paraplegia inf, hipesthesia dermatom th 6-7 inf, anemia ec suspek metastase tumor paru dx jenis ps...

37
PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS SEORANG WANITA USIA 27 TAHUN DENGAN PARAPLEGI INFERIOR ET CAUSA DESTRUKSI VERTEBRAE LUMBAL 1-2, HIPESTHESIA DERMATOM THORACAL 5-6 INFERIOR, DAN HEPATOMA oleh: Ricky Trinugroho Yuliantoro G99121040 Pembimbing dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR, MKes KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

Upload: rickyrexi

Post on 26-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Paraplegia, hipestesia

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS

SEORANG WANITA USIA 27 TAHUN DENGAN PARAPLEGI INFERIOR ET CAUSA DESTRUKSI VERTEBRAE LUMBAL 1-2, HIPESTHESIA

DERMATOM THORACAL 5-6 INFERIOR, DAN HEPATOMA

oleh:

Ricky Trinugroho Yuliantoro

G99121040

Pembimbing

dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR, MKes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR.MOEWARDI

2013

BAB I

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. R

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jantir, RT 01, RW 02, Sindon, Ngemplak,

Boyolali, Jawa Tengah

Tanggal Masuk : 5 Juli 2013

Tanggal Periksa : 12 Juli 2013

No. RM : 01.20.53.88

B. Keluhan Utama : Kedua kaki terasa berat & sulit digerakkan

C. Keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama: nyeri pinggang sejak 4

bulan sebelum masuk RS.

D. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD dengan keluhan kedua kaki terasa berat dan

tidak bisa digerakkan. Keluhan terjadi sejak + 2 minggu sebelum masuk

rumah sakit. Keluhan tidak diawali jatuh, tidak terjadi penurunan kesadaran,

sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), bicara pelo (-). Keluhan diawali dari

nyeri pinggang yang dirasakan pasien sejak 4 bulan sebelum masuk RS.

Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri sedikit berkurang dengan istirahat, dan

mengilang bila minum obat, Pasien sempat dirawat di RSU Boyolali selama

10 hari dengan keluhan yang sama, 2 minggu sebelum masuk RS. Saat

dirawat di RSUD Boyolali, keluhan nyeri perut hilang, namun nyeri

punggung bertambah, dan kedua kaki mulai terasa kesemutan dan lama-

lama tidak dapat digerakkan setelah 10 hari perawatan. Karena tidak ada

perbaikan, pasien memutuskan pulang paksa. Sejak 7 hari sebelum masuk

RS, pasien kesulitan dalam BAB dan BAK. Untuk BAK pasien terpasang

kateter, warna urin kuning kernih. BAB 1-2 kali per 2 hari, konsistensi

lunak, warna kuning kecoklatan.

E. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat serupa : disangkal

2. Riwayat trauma : disangkal

3. Sakit jantung : disangkal

4. Riwayat hipertensi : disangkal

5. Riwayat batuk lama : disangkal

6. Riwayat sakit gula : disangkal

7. Riwayat alergi : disangkal

8. Riwayat mondok : (+) di RSUD Boyolali dengan keluhan yang

sama 2 minggu sebelum masuk RS.

F. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat serupa : disangkal

2. Riwayat trauma : disangkal

3. Sakit jantung : disangkal

4. Riwayat hipertensi : disangkal

5. Riwayat batuk lama : disangkal

6. Riwayat sakit gula : disangkal

7. Riwayat alergi : disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang wanita usia 27 tahun, sebagai ibu rumah tangga.

Pasien menikah dengan seorang Suami. Saat ini, pasien tinggal bersama

suami dan 1 orang anaknya

H. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat minum jamu : disangkal

Riwayat minum obat-obatan : disangkal

Riwayat minum minuman keras : disangkal

Riwayat olah raga teratur : disangkal

II. ANAMNESIS SISTEMIK, 12 Juli 2013

1. Keluhan utama : Kedua kaki terasa berat & sulit digerakkan

2. Kulit : kering (-), pucat (-),gatal (-), luka (-),kuning (-), muka

memerah (-)

3. Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-),rambut mudah dicabut (-), rambut

mudah rontok (-)

4. Wajah : wajah bengkak (-), kemerahan di pipi (-)

5. Mata : pandangan kabur (-/-), pandangan ganda (-/-), berku-

nang-kunang (-/-),kelopak mata bengkak (-/-)

6. Hidung : mimisan (-), pilek (-), hidung tersumbat (-), gatal (-)

7. Telinga : berdenging (-), keluar cairan (-)

8. Mulut : bibir pucat (-), sariawan (-), mulut kering (-), luka pada sudut

bibir (-), gusi berdarah (-)

9. Leher : terasa kaku (-),benjolan (-)

10. Tenggorokan : nyeri telan (-), gatal (-), suara serak (-)

11. Kardiovaskular : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)

12. Respirasi : sesak napas (-), batuk(-),batuk darah (-), mengi (-)

13. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), perut sebah (-), nyeri ulu hati (-),

BAB sulit (-), BAB hitam (-), BAB darah (-), diare (-)

14. Genitourinaria : nyeri BAK (-), BAK darah (-), BAK anyang-anyangan

(-), warna BAK seperti teh (-)

15. Muskuloskeletal : lemas (-), kaku (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-),

bengkak (-), nyeri pinggang (+) namun sudah berkurang dari hari se-

belumnya.

16. Ekstremitas

Atas :luka (-/-), nyeri (-/-), tremor (-/-), kesemutan

(-/-),bengkak (-/-), terasa tebal (-/-), ujung jari dingin (-/-), sakit sendi

(-/-), panas (-/-), berkeringat (-/-)

Bawah : tungkai tidak bisa digerakkan (+/+), mati rasa (-/-),

luka (-/-), nyeri (-/-), kesemutan (+/+), bengkak (-/-), terasa tebal (-/-),

ujung jari dingin (-/-), panas (-/-).

III. PEMERIKSAAN FISIK, 12 Juli 2013

A. Status Generalis

a. Keadaan Umum : Keadaan umum sakit sedang,

compos mentis, gizi kesan cukup

b. Tanda Vital

o Tensi : 110/70 mmHg

o Respirasi : 20 x / menit

o Nadi : 96 x / menit, reguler, isi dan tegangan cukup

o Suhu : 37,0 ° C (per axiller)

c. Kulit

Warna kuning, ikterik (-), turgor kurang (-), hiperpigmentasi (-).

d. Kepala

Bentuk mesocephal, rambut hitam, uban (-), lurus, mudah rontok (-),

mudah dicabut (-), moon face (-), atrofi m.temporalis (-).

e. Mata

Conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), katarak (-/-), perdarahan

palpebra (-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek cahaya

(+/+), edema palpebra (-/-).

f. Telinga

Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoideus (-).

g. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi pembau baik

h. Mulut

Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), pucat (-), lidah kotor (-), papil

lidah atrofi (-), luka pada sudut bibir (-)

i. Leher

JVP R+2, trachea ditengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran

limfonodi cervical (-).

j. Limfonodi

Kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler, servikalis,

supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak membesar

k. Thorax

Bentuk simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan

toracoabdominal, sela iga melebar (-), muskulus pektoralis atrofi (-),

pembesaran KGB axilla (-/-).

l. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : : Bunyi jantung I-II reguler, intensitas

normal, bising (-), gallop (-)

m. Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan=kiri

Palpasi : fremitus raba kanan=kiri

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)

2. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis(-), nyeri ketok

kostovertebra (-)

3. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani, pekak alih (-). Liver span : 10 cm

Palpasi : abdomen supel, nyeri tekan (-). hepar teraba 5 cm

BPX, konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan rata, lien tidak

membesar.

a. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).

b. Ekstremitas

Extr.supor

dextra

Extr.supor

dextra

Extr.infor

sinistra

Extr.infor

sinistra

Oedem - - - -

Pucat - - - -

Akral dingin - - - -

18.Range of Motion (ROM)Neck Aktif Pasif

Flexi 0-70o 0-70o

Extensi 0-40o 0-40o

Rotasi ke kanan 0-90o 0-90o

Rotasi ke kiri 0-90o 0-90o

Extremitas Superior Dextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Shoulder Flexi 0-180o 0-180o 0-180o 0-180o

Extensi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o

Abduksi 0-150o 0-150o 0-150o 0-150o

Adduksi 0-75o 0-150o 0-150o 0-150o

Internal

rotasi

0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

External

rotasi

0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

Elbow Flexi 0-135o 0-135o 0-135o 0-135o

Extensi 135-180o 135-180o 135-180o 135-180o

Supinasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

Pronasi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

Wrist Flexi 0-50o 0-50o 0-50o 0-50o

Extensi 0-70o 0-70o 0-70o 0-70o

Ulnar deviasi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o

Radius

deviasi

0-30o 0-30o 0-30o 0-30o

Finger MCP I flexi 0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

MCPII –IV

flexi

0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

DIP II – V

flexi

0-90o 0-90o 0-90o 0-90o

PIP II - V

flexi

0-100o 0-100o 0-100o 0-100o

MCP I 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o

Trunk ROM pasif ROM aktif

Flexi sde sde

Extensi sde sde

Rotasi sde sde

Extremitas Inferior Dextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Hip Flexi 0o 0-100o 0o 0-100o

Extensi 0o 0-20o 0o 0-20o

Abduksi 0o 0-30o 0o 0-30o

Adduksi 0o 0-30o 0o 0-30o

Knee Flexi 0o 0-120o 0o 0-120o

Extensi 0o 120-150o 0o 120-150o

Ankle Dorsoflexi 0o 0-40o 0o 0-40o

Plantarflexi 0o 0-40o 0o 0-40o

Kesimpulan : ada keterbatasan ROM pada trunk karena nyeri dan

kelumpuhan pada ekstremitas inferior

19.Manual Muscle Testing (MMT)Ekstremitas Superior Dextra Sinistra

Shoulder Flexor M.deltoideus antor 5 5

M.biceps brachii 5 5

Extensor M.deltoideus antor 5 5

M.teres major 5 5

Abduktor M.deltoideus 5 5

M.biceps brachii 5 5

Adduktor M.latissimus dorsi 5 5

M.pectoralis major 5 5

Rotasi internal M.latissimus dorsi 5 5

M.pectoralis major 5 5

Rotasi eksternal M.teres major 5 5

M.pronator teres 5 5

Elbow Flexor M.biceps brachii 5 5

M.brachialis 5 5

Extensor M.triceps brachii 5 5

Supinator M.supinator 5 5

Pronator M.pronator teres 5 5

Wrist Flexor M.flexor carpi

radialis

5 5

Extensor M.extensor

digitorum

5 5

Abduktor M.extensor carpi

radialis

5 5

Adduktor M.extensor carpi

ulnaris

5 5

Finger Flexor M.flexor digitorum 5 5

Extensor M.extensor

digitorum

5 5

Extremitas Inferior Dextra Sinistra

Hip Flexor M.psoas major 0 0

Extensor M.gluteus maximus 0 0

Abduktor M.gluteus medius 0 0

Adduktor M.adductor longus 0 0

Knee Flexor Hamstring muscles 0 0

Extensor M.quadriceps

femoris

0 0

Ankle Flexor M.tibialis 0 0

Extensor M.soleus 0 0

20. Status Ambulasi

Barthel indeks

Activity ScoreFeeding0 = unable5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau membutuhkan modifikasi diet10 = independen

5

Bathing0 = dependen5 = independen (atau menggunakan shower)

0

Grooming0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur

5

Dressing0 = dependen5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan sendiri10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita, dll.

10

Bowel0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)5 = occasional accident10 = kontinensia

5

Bladder0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangano sendiri5 = occasional accident10 = kontinensia

0

Toilet use0 = dependen5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri10 = independen (on and off, dressing)

5

Transfer0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)15 = independen

0

Mobility0 = immobile atau < 50 yard5 = wheelchair independen, > 50 yard10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) > 50 yard

0

Stairs

0 = unable5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)10 = independen

0

Total (0-100) 30

Interpretasi hasil :

100 : Mandiri

60-95 : Ketergantungan Ringan

45-55 : Ketergantungan Sedang

25-40 : Ketergantungan Berat

0-20 : Ketergantungan Total

Kesimpulan status ambulansi: Ketergantungan berat

B. Status Psikiatri

1. Emosi : stabil

2. Afeksi : dalam batas normal

3. Proses berfikir : koheren

4. Kecerdasan : dalam batas normal

C. Status Neurologis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi luhur : dalam batas normal

Fungsi vegetatif : IV line, DC

Fungsi Sensorik : N N

Fungsi motorik dan reflek

a. Kekuatan :

b. Tonus

c. Reflek fisiologis

Dextra Sinistra

Biceps +2 +2

Triceps +2 +2

Patella +1 +1

Achilles +1 +1

d. Reflek patologis

Dextra Sinistra

Hoffman-Trommer - -

Babinsky - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Schaeffer - -

Mandel-Bochtrew - -

Gordon - -

Rosolimo - -

5. Nervi craniales

N.III : Reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3/3)mm

N.VII : dalam batas normal

5 5

0 0

N N

N.XII : dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 5 Juli 2013

Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Hb 12,6 gr/dl Pr : 12.0-16.0

Hct 37 % Pr: 38-47

Jumlah Eritrosit 4,64 106/ul Pr : 4.2-5.4

Jumlah Leukosit 12.6 103/ul 4.5-11

Jumlah Trombosit 385 103/ul 150-440

Index eritrosit

MCV 79,9 /um 80,0-96,0

MCH 27,2 pg 28,0-33,0

MCHC 34,0 gr/dl 33,0-36,0

RDW 15,3 % 11,6-14,6

HDW 3,0 gr/dl 2,2-3,2

MPV 7,2 n 7,2-11,1

PDW 38 % 25-65

Kimia Klinik

Netrofil 84,20 % 55-80

Limfosit 9,60 % 22-44

Monosit 5,10 % 0-7

Eosinofil 0,10 % 0-4

Basofil 0,10 % 0-2

Pemeriksaan Laboratorium Darah 8 Juli 2013

Kimia Klinik

Ureum 49 mg/dl 10-50

Kreatinin 0,4 mg/dl 0.7-1.3

Elektrolit

Na

K

Ion Ca

139

3,4

1,08

mmol/L

mmol/L

mmol/L

136-146

3.7-5.4

1,17-1,29

Makroskopis Urin, 5 Juli 2013

Protein total 6,8 g/dl 6,4-8,3

Albumin 3,9 g/dl 3,5-5,2

Globulin 2,9 g/dl

Serologi

Hepatitis

Anti Hbc negatif negatif

Anti HCV (elisa) non reaktif non reaktif

Tumor Marker

CEA (umum/usus) 1,74 ng/ml <3

Makroskopis

Warma Kuning

Kejernihan Clear

Kimia Urin

Berat jenis 1.010 1.015-1.025

pH 7.0 4.5-8.0

Leukosit negatif /uL Negatif

Nitrit negatif mg/dL Negatif

Protein negatif mg/dL Negatif

Glukosa negatif mg/dL Negatif

Keton negatif mg/dL Negatif

Urobilinogen Normal mg/dL Negatif

Bilirubin negatif mg/dL Negatif

Eritrosit negatif /uL Negatif

Mikroskopis

Epitel Transisional - /LPB Negatif

Epitel Bulat - /LPB Negatif

Silinder

Hyaline 3 /LPK 0-3

Granulated - /LPK Negatif

Leukosit - /LPK Negatif

Lain-lain Eritrosit: 0-1/LPB; Leukosit: 40-50/LPB; Kristal amorf (+)

B. Pemeriksaan Serum Elektroforesis, 5 Juli 2013

Fractions % Ref. % Conc. Ref. Conc.

Albumin 49,1 < 55,8-66,1 3,34 40,10-47,60

Alpha 1 7,4 > 2,9-4,9 0,50 2,10-3,50

Alpha 2 15,1 > 7,1-11,8 1,03 5,10-8,50

Beta 1 6,8 4,7-7,2 0,46 3,40-5,20

Beta 2 5,5 3,1-6,5 0,37 2,30-4,70

Gamma 16,1 11,1-18,8 1,09 8,00-13,50

A/G ratio = 0,96 T.P. = 6,8 g/dl

C. Foto Thorax AP/Lat, 5 Juli 2013

Cor : CTR tidak valid diukur, kesan konfigurasi HHD

Pulmo : tampak lesi nodul terutama di region parahiler

Kesan : menyokong gambaran metastase

D. Foto Thoracolumbal, 5 Juli 2013

Kesan: destruksi pada VL 1-2, menyokong gambaran metastase

E. USG Abdomen, 5 Juli 2013

Kesan : Tumor lobus kanan hepar susp. hepatoma

F. MRI, 5 Juli 2013

Kesan: metastasis bone disease

G. EKG 6 Juli 2013

Kesan : normo EKG

V. ASSESMENT :

Paraplegia inferior e.c. destruksi VL 1-2 e.c. metastasis bone disease

Hipesthesi dermatom thoracal 5-6

Hepatoma d.d. THP

THM

VI. DAFTAR MASALAH

A. Problem Medis

Paraplegia inferior

Hipestesia kedua tungkai

Hepatoma

B. Problem Rehabilitasi Medis

Fisioterapi : nyeri punggung dan kelumpuhan pada ek-

stremitas inferior, tidak bisa berjalan, imobilisasi yang lama.

Okupasi terapi : ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.

Terapi wicara : (-)

Sosio-medik : memerlukan bantuan untuk aktivitas sehari-

hari.

Psikologi : beban pikiran karena fungsi tubuh yang tidak

dapat kembali seperti semula.

VII. PENATALAKSANAAN

A. Terapi Medikamentosa

Bedrest tidak total

Diet hepar 1200 kkal

Infus asering 20 tpm

Injeksi ranitidine 50 mg/12 jam

Injeksi ketorolac 3 mg/8jam

Injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam

Curcuma 3x1

Bplex 3x1

B. Terapi Rehabilitasi Medis

1. Fisioterapi :

a. mencegah ulcus decubitus: positioning dan turning setiap 2 jam

selama terjaga dan setiap 4 jam selama tidur.

b. ROM exercise aktif dan pasif

c. TENS dan terapi Panas superficial dan dalam

2. Speech terapi : tidak dilakukan

3. Occupational terapi : latihan aktivitas sehari-hari

4. Sosiomedik : memberikan edukasi kepada

keluarga dalam merawat dan membantu pasien

5. Orthesa-Prothesa : Korset sebagai eksternal fiksasi,

mencegah deformitas dan kerusakan lebih lanjut.

6. Psikologi : psikoterapi menurunkan kecemasan,

meningkatkan kepercayaan diri pasien dan pengawasan

status psikologis pasien. Memberikan motivasi agar

penderita dan keluarga mau menjalankan program

rehabilitasi.

7. Terapi rekreasi dilakukan sesuai kemampuan pasien

untuk mencegah depresi.

VI. IMPAIRMENT, DISABILITY, HANDYCAP

Impairment : Kelumpuhan anggota gerak bawah

Disability : Penurunan fungsi anggota gerak bawah

Handicap : keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari,

keterbatasan melakukan sosialisasi.

VII. GOAL

Memperbaiki kekuatan otot pasien dan mencegah kekakuan sendi dan

Mencegah terjadinya ulkus dekubitus pada pasien akibat imobilisasi lama

Mencegah komplikasi yang lebih buruk.

Mengembalikan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Mengatasi masalah psikososial yang timbul akibat penyakit yang diderita

pasien

Mengurangi ketergantungan pasien pada orang lain

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad malam

Ad fungsionam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

1. HEPATOMA

Hepatoma atau karsinoma hepatoseluler sering terjadi pada pasien sirosis hati,

yang disebabkan oleh virus hepatitis B atau C. Karsinoma ini lebih banyak pada pria

dan terutama ras Asia. Gejala awal hepatoma sering terlepas dari pemeriksaan, karena

tertutup oleh gejala sirosis hati yang sering mendasari karsinoma ini. Hilang selera

makan dan penurunan berat badan adalah gejala paling sering terjadi pada hepatoma,

tetapi pasien sirosis hati juga mempunyai gejala yang sama. Hepatoma pada umum-

nya ditegakkan diagnosisnya pada stadium lanjut.

Untuk deteksi dan menegakkan diagnosis hepatoma pada pasien sirosis, hep-

atitis B kronik, hepatitis C kronik, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT

Scan, USG. Pemeriksaan ini sangat membantu karena dapat menemukan tumor yang

masih berukuran kecil dan gejalanya tertutup oleh sirosis hati atau hepatitis kronik.

Pada pasien ini dilakukan USG dan CT Scan. Pemeriksaan penunjang lain yang san-

gat membantu adalah tumor marker Alfa FetoProtein. Pada orang dewasa sehat,

serum AFP rendah dan akan meningkat pada hepatoma, juga kehamilan. Pada pasien

hepatitis B atau hepatitis C kronik, apalagi bila sudah terjadi sirosis hati, sebaiknya

dilakukan pemeriksaan rutin USG, CT Scan dan tumor marker tiap 6 bulan untuk di-

agnosis dini hepatoma agar segera dilakukan pengobatan untuk memperpanjang usia

Penentuan stadium hepatoma paling sering berdasarkan Okuda staging sys-

tem. Pasien dievaluasi berdasar empat hal yaitu asites, albumin, bilirubin, dan ukuran

tumor. Penentuan ini berguna untuk prognosis. Stadium I mempunyai harapan hidup

3-8 bulan, stadium II 0-7 bulan, stadium III 0-2 bulan.

Pengobatan hepatoma masih belum memuaskan, banyak kasus didasari oleh

sirosis hati. Pasien sirosis hati mempunyai toleransi yang buruk pada operasi seg-

mentektomi pada hepatoma. Selain operasi masih ada banyak cara misalnya trans-

plantasi hati, kemoterapi, emboli intra arteri, injeksi tumor dengan etanol agar terjadi

nekrosis tumor, tetapi hasil tindakan tersebut masih belum memuaskan dan angka

harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah

Pencegahan hepatoma adalah dengan mencegah penularan virus hepatitis B

atau C. Vaksinasi merupakan pilihan yang bijaksana tetapi saat ini baru tersedia

vaksinasi untuk hepatitis virus B.

2. SPINAL CORD INJURY

Cedera medula spinalis akut merupakan kondisi yang kompleks, terutama

mengenai kelompok usia muda. Cedera medula spinalis pada umumnya

diklasifikasikan sebagai cedera komplet dan cedera inkomplet. Central cord syn-

drome merupakan bentuk cedera inkomplet yang paling sering dijumpai. Tujuan

utama terapi adalah meningkatkan fungsi motorik dan sensorik pasien. Bukti ilmiah

menunjukkan bahwa pemberian steroid dosis tinggi meminimalkan efek sekunder

cedera medula spinalis. Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya memi-

liki kemungkinan 5% untuk membaik. Pada cedera komplet yang menetap lebih dari

72 jam, maka hampir tidak ada kemungkinan untuk kembali pulih. Sindroma cedera

inkomplet memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Penyebab kematian utama pada

pasien dengan cedera medula spinalis adalah pneumonia, emboli paru, dan septikemia

Penyebab Atraumatik Paralisis Spinal

1. Vaskuler : arteritis pada

sipilis TB

2. Infeksi : GBS, polio

3. Degeneratif : SMS, ALS, Sy-

ringomyelia, multiple sclerosis

4. Tumor : meningioma, glioma,

neurofibroma, metastasis, dan penyebab sekunder lainnya.

5. Lain-lain : stenosis spinal

Goal Rehabilitasi Spinal Cord Injury

1. Mencapai penampilan fungsional seoptimal mungkin sesuai dengan sisa-sisa

kemampuan yang masih ada, sehingga meningkatkan kualitas kehidupan pen-

derita

2. Mencegah komplikasi

Komplikasi Spinal Cord Injury

1. Pneumonia hidrostatik

2. Hipotensi orthostatic tilt table, korset perut, stocking elastic

3. thrombosis vena profunda

4. infeksi dan batu vesica urinaria

5. Ulkus dekubitus

6. Heterotopik oscifikan

7. Kontraktur bahu abduksi selama 1-2 jam 3 kali per hari

8. Autonomic disreflexia

9. Hipotermia/poikilotermia cedera T6 ke atas

10. Cardiac aritmia

11. Gangguan fungsi genital

12. Atrofi otot

13. Nyeri parastesia

14. Spastisitas

15. Depresi

Program Rehabilitasi dan Ambulasi

1. Sitting balance

2. Standing

3. Transfer

4. Gait

Terhadap cedera daerah thorax bagian atas dan pertengahan, dipakai plastic

body jacket hanya pada pasien yang mengalami fraktur iga dan vertebrae yang multi-

ple, sedangkan bagi yang tidak mengalami fraktur multiple, tergantung pada beratnya

fraktur pasien, dapat dimobilisasi tanpa external setelah bed rest selama 6-8 minggu.

Cedera pada daerah thoracolumbal mengharuskan pasien menggunakan body-

jacket jika siap untuk mulai duduk, dilakukan operasi atau tidak selama 3 bulan atau

lebih pada pasien fraktur berat dan dislokasi.

Perawatan SCI

1. Fase stabilisasi akut 0-6 minggu, subakut 6-12minggu.

2. Fase pasca stabilisasi

a. Dimulai sewaktu mema-

suki program latihan duduk

b. Latihan dengan tilt table.

Toleransi dengan posisi tegak sulit, dapat dicoba dengan verban elastic

pada LE dan korset perut.

c. Jangan biarkan penderita

dalam posisi setengah duduk lebih dari 20 menit untuk satu waktu karena

akan menimbulkan tekanan gesek pada sacrum.

d. Latihan transfer

e. Latihan berdiri menggu-

nakan brace walaupun nantinya penderita tidak dapat berjalan. Oleh

karena latihan ini tetap harus dilakukan setelah penderita pulang

f. Latihan berjalan di paral-

lel bar walker crutch

g. Latihan dengan WC tetap

harus dilakukan

h. Bladder dan bowel train-

ing

DAFTAR PUSTAKA

1. Loblaw DA, Laperriere NJ, Mackillop WJ. A population-based study of ma-

lignant spinal cord compression in Ontario. Clin Oncol (R Colleg Radiol).

2003; 15(4):211.217.

2. Turner S, Marosszeky B, Timms I, Boyages J. Malignant spinal cord com-

pression: a prospective evaluation. Int J Radiat Oncol Biol Phys.

1993;26(1):141-146.

3. Schiff D. Spinal cord compression. Neurol Clin. 2003;21(1):67-86.

4. Bayley A,MilosevicM, Blend R, et al. A prospective study of factors predict-

ing clinically occult spinal cord compression in patientswithmetastatic

prostate carcinoma. Cancer. 2001;92(2):303-310.

5. Levack P, Graham J, Collie D, et al; Scottish Cord Compression Study

Group. Don’t wait for a sensory level—listen to the symptoms: a prospective

audit of the delays in diagnosis of malignant cord compression. Clin Oncol (R

Colleg Radiol). 2002;4:472-480.

6. Abrahm JL. A Physician’s Guide to Pain and SymptomManagement in Can-

cer Patients. 2nd ed. Baltimore, MD: Johns Hopkins University Press; 2005.

7. Posner JB. Neurologic Complications of Cancer. Philadelphia, PA: Davis

Publishing; 1995.

8. Schiff D, O’Neill BP, Suman VJ. Spinal epidural metastases as the initial

manifestation ofmalignancy: clinical features and diagnostic approach. Neu-

rology. 1997;49(2):452-456.

9. 9. Deyo R, Rainville J, Kent D.What can the history and physical examination

tell us about low back pain? JAMA. 1992;286:760-765.