Emosi yang labil ini

dipengaruhi oleh situasi, terlebih apabila sedang sendiri, sehingga

memikirkan kondisinya yang mengalami kecacatan. (Ee : 81-96)

Dilihat dari sekarang ini beda dari dulu, dari kalo kadang pas sendiri, ada sedihnya, tapi kalo, pas ngobrol dengan orang lain itu ada senengnya. Saya ga [agak tertawa] mikirnya itu, kok saya jadi kayak begini gitu? kenapa kok saya yang dapat musibah ini.

Subjek menilai bahwa dirinya merasa sedih karena kondisi

kelumpuhan yang dialaminya saat ini. Subjek pun mempertanyakan

mengapa dirinya mengalami musibah dan menjadi cacat. (Ee : 81 -96)

Dilihat dari sekarang ini beda dari dulu, dari kalo kadang pas sendiri, ada sedihnya, tapi kalo, pas ngobrol dengan orang lain itu ada senengnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

111

Saya ga..[agak tertawa] mikirnya itu, kog saya jadi kayak

begini gitu? kenapa saya yang dapat musibah ini.

Penilaian subjek tentang kemandirian, subjek berusaha untuk mandiri,

misalnya punya usaha mandiri berupa memulai usaha menjahit.

Namun masih belum mampu memberi pemasukan untuk keluarga

karena hampir tiadanya konsumen (Ee : 133-146)

usaha mandiri menjahit tapi juga belum lancar...masih dikit sekali kalo dibilang untuk apa? Ekonomi masih jauh sekali, tapi ya masih jauhlah, walau sudah berjalan sedikit, tapi masih jauh. Dari konsumennya sendiri.

Subjek memiliki perasaan cemas tentang masa depan. Subjek cemas

dalam membiayai anaknya walaupun tidak terlalu dipikirkan karena

subjek merasa pasti memperoleh jalan keluar atau solusi. Selain itu

juga subjek punya usaha mandiri yang diharapkan bisa mambantu

perekonomian keluarga (Ec : 125-128;133)

Kecemasan untuk masa depan itu, mungkin apa ya? Mungkin membiayai anak saya mungkin, tapi ga begitu cemas, ya dijalani apa adanya lah...pokoknya dijalani mengikuti waktu aja ga dipikir berat-berat, saya yakin pasti ada jalannya. Anak dan punya usaha mandiri.

Subjek menilai bahwa dirinya masih merasa trauma dengan gempa.

Subjek cukup tenang dan tidak takut berada di rumah sendiri kalau

tidak terjadi gempa. Jika subjek merasa takut maka biasanya detak

jantungnya meningkat dan berusaha mencari sumber ketakutannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

112

tersebut. Atau jika memang gempa, subjek berusaha untuk bisa keluar

dari rumah (Ee : 148-161)

Kalo ada gempa, mungkin ada deg-degan juga, tapi kalo ga ada seperti sekarang ini ya tenang aja. Ga begitu takut, apa lagi saya sudah terbiasa sendiri di rumah siang malam, itu sudah biasa sendirian. Mungkin aku berusaha mendengarkan semaksimal mungkin, apa getaran itu darimana kalo emang itu dari gempa ya berusaha keluar walaupun ga orang yang keluar menolong, hanya berusaha maksimal mungkin gitu..

Penilaian subjek terhadap kesedihan dan kecemasan yang dialami

adalah subjek sering menanyakan kepada diri sendiri mengapa dirinya

menjadi korban musibah gempa (Ee : 92-95, 184-186)

Saya ga..[agak tertawa] mikirnya itu, kok saya jadi kayak begini gitu? kenapa kok saya yang dapat musibah ini. Enggak, sepertinya baik-baik saja

Subjek menilai dirinya sekarang menjadi lebih rendah diri apabila

dibandingkan sebelum mengalami kelumpuhan bahkan

mengungkapkan keinginan untuk mati, dan subjek akan semakin

rendah diri jika sedang ada konflik dengan suami. Subjek merasa

bahwa dirinya menjadi beban bagi orang lain.(Ee : 162-179)

Emang berkurang dari keadaan normal dulu, sama dulu emang berkurang. Kalo dulu mungkin percaya diri, kalo sekarang percaya dirinya itu kuranglah. Kalo pas marahan [tertawa] pas rame itu. Kenapa saya tu apa ya? Apa memberatkan orang lain gitu? Kenapa ga mati saja? Ya berguna, tapi pas keadaan itu khan kadang kenapa saya itu menjadi beban orang lain gitu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

113

Kesiapan subjek untuk kembali ke masyarakat telah dilakukan dengan

berusaha menemui masyarakat sekitar rumahnya. Subjek juga

melakukan aktivitas di luar rumah dengan berbincang dengan

tetangga, biasanya aktivitas ini dilakukan setiap sore hari. Jadi subjek

menilai sudah terbiasa untuk bersosialisasi (Sk : 192-213; 274)

Liat kondisi karena kalo panas khan ga mungkin, aku khan kadang keluarnya sore gitu. Ya ngobrol, ikut nggosip. Udah biasa bersosialisasi

Penilaian subjek terhadap masyarakat adalah masyarakat atau orang

lain dinilai menjadi kasihan pada subjek, misalnya apabila ada hajatan

kadang-kadang tidak diundang atau tidak terlalu diharapkan

kedatangannya. Selain itu kurang aksesnya lingkungan turut

menghambat (Sk : 214-239)

Ngga tahu mungkin pandangan orang lain itu kasihan, biasanya khan ada udangan itu, lha aku ga kasih undangan ya udah mungkin apa ya? Mungkin orang lain merasa kasihan, kita ja mungkin gitu, jadi ga dikasih undangan gitu, mungkin kalo datang juga ga papa gitu, tapi biasanya aksesnya yang susah Rumahnya berbeda-beda, kebanyakan hampir susah semuanya.itu aku udah liat-liat dari jauh. Ya dilihat aksesnya itu tapi kalo pas gitu khan...lihat perkembangan, mungkin kalo kumpul-kumpul itu mungkin ada acara-acara apa-apa itu khan tahu gitu khan? Biasanya khan ada informasi tu khan biasanya ada

Penerimaan masyarakat terhadap subjek dinilai cukup bervariasi,

dimana ada yang menerima dan menolak. Tapi menurut subjek lebih

banyak mendukung daripada tidak. Subjek menilai masyarakat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

114

menolak banyak dilakukan dalam bentuk pembicaraan yang dianggap

menyinggung perasaan. Subjek pun merasa tidak perlu menanggapi

orang yang tidak mendukung dirinya (Sk : 242-270; 278-280)

Ya variasilah, kadang-kadang, ada yang apa? Kasihan melihatnya, trus dia bilang “ya diterima aja kalo gitu” tapi ada juga yang “kog kamu kemarin ga lari” gitu. Padahal aku kemarin tu dah mikirnya tu dah diluar jadi kenapa harus lari? Kalo lari khan masuknya ke dalam ke dalam sini, khan aku udah takut, aku ke dalam rumah itu udah takut, udah takut ke dalam rumah itu udah takut itu, tapi kog masih ada orang yang menyalahkan gitu lho. Ya mungkin ya mungkin udah rejeki saya gitu lho tapi kog masih ada orang yang gitu lho menyalahkan gitu. Khan ga tahu nasib orang kayak apa? Padahal saya tahu sendiri dia larinya ke mana tu aku tahu dia juga di longkangan kayak saya ini, cuman nasibnya dia aja mujur, ga ketimpa rubuhan tembok itu, sedangkan aku kena rubuhan tembok jadi khan nasib orang khan beda-beda. Kelihatannya banyak yang mendukung. Mungkin kasihan gitu. Cuman ada kayaknya tu. Ya beberapa aja, mungkin udah kebiasaan ngomong asal nyeplos gitu mungkin gitu tapi ya udah, aku kalo dia bilang gitu, aku cuman apa? Diem aja biasanya, tapi kalo pas butuh pertolongan ya aku minta aja pertolongan dia udah biarin aja kadang aku sakit hati, tapi dia belum tentu apa? Tahu kalo aku sakit hati gitukan? Jadi kalo dia ga tahu kenapa aku mikir ya? Kalo aku perlu minta tolong, ya aku bilang aja aku minta tolong gitu aja... Ya ada yang tidak suka begitu aja...biarin aja anggap angin lalu ya? Emang emang kadang sakit tapi udah ga usah dipikir emang dunia tu kayak gitu. Ada yang positif ada yang negatif.

Subjek menilai hubungan dengan lawan jenis atau suami menjadi

kurang mesra karena mereka tidak tidur dalam satu ranjang walaupun

tinggal dalam satu rumah. Subjek pisah tempat tidur karena

membutuhkan tempat untuk memutar badan, sedangkan suami sering

lelah setelah bekerja sehingga subjek tidak ingin mengganggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

115

istirahat suami. Hubungan intim dengan suami dan dalam keluarga

tetap tidak ada masalah. Suami subjek bisa menerima keadaan subjek

apa adanya sehingga subjek tidak mempermasalahkan hal tersebut.

(Sk : 299-334)

Ya masih mesra tapi ya ada bedanya[tertawa] Kalo dulu satu ranjang kalo sekarang beda ranjang ya itu yang membedakan yang mengurangi kemesraan. We repot mas, miring-miringnya khan ganti-ganti kiri kanan kiri kanan.Ya ganggu, ya kalo wong kerja wira apa usaha yang swasta gitu istilahnya, bukan pegawai negeri pegawai negeri ga ga capeknya itu kalo orang capek khan? Harusnya tidur yang enak istilahnya, artinya tidak terganggu. Jadi sempit mungkin, jadi kalo punya tempat tidur besar, ya aku dikasih tempat tidur besar, nantikan khan tidurnya seranjang lagi, ruangannya yang jadi sempit .Engga, sepertinya suami sudah tahu kondisi saya, jadi sepertinya dia sudah menerima apa adanya. Saya sepertinya ini tergantung sama suami kok, suami enak, saya enak aja gitu aja karena kondisiku kayak seperti ini.

Hubungan subjek dengan keluarga, subjek merasa didukung, subjek

merasa dibantu ketika membangun kamar mandi dan memasak (Sk :

293-296)

Selama ini sering juga dibantu, waktu mungkin pas mbangun kamar mandi ini, dulu juga sering dibantu masak-masak gitu. Mungkin mendukung.

Subjek menilai hubungan dengan sesama penderita paraplegia

dibutuhkan karena timbul perasaan senasib dan sependeritaan.

Demikian juga dengan masyarakat juga diperlukan karena subjek

merasa membutuhkannya. Subjek memiliki banyak teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

116

sependeritaan, dimana komunikasi dilakukan dengan menggunakan

handphone (Sp : 362-374)

Karena kalo sependerita itu senasib lah istilahnya, kalo sama masyarakat itu saya juga masih membutuhkan orang lain juga gitu. Masih berhubungan dengan temen-temen sependeritaan telepon.

Subjek menganggap membutuhkan untuk berhubungan dengan bukan

penderita paraplegia untuk memperoleh informasi-inormasi. (Sp: 233-

237, 364-366)

Biasanya khan ada informasi tu khan biasanya ada, biasanya cuman ngobrol dengan tetangga-tetangga itu tadi [tertawa]. kalo sama masyarakat itu saya juga masih membutuhkan orang lain juga gitu.

Pengalaman menjalankan aktivitas agama adalah subjek sudah

memulai untuk menjalankan aktivitas keagamaanya, walaupun hanya

di rumah (Ma : 108-111; 120)

Untuk aktivitas keagamaan sekarang saya sudah memulai, menjalani seperti biasanya. Saya masih menjalankan di rumah.

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yaitu subjek tidak

terlalu mempersoalkan peraturan yang diwajibkan, tetapi berusaha

menjalankan walaupun tidak bisa penuh. Misalnya subjek tidak bisa

bersih untuk menjalankan aktivitas agama, tetapi subjek percaya

Tuhan bisa memahami hal tersebut (Mi :111-116)

Menerima apa adanyalah, kalo dulu khan, harus itu harus bersih total, kalo secara agama islam khan wudhu itu, suci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

117

dari najis, najis kecil hadas, itu harus bersih. Tapi sekarang,

dulu kurang percaya diri, tapi kalo sekarang sudah bisa menerima ya? Mungkin tuhan udah tahu apa adanya saya ini sekarang sakit kayak gini emang ga bisa kayak dulu lagi bersih total.

Subjek menilai bahwa Tuhan sudah mempunyai rencana untuk

dirinya sehingga tidak perlu menyalahkan Tuhan atas apa yang

dialaminya sekarang (Ma : 98-101)

Menurut saya, Tuhan itu punya rencana tersendiri pada seseorang. sudah tertulis dari sananya besok kayak apa, sekarang kayak apa, dan matinya pun bagaimana jalannya, saya yakin sudah tertulis dari sananya.

c. Hasil Observasi

1) Aspek Fisik

Observer 1 : Subjek nampak sehat, dan banyak melakukan

aktivitas di atas kursi roda. Subjek perlu dimotivasi untuk hal-hal

tertentu, saat itu subjek nampak tidak berani menuruni turunan di

samping rumah, akan tetapi subjek setelah dimotivasi akhirnya

mampu melakukan sendiri dan subjek nampak senang setelah

berhasil.

Observer 2 : Subjek terlihat lemah dengan duduk di kursi roda.

Ekspresi wajah terlihat kurang cerah. Subjek tidak terlalu

mengeluhkan kondisi fisiknya. Subjek memiliki fasilitas mesin

jahit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

118

2) Aspek Psikis

Observer 1 : Subjek senang, ketika diajak berbicang-bincang,

kadang-kadang subjek menahan menangis ketika membicarakan

tentang dirinya yang terkena gempa, walaupun sesekali, subjek

bercanda dalam menanggapi wawancara.

Observer 2 : Ekspresi wajah subjek tampak menunjukkan

kesedihan. Pasien menangis ketika menceritakan kondisinya dan

pengalaman gempa. Kamar mandi terlihat sangat akses.

3) Aspek Sosial

Observer 1 : Pada saat peneliti sampai ditempat subjek, subjek

sedang bercakap-cakap dengan orang tetangganya, dan kemudian

menyambut kedatangan peneliti. Letak rumah berdekatan dengan

tetangga.

Observer 2 : Subjek sedang sendiri dan suaminya sedang bekerja.

Subjek terlihat lebih sering berada di dalam rumah dan tidak ada

keinginan untuk keluar rumah atau bermain ke rumah tetangga

pada siang hari. Lingkungan cukup akses bagi subjek sebagai

pengguna kursi roda karena jalanan telah rata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

119

4) Aspek Moral

Observer 1 : subjek menyediakan air minum, kepada orang yang

kebetulan mengganti sarung kasur dan menyuruhnya untuk

minum dahulu.

Observer 2 : Subjek tampak tidak menjalankan ibadah sholat

karena sedang menstruasi. Letak masjid dekat dengan rumah

subjek.

d. Kesimpulan Tes Grafis

1) Fisik : Subjek mengalami konflik dengan tubuh terutama kaki,

sehingga subjek kurang merasakan kepuasan fisik. Subjek

berusaha untuk menunjukkan kekuatan fisiknya, terutama dalam

hal dorongan motorik, sehingga subjek nampak memiliki aktivitas

yang kuat, akan tetapi subjek juga suka memaksakan diri,

sehingga tidak efisien.

Emosi : Subjek, memiliki trauma, konflik, kecemasan depresi,

sehingga subjek tidak stabil, impulsive, mudah frustasi dan

sensitif. subjek kurang matang secara emosional dan kurang

ketegasan diri. Namun demikian subjek memiliki sesuatu yang

menentramkan dan subjek ingin kemantapan oleh adanya

gangguan yang dihasilkan oleh konflik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

120

2) Sosial : Subjek mudah menyesuaikan diri, optimis, kontak sesuai

dengan realitas, dan respek terhadap lingkungan. Subjek juga

dipengaruhi masa lalu, sehingga subjek senang menyembunyikan

problem dan terlalu menghubungkan segala sesuatu ke dalam

dirinya, kurang percaya diri, dan merasa tergantung. Hal ini yang

menyebabkan pergaulan subjek bagus tapi masih kekanak-

kanakan. subjek merasa dirinya kurang berperan dalam keluarga,

kurang dipercaya, sehingga perhatian subjek lebih besar di luar

keluarga. dalam relasi keluarga, subjek lebih fokus pada figur ibu

hal ini disebabkan figur ayah otoriter, menguasai, galak dan

kurang memberi kesempatan. Namun demikian subjek juga

merasa bahwa peran ibu di rasa kurang dan kurang diterima oleh

ibu.

3) Kognitif : Subjek kurang punya dorongan prestasi hal ini

mungkin disebabkan subjek secara intelegensi kurang dan abstrasi

jelek, sehingga tujuan yang dilakukan oleh subjek tidak jelas.

e. Dinamika Tiap Aspek pada Subjek

1) Fisik

Subjek memandang terjadi perubahan ke arah negatif pada

fisiknya. Subjek memandang bahwa sekarang dirinya menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

121

tidak lagi mampu berjalan dan sering merasaan sakit.

Penampilannya juga berubah karena adaya ketergantungan

terhadap kursi roda. Subjek pun mementingan fungsi untuk

membantu aktivitas dan mobilitas dalam memandang harta benda.

Namun subjek memiliki pandangan positif tentang penggunaan

kursi roda sebagai hal yang wajar untuk penderita paraplegia

2) Psikis

Subjek menilai emosinya masih labil karena adanya perasaan

sedih, kecemasan terhadap masa depan dan perasaan rendah diri.

Subjek bahkan pernah ingin bunuh diri karena belum bisa

menerima kondisi paraplegia. Subye juga masih merasa trauma

terhadap suara-suara keras seperti gempa. Kondisi paraplegia

membuat subjek merasa kurang mampu dan terbatas aktivitanya

karena belum cukup mandiri.

3) Sosial

Pandangan negatif subjek adalah tentang terjadinya perubahan

dalam hubungannya dengan suami. Subjek tidak lagi tidur

seranjang dengan suami tetapi sendiri. Pandangan masyarakat pun

dinilai berubah menjadi adanya perasaan kasihan terhadap subjek.

Secara umum subjek memiliki pandangan positif terhadap

keluarga dan masyarakat karena dianggap memberi dukungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

122

Hubungannya dengan sesama penderita paraplegia juga dinilai

penting untu saling memberi dukungan.

4) Moral

Subjek menilai kondisi paraplegia yang dialaminya sebagai

rencana Tuhan. Subjek pun masih menjalankan aktivitas

keagamaan walaupun di rumah. Subjek juga mengalami

perubahan pandangan dalam menjalanan ativitas keagamaan,

dimana subjek tidak terlalu memegang teguh aturan. Misal

kebersihan untuk menjalankan sholat.

Tabel Ringkasan Data Hasil Penelitian

Aspek Subyek I Subyek II Subyek III Subyek IV 1. Aspek Fisik

a. Perubahan Fisik

Subyek menilai dirinya mengalami perubahan fisik sehingga sekarang mengalami kesulitan untuk bepergian atau mobilitas karenamembutuhkan alat bantu. (t : 3-5)

subyek menganggap ada perubahan yang jauh sekali pada kondisi fisiknya, antara yang dulu mampu berjalan dengan yang sekarang menjadi tidak bisa jalan. Subyek mengeluhkan tentang rasa sakit yang terus-menerus yang tidak kunjung sembuh atau menghilang sehingga mengganggu aktivitasnya, seperti aktivitas tidur. Hal ini ini diperburuk jika fisik subyek sedang tidak sehat dan terlalu capek, sakitnya tidak berkurang. (t : 8-63, 110-114)

Subyek menilai terjadi perubahan terhadap kondisi fisiknya terutama pada bagian kaki, dimana awalnya tidak mampu berdiri tetapi sekarang mampu berdiri dengan alat bantu kruk. Subyek mengeluhkan tentang rasa sakit yang terus-menerus dirasakan pada bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan sehingga aktivitasnya. Subyek berupaya menekan sakit pada kakinya tersebut dengan mendiamkan atau memijat-mijatnya dan tidak mengkonsumsi obat

Subyek menilai terjadi perubahan kondisi fisiknya, yaitu timbulnya rasa sakit yang luar biasa akibat dari kelumpuhan yang dialaminya. Namun subyek menganggap rasa sakit dan panas tersebut menjadi hal biasa setelah memahami tentang paraplegia. (t : 9-13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

123

penekan rasa sakit supaya tidak mengalami ketergantungan terhada obat (t : 7 - 40)

b. Tubuh dan Penampilan

subyek merasa terganggu dengan penampilan yang sekarang karena aktivitas menjadi terhambat dan merasa risih

subyek mengungkapkan bahwa dirinya tidak terlalu mementingkan penampilan. Subyek lebih mementingkan bagaimana mengatasi dirinya sendiri . Subyek juga tidak terlalu khawatir menjadi bahan pembicaraan orang lain menyangkut penampilannya yang berubah karena merasa memang dirinya ada perubahan. (s : 118-137)

Penilaian subyek terhadap tubuh dan penampilan adalah merasa percaya diri. Subyek merasa tidak terganggu dan menjadi rendah diri terhadap kondisi kelumpuhannya saat ini (s: 44 - 50).

Penilaian subyek terhadap tubuh dan penampilan memang ada perbedaan dengan orang lain tetapi hal tersebut dianggap cukup wajar karena kondisinya saat ini yang lumpuh. Subyek menganggap kondisinya yang memakai kursi roda sudah cukup membantu dalam hal mobilitas (s : 52-68)

c. Kondisi Kaki subyek merasa kesakitan terhadap kakinya, dan subyek sampai menangis jika tidak mampu menahan rasa sakitnya dan melakukan terapi sendiri untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan

subyek dulu mampu berjalan tetapi sekarang tidak mapu lagi. Subyek mengeluhkan kakinya yang terus-menerus merasakan sakit yang tidak kunjung sembuh atau menghilang sehingga cukup mengganggu aktivitasnya, misalnya tidur dan aktivitas yang lain (t : 8-63, 110-114)

subyek merasa ada harapan untuk sembuh, tinggal semangat untuk berlatih semaksimal mungkin. Subyek merasa ada perubahan dengan kondisi kakinya, walaupun tergantung dengan kondisi emosi ketika berlatih, dimana jika sedang semangat maka kaki terasa enak untuk diajak berlatih berjalan (t : 52-64).

Subyek menilai kondisi kakinya mengakibatkannya menjadi tidak mampu untuk berjalan dan sangat memerlukan bantuan kursi roda. Subyek juga mengeluhkan rasa panas yang tidak hilang di kaki sehingga menggangu aktivitas. Tapi subyek berusaha mencari aktivitas sebagai pengalih rasa sakit, seperti bermain ke tempat tetangga, nonton tv, dan mengobrol dengan orang lain. (t : 15-28)

d. Harta dan Benda

subyek menganggap kebutuhan tidak berubah, hanya mengganti kebutuhan yang paling penting untuk mendukung kemandiriannya. Subyek juga menilai kemandirian penting sehingga dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya karena apabila tergantung orang lain pemenuhan kebutuhan seringkali

subyek merasa masih menginginkan barang-barang yang dapat memberi penghiburan bagi dirinya. Selain barang-barang itu subyek tidak terlalu menginginnya. (h : 150-163)

Penilaian subyek terhadap benda dan harta yang dimiliki tidak terjadi perubahan. Subyek juga masih merasa yakin kalau akan kembali mampu untuk mengendarai sepeda motor seperti sbelum mengalami kelumpuhan (h : 69-75)

Subyek menilai benda dan harta yang dimiliki lebih pada peranannya terhadap aktivitasnya. Subyek sangat ingin untuk kembali beraktivitas seperti sebelum lumpuh, seperti menghadiri hajatan. Hal ini menyebabkan subyek ingin mengubah benda dan hartanya sehingga dapat membantu aktivitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

124

tidak sesuai (h : 38-54) mobilitasnya. (h : 35-

42)

e. Keterbatasan Fisik

subyek merasa menjadi tidak mampu beraktivitas seperti sebelum mengalami paraplegia. Hal tersebut mempengaruhi secara emosional sehingga subyek memiliki perasaan marah, jengkel, putus asa, ingin bunuh diri, dan merasa tidak berguna (t : 57-63)

subyek mengungkapkan bahwa dirinya hanya bisa pasrah dengan kondisi selalu duduk di kursi roda dan kesulitan untuk bepergian. Subyek juga menilai bahwa aktivitas yang dulu mampu dilakukannya sekarang banyak yang sudah tidak mampu dilakukan lagi sehingga banyak dibantu orang lain atau ada ketergantungan dengan orang lain (t: 13-15, 237-241, 248-251)

Penilaian terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya, subyek menilai bahwa dirinya harus kembali mampu melakukan aktivitas seperti sebelum mengalami paraplegia, misal mengendarai sepeda motor (t: 72-73)

Penilaian subyek terhadap ketidakmampuan dan keterbatasan fisiknya adalah subyek merasa makin terhambat karena akses yang banyak tidak mampu dijangkau akibat keterbatasan fisiknya (e : 84-86)

2. Psikis a.

Emosi/Perasaan

Penilaian subyek terhadap emosinya adalah adanya perasaan sedih. Subyek akan menangis bila merasa sendiri atau teringat situasi atau aktivitas sebelum mengalami paraplegia, seperti jalan-jalan. Hal ini memicu timbulnya perasaan jengkel atau marah, trauma, bahkan pernah ingin bunuh diri (e: 59-61, 64-76) Penilaian subyek terhadap perasaannya dianggap stabil karena memiliki motivator dan kontrol dalam figur seorang anaknya. Subyek merasa kasihan kepada anaknya bila perasaannya labil. Penilaian orang lain juga mengatakan bahwa subyek stabil (e : 78-84)

Subyek menilai kondisi emosinya masih cukup stabil, terlebih bila ada yang menemaninya setiap saat seperti anak atau istri. Subyek akan terpancing emosinya bila meminta pertolongan tetapi tidak segera mendapat pertolongan. Subyek menilai dirinya menjadi manja setelah mengalami paraplegia.. Wujud emosi yang dikeluarkan oleh subyek yaitu dengan marah-marah. (e : 66-98)

Subyek menilai emosinya menjadi lebih labil, misalnya jika istri membuat masalah yang meyinggung peran subyek sebagai kepala keluarga. Permasalahan yang dihadapi oleh subyek menjadi sensitif, walaupun hanya masalah kecil. (e: 79-89)

Subyek menilai emosinya menjadi lebih labil. Emosi yang labil ini dipengaruhi oleh situasi, terlebih apabila sedang sendiri, sehingga memikirkan kondisinya yang mengalami kecacatan. (e : 81-96)

b.Kemandirian subyek belum sepenuhnya bisa mandiri untuk hal-hal tertentu, tetapi subyek berusaha untuk mampu mandiri agar tidak membebani orang lain (e : 87-100)

adanya harapan dari keluarga agar subyek menjadi mandiri tetapi subyek merasa ada beberapa hal yang masih perlu bantuan. (t: 360-363)

Subyek menilai pentingnya kemandirian. Hal tersebut membuat subyek berupaya untuk lebih kreatif menggunakan tubuh yang masih aktif, terutama dalam upaya untuk

subyek berusaha untuk mandiri, misalnya punya usaha mandiri berupa memulai usaha menjahit. Namun masih belum mampu memberi pemasukan untuk keluarga karena hampir tiadanya konsumen (e : 133-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

125

kembali mencari nafkah (t: 191-195)

146)

c. Kecemasan terhadap Masa Depan

Subyek memiliki perasaan merasa cemas terhadap masa depannya karena status subyek yang singel parent sehingga khawatir tidak mempunyai cukup penghasilan untuk membiayai pendidikan anak. Meskipun saat ini subyek telah berusaha untuk memperoleh penghasilan dengan membuat kerajinan, yang pernah diajarkan oleh LSM seperti dompet atau boneka, tetapi subyek memiliki kecemasan sebab belum memperoleh pasar yang pasti terhadap produk-produk kerajinannya tersebut walaupun sudah menghubungi pihak-pihak tertentu yang memungkinkan. Subyek merasa terkurangi bebannya jika sudah mendapatkan pasar untuk kerajinannya. (c : 111-141)

Perasaan cemas tentang masa depan dialami oleh subyek karena merasa tidak cukup mampu lagi menafkahi keluarga. Akan tetapi, subyek masih berusaha mencoba kembali mencari penghasilan dengan tetap menekuni usaha dulu sebagai tukang servis barang elektronika. Aktivitas tersebut dilakukan juga untuk usaha mengalihkan perhatian dari rasa sakit (panas) yang dialaminya (c: 102-114)

Subyek memiliki perasaan cemas terhadap masa depannya. Subyek menilai bahwa dirinya perlu untuk berjuang membangkitkan hidup. Subyek juga optimis dalam memandang kegagalan dan keberhasilan, dimana keberhasilan dalam hidup pasti akan dialami meskipun mengalami berbagai kegagalan (c : 96-104)

Subyek memiliki perasaan cemas tentang masa depan. Subyek cemas dalam membiayai anaknya walaupun tidak terlalu dipikirkan karena subyek merasa pasti memperoleh jalan keluar atau solusi. Selain itu juga subyek punya usaha mandiri yang diharapkan bisa mambantu perekonomian keluarga (c : 125-128;133)

d. Trauma dirinya masih merasa sangat trauma terhadap gempa, terutama jika ada kondisi yang mirip dengan gempa seperti truk berat lewat. Subyek biasanya akan merasa detak jantung bertambah kencang dan terdiam. Namun demikian subyek akan berzikir untuk mengurangi rasa takut kemudian akan minum jika sudah tenang (e : 143-52)

Subyek masih merasakan trauma sekali terhadap gempa. Subyek merasa jantungnya berdetak lebih cepat dan tubuh menjadi gemetar apabila ada hal yang dianggap oleh subyek mirip dengan gempa. Subyek takut dengan gempa karena subyek masih merasa ingin hidup, tetapi subyek cukup pasrah dengan keadaan jika tidak terkendali,. Subyek merasa terkejut jika sedang tidur mendengar suara yang keras karena teringat suara (e : 165-197)

Subyek menilai bahwa dirinya sudah tidak mengalami trauma terhadap kegempaan lagi. Subyek sudah merasa terbiasa mengalami gempa (e : 96-97)

Subyek menilai bahwa dirinya masih merasa trauma dengan gempa. Jika subyek merasa takut maka biasanya detak jantungnya meningkat dan berusaha mencari sumber ketakutannya tersebut. Atau jika memang gempa, subyek berusaha untuk bisa keluar dari rumah (e : 148-161)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

126

e. Kesedihan subyek merasa punya

kesedihan dan kecemasan akibat kondisi kelumpuhan yang dialaminya. Subyek berusaha mengantisipasi perasaan tersebut dengan menjalin relasi dengan teman-teman melalui handphone agar tidak kesepian dan membaca komik (e:154–166)

Subyek merasa sedih karena kondisinya tidak akan mengalami perubahan. Subyek sebenarnya masih memiliki harapan agar dapat berjalan lagi. (c: 199-210)

Kesedihan yang dialami oleh subyek dinilainya dalam taraf yang lumrah (biasa) saja. Subyek tidak memiliki kesedihan atau ketakutan sejak awal dan menanggapi kondisinya dengan lapang dada (c : 113-118)

Subyek menilai bahwa dirinya merasa sedih karena kondisi kelumpuhan yang dialaminya saat ini. Subyek pun mempertanyakan mengapa dirinya mengalami musibah dan menjadi cacat. (e : 81 -96)

f. Rendah Diri dan Putus Asa

subyek merasa sebelum masuk ke Pusat Rehabilitasi Yakkum memiliki perasaan rendah diri dan putus asa hingga ingin bunuh diri. Tetapi setelah dirawat di Pusat Rehabilitasi Yakkum, subyek merasa tidak sendirian sebagai korban gempa yang mengalami paraplegia dan merasa lebih percaya diri dan pasrah dengan kondisinya. (e : 168-188)

Subyek menilai dirinya merasa putus asa karena sudah lebih dari satu tahun belum memperoleh perubahan fisik atau kesembuhan. Subyek juga pernah punya niat untuk bunuh diri karena keputusasaannya. Subyek pun merasa rendah diri, terutama ketika tidak lagi mampu melakukan tugasnya yang seperti dulu dan tugas tersebut dikerjakan oleh istri atau anaknya (e : 199-262)

Subyek menilai bahwa dirinya tidak memiliki perasaan rendah diri dan putus asa. Subyek menilai dirinya merupakan pribadi yang memiliki kepercayaan diri (e : 110-12)

Subyek menilai dirinya sekarang menjadi lebih rendah diri apabila dibandingkan sebelum mengalami kelumpuhan bahkan mengungkapkan keinginan untuk mati, dan subyek akan semakin rendah diri jika sedang ada konflik dengan suami. Subyek merasa bahwa dirinya menjadi beban bagi orang lain.(e : 162-179)

3. Sosial

a. Kesiapan untuk Bermasyarakat

subyek merasa siap karena subyek merasa masyarakat dapat menerima dirinya (k:191-193)

subyek merasa masih belum siap dan jarang keluar karena adanya hambatan dari diri dan lingkungan. Hambatan dari diri yaitu subyek belum mampu untuk menahan rasa sakit, sedangkan dari lingkungan yaitu akses yang minim sehingga subyek tidak bisa mengunjungi tetangga. (t : 265-277)

Subyek menilai memiliki kesiapan untuk kembali ke masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena subyek merasa sudah terbiasa untuk kembali bermasyarakat sejak mengalami kelumpuhan, seperti berkumpul atau berbincang-bincang dengan, sehingga tidak ada perubahan (k : 120-121)

Kesiapan subyek untuk kembali ke masyarakat telah dilakukan dengan berusaha menemui masyarakat sekitar rumahnya. Subyek juga melakukan aktivitas di luar rumah dengan berbincang dengan tetangga, biasanya aktivitas ini dilakukan setiap sore hari. Jadi subyek menilai sudah terbiasa untuk bersosialisasi (k : 192-213; 274)

b. Lingkungan Subyek menganggap ligkungannya kurang mendukung untuk pengguna kursi roda sehingga menghambat aktivitasnya, misal

Subyek menilai lingkungannya kurang mendukung penderita paraplegia untuk bermasyarakat

Subyek menilai lingkungan kurang akses untuk pengguna kursi roda (n: 52-53)

Subyek menganggap lingkungan kurang akses untuk pengguna kursi roda dan rumah tetangga agak berjauhan (n: 217-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

127

jalan yang kurang rata. (n: 8-10)

karena kurang akses untuk pengguna kursi roda (k: 270-273).

221)

c. Sikap Masyarakat

masyarakat mendukungnya dan memberi semangat bagi kesembuhannya, bahkan perhatian yang diberikan dianggap lebih banyak dibanding sebelum subyek mengalami paraplegia (k :197-218)

tidak ada dukungan dari masyarakat misalnya tetangga tidak menjenguk dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Subyek menilai masyarakat memiliki pandangan negatif terhadap penyandang cacat karena tidak bisa diandalkan sehingga kurang atau tidak diajak dalam kegiatan kemasyarakatan. Subyek pun menilai dirinya dikucilkan karena merasa tidak ditegur oleh tetangga. (k : 280-302)

masyarakat banyak yang mendukung subyek dengan menyapa subyek, dan bertanya perkembangan kesembuhan subyek (k : 137-148)

Penerimaan masyarakat terhadap subyek dinilai cukup bervariasi, dimana ada yang menerima dan menolak. Tapi menurut subyek lebih banyak mendukung daripada tidak. Subyek menilai masyarakat yang menolak banyak dilakukan dalam bentuk pembicaraan yang dianggap menyinggung perasaan. (k : 242-270; 278-280)

d. Hubungan Lawan Jenis

subyek merasa masih mempunyai perasaan yang sama (suka) terhadap lawan jenis, walaupun terkadang membuat subyek merasa rendah diri jika lawan jenis sudah mengajak ke jenjang yang lebih serius karena subyek merasa akan menjadi beban bagi pasangannya. Subyek sekarang ingin menjalin relasi dengan lawan jenis sebatas sebagai teman saja,kalau pun ingin hubungan yang lebih serius maka subyek ingin pasangannya bisa menerima kondisinya (l: 223-250)

Subyek menganggap hubungan intim dengan istri telah berkurang tingkat kemesraannya. Subyek sudah tidak dapat merasakan kenikmatan sepenuhnya hubungan suami-istri. Subyek menilai hanya tinggal sepuluh persen rasa nikmat dari bermesraan dan bercumbu karena subyek sudah tidak mampu ereksi lagi. Subyek sudah mencoba berbagai cara berbeda dalam berhubungan seks tetapi tidak berhasil karena tidak dapat menikmatinya. Namun menurut subyek, kondisi ini tidak mempengaruhi istri sehingga ingin meninggalkannya ( k : 317-356)

Subyek menilai pandanganya terhadap lawan jenis, khususnya dengan istri, tidak ada perubahan. Hubungan intim juga tidak ada permasalah, karena istri subyek memahami keadaan suami sehingga bisa menerima keadaan suami. Relasinya dengan anak juga tidak mengalami hambatan karena anak cukup memahami kondisi subyek (k : 157-186).

Subyek menilai hubungan dengan lawan jenis atau suami menjadi kurang mesra karena mereka tidak tidur dalam satu ranjang walaupun tinggal dalam satu rumah. Subyek pisah tempat tidur karena membutuhkan tempat untuk memutar badan, sedangkan suami sering lelah setelah bekerja sehingga subyek tidak ingin mengganggu istirahat suami. Hubungan intim dengan suami dan dalam keluarga tetap tidak ada masalah. Suami subyek bisa menerima keadaan subyek apa adanya sehingga subyek tidak mempermasalahkan hal tersebut. (k : 299-334)

e.Hubungan Keluarga

Subyek merasa memiliki hubungan yang baik dengan keluarga. Meskipun saudara subyek, yang

Hubungan subyek dengan keluarga, terutama dengan istri dan anak, dinilainya tidak ada

Subyek menilai hubungannya dengan keluarga tidak mengalami permasalahan sebab

Hubungan subyek dengan keluarga, subyek merasa didukung, subyek merasa dibantu ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

128

kesemuanya laki-laki, kurang perhatian tetapi menurut subyek laki-laki memang kurang peduli dan saudaranya sudah punya keluarga sendiri-sendiri. Selain itu sikap saudaranya tersebut sudah sudah terjadi sebelum subyek mengalami kelumpuhan sehingga bagi subyek tidak masalah. Subyek merasa bahwa dirinya yang harus beradaptasi dengan kondisinya. (k :258-281)

perubahan terutama karena perannya sebagai ayah masih diakui walaupun subyek sekarang lumpuh. Namun subyek menilai keluarga besarnya kurang memberi dukungan dengan alasan tidak diketahui secara jelas. Sedangkan dari keluarga besar dari pihak subyek atau istri tidak ada bantuan apapun baik material atau non material (k : 359-379)

tidak ada perubahan mencolok dalam memberi perlakuan terhadapnya (e : 149-154)

membangun kamar mandi dan memasak (k : 293-296)

f. Hubungan dengan Sesama Penderita Paraplegia

Hubungan dengan teman sependeritaan, menurut subyek baik sehingga dapat saling dukung dan berbagi pengalaman. Subyek merasa senang sekali karena adanya kesempatan untuk bertemu teman sependeritaan yang difasilitasi oleh LSM (p : 283-297)

Hubungan dengan teman sependeritaan masih dilakukan oleh subyek walaupun hanya satu sampai dua orang saja. Relasi dengan sesama penderita paraplegia ini dipandang penting subyek karena bisa saling mendukung, sharing tentang keluhan yang dirasakan dan merasa tidak sendiri (p : 408-416)

Subyek menilai lebih memilih lebih dekat berhubungan dengan teman sependeritaan. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan sependeritaan sehingga diharapkan mampu saling memberi motivasi atau penguatan ( p : 234-242)

Subyek menilai hubungan dengan sesama penderita paraplegia dibutuhkan karena timbul perasaan senasib dan sependeritaan. Subyek memiliki banyak teman sependeritaan, dimana komunikasi dilakukan dengan menggunakan handphone (k : 362-374)

g. Hubungan dengan Bukan Penderita Paraplegia

subyek merasa terdukung dan memberi semangat bagi kesembuhan subyek. Mereka pun menjadi lebih memperhatikan subyek daripada sebelum mengalami kelumpuhan (k :197-218)

Subyek menilai orang yang bukan penderita paraplegia bersikap acuh tak acuh terhadapnya (n: 419-426)

Hubungan subyek dengan lingkungan bukan penderita paraplegia dinilainya cukup baik karena banyak yang memberi dukungan bagi kesembuhannya. Namun subyek merasa kesusahan untuk aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sehingga sering diwakilkan oleh istrinya (n: 126146)

Subyek menganggap membutuhkan untuk berhubungan dengan bukan penderita paraplegia untuk memperoleh informasi-inormasi. (n: 233-237, 364-366)

4. Moral a. Aktivitas

Keagamaan aktivitas agama masih dilakukan subyek dengan baik. Subyek masih melaksanakan

Subyek mengungkapkan bahwa dirinya tetap melakukan aktivitas

Subyek masih cukup rajin untuk menjalankan aktivitas

Pengalaman menjalankan aktivitas agama adalah subyek sudah memulai untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

129

sholat dan membaca Al Quran, walaupun sekarang aktivitas keagamaan banyak dilakukan di rumah dan tidak terlalu dipaksakan sesuai dengan kondisi tubuh. Misal subyek tetap puasa jika merasa mampu melakukannya (a : 300-312)

agama seperti sholat tetapi hanya di rumah dan di kursi roda. Subyek tidak ke masjid karena rasa sakit dapat menyerang tiba-tiba sehingga mengganggu konsentrasi (a : 467-478)

keagamaan, namun subyek juga memiliki ketergantungan terhadap orang lain untuk pergi ke tempat ibadah (gereja). Apabila tidak pergi beribadah pun maka subyek akan dikunjungi pemimpin agama. ( a : 244-246)

menjalankan aktivitas keagamaanya, walaupun hanya di rumah (a : 108-111; 120)

b. Nilai Kehidupan yang Dianut

subyek memiliki motto berjiwa besar dan pantang menyerah. Subyek selalu mengingat jika merasa tidak berdaya. Motto tersebut membantu subyek untuk mencari solusi apabila muncul masalah. (i : 319-336)

subyek menilai bahwa bencana gempa yang terjadi merupakan takdir yang harus diterima sehingga tidak bisa diubah (i: 493-497)

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yaitu bahwa kondisi apapun dari Tuhan harus diterimanya karena tidak bisa memilih (i : 263-266)

Penilaian terhadap nilai-nilai hidup yang dianut yaitu subyek tidak terlalu mempersoalkan peraturan yang diwajibkan, tetapi berusaha menjalankan walaupun tidak bisa penuh. Misalnya subyek tidak bisa bersih untuk menjalankan aktivitas agama, tetapi subyek percaya Tuhan bisa memahami hal tersebut (i :111-116)

c. Penilaian terhadap Tuhan

subyek pernah menyalahkan Tuhan dengan membandingkan orang lain terhadap dirinya. Akan tetapi subyek merasa yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana terhadap dirinya, sehingga subyek mencoba sabar terhadap pengalaman-pengalaman yang tidak enak yang harus dihadapinya. Subyek tidak terlalu menyalahkan Tuhan, buktinya subyek masih meminta kesembuhan padaNya walaupun sampai sekarang belum diberikan (a : 341-370)

Penilaian subyek terhadap Tuhan adalah bahwa bencana dan kondisi yang dialami dinilai sebagai suatu peristiwa yang adil menurut Tuhan atau sebagai suatu takdir yang tidak bisa diubah. Tuhan tidak memberi hukuman karena semua orang menjadi korban gempa dan tidak memilih-milih. (a : 483-509)

Penilaian subyek terhadap Tuhan menyangkut kondisi yang dialaminya sekarang adalah subyek bahwa apa yang dialaminya adalah takdir. Hal tersebut membuat subyek harus menerima keadaan tersebut (a : 252-256)

Subyek menilai bahwa Tuhan sudah mempunyai rencana untuk dirinya sehingga tidak perlu menyalahkan Tuhan atas apa yang dialaminya sekarang (a : 98-101)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

130

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Aspek Fisik

Wenner (1999) menjelaskan bahwa akibat dari kerusakan sumsum

tulang belakang adalah kehilangan kontrol gerak dan perasa serta kemungkinan

akan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai. Semua subjek

mengungkapkan bahwa paraplegia menyebabkan kaki mereka mengalami

perubahan menjadi terkulai dan tidak merasakan sentuhan sehingga mereka

tidak bisa pergi ke mana-mana dengan kelumpuhannya sekarang. Hal ini jelas

tampak dalam observasi dimana kaki para subjek tidak dapat digerakkan

sehingga untuk menggerakkan kaki para subjek akan mengangkatnya dengan

bantuan tangan. Para subjek menilai kondisi lumpuh menyebabkan mereka

tidaklagi mampu berjalan sehingga hrus menggunakan kursi roda.

Fallon (1985) juga mengungkapkan bahwa paraplegia mengakibatkan

penderitanya akan mengalami rasa sakit yang berasal dari ujung urat syaraf atau

akar syaraf yang lumpuh. Berdasarkan penelitian, semua subyek mengalami

rasa sakit atau panas yang terus-menerus pada bagian tubuh yang mengalami

kelumpuhan. Namun subjek (subjek I, II dan IV) juga melakukan aktivitas

sebagai pengalih dari rasa sakit, seperti menonton tv, berbincang dengan

tetangga atau aktivitas lain seperti menjahit atau servis elektronika. Subjek I, II

dan III dalam observasi juga tampak sering memijit-mijit kaki dan megangkat

badan ketika merasakan sakit pada kaki mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

131

Paraplegia juga menyebabkan para penderitanya memiliki

penampilan baru. Semua subjek menggunakan alat bantu berupa kursi roda,

kateter untuk membantu buang air kecil dan pempers. Wenner (1999) juga

mengungkapkan bahwa akibat paraplegia adalah hilangya kontrol untuk buang

air besar dan buang air kecil. Pemakaian kateter dan pempers karena akibat

tersebut. Seluruh subjek cenderung tampil apa adanya dan maksimal agar tetap

enak di hadapan dan dipandang oleh orang lain.

Kondisi paraplegia juga akan membuat penderita mengalami kesulitan

dalam pemanfaatan barang atau benda yang dimiliki. Subjek I, II, III, dan IV

memandang dan menyadari secara positif bahwa perubahan barang-barang

sehingga dapat mempermudah untuk menjadi lebih mandiri. Secara umum

barang atau benda yang dimiliki tidak banyak berubah secara fungsi tetapi

dilakukan modifikasi untuk barang-barang tertentu, seperti kendaraan motor

yang awalnya beroda dua perlu untuk diubah menjadi beroda tiga supaya bisa

digunakan oleh subjek (subjek II dan III).

Dapat disimpulkan bahwa secara fisik subjek kaki para subjek menjadi

terkulai sehingga harus menggunakan kursi roda untuk menunjang mobilitas.

Subjek juga menggunakan kateter dan pempers akibat tidak terkontrolnya BAB

dan BAK sehingga mengubah penampilan mereka. Namun para subjek

mengupayakan tampil apa adanya dan maksimal agar tetap enak dipandang

orang lain. Para subjek juga merasa sakit di kaki sehingga mereka sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

132

mencoba melakukan aktivitas pengalih perhatian dari rasa sakit. Para subjek

juga mencoba tetap memfungsikan barang atau benda yang dimilikinya dengan

melakukan modifikasi.

2. Aspek Psikis

Center for Mental Health Services, Crisis Counseling Asssitance and

Training Workshop Manual,Emmisburg, MD (1994) menjelaskan bahwa

bencana akan membawa dampak psikologis berupa munculnya gejala pada

periode 1 bulan setelah terjadinya bencana atau disebut juga Acute Stress

Disorder (ASD). Gejala - gejala reaksi emosional yang muncul seperti

merasa shock, takut, marah, benci, berduka, merasa bersalah, malu, tidak

berdaya, mengalami depresi. Sedangkan secara kognitif reaksi orang yang

mengalami ASD akan kebingungan orientasi, ragu-ragu, sulit membuat

keputusan, khawatir, tidak dapat memusatkan perhatian, sulit berkonsentrasi,

lupa, mimpi buruk, flashback, memiliki pandangan negatif tentang diri dan

dunia. Subjek I, II dan IV juga mengungkapkan bahwa dirinya mengalami

semacam “trauma” atau lebih tepatnya disebut sebagai acute stress disorder

(ASD). Mereka mengungkapkan bahwa mereka akan berdebar-debar dan takut

jika ada hal-hal yang mengingkatkan subjek pada kemiripan peristiwa gempa

misalnya suara gemuruh yang terasa walaupun belum tentu suara gempa.

Subjek yang mudah cemas, takut, mudah marah, sensitif dan sedih merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

133

indikasi bahwa subjek masih mengalami trauma. Hal ini masih didukung oleh

hasil grafis bahwa subjek masih memiliki trauma dan diperkuat bahwa subjek

masih labil dengan kondisi yang dialaminya sehingga cenderung merasa

tidak aman, mudah cemas, mudah marah, tidak stabil dan impulsif.

Para subjek (subjek I, II, dan IV) merasa sedih, tersiksa dan tertekan

dengan perubahan fisik yang dialami. Hasil tes grafis juga menunjukkan bahwa

para subjek cenderung mengalami mudah frustasi, depresi dan mudah konflik.

Berdasarkan observasi, perilaku subjek tampak tidak ada beban namun akan

tampak tegang jika diajak untuk berpikir mengenai kondisinya akibat gempa.

Secara psikologis kemungkinan besar individu penderita paraplegia akan

mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas, tertekan (stress) bahkan

depresi (Fallon, 1985).

Seluruh subjek juga cenderung merasa risih atau malu dengan

penampilan yang sekarang. Selain menggunakan kursi roda, subjek juga

menggunakan kateter (subjek II) dan pempers (subjek I, II, III dan IV). Hal ini

untuk mengantisipasi hilangnya kontrol terhadap BAB dan BAK.

Keterbatasan fisik yang dialami menyebabkan penderita paraplegia

kemungkinan besar tidak dapat kembali ke pekerjaan semula dan terbatasnya

bidang kerja yang dapat dilakukan (Center Crisis Fakultas Psikologi UGM,

2006). Hal tersebut juga dialami para subjek sehingga timbul rasa cemas. Rasa

cemas karena masa depan lebih diungkapkan oleh subjek I, II, III dan IV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

134

khususnya dalam hal kesempatan untuk bersaing dalam mencari pekerjaan dan

kemampuan untuk bekerja, mencari nafkah dan membiayai keluarga yang

dahulu menjadi tugasnya. Hasil tes grafis semua subjek juga menunjukkan

bahwa mereka memiliki kecemasan. Hal ini bisa saja terjadi karena mitos yang

terdapat di dalam masyarakat yang mungkin dahulu juga dipahami oleh subjek

sebelum menjadi cacat mengenai penyandang cacat yang tidak mungkin

bekerja. Mitos tersebut antara lain disebutkan oleh Papu (2002) bahwa para

pekerja penyandang cacat membutuhkan waktu yang lama untuk

menyesuaikan diri dengan pekerjaan. Mempekerjakan penyandang cacat

berarti juga harus menyediakan fasilitas khusus agar dapat membuat mereka

mampu bekerja optimal, pekerja penyandang cacat sulit disupervisi dan

sebagainya.

Lingkungan fisik rumah dan sekitarnya tampak belum mendukung

secara optimal bagi pengguna kursi roda seperti para subjek. Lingkungan yang

tidak dapat dilewati kursi roda misalnya tangga berundak. Subjek I, II, dan IV

mengeluhkan lingkungan fisik yang tidak mendukung mobilitas dengan kursi

roda, baik di rumah atau sekitar rumah, sehingga menghambat subjek untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini menyebabkan para

subjek membutuhkan bantuan orang lain untuk melewati rintangan atau

halangan yang ada. Semua subjek pun juga mengungkapkan bahwa perlunya

kemandirian bagi mereka supaya tidak terlalu tergantung orang lain. Beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

135

hal yang perlu dilatih kembali menurut Fallon (2004) meliputi duduk

tegak, keseimbangan, berpakaian, berdiri, berjalan, transfer dan banyak hal

lain, sehingga penderita mampu mandiri.

Penderita paraplegia juga akan mengalami gangguan fungsi seksual.

Fallon (1985) menjelaskan bahwa seorang laki-laki penderita paraplegia

awalnya akan dipenuhi pikiran akan ketidakmampuan dalam melakukan

hubungan seks, sehingga akan menimbulkan perasaan takut dan cemas terhadap

kemampuan untuk berhubungan seks tersebut. Subjek laki-laki (subjek II)

menilai bahwa hubungan seksual merupakan hal terpenting sebagai suami-istri

sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan dan depresi karena tidak

mampu lagi ereksi sehingga merasa tidak mampu memberi kepuasan secara

seksual terhadap istri. Sedangkan subjek perempuan (subjek IV) memandang

dari segi keintiman, dimana subjek merasa kemesraan sebagai suami istri

menjadi berkurang karena tidak lagi tidur seranjang. Subjek (subjek II dan IV)

memiliki perasaan rendah diri karena menganggap diri kurang mampu untuk

melayani pasangannya, termasuk dalam hubungan seksual.

Dapat disimpulkan bahwa secara psikis para subjek masih mengalami

trauma terhadap gempa atau memiliki gejala ASD. Subjek memiliki perasaan

sedih, tersiksa dan malu dengan kondisi kelumpuhan yang dialaminya dan

penampilan sekarang. Subjek juga memiliki kecemasan terhadap masa depan

mereka berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencari nafkah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

136

bekerja kembali. Para subjek mengungkapkan pentingnya kemandirian supaya

tidak tergantung orang lain. Gangguan fungsi seksual menimbulkan kecemasan

rendah diri dan putus asa terutama pada subjek laki-laki, sedangkan pada subjek

perempuan merasa keintiman atau kemesraan dengan pasangan menjadi

berkurang.

3. Aspek Sosial

Berdasarkan pandangan semua subjek, mereka merasa siap untuk

bermasyarakat atau bergabung dalam kegiatan masyarakat. Hal ini didukung

oleh sikap masyarakat yang dapat menerima diri mereka, seperti dalam

bentuk berbincang dengan tetangga atau tidak hilangnya kebiasaan untuk

berbincang-bincang dengan masyarakat, secara khusus terkadang subjek I, III,

dan IV dimotivasi oleh tetangga untuk proses kesembuhannya. Namun

demikian semua subjek masih memiliki kendala yang dihadapi, yaitu kondisi

sakit yang menyebabkan rasa tidak nyaman untuk keluar dan beraktivitas penuh

di dalam masyarakat. Hal ini diperkuat oleh pandangan masyarakat, bahwa

penderita paraplegia harus dikasihani dengan tidak melibatkan subjek pada

aktivitas kemasyarakatkan, misalnya yang terjadi pada subjek II dimana subjek

tidak diberi undangan untuk datang pada acara tertentu. Center Crisis Fakultas

Psikologi UGM (2006) mengungkapkan bahwa pandangan sebagian

masyarakat terhadap penyandang cacat, termasuk penderita paraplegia, harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

137

dikasihani bahkan atau tidak mampu berbuat apa-apa. Secara umum, subjek

menganggap masyarakat cenderung bersikap baik dan memberi dukungan,

misalnya dengan mendukung bagi kesembuhan subjek. Namun beberapa

individu dalam masyarakat juga memiliki sikap tidak mendukung terhadap

subjek, misalnya berbicara sembarangan kepada subjek (subjek IV) atau

mengucilkan subjek (subjek II) dengan tidak berkunjung atau menyapa subjek

karena menganggap penderita cacat serba tidak mampu.

Hubungan dengan lawan jenis digambarkan bahwa semua subjek

masih menginginkan berhubungan dengan lawan jenis, seperti apa adanya.

Werner (1999) mengungkapkan bahwa akibat yang akan ditimbulkan oleh

kerusakan sumsum tulang belakang, secara seksualitas kemungkinan besar

perempuan tidak dapat merasakan sensasi-sensasi ketika berhubungan seks

sehingga akan mempengaruhi kenikmatan dari sensasi seks tersebut.

Sedangkan pada penderita paraplegia yang laki-laki kemungkinan akan

mendapati dirinya tidak dapat ereksi lagi, meskipun pada beberapa kasus

kemampuan ini dapat pulih kembali. Subjek perempuan (subjek IV)

mengatakan bahwa hubungan seksual dianggap tidak ada masalah karena suami

dianggap mengerti kondisinya meskipun kemesraan sebagai suami-itri dianggap

berkurang sebab subjek tidak tidur seranjang dengan suami.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menanggapi perilaku

individu, baik orang tua, saudara kandung, atau orang lain yang tinggal satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

138

atap dengan individu (Burns, 1993). Hubungan dengan keluarga, secara umum

tidak ada perubahan kondisi untuk keempat subjek. Pada saat observasi

hubungan dengan keluarga, terutama dengan keluarga inti, tampak harmonis

dengan saling menyapa, mendukung dalam bentuk ucapan, dan melayani

kebutuhan subjek.

Hubungan dengan teman sesama penderita paraplegia dianggap

keempat subjek lebih nyaman dibanding dengan non paraplegia karena mereka

dapat saling berbagi pengalaman dan adanya perasaan senasib sepenanggungan.

Semua subjek pun menjalin komunikasi dengan sesama penderita dengan

sarana telepon seluler. Namun saat observasi, subjek juga tampak ramah

dengan tetangga yang secara kebetulan membantu subjek atau secara kebetulan

lewat di depan rumah atau di depan rumah bercakap-cakap dengan tetangga.

Dapat disimpulkan bahwa secara sosial subjek memiliki kesiapan

untuk hidup dalam komunitas sosialnya. Lingkungan sosial juga cenderung

memberi dukungan dan perhatian terhadap kondisi kelumpuhan subjek. Namun

kondisi lingkungan yang belum akses dan keluhan fisik menjadi hambatan

utama subjek untuk beraktivitas dalam komunitas sosialnya. Subjek juga

cenderung memilih berhubungan dengan sesama penderita paraplegia karena

memiliki perasaan senasib dan dapat saling memberi dukungan.

Hubungan dengan keluarga juga cenderung terjalin baik karena adanya

dukungan dan perhatian. Namun subjek memiliki keluhan dalam peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

139

hubungan suami-istri yaitu karena masih memiliki kebutuhan untuk melakukan

hubungan seksual tetapi fisik tidak mampu.

4. Aspek Moral

Aktivitas keagamaan masih dilakukan oleh subjek meskipun tidak

rutin dan hanya di rumah saja karena adanya hambatan secara fisik. Subjek I, II

dan IV tetap menjalankan sholat meskipun dengan duduk, sedangkan subjek III

juga berdoa sering dilakukan di rumah karena bila ingin ke gereja sangat

tergantung orang lain. Akibat paraplegia yang dialaminya, subjek IV memiliki

pandangan dalam memaknai persyaratan untuk berdoa (sholat),

dimana kebersihan yang merupakan salah satu syarat dianggap tidak terlalu

penting tetapi lebih menitikberatkan pada niat untuk menjalankan ritus. Hal ini

diperkuat keyakinan para subjek bahwa kondisi yang menimpa mereka adalah

bagian dari rencana Tuhan atau takdir yang harus dilewati, walaupun pada

awalnya keadilan Tuhan dipertanyakan oleh subjek I dan IV.

Berdasarkan observasi, subjek I dan II terlihat menjalankan ibadah

sholat. Subjek IV cukup dengan berdiam diri saja sebagai bentuk penghormatan

akan waktu ibadah sholat. Sedangkan subjek III tetap melakukan ritual

keagamaan yang ditunjukkan dengan membuat tanda salib dan berdoa ketika

akan makan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

140

5. Dinamika Akhir Konsep Diri Korban Gempa yang menjadi Penderita

Paraplegia

Bencana, seperti gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 di

Yogyakarta, dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan pada

terjadinya bencana tersebut. Kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh

gempa bumi tersebut dapat menggetarkan mental siapapun. Kerugian tidak saja

berupa kerugian materi dan fisik tetapi juga berdampak pada kehidupan

ekonomi, sosial dan psikologis pada individu yang mengalami atau tertimpa

bencana gempa bumi tersebut. Rasa tertekan, takut, dan duka yang dialami

para korban tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka selanjutnya

(Crisis Center Fakultas Psikologi UGM, 2006).

Salah satu dampak fisik yang ditimbulkan bencana adalah adanya

korban yang mengalami kecacatan fisik. Paraplegia merupakan salah satu

kecacatan fisik yang dapat ditimbulkan oleh adanya bencana gempa, pada

umumnya penderita tertimpa runtuhan bangunan. Paraplegia adalah kondisi

cacat fisik berupa kelumpuhan yang diakibatkan patahnya tulang belakang

(Fallon, 1985).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa

penilaian terhadap aspek fisiknya, para subjek mengungkapkan kondisi kaki

mereka yang tidak dapat digerakkan atau berjalan menggunakan kaki karena

kaki dalam kondisi terkulai lagi sehingga aktivitas terhambat. Werner (1999)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

141

juga menjelaskan bahwa kerusakan tulang belakang menyebabkan kehilangan

kontrol gerak dan perasaan serta kemungkinan akan kejang otot atau kaki

terkulai. Subjek juga mengalami kehilangan kontrol terhadap BAB dan BAK

sehingga menggunakan menggunakan kateter dan pempers akibat tidak

terkontrolnya sehingga mengubah penampilan mereka. Namun para subjek

mengupayakan tampil apa adanya dan maksimal agar tetap enak dipandang

orang lain. Para subjek juga merasa sakit di kaki sehingga mereka sering

mencoba melakukan aktivitas pengalih perhatian dari rasa sakit. Fallon (1985)

menjelaskan bahwa penderita paraplegia akan mengalami gangguan suhu badan

sehingga akan merasa panas, menggigil dan tidak dapat berkeringat. Para

subjek juga mencoba tetap memfungsikan barang atau benda yang dimilikinya

dengan melakukan modifikasi, seperti sepeda motor roda dua dimodifikasi

sehingga dapat digunakan subjek.

Secara psikis para subjek masih mengalami trauma terhadap gempa

apabila mendengar suara keras yang mengagetkan, dimana mereka akan merasa

takut dan tidak berdaya. Center for Mental Health Services, Crisis Counseling

Asssitance and Training Workshop Manual,Emmisburg, MD (1994)

menjelaskan bahwa bencana akan membawa dampak psikologis, yaitu Acute

Stress Disorder (ASD). Subjek mengungkapkan bahwa kondisi emosi mereka

cukup labil dimana mereka memiliki perasaan sedih, tersiksa dan malu dengan

kondisi kelumpuhan yang dialaminya dan penampilan sekarang. Fallon (1985)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

142

menjelaskan bahwa secara psikologis kemungkinan besar individu penderita

paraplegia akan mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas, tertekan

(stress) bahkan depresi. Subjek juga memiliki kecemasan terhadap masa depan

mereka berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencari nafkah atau

bekerja kembali. Para subjek mengungkapkan pentingnya kemandirian supaya

tidak tergantung orang lain. Subjek juga memiliki keluhan dalam hubungan

dengan lawan jenis yang dinilai kurang mesra lagi karena adanya akibat

fisik berupa tidak berfungsinya organ seksual mereka. Penderita paralegia laki-

laki kemungkinan besar tidak mampu ereksi dan pada wanita tidak merasakan

sensasi pada vagina (Fallon, 1985). Hal ini menimbulkan perasaan minder,

putus asa dan merasa menjadi beban.

Secara sosial subjek mengungkapkan kesiapan untuk kembali

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Calhoun dan Acocella (dalam

Mathilda, 2004) menjelaskan bahwa hubungan interpersonal berupa interaksi

yang dilakukan individu terhadap lingkungannya akan mempengaruhi konsep

dirinya. Hal ini juga didukung adanya perhatian dari keluarga dan masyarakat.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang menanggapi perilaku

individu, baik orang tua, saudara kandung, atau orang lain yang tinggal satu

atap dengan individu (Burns, 1993). Relasi dengan sesama penderita paraplegia

juga dianggap penting karena mereka dapat saling berbagi dan memberi

motivasi sehingga subjek cenderung merasa lebih nyaman menjalin relasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

143

dengan sesama penderita paraplegia. Namun subjek memiliki hambatan untuk

kembali bermasyarakat, yaitu hambatan fisik karena adanya keluhan rasa sakit,

dan hambatan lingkungan yang kurang akses untuk pengguna kursi roda seperti

subjek.

Berhubungan dengan penilaian terhadap aspek moral, subjek menilai

bahwa peristiwa gempa dan kondisi kelumpuhan yang mereka alami sebagai

takdir dari Tuhan yang harus diterima. Hal ini kemungkinan yang

mempengaruhi digagalkannya adanya niat untuk bunuh diri. Subjek pun masih

menjalankan aktivitas keagamaan mereka meskipun hanya dilakukan di kursi

roda atau di rumah saja. Moral ethical self adalah perasaan mengenai hubungan

individu dengan Tuhan, tentang bagaimana pandangan hidup dan penilaian

terhadap benar dan salah serta baik dan buruk. Hurlock (1992) mengemukakan

bahwa individu yang memiliki etika moral yang matang akan mudah dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga bila tidak memenuhi

harapan sosial maka individu tersebut tidak akan merasa bersalah terhadap

perilakunya, mampu memilih dan menentukan perilaku yang diinginkan.

Berdasarkan hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa gambaran

konsep diri korban gempa yang menjadi penderita paraplegia ada dua, yaitu

negatif dan positif. Sifat khas yang dimiliki individu dengan konsep diri yang

negatif adalah tidak percaya diri, penerimaan diri yang kurang, pesimis, harga

diri yang rendah, tidak aman dan peka terhadap kritikan. Secara fisik subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

144

menilai terjadinya perubahan akan kondisi fisik dan penampilannya sehingga

menimbulkan perasaan malu dan rendah diri. Salah satu elemen dalam konsep

diri negatif menurut Adler kawan-kawan (dalam Trefina, 1990) yaitu

tidakpercaya diri dan harga diri yang rendah. Secara psikis para subjek

memiliki emosi yang labil sehingga peka terhadap berbagai perlakuan orang

lain terhadap dirinya. Para subjek juga merasa pesimis dan kurang percaya diri

untuk kembali mampu dan memperoleh pekerjaan. Salah satu tanda individu

dengan konsep diri negatif menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat,

1999) yaitu keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat

prestasi. Subjek juga memiliki perasaan tidak aman karena adanya trauma

terhadap gempa. Secara sosial subjek juga kurang percaya diri dalam relasi

dengan pasangan atau lawan jenis karena mengalami gangguan fungsi seksual.

Namun para subjek juga memiliki gambaran konsep diri yang positif.

Konsep diri yang positif memiliki kepercayaan diri, penerimaan diri yang baik,

optimis, harga diri yang tinggi, dan adanya perasaan aman. Para subjek

memiliki kepercayaan diri yang baik untuk menunjukkan penampilan fisiknya

dengan tampil apa adanya secara maksimal. Subjek menilai penampilan bukan

sebagai hal utama yang harus menjadi perhatin mereka. Subjek juga menilai

harta benda yang terutama untuk mereka adalah yang dapat membantu

mobilitas dan kemandirian serta memberi penghiburan. Kepercayaan diri juga

diungkapkan para subjek untuk kembali berpartisispasi dalam aktivitas sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

145

Subjek menilai ada dukungan dan perhatian yang positif dari keluarga dan

lingkungan sosial. Relasi dengan sesama penderita paraplegia juga dianggap

penting untuk dapat saling memberi dukungan dan ajang sharing. Subjek

mengungkapkan bahwa bencana dan kondisi paraplegia yang dialaminya

sebagai takdir dari Tuhan yang harus diterima. Subjek juga masih

melaksanakan ritus keagamaan meski terbatas hanya di rumah dan di kursi

roda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

146

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Gambaran konsep diri korban gempa yang menjadi penderita paraplegia

berdasarkan penelitian adalah subjek masih mengharapkan kesembuhan dan

sering mengeluhkan akibat fisik yang ditimbulkan. Subjek juga merasa

pesimis untuk kembali mampu bekerja. Kondisi paraplegia mengakibatkan

gangguan fungsi seksual sehingga para subjek juga merasa tidak percaya

diri dan rendah diri terhadap pasangan mereka. Trauma atau gejala Acute

Stress Disorder yang dialami para subjek membuat mereka merasa tidak

aman apabila mendengar suara yang keras. Namun subjek juga merasa siap

untuk kembali bersosialisasi meskipun lingkungan yang kurang akses untuk

kursi roda membuat subjek kurang percaya diri untuk bersosialisasi. Subjek

menilai memperoleh dukungan sosial dan keluarga. Subjek menganggap

kondisi kelumpuhan yang dialaminya sebagai takdir yang harus diterima.

2. Penilaian subjek terhadap aspek fisik adalah terjadi perubahan kondisi

menjadi tidak dapat lagi menggunakan kaki dan membutuhkan alat bantu

untuk mobilitas. Subjek mengalami rasa sakit atau panas pada daerah tubuh

yang mengalami kelumpuhan serta masih mengharapkan kesembuhan.

Subjek menilai penampilan bukan hal yang utama untuk menjadi perhatian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

147

mereka. Subjek juga menilai harta benda yang terutama untuk mereka

adalah yang dapat membantu mobilitas dan kemandirian serta memberi

penghiburan.

3. Penilaian subjek terhadap aspek psikis adalah kondisi emosi mereka labil.

Subjek merasa sedih yang berlarut-larut dan menjadi sensitif terhadap

berbagai perlakukan orang lain terhadap mereka. Subjek juga masih

mengalami trauma atau gejala Acute Stress Disorder terhadap gempa,

terutama suara keras yang mengagetkan. Kecemasan juga dialami oleh

subjek, terutama menyangkut masa depan yang berhubungan dengan

pekerjaan. Subjek merasa tidak percaya diri untuk mampu kembali bekerja

seperti sebelum mengalami kelumpuhan. Kondisi subjek yang mengalami

gangguan fungsi seksual menimbulkan perasaan rendah diri terhadap

pasangan.

4. Penilaian terhadap aspek sosial, subjek mengungkapkan kesiapan untuk

kembali berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Subjek menilai ada dukungan

dan perhatian yang positif dari keluarga dan lingkungan sosial. Relasi

dengan sesama penderita paraplegia juga dianggap penting untuk dapat

saling memberi dukungan dan ajang sharing. Namun subjek menilai

kondisi fisik lingkungan kurang mendukung karena belum akses untuk

pengguna kursi roda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

148

5. Penilaian terhadap aspek moral, subjek mengungkapkan bahwa bencana

dan kondisi paraplegia yang dialaminya sebagai takdir dari Tuhan yang

harus diterima. Subjek juga masih melaksanakan ritus keagamaan meski

terbatas hanya di rumah dan dikursi roda.

B. SARAN

Hasil kesimpulan penelitian menunjukkan konsep diri korban genpa yang

menjadi penderita paraplegia termasuk negatif. Berdasar penelitian tersebut,

peneliti menyarankan bagi:

1. Penderita paraplegia korban gempa

Secara psikologis kemungkinan besar individu penderita paraplegia akan

mengalami perasaan sedih, bingung, takut, cemas, tertekan (stress) bahkan

depresi (Fallon, 1985) karena kebosanan-kebosanan yang dialaminya sebagai

akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukannya bersifat rutin dan tidak

menyenangkan. Penderita parapelgia disarankan untuk lebih kreatif dan aktif

dalam menciptakan aktivitas, terutama sebagai upaya memperoleh pekerjaan.

Mereka juga diharapkan lebih aktif untuk bersosialisasi.

2. Masyarakat Umum

Masyarakat disarankan untuk mendukung secara aktif bagi penderita

paraplegia berpartisipasi, bukan saja sekedar menunjukkan belas kasihan

terhadap penderita paraplegia. Masyarakat juga disarankan untuk lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

149

memahami tentang paralegia dan akibat yang ditimbulkan sehingga dapat

lebih berperan positif untuk mendukung kemandirian penderita paraplegia

tetapi bukan mengungkap tentang harapan kesembuhan.

3. Praktisi Psikologi

Praktisi psikologi dapat berperan dalam bagi penderita paraplegia untuk

semakin menumbuhkan kepercayaan diri dan penerimaan diri. Praktisi

psikologi dapat juga membantu dalam pendidikan seksual yang lebih

mendalam dan detail kepada penderita paraplegia.

5. Peneliti lain

a. sebelum melakukan penelitian sebaiknya peneliti melakukan pendekatan

yang lebih mendalam agar subjek dapat lebih terbuka terhadap peneliti

b. selama proses wawancara peneliti disarankan perlu memperhatikan

menciptakan kondisi yang nyaman sehingga subjek dapat lebih leluasa,

tidak tegang, dan sealamiah mungkin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

150

DAFTAR PUSTAKA

Ardiardani, Tristiadi & Tri Rahayu Iin. (2004). Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing.

Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial. (1970). Laporan Penelitian Sosial, Pemilihan

dan penempatan dalam Pekerdjaan Jang Tjotjok Bagi Penderita Paraplegia. Jogjakarta: Departemen Sosial R.I.

Berzonsky, M.D (1983). Adolescent Development, New York: Mc Millan Publishing

Co, Inc. Burns, R.B (1993). Konsep Diri,Teori Pengukuran dan Perkembangan Perilaku

(Terjemahan), Jakarta: Arcan. Calhoun & Acocella, J.F (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan, Semarang: IKIP Press. Consortium for Spinal Cord Medicine (1998). Depression Following Spinal Cord

Injury. A Clinical Practice Guideline for Primary Care Physicians: Paralyzed Veterans of America.

Fallon, Bernadette. (1985). Jadi Anda Lumpuh... Yogyakarta: Pusat Rehabilitasi

Bethesda. Miswadi. (2004). Aspek Seksualitas Penderita Paraplegia di Pusat Rehabilitasi

Yakkum Yogyakarta. Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Hurlock, E.B. (1992) Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga. Hall, C.S & Linzey, G (1993) Psikologi Kepribadian I, Teori-Teori Psikodinamik

(Klinis). Editor, Dr A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. http://evakasim.blogspot.com/2004_12_01_archive.html diambil 20 November 2007

pkl. 23.10 http://evakasim.blogspot.com/2007/04/konvensi-hak-hak-penyandang-cacat.html.

diambil 20 Novermber 2007 pkl 23.19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

151

http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=392 diambil 20

November 2007 pkl. 23.54 http://www.idp-europe.org/indonesia/buku-inklusi/Menuju_Inklusi_dan_Pengayaan.

php diambil 24 November 2007 hhtp:/www.mcsatkorlak.info diambil 4 Februari 2007 Japardi, Iskandar. 2002. Penyakit Degemeratif Pada Medulla Spinalis, Medan: USU

Digital Library. Kedaulatan Rakyat, 19 Juli 2007 Kompas, 28 Mei 2006 Kompas cybermedia Kamis, 10 Agustus 2006 - 14:25 wib Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia Press. Moleong, M.A., Lexy, J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit

CV Remadja Karya Mardjono, Mahar. (1987). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat Noback, Charles. (1982). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta: CV. E.G.C. Pilkunas, J. (1976). Human Development and Emergent Science, Third Edition. Mc

Graw_Hill Kogakusha, Ltd. Poerwandari, Kristi. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: Lembaga Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Pudjijogyanti,C.R. (1985). Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Studi tentang Pengembangan Pendidikan No. 12. Rakhmat, J. (1999). Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung: PT Rodakarya. Suryabrata, Sumadi .(2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grofindo

Persada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

152

Werner, David. (1999). Disabled Village Children. Berkeley: The Hesperian

Foundation. .............(2006). Bencana dan Kita, Bekal Praktis bagi Relawan, Yogyakarta. Crisis

Center Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. ....................... Kumpulan Diktat Tes Grafis, Malang : Penerbit Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

153

LAMPIRAN

A. TES GRAFIS

1. Tes Grafis Subjek I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

157

2. Tes Grafis Subjek II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

161

3. Tes Grafis Subjek III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

165

4. Tes Grafis Subjek IV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

169

B. SURAT PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI KORBAN GEMPA YANG … · YANG MENJADI PENDERITA PARAPLEGIA S k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... yaitu: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto,

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI