strokeiskemikkkkkkkkkkkk si
DESCRIPTION
StroookkkkIIIssskkeeTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN: STROKE ISKEMIK
Kartika Rosalia Indah, 1106022553
Profesi FIK UI
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
1. Sel-sel sistem saraf
a. Sel saraf neuron
Kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf disebut neuron. Neuron terdiri
dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.
1) Badan sel mengandung inti sel yang berbentuk vesikuler (seperti
pembuluh) dengan membran yang tipis. Inti sel mengandung satu anak inti
besar yang kaya akan RNA dan sitoplasma yang mengandung
neuroplasma. Badan sel terdiri dari badan Nissl yang berperan dalam
sintesis protein dan neurofibril. Fungsi badan sel yaitu memetabolisme
keseluruhan neuron.
2) Dendrit merupakan serabut saraf pendek, biasanya bercabang-cabang
dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Fungsinya menerima impuls
(rangsang) yang datang dari ujung akson neuron lain untuk dibawa
menuju badan sel saraf.
3) Akson (neurit) merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak
bercabang.akson dilapisi oleh lapisan Schwann (neurliema). Akson juga
terdapat mielin yang berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat
hantaran impuls saraf. Fungsi akson yaitu meneruskan impuls dari badan
sel saraf ke kelenjar dan serabut-serabut otot.
Gb 1. Struktur neuron
b. Kelompok neuron
1) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.
2) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar
SSP dalam saraf perifer.
3) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar
SSP. Serabut ini disatukan oleh jaringan ikat yang membawa pembuluh
darah dan pembuluh limfatik.
2. Susunan sistem saraf
a. Sistem saraf pusat (SSP)
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
medulla spinalis.
1) Otak
Otak berfungsi sebagai pusat
koordinasi dalam tubuh. Otak berada di
dalam tulang kranium dan diselubungi
oleh jaringan selaput meninges. Selaput
tersebut terdiri dari tiga
lapisan. Lapisan terluar disebut
durameter. Lapisan tengah disebut arakhnoid. Lapisan dalam yang melekat
pada lapisan sumsum disebut piameter.
Bagian OtakDerivat
UtamanyaFungsi
Prosensefalon (otak depan)Telensefalon Bulbus
olfaktoriFungsi sebagai pusat pengatur penciuman atau penghidu.
Hemisfer serebrum
Hemisfer serebrum adalah bagian terbesar dan terdepan dari otak terdiri dari empat lobus, yaitu frontal, parietal, oksipital, dan temporal. Hemisfer serebrum berfungsi mengontrol perilaku yang telah dipelajari, pusat kesadaran, kecerdasan, memori, dan intepretasi kesan. Serebrum dibedakan menjadi tiga area, yaitu:a. Area sensori, berkaitan dengan penerimaan rangsang
(reseptor) pada indra.b. Area motor, berperan merespon rangsang yang sampai ke
otak melalui informasi atau perintah ke efektor.c. Area asosiasi, menghubungkan area sensori dan area motor
yang berperan dalam proses belajar, berpikir, membuat keputusan, memori, dan bahasa.
Diensefalon Epitalamus Berfungsi menghubungkan sistem limbik ke seluruh otak, mengatur hormon yang disekresikan oleh kelenjar pineal (melatonin).
Gb 2. Otak manusia
Badan pineal Mengatur ritme sirkadian, mensekresikan hormon (melatonin).Talamus Talamus memproses seluruh rangsangan sebelum disampaikan
ke bagian otak lain. Talamus merupakan pusat penerus impuls sensori ke berbagai bagian sensori serebrum. Talamus juga melakukan persepsi terhadap rasa sakit dan rasa menyenangkan. Talamus mengatur dan mengkoordinasi manifestasi luar dari emosi.
Hipotalamus Hipotalamus memiliki fungsi untuk mengontrol sejumlah fungsi ototnom. Hipotalamus merupakan pusat koordinasi sistem saraf otonom yang mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme, tingkah laku, dan tidur. Hipotalamus juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis) dengan menghasilkan faktor pelepas.
Kelenjar pituitari (sebagian)
Kelenjar pituitari atau hipofisis serebri adalah kelenjar endokrin yang terletak dilekuk kecil pada dasar tengkorak (selatursika) tepat di bawah hipotalamus dan dihubungkan oleh tangkai kecil. Fungsinya yaitu untuk sekresi hormon (hormon tiroid, FSH, LH, prolaktin, oksitosin, ADH).
Mesensefalon (otak tengah)Kolikulus superior (lobus optik) Pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil, dan refleks
akomodasi.Kolikulus inferior Pusat dari auditori (pendengaran).
Otak tengah juga mengatur tonus otot dan postur tubuh.Rombensefalon (otak belakang)Metensefalon Serebelum Sebagai pusat keseimbangan dan koordinasi motorik atau
gerakan. Serebelum menerima informasi dari otot dan telinga, memantau orientasi tubuh dalam ruang dan derajat kontraksi otot rangka atau memantau kedudukan posisi tubuh. Dasar metensefalon berkembang menjadi pons yaitu berkas yang melintang dari hemisfer serebelum yang satu ke yang lainnya. Pons membawa impuls dari hemisfer satu ke yang lainnya sehingga mengkoordinasikan gerakan otot pada kedua sisi tubuh. Pons mengandung nuklei yang meneruskan impuls dari serebrum ke serebelum.
Mielensefalon Medula oblongata
Berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, dan bersin.
Tabel 1. Bagian otak dan derivat utamanya
2) Medulla spinalis
Medulla spinalis (sumsum tulang belakang) terdiri dari bagian luar yang
tersusun dari bahan putih yang disebut substansi alba dan bagian dalam
tersusun dari bahan abu-abu yang disebut substansi grissea (seperti kupu-
kupu). Dalam substansi grissea terdapat saluran tengah (kanal sentral) yang
berisi cairan serebrospinal. Saluran tersebut berhubungan dengan rongga
ventrikel di dalam otak yang juga berisis cairan tersebut.
Substansi alba mengandung akson bermielin berfungsi menghantarkan impuls
menuju otak dan dari otak ke efektor. Substansi grissea mengandung serat-
serat saraf tidak bermielin dan sinapsis. Substansi grissea dibedakan menjadi
dua, yaitu akar dorsal dan akar ventral. Di dalam akar dorsal terdapat saraf
sensori atau aferen yang dendritnya berhubungan dengan reseptor. Akar
verntral mngandung badan sel saraf motor atau eferen yang membawa impuls
dari otak ke efektor. Medulla spinalis dilindungi selaput meninges. Fungsi
utama medulla spinalis yaitu menghubungkan impuls dari dan ke otak serta
memberi alternatif jalan pendek pada gerak refleks.
b. Sistem saraf tepi (perifer)
Saraf perifer terdiri dari pasangan-pasangan saraf kranial dan saraf spinal yang
keluar dari otak dan medulla spinalis serta menghubungkannya dengan tiap
reseptor dan efektor dalam tubuh.
1) Saraf aferen (sensorik), mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke
SSP.
2) Saraf eferen (motorik), mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan
kelenjar. Diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a) Somatik (volunteer),
Sistem ini terdiri dari 12 pasang saraf kranial (tidak semuanya saraf
campuran) dan 31 saraf spinal (saraf campuran). Saraf-saraf ini
meneruskan impuls dari reseptor (terutama stimulus luar) ke SSP serta
meneruskan impuls dari SSP ke semua otot-otot rangka. Sistem saraf
somatik hanya menghasilkan gerakan di jaringan otot rangka.
b) Otonom (involunteer),
Sistem otonom mengendalikan seluruh respon involunter yang mengontrol
kegiatan organ-organ dalam (misalnya, kelenjar keringat, pembuluh darah,
sistem reproduksi, dan lain-lain) dengan cara mentransmisikan impuls
saraf melalui dua jalur:
(1) Saraf simpatis, berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla
spinalis. Pada umumnya mengakibatkan rangsangan kerja organ.
(2) Saraf parasimpatis, berasal dari area otak dan sakral pada medulla
spinalis. Stimulasi saraf ini bersifat menghambat kerja organ.
Efek yang berbeda dari kedua saraf simpatis dan parasimpatis
menyebabkan neurotransmitter yang dihasilkan juga berbeda.
Neurotransmitter saraf simpatis adalah nonadrenalin, sedangkan
neurotransmitter saraf parasimpatis yaitu asetilkolin.
No Nama saraf Jenis FungsiI Olfaktori Sensori Tempat persepsi indra
penciuman.II Optik Sensori Tempat persepsi indra
penglihatanIII Okulomotorik Motorik Penggerak sebagian besar otot
mata, penggerak bola mata, pembuka kelopak mata, pengubah tebal lensa mata, penyempitan pupil
IV Troklear Motorik Penggerak beberapa otot mata (obliks superior)
V Trigeminal Gabungan Sensori: menerima rangsang dari wajah untuk diproses di otak sebagai sentuhan.
Motorik: menggerakkan rahang, mengunyah
VI Abdusen Motorik Abduksi mataVII Fasial Gabungan Sensori: menerima rangsang
dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah, menangis, meludah
VIII
Vestibulokoklearis/ Auditori
Sensori Mengendalikan keseimbangan, menerima rangsang untuk diproses sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: mengendalikan tekanan darah, bicara, menelan
X Vagus Gabungan Sensori: menerima rangsang dari organ dalam (paru-paru, lambung, aorta, laring)
Motorik: mengendalikan organ-organ dalam hampir semua organ toraks dan abdomen (jantung, lambung, usus halus, laring, kerongkongan)
XI Aksesori Spinal Motorik Mengendalikan pergerakkan
kepala dan toraksXII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakkan
lidahTabel 2. Macam-macam saraf kranial
Nama saraf Tempat saraf FungsiSaraf serviks C1 sampai C8 Menggerakkan otot leher,
kepala, dan toraks, diafragma.
Saraf toraks T1 sampai T12 Mensuplai lengan atas dan beberapa otot leher dan bahu
Saraf lumbal L1 sampai L5 Menginervasi kulit, otot dinding abdomen, paha, dan genital eksternal.
Saraf sakral S1 sampai S5 Menginervasi anggota gerak bawah, bokokng, dan regia perineal.
Saraf koksiks S5 Mensuplai regia koksiks.Tabel 3. Macam-macam saraf spinal
Gb 3. Sistem saraf kranial Gb 4. Sistem saraf spinal
3. Gerak refleks
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya menyakitkan atau
mengejutkan. Ada dua macam gerak refleks, yaitu refleks spinal dan refleks kranial.
Jalur perjalanan gerak refleks yaitu:
Rangsangan reseptor neuron sensori medulla spinalis neuron motor
efektor
B. Definisi Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah tanda klinis kerusakan jaringan otak yg disebabkan kurangnya
aliran darah ke otak (WHO, 2006). Menurut Smeltzer dan Bare (2008), stroke iskemik
adalah cedera serebrovaskuler (CVA) sehingga terjadi ketidaknormalan fungsi SSP yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah serebral. Stroke ini dapat menimbulkan jaringan
otak mengalami nekrosis.
C. Etiologi Stroke Iskemik
Menurut Hudak (1996, dalam Kariasa, 2009), stroke biasanya terjadi oleh salah satu
kejadian berikut:
1. Trombosis, yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher yang
kemudian menyumbat aliran darah otak.
2. Emboli serebral yaitu bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang mengalir
melalui pembuluh darah dibawa ke otak dan menyumbat aliran darah bagian otak
tertentu.
3. Spasme pembuluh darah serebral yaitu penurunan aliran darah ke area otak
tertentu yang bersifat sementara.
4. Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi
jantung, gagal jantung kongestif, atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut
menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat dan alirannya menjadi lambat.
Gb 5. Mekanisme gerak refleks
Faktor risiko stroke terdiri dari faktor risiko dapat dimodifikasi dan tidak dapat
dimodifikasi.
1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Gaya hidup. Beberapa penyakit diakibatkan oleh gaya hidup seperti hipertensi,
diabetes melitus, infark miokard, dan hiperlepidemia yang dapat memicu
stroke.
b. Merokok
c. Alkohol
d. Pemakaian obat-obatan narkotika
e. Obesitas
2. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Suku
D. Manifestasi Klinis Stroke Iskemik
Beberapa tanda dan gejala stroke sebagai berikut.
1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam):
a. Tiba-tiba sakit kepala
b. Pusing (vertigo), bingung
c. Kehilangan ketajaman penglihatan pada satu atau dua mata
d. Kehilangan pendengaran
e. Kehilangan keseimbangan, lemah
f. Rasa baal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu):
a. Beberapa atau semua gejala di atas
b. Beberapa kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki
c. Mulut mencong, lidah mencong jika dijulurkan sehingga berbicaranya akan
pelo, kadang-kadang menjadi sengau dan kata-katanya menjadi tidak dapat
dimengerti (afasia)
3. Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau
tahun, tidak bisa sembuh total):
a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan
b. Penurunan kesadaran
c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki
d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara (afasia)
e. Sukar menelan (disfagia)
f. Kehilangan kontrol (inkontinensia) berkemih atau defekasi
g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi
h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah,
tingkah laku seperti anak kecil
E. Patofisiologi Stroke Iskemik
Trombus dan embolus pada pembuluh darah otak mengakibatkan aliran darah ke otak
berkurang atau terhenti sama sekali ke daerah distal otak yang mengalami trombus dan
emboli sehinnga otak kekurangan sumber kalori berupa glukosa dan mineral lain serta
oksigen. Iskemia terjadi ketika aliran darah menurun kurang dari 25 ml per 100 g/ menit.
Akibatnya neuron tidak bisa mempertahankan metabolisme (respirasi) aerobnya.
Mitokondria berubah menjadi respirasi anaerob sehingga menghasilkan asam laktat dan
perubahan pH. Perubahan bentuk metabolisme ini juga mengakibatkan penurunan jumlah
neuron dalam memproduksi adenosin triphospate (ATP) yang akan dijadikan sumber
energi dalam aktivitas sel neuron.
Penurunan aliran darah serebral menyebabkan terjadinya daerah penumbra dan
berkembang menjadi daerah infark. Daerah penumbra yaitu otak yang iskemik dan
terdapat pada daerah sekitar yang mengelilingi daerah infark. Daerah tersebut dapat
diselamatkan dengan meningkatkan aliran darah serebral menuju ke daerah tersebut
dalam waktu yang cepat. Jika hal tersebut berlanjut akan mengakibatkan bertambahnya
kerusakan pada selaput sel. Akibat yang timbul adalah kalsium dan glutamat banyak
terbuang, terjadi vasokonstriksi, dan menghasilkan radikal bebas. Proses ini dapat
memperbesar area infark pada penumbra dan memperberat gangguan neurologis terutama
stroke iskemik. Area infark dan penumbra akan menimbulkan bertambah luasnya edema
otak disekitar penumbra dan infark sebagai akibat tekanan dan iskemia sehingga
menyebabkan gangguan sistem saraf yang lebih luas dan bersifat sementara. Area edema
ini akan berkurang dalam waktu beberapa jam atau hari sehingga gangguan saraf secara
perlahan dapat kembali normal sesuai dengan perkembangan proses yang terjadi.
Proses evolusi dari jaringan iskemik ke arah infark cukup cepat. Iskemik selama 8-12 jam
menimbulkan keadaan neuron mengecil, sitoplasma dan nukleus rusak, dan sel mati.
Kerusakan sel otak menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Defisit neurologis
biasanya terjadi pada sisi berlawanan dengan daerah infark. Hal ini terjadi karena adanya
penyilangan jalur motor neuron. Penyilangan terjadi pada diskus piramidalis.
F. Asuhan Keperawatan Stroke Iskemik
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Muttaqin (2008), pengkajian keperawatan stroke meliputi:
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnosis medis. Anamnesis yang baik akan menunjang diagnosis terkait faktor
risiko, riwayat keluarga, tipe stroke yang diderita, serta perencanaan pengelolaan
stroke yang tepat.
Keluhan utama yang sering dialami klien yaitu kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
1) Riwayat penyakit
Menurut Depkes (2004), riwayat penyakit meliputi:
a) Riwayat penyakit saat ini: Berfokus pada penggalian data berupa alasan
klien masuk rumah sakit, kapan timbulnya, dan lamanya serangan.
b) Riwayat penyakit terdahulu: Berfokus pada penggalian data yang
mengarah pada faktor risiko antara lain adanya riwayat hipertensi,
stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, dan kegemukan. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol, dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
c) Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari
generasi sebelumnya.
2) Kebiasaan hidup sehari-hari
Kebiasaan atau gaya hidup merupakan faktor risiko stroke atau dapat
mempercepat proses stroke diantaranya kebiasaan merokok, pola makan
tinggi lemak dan kurang serat, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.
3) Pengetahuan klien atau keluarga
Pengetahuan klien atau keluarga tentang pengertian dan penyebab, faktor risiko
stroke, tingkat pengetahuan, dan kemauan untuk belajar.
b. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik per sistem
1) B1 (Breathing): Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
2) B2 (Blood): Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan syok
hipovolemik. TD biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya
hipertensi masif TD > 200mmHg.
3) B3 (Brain):
a) Tingkat kesadaran: Pemeriksaan kesadaran penderita stroke dinilai
berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS). Aspek penilaian GCS
terdiri atas tiga komponen utama, yaitu kesadaran penderita,
orientasi penderita terhadap lingkungan sekitar, dan kemampuan
penderita mengikuti perintah dokter. Penilaian GCS dilakukan
melalui sistem skoring yakni antara 3-15. Melalui penilaian GCS,
penderita dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: sadar dan
orientasi terhadap lingkungan baik serta dapat mengikuti perintah
dengan baik merupakan skor tertinggi 15, somnolen (mengantuk
hingga koma) ditandai dengan skor antara 4-14, dan koma (tidak
sadarkan diri) ditandai dengan skor 3.
b) Fungsi serebri
(1) Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik.
(2) Fungsi intelektual: penurunan dalam ingatan dan memori baik
jangka pendek maupun panjang serta penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi.
(3) Kemampuan bahasa: Lesi pada daerah hemisfer yang dominan
pada bagian posterior dari girus temporalis superior didapatkan
disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan
atau tulisan. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus
frontalis inferior didapatkan disfasia ekspresif, klien mengerti
namun tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
lancar.
(4) Sistem motorik: Inspeksi umum didapatkan hemipeglia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Selain itu terjadi fasikulasi pada otot-otot ekstremitas, tonus otot
meningkat, dan keseimbangan koordinasi mengalami gangguan.
(5) Sistem sensorik: Kehilangan sensorik karena stroke dapat berupa
kerusakan sentuhan ringan atau lebih berat, kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh,
dan kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil,
dan auditorius.
4) B4 (Bladder): Setelah stroke mungkin mengalami inkontinensi urin
sementara, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
5) B5 (Bowel): Didapatkan keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut.
6) B6 (Bone): Mengalami hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan, hemiparesis (kelemahan salah satu
sisi tubuh), kulit tampak pucat karena kekurangan oksigen dan tugor
kulit akan buruk karena kekurangan cairan, kesukaran untuk beraktivitas
karena lemah, dan kaji tanda-tanda dekubitus.
Pengkajian saraf kranial
1) Nervus olfaktori: memejamkan mata, diminta membedakan bau
yang dirasakan (kopi, teh, dll).
2) Nervus optikus: dengan snelend card, klien diminta mengenali
benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan ditanyakan
pukul berapa, membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku,
dan periksa lapang pandang.
3) Nervus okulomotoris: Tes putaran bola mata, menggerakan
konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
4) Nervus trochlearis: Sama seperti nervus III.
5) Nervus trigeminus: Menggerakan rahang ke semua sisi, klien
memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi.
Menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
6) Nervus abdusen: sama seperti nervus III.
7) Nervus fasialis: Senyum, bersiul, mengangkat alis mata, menutup
kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lidah untuk
membedakan gula dan garam.
8) Nervus verstibulocochlearis: Tes webber dan rinne.
9) Nervus glosofaringeus: Membedakan rasa manis dan asam.
10) Nervus vagus: Memakan makanan padat, lunak dan menelan air,
klien menelan saliva, diminta mengucap ahh, membuka mulut
(perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum
mole, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana
pula waktu bergerak, misalnya waktu bernapas atau bersuara.
Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat).
11) Nervus asesoris spinal: Menggerakan bahu dan lakukan tahanan
sambil klien melawan tahanan tersebut.
12) Nervus hipoglosus: Menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke
sisi.
c. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikologi klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Apakah ada dampak pada klien yaitu timbul
ketakutan akan kecacatan, kecemasan, rasa tidak mampu melakukan aktivitas
secara optimal, dan gangguan citra tubuh. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit
yang diderita dan perubahan peran klien dalam keluarga serta masyarakat
(Muttaqin, 2008). Menurut Hickey (1997, dalam Kariasa, 2009), pengkajian
psikologis klien dengan stroke meliputi: (1) mengobservasi perilaku klien saat
sendiri dan selama berinteraksi dengan orang lain, (2) mencatat adanya ekspresi
wajah dan gerakan tubuh, suara, dan reaksi-reaksi tertentu pada klen, (3)
memberikan pertanyaan terbuka, (4) mendengarkan secara aktif.
d. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan dalam membantu menegakkan
diagnosis klien stroke meliputi (Batticaca, 2008); (Muttaqin, 2008); & (Wahyu
2009):
1) Angiografi serebri: Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik misalnya adanya trombosis otak.
2) CT scan: Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis,
emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK).
3) Magnetic Imaging Resonance (MRI): Menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi serta besar terjadinya infark otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark.
4) Ultrasonografi doppler (USG doppler): Mengidentifikasikan penyakit
arteriovena (masalah sistem arteri karotis) dan arteriosklerosis.
5) Elektroensefalogram (EEG): Melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
e. Pemeriksaan darah
Beberapa jenis pemeriksaan darah yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis
stroke yaitu:
1) Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit,
dan trombosit.
2) Pemeriksaan sedimentasi sel eritrosit bertujuan untuk mendiagnosis
kemungkinan adanya peradangan di pembuluh darah seperti Giant cell
arteritis.
3) Pemeriksaan kadar gula darah bertujuan untuk menilai ada atau tidak
penyakit diabetes mellitus yang menjadi faktor risiko pada penderita
stroke.
4) Pemeriksaan kadar lemak dalam darah (HDL, LDL, kolesterol total, dan
trigeliserida).
5) Pemeriksaan serologis penyakit infeksi tertentu
2. Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan IntervensiKetidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Kriteria hasil (NOC):- Klien akan menunjukkan
status sirkulasi tidak ada gangguan tek anan darah, bruit pembuluh darah besar, dan hipotensi ortostatik.
- Klien akan mempunyai SSP dan perifer yang utuh.
1. Pantau atau catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow.R: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
2. Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.R: Autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
3. Pertahankan keadaan tirah baring.R: Aktivitas atau stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).
4. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).R: Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.
5. Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin).R: Meningkatkan atau memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan.
Hambatan mobilitas fisik
Kriteria hasil (NOC):- Klien akan memperlihatkan
mobilitas: keseimbangan, koordinasi, performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan otot, berjalan, dan bergerak dengan tubuh.
- Klien akan melakukan aktivitas sehari-hari secara dibantu
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitasR: Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dan dapat memberikan informasi bagi pemulihan.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring).R: Menurunkan resiko terjadinya trauma atau iskemia jaringan.
3. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitasR: Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
4. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.R: Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu.
5. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi klien.R: Program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti atau menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
Hambatan komunikasi verbal 1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.R: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan
Kriteria hasil (NOC):- Klien akan menunjukkan
komunikasi dengan menggunakan bahasa tertulis, lisan, atau nonverbal.
- Klien akan menkomunikasikan kepuasan dengan cara komunikasi alternatif.
- Klien akan bertukar pesan secara akurat dengan orang lain.
indikator dari derajat gangguan serebral.2. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana.
R: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik.
3. Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut.R: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik.
4. Ajarkan klien teknik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat).R: Bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang dimaksud.
5. Konsultasikan dengan atau rujuk kepada ahli terapi wicara.R: Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan terapi.
Tabel 4. Diagnosa keperawatan, kriteria hasil NOC, dan intervensi keperawatan
3. Penatalaksanaan Farmakologi Stroke Iskemik
Menurut Smeltzer & Bare (2008) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya trombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan trombus dan embolisasi.
Referensi:
Kariasa, I. M. (2009). Persepsi pasien paska serangan stroke terhadap kualitas hidupnya
dalam perspektif asuhan keperawatan. Tesis. Universitas Indonesia.
Potter, P., & Perry, A. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Edisi
4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. S., & Bare, R. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical
nursing. Edisi 11. Philadelphia: Lippincott and Wilkins.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.