studi banding 1. rumah susun cipinang, jakarta …thesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2013-2-00720-ar...
TRANSCRIPT
STUDI BANDING
1. Rumah Susun Cipinang, Jakarta Timur
Lokasi : Cipinang Jakarta Timur
Tahun Berdiri : 2001
Pemilik : Dinas Perumahan DKI Jakarta
Jumlah Unit : Terdapat 3 (tiga) blok hunian yang berjumlah keseluruhan
unitnya adalah 230
Latar Beakang
Rumah susun ini merupakan rumah susun yang penggunanya dikhususkan bagi
para guru yang bekerja di wilayah DKI Jakarta. Adapun hal yang
melatarbelakangi dibangunnya rumah susun ini adalah adanya keinginan
pemerintah kota DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
hidup para guru yang bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, rumah susun ini
disubsidikan pemerintah, sehingga harga sewanya dinilai cukup rendah bagi para
guru.
Kondisi Lahan dan Lingkungan
Adapun kondisi lahan dan lingkungan dari rusun ini adalah sebagai berikut :
• Berada di daerah hunian Cipinang
• Berada di Jalan sekunder yang relative tenang
• Ada angkutan umum yang melewati rumah susun ini
• Lokasi dekat dengan fasilitas pendidikan seperti SD, SMP, dan juga SMA
Sarana dan Prasarana
Rumah susun ini menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
• Lapangan parkir
• Penggunaan air bersih yang digunakan adalah air PAM
• Listrik PLN dan tiap rumah terdapat meteran listrik yang terletak di ruang
panel bersama di lantai dasar
• Terdapat ruang Genset
• Utilitas umum kota
• Mesjid
• Aula bersama
• Perpustakaan
• Lapangan bulu tangkis
• Pos keamanan
• Fasilitas komersial yang terletak di lantai dasar
• Selasar yang digunakan sebagai ruang berkumpul
• Mess petugas
Unit Hunian
Tipe hunian pada rusun ini adalah satu tipe yaitu tipe 30. Rumah susun ini terdiri
dari tiga blok, yaitu blok A, blok B, dan blok C. Jika dilihat secara fisik, rumah
susun ini termasuk rumah susun layak huni karena terawat dengan baik dan juga
bersih tetapi masih terdapat beberapa titik yang terlihat kusam seperti pada area
pipa dimana terdapat pipa yang bocor
Void yang terdapat di depan Mesjid sebagai sarana umum untuk
unit hunian masyarakat sekitar rumah susun
Tempat parkir motor Lapangan serbaguna
Ruang panel listrik bersama Gambar 1: Studi banding rusun cipinang
2. Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat
Lokasi : Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat
Tahun Berdiri : 1990
Pemilik : Perum Perumnas
Luas Lahan : 30 ha, terdiri atas lahan kosong eks bandara dan lahan
perkampungan penduduk kebon kosong, yaitu:
• 93% bangunan permanen dan semi permanen
• 7% bangunan temporer (dengan status lahan 40%
merupakan Tanah Negara, HGB 7%, Hak Milik 28%,
Hak Pakai 8% dan lain-lain 17%)
Luas Bangunan :
• Blok A2 : 17.704 ha
• Blok A3 : 1.354 ha
• Blok A5 : 4.4140 ha
• Blok A6 : 3.832 ha
• Blok A7 : 2.569 ha
Jumlah Unit
Tahap 1 seluas 6 ha
• Tipe F-18 : 12 blok : 902 unit
• Tipe F-24 : 6 blok : 600 unit
• Tipe F-36 : 3 blok : 360 unit
Total : 1862 unit
Tahap 2 seluas 3,4 ha
• Tipe F-18 : 1 blok : 80 unit
• Tipe F-24 : 1 blok : 120 unit
• Tipe F-36 : 24 blok : 480 unit
• Tipe F-42 : 10 blok : 200 unit
Total : 880 unit
Karakteristik Penghuni
Sasaran penghuni diprioritaskan bagi mereka yang bekerja di Kawasan Bandar
Kemayoran dan penduduk asli kawasan tersebut yang lahannya digunakan untuk
perencanaan rusun ini
.
Sarana dan Prasarana
• Perdagangan dan Jasa
Lantai dasar blok hunian digunakan sebagai unit usah. Hal ini dikarenakan
banyaknya masyarakat Kemayoran yang berwiraswasta, seperti berjualan
gado-gado, bakso dan juga menjahit. Berdasarkan data yang didapat dari
diktat Perumnas ternyata peminat unit usaha ini jauh lebih banyak
dibandingkan luas ruang yang telah disediakan
• Transportasi dan industri
Terdapat empat akses utama jalan besar untuk mencapai ke rusun
kemayoran ini. Untuk pencapaian ke rusun ini dapat dilakukan dengan
menggunakan angkutan umum
• Perumahan
• Penggunaan air bersih, pembuangan air kotor, sumber air baku dan
sanitasi kota
• Utilitas umum kota
• Rencana pengendalian banjir dan drainase kota
• Fasilitas Umum
• Peribadatan : mushola
• Kantor pengelola
• Ruang serbaguna
• Ruang terbuka umum/publik
Ruangan ini terletak pada lantai dasar blok hunian dan digunakan
sebagai ruang sewa tetapi sebagian dari ruangan ini juga dapat
digunakan sebagai tempat parkir
• Lapangan olahraga
• Tempat bermain
• Taman
Apartemen yang terletak Tempat menyimpan gerobak disekitar rumah susun milik penghuni Tangga darurat sebagai salah satu Nama blok yang sesuai dengan utilitas pencegah kebakaran jenis-jenis pesawat Lahan parkir yang pada jam makan siang Tempat komersial yang terletak dilantai digunakan para pedagang untuk berjualan dasar rumah susun
Gambar 2 : Gambar lingkungan rumah susun Kemayoran
3. Rumah Susun Berlian, Tebet, Jakarta
Lokasi : Tebet, Jakarta
Tahun Berdiri : 1996
Pemilik : Dinas Perumahan
Luas Lahan : 3000 m2, terdiri atas bekas permukiman kumuh
Jumlah Uniut
• Blok E-24 : 50 unit
• Blok F-24 : 70 unit
Karakterisktik penghuni
Sasaran penghuni dipriorotaskan bagi mereka yang dulunya tinggal didaerah ini
yang berprofesi sebagai karyawan dan umum. Karena rumah susun ini merupakan
rumah susun sederhana maka target pembangunan ini untuk menengah kebawah.
Sistem kepengelolaan
Rumah susun ini merupakan proyek dari dinas perumahan yang dikelola langsung
oleh pengelola yang merupakan bekas dari pemilik tanah yang tanahnya dibeli
oleh pemerintah untuk pembangunan rumah susun yang lain. Status rumah susun
ini adalah rumah susun milik
Fasilitas
• Masjid
• Lapangan parkir
• Pendidikan yaitu TPA
• Listrik dan
• PAM
Tampak depan rumah susun Jalan sekita rumah susun Selasar rumah susun yang gelap Jemuran rumah susun yang ditutupi karena terlalu banyak dinding masif sehingga mengurangi kesan kumuh disisi selasar pada rusun
Gambar 3 : Gambar Lingkungan Rumah Susun Berlian
Catchment Area 1. Atap Beton
Gambar 4 : Ilustrasi sistem rainwater harvesting dengan atap beton
Gambar 5 : Detail lapisan atap beton
Kelebihan Kekurangan
Air hujan yang ditangkap lebih
banyak
Air hujan tidak terfilter
2. Atap Beton dengan kombinasi Green Roof
Gambar 6 : Ilustrasi sistem rainwater harvesting
Gambar 7 : Detail lapisan greenroof Sumber : Jay R. Smith Mfg. Co. (2010)
Green Rooftops, 2008; Holladay, 2006 menyatakan
bahwa taman atap memiliki fungsi untuk mengurangi polusi
udara dan suara, menurunkan suhu udara, konservasi air,
menampilkan keindahan bangunan, dan menambah keragaman
hayati. Kelebihan dari greenroof adalah air hujan yang jatuh
akan mengalami filtering sebelum ditampung (Rudi
Dewanto,2011)
Kelebihan Kekurangan
Air hujan yang jatuh akan
terfilter secara alami
Air hujan yang akan ditampung
lebih sedikit karena sebagian dari
air hujan tersebut terserap oleh
tanaman
3. Rain Collector Skyscraper
Mahasiswa arsitektur Polandia, Ryszard rychlicki dan
Agnieszka Nowak dari H3AR mendapat perhatian khusus untuk
usulan mereka dalam kompetisi 2010 pencakar langit.
Gambar 8 : Bagian atas “rain collector skyscraper”
'Gedung pencakar langit penangkap hujan' adalah sebuah
bangunan yang atap dan selubung bangunannya terdiri dari sistem
talang, yang ditujukan untuk menangkap curah hujan sebanyak
mungkin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pemakainya.
Konsumsi harian rata-rata air per orang adalah 150 liter, yang 85
liter dapat digantikan oleh air hujan. Dalam puluh tahun terakhir
konsumsi air telah meningkat secara signifikan. Ada banyak faktor
yang berkontribusi terhadap peningkatan tersebut seperti
meningkatnya jumlah mesin cuci dan mesin cuci piring,perangkat
mandi dan WC pembilasan. Sepertiga dari air yang digunakan di
rumah tangga di negara-negara barat yang digunakan di toilet.
Mengingat data ini, mereka memutuskan untuk merancang sebuah
menara yang akan memungkinkan untuk menangkap dan mengolah
air hujan sebanyak mungkin untuk menyediakan air bagi
penduduknya. Sistem seperti ini membantu mereka untuk mengatasi
defisit air.
Awalnya, dalam merancang menara, mereka fokus pada
pembentukan dan pemodelan permukaan atap untuk menangkap
sebanyak mungkin curah hujan. Di bawah permukaan atap, ada
penyimpan air dalam bentuk corong yang besar. Setelah diproses
selanjutnya dikirim ke hunian. Jaringan talang air di permukaan luar
bangunan dirancang untuk menangkap curah hujan yang mengalir
dari gedung.
lantai dan surplus disimpan dalam
ditangkap dan diproses oleh gedung dapat digunakan untuk
pembilasan toilet, mesin cuci, menyiram tanaman, membersihkan
lantai dan
maju
persen dari konsumsi air harian murni dapat digantikan dengan curah
hujan berkat teknologi
Gambar
dari gedung. Curah hujan yang mengalir tersebut dikirimkan ke
lantai dan surplus disimpan dalam reservoir di bawah gedung. Air
ditangkap dan diproses oleh gedung dapat digunakan untuk
pembilasan toilet, mesin cuci, menyiram tanaman, membersihkan
lantai dan lainnya. Curah hujan di beberapa kota besar di negara
maju dianalisis dan diperoleh rumus yang menunjukkan berapa
persen dari konsumsi air harian murni dapat digantikan dengan curah
hujan berkat teknologi diterapkan dalam bangunan
Gambar 9 : Detail balkon untuk area penangkap huja
Gambar 10 : Sitematika hujan berkontribusi ke seluruh bangunan
Gambar 11 : Saluran pengumpul air hujan
Curah hujan yang mengalir tersebut dikirimkan ke
di bawah gedung. Air
ditangkap dan diproses oleh gedung dapat digunakan untuk
pembilasan toilet, mesin cuci, menyiram tanaman, membersihkan
urah hujan di beberapa kota besar di negara
diperoleh rumus yang menunjukkan berapa
persen dari konsumsi air harian murni dapat digantikan dengan curah
bangunan ini
lkon untuk area penangkap hujan
hujan berkontribusi ke seluruh bangunan
: Saluran pengumpul air hujan
Gambar 12 : Air hujan yang ditangkap
Tabel 1 : Tabel konsumsi air
Gambar 13 : Air digunakan kembali dan diedarkan di sekitar gedung Sumber:
http://www.designboom.com/weblog/cat/9/view/9436/rain-collector-skyscraper.html
Kelebihan Kekurangan
- Air ditangkap secara
langsung baik pada atap
maupun fasad bangunan
- Membutuhkan biaya yang
sangat besar dalam
pembuatannya
4. 'homesown' by Levitt Bernstein
Gambar 14 : Skema desain homesown Sumber :
www.bustler.net/index.php/article/levitt_bernstein_wins_islington_housing_design_competition/
Levitt Bernstein merupakan pemenang dalam lomba desain
perumahan islington dengan skema desain yang dibuat yaitu homesown.
Desain dari Levitt Bernstein menarik bagi juri dan mengalahkan 59
perusahaan sebagai pesaing dalam kopetisi ini. Desain dari skema
homwsown yang dirancang oleh Levitt Bernstein mengambil tema dari 4
musim, yaitu musim dingin, musim panas, musim gugur, serta musim
hujan. Bangunan ini dirancang agar dapat menyesuaikan dengan semua
kondisi musim pada Negara tersebut.
Desain ini dirancang dengan memperhatikan desain sustainable,
aksebilitas bagi penyandang cacat, liveability serta kualitas dari bangunan
itu sendiri. Bangunan howesown ini juga memperhatikan desain untuk
penangkapan air hujan yang dimana penangkapan air hujan ini digunakan
untuk pengairan pada tanaman yang ditanam diatas bangunan.
Kelebihan Kekurangan
- Air yang jatuh langsung
ditampung pada tengah-tengah
void lalu disalurkan kembali ke
dalam bak penyimpanan
5. Taman Bambu Nusantara
Desain hunian untuk komunal dapat dibangun murah dengan bambu
yang digunakan untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau untuk
hunian sementara bagi penampungan pengungsi. Paviliun bambu ini di
desain oleh desainer Australia Esan Rahmani dan Mukul Damle yang
merupakan contoh yang indah dari penggunaan bahan berkelanjutan dan
bersumber secara lokal bagi masyarakat yang kurang beruntung yang
tinggal di sekitar Samudera Hindia
Gambar 15 : Potongan bangunan taman bambu nusantara
Gambar 16 : Bentuk gubahan massa
Sumber : http://kotakitaku-tamanbambunusantara.blogspot.com/2012/12/rumah-bambu-eksotis-yang-murah-untuk.html
Bangunan berbentuk seperti donat bambu, ruang tempat penampungan
benar-benar komunal dalam arti bahwa mereka sengaja disusun di sekitar
ruang pusat bersama . Penyimpanan dan individu / keluarga yang tinggal
tersebar di sekitar pusat ini, sementara jendela dan langit-langit pusat
menyediakan sebagian besar pencahayaan alami dan ventilasi.
Kuat, fleksibel, murah dan cepat tumbuh, bambu merupakan bahan
bangunan populer yang juga mudah ditemukan dan banyak digunakan di
wilayah tersebut. Bambu juga sering digunakan untuk saluran air, para
desainer meningkatkan kualitas dan memanfaatkan potensi ini dengan
menampung hasil pemanenan air hujan sebagai bagian dari desain atap.
Kelebihan Kekurangan
- Material mudah didapatkan
- Bahan alami dan dapat
diperbaharui
- Rentan terhadap rayap
6. Gallery: The UniCube Sustainable Dorm Design
Gambar 17 : Fasad bangunan
Gambar 18 : Desain atap bangunan
Gambar 19 : Denah Bangunan Sumber : http://inhabitat.com/andrew-southwood-jones-unicube-dorm/unicubedorm/
Dilapisi dinding hidup hijau dan menyerupai pagoda dihiasi dengan
atap tembaga melengkung , asrama UniCube ini menggunakan serangkaian
fitur yang mengesankan berkelanjutan untuk mengatur suhu , panen air
hujan, dan menghasilkan energi sendiri . Dirancang oleh Andrew
Southwood - Jones , desain baru ini mengambil penghargaan tertinggi untuk
Arsitektur di Autodesk 2008 Student Design Challenge .
Andrew merancang UniCube dengan beberapa prinsip dalam pikiran
menggabungkan strategi pembangunan berkelanjutan , memaksimalkan
ruang tersedia, dan menyeimbangkan semua itu dengan estetika yang
menarik . Untuk memenuhi parameter ini dia membayangkan sebuah fasad
dilengkapi dengan isolasi dinding hidup dan atap tembaga aerodinamis
dengan saluran angin untuk ventilasi struktur tanpa perlu AC. Panel surya
Sun - pelacakan memberikan listrik ke gedung dan air saluran sistem
pengumpulan air hujan untuk digunakan dalam irigasi, toilet, dan laundry .
Kelebihan Kekurangan
- Desain akan terlihat unik
Sangat rumit dalam
pembuatannya dan membutuhkan
pekerja yang profesional
7. Eco-Laboratory Concept Living Building
Gambar 20 : Fasad bangunan Eco-Laboratory
Gambar 21 : Potongan bangunan Eco-Laboratory
Merupakan salah satu desain yang berkelanjutan yang paling inovatif.
Dirancang oleh tim dari Weber Thompson dan memenangkan kompetisi
Cascadiadan yang bersaing dengan sekitar 15 pemenang regional lainnya
dari seluruh negeri. Eco - Laboratorium adalah desain teoritis ditetapkan di
Seattle dengan perumahan yang terjangkau dan harga pasar perumahan ,
pusat pelatihan kerja , penampungan tunawisma , stasiun kebersihan , dan
pasar petani publik . sistem dari eco-laboratorium itu sendiri adalah energi (
kiri ) , ventilasi (tengah ) , dan air ( kanan) sistem spesifik .
Gambar 22 : Perspektif mata burung Eco-Laboratory Sumber : http://www.jetsongreen.com/2008/12/eco-laboratory.html
Eco - Laboratorium mencakup sistem pengumpulan air hujan, taman
hidroponik makanan yang ditanam untuk masyarakat, sistem pengolahan air
limbah biologis untuk mengubah air hitam untuk greywater dan air minum,
bak penampungan untuk menyalurkan air bersih, udara alami ke dalam
bangunan melalui saluran bawah tanah, turbin angin sumbu vertikal dan
panel surya untuk energi hijau di tempat, dan sel bahan bakar hidrogen
didukung oleh metana, produk sampingan dari sistem pengolahan air limbah
Kelebihan Kekurangan
Air hujan yang ditangkap lebih
banyak
Tidak terfilter
7. Atap Pelana
Gambar 23 : Tampak depan atap pelana
Gambar 24 : Potongan bangunan atap pelana
Sumber : http://dc308.4shared.com/doc/L1zj-6hO/preview.html
Bentuk atap menggunakan jenis atap pelana dimana
disesuaikan dengan iklim di indonesia dan hampir digunakan pada
setiap rumah susun. Air hujan yang jatuh pada atap bangunan akan
dialirkan ke talang air yang berada pada sisi pinggir dari atap,
selanjutnya dialirkan ke dalam bak penyimpanan melalui sebuah pipa
yang terhubung langsung dari talangan menuju ke bak penampungan
Kesimpulan dari semua desain diatas adalah desain atap
bangunan disesuaikan dengan kondisi dan bentuk tapak bangunan itu
sendiri yang artinya selain harus mempertimbangkan hal tersebut, juga
harus mempertimbangkan kualitas pekerja dan material yang ada di
Negara kita. Untuk proyek ini menggunakan atap pelana yang dimana
untuk menangkap air hujan menggunakan sebuah talang dan pipa air
hujan yang tersebar di beberapa titik pada atap.