stroke hemoragik

27
2. Pengertian Menurut Corwin (2000: 181), stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah ke otak. Menurut WHO: stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsional serebral / otak, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler. (Harsono,2005: 81). Menurut Price (2005: 1110), istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Menurut Dewanto (2009: 24), sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat. A cerebrovascular accident, commonly known as a stroke, is a term used to describe neurologic changes brought on by an interruption in blood supply to the brain (ischemia) (Black,2000: 784). Cerebrovascular accident (CVA) (also referred to as stroke or “brain attack”) is a brad term that includes a variety of disorders that influence blood flow to the brain and and result in neurologic deficits. (Lewis,2000: 1645). Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan stroke adalah penyakit yang disebakan oleh gangguan peradaran darah di otak yang dapat terjadi dengan mendadak yang ditandai dengan gangguan neurologis. Menurut Muttaqin (2008: 237), klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi: a. Stroke Hemoragik

Upload: surya-uya

Post on 01-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Stroke Hemoragik

2.      Pengertian

Menurut Corwin (2000: 181), stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi

aliran darah ke otak.

Menurut WHO: stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsional serebral / otak, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.  (Harsono,2005: 81).

Menurut Price (2005: 1110), istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada

setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran

darah melalui sistem suplai arteri otak.

Menurut Dewanto (2009: 24), sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah

otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan

sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.

A cerebrovascular accident, commonly known as a stroke, is a term used to describe

neurologic changes brought on by an interruption in blood supply to the brain (ischemia)

(Black,2000: 784).

Cerebrovascular accident (CVA) (also referred to as stroke or “brain attack”) is a brad term

that includes a variety of disorders that influence blood flow to the brain and and result in

neurologic deficits. (Lewis,2000: 1645).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan stroke adalah penyakit yang disebakan

oleh gangguan peradaran darah di otak yang dapat terjadi dengan mendadak yang ditandai

dengan gangguan neurologis.

Menurut Muttaqin  (2008: 237), klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi:

a.    Stroke HemoragikMerupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.Perdarahan otak dibagi dua yaitu:

1)   Perdarahan Intraserebri (PIS)Pecahnya pembuluh darah (mikroanurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak akibat herniasi otak.Perdarahan interaserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

Page 2: Stroke Hemoragik

2)   Perdarahan Subarakhnoid (PSA)Perdarahan ini berasal dari pecahnya anurisma berry atau AVM. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).

b.    Stroke Non HemoragikDapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atu pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Menurut Muttaqin (2008: 240) klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a.    TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b.    Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

c.    Stroke komplit. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali dengan TIA berulang.

3.    Etiologi

Etiologi stroke menurut Muttaqin (2008: 235) adalah:a.    Trombosis Serebri

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

1)      AterosklerosisAdalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.

2)      Hiperkoagualasi pada polisitemiaDarah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.

3)      Arteritis (radang pada arteri)b.      Emboli

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat system arteri serebri.

c.       HemoragikPerdarahan intrakranial atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringanotak sendiri.Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi:

1)   Aneurisma berry, biasanya defek congenital.2)   Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis.3)   Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.

Page 3: Stroke Hemoragik

4)   Malformasi erteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

5)   Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

d.     Hipoksia UmumBeberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

1)   Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid,2)   Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

e.      Hipoksia LokalBeberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

1)   Hipertensi yang parah,2)   Henti jantung paru,3)   Curah jantung turun akibat anemia.

Menurut Smeltzer  (2001: 2131), stroke biasanya diakibatkan dari salah satudari empat kejadian:

a.       Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)b.      Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh

yang lain)c.       Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)d.      Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan

otak atau ruang sekitar otak)

Menurut Battica (2008: 58), faktor risiko pada klien dengan stroke hemoragik antara lain:a.         Hipertensi atau tekanan darah tinggi.b.         Hipotensi atau tekanan darah rendah.c.         Obesitas atau kegemukan.d.        Kolesterol darah tinggi.e.         Riwayat penyakit jantung.f.          Riwayat penyakit diabetes mellitus.g.         Merokokh.         Stres.

4.    Patofisiologi

Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark

bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya

sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penting untuk otak, thrombus dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan:

a.       Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan,b.      Edema dan kongesti di sekitar area.

Page 4: Stroke Hemoragik

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark ini sendiri.

Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan

berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.

Karena trombosis biasanya tidak fatal, bila tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma pecah atau rupture.

Perdarahan pada otak lebih disebakan oleh rupture arterosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri atau lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak dan perdarahan

batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan kebatang otak. Perembesan darah ke ventrikel

otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, thalamus, dan pons

(Muttaqin. 2008:241-242).

Menurut Price (2005: 964), pada dasarnya stroke intra serebral terjadi akibat berkurangnya suplai peredaran darah ke otak.  Suplai darah tidak dapat disampaikan ke daerah tersebut karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau padat, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20 – 70 ml/100 gr.  Jaringan akan akan terjadi iskemia untuk jangka waktu yang lama dan otak hanya mendapat suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak/menit, maka terjadi serangkaian perubahan biokimia sel dan daerah yang mengalami kerusakan ini disebut infark.

Page 5: Stroke Hemoragik

Skema 2.1 Pohon Masalah Keperawatan Stroke

Page 6: Stroke Hemoragik

Skema 2.2 Patofisiologi Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik

5.    Manifestasi Klinis                                         Menurut Mansjoer  (2000: 18), pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar.Biasanya pada umur > 50 tahun.

Page 7: Stroke Hemoragik

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related

Health Problem 10th Revisison, stroke hemoragik dibagi atas:

a.       Perdarahan intraserebral (PIS)

b.      Perdarahan subarachnoid (PSA)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat beraktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegic biasa terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai dengan 2 jam, dan 12% teerjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya anuerisma pada a. komunikans anterior atau a. karotis interna.

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis strok akut dapat berupa:

a.    Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadakb.    Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (ganngguan hemisensorik)c.    Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)d.   Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)e.    Disatria (bicara pelo atau cadel)f.     Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopiag.    Ataksia (trunkal atau anggota badan)h.    Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala

Menurut Smeltzer  (2001:2136), dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

a.    Stroke hemisfer kiri1)   Paralisis pada tubuh kanan2)   Defek lapang pandang kanan3)   Afasia (eksprsif, reseptif atau global)4)   Perubahan kemampuan intelektual5)   Perilaku lambat dan kewaspadaanb.    Stroke hemifer kanan1)   Paralisis pada sisi kiri tubuh2)   Defek lapang penglihatan kiri3)   Defisist perawatan-khusus4)   Peningkatan distraktibilitas5)   Perilaku impulsif6)   Kurang kesadaran terhadap defisit

Matriks 2.1 Perbedaan antara Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik. (Muttaqin. 2008:239)

Page 8: Stroke Hemoragik

Gejala (Anamnesa) Stroke Non Hemoragik Stroke Hemoragik

Page 9: Stroke Hemoragik

1 2 3Awitan (onset) Sub-akut kurang Sangat

akut/mendadakWaktu (saat terjadi awitan) Mendadak Saat aktivitasPeringatan Bangun pagi/istirahat -Nyeri kepala + 50% TIA +++Kejang +/- +Muntah - +Kesadaran menurun -

Kadang sedikit+++

Koma/kesadaran menurun +/- +++Kaku kuduk - ++Tanda Kernig - +

Matrik Sambungan1 2 3

Edema Pupil - +Perdarahan retina - +Bradikardia Hari ke-4 Sejak awalPenyakit lain Tanda adanya

aterosklerosis di retina, koroner, perifer. Emboli pada kelainan katub, fibrilasi, bising karotis.

Hampir selalu hipertensi aterosklerosis, penyakit jantung hemolisis (HHD)

Pemeriksaan darah pada LP - +Rontgen + Kemungkinan

pergeseran glandula pineal.

Angiografi Oklusi, stenosis Aneurisma, AVM, massa intrahemisfer/ vasospasme.

CT Scan Densitas berkurang (lesi hipodensi)

Massa intrakranial densitas bertambah (lesi hiperdensi)

Oftalmoskop Fenomena silangSilver wire art

Perdarahan retina atau korpus vitreum

Lumbal Fungsi·                Tekanan·                Warna·                Eritrosit

NormalJernih< 250/mm3

MeningkatMerah> 1000/mm3

Arteriografi Oklusi Ada pergeseranEEG Di tengah Bergeser dari bagian

tengah

Page 10: Stroke Hemoragik

Matriks 2.2 Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid

(Muttaqin. 2008:238)

Gejala PIS PSATimbulnya Dalam 1 jam 1-2 menitNyeri kepala Hebat Sangat hebatKesadaran Menurun Menurun

sementaraKejang Umum Sering fokalTanda rangsangan meningeal

 +/- +++

Hemiparase ++ +/-Gangguan saraf otak + +++

6. Penatalaksanaan Medis

Menurut Saputra (2002 : 348-349) penatalaksanaan medis pada stroke adalah :a.       Empat buah tujuan pengobatan, yaitu : menyelamatkan jiwa, membatasi kerusakan otak,

mengurangi ketergantungan dan deformitas, dan mencegah terulangnya penyakit.b.      Pertahankan agar jalan napas selalu bebas; pemberian cairan, elektrolit dan kalori yang

adekuat; hindari ulkus dekubitalis.c.       Larutan urea hipertonik 1 – 1,5 g/kg berat badan, intravena atau mannitol dapat

dipertimbangkan.d.      Rehabilitasi dan latihan termasuk fisioterapi, terapi pekerjaan, dan terapi bicara.e.       Obat antikoagulan dapat digunakan pada “stoke in-evolution”.f.       Pengobatan untuk hipertensi dianjurkan.

Menurut Muttaqin (2008:252-253), penatalaksanaan medis pada klien dengan stroke adalah:

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:a.       Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

1)        Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan pengisapan lender, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernapasan

2)        Mengotrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi

b.      Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantungc.       Merawat kandung kemih sedapat mungkin jangan memakai kateterd.      Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus lakukan secepat mungkin. Posisi klien

harus diubah tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerakan pasif.

Pengobatan Koservatif:a.       Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada

tubuh manusia belum dapat dibuktikan.b.      Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.

Page 11: Stroke Hemoragik

c.       Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi. Antiagregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

d.      Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskular.

Pengobatan pembedahan:Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan:

a.       Endosterektomi karotis membentuk kembali aliran karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher;

b.      Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA;

c.       Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut;d.      Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

7.      Pemeriksaan PenunjangMenurut Doenges (1999:292), pemeriksaan penunjang pada stroke, meliputi:

a.    Angiografi serebral: membantu menemukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.

b.    Scan CT: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan infark.c.    Fungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli

serebral, dan TIA.  Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intrakranial.  Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

d.   MRI (Magnetic Resonance Imagging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arterivena (MAW).

e.    Ultrasono Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis [aliran darah atau muncul plak], arteriosklerotik).

f.     EEG (Elektroensefalogram): mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerahlesi yang spesifik.

g.    Sinar X tengkorak; menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.

h.    Diffusion-weighted imaging (DWI):  memperlihatkan daerah-daerah yang mengalami infark sebagai daerah putih terang.

i.      Perfusion-weight imaging (PWI): pemindaian sekuansial selama 30 detik setelah penyuntikan gadolinium. Daerah-daerah otak yang kurang mendapatkan perfusi akan lambat memperlihatkan pemunculan zat warna kontras yang disuntikan tersebut, dan aliran darah yang lambat tampak putih. Pemidahan serial dapat mengungkapkan tiga tipe pola yang berlainan: reperfusi dini, reperfusi lambat dan defisit perfusi persisten.

j.      Pemeriksaan laboratorium srandar mencakup urinalisis, HDL, laju endap darah (LED), panel metabolik dasar (natrium, kalium, klorida, bikarbonat, glukosa, dan serologi untuk sifilis. Pada klien yang dicurigai mengalami stroke iskemik , panel laboratorium mengevaluasi keadaan hiperkoagulasi termasuk perawatan dasar. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah protombin dengan rasio normalisasi internasional (INR), waktu tromboplastin parsial; dan hitung trombosit. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah antibody antikardiolipin, protein C dan S,

Page 12: Stroke Hemoragik

antitrombin III, plasminogen, faktor V Leiden, dan resistensi protein C aktif (Price.2005:1122-1123).

8.    PrognosisMenurut Dewanto (2009:30), prognosis pada klien dengan stroke adalah bergantung pada jenis stroke dan sindrom klinis stroke. Kemungkinan hidup setelah menderita stroke bergantung pada lokasi, ukuran, patologi lesi, ukuran, patologi lesi, serta usia pasien dan penyakit yang menyertai sebelum stroke. Stroke hemoragik memiliki prognosis buruk. Pada 30 hari pertama risiko meninggal 50%, sedangkan pada stroke iskemik hanya 10%.

9.    KomplikasiMenurut Muttaqin (2008: 253), setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami

komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan:a.    Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitisb.    Dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuhc.    Dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepalad.   Hidrosefalus

Menurut Smeltzer (2001: 2137), komplikasi stroke meliputi:

a.       Hipoksia serebra

b.      Aliran darah serebral

c.       Embolisme serebral

B.     Tinjauan Teoritis Keperawatan Stroke Hemoragik

      1.   Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan stroke hemoragik menurut Doenges (1999 : 290 –292)

meliputi :

a.       Aktivitas / Istirahat   Gejala        :     Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan.  Kehilangan sensasi atau

paralisis  (hemiplegia),  mudah lelah dan  susah untuk istirahat.   Tanda        :     Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegi) dan kelemahan umum, gangguan penglihatan dan

gangguan tingkat kesadaran.

b.      Sirkulasi   Gejala        :     Adanya penyakit jantung, policetemia dan hipotensi postural.   Tanda        :     Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya emboli; nadi : frekuensi dapat bervariasi,

disritmia, perubahan elektrokardiogram, desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.

c.       Integritas ego1)   Gejala         :    Perasaan tidak berdaya dan putus asa.

2)   Tanda         :    Emosi yang labil dan kesulitan untuk mengekspresikan diri.

Page 13: Stroke Hemoragik

d.      EliminasiBAK               :  Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, urgensi urineBAB               :    Konstipasi karena immobilisasi, refleks defekasi menurun, kelemahan otot abdomen.

e.       Makanan dan cairan   Gejala        :     Nafsu makan hilang, mual dan muntah, kehilangan sensasi rasa, adanya riwayat diabetes,

peningkatan lemak dalam darah.   tanda         :     Kesulitan menelan dan obesitas.

f.       Neurosensori   Gejala        :     Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV/selama TIA).                           Sakit kepala; akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral dan subarachnoid                           Kelemahan/kesemutan/kebas (biasanya terjadi selama serangan TIA, yang ditemukan dalam

berbagai derajat stroke jenis yang lain); sisi yang terkena terlihat seperti “mati/lumpuh.” Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, (kebutaan monokuler), penglihatan ganda (diplopia) atau gangguan yang lain.

                           Sentuhan: hilangnya rangsang sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan) pada ekstremitas dan kadang-kadang pada ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah.

                           Gangguan rasa pengecap dan penciuman.   Tanda        :     Status mental/tingkat kesadaran: Biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragis;

ketidaksadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami; gangguan tingkah laku (seperti letargi, apatis, menyerang); gangguan fungsi kognitif (seperti penurunan memori, pemecahan masalah). Ekstremitas: Kelemahan/paralisis (kontralateral pada semua jenis stroke), genggaman tidak sama, reflex tendon melemah secara kontralateral.

                           Pada wajah terjadi paralisis atau parese (ipsilateral).                           Afasia: gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik (kesulitan untuk

mengungkapkan kata), reseptif (afasia sensorik) yaitu kesulitan untuk memahami kata-kata secara bermakna, atau afasia global yaitu gabungan dari kedua hal di atas.

                           Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil (agnosia), seperti gangguan kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi.

                           Kehilangan kemampuan mennggunakan motorik saat pasien ingin menggerakannya (apraksia).                           Ukuran/reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral (perdarahan/herniasi).                           Kekakuan nukal (biasanya kareba perdarahan). Kejang (biasanya karena adanya pencetus

perdarahan).

g.      Nyeri/kenyamanan1)  Gejala        :    Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis terkena).   Tanda        :     Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah dan ketegangan pada otot/fasia.

h.      Pernapasan

Hilangnya kemampuan untuk batuk, pernapasan tidak teratur, takipnea, ronkhi, penyempitan

jalan napas dan apnea.

Page 14: Stroke Hemoragik

i.        KeamananTanda           :      Motorik/sensorik: masalah dengan penglihatan.                     Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan). Kesulitan untuk melihat

objek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenalnya dengan baik. Gangguan berespons terhadap panas dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh. Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri).

                     Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/kurang kesadaran diri (stroke kanan).

j.        Interaksi sosial                                         

1)  Tanda        :     Masalah bicara, ketidakmampuanuntuk berkomunikasi.

k.      Penyuluhan dan pembelajaran                          :Adanya riwayat hipetensi dan stroke, pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alcohol (factor

risiko).2) Pertimbangan                :Dengan menunjukkan lama dirawat 3 sampai      7 kali.3) Rencana pemulangan    :Adaptasi dengan lingkungan rumah, bantuan  dalam perawatan diri memerlukan obat

(penanganan terapeutik).

2.      Diagnosis Keperawatan

                  Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan stroke hemoragik

menurut Nanda (2005-2006) meliputi :a.       Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral  berhubungan dengan interupsi aliran darah:

gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,

hemiplegia/hemiparase.c.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral.d.      Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan sensori persepsi, perubahan

penerimaan sensori, transmisi dan atau integrasi.e.       Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan, kerusakan kognitif atau

perseptual, kerusakan neuromuskular, kerusakan muskuloskletal.f.       Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual

kognitif.g.      Risiko tinggi  gangguan fungsi menelan berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler/perceptual, paralisis serebral.h.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi serta pengobatan berhubungan dengan kesalahan

interpretasi informasi, kurang mengingat / tidak mengenal sumber- sumber informasi.

3.   Perencanaan                  Menurut Doenges (1999 : 293-307), perencanaan yang tepat untuk klien dengan stroke

hemoragik adalah :

Page 15: Stroke Hemoragik

a.       Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah: gangguan oklusif, hemoragi; vasospasme serebral, edema serebral.

1)      Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK.Rasional:Mempengaruhi penetapan intervensi kerusakan/kemunduran tanda/gejala neurologis.

2)      Pantau tanda-tanda vital.     Rasional:

Variasi mugkin terjadi karena tekanan/trauma serebral pada daerah vasomotor otak.3)      Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksinya terhadap cahaya.

Rasional :Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial Okulomotor (III) dan berguna dalam menentukan apakah batang otak masih baik.  Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang mempersarafinya.

4)      Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.Rasional :Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang dilakukan.

5)      Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/aktivitas klien sesuai indikasi.Rasional :Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK.  Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan perdarahan dalam kasus hemoragik/perdarahan lainnya.

6)      Kepala agak ditinggikan (30°).            Rasional :Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.

b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, hemiplegia/hemiparase.

1)   Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dengan cara teratur.            Rasional :Mengidentifikasikan kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.2)      Ubah posisi minimal tiap 2 jam.

Rasional :Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.

3)      Mulailah melakukan  rentang getak aktif dan  Pasif.Rasional :Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktor, meminimalkan risiko terjadinya hiperkalsiuria dan osteoporosis.

4)      Susun tujuan dengan klien atau orang terdekat untuk berpartisifasi dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi.Rasional :

Page 16: Stroke Hemoragik

Meningkatkan harapan terhadap perkembangan/peningkatan dan memberikan perasaan kontrol/kemandirian.

5)   Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan.

      Rasional:      Dapat berespon dangan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu dan

memerlukan dorongan serta latihan aktif untuk menyatukan kambali sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.

c.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral.1)      kaji tipe/derajat disfungsi, seperti klien tampak mengalami kesulitan berbicara.

Rasional :Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan klien  dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.

2)      Mintalah klien untuk menulis nama atau kalimat pendek dan membacanya.Rasional :Menilai kemampuan menulis (agrapia) dan kekurangan dalam membaca (ataksia).

3)      Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana.Rasional :Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik.

4)      Mintalah klien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “sh” atau “pus”.Rasional :Mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas) yang mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afasia motorik.

5)      Tunjukkan objek dan mintalah klien untuk menyabutkan benda tersebut.Rasional :Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik, seperti mungkin klien mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.

6)      Anjurkan pengunjung/orang terdekat berkomunikasi dengan klien.Rasional :Mengurangi isolasi sosial klien dan meningkatkan penciptaan komunikasi.

d.      Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, transmisi dan atau integrasi.

1)      Evaluasi adanya gangguan penglihatan.Rasional :Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan klien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan motorik dan meningkatkan risiko terjadinya cedera.

2)      Berikan lampu menyala; letakkan benda dalam jangkauan lapang pandang penglihatan yang normal.            Rasional :            Pemberian pengenalan terhadap adanya orang/benda dapat membantu masalah persepsi.

3)      Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.Rasional :

Page 17: Stroke Hemoragik

Menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan; Menurunkan risiko terjadinya kecelakaan.

4)      Kaji kesadaran dan berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan.Rasional :Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan/posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi.

5)   Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lingkungan yang membahayakan.      Rasional :      Meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko terjadinya trauma.6)   Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan.      Rasional :      Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingugan yang berhubungan dengan

sensori.

e.       Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan, kerusakan kognitif atau perseptual, kerusakan neuromuskular, kerusakan muskuloskletal.

1)      Kaji kemampuan (dengan menggunakan skala) dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.Rasional:Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara maksimal.

2)      Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan sendiri tetapi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.Rasional:Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, penting bagi klien untuk melakukan  sesuatu hal sebanyak mungkin bagi diri sendiri dan untuk mempertahankan harga diri serta meningkatkan pemulihan.

3)      Bawa klien ke kamar mandi dengan teratur/interval waktu tertentu untuk berkemih jika memungkinkan.Rasional :Klien mungkin mengalami gangguan saraf kandung kemih, dan tidak dapat mengatakan kebutuhannya, tetapi biasanya dapat mengontrol kembali fungsi ini sesuai perkembangan proses penyembuhan.

4)      Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan pola normal tersebut.Rasional :Mengkaji perkembangan program latihan  (mandiri) dan membantu dalam pencegahan konstipasi dan sembelit.

f.       Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.

1)      Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat kemampuannya.Rasional :Penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam mengembangkan perencanaan asuhan/pilihan intervensi.

2)      Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi atau perubahan pada klien.Rasional :

Page 18: Stroke Hemoragik

Kadang-kadang klien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan.

3)      Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya, termasuk rasa permusuhan dan perasaan marah.Rasional :Mendemonstrasikan penerimaan/membantu klien mengenal dan mulai memahami perasaan ini.

4)      Pantau gangguan tidur, menungkatnya gangguan untuk berkonsentrasi, pernyataan tidak mampu untuk mengatur sesuatu, letargi dan menarik diri.Rasional :Mungkin merupakan indikasi serangan depresi (umumnya setelah adanya pengaruh stroke) yang mungkin memerlukan evaluasi dan intervensi lanjut.

g.      Risiko tinggi  gangguan fungsi menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler/perceptual, paralisis serebral.

1)      Tetapkan metode visual untuk mengkomunikasikan adanya klien yang mengalami disfagia.Rasional :Risiko terjadi aspirasi dapat dikurangi.

2)      Rencanakan waktu makan saat klien dalam keadaan segar, seperti tidak saat lelah, tidak mengantuk, dll.  Pastikan alat suksion selalu siap tersedia saat klien makan.Rasional :Keletihan dapat meningkatkan risiko aspirasi.

3)      Atur bagian kepala tempat tidur dalam posisi semi fowler atau fowler tinggi dengan leher agak fleksi ke depan dan dagu menunduk.Rasional :Posisi ini menggunakan kekuatan gravitasi untuk membantu perpindahan makanan ke bawah dan menurunkan risiko aspirasi.

 4)  Mulai untuk memberikan makanan peroral setengah cair, makanan lunak ketika klien dapat menelan air.  Pilih/Bantu klien untuk memilih makanan yang kecil atau tidak perlu mengunyah dan mudah ditelan, contoh: telur, agar-agar, makanan kecil yang lunak lainnya.

      Rasional :      Makanan lunak/cairan kental lebih mudah untuk mengendalikannya di dalam mulut, menurunkan

risiko terjadinya aspirasi.5)   Anjurkan klien menggunakan sedotan untuk meminum cairan.      Rasional :      Menguatkan otot fasial dan otot menelan serta menurunkan risiko tesedak.6)   Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.      Rasional :      Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan perasaan senang dan

meningkatkan nafsu makan.  

h.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi serta pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat / tidak mengenal sumber- sumber informasi.

1)      Evaluasi tipe/derajat gangguan persepsi sensori.Rasional :Defisit dapat mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi/kompleksitas intruksi.

2)      Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu.Rasional :

Page 19: Stroke Hemoragik

Membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini.

3)      Tinjau ulang keterbatasan-keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana atau kemungkinan aktivitas dapat dilakukan kembali.Rasional :Meningkatkan pemahaman, memberikan harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari keterbatasan hidup secara normal.

4)      Rekomendasikan klien untuk meminta bantuan dalam proses pemecahan masalah dan memvalidasi keputusan sesuai kebutuhan.Rasional :Beberapa klien (terutama dengan masalah CVS kanan) mungkin mengalami gangguan dalam cara pengambilan keputusan yang memanjang dan berprilaku impulsif.

5)      Sarankan klien menurunkan/membatasi stimulasi lingkungan perlunya terutama selama kegiatan berpikir.Rasional :Stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berpikir.

6)      Identifikasi faktor-faktor resiko dan rujuk evaluasi dengan tim ahli rehabilitasi.Rasional :Meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan resiko kambuh.

4.    Evaluasi            Evaluasi stroke hemoragik menurut Doenges (1999: 293-306), meliputi :

a.       Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah: gangguan oklusif, hemoragi; vasospasme serebral, edema serebral.

1)   Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/ membaik, fungsi kognitif, dan motorik/sensori.2)   Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak adanya tanda-tanda peningkatan TIK.3)   Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit.

b.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parestesia, kerusakan perseptual/kognitif.

1)   Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, footdrop.

2)   Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi yang terkena atau kompensasi.3)   Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.4)   Mempertahankan integritas kulit.

c.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral.1)      Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi.2)      Membuat metode komunikasi di mana kebutuhan dapat diekspresikan.3)      Menggunakan sumber-sumber dengan tepat.

d.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress psikologis.1)      Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.

Page 20: Stroke Hemoragik

2)      Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.3)      Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap/defisit hasil.

e.       Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan  dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot.

1)      Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.2)      Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.3)      Mengidentifikasikan sumber pribadi/komunitas memeberikan bantuan sesuai kebutuhan.f.       Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.1)      Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi.2)      Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.3)      Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa

menimbulkan harga diri negative.

g.      Risiko tinggi  gangguan fungsi menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler/perseptual.

1)      Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspirasi tercegah.2)      Mempertahankan berat badan yang diinginkan.

h.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi serta pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat / tidak mengenal sumber- sumber informasi.

1)      Berpartisipasi dalam proses belajar.2)      Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan terapeutik.3)      Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.