struktur dan fungsi sistem digestif pada manusia

15
Struktur dan Fungsi Sistem Digestif pada Manusia Ricky Sunandar 10.2012.227 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] I. Pendahuluan Nutrisi dalam makanan, seperti karbohidrat, vitamin, protein, lemak, dan mineral, memberikan sel tubuh dengan energi dan material yang diperlukan untuk bekerja. Masalahnya adalah kebanyakan nutrisi ini tidak dapat digunakan tubuh untuk menjadi energi dalam bentuk saat mereka dimakan. Mereka terkunci di dalam makanan dan harus dihancurkan dan diubah menjadi lebih kecil, ukuran yang dapat digunakan sebelum mereka diserap dan dibawa ke sel-sel di seluruh tubuh. Ini adalah tugas dari sistem digestif, untuk menghancurkan, atau mencerna, makanan yang kita makan menjadi ukuran terkecil mereka. Ukuran ini akan digunakan sebagai energi untuk sel yang telah ada dan membentuk sel baru. Ada

Upload: ricky-sunandar

Post on 29-Sep-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ukrida, kedokteran, disgestivus, semester 2, blok 9, ukrida

TRANSCRIPT

Struktur dan Fungsi Sistem Digestif pada Manusia

Ricky Sunandar10.2012.227Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat [email protected]

I. PendahuluanNutrisi dalam makanan, seperti karbohidrat, vitamin, protein, lemak, dan mineral, memberikan sel tubuh dengan energi dan material yang diperlukan untuk bekerja. Masalahnya adalah kebanyakan nutrisi ini tidak dapat digunakan tubuh untuk menjadi energi dalam bentuk saat mereka dimakan. Mereka terkunci di dalam makanan dan harus dihancurkan dan diubah menjadi lebih kecil, ukuran yang dapat digunakan sebelum mereka diserap dan dibawa ke sel-sel di seluruh tubuh.Ini adalah tugas dari sistem digestif, untuk menghancurkan, atau mencerna, makanan yang kita makan menjadi ukuran terkecil mereka. Ukuran ini akan digunakan sebagai energi untuk sel yang telah ada dan membentuk sel baru. Ada empat tahap dasar dari proses digestif, dan seluruh siklus biasanya membutuhkan satu sampai dua hari untuk selesai.1Dalam makalah ini kita akan membahas tentang struktur dan fungsi dari usus pada sistem digestif.II. PembahasanStruktur Makroskopis Intestinum Tenue atau Usus KecilIntestinum tenue atau usus kecil terdiri dari duodenum yang retroperitonealis dan jejenum dan ileum yang intraperitonealis. Bagian usus kecil mulai distalis dari pylorus yaitu awal duodenum, yang dilanjutkan pada flexura duodenojujunalis menjadi jejunum dan seterusnya menjadi ileum sampai bermuara ke coecum.DuodenumDuodenum mulai dari pylorus sampai flexura duodenojejunalis dan beralih menjadi jejunum. Panjangnya kurang lebih 25 cm, dan berbentuk seperti huruf C yang mengelilingi caput pancreas. Duodenum dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu pars superior, pars descendens, pars horizontalis (inferior), dan pars ascendens. Sepanjang 2-3 cm pertama pars superior duodeni masin diliputi oleh peritoneum viscerale yang ke atas merupakan tempat lekat dari ligamentum hepatoduodenalis, bagian dari omentum minus dan ke bawah dari omentum majus, serta merupakan batas bawah dari foramen omentalis (epiploicum). Bagian lain dari duodenum kecuali 1-2 cm dari bagian akhir pars ascendens mempunyai letak retroperitonealis.2PendarahanArteri: A. gastroduodenalis : cabang A. hepatica communis, A. pancreatico duodenalis superior.anterior. & posteriormemperdarahi : duodenum.bagian.proximal, A. pancreaticoduodenalis inferior, anterior & posterior : cabang A. mesenterica superior memperdarahi :duodenum bagian distal.Vena: mengikuti arteri mengalirkan darah ke dalamV. porta, sebagian tidak langsung melaluiV. mesenterica superior dan v. Lienalis.3JejenumUsus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Jejunum mempuyai dinding yang tebal, diameter yang lebih besar daripada illeum, arcade yang setingkat, Nnll. yang soliter, vasa recta yang panjang, dan pita sirkular yang rapat.3IlleumUsus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada system pencernaan manusia, Ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netralatau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Sifat illeum berlawanan dari Jejunum yakni mempunyai dinding yang tipis, Diameter yang kecil, arcade yang bertingkat, Nnll. yang aggregati, vasa recta yang pendek, dan pita sirkular yang renggang.3Makroskopis Intestinum Crassum atau Usus BesarUsus Besar (Kolon)Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan)Mulai dari junctura ileo colica flexura colli dextraVascularisasi :Arteri: A. ileocolica & A. colica dext. cabang A. mesenterica sup.Vena: V. ileocolica &V. colica dextra v. mesenterica superior Getah bening : Nnll paracolica Nnll mesenterica superior.Innervasi : plexus mesentericus superiorKolon transversumDari flexura colli dextra-flexura colli sinistraVascularisasi :Arteri: A. colica media, cabang a. mesenterica superior, A. colica sinistra, cabang a.mesenterica inferior.Vena: V. mesenterica superior Getah bening: Nnll. colica media, Nnll. mesenterica superior Kolon Desendens (Kiri)Letak : retro peritoneal, dari flex.coli sinistra sampai fossa iliaca sinistraVaskularisasi : A. colica sinistra, cab. A. mesenterica inferior Kolon Sigmoid (berhubungan dengan rektum)Berbentuk huruf S ,dari PAP S3, kemudian menjadi rectum rectosigmoid junction 15 cm dari anus.Vascularisasi : a. sigmoideae, cab. A. mesenterica inferior.3RektumRektum (Bahasa Latin:regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).3AnusMerupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anusPendarahan A. rectalis superior : cabang A. mesenterica superior, A. rectalis media, A.rectalis inferior.3Struktur Mikroskopis Intestinum Tenue atau Usus KecilUsus HalusEpitelnya terdiri dari selapis toraks dan sel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya terdapat brush border/mikrovili yang berfungsi untuk memperluas permukaan absorptif dan juga mengandung sel-sel pencernaan. Semakin ke distal, sel goblet semakin banyak. Terdapat vili intestinalis.Sepanjang mukosa terdapat glandula intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa simpleks, yang bermuara diantar vili intestinalis.Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, dibagian apikalnya mengandung granula eosinofilia. Sel-sel crytus berfungsi menggantikan sel-selepitel permukaan yang rusak. Dibagi dalam 3 daerah yakni:DuodenumTerdapat kelenjar Bruner, mukus, dan kompleks tubulosa bercabang. Bentuk vili intestinalis berbentuk lebar.JejunumTidak terdapat kelejar Bruner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularis Kerckringi tinggi-tinggi. Vili intestinalis berbentuk budar seperti lidah.IlleumTerdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri/ Plaque Peyeri di lamina propria meluas ketunica submukosa.Vili instetinalisnya berbentuk jari-jari.4Mikroskopis Intestinum Crassum atau Usus BesarUsus BesarTunica mukosa tidak mengandung plica sirkularis dan vili intestinalis. Sel goblet banyak dintara sel epitel. Memiliki Cryptus Lieberkuhn dan limfonodus solitorius. Sel paneth dan sel argentafin sedikit sekali. Tunica muscularis longitudinal membentuk 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli appendix merupakan evaginasi dari usus besar. Lumennya sempit, sering berisis debris. Memiliki banyak folikel limphoid di sub mukosa. Tida ada taenia coli. Strukturnya menyerupai usus besar.5RektumMukosa mempunyai lipatan longitudinal rectal collum (Anal column, Column of Morgagni).Epitelnya selapis torak. Terdapat cryptus. Pertemuan anatar rektum dan anus disebut LineaPectinata.5

AnusTunica submukosa mengandung banyak pembuluh darah, saraf, dan badan vater Pacini. Pembuluh-pembuluh vena membentuk plexus hemmoroid. Tunica Muskularis Mukosa/ lapisan longitudinal membentuk musculis dilator ani internus.Tunica musckularis sirkular menebal pada ujungnya membentuk musculus Sphincter ani internus. Di luar lapisan otot ini terdapat jaringan otot lurik Musculus Sphincter ani externus. Epitelnya berlapis gepeng dengan lapisan tanduk,memiliki folike rambut, dan kelenjar sebasea.5Mekanisme PencernaanUsus halusLambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap.Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan,vili dan mikrovili. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.6Enzim enzim usus melengkapi proses pencernaan kimus sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah terserap. Enzim enzim usus dan cara kerjanya.1a. Enterokinase mengaktifasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih kecil.b. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurai peptida menjadi asam amino bebas.c. Amilase usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).d. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa, laktosa dan sukrosa, menjadi monosakarida (gula sederhana).Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol.7Usus besarUsus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisamenyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasiyang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.6Proses DefekasiDefekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.8Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi instriksik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya feses dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasimpatis dimulai dari adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon descendens, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter interna relaksasi.8Feses terdiri dari atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas massa padat, berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.8Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi1. UsiaSetiap tahap perkembangan memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi belu memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.82. DietDiet, pola, atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepata defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat mempengaruhinya.83. Asupan cairanPemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.84. AktivitasAktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal ini kemudian membuat proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik.85. PengobatanPengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan Laksantif atau Antassida yang terlalu sering. Kedua jenis tersebut dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik usus. Penggunaan lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototya dan menjadi kurang responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksantif.86. Gaya hidupKebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.87. PenyakitBeberapa penyakit dapat mempegaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.88. NyeriAdanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk defekasi, seperti nyeri pada kasus hemorroid dan episiotomi.89. Kerusakan sensoris dan motorisKerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.8III. KesimpulanSistem pencernaan berfungsi untuk menyerap nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk bekerja dan membentuk sel yang baru. Setelah makanan diproses, maka makanan tersebut akan memiliki sisa-sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan akan dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut dengan defekasi. Proses defekasi dapat terhambat bila asupan cairan dalam tubuh kurang. Maka hipotesis diterima.IV. Daftar Pustaka1. Hoffman Gretchen. Digestive system. New York: Marshall Cavendish; 2009.h.5-62. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2008.h.59-603. Moore KL. Anatomi klinis dasar. In : Agur AMR,editor , Sistem digestivus. Jakarta: EGC ; 2002.p.83-7.4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: FransDany, editor. Saluran cerna. Jakarta :EGC; 2007.p.278-307.5. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. In: Kapoh RP, editor.Pengkajian laboratorim/Diagnostic fungsi tubuh. Jakarta:EGC; 2008.p.719-21.6. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, RodwellVW. Biokimia Harper. In: Bani AP,Sikumbang TMN. Pencernaan dan absorpsi. 25thed. Jakarta:EGC;2003.p.632-44.7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.292-3.8. Alimul A. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan Ed.2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.h.73-6.