strokeiskemikkkkkkkkkkkk si

25
LAPORAN PENDAHULUAN: STROKE ISKEMIK Kartika Rosalia Indah, 1106022553 Profesi FIK UI A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf 1. Sel-sel sistem saraf a. Sel saraf neuron Kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf disebut neuron. Neuron terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. 1) Badan sel mengandung inti sel yang berbentuk vesikuler (seperti pembuluh) dengan membran yang tipis. Inti sel mengandung satu anak inti besar yang kaya akan RNA dan sitoplasma yang mengandung neuroplasma. Badan sel terdiri dari badan Nissl yang berperan dalam sintesis protein dan neurofibril. Fungsi badan sel yaitu memetabolisme keseluruhan neuron. 2) Dendrit merupakan serabut saraf pendek, biasanya bercabang-cabang dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Fungsinya menerima impuls (rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain untuk dibawa menuju badan sel saraf. 3) Akson (neurit) merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak bercabang.akson dilapisi oleh lapisan Schwann (neurliema). Akson juga terdapat mielin yang berfungsi sebagai insulator listrik

Upload: wilasa

Post on 26-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

StroookkkkIIIssskkee

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN: STROKE ISKEMIK

Kartika Rosalia Indah, 1106022553

Profesi FIK UI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf

1. Sel-sel sistem saraf

a. Sel saraf neuron

Kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf disebut neuron. Neuron terdiri

dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.

1) Badan sel mengandung inti sel yang berbentuk vesikuler (seperti

pembuluh) dengan membran yang tipis. Inti sel mengandung satu anak inti

besar yang kaya akan RNA dan sitoplasma yang mengandung

neuroplasma. Badan sel terdiri dari badan Nissl yang berperan dalam

sintesis protein dan neurofibril. Fungsi badan sel yaitu memetabolisme

keseluruhan neuron.

2) Dendrit merupakan serabut saraf pendek, biasanya bercabang-cabang

dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Fungsinya menerima impuls

(rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain untuk dibawa

menuju badan sel saraf.

3) Akson (neurit) merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak

bercabang.akson dilapisi oleh lapisan Schwann (neurliema). Akson juga

terdapat mielin yang berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat

hantaran impuls saraf. Fungsi akson yaitu meneruskan impuls dari badan

sel saraf ke kelenjar dan serabut-serabut otot.

Gb 1. Struktur neuron

b. Kelompok neuron

1) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.

2) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar

SSP dalam saraf perifer.

3) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar

SSP. Serabut ini disatukan oleh jaringan ikat yang membawa pembuluh

darah dan pembuluh limfatik.

2. Susunan sistem saraf

a. Sistem saraf pusat (SSP)

Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan

medulla spinalis.

1) Otak

Otak berfungsi sebagai pusat

koordinasi dalam tubuh. Otak berada di

dalam tulang kranium dan diselubungi

oleh jaringan selaput meninges. Selaput

tersebut terdiri dari tiga

lapisan. Lapisan terluar disebut

durameter. Lapisan tengah disebut arakhnoid. Lapisan dalam yang melekat

pada lapisan sumsum disebut piameter.

Bagian OtakDerivat

UtamanyaFungsi

Prosensefalon (otak depan)Telensefalon Bulbus

olfaktoriFungsi sebagai pusat pengatur penciuman atau penghidu.

Hemisfer serebrum

Hemisfer serebrum adalah bagian terbesar dan terdepan dari otak terdiri dari empat lobus, yaitu frontal, parietal, oksipital, dan temporal. Hemisfer serebrum berfungsi mengontrol perilaku yang telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan, memori, dan intepretasi kesan. Serebrum dibedakan menjadi tiga area, yaitu:a. Area sensori, berkaitan dengan penerimaan rangsang

(reseptor) pada indra.b. Area motor, berperan merespon rangsang yang sampai ke

otak melalui informasi atau perintah ke efektor.c. Area asosiasi, menghubungkan area sensori dan area motor

yang berperan dalam proses belajar, berpikir, membuat keputusan, memori, dan bahasa.

Diensefalon Epitalamus Berfungsi menghubungkan sistem limbik ke seluruh otak, mengatur hormon yang disekresikan oleh kelenjar pineal (melatonin).

Gb 2. Otak manusia

Badan pineal Mengatur ritme sirkadian, mensekresikan hormon (melatonin).Talamus Talamus memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan

ke bagian otak lain. Talamus merupakan pusat penerus impuls sensori ke berbagai bagian sensori serebrum. Talamus juga melakukan persepsi terhadap rasa sakit dan rasa menyenangkan. Talamus mengatur dan mengkoordinasi manifestasi luar dari emosi.

Hipotalamus Hipotalamus memiliki fungsi untuk mengontrol sejumlah fungsi ototnom. Hipotalamus merupakan pusat koordinasi sistem saraf otonom yang mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme, tingkah laku, dan tidur. Hipotalamus juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis) dengan menghasilkan faktor pelepas.

Kelenjar pituitari (sebagian)

Kelenjar pituitari atau hipofisis serebri adalah kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar tengkorak (selatursika) tepat di bawah hipotalamus dan dihubungkan oleh tangkai kecil. Fungsinya yaitu untuk sekresi hormon (hormon tiroid, FSH, LH, prolaktin, oksitosin, ADH).

Mesensefalon (otak tengah)Kolikulus superior (lobus optik) Pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil, dan refleks

akomodasi.Kolikulus inferior Pusat dari auditori (pendengaran).

Otak tengah juga mengatur tonus otot dan postur tubuh.Rombensefalon (otak belakang)Metensefalon Serebelum Sebagai pusat keseimbangan dan koordinasi motorik atau

gerakan. Serebelum menerima informasi dari otot dan telinga, memantau orientasi tubuh dalam ruang dan derajat kontraksi otot rangka atau memantau kedudukan posisi tubuh. Dasar metensefalon berkembang menjadi pons yaitu berkas yang melintang dari hemisfer serebelum yang satu ke yang lainnya. Pons membawa impuls dari hemisfer satu ke yang lainnya sehingga mengkoordinasikan gerakan otot pada kedua sisi tubuh. Pons mengandung nuklei yang meneruskan impuls dari serebrum ke serebelum.

Mielensefalon Medula oblongata

Berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, dan bersin.

Tabel 1. Bagian otak dan derivat utamanya

2) Medulla spinalis

Medulla spinalis (sumsum tulang belakang) terdiri dari bagian luar yang

tersusun dari bahan putih yang disebut substansi alba dan bagian dalam

tersusun dari bahan abu-abu yang disebut substansi grissea (seperti kupu-

kupu). Dalam substansi grissea terdapat saluran tengah (kanal sentral) yang

berisi cairan serebrospinal. Saluran tersebut berhubungan dengan rongga

ventrikel di dalam otak yang juga berisis cairan tersebut.

Substansi alba mengandung akson bermielin berfungsi menghantarkan impuls

menuju otak dan dari otak ke efektor. Substansi grissea mengandung serat-

serat saraf tidak bermielin dan sinapsis. Substansi grissea dibedakan menjadi

dua, yaitu akar dorsal dan akar ventral. Di dalam akar dorsal terdapat saraf

sensori atau aferen yang dendritnya berhubungan dengan reseptor. Akar

verntral mngandung badan sel saraf motor atau eferen yang membawa impuls

dari otak ke efektor. Medulla spinalis dilindungi selaput meninges. Fungsi

utama medulla spinalis yaitu menghubungkan impuls dari dan ke otak serta

memberi alternatif jalan pendek pada gerak refleks.

b. Sistem saraf tepi (perifer)

Saraf perifer terdiri dari pasangan-pasangan saraf kranial dan saraf spinal yang

keluar dari otak dan medulla spinalis serta menghubungkannya dengan tiap

reseptor dan efektor dalam tubuh.

1) Saraf aferen (sensorik), mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke

SSP.

2) Saraf eferen (motorik), mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan

kelenjar. Diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Somatik (volunteer),

Sistem ini terdiri dari 12 pasang saraf kranial (tidak semuanya saraf

campuran) dan 31 saraf spinal (saraf campuran). Saraf-saraf ini

meneruskan impuls dari reseptor (terutama stimulus luar) ke SSP serta

meneruskan impuls dari SSP ke semua otot-otot rangka. Sistem saraf

somatik hanya menghasilkan gerakan di jaringan otot rangka.

b) Otonom (involunteer),

Sistem otonom mengendalikan seluruh respon involunter yang mengontrol

kegiatan organ-organ dalam (misalnya, kelenjar keringat, pembuluh darah,

sistem reproduksi, dan lain-lain) dengan cara mentransmisikan impuls

saraf melalui dua jalur:

(1) Saraf simpatis, berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla

spinalis. Pada umumnya mengakibatkan rangsangan kerja organ.

(2) Saraf parasimpatis, berasal dari area otak dan sakral pada medulla

spinalis. Stimulasi saraf ini bersifat menghambat kerja organ.

Efek yang berbeda dari kedua saraf simpatis dan parasimpatis

menyebabkan neurotransmitter yang dihasilkan juga berbeda.

Neurotransmitter saraf simpatis adalah nonadrenalin, sedangkan

neurotransmitter saraf parasimpatis yaitu asetilkolin.

No Nama saraf Jenis FungsiI Olfaktori Sensori Tempat persepsi indra

penciuman.II Optik Sensori Tempat persepsi indra

penglihatanIII Okulomotorik Motorik Penggerak sebagian besar otot

mata, penggerak bola mata, pembuka kelopak mata, pengubah tebal lensa mata, penyempitan pupil

IV Troklear Motorik Penggerak beberapa otot mata (obliks superior)

V Trigeminal Gabungan Sensori: menerima rangsang dari wajah untuk diproses di otak sebagai sentuhan.

Motorik: menggerakkan rahang, mengunyah

VI Abdusen Motorik Abduksi mataVII Fasial Gabungan Sensori: menerima rangsang

dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

Motorik: mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah, menangis, meludah

VIII

Vestibulokoklearis/ Auditori

Sensori Mengendalikan keseimbangan, menerima rangsang untuk diproses sebagai suara

IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

Motorik: mengendalikan tekanan darah, bicara, menelan

X Vagus Gabungan Sensori: menerima rangsang dari organ dalam (paru-paru, lambung, aorta, laring)

Motorik: mengendalikan organ-organ dalam hampir semua organ toraks dan abdomen (jantung, lambung, usus halus, laring, kerongkongan)

XI Aksesori Spinal Motorik Mengendalikan pergerakkan

kepala dan toraksXII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakkan

lidahTabel 2. Macam-macam saraf kranial

Nama saraf Tempat saraf FungsiSaraf serviks C1 sampai C8 Menggerakkan otot leher,

kepala, dan toraks, diafragma.

Saraf toraks T1 sampai T12 Mensuplai lengan atas dan beberapa otot leher dan bahu

Saraf lumbal L1 sampai L5 Menginervasi kulit, otot dinding abdomen, paha, dan genital eksternal.

Saraf sakral S1 sampai S5 Menginervasi anggota gerak bawah, bokokng, dan regia perineal.

Saraf koksiks S5 Mensuplai regia koksiks.Tabel 3. Macam-macam saraf spinal

Gb 3. Sistem saraf kranial Gb 4. Sistem saraf spinal

3. Gerak refleks

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya menyakitkan atau

mengejutkan. Ada dua macam gerak refleks, yaitu refleks spinal dan refleks kranial.

Jalur perjalanan gerak refleks yaitu:

Rangsangan reseptor neuron sensori medulla spinalis neuron motor

efektor

B. Definisi Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah tanda klinis kerusakan jaringan otak yg disebabkan kurangnya

aliran darah ke otak (WHO, 2006). Menurut Smeltzer dan Bare (2008), stroke iskemik

adalah cedera serebrovaskuler (CVA) sehingga terjadi ketidaknormalan fungsi SSP yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah serebral. Stroke ini dapat menimbulkan jaringan

otak mengalami nekrosis.

C. Etiologi Stroke Iskemik

Menurut Hudak (1996, dalam Kariasa, 2009), stroke biasanya terjadi oleh salah satu

kejadian berikut:

1. Trombosis, yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher yang

kemudian menyumbat aliran darah otak.

2. Emboli serebral yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir

melalui pembuluh darah dibawa ke otak dan menyumbat aliran darah bagian otak

tertentu.

3. Spasme pembuluh darah serebral yaitu penurunan aliran darah ke area otak

tertentu yang bersifat sementara.

4. Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai

hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi

jantung, gagal jantung kongestif, atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut

menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat dan alirannya menjadi lambat.

Gb 5. Mekanisme gerak refleks

Faktor risiko stroke terdiri dari faktor risiko dapat dimodifikasi dan tidak dapat

dimodifikasi.

1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a. Gaya hidup. Beberapa penyakit diakibatkan oleh gaya hidup seperti hipertensi,

diabetes melitus, infark miokard, dan hiperlepidemia yang dapat memicu

stroke.

b. Merokok

c. Alkohol

d. Pemakaian obat-obatan narkotika

e. Obesitas

2. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Suku

D. Manifestasi Klinis Stroke Iskemik

Beberapa tanda dan gejala stroke sebagai berikut.

1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam):

a. Tiba-tiba sakit kepala

b. Pusing (vertigo), bingung

c. Kehilangan ketajaman penglihatan pada satu atau dua mata

d. Kehilangan pendengaran

e. Kehilangan keseimbangan, lemah

f. Rasa baal atau kesemutan pada sisi tubuh

2. Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu):

a. Beberapa atau semua gejala di atas

b. Beberapa kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki

c. Mulut mencong, lidah mencong jika dijulurkan sehingga berbicaranya akan

pelo, kadang-kadang menjadi sengau dan kata-katanya menjadi tidak dapat

dimengerti (afasia)

3. Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau

tahun, tidak bisa sembuh total):

a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan

b. Penurunan kesadaran

c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki

d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara (afasia)

e. Sukar menelan (disfagia)

f. Kehilangan kontrol (inkontinensia) berkemih atau defekasi

g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi

h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah,

tingkah laku seperti anak kecil

E. Patofisiologi Stroke Iskemik

Trombus dan embolus pada pembuluh darah otak mengakibatkan aliran darah ke otak

berkurang atau terhenti sama sekali ke daerah distal otak yang mengalami trombus dan

emboli sehinnga otak kekurangan sumber kalori berupa glukosa dan mineral lain serta

oksigen. Iskemia terjadi ketika aliran darah menurun kurang dari 25 ml per 100 g/ menit.

Akibatnya neuron tidak bisa mempertahankan metabolisme (respirasi) aerobnya.

Mitokondria berubah menjadi respirasi anaerob sehingga menghasilkan asam laktat dan

perubahan pH. Perubahan bentuk metabolisme ini juga mengakibatkan penurunan jumlah

neuron dalam memproduksi adenosin triphospate (ATP) yang akan dijadikan sumber

energi dalam aktivitas sel neuron.

Penurunan aliran darah serebral menyebabkan terjadinya daerah penumbra dan

berkembang menjadi daerah infark. Daerah penumbra yaitu otak yang iskemik dan

terdapat pada daerah sekitar yang mengelilingi daerah infark. Daerah tersebut dapat

diselamatkan dengan meningkatkan aliran darah serebral menuju ke daerah tersebut

dalam waktu yang cepat. Jika hal tersebut berlanjut akan mengakibatkan bertambahnya

kerusakan pada selaput sel. Akibat yang timbul adalah kalsium dan glutamat banyak

terbuang, terjadi vasokonstriksi, dan menghasilkan radikal bebas. Proses ini dapat

memperbesar area infark pada penumbra dan memperberat gangguan neurologis terutama

stroke iskemik. Area infark dan penumbra akan menimbulkan bertambah luasnya edema

otak disekitar penumbra dan infark sebagai akibat tekanan dan iskemia sehingga

menyebabkan gangguan sistem saraf yang lebih luas dan bersifat sementara. Area edema

ini akan berkurang dalam waktu beberapa jam atau hari sehingga gangguan saraf secara

perlahan dapat kembali normal sesuai dengan perkembangan proses yang terjadi.

Proses evolusi dari jaringan iskemik ke arah infark cukup cepat. Iskemik selama 8-12 jam

menimbulkan keadaan neuron mengecil, sitoplasma dan nukleus rusak, dan sel mati.

Kerusakan sel otak menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Defisit neurologis

biasanya terjadi pada sisi berlawanan dengan daerah infark. Hal ini terjadi karena adanya

penyilangan jalur motor neuron. Penyilangan terjadi pada diskus piramidalis.

F. Asuhan Keperawatan Stroke Iskemik

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Muttaqin (2008), pengkajian keperawatan stroke meliputi:

a. Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan

diagnosis medis. Anamnesis yang baik akan menunjang diagnosis terkait faktor

risiko, riwayat keluarga, tipe stroke yang diderita, serta perencanaan pengelolaan

stroke yang tepat.

Keluhan utama yang sering dialami klien yaitu kelemahan anggota gerak sebelah

badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

1) Riwayat penyakit

Menurut Depkes (2004), riwayat penyakit meliputi:

a) Riwayat penyakit saat ini: Berfokus pada penggalian data berupa alasan

klien masuk rumah sakit, kapan timbulnya, dan lamanya serangan.

b) Riwayat penyakit terdahulu: Berfokus pada penggalian data yang

mengarah pada faktor risiko antara lain adanya riwayat hipertensi,

stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, dan kegemukan. Adanya riwayat merokok, penggunaan

alkohol, dan penggunaan obat kontrasepsi oral.

c) Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang

menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari

generasi sebelumnya.

2) Kebiasaan hidup sehari-hari

Kebiasaan atau gaya hidup merupakan faktor risiko stroke atau dapat

mempercepat proses stroke diantaranya kebiasaan merokok, pola makan

tinggi lemak dan kurang serat, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat

kontrasepsi oral.

3) Pengetahuan klien atau keluarga

Pengetahuan klien atau keluarga tentang pengertian dan penyebab, faktor risiko

stroke, tingkat pengetahuan, dan kemauan untuk belajar.

b. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian fisik per sistem

1) B1 (Breathing): Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi

sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan

frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan dengan

peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun

dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).

2) B2 (Blood): Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan syok

hipovolemik. TD biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya

hipertensi masif TD > 200mmHg.

3) B3 (Brain):

a) Tingkat kesadaran: Pemeriksaan kesadaran penderita stroke dinilai

berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS). Aspek penilaian GCS

terdiri atas tiga komponen utama, yaitu kesadaran penderita,

orientasi penderita terhadap lingkungan sekitar, dan kemampuan

penderita mengikuti perintah dokter. Penilaian GCS dilakukan

melalui sistem skoring yakni antara 3-15. Melalui penilaian GCS,

penderita dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: sadar dan

orientasi terhadap lingkungan baik serta dapat mengikuti perintah

dengan baik merupakan skor tertinggi 15, somnolen (mengantuk

hingga koma) ditandai dengan skor antara 4-14, dan koma (tidak

sadarkan diri) ditandai dengan skor 3.

b) Fungsi serebri

(1) Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,

nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah, dan aktivitas

motorik.

(2) Fungsi intelektual: penurunan dalam ingatan dan memori baik

jangka pendek maupun panjang serta penurunan kemampuan

berhitung dan kalkulasi.

(3) Kemampuan bahasa: Lesi pada daerah hemisfer yang dominan

pada bagian posterior dari girus temporalis superior didapatkan

disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan

atau tulisan. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus

frontalis inferior didapatkan disfasia ekspresif, klien mengerti

namun tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak

lancar.

(4) Sistem motorik: Inspeksi umum didapatkan hemipeglia (paralisis

pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.

Selain itu terjadi fasikulasi pada otot-otot ekstremitas, tonus otot

meningkat, dan keseimbangan koordinasi mengalami gangguan.

(5) Sistem sensorik: Kehilangan sensorik karena stroke dapat berupa

kerusakan sentuhan ringan atau lebih berat, kehilangan

kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh,

dan kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil,

dan auditorius.

4) B4 (Bladder): Setelah stroke mungkin mengalami inkontinensi urin

sementara, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol

motorik dan postural.

5) B5 (Bowel): Didapatkan keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

menurun, mual dan muntah pada fase akut.

6) B6 (Bone): Mengalami hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena

lesi pada sisi otak yang berlawanan, hemiparesis (kelemahan salah satu

sisi tubuh), kulit tampak pucat karena kekurangan oksigen dan tugor

kulit akan buruk karena kekurangan cairan, kesukaran untuk beraktivitas

karena lemah, dan kaji tanda-tanda dekubitus.

Pengkajian saraf kranial

1) Nervus olfaktori: memejamkan mata, diminta membedakan bau

yang dirasakan (kopi, teh, dll).

2) Nervus optikus: dengan snelend card, klien diminta mengenali

benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan ditanyakan

pukul berapa, membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku,

dan periksa lapang pandang.

3) Nervus okulomotoris: Tes putaran bola mata, menggerakan

konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.

4) Nervus trochlearis: Sama seperti nervus III.

5) Nervus trigeminus: Menggerakan rahang ke semua sisi, klien

memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi.

Menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

6) Nervus abdusen: sama seperti nervus III.

7) Nervus fasialis: Senyum, bersiul, mengangkat alis mata, menutup

kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lidah untuk

membedakan gula dan garam.

8) Nervus verstibulocochlearis: Tes webber dan rinne.

9) Nervus glosofaringeus: Membedakan rasa manis dan asam.

10) Nervus vagus: Memakan makanan padat, lunak dan menelan air,

klien menelan saliva, diminta mengucap ahh, membuka mulut

(perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum

mole, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana

pula waktu bergerak, misalnya waktu bernapas atau bersuara.

Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat).

11) Nervus asesoris spinal: Menggerakan bahu dan lakukan tahanan

sambil klien melawan tahanan tersebut.

12) Nervus hipoglosus: Menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke

sisi.

c. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikologi klien stroke meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status

emosi, kognitif, dan perilaku klien. Apakah ada dampak pada klien yaitu timbul

ketakutan akan kecacatan, kecemasan, rasa tidak mampu melakukan aktivitas

secara optimal, dan gangguan citra tubuh. Pengkajian mekanisme koping yang

digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit

yang diderita dan perubahan peran klien dalam keluarga serta masyarakat

(Muttaqin, 2008). Menurut Hickey (1997, dalam Kariasa, 2009), pengkajian

psikologis klien dengan stroke meliputi: (1) mengobservasi perilaku klien saat

sendiri dan selama berinteraksi dengan orang lain, (2) mencatat adanya ekspresi

wajah dan gerakan tubuh, suara, dan reaksi-reaksi tertentu pada klen, (3)

memberikan pertanyaan terbuka, (4) mendengarkan secara aktif.

d. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan dalam membantu menegakkan

diagnosis klien stroke meliputi (Batticaca, 2008); (Muttaqin, 2008); & (Wahyu

2009):

1) Angiografi serebri: Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik misalnya adanya trombosis otak.

2) CT scan: Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis,

emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK).

3) Magnetic Imaging Resonance (MRI): Menggunakan gelombang magnetik

untuk menentukan posisi serta besar terjadinya infark otak. Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark.

4) Ultrasonografi doppler (USG doppler): Mengidentifikasikan penyakit

arteriovena (masalah sistem arteri karotis) dan arteriosklerosis.

5) Elektroensefalogram (EEG): Melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam

jaringan otak.

e. Pemeriksaan darah

Beberapa jenis pemeriksaan darah yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis

stroke yaitu:

1) Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit,

dan trombosit.

2) Pemeriksaan sedimentasi sel eritrosit bertujuan untuk mendiagnosis

kemungkinan adanya peradangan di pembuluh darah seperti Giant cell

arteritis.

3) Pemeriksaan kadar gula darah bertujuan untuk menilai ada atau tidak

penyakit diabetes mellitus yang menjadi faktor risiko pada penderita

stroke.

4) Pemeriksaan kadar lemak dalam darah (HDL, LDL, kolesterol total, dan

trigeliserida).

5) Pemeriksaan serologis penyakit infeksi tertentu

2. Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan IntervensiKetidakefektifan perfusi jaringan serebral.

Kriteria hasil (NOC):- Klien akan menunjukkan

status sirkulasi tidak ada gangguan tek anan darah, bruit pembuluh darah besar, dan hipotensi ortostatik.

- Klien akan mempunyai SSP dan perifer yang utuh.

1. Pantau atau catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow.R: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.

2. Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.R: Autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.

3. Pertahankan keadaan tirah baring.R: Aktivitas atau stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).

4. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).R: Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.

5. Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin).R: Meningkatkan atau memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan.

Hambatan mobilitas fisik

Kriteria hasil (NOC):- Klien akan memperlihatkan

mobilitas: keseimbangan, koordinasi, performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan otot, berjalan, dan bergerak dengan tubuh.

- Klien akan melakukan aktivitas sehari-hari secara dibantu

1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitasR: Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan.

2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring).R: Menurunkan resiko terjadinya trauma atau iskemia jaringan.

3. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitasR: Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

4. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.R: Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu.

5. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi klien.R: Program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti atau menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

Hambatan komunikasi verbal 1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.R: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan

Kriteria hasil (NOC):- Klien akan menunjukkan

komunikasi dengan menggunakan bahasa tertulis, lisan, atau nonverbal.

- Klien akan menkomunikasikan kepuasan dengan cara komunikasi alternatif.

- Klien akan bertukar pesan secara akurat dengan orang lain.

indikator dari derajat gangguan serebral.2. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana.

R: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik.

3. Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut.R: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik.

4. Ajarkan klien teknik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat).R: Bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang dimaksud.

5. Konsultasikan dengan atau rujuk kepada ahli terapi wicara.R: Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan terapi.

Tabel 4. Diagnosa keperawatan, kriteria hasil NOC, dan intervensi keperawatan

3. Penatalaksanaan Farmakologi Stroke Iskemik

Menurut Smeltzer & Bare (2008) meliputi:

a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat

maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.

b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya trombosis atau embolisasi dari

tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.

c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam

pembentukan trombus dan embolisasi. 

Referensi:

Kariasa, I. M. (2009). Persepsi pasien paska serangan stroke terhadap kualitas hidupnya

dalam perspektif asuhan keperawatan. Tesis. Universitas Indonesia.

Potter, P., & Perry, A. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Edisi

4. Jakarta: EGC.

Smeltzer, C. S., & Bare, R. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical

nursing. Edisi 11. Philadelphia: Lippincott and Wilkins.

Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.