strategi pengusaha lokal dalam menghadapi china … · strategi pengusaha lokal dalam menghadapi...

12
Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China ASEAN Free Trade Agreement 2010 Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 26 Maret 2010 Priyo Hadi Sutanto & Joko Mogoginta © 2010 All Rights Reserved.

Upload: vuquynh

Post on 10-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Strategi Pengusaha Lokal dalam Menghadapi China – ASEAN Free Trade Agreement 2010

Kusuma Sahid Prince Hotel

Solo, 26 Maret 2010

Priyo Hadi Sutanto & Joko Mogoginta

© 2010 All Rights Reserved.

November 2002

ASEAN-ChinaFree Trade Area secara resmi zditandatangani

Januari 1992

ASEAN Summit IV, Singapura, sepakat diberlakukan AFTA dalam 15 thn kedepan.

21 September 1994,

Chiang Mai, 5th meeting AFTA Council Disepakati AFTA dipercepat menjadi tahun 2003

14 September 2001

KTT Asean VI di Hanoi, disepakati percepatan AFTA dari 2003 menjadi per-2002, bagi 6 negara pendiri ASEAN

September 1993

Sekretaris Jenderal ASEAN Datuk Ajit Singh mengunjungi Beijing dan setuju untuk menjalin dua kerjasama, bidang ilmu pengetahuan & teknologi, serta ekonomi dan perdagangan

Juli 1996

ASEAN memberikan status mitra dialog penuh kepada Cina pada AMM kae- 29 di Jakarta.

November 2001

Pada pertemuan ASEAN-Cina pada bulan November 2001, Perdana Menteri Zhu secara resmi membuat proposal untuk pembentukan FTA Cina-ASEAN (CAFTA) dengan jangka waktu sepuluh tahun

19 Juli 1991

Menteri luar negeri Cina Qian Qichen menghadiri ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke-24 di Kuala Lumpur sebagai tamu dari Malaysia. Di pertemuan tersebut Qian Qichen menyampaikan ketertarikan Cina untuk bekerja sama Dengan ASEAN terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

23 Juli 1994

Penandatangan perjanjian di Bangkok meresmikan kedua kerjasama tersebut. Selain itu ASEAN dan China sepakat untuk terlibat dalam konsultasi di bidang politik dan masalah keamanan di tingkat pejabat senior.

Desember 1997

Presiden Cina Jiang Zemin dan semua pemimpin ASEAN mengadakan pertemuan informal pertama (ASEAN Plus One) dan mengeluarkan pernyataan bersama untuk membangun kemitraan bertetangga baik dan saling percaya menuju abad ke-21.

1 Januari 2010 China – ASEAN

Free Trade Area dimulai

2002. AFTA dimulai

Bagaimana dengan Persiapan Indonesia?

Tahun 2003, neraca perdagangan Indonesia masih positif 534 Jt USD.

Tahun 2004 percepatan penurunan tarif beberapa komoditi

mulai dilakukan melalui jalur EHP (Early Harvest Program)

neraca mulai bergerak minus.

Defisit perdagangan tertinggi terjadi pada 2008 yaitu 7.199

JT USD.

(10,000)

(5,000)

-

5,000

10,000

15,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ekspor ke China 2,926 3,145 3,960 5,450 6,664 7,760 6,829

Impor dari Cina 2,392 3,407 4,551 5,504 7,957 14,959 10,756

Neraca 534 (262) (591) (54) (1,293) (7,199) (3,927)

Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia - China 2003-2009 (Juta USD)

Hal-hal yang Belum Disiapkan Sebelum CAFTA Dimulai

• Pembuatan SNI yang belum mampu melindungi produk-produk lokal.

– Hanya ada 43 SNI yang diberlakukan secara wajib, terkait dengan perlindungan keselamatan, keamanan atau kesehatan serta pelestarian lingkungan hidup.

– Dalam rangka CAFTA perlu dikaji lagi untuk penambahan SNI wajib untuk melindungi produk-produk unggulan dalam negeri.

– E.g. untuk barang-barang elektronika (yang sudah sebelum CAFTA sudah banyak dibanjiri produk dari China baik secara legal maupun ilegal) SNI yang mengatur perdagangannya hanya berjumlah 19 SNI, dibandingkan dengan Malaysia yang sudah siap melindungi konsumen maupun produsen lokalnya dengan 139 Standar Malaysia.

• Sektor-sektor pendukung lain dalam negeri Indonesia yang belum disiapkan dengan baik, antara lain:

– Sistem Birokrasi (140 – 200 hari untuk perijinan membuka industri baru)

– Infrastruktur yang belum baik (listrik, akses jalan, pelabuhan, dll)

– High cost economy (Pengurusan kontainer di pelabuhan Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN, pungli ekspor bahkan bisa mencapai 7,5% biaya ekspor)

Bagaimana dengan Perusahaan Lokal dan UMKM di Indonesia?

Fakta mengenai pengusaha lokal dan UMKM Indonesia • 99% lebih dari total pelaku usaha adalah UMKM (51.257.537

unit), dan hanya 1% saja yang merupakan Usaha dalam kelompok besar.

• UMKM menyerap lebih dari 97,04% tenaga kerja produktif yang ada di Indonesia, dan kurang dari 3% yang terserap untuk industri besar.

• Kontribusi terhadap PDB sebanyak 55,56% (2.609,36 Trillyun) berasal dari UMKM dan sisanya baru dari usaha besar.

• Sektor yang paling kuat dan tahan terhadap krisis adalah UMKM. Ini berarti penambahan 1 orang tenaga kerja dari setiap 2 unit UMKM sudah bisa mengatasi pengangguran di Indonesia. Fakta yang ada:

• Rendahnya pendidikan pengusaha lokal Indonesia. 39jt unit usaha kecil dari 41jt unit UKM/UMKM di Indonesia berpendidikan SLTP kebawah (BPS, 2002)

• Dari total UMKM tersebut hanya mampu menyumbang 19-21% dari total ekspor negara kita, dan dari persentase tersebut 91% UMKM melakukan ekspor-nya melalui pihak ketiga.

Masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain:

• Sebagian besar dikelola secara perseorangan (belum profesional) dan masih berbentuk bisnis keluarga.

• Rendahnya akses permodalan Hanya 25% UMKM dilayani bank, dan dari 25% tersebut 50%-nya meminjam dana bank untuk kegiatan konsumsi. Sebagian besar modal didapatkan secara pribadi maupun pinjaman institusi informal (termasuk dalam hal ini adalah rentenir)

• Mayoritas UMKM belum berbadan hukum

• Hanya 4,7% yang merupakan perusahaan perorangan berakta notaris dan 1,7% yang sudah berbadan hukum.

• Eksportir masih hanya menunggu order dari pembeli sehingga baik jenis maupun jumlah ekspor Indonesia sangat fluktuatif.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

• Optimalkan industri kreatif berlandaskan kebudayaan lokal Indonesia

• Jangan bersaing secara “head on”, bukan produk yang bersifat masal, tetapi optimalkan industri kreatif yang berlandaskan budaya lokal atau kreatif Indonesia.

• Contoh inovasi yang dilakukan yang berlandaskan budaya lokal Indonesia, (sayangnya dilakukan oleh perusahaan asing) untuk memperoleh pasar domestik Indonesia bahkan Global

mocaf

Setelah Inovasi apa yang harus kita lakukan?

• Perkuat dan perbaiki iklim bisnis dalam negeri agar tidak terjadi high cost economy (birokrasi, pungli, KKN).

• Pemerintah proaktif menyelesaikan kasus-kasus sengketa perdagangan Indonesia-China, agar CAFTA yang sudah disepakati dapat berjalan baik. Seperti sengketa penolakan ekspor pepaya, mangga, dan salak oleh kepabeanan RRC, yang mana produk tersebut sudah masuk dalam EHP yang sudah berlaku dari 1 Januari 2004.

• Optimalkan penggunaan Trading House UKM. – Kendala utama UMKM tidak bisa melakukan penetrasi ke pasar luar negeri

antara lain adalah dalam hal bahasa. – Membantu administrasi ekspor UMKM yang sebagian besar berpendidikan

rendah. – Menjembatani akses permodalan dari UMKM kepada institusi keuangan yang

ada.

• Lindungi produk dalam negeri dengan SNI

Optimisme Pengusaha menghadapi CAFTA 2010

1. Pondasi perekonomian yang membaik:

– Selama krisis global, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi “the third largest economic growth in the Word”, setelah China dan India.

– SBI sudah tutun ke level 6,5%

– IHSG tahun 2009 meroket 85,1% pembukaan 1.355,41 menjadi 2509,58

– Rupiah menguat 15,6%

– Inflasi 2009 bisa ditekan ke level dibawah 3%

2. Mulai pulihnya ekonomi global akan mampu mendorong naiknya angka ekspor Indonesia.

3. Simulasi Danareksa Research Institute menggunakan Global Trade Analysis Project yang membuat semakin optimis menghadapi CAFTA.

Simulasi dari Danareksa Research Institute

Danareksa Research Institute menggunakan program GTAP (Global Trade Analysis Project ) untuk menghitung dampak suatu kebijakan perdagangan bilateral ataupun multilateral.

• Skenario pertama mengasumsikan:

– Indonesia terlibat dalam AFTA sepenuhnya,

– sekaligus ikut serta dalam perdagangan bebas AFTA-China.

– Jadi, tarif impor antarnegara ASEAN dijadikan nol. Tarif impor antara ASEAN dan China juga nol.

• Skenario yang kedua:

– Indonesia hanya mengimplementasikan perjanjian perdagangan dengan ASEAN

– tetapi tidak ikut perdagangan bebas dengan China

– sedangkan negara-negara ASEAN yang lain tetap melakukan liberalisasi perdagangan dengan China.

Hasil 1. Perbandingan dampak terhadap ekspor/impor

• Pada umumnya kedua skenario memberikan dampak positif terhadap volume Indonesia.

• Untuk skenario pertama terlihat bahwa ekspor Indonesia naik 1.365 juta dollar AS. Peningkatan ini terutama didukung oleh kenaikan ekspor ke China (naik 3.443 juta dollar AS), Malaysia (naik 462 juta dollar AS), Thailand (naik 1.213 juta dollar AS), dan Filipina (naik 114 juta dollar AS).

• Adapun ekspor Indonesia ke Singapura turun 167 juta dollar AS, hal itu menggambarkan bahwa dengan AFTA, kita tidak lagi harus mengekspor ke negara ASEAN melalui Singapura.

• Kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke Indonesia yang hanya 1.776 juta dollar AS dibanding 3.443,9 Juta USD. Hal ini akan mengurangi defisit perdagangan antara China – Indonesia.

• Bila Indonesia tidak ikut mengimplementasikan perdagangan bebas dengan China (skenario II), volume perdagangan total Indonesia hanya naik 627 juta dollar AS. Ekspor kita ke China bahkan akan turun sebesar 435 juta dollar AS.

Hasil 2

• Simulasi menunjukkan, secara keseluruhan perjanjian AFTA dan FTA ASEAN-China akan meningkatkan kemakmuran Indonesia. Salah satu ukurannya adalah equivalent variation (EV). Dalam skenario I semua negara ASEAN mengalami perubahan EV positif (tabel 2), sedangkan China mengalami EV negatif.

• Dari simulasi, tampak peningkatan kemakmuran Indonesia yang lebih tinggi pada skenario I, di mana EV naik 732 juta dollar AS dan utilitas rumah tangga (u) naik 0,55. Sementara pada skenario II peningkatan EV Indonesia hanya 194 juta dollar AS, dengan kenaikan utilitas rumah tangga hanya 0,15 persen (tabel 2).

kesimpulan

• CAFTA sudah berjalan, dan tidak ada jalan untuk mundur.

• Semua pihak harus melakukan pembenahan dan perbaikan untuk menggunakan momentum ini sebaik-baiknya.

• Inilah momentum yang tepat dan baik untuk

bangkit lagi, dan menjadikan

Indonesia kembali menjadi

salah satu “Macan Asia”.