askep kritis acute digestif bleeding ( afandi ).doc

36
Nama : Muh. Syarifuddin Afandi Kelas : B / KP / VII NIM : 04.11.2852 ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING A. LATAR BELAKANG Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapai. Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan.Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan lokasi perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan lokasi perdarahan. Hematemesis (muntah darah segar atau hitam) menunjukkan perdarahan dari saluran cerna bagian atas, proksimal dari ligamentum Treitz. Melena (tinja hitam, bau khas) biasanya akibat perdarahan saluran cerna bagian atas, meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat menimbulkan melena. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di 1

Upload: afandi-syarifuddin

Post on 07-Feb-2016

99 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Nama : Muh. Syarifuddin Afandi

Kelas : B / KP / VII

NIM : 04.11.2852

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING

A. LATAR BELAKANG

Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapai.

Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa

hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan.Pendekatan pada pasien dengan

perdarahan dan lokasi perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya

perdarahan dan lokasi perdarahan. Hematemesis (muntah darah segar atau hitam)

menunjukkan perdarahan dari saluran cerna bagian atas, proksimal dari ligamentum

Treitz. Melena (tinja hitam, bau khas) biasanya akibat perdarahan saluran cerna

bagian atas, meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau kolon bagian kanan,

juga dapat menimbulkan melena.

Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu

penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. Sebagian besar

pasien datang dalam keadaan stabil dan sebagian lainnya datang dalam keadaan

gawat darurat yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat. Kejadian perdarahan

akut saluran cerna ini tidak hanya terjadi diluar rumah sakit saja namun dapat pula

terjadi pada pasien-pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit terutama

di ruang perawatan intensif dengan mortalitas yang cukup tinggi.

1

Page 2: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Perdarahan saluran cerna bagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga

80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah menurun,

tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga

10 %, dan belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir.

Saluran pencernaan terdiri dari suatu saluran kontinu yang berjalan dari mulut

sampai anus. Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi

atau nutrient seperti air dan elektrolit dari makanan yang dimakan ke dalam

lingkungan internal tubuh.

Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi.

Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa

hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan. Pendekatan pada pasien dengan

perdarahan dan lokasi perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya

perdarahan dan lokasi perdarahan. Perdarahan saluran cerna dapat menyerang semua

orang dan semua golongan.

B. DEFINISI

Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana

saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa

ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga

tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang

terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan

darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja.

(Mansjoer, 2000)

Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan

yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal.

Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai akibat

2

Page 3: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) (yang disebabkan oleh H.

Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau

alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis merupakan

penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008)

Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari

usus di sebelah distal ligamentum treitz. Pasien dengan perdarahan saluran cerna

bagian bawah datang dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Hampir

80% dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada

tekanan darah. Hanya 15% pasien dengan perdarahan berat dan berkelanjutan

berdampak pada tekanan darah. Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM

Jakarta menyebutkan bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran cerna bagian

atas disebabkan oleh varises esophagus sekitar (33,5 %).

Tingginya angka penderita varises esophagus dikarenakan adanya hubungan

antara varises esophagus dengan munculnya penyakit hepatitis B dan C di Indonesia.

Angka kematian di berbagai belahan dunia juga masih menunjukkan jumlah yang

cukup tinggi terutama di Indonesia yang wajib jadi perhatian khusus.

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan salah satu kegawat

daruratan yang banyak ditemukan di rumah sakit seluruh dunia. Perdarahan saluran

cerna bagian atas merupakan salah satu indikasi perawatan di rumah sakit dan banyak

menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan baik. Karena itulah diperlukan

penatalaksanaan yang baik dan sistematis agar perdarahan SCBA tersebut tidak

menimbulkan komplikasi yang berat sampai kematian.

Hematemisis adalah muntah darah. Sedangkan melena adalah pengeluaran

feses yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan

saluran cerna bagian atas (Tondobala, 1987 dalam Suparman, 1993). Yang dimaksud

dengan hematemesis adalah muntah darah hitam dari SCBA, dimana darah yang

keluar bercampur dengan asam lambung. Melena adalah buang air besar darah hitam

3

Page 4: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

dari SCBA. Sedangkan hematokezia adalah buang air besar darah merah segar dari

saluran cerna bagian bawah (SCBB). Pseudomelena adalah buang air besar berwarna

hitam, tapi penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan

darah terlalu lama di usus. Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar

tapi disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang keluar tidak

sempat bercampur dengan asam lambung. Saluran cerna bagian atas (SCBA) meliputi

esofagus, gaster, duodenum, jejunum proksimal diatas ligamentum Treitz. Saluran

cerna bagian bawah (SCBB) meliputi jejunum distal dibawah ligamentum TReitz,

ileum,kolon,rectumdananus.

Dari penelitian retrospektif di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI/RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 3 tahun (1996 –

1998) didapatkan penyebab perdarahan SCBA terbanyak adalah pecahnya varises

esofagus (27.2%). Tukak duodenum dan tukak lambung menduduki tempat nomer 5

dan 6 sebagai penyebab perdarahan SCBA.

Perbedaan antara melena dan hematemesis

Hematemisis Melena

Terjadi bila perdarahan dibagian

proksimal jejunum (Tondobala, 1987)

atau di atas ligamen Treitz /pada jungsi

denojejunal (Hudak & Gallo, 1996)

§ Dapat terjadi tersendiri atau bersama-

sama dengan hematemisis.

§ Paling sedikit terjadi perdarahan

sebanyak 50-100 mL, baru dijumpai

keadaan melena.

4

Page 5: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Tabel 1. Penyebab tersering perdarahan SCBA pada pasien yang menjalani

endoskopi di RSCM selama tahun 2001 – 2005

Penyebab Jumlah kasus Persentase

Pecahnya varises esofagus 280 kasus 33.4 %

Perdarahan ulkus peptikum 225 kasus 26.9 %

Gastritis erosiva 219 kasus 26.2 %

Tidak ditemukan 38 kasus 4.5 %

Lain – lain 45 kasus 9 %

Total 807 kasus 100 %

C. KLASIFIKASI

Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 yaitu

1.Perdarahan saluran cerna bagian atas

2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah /Lower gastrointestinal bleeding (LGIB)

(Mansjoer, 2000)

D. ETIOLOGI

1. Perdarahan saluran cerna atas

Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian

atas pada buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al.,

2008):

1. Duodenal ulcer (20 – 30 %)

2. Gastric atau duodenal erosions (20 – 30 %)

3. Varices (15 – 20 %)

4. Gastric ulcer (10 – 20 %)

5. Mallory –Weiss tear (5 – 10 %)

6. Erosive esophagitis (5 – 10 %)

5

Page 6: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

7. Angioma (5 – 10 %)

8. Arteriovenous malformation (< 5 %)

9. Gastrointestinal stromal tumors

Dalam buku Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology

ada beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna

bahagian atas beserta tabel hasil penelitian dari Center for Ulcer Research

and Education (CURE) (Jutabha, R., et al. 2003):

Tabel 2.1. Etiologi UGIB dari Data Center for Ulcer Research

and Education (CURE)

Diagnosis Number of Patients (%)(n=948)

Peptic ulcers 524 (55)

Gastroesophageal varices 131 (14)

Angiomas 54 (6)

Mallory-Weiss tear 45 (5)

Tumors 42 (4)

Erosions 41 (4)

Dieulafoy’s lesion 6 (1)

Other 105 (11)

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas terbanyak di Indonesia adalah

karena pecahnya varises esophagus, dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan

saluran cerna bagian atas (Hilmy, 1971: 58%; Soemomarto, 1981: 60%;

Abdurrahman: 50%; Hernomo, 1981: 44,8%; dan Ali: 57,43% seperti dikutip

Tondobala, 1987 dalam Suparman, 1993).

6

Page 7: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

PSCA secara umum dibagi menjadi dua, yaitu PSCA karena rupture varices

dan PSCA bukan karena varices. Pada PSCA karena varices, patofisiologi yang

mendasari adalah meningkatnya tekanan vena porta yang mengakibatkan vena-vena

esophagus, lambung melebar dan juga menyebabkan gastropati. Sedangkan PSCA

yang non varices, melibatkan perdarahan arteriel seperti ulkus dan rupture mukosa

yang dalam, atau perdarahan vena tekanan rendah seperti pada teleangiectasi dan

angioectasis.

Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dapat menentukan

kira-kira lokasi PSCA. Riwayat penyakit hati kronis/alkohol bisa memperkirakan

perdarahan berasal dari gastropati hipertensi portal atau pecahnya varices esophagus.

Riwayat pemakaian obat antiinflamasi non steroid/obat-obat anti rematik/penghilang

nyeri yang berkaitan dengan cyclooxygenase-1 yang menurunkan ketahanan mukosa

terhadap asam lambung, bisa menuntun kita ke arah ulkus lambung.

2. Perdarahan Saluran Cerna Bawah

a. Tumor ganas

b. Polip : pertumbuhan jinak atau polip di usus besar yang umum dan

dapat menyebabkan kanker.

c. Colitis ulseratif : Infeksi, penyakit seperti penyakit Crohn s,

kurangnya aliran darah ke usus besar, dan radiasi dapat menyebabkan

kolitis - radang usus besar.

d. Penyakit chron

e. Angiodiplasia : Penuaan menyebabkan angiodisplasia - kelainan pada

pembuluh darah usus.

f. Hemorrhoid (wasir) : Wasir pembuluh darah membesar di anus atau

rektum yang bisa pecah dan berdarah. Fissures, atau bisul, luka atau

air mata di daerah dubur.

7

Page 8: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

g. Hemoragik massif saluran cerna bagian atas (Suparman, 1987)

Lokasi lesi sumber perdarahan pada kasus dengan hematoskezia

(sebagai tanda yang paling umum untuk SCBB): 74% berada di kolon,

11% berasal dari SCBA, 9% usus kecil, dan 6% tidak diketahui sumbernya.

Perdarahan akut dan hebat pada umumnya disebabkan oleh angiodisplasia

dan divertikulosis. Sedangkan yang kronik intermiten disebabkan oleh

hemoroid dan keganasan kolon. Etiologi perdarahan SCBB yang harus

dipertimbangkan dan cukup sering dihadapi di Indonesia adalah perdarahan

di usus kecil pada demam tifoid.

E. TANDA DAN GEJALA

Gejalanya bisa berupa :

1. Muntah darah (Hematemesis)

Adalah muntah darah dan biasanya di sebabkan oleh penyakit saluran cerna

bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rectal yang

mengandung campuran darah biasanya disebabkan oleh perdarahan usus

proksimal (Grace & Borley,2007).

2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (Melena)

Tinja berwarna hitam merupakan akibat dari perdarahan di saluran bagian

atas. Misalnya lambung atau duodenum. Warna hitam terjadi Karena darah

tercemar oleh asam lambung dan pencernaan kuman selama beberapa jam

sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah dapat menghasilkan tinja

yang berwarna kehitaman.

3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia)

8

Page 9: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

4. Waterbrash merupakan regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut.

Gangguan ini dirasakan terdapat pada tenggorokan sebagai rasa asam atau

cairan panas yang pahit

5. Pirosis (Nyeri uluhati)

Pirosis sering ditandai sensasi panas. Nyeri uluhati dapat disebabkan oleh

refluks asam lambung atau sekrat empedu kedalam esofahus bagian bawah,

keduanya sangat mengiritasi mukosa.

6. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala

anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika

terdapat gejala-gejala tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan

abnormal tekanan darah, pada saat penderita berdiri setelah sebelumnya

berbaring.

7. Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut

nadi yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air

kemih. Tangan dan kaki penderita juga akan teraba dingin dan basah.

Berkurangnya aliran darah ke otak karena kehilangan darah, bisa

menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok

8. Pada penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari

penyakit lainnya, seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-

paru dan gagal ginjal, bisa bertmbah buruk. Pada penderita penyakit hati,

perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan pembentukan racun yang akan

menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan kesiagaan dan

perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik).

(Sylfia A. Price, 1994 : 359)

9

Page 10: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

F. PATOFISIOLOGI

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan

peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam

submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk

mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.

Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi

mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat

pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat

mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan

penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan

curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba

mempertahankan perfusi.

Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat

pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi

jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime

anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek

pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut

akan mengalami kegagalan.

G. KOMPLIKASI

1. Anemia 

2. Dehidrasi

3. Nyeri Dada – jika ada juga penyakit jantung

4. Kehilangan darah

10

Page 11: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

5. Syok

6. Kematian

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berbagai pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk membantu

mendiagnosa abnormalitas sistem gastrointestinal dan abdomen. Adapun pemeriksaan

penunjang atau tes diagnostic yang dilakukan adalah :

a. Sinar X

Serangkaian pemeriksaan abdomen, atau gambaran abdomen dalam tiga cara,

terdiri atas film abdomen datar, film abdomen atas dan dada bagian atas dengan

pasien berdiri tegak, dan film dimana pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi

(dekubitus). Radiografi dapat membantu menggambarkan adanya udara bebas di

dalam abdomen yang disebabkan oleh masalah-masalah seperti perforasi viskus atau

pecahnya abses. Obtruksi usus, seperti yang ditunjukkan oleh dilatasi loop usus

dengan tingkat cairan udara atau volvulus intestine, dapat dilihat dari foto-foto

tersebut. Posisi film dekubitus dapat membantu adanya asites.

b. Endoskopi Gastrointestinal

Prosedur ini merupakan suatu tambahan penting pada pemeriksaan barium

karena prosedur itu memungkinkan untuk dilakukan pengamatan langsung tentang

bagian-bagian traktus intestinal. Instrumen yang digunakan adalah endoskop serat

optic yang lentur. Alat ini dirancang dengan ujung yang dapat digerakkan sehingga

operator dapat memanipulasi sepanjang saluran intestinal. Alat itu mempunyai

saluran instrumen yang memungkinkan untuk biopsy lesi, seperti tumor, ulser atau

peradangan. Cairan dapat diaspirasikan dari lumen saluran intestine dan udara dapat

dihembuskan untuk menggelembungkan saluran intestine sehingga mempermudah

pengamatan.

11

Page 12: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Apus sitologi dan jerat elektrokauteri dapat juga dimasukkan melalui alat ini.

Endoskop dan kolonoskop dasar untuk intestinal bagian atas dirancang dalam bentuk

yang hampir sama dan hanya berbeda pada diameter dan panjangnya. Endoskop

intestinal atas sebelah sisi juga dirancang untuk pemeriksaan khusus pada duktus

empedu komunis dan duktus pankreatik. Pengkajian ini disebut endoskopi retrograde

kolangiopankreatografi (ERCP).

Indikasi untuk dilakukannya endoskopi intestinal bagian atas sangat banyak.

Dalam lingkup perawatan kritis, indikasi yang paling umum adalah perdarahan

gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh ulkus, gastritis atau varises esophagus.

Endoskopi sangat bermanfaat untuk mendiagnosa neoplasma saluran intestinal bagian

atas. Biopsi atau penyayatan daera abnormal ini dapat dilakukan untuk mendapatkan

bahan diagnose.

Terapi spesifik dapat dilakukan melalui endoskopi gastrointestinal bagian

atas, termasuk sklerosis varises esophagus. Pada prosedur ini agen penksklerosing,

seperti natrium morhuate, dimasukkan ke vena yang berdilatasi dalam esofagus

dengan harapan akan terjadi jaringan ikat di dalam vena untuk mencegah perdarahan

spontan selanjutnya.

c. Kolonoskopi

Kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi adanya tumor, peradangan atau

polip di dalam kolon. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi

daerah anstomotik dari pembedahan dan mengkaji derajat striktura baik karena

pembedahan atau peradangan.

Kolonoskop dapat dimasukkan melalui rektum menuju sepanjang kolon ke

dalam sekum. Dari sini katup ileosekal dapat dikaji begitu juga abnormalitas lainnya,

seperti adanya karsinoma awal atau polip di sebelah kanan kolon. Polip ini dapat

dikeluarkan melalui endoskopi, atau dapat difulgurasi dan dibakar. Letak perdarahan

khusus seperti yang terjadi pada colitis, polip, tumor, atau angiodisplasia

(pengumpulan pembuluh darah yang abanormal yang dapat menyebabkan perdarahan

terus menerus) dapat diobservasi.

12

Page 13: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Karena pasien biasanya diberi sedatif sebelum dilakukan prosedur endoskopi

sangat penting mengawasi jalan napasnya untuk mencegah terjadinya depresi

pernapasan atau aspirasi dan untuk memantau tanda-tanda vital.

d. Pemeriksaan Barium Kontras

Pemeriksaan diagnostic ini sangat penting untuk menemukan abnormalitas di

dalam saluran intestinal. Penyinaran sinar X pada gastrointestinal bagian atas atau

telan barium dilakukan dengan meminta pasien minum minuman yang telah dicampur

dengan barium radioopak, sementara ahli radiologi mengamati penyalutan dari bahan

ini di dalam esofagus, lambung dan usus halus. Barium mampu memperlihatkan

kelainan struktur seperti tumor atau ulkus juga dapat menemukan adanya peradangan

atau penyempitan. Enema barium dilakukan dengan memasukkan barium melalui

rektum dalam posisi retrograde ke dalam seluruh kolon. Saluran tipis barium dapat

membantu memperlihatkan letak tumor, polip, diverticulitis atau perdangan seperti

Penyakit Crohn atau Kolitis ulcerative.

e. Ultrasonografi

Pemeriksaan noninvasive ini menggunakan gelombang echo untuk

mendeteksi adanya abnormalitas dalam rongga abdomen. Dilatasi dari duktus empedu

komunis, distensi kandung empedu karena batu empedu, dan abnormalitas pancreas

seperti tumor, pseudokis, atau abses dapat ditemukan. Aneurisme aorta dapat

diperhitungkan untuk membantu memutuskan apakah diperlukan pembedahan eksisi.

Penebalan kolon desenden dan kolon sigmoid dengan abses perikolonik yang

disebabkan oleh kondisi seperti divertikolusis dapat diidentifikasikan. Prosedur ini

biasanya dilakukan pada bagian radiologi rumah sakit.

f. Computed Axial Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

13

Page 14: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Tumor pada hati, pancreas, esofagus, lambung dan kolon dapat diidentifikasi

menggunakan pemeriksaan ini. Tumor retroperitoneal atau nodus limfe juga dapat

dilihat. Dengan menggunakan skan CT, dapat dilakukan biopsi jarum pada struktur

ini untuk menentukan tipe sel tumor. Jarum ditusukan melalui dinding abdomen

dengan menggunakan anestesi lokal. Jarum kemudian diarahkan ke struktur yang

diinginkan dengan bantuan skan CT. Cairan dapat diaspirasikan dan selanjutnya

dievaluasi oleh ahli patologi untuk melihat adanya sel nukleoplastik.

Teknik pengobatan nuklir sering digunakan untuk membantu mendiagnosa

abnormalitas sistem hepatogastrointestinal. Skan radionuclide hepar dapat membantu

menentukan disfungsi sel hepatic. Skaning CT dapat digunakan untuk menemukan

tumor atau abses di dalam hepar atau abdomen bagian atas.

Cholesintogram dapat dilakukan untuk menentukan kapasitas fungsi sistem

empedu dan patensi duktus empedu dan pembuluh sistik. Pada perdarahan intestine

berulang, jika sumbernya tidak ditemukan, teknik skan teknetium dapat sangat

membantu. Pada teknik ini daerah yang berdarah diberi label dengan teknetium, dan

jika pasien mengalami perdarahan aktif maka tanda “titik panas” akan diperlihatkan

dalam skan abdomen. Ini merupakan tes yang sangat tidak khusus untuk menentukan

letak perdarahan yang tepat, tetapi dapat membantu dalam mengarahkan ahli bedah

pada letak yang umum. Angiodisplasia dan perdarahan divertikulum Meckel dapat

didiagnosa dengan prosedur ini.

g. Arteriografi

Prosedur ini sangat berguna untuk menentukan tempat perdarahan yang biasanya

sulit ditentukan. Kateter ditempatkan baik pada arteri mesenterika superior dan

inferior, dan disuntikan kontras. Arteriografi juga sangat membantu dalam

menemukan aneurisme aorta

I. PENATALAKSANAAN

1. PENATALAKSANAAN MEDIS

14

Page 15: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

1)    Resusitasi cairan dan produk darah :

a. Pasang akses intravena dengan kanul berdiameter

besar

b. Lakukan penggantian cairan intravena : RL atau

normal saline

c. Kaji terus TTV saat cairan diganti

d. Jika kehilangan cairan > 1500 ml membutuhkan

penggantian darah selain cairan

e. Kadang digunakan obat vasoaktif sampai cairan

seimbang untuk mempertahankan tekanan darah

dan perfusi organ vital seperti : dopamin, epineprin

dan norefineprin

2)     Bilas lambung

a. Dilakukan selama peroide perdarahan akut

(controversial karena menggangu mekanisme

pembekuan normal. Sebagian lain menyakini

lambung dapat membantu membersihkan darah

dalam lambung, membantu mendiagnosa penyebab

perdarahan selama endoskofi)

b. Jika di instruksikan bilas lambung maka 1000-2000

ml air atau normal salin dalam suhu kamar di

masukan dengan menggunakan NGT. Kemudian

dikeluarkan kembali dengan spuit atau di pasang

suction sampai sekresi lambung jernih.

c. Irigasi lambung dengan cairan normal saline

levarterenol agar menimbulkan vasokontriksi.

Setelah diabsorbsi lambung obat di kirim melalui

sistem vena porta ke hepar dimana metabolism

terjadi, sehingga reaksi sistemik dapat di cegah.

15

Page 16: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Pengenceran biasanya menggunakan 2 ampul

dalam 1000 ml larutan.

d. Pasien beresiko mengalami aspirasi lambung

karena pemasangan NGT dan peningkatan tekanan

intragastrik karena darah atau cairan yang

dugunakan untuk membilas. Pemantauan distensi

lambung dan membaringkan pasien dengan kepala

ditinggikan penting untuk memcegah refkuls isi

lambung. Bila posisi tersebut kontraindikasi maka

diganti posisi dekubitus lateral kanan, memudahkan

mengalirkan isi lambung melewati pylorus.

3)     Pemberian Pitresi

a. Dilakukan bila dengan bilas lambung atau

skleroterapi tidak menolong maka akan diberikan

vasopressin (pitresin ) intravena.

b. Obat ini menurunkan tekanan vena porta oleh

karenanya menurunkan aliran darah pada tempat

perdarahan .

c. Mempengaruhi output urine karena sifat

antidiuretik.

d. Ranitidine 2-3 mg/kg/hari diberikan 2 kali sehari

e. Pada esofagitis berat dan ulkus peptikum :

omeprazole 0,6-3 mg/kg/hari 1 kali sehari

4)     Mengurangi asam lambung

a. Turunkan keasaman sekresi lambung dengan obat

histamine (H2) antagonistic : simetidin (tagamet),

ranitidine hidrokloride (zantac) dan famotidin.

b. Dosis tunggal dapat menurunkan sekresi asam

selama hampit 5 jam.

16

Page 17: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

c. Ranitidine iv : 50mg di cairkan 50ml D5W setiap 6

jam. Simetidin iv : 300 mg dicairkan dalam dosis

intermiten 300 mg di cairkan dalam 50 mg D5W

setiap 6 jam atau sebagai infuse iv kontinu 50

mg/jam. Hasil terbaik dicapai jika pH lambung 4

dapat dipertahankan.

5)    Memperbaiki status hipokoagulasi

a. Pemberian vit. K dalam bentuk fitonadion (aqua

mephyton) 10 mg im atau iv dengan lambat untuk

mengembalikan masa protrombin menjadi normal.

b. Diberikan plasma segar beku.

6)   Balon tamponade

Terdapat bermacam balon tamponade : tube sangstaken-

blakemore, Minnesota atau linton-nachlas. Alat ini untuk

mengontrol perdarahan GI bagian atas karena varises esophagus.

Tube sangstaken-blakemore mengandung 3 lumen :

a. Balon gastric yang dapat diinflasikan

dengan 100-200 mL udara

b. Balon esophagus yang dapat diinflasikan

dengan 40 mmHg

c. Lumen yang ke 3 untuk mengaspirasi isi

lambung tube Minnesota mempunyai lumen

tambahan dan mempunyai lubang untuk

menghisap sekresi paring. Sedangkan tube

linton-nachlas terdiri hanya satu balon

gaster yang dapat di inflasikan dengan 500-

600 mL udara. Terdapat beberapa

17

Page 18: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

lubang/bagian yang terbuka baik pada

bagian esophagus maupun lambung untuk

mengaspirasi sekresi dan darah.

Tube/slenag Sangstaken-Blakemore setelah

dipasang didalam lambung dikembangkan

dengan udara tidak lebih dari 50

ml.kemudian selang ditarik perlahan sampai

gallon lambung pas terkait pada kardia

lambung dapat dikembangkan dengan 100-

200 mL udara. Kemudian selang dibagian

luar ditraksi dan difiksasi. Jika perdarahan

berlanjut balon esopagus dapat

dikembangkan dengan tekanan 250 40 mm

Hg (menggunakan spigmomanometer) dan

dipertahankan dalam 24-48 jam. Jika lebih

lama depat menyebabkan edema, esopagitis,

ulserasi atau perforasi esopagus.

Hal yang penting dilakukan saat menggunakan balon ini

adalah observasi konstan dan perawatan cermat, dengan

mengidentifikasi ketiga ostium selang, diberi label dengan tepat dan

diperiksa kepatenannya 

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan :

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah

akut, penggantian cepat volume dengan cairan kristaloid.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

kapasitas angkut oksigen dan faktor-faktor resiko aspirasi.

18

Page 19: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

c. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan 

hipovolemik karena perdarahan.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran

intravena

e. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan

kematian ataupun kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran

dalam lingkup sosial atau ketidakmampuan yang permanen.

2. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan Intervensi

2 1) Defisit volume

cairan

berhubungan

dengan

kehilangan darah

akut,

penggantian

cepat volume

dengan cairan

kristaloid.

.

Pasien akan

tetap stabil

secara

hemodinamik

a. Pantau nilai-nilai

hemodinamik

b. Ukur output urine tiap

jam

c. Ukur I dan O dan kaji

keseimbangan

d. Berikan cairan pengganti

dan produk darah sesuai

instruksi. Pantau adanya

reaksi yang merugikan

terhadap komponen

terapi.

e. Tirah baring total,

baringkan pasien

terlentang dg kaki

19

Page 20: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

ditinggikan untuk

meningkatkan preload

jika pasien mengalami

hipotensi. Jika terjadi

normotensi tempatkan

tinggi bagian kepala

tempat tidur pada 45

derajat untuk mencegah

aspirasi isi lambung.

f. Pantau Hb dan Ht

g. Pantau elektrolit

h. Periksa feses terhadap

darah untuk 72 jam

setelah masa akut.

2 Kerusakan

pertukaran gas

berhubungan

dengan

penurunan

kapasitas angkut

oksigen dan

faktor-faktor

resiko aspirasi.

Pasien akan

mempertahankan

oksigenasi dan

pertukran gas

yang adekuat

a. Pantau SaO2 dengan

menggunakan oksimetri

atau ABGs

b. Pantau bunyi nafas dan

gejala-gejala pulmoner

c. Gunakan suplemen O2

sesuai instruksi

d. Pantau suhu tubuh

e. Pantau adanya distensi

abdomen

f. Baringkan pasien pada

bagian kepala tempat

tidur yang ditinggikan

jika segalanya

20

Page 21: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

memungkinkan

g. Pertahankan fungsi dan

patensi NGT dengan

tepa

3. Resiko

gangguan

perfusi jaringan

berhubungan

dengan 

hipovolemik

karena

perdarahan.

a. Selidiki perubahan

tingkat kesadaran,

keluhan pusing/ sakit

kepala.

b. Auskultasi nadi apikal.

Awasi kecepatan

jantung/irama bila EKG

kontinu ada.

c. Kaji kulit terhadap

dingin, pucat,

berkeringat, pengisian

kapiler lambat, dan nadi

perifer lemah.

d. Catat laporan nyeri

abdomen, khususnya

tiba-tiba nyeri hebat

atau nyeri menyebar ke

bahu.

e. Observasi kulit untuk

pucat, kemerahan. Pijat

dengan minyak. Ubah

21

Page 22: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

posisi dengan sering.

f. Kolaborasi

Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi

Berikan cairan IV

sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: ASKEP KRITIS ACUTE DIGESTIF BLEEDING ( AFANDI ).doc

Hudak dan Galo. (1996). Keperawatan kritis: Pendekatan holistik.

(Vol. II, edisi 6). Jakarta: EGC.

Lanros, N.E., dan Barber, J.M. (2000). Emergency nursing. (4th ed.).

Stamford: Appleton & Lange.

Suparman. (1987). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I, edisi kedua). Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

(Edisi 8 Volume 2). Jakarta : EGC

Doenges, Marylin E, et. al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Price A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit. ( Edisi 4). Jakarta : EGC

23