stroke non hemorragik dengan double hemiparese+anemia et causa suspect gastritis erosiva - copy

65
LAPORAN KASUS STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA Oleh: dr. Dony Marthen Bani Pembimbing: dr. Ibnoe Soedjarto, M.Si Med., Sp.S 1

Upload: doni-marthen

Post on 10-Feb-2016

62 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA

TRANSCRIPT

Page 1: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

LAPORAN KASUS

STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN

DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET

CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA

Oleh:

dr. Dony Marthen Bani

Pembimbing:

dr. Ibnoe Soedjarto, M.Si Med., Sp.S

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.M PARIKESIT

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

TENGGARONG

1

Page 2: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

2015

STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN

DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET

CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA

Diajukan Oleh :

Nama : dr. Dony Marthen Bani

Dipresentasikan

Tanggal :

Pembimbing I

(dr.Ibnoe Soedjarto, M.Si.Med., Sp.S)

Pembimbing II,

2

Page 3: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

(dr. Nurindah Isty R, M.Si.Med., Sp. KFR)

No ID dan Nama Peserta : Dony Marthen Bani

No. ID dan Nama Wahana : RSUD AM Parikesit

Topik : STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE

HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT

GASTRITIS EROSIVA

Tanggal (kasus) :

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr.Ibnoe Soedjarto, M.Si Med., Sp.S

Obyektif Presentasi

√ Keilmuan ○ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka

√ Diagnostik √Manajemen ○ Masalah ○ Istimewa

○ Neonatus ○ Bayi ○ Remaja √ Dewasa ○ Lansia ○ Bumil

Deskripsi

Dewasa laki-laki, 69Tahun, dibawa ke rumah sakit karena BAB cair warna coklat kehitaman disertai riwayat stroke

3

Page 4: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Tujuan

Mampu mendiagnosis kasus Stroke non hemorrhagic dengan double hemiparese+

anemia et causa suspect gastritis erosiva serta mampu melakukan penatalaksanaan awal

Bahan Masalah

√ Tinjauan pustaka ○ Riset √ Kasus ○ Audit

Cara Membahas

○ Diskusi √ Presentasi dan Diskusi ○ Email ○ Pos

4

Page 5: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

LAPORAN KASUS

IndentitasANAMNESIS

• Nama pasien : Tn.A

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Umur : 69 tahun

• Suku : Kutai

• Agama : Islam

• Status marital : menikah

• Pekerjaan : PNS

• No CM : RS:2005

• Ruangan : Tulip

• Tgl MRS : 07-09-2015 pukul 14.52

•• Keluhan Utama:

Buang air besar berwarna hitam kecoklatan sejak 1 hari sebelum

masuk RS + Riwayat Stroke sebelumnya

R.Penyakit sekarang:

Pasien buang air besar encer 4x, berwarna hitam kecoklatan

sejak 1 hari sebelum masuk RS ,pasien memakai pampers,jumlah BAB± 1

gelas Aqua,Lemah(+)

Mual-, muntah -, batuk(-) pilek (-),demam(-) Bak Normal,

sesak napas(-)nyeri dada(-),

5

Page 6: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

R.penyakit dahulu:

Sebelum dirawat di RS , tanggal 17-06-2015 pasien pernah di rawat di ruang

anggrek RSUD dengan keluhan Lemas seluruh tubuh dan tidak bisa bicara

sejak 1 minggu secara tiba-tiba saat bangun tidur, napsu makan menurun

sejak sakit,DM(-),HT (+),terkontrol ,astma(-),ambeien(-)

Riwayat trauma kepala(-),

diagnosis masuk nya: Syndrom Geriatric,+anemia Susp CKD

Lalu di rujuk ke AWS untuk rencana Hemodialisis.

Di AWS tidak jadi di HD karena pemeriksaan lab ulang di AWS fungsi

ginjal sudah normal kembali.

Riwayat Glaukoma (+)pada mata kanan dan kiri sejak 5 tahun yang lalu,

visus mata kanan dan mata kiri mata 1/~

6

Page 7: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Lab tanggal 17-08-2015

Hb:6,6

Hct:20

Trombosit:104.000

Leukosit:6900

Ct:3,30

Bt:2,30

HbsAg:-

Ureum:229

Cr: 3,5

7

Page 8: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Riwayat Obat dan kebiasaan Riwayat minum jamu2an (-)

Riwayat Keluarga:

Ayah pasien meninggal karena penyakit stroke

Riwayat merokok+ rokok kretek 2 bungkus sehari

Riwayat minum alkohol:-

Kebiasaan makan: 3x sehari nasi dan lauk pauk.

Riwayat Obat di RS AWSMiniaspi 80mg 1x1 tab

Spironolactone 25mg 1x1 tab

Ciprofloxacin 2x1 tab

Clopidogrel 75mg 1x1

Furosemide 40mg 2x1 tab

ISDN 3x1 tab

8

Page 9: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Pemeriksaan Fisik

Vital sign:

Tensi:110/60

Nadi:90104x/m

RR:20x/m

Suhu:36,5

Kepala/Leher:

Normocephali,deformitas(-)tanda radang pada kulit

kepala(-)

Mata: konjungtiva palpebra anemis-/-,ikterus-/-

,reflek pupil:

Visus:1/~ ,1/~

leher:massa(-),tidak terdapat pembesaran KGB

Thorax: jantung:S1 S2 Tunggal, murmur (-)gallop(-)

batas jantung kanan:ics 2 parasternal line dextra

batas jantung kiri atas:ics 2 parasternal line sinistra

batas jantung kiri bawah:ics 5 midclavicular line

sinistra

Paru: Vesikuler +/+, Wheezing:-/-, Rhonki:-/-

Abdomen:Inspeksi: kelainan kulit (-)

auskultasi: Bising usus :+ N

Palpasi: Soepel,nyeri tekan (-)

Perkusi: timpani(+)

Extremitas: Edem (-)

Deformitas(-)

9

Page 10: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Jenis Nervus Jenis Pemeriksaan Kanan Kiri

N I

Olfaktorius

Subjektif TDE TDE

Objektif TDE TDE

N II

Optikus

Tajam Penglihatan TDE TDE

Lapangan pandang (tes

konfrontasi)

TDE TDE

Melihat Warna TDE TDE

N III

okulomotorius

Pergerakan bola mata TDE TDE

Strabismus - -

Nistagmus - -

Eksoftalmus - -

Besar pupil (diameter) TDE TDE

Bentuk pupil TDE TDE

Refleks cahaya TDE TDE

Melihat kembar TDE TDE

N IV

Trochlearis

Pergerakan bola mata (lateral

bawah)

TDE

Melihat Kembar TDE

N V

Trigeminus

Membuka mulut +

+Mengunyah

Menggigit

Sensibilitas wajah TDE

N VI

Abducens

Pergerakan bola mata (ke lateral) TDE

N VII

Facialis

Mengerutkan dahi +

Menutup mata + +

Memperlihatkan gigi TDE

Sudut bibir Tertinggal Tertinggal

N VIII

Octavus

Detik arloji TDE TDE

Suara berbisik TDE TDE

10

Page 11: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

N IX

glossopharyngeus

Uvula TDE

TDEPerasaan lidah bagian belakang

N X

Vagus

Bicara -

Menelan Sukar

N XI

Accesorius

Mengangkat bahu -

-Memalingkan kepala

N XII

hypoglossus

Menjulurkan lidah -

-Tremor lidah

Keterangan :

TDE : Tidak dapat di Evaluasi

Badan dan Anggota Gerak

Bagian tubuh Pemeriksaan Kanan Kiri

Badan Sensibilitas taktil TDE

Sensibilitas nyeri

Ekstremitas

superior

Pergerakan + +

Kekuatan

Humerus

Antebrachii

Manus

2

2

2

2

2

2

Refleks fisiologis

Refleks biceps

Refleks triceps

+

+

+

+

Refleks patologis

Refleks Trommer

Refleks Hoffman

-

-

-

-

Sensibilitas taktil TDE

Sensibilitas nyeri

Ekstremitas

inferior

Pergerakan + +

Kekuatan

Femur

Cruris

2

2

2

2

11

Page 12: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Pedis 2 2

Refleks fisiologis

Refleks patella

Refleks Achilles

+

+

+

+

Refleks patologis

Refleks Babinski

Refleks Chaddock

Refleks Oppenheim

+

+

+

+

+

+

Sensibilitas taktil TDE

Sensibilitas nyeri

Lasseque - -

Kernig - -

Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan

Koordinasi dan keseimbangan tidak valid untuk diperiksa

Gerakan-gerakan abnormal

Tidak dijumpai gerakan abnormal

Alat vegetatif

Miksi menggunakan Foley kateter, asupan nutrisi oral menggunakan

Nasogastic tube, BAB normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

12

Page 13: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter 07-09-2015 10-09-2015 11-09-

2015

Hb 4,5 g/dl 8,1g/dl 8,5g/dl

Ht 14 % 24 24

Leukosit 12.100 7900 8000

Trombosit 340.000 309.000 262.000

GDS 170 mg/dl - - - -

Glukosa Puasa - - - - -

Ureum 91 mg/dl - - - -

Creatinin 1,1 mg/dl - - - -

Uric acid - - - - -

SGOT - - - - -

SGPT - - - - -

Cholesterol - - - - -

Trigleserida - - - - -

HDL-

Cholesterol

- - - - -

LDL-

Cholesterol

- - - - -

Na+ 139 q/L - - - -

K+ 3,2 q/L - - - -

Cl- 109 q/L - - - -

13

Page 14: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

14

Page 15: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

CT SCAN

15

Page 16: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Diagnosis Akhir :

- Diagnosis klinis : Double Hemiparese(hemiparese bilateral)+

Afasia Global

- Diagnosis topikal : Hemisfer Dextra et sinistra

- Diagnosis etiologis : Stroke Non Hemorrhagic

- Diagnosa lain :anemia suspect et causa gastritis erosiva+Glaukoma

Terapi:

02 2 LPM

diet sonde 3x250

infus Nacl0,9% 10tpm

transfusi PRC 2 kolf/Hari sampe Hb>10

Inj,tranxamine 3x500mg

drip Adona 1 ampul/Hari

inj.citicholin 250mg 2x1 ampul

Inj.furosemide 2x1 ampul

inj.ranitidin 2x1 ampul

inj.omeprazole 2x1 ampul

lanzoprazole 2x1

aminefron 3x2 tab

badan balik kiri balik kanan per 2 jam cegah dekubitus

16

Page 17: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

BAB III

TINJAUAN PUSTAKADefenisi Stroke

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai

sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter

di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan

peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut

juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,

invaliditas).

Stroke Non Hemoragik

Klasifikasi Stroke Non Hemoragik

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik

dan proses patologik (kausal):

A. Berdasarkan manifestasi klinik:

Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA).

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di

otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic

Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan

menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih

dari seminggu.

Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala

neurologik makin lama makin berat.

Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan

neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

B. Berdasarkan Kausal:

Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya

penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat

terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang

17

Page 18: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat

aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang

cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar

kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan

pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah

ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan

hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena

adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.

Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang

mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke

otak.

Gejala Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan

lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut

adalah:

a) Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

Buta mendadak (amaurosis fugaks).

Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan

(disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.

Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis

kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi

sumbatan.

b) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih

menonjol.

Gangguan mental.

Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

Bisa terjadi kejang-kejang.

c) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

18

Page 19: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih

ringan.

Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.

Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

d) Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.

Meningkatnya refleks tendon.

Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor),

kepala berputar (vertigo).

Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara

sehingga pasien sulit bicara (disatria).

Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran

secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat,

kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia),

gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus),

penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata,

kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri

kedua mata (hemianopia homonim).

Gangguan pendengaran.

Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

e) Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

Koma

Hemiparesis kontra lateral.

Ketidakmampuan membaca (aleksia).

Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

f) Gejala akibat gangguan fungsi luhur

Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia

dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk

19

Page 20: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri,

sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap

baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti

pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan

perkataan dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak

memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.

Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan

otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara

kongenital), yaitu Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca

kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah

ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca

kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.

Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya

kerusakan otak.

Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal

angka setelah terjadinya kerusakan otak.

Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah

sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti

penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau

menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering

bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh

menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak

boleh melihat jarinya).

Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya

kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan

dengan ruang.

Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku

akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere

dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada

trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi

pengangkatan massa di otak.

20

Page 21: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup

sejumlah kemampuan.

Diagnosis Stroke Non Hemoragik

Diagnosis didasarkan atas hasil:

a. Penemuan Klinis

Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang

mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti

hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu

diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada

fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang

terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor

serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark,

perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun

perdarahan subarakhnoid (PSA).

Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan

darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan

bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,

Doppler, Elektrokardiografi (EKG).

Stroke Hemoragik

Klasifikasi Stroke Hemoragik

21

Page 22: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases

and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

a. Perdarahan Intraserebral (PIS). Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah

perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak

dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh

hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma

kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia,

trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor

otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.

b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA). Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan

subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma (50%),

pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%)

dan 25% kausanya tidak diketahui.

c. Perdarahan Subdural. Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi

akibat robeknya vena jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan

vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena

robeknya araknoidea.

Gejala Stroke Hemoragik

1) Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS). Gejala yang sering djumpai pada

perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan

adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal

merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari,

waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun

dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara

1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).

2) Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA). Pada penderita PSA dijumpai

gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual,

muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan

pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi

rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan

pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam

22

Page 23: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian

obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria,

albuminuria, dan perubahan pada EKG.

3) Gejala Perdarahan Subdural. Pada penderita perdarahan subdural akan

dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema

papil yang terjadi, tanda-tanda deficit neurologik daerah otak yang

tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan

setelah terjadinya trauma kepala.

Diagnosis Stroke Hemoragik

a. Perdarahan Intraserebral (PIS). Diagnosis didasarkan atas gejala dan

tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan

dapat dilakukan dengan Computerized Tomography Scanning (CT-Scan),

Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG),

Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi (USG), dan Angiografi

cerebral.

b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA). Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala

dan tanda klinis. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan

Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi atau Digital Substraction

Angiography (DSA).

c. Perdarahan Subdural. Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu

dilakukan foto tengkorak anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain

itu, dapat juga dilakukan dengan CT-Scan dan EEG. Oleh karena tidak

seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk memudahkan

pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya system skoring

yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien

masuk Rumah Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:

Algoritma Stroke Gajah Mada

23

Page 24: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Skor Menurut Prof. Djoenaidi Widjaja

24

Page 25: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

SKOR TOTAL

SKOR

1.TIA sebelum serangan 1

2.Permulaan serangan :

   - Sangat mendadak (1-2 menit)

   - Mendadak (beberapa menit – 1 jam)

   - Pelan-pelan (beberapa jam)

6,5

6,5

1

3.Waktu serangan :

   - Waktu kerja

   - Waktu istirahat / tidur

   - Waktu bangun tidur

6,5

1

1

4.Sakit kepala waktu serangan :

   - Sangat hebat

   - Hebat

   - Ringan

   - Tidak ada

10

7,5

1

0

5.Muntah :

   - Langsung habis serangan

   - Mendadak (beberapa menit – beberapa jam)

   - Pelan (satu hari atau lebih)

   - Tak ada

10

7,5

1

0

6.Kesadaran :

   - Hilang waktu serangan (langsung)

   - Hilang mendadak (beberapa menit – beberapa jam)

   - Hilang pelan-pelan (satu hari atau lebih)

   - Hilang sementara kemudian sadar pula (sepintas)

   - Tidak ada

10

10

1

1

0

25

Page 26: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

7.Tekanan darah :

   - Waktu serangan sangat tinggi ( > 200 / 110 )

   - Waktu MRS sangat tinggi ( > 200 / 110 )

   - Waktu serangan tinggi ( > 140 / 110 ; < 200 / 110 )

   - Waktu MRS tinggi (> 140 / 110 ; > 200 / 110 )

7,5

7,5

1

1

8.Tanda rangsangan selaput otak

   - Kaku kuduk hebat

   - Kaku kuduk ringan

   - Tidak ada

10

5

0

9.Fundus Okuli

   - Perdarahan subhyaloid

   - Perdarahan retina (flamed shaped)

   - Normal

10

7,5

0

10.Pupil

   - Isokor

   - Anisokor

   - Pin point kanan / kiri

   - Midriasis kanan / kiri

   - Kecil + reaksi lambat

   - Kecil + reaktif

0

5

10

10

10

10

11.Darah

   - Leukositosis > 10.000/mm3

   - CPK meningkat

1

1

12.Febris :

   - < 1 hari

   - > 1 hari

1

0

TOTAL SKOR

Keterangan :

26

Page 27: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Bila skor menurut Prof. Djoenaidi Widjaja ini menunjukkan hasil :

-          ≥ 20, maka ini tergolong stroke perdarahan

-          < 20, maka ini termasuk infark

Skor Siriraj Hospital

Versi orisinal:= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanandarah diastolik) – (0.99 x atheromal) – 3.71.Versi disederhanakan:= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darahdiastolik) – (3 x atheroma) – 12.Kesadaran:Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2Muntah:tidak = 0 ; ya = 1Sakit kepala dalam 2 jam:tidak = 0 ; ya = 1Tanda-tanda ateroma:tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)

Pembacaan:

Skor > 1 : Perdarahan otak

< -1: Infark otak

Sensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.

Untuk infark: 93.2%.

Ketepatan diagnostik: 90.3%.

27

Page 28: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Terapi

Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.

1 Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)

Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan

sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak

mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah

menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga

perlu dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah

dipertahankan pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah

yang tinggi tidak diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit,

dan asam basa harus terus dipantau.

Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak

yang menderita di daerah iskemik (ischemic penumbra), antara lain:

1 Anti-edema otak:

a. Gliserol 10% perinfus, 1gr/kgBB/hari dalam 6 jam

b. Kortikosteroid, yang banyak digunakan deksametason dengan bolus 10-

20mg i.v., diikuti 4-5 mg/6jam selama beberapa hari, lalu tapering off,

dan dihentikan setelah fase akut berlalu.

c.

2 Anti-Agregasi trombosit

Asam asetil salisilat (ASA) seperti aspirin, aspilet dengan dosis rendah 80-

300 mg/hari

3 Antikoagulansia, misalnya aspirin

4 Lain-lain:

a Trombolisis (trombokinase) masih dalam uji coba

b Obat-obat baru seperti pentoksifilin, sitikolin, kodergokrin-mesilat,

pirasetam, dan akhir-akhir ini calcium-entry-blocker selektif (Aliah dkk,

2007; Harsono, 2008)).

2 Fase Pasca Akut

Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan

rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.

28

Page 29: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Afasia

Definisi

Afasia merupakan gangguan berbahasa. Dalam hal ini pasien

menunjukkan gangguan dalam memproduksi dan / atau memahami bahasa. Defek

dasar pada afasia ialah pada pemrosesan bahasa tingkat integratif yang lebih

tinggi. Gangguan artikulasi dan praksis mungkin ada sebagai gejala yang

menyertai.

Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler

hemisfer dominan, trauma kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe

afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi lesi. Semua penderita afasia

memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca, ekspresi verbal, dan

menulis dalam derajat berbeda-beda.

29

Page 30: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Etiologi

Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit. Afasia dapat timbul

akibat cedera otak atau proses patologis pada area lobus frontal, temporal atau

parietal yang mengatur kemampuan berbahasa yaitu area broca, area Wernicke

dan jalur yang menghubungkan antara keduanya. Kedua area ini biasanya terletak

di hemisfer kiri otak dan pada kebanyakan orang bagian hemisfer kiri merupakan

tempat kemampuan berbahasa diatur. Pada dasarnya kerusakan otak yang

menimbulkan afasia disebabkan oleh stroke, cedera otak traumatic, perdarahan

otak, dan sebagainya. Sekitar 80% afasia disebabkan oleh infark iskemik,

sedangkan hemoragik frekuensinya jarang terjadi dan lokasinya tidak dibatasi oleh

kerusakan vaskularisasi. Afasia dapat muncul perlahan seperti pada kasus tumor

otak. Afasia juga terdaftar sebagai efek samping yang langka dari fentanyl, yaitu

suatu opioid untuk penanganan nyeri kronis.

Klasifikasi

a. Afasia sensoris (Wernicke)

Afasia sensoris dapat terjadi gangguan yang melibatkan pada girus

temporalis superior. Pasien afasia sensoris ditandai oleh ketidakmampuan

memahami bahasa lisan dan bila ia menjawab dia pun tidak mampu

mengetahui kata yang diucapkannya., apakah benar atau salah. Maka

terjadinya kalimat yang isinya kosong, berisi parafasia dan neologisme.

Seorang afasia dewasa mungkin akan kesulitan untuk menyebutkan kata

buku walau dihadapannya ditunjukkan benda buku.

b. Afasia motoric (broca)

Lesi yang menyebabkan afasia broca mencakup daerah brodman 44 dan

sekitarnya. Lesi yang menyebabkan afasia broca biasanya melibatkan

operculum frontal (area brodman 45 dan 44) dan massa alba frontal dalam

(tidak melibatkan korteks motoric bawah dan massa alba paraventrikuler

tengah). Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan

atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi symbol yang

bermakna dan dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-

pendek dan monoton. Pasien sering atau paling banyak mengucapkan kata-

kata benda dan kata kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata

30

Page 31: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

bahasa (tanpa grammar). Contoh : “Saya… sembuh… rumah…. kontrol…

ya… control…”. Seseorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat

mengintrepretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk

mengekspresikannya mengalami kesulitan. Seseorang afasia dewasa

berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka

dengan menunjuk kea rah barat, dan dengan kesal karena tidak ada

kemampuan dalam ucapannya. Jenis afasia ini juga dialami dalam

menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan dysgraphia

(agraphia). Mengulang (repetisi) dan membaca kuat-kuat sama

terganggunya seperti berbicara spontan. Pemahaman auditif dari

pemahaman kalimat dengan tata bahasa yang kompleks sering terganggu

(misalnya memahami kalimat “seandainya anda berupaya untuk tidak

gagal, bagaimana rencana anda untuk maksud ini”.

c. Afasia global

Merupakan bentuk afasia yang paling berat. Afasia global disebabkan oleh

luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab

lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri

media pada pangkalnya. Kemungkinan pulihnya ialah buruk. Keadaan ini

ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan

menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip (itu-itu saja,

berulang),m misalnya : “liya, liya, liya”, atau : “baaah, baaah, baah”, atau :

“amaang, amaaang, amaang”. Kemprehensi menghilang atau sangat

terbatas, misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah

kata. Repetisi juga sama berat gangguannya seperti bicara spontan.

Membaca dan menulis juga terganggu berat. Afasia global hamper selalu

disertai hemiparese atau hemiplegia yang menyebabkan invaliditas kronis

yang parah.

Manifestasi Klinis

Gejala dan Gambaran klinik Afasia

Afasia global. Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat.

Koadaan ini ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali

31

Page 32: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip (itu-itu saja,

berulang), misalnya : "iiya, iiya, iiya", atau: "baaah, baaaah, baaaaah" atau:

"amaaang, amaaang, amaaang". Komprehensi menghilang atau sangat terbatas,

misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetisi

(mengulangi) juga sama berat gangguannya seperti bicara spontan. Membaca dan

menulis juga terganggu berat.

Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau

semua daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis

interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah

buruk. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia

yang menyebabkan invaliditas khronis yang parah.

Afasia Broca. Bentuk afasia ini sering kita lihat di klinik dan ditandai oleh

bicara yang tidak lancar, dan disartria, serta tampak melakukan upaya bila

berbicara. Pasien sering atau paling banyak mengucapkan kata-benda dan kata-

kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata-bahasa (tanpa grammar).

Contoh:"Saya....sembuh....rumah....kontrol....ya..kon..trol."

"Periksa...lagi...makan... banyak.."

Mengulang (repetisi) dan membaca kuat-kuat sama terganggunya seperti

berbicara spontan. Pemahaman auditif dan pemahaman membaca tampaknya tidak

terganggu, namun pemahaman kalimat dengan tatabahasa yang kompleks sering

terganggu (misalnya memahami kalimat: "Seandainya anda berupaya untuk tidak

gagal, bagaimana rencana anda untuk maksud ini").

Ciri klinik afasia Broca:

bicara tidak lancar

tampak sulit memulai bicara

kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)

pengulangan (repetisi) buruk

kemampuan menamai buruk

Kesalahan parafasia

Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat

yang sintaktis kompleks)

Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks

32

Page 33: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Irama kalimat dan irama bicara terganggu

Menamai (naming) dapat menunjukkan jawaban yang parafasik. Lesi yang

menyebabkan afasia Broca mencakup daerah Brodmann 44 dan sekitarnya. Lesi

yang mengakibatkan afasia Broca biasanya melibatkan operkulum frontal (area

Brodmann 45 dan 44) dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks

motorik bawah dan massa alba paraventrikular tengah). Selain itu, ada pasien

dengan lesi dikorteks peri-rolandik, terutama daerah Brodmann 4; ada pula yang

terganggu di daerah peri-rolandik dengan kerusakan massa alba yang

ekstensif.Ada pakar yang menyatakan bahwa bila kerusakan terjadi hanya di area

Broca di korteks, tanpa melibatkan jaringan di sekitarnya, maka tidak akan terjadi

afasia.

Penderita afasia Broca sering mengalami perubahan emosional. seperti

frustasi dan depresi. Apakah hal ini disebabkan oleh gangguan berbahasanya

atau merupakan gejala yang menyertai lesi di lobus frontal kiri belum dapat

dipastikan.Pemulihan terhadap berbahasa (prognosis) umumnya lebih baik

daripada afasia global. Karena pemahaman relatif baik, pasien dapat lebih baik

beradaptasi dengan keadaannya.

Afasia Wernicke. Pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. Di

klinik, pasien afasia Wernicke ditandai oleh ketidakmampuan memahami bahasa

lisan, dan bila ia menjawab iapun tidak mampu mengetahui apakah jawabannya

salah. la tidak mampu memahami kata yahg diucapkannya, dan tidak mampu

mengetahui kata yang diucapkannya, apakah benar atau salah. Maka terjadilah

kalimat yang isinya kosong, berisi parafasia, dan neologisme. Misalnya menjawab

pertanyaan: Bagaimana keadaan ibu sekarang ? Pasien mungkin menjawab: "Anal

saya lalu sana sakit tanding tak berabir".

Pengulangan (repetisi) terganggu berat. Menamai {naming) umumnya

parafasik. Membaca dan menulis juga terganggu berat.

Gambaran klinik afasia Wernicke:

Keluaran afasik yang lancar

Panjang kalimat normal

Artikulasi baik

Prosodi baik

33

Page 34: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Anomia (tidak dapat menamai)

Parafasia fonemik dan semantik

Komprehensi auditif dan membaca buruk

Repetisi terganggu

Menulis lancar tapi isinya "kosong"

Penderita afasia jenis Wernicke ada yang menderita hemiparese, ada pula

yang tidak. Penderita yang tanpa hemiparese, karena kelainannya hanya atau

terutama pada berbahasa, yaitu bicara yang kacau disertai banyak parafasia, dan

neologisme, bisa-bisa disangka menderita psikosis.

Lesi yang menyebabkan afasia jenis Wernicke terletak di daerah bahasa

bagian posterior. Semakin berat defek dalam komprehensi auditif, semakin besar

kemungkinan lesi mencakup bagian posterior dari girus temporal superior. Bila

pemahaman kata tunggal terpelihara, namun kata kompleks terganggu, lesi

cenderung mengenai daerah lobus parietal, ketimbang lobus temporal superior.

Afasia jenis Wernicke dapat juga dijumpai pada lesi subkortikal yang merusak

isthmus temporal memblokir signal aferen inferior ke korteks temporal.

Penderita dengan defisit komprehensi yang berat, pronosis

penyembuhannya buruk, walaupun diberikan terapi bicara yang intensif. Afasia

konduksi. Ini merupakan gangguan berbahasa yang lancar (fluent) yang ditandai

oleh gangguan yang berat pada repetisi, kesulitan dalam membaca kuat-kuat

(namun pemahaman dalam membaca baik), gangguan dalam menulis, parafasia

yang jelas, namun umumnya pemahaman bahasa lisan terpelihara. Anomianya

berat.

Terputusnya hubungan antara area Wernicke dan Broca diduga

menyebabkan manifestasi klinik kelainan ini. Terlibatnya girus supramarginal

diimplikasikan pada beberapa pasien. Sering lesi ada di massa alba subkortikal -

dalam di korteks parietal inferior, dan mengenai fasikulus arkuatus yang

menghubungkan korteks temporal dan frontal.

Afasia transkortikal. Afasia transkortikal ditandai oleh repetisi bahasa

lisan yang baik (terpelihara), namun fungsi bahasa lainnya terganggu. Ada pasien

yang mengalami kesulitan dalam memproduksi bahasa, namun komprehensinya

lumayan.

34

Page 35: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Ada pula pasien yang produksi bahasanya lancar, namun komprehensinya

buruk. Pasien dengan afasia motorik transkortikal mampu mengulang (repetisi),

memahami dan membaca, namun dalam bicara -spontan terbatas, seperti pasien

dengan afasia Broca. Sebaliknya, pasien dengan afasia sensorik transkortikal

dapat mengulang (repetisi) dengan baik, namun tidak memahami apa yang

didengarnya atau yang diulanginya. Bicara spontannya dan menamai lancar, tetapi

parafasik seperti afasia jenis Wernicke. Sesekali ada pasien yang menderita

kombinasi dari afasia transkortikal motorik dan sensorik. Pasien ini mampu

mengulangi kalimat yang panjang, juga dalam bahasa asing, dengan tepat. Mudah

mencetuskan repetisi pada pasien ini, dan mereka cenderung menjadi ekholalia

(mengulang apa yang didengarnya).

Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal:

Keluaran (output) lancar (fluent)

Pemahaman buruk

Repetisi baik

Ekholalia

Komprehensi auditif dan membaca terganggu

Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai

Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan.

Gambaran klinik afasia motorik transkortikal:

Keluaran tidak lancar (non fluent)

Pemahaman (komprehensi) baik

Repetisi baik

Inisiasi ot/fpunerlambat

Ungkapan-ungkapan singkat

Parafasia semantik

Ekholalia

Gambaran klinik afasia transkortikal campuran:

Tidak lancar (nonfluent)

Komprehensi buruk

Repetisi baik

Ekholalia mencolok

35

Page 36: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Afasia transkortikal disebabkan oleh lesi yang luas, berupa infark

berbentuk bulan sabit, di dalam zona perbatasan antara pembuluh darah serebral

mayor (misalnya di lobus frontal antara daerah arteri serebri anterior dan media).

Afasia transkortikal motorik terlihat pada lesi di perbatasan anterior yang

menyerupai huruf C terbalik (gambar 9-1). Lesi ini tidak mengenai atau tidak

melibatkan korteks temporal superior dan frontal inferior (area 22 dan 44 dan

lingkungan sekitar) dan korteks peri sylvian parietal. Korteks peri sylvian yang

utuh ini dibutuhkan untuk kemampuan mengulang yang baik.

Penyebab yang paling sering dari afasia transkortikal ialah:

Anoksia sekunder terhadap sirkulasi darah yang menurun, seperti yang

dijumpai pada henti-jantung (cardiac arrest).

Oklusi atau stenosis berat arteri karotis.

Anoksia oleh keracunan karbon monoksida.

Demensia.

Afasia anomik. Ada pasien afasia yang defek berbahasanya berupa

kesulitan dalam menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang

dihadapkan kepadanya. Keadaan ini disebut sebagai afasia anomik, nominal atau

amnestik. Berbicara spontan biasanya lancar dan kaya dengan gramatika, namun

sering tertegun mencari kata dan terdapat parafasia mengenai nama objek.

Gambaran klinik afasia anomik:

Keluaran lancar

Komprehensi baik

Repetisi baik

Gangguan (defisit) dalam menemukan kata.

Banyak tempat lesi di hemisfer dominan yang dapat menyebabkan afasia

anomik, dengan demikian nilai lokalisasi jenis afasia ini terbatas. Anomia dapat

demikian ringannya sehingga hampir tidak terdeteksi pada percakapan biasa atau

dapat pula demikian beratnya sehingga keluaran spontan tidak lancar dan isinya

kosong. Prognosis untuk penyembuhan bergantung kepada beratnya defek inisial.

Karena output bahasa relatif terpelihara dan komprehensi lumayan utuh, pasien

demikian dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik daripada jenis afasia lain

yang lebih berat.

36

Page 37: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Afasia dapat juga terjadi oleh lesi subkortikal, bukan oleh lesi kortikal

saja. Lesi di talamus, putamen-kaudatus, atau di kapsula interna, misalnya oleh

perdarahan atau infark, dapat menyebabkan afasia anomik. Mekanisme terjadinya

afasia dalam hal ini belum jelas, mungkin antara lain oleh berubahnya input ke

serta fungsi korteks di sekitarnya.

  Beberapa bentuk afasia mayorBentuk

AfasiaEkspresi

Komprehensi

verbalRepetisi Menamai

Komprehensi

membacaMenulis Lesi

Ekspresi

(Broca)

Tak lancar Relatif

terpelihara

Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Frontal Inferior

posterior

Reseptif

(Wermicke)

Lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Temporal

Superior Posterior

(Area Wernicke)

Global Tak lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Fronto temporal

Konduksi Lancar Relatif

terpelihara

Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Fasikulus

arkualtus, girus

supramarginal

Nominal Lancar Relatif

terpelihara

Terpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi Girus angular,

temporal superior

posterior

Transkortikal

motor

Tak lancar Relatif

terpelihara

Terpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu Peri sylvian

anterior

Transkortikal

sensorik

Lancar Terganggu Terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu PerisylvianPosteri

or

Penatalaksanaan Medis

DASAR-DASAR REHABIL1TASI

Bina wicara (speech therapy) pada afasia didasarkan pada :

1. Dimulai seawal mungkin. Segera diberikan bila keadaan umum pasien

sudah memungkinkan pada fase akut penyakitnya.

2. Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada bulan

pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang paling baik.

3. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat).

4. Program terapi yang dibuat oieh terapis sangat individual dan tergantung

dari latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien.

37

Page 38: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

5. Program terapi berlandaskan pada penurnbuhan motivasi pasien untuk

mau belajar (re-learning) bahasanya yang hilang. Memberikan stimulasi

supaya pasien metnberikan tanggapan verbal. Stimuli dapat berupa verbal,

tulisan atau pun taktil. Materi yang teiah dikuasai pasien perlu diulang-

ulang(repetisi).

6. Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi kelompok

dengan pasien afasi yang lain.

7. Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kelancaran berbicara. Seseorang disebut berbicara , lancar

bila bicara spontannya lancar, tanpa tertegun-tegun untuk mencari Kata yang

diinginkan. Kelancaran berbicara verbal merupakan refleksi dari efisiensi

menemukan kata. Bila kemampuan ini diperiksa secara khusus ilnpat dideteksi

masalah berbahasa yang ringan pada lesi otak yang ringan iiImii pada demensia

dini. Defek yang ringan dapat dideteksi melalui tes knlnncaran, menemukan kata

yaitu jumlah kata tertentu yang dapat dlproduksi selama jangka waktu yang

terbatas. Misalnya menyebutkan sebanyak-banyaknya nama jenis hewan selama

jangka waktu satu menit, ulnu menyebutkan kata-kata yang mulai dengan huruf

tertentu, misalnya huruf S atau huruf B dalam satu menit.

Menyebutkan nama hewan : Pasien disuruh menyebutkan sebanyak

mungkin nama hewan dalam waktu 60 detik. Kita catat jumlahnya serta kesalahan

yang ada, misalnya parafasia. Skor : Orang normal umumnya mampu

menyebutkan 18 - 20 nama hewan selama 60 detik, dengan variasi I 5 - 7.

Usia merupakan faktor yang berpengaruh secara bermakna dalam tugas

ini. Orang normal yang berusia di bawah 69 tahun akan mampu menyebutkan 20

nama hewan dengan simpang baku 4,5.

Kemampuan ini menurun menjadi 17 (+ 2,8) pada usia 70-an, dan menjadi

15,5 (± 4,8) pada usia 80-an. Bila skor kurang dari 13 pada orang normal di

bawah usia 70 tahun, perlu dicurigai adanya gangguan dalam kelancaran berbicara

verbal. Skor yang dibawah 10 pada usia dibawah 80 tahun, sugestif bagi masalah

38

Page 39: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

penemuan kata. Pada usia 85 tahun skor 10 mungkin merupakan batas normal

bawah.

Menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu: Kepada pasien dapat

juga diberikan tugas menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu,

misalnya huruf S, A atau P. Tidak termasuk nama orang atau nama kota. Skor:

Orang normal umumnya dapat menyebutkan sebanyak 36 - 60 kata, tergantung

pada usia, inteligensi dan tingkat pendidikan. Kemampuan yang hanya sampai 12

kata atau kurang untuk tiap huruf di atas merupakan petunjuk adanya penurunan

kelancaran berbicara verbal. Namun kita harus hati-hati monginterpretasi tes ini

pada pasien dengan tingkat pendidikan tidak melebihi tingkat Sekolah

Menengah Pertama.

Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan

Kemampuan pasien yang afasia untuk memahami sering sulit dlnllal

Pemeriksaan klinis disisi-ranjang dan tes yang baku cenderung kurang cukup dan

dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Langkah terakhir dapat digunakan

untuk mengevaluasi pemahaman (komprehensi) secara klinis, yaitu dengan cara

konversasi, suruhan, pilihan (ya atau tidak), dan menunjuk.

Konversasi. Dengan mengajak pasien bercakap-cakap dapat dinilai

kemampuannya memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh

pemeriksa.

Suruhan. Serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (Satu

langkah) sampai pada yang sulit (banyak langkah) dapat digunakan untuk menilai

kemampuan pasien memahami. Mula-mula suruh pasien bertepuk tangan,

kemudian tingkatkan kesulitannya, misalnya: mengambil pinsil, letakkan di kotak

dan taruh kotak di atas kursi (suruhan ini dapat gagal pada pasien dengan apraksia

dan gangguan motorik, walaupun pemahamannya baik; hal ini harus

diperhatikan oleh pemeriksa).

Pemeriksa dapat pula mengeluarkan beberapa benda, misalnya kunci, duit,

arloji, vulpen, geretan. Suruh pasien menunjukkan salah sntu benda tersebut,

misalnya arloji. Kemudian suruhan dapat dlpermilit, misalnya: tunjukkan jendela,

setelah itu arloji, kemudian vulpen. Pasion tanpa afasia dengan tingkat inteligensi

yang rata-rata mampu menunjukkan 4 atau lebih objek pada suruhan yang

39

Page 40: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

beruntun. Pasien dengan Afasia mungkin hanya mampu menunjuk sampai 1 atau

2 objek saja. Jadi, pada pemeriksaan ini pemeriksa (dokter) menambah jumlah

objek yang hams ditunjuk, sampai jumlah berapa pasien selalu gagal.

Ya atau tidak. Kepada pasien dapat juga diberikan tugas berbentuk

pertanyaan yang dijawab dengan "ya" atau "tidak". Mengingat kemungkinan salah

ialah 50%, jumlah pertanyaan harus banyak, paling sedikit 6

pertanyaan, misalnya :

"Andakah yang bernama Santoso?"

"Apakah AC dalam ruangan ini mati ?"

"Apakah ruangan ini kamar di hotel ?"

"Apakah diluar sedang hujan?"

"Apakah saat ini malam hari?"

Menunjuk. Kita mulai dengan suruhan yang mudah difahami dan

kemudian meningkat pada yang lebih sulit. Misalnya: "tunjukkan lampu",

kemudian "tunjukkan gelas yang ada disamping televisi".

Pemeriksaan sederhana ini, yang dapat dilakukan di sisi-ranjang, kurang

mampu menilai kemampuan pemahaman dengan baik sekali, namun dapat

memberikan gambaran kasar mengenai gangguan serta beratnya. Korelasi

anatomis dengan komprehensi adalah kompleks.

Pemeriksaan repetisi (mengulang)

Kemampuan mengulang dinilai dengan menyuruh pasien mengulang,

mula-mula kata yang sederhana (satu patah kata), kemudian ditingkatkan menjadi

banyak (satu kalimat). Jadi, kita ucapkan kata atau angka, dan kemudian pasien

disuruh mengulanginya.

Cara pemeriksaan

Pasien disuruh mengulang apa yang diucapkan oleh pemeriksa. Mula-mula

sederhana kemudian lebih sulit. Contoh:

Map

Bola

Kereta

Rumah Sakit

Sungai Barito

40

Page 41: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Lapangan Latihan

Kereta api malam

Besok aku pergi dinas

Rumah ini selalu rapi

Sukur anak itu naik kelas

Seandainya si Amat tidak kena influensa

Pemeriksa harus memperhatikan apakah pada tes repetisi ini didapatkan

parafasia, salah tatabahasa, kelupaan dan penambahan.Orang normal umumnya

mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku-kata.

Banyak pasien afasia yang mengalami kesulitan dalam mengulang

(repetisi), namun ada juga yang menunjukkan kemampuan yang baik dalam hal

mengulang, dan sering lebih baik daripada berbicara spontan.

Umumnya dapat dikatakan bahwa pasien afasia dengan gangguan

kemampuan mengulang mempunyai kelainan patologis yang melibatkan

daerah peri-sylvian. Bila kemampuan mengulang terpelihara, maka daerah -

sylvian bebas dari kelainan patologis.

Umumnya daerah ekstra-sylvian yang terlibat dalam kasus afasia

tanpa defek repetisi terletak di daerah perbatasan vaskuler (area water-shed).

Pemeriksaan menamai dan menemukan kata

Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsi herbahasa.

Hal ini sedikit-banyak terganggu pada semua penderita afasia. Dengan demikian,

semua tes yang digunakan untuk menilai afasia mencakup penilaian terhadap

kemampuan ini. Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan

menyebut nama (menamai) dan hal ini disebut anomia.

Penilaian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama objek,

bagian dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila perlu gambar geometrik, simbol

matematik atau nama suatu tindakan. Dalam hal ini, perlu digunakan aitem yang

sering digunakan (misalnya sisir, arloji) dan yang jarang ditemui atau digunakan

(misalnya pedang). Banyak penderita afasia yang masih mampu menamai objek

yang sering ditemui atau digunakan dengan cepat dan tepat, namun lamban dan

tertegun, dengan sirkumlokusi (misalnya, melukiskan kegunaannya) atau parafasia

pada objek yang jarang dijumpainya.

41

Page 42: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Bila pasien tidak mampu atau sulit menamai, ia dapat dibantu dengan

memberikan suku kata pemula atau dengan menggunakan kalimat

penuntun. Misalnya: pisau. Kita dapat membantu dengan suku kata pi

Atau dengan kalimat: "kita memotong daging dengan ". Yang penting kita

nilai ialah sampainya pasien pada kata yang dibutuhkan, kemampuannya

(memberi nama objek). Ada pula pasien yang mengenal objek dan mampu

melukiskan kegunaannya (sirkumlokusi) namun tidak dapat menamainya.

Misalnya bila ditunjukkan kunci ia mengatakan : "Anu ... itu...untuk masuk

rumah...kita putar".

Cara pemeriksaan. Terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh

menyebutkan nama beberapa objek juga warna dan bagian dari objek

tersebut. Kita dapat menilai dengan memperlihatkan misalnya arloji, bolpoin, kaca

mata, kemudian bagian dari arloji (jarum menit, detik), lensa kaca mata.

Objek atau gambar objek berikut dapat digunakan: Objek yang ada di ruangan:

meja, kursi, lampu, pintu, jendela. Bagian dari tubuh: mata, hidung, gigi, ibu jari,

lutut. Warna: merah, biru, hijau, kuning, kelabu.Bagian dari objek: jarum jam,

lensa kaca mata, sol sepatu, kepala ikat pinggang, bingkai kaca mata.

Perhatikanlah apakah pasien dapat menyebutkan nama objek dengan cepat

atau lamban atau tertegun atau menggunakan sirkumlokusi, parafasia, neologisme

dan apakah ada perseverasi. Disamping menggunakan objek, dapat pula

digunakan gambar objek.

Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama objek, dapatkah ia memilih nama

objek tersebut dari antara beberapa nama objek.

Gunakanlah sekitar 20 objek sebelum menentukan bahwa tidak didapatkan

gangguan.

Area bahasa di posterior ialah area kortikal yang terutama bertugas memahami

bahasa lisan. Area ini biasa disebut area Wernicke; mengenai batasnya belum ada

kesepakatan. Area bahasa bagian frontal berfungsi untuk produksi bahasa. Area

Brodmann 44 merupakan area Broca.

Penelitian dengan PET (positron emission tomography) tentang meta-bolisme

glukosa pada penderita afasia, menyokong spesialisasi regional tugas ini. Namun

demikian, pada hampir semua bentuk afasia, tidak tergantung pada jenisnya,

42

Page 43: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

didapat pula bukti adanya hipometabolisme di daerah temporal kiri. Penelitian ini

memberi kesan bahwa sistem bahasa sangat kompleks secara anatomi-fisiologi,

dan bukan merupakan kumpulan dari pusat-pusat kortikal dengan tugas-tugas

terbatas atau terpisah-pisah atau sendiri-sendiri.

Pemeriksaan sistem bahasa

Evaluasi sistem bahasa harus dilakukan secara sistematis. Perlu

diperhatikan bagaimana pasien berbicara spontan, komprehensi (pemahaman),

repetisi (mengulang) dan menamai (naming).

Membaca dan menulis harus dinilai pula setelah evaluasi bahasa lisan.

Selain itu, perlu pula diperiksa sisi otak mana yang dominan, dengan melihat

penggunaan tangan (kidal atau kandal).

Dengan melakukan penilaian yang sistematis biasanya dalam waktu yang

singkat dapat diidentifikasi adanya afasia serta jenisnya. Pasien yang afasia selalu

agrafia dan sering aleksia, dengan demikian pengetesan membaca dan menulis

dapat dipersingkat. Namun demikian, pada pasien yang tidak afasia, pemeriksaan

membaca dan menulis harus dilakukan sepenuhnya, karena aleksa atau agrafia

atau keduanya dapat terjadi terpisah (tanpa afasia).

Pemeriksaan penggunaan tangan (kidal atau kandal)

Penggunaan tangan dan sisi otak yang dominan mempunyai kaitan yang

erat Sebelum menilai bahasa perlu ditentukan sisi otak mana yang dominan,

dengan melihat penggunaan tangan. Mula-mula tanyakan kepadn p irsion apakah

ia kandal (right handed) atau kidal. Banyak orang kidal telah illnjarkan sejak kecil

untuk menulis dengan tangan kanan. Dengan ilcmikian, mengobservasi cara

menulis saja tidak cukup untuk menentukan npakah seseorang kandal atau kidal.

Suruh pasien memperagakan tangan mana yang digunakannya untuk memegang

pisau, melempar bola, dsb.

Tanyakan pula apakah ada juga kecenderungannya menggunakan tangan

yang lainnya. Spektrum penggunaan tangan bervariasi dari kandal yang kuat;

kanan sedikit lebih kuat dari kiri; kiri sedikit lebih kuat dan kanan dan kidal yang

kuat. Ada individu yang kecenderungan kandal dan kidalnya hampir sama (ambi-

dextrous)

Pemeriksaan berbicara - spontan

43

Page 44: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Langkah pertama dalam menilai berbahasa ialah mendengarkan bagaimana

pasien berbicara spontan atau bercerita. Dengan mendengnrknn pasien berbicara

spontan atau bercerita, kita dapat memperoleh data yang sangat berharga

mengenai kemampuan pasien berbahasa. Cara Ini tidak kalah pentingnya dari tes-

tes bahasa yang formal.

Kita dapat mengajak pasien berbicara spontan atau berceritera melalui pertanyaan

berikut : Coba ceriterakan kenapa anda sampai dirawat di rumah sakit. Coba

ceritakan mengenai pekerjaan anda serta hobi anda.

Bila mendengarkan pasien berbicara spontan atau bercerita, perhatikan:

1. Apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun-tegun, disprosodik (irama, ritme,

intonasi bicara terganggu). Pada afasia sering ada gangguan ritme dan

irama (disprosodi).

2. Apakah ada afasia, kesalahan sintaks, salah menggunakan kata

(parafasia, neologisme), dan perseverasi. Perseverasi sering dijumpai

pada afasia.

Parafasia. Parafasia ialah men-substitusi kata. Kita mengenai 2 jenis

parafasia, yaitu parafasia semantik (verbal) dan parafasia fonomik (literal).

Parafasia semantik ialah mensubstitusi satu kata dengan kata yang lain misalnya:

"kucing" dengan "anjing". Parafasia fonemik, ialah mensubstitusi suatu bunyi

dengan bunyi yang lain, misalnya bir dengan kir, balon dengan galon.

Afasia motorik yang berat biasanya mudah dideteksi. Pasien berbicaranya

sangat terbatas atau hampir tidak ada; mungkin ia hanya mengucapkan: "ayaa,

ayaa, aaai, Hi". Sesekali ditemukan kasus dimana pasien sangat terbatas

kemampuan bicaranya, namun bila ia marah, beremosi tinggi, keluar ucapan

makian yang cara mengucapkannya cukup baik.

Afasia ialah kesulitan dalam memahami dan/atau memproduksi bahasa

yang disebabkan oleh gangguan (kelainan, penyakit) yang melibatkan hemisfer

otak.

Didapatkan berbagai jenis afasia, masing-masing mempunyai pola abnormalitas

yang dapat dikenali, bila kita berbincang dengan pasien serta melakukan beberapa

tes sederhana.

44

Page 45: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Daftar Pustaka

Antonio R. Damasio, 1992. Review Article Aphasia. The New England Journal

of Medicine.www.nejm.org

Aliah, A., Kuswara, F. F., Limoa, R. A., & Wuysang, G. 2007. Gambaran

Umum Tentang Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). Dalam

Harsono, Kapita Selekta Neurologi (hal. 81-102). Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Ginsberg, L. 2008. Lecture Notes Neurologi . Jakarta: Penerbit Erlangga

Gupta, A., Singhal,G. 2011. Understanding Aphasia in a Simplified Manner.

Depratment of Medicine, LLRM Medical College, Meurut, Uttar

Pardesh. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine Vol 12 No 1.

Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinik Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

45

Page 46: STROKE NON HEMORRAGIK DENGAN DOUBLE HEMIPARESE+ANEMIA ET CAUSA SUSPECT GASTRITIS EROSIVA - Copy

Japardi, I. 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Medan :

Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara, hal 1-9.

Misbach, J, dkk. 2007. Guideline Stroke 2007 (Edisi Revisi). Jakarta : Kelompok

Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

Sarno MT, 1993. Aphasia Rehabilitation : Pysychososial and Ethical

Considerations. Aphasiology-id 61639, Vol 7 Stat Journal Article.

WHO. 2003. Fakta-fakta tentang Penyakit Jantung dan Stroke.

www.yayasanpedulijantungdanstroke..com. Diakses 17 April 2007.

46