pengusaha client

25
BAB I PENDAHULUAN Kata klien atau client berasal dari kata cliens yang berarti pengikut. Dalam konteks Pengusaha Klien berarti hubungan antara pengusaha dengan klien atau orang-orang yang dekat dengan pengambil kebijakan atau pemerintah. Hubungan ini biasanya disertai dengan imbalan tertentu. Hubungan ini terjadi bahwa disatu sisi pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tentu hal ini dapat terjadi dengan bantuan para pengusaha atau penanam modal. Disisi lain pengusaha tentu mengharapkan keuntungan dari kekayaan yang ia investasikan dengan sebesar-besarnya. Pada negara berkembang hubungan pengusaha klien ini sangat terlihat jelas. Sebagai contoh di Indonesia hubungan ini terlihat pada masa pemerintahan Orde Baru. Hubungan ini juga terjadi Pada masa pemerintahan yang lain. Maka makalah yang kami susun ini akan dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan antara pengusaha dan klien terjadi. Bagaimana hubungan itu berkembang, karakteristiknya dan tipe pengusaha klien akan dapat pembaca pahami disini. 1

Upload: juprial-sutan-iskandar

Post on 02-Aug-2015

307 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengusaha Client

BAB I

PENDAHULUAN

Kata klien atau client berasal dari kata cliens yang berarti pengikut. Dalam

konteks Pengusaha Klien berarti hubungan antara pengusaha dengan klien atau

orang-orang yang dekat dengan pengambil kebijakan atau pemerintah. Hubungan ini

biasanya disertai dengan imbalan tertentu. Hubungan ini terjadi bahwa disatu sisi

pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tentu hal ini dapat

terjadi dengan bantuan para pengusaha atau penanam modal. Disisi lain pengusaha

tentu mengharapkan keuntungan dari kekayaan yang ia investasikan dengan

sebesar-besarnya.

Pada negara berkembang hubungan pengusaha klien ini sangat terlihat jelas.

Sebagai contoh di Indonesia hubungan ini terlihat pada masa pemerintahan Orde

Baru. Hubungan ini juga terjadi Pada masa pemerintahan yang lain. Maka makalah

yang kami susun ini akan dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan antara

pengusaha dan klien terjadi. Bagaimana hubungan itu berkembang, karakteristiknya

dan tipe pengusaha klien akan dapat pembaca pahami disini.

1

Page 2: Pengusaha Client

BAB II

PENGUSAHA KLIEN

A. PENGANTAR

Fenomena pengusaha klien dapat dijumpai di berbagai tempat dibelahan

dunia ini, terutama di negara-negara sedang berkembang. Akan tetapi, yang

terjadi di Indonesia tampak jelas keberadaannya jika dibandingkan dengan

negara-negara lain. Seperti yang kita maklum bahwa di negara yang menganut

sistem ekonomi pasar (terbuka) prinsip kompetitif bagi para pelaku ekonomi

sangat diperlukan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembangunan

ekonominya kehadiran kelompok pengusaha yang mempunyai jiwa

kewiraswastaan dan mandiri sangat diharapkan. Dari kelompok pengusaha yang

demikian ini negara dapat mengandalkannya untuk menjadi tulang punggung

perekonomian nasional, baik untuk berkompetisi dalam skala nasional maupun

secara internasional.

Sejak bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya hingga saat ini, meskipun

telah diupayakan dengan berbagai kebijakan ekonomi maupun kebijakan politik,

kelompok pengusaha dengan klasifikasi seperti itu belum tampak. Yang muncul

adalah jenis pengusaha yang keberadaannya tergantung pada fasilitas

pemerintah atau yang lebih dikenal dengan pengusaha klien. Analisis fenomena

ini dapat dilakukan dengan berbagai sudut pandang. Namun pada hakikatnya

perhatian kita lebih difokuskan untuk melihat keterkaitan antara negara termasuk

di dalamnya para birokrat dan elit politik dengan para pengusaha dalam melihat

kasus yang terjadi di Indonesia, meskipun pengusaha klien juga ada pada masa

sebelum Orde Baru, tetapi penekanan pembahasan lebih banyak dilakukan pada

era Orde Baru.

B. NEGARA DAN PEMBANGUNAN

Peran negara sangat menentukan pada fase-fse awal pembangunan, seperti

yang telah dilakukan oleh Jepang atau negara-negara industri maju lainnya. 2

Page 3: Pengusaha Client

Perbedaannya yang mendasar adalah bahwa peran negara yang dilakukan oleh

negara-negara maju menghasilkan perekonomian nasional yang kuat, yaitu

antara lain didukung oleh kelompok pengusaha yang mandiri melalui

industrialisasi. Sementara itu yang terjadi di negara berkembang seperti

Indonesia, peran negara, baru sampai pada suatu titik di mana negara

melahirkan suatu hubungan patron-klien antara pengusaha birokrasi dengan para

pengusaha.

Pengusaha birokrasi sebagai kekuatan yang dominan atau sering disebut

sebagai rezim otoriterisme birokratik, berkaitan erat (mempunyai korelasi positif)

dengan proses pembangunan yang dilaksanakan di negara berkembang.

Ada 5 indikator dari suatu rezim birokratik otoriter menurut Guilermo

O’Donnell :

1. Tidak berlakunya hipotesis modernisasi dengan demokratisasi.

2. Negara sebagai variabel penting untuk melaksanakan perubahan tanpa

dipengaruhi oleh kekuatan sosial lainnya.

3. Militer sebagai lembaga pendukung ekonomi, yang sebenarnya untuk

memperkuat posisi militer sendiri dalam mewujudkan negara yang kuat.

4. Pentingnya koalisi antara kekuatan dominan yang mendukung rezim tersebut.

5. Memasukkan variabel internasional.

Dibanyak negara, rezim otoriter birokratik muncul sebagai akibat dari adanya

krisis ekonomi. Oleh karena itu, rezim Orde Baru tidak sebatas melakukan

pengendalian pada masalah-masalah politik tetapi juga mencampuri masalah

bisnis dan ekonomi.

C. SIFAT REZIM ORDE BARU

1. Pemerintah dipegang oleh militer, tidak sebagai diktator pribadi, tetapi sebagai

lembaga yang berkolaborasi dengan teknokrat sipil;

3

Page 4: Pengusaha Client

2. Ia didukung oleh pengusaha oligopolistik, yang bersama negara berkolaborasi

dengan masyarakat bisnis internasional;

3. Pengambilan keputusan bersifat birokratik-teknokratik;

4. Massa dimobilisasikan;

5. Untuk mengendalikan oposisi, pemerintah melakukan tindakan represif.

Dengan sifat dan ciri-ciri rezim Orde Baru seperti tersebut diatas, dapat

dipahami bahwa dalam konteks hubungan pengusaha dan pengusaha, akan

terwujud suatu sistem patrimonial di mana pengusaha birokrasi melalui

kekuasaan yang dimiliki menjadi patron terutama bagi kelompok-kelompok

pengusaha yang diajak bekerja sama.

D. TERBENTUKNYA PENGUSAHA KLIEN

Ketika pemerintah Meiji di Jepang akan melakukan industrialisasi pada abad

XIX, kebijaksanaan Pemerintah Meiji adalah untuk memberikan proteksi dan

subsidi kepada para pengusaha agar dapat terbentuk kelompok borjuasi industri

nasional. Hal yang sama juga dilakukan oleh Korea Selatan pada pemerintahan

Rhee atau Park Chung Hee pada pertengahan abad XX ini.

Kedua negara kemudian memang berhasil membentuk suatu negara industri

yang berbasis pada kekuatan kelompok pengusaha yang mandiri. Sementara itu

yang terjadi di Indonesia belum tampak fenomena seperti itu, meskipun kebijakan

yang sama telah dilaksanakan. Kebijaksanaan proteksi dan subsidi yang

diberikan pemerintah meskipun telah melahirkan kelompok kapitalis baru tetapi

keberadaannya masih sangat tergantung pada fasilitas pemerintah. Pengusaha

klien yang sejak kelahirannya memang disubsidi oleh pemerintah, dalam

mengoperasikan usahanya diberi dukungan dan proteksi dari berbagai jaringan

kekuasaan pemerintah. Jadi, meskipun pengusaha ini berada di luar birokrasi

tetapi keberadannya sangat tergantung pada birokrasi.

Sejauh ini meskipun Indonesia dinilai cukup berhasil melaksanakan

industrialisasi, perusahaan-perusahaan besar yang tangguh belum lagi muncul.

4

Page 5: Pengusaha Client

Konglomerasi yang ada dinilai hanya jago kandang, karena mereka hanya lebih

mengandalkan pada permintaan dalam negeri, tetapi kurang mampu bersaing di

pasaran internasional. Hal ini tidak mengherankan karena konglomerasi yang

tumbuh di Indonesia bukan berasal dari seleksi alam, melainkan dari praktik-

praktik patronase politik yang melibatkan para pengusaha dan kalangan elit

birokrasi.

E. KARAKTERISTIK PENGUSAHA ORDE BARU

Ketika pemerintah Orba yang didukung oleh militer mulai menjalankan

kekuasaannya, kondisi ekonomi Indonesia sangat memprihatinkan karena inflasi

mencapai 600%, sedangkan utang yang macet hinggal $ 2 milyar, dan kegiatan

investasi praktis lumpuh.

Langkah pertama yang dilakukan dalam membenahi perekonomian nasional

yakni memberlakukan Undang-undang Penanaman Modal Asing (1967) dan

Dalam Negeri (1968). Kesempatan investasi diberikan kepada siapa saja yang

memiliki modal untuk membuat usulan proyek dengan hanya menyediakan 25%

modal, sementara 75% kekurangannya ditutupi dengan bantuan dana berbunga

lunak dari pemerintah. Secara formal, kredit murah ini berlaku bagi siapa saja,

tetapi dalam pelaksanaannya terjadi penyelewengan. Karena fasilitas yang

diberikan relatif sedikit, sementara peminatnya jauh lebih banyak, praktis hanya

mereka yang mempunyai hubungan dekat dengan pejabat yang memperoleh

fasilitas tersebut. Tercatat, perusahaan yang sejak lama membina kerja sama

dengan Angkatan Darat dan perusahaan negara yang memperoleh kredit

terbesar, sedangkan lebih spesifik individu seperti Liem Siou Liong dan The Kian

Siang (Bob Hasan) memperoleh berbagai kemudahan.

Tahun 1970-an Indonesia mulai dibanjiri modal asing, terutama dari Jepang

dalam bentuk perusahaan patungan. Yang paling banyak diminati oleh para

pengusaha pada waktu itu adalah lisensi impor berbagai kebutuhan bahan pokok.

Selain adanya fasilitas atau kemudahan yang diberikan pemerintah, bidang ini

dinilai paling banyak mendatangkan keuntungan. Kegairahan usaha yang

5

Page 6: Pengusaha Client

ditambah dengan bom minyak ini telah mengatrol pertumbuhan ekonomi

Indonesia menjadi 7% per tahun dari target 5%.

Dengan keberhasilannya dibidang ekonomi ini pemerintah Orba melalui

asisten presiden pada waktu itu, Sudjono Humardani mulai melakukan kerja

sama dengan beberapa pengusaha untuk menjadi rekanan utama, yakni antara

lain Liem Siou Liong dan Bob Hasan. PT Berdikari, perusahaan TNI AD dengan

cepat tumbuh menjadi perusahaan besar. Pada pertengahan 1970-an disusul

oleh perusahaan negara lain yaitu Pertamina yang banyak menikmati keuntungan

dari bom minyak. Bahkan, untuk repelita I dan II Pertamina menjadi tulang

punggung perekonomian nasional.

Selain perusahaan negara seperti Panca Niaga, Kerja Niaga (milik Dep.

Perdagangan), perusahaan yang berkembang pesar adalah perusahaan yang

mempunyai akses dengan elit birokrasi. Ada beberapa perusahaan yang berada

di luar lingkungan tetapi tumbuh cukup baik antara lain adalah Gudang Garam

H.M. Samperna dan Bakrie. Namun secara umum pengusaha-pengusaha yang

baru muncul pada era 1970-an lebih banyak ditandai oleh kedekatan

hubungannya dengan elit penguasa. Kemudahan-kemudahan yang diberikan

pemerintah melalui kredit investasi sering dimanfaatkan oleh para pengusaha

untuk kepentingan pribadi. Seperti yang diungkapkan oleh Kwiek Kian Gie,

beberapa cara licik yang dimanfaatkan oleh para pengusaha yaitu :

1. overpricing, yaitu melipatgandakan harga produk impor untuk investasi

sehingga seorang pengusaha dapat memperoleh barang yang dibutuhkan

sekaligus, memperoleh keuntungan dari selisih dana impor yang dibiayai oleh

kredit pemerintah;

2. mengeduk pinjaman dari bank sebanyak mungkin;

3. memanipulasi pembukuan dan prospektus perusahaan guna menguras dana

murah masyarakat dari bursa saham.

Dengan kondisi seperti di atas, yang muncul sebagai perusahaan nasional

berasal dari lingkaran yang tidak jauh dari patronase politik BUMN jelas sebagai

anak kandung pemerintah akan memperoleh fasilitas yang cukup besar. Namun,

kenyataannya bahwa dari sekian banyak BUMN (ada 420 pada 1987) sebagian 6

Page 7: Pengusaha Client

besar tidak efisien dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Akar kelemahan dari

BUMN ini berasal dari korupnya birokrasi yang mengelolanya. Dengan kondisi

BUMN yang seperti ini, peran pemerintah untuk melahirkan kelompok pengusaha

menjadi sulit.

Disisi lain semakin kuatnya pengusaha klien dapat dilihat dari tampilnya

pengusaha instan yang berasal dari lingkungan keluarga pimpinan pemerintah.

Dengan berbekal surat pendirian perusahaan dari notaris, hanya dalam waktu

beberapa tahun mereka mampu membangun konglomerasi yang bernilai ratusan

juta dolar. Kunci kesuksesan mereka terutama pada hal monopoli dan

perlindungan kebijakan pemerintah. Mulai dari cengkeh, angkutan gas lewat laut,

jalan tol, produk plastik, baja, kimia, televisi hingga jasa satelit.

Dari profil konglomerasi yang ada saat ini, secara umum dapat dikelompokkan

menjadi :

1. pengusaha yang sejak zaman Sukarno seperti Sudarpo, Hasyim Ning dan

sebagainya, tetapi masih mampu bertahan karena dapat beradaptasi;

2. pengusaha yang dekat dengan elit birokrasi yang terbagi menjadi pertama

yang berasal dari keluarga pejabat dan kedua kebanyakan dari WNI

keturunan;

3. pengusaha yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan birokrasi,

tetapi mempunyai hubungan pribadi yang baik dengan keluarga pejabat.

Secara keseluruhan semua kelompok tersebut masih dalam lingkup sebagai

pengusaha klien karena ketergantungannya yang besar terhadap pemerintah.

F. MOMEN-MOMEN PENTING TERBENTUKNYA PATRON BISNIS

1. Program Benteng; program ini dimaksudkan untuk membantu mendorong

kaum pribumi agar mereka lebih aktif terjun dalam dunia usaha. Untuk itu,

pemerintah memberikan berbagai macam lisensi dan konsensi kepada

pribumi yang berminat dalam dunia usaha. Mereka juga diberi keleluasaan

7

Page 8: Pengusaha Client

untuk mendapatkan kredit yang murah dari pemerintah terutama mereka yang

tidak mempunyai modal.

2. Pemerintah mengakomodasi kekuatan militer dalam parlemen serta peran

politik lainnya sebagai dampak dari unjuk rasa yang dilakukan militer pada 17

Oktober 1952, dan ini menjadi momen penting bagi terbentuknya kekuatan

bagi militer menuju patronase bisnis.

3. Pemberontakan seperti DII/TII dan PRRI/Permesta mendorong peran militer

dalam politik semakin kuat terutama semenjak dikeluarkannya Undang-

Undang Darurat Militer (SOB).

4. UU Darurat Militer tidak hanya memberi peran yang kuat militer dalam politik,

juga dalam bidang ekonomi. Ketika perusahaan Belanda dinasionalisasi,

terutama perbankan, distribusi beras, valuta asing dan ladang-ladang minyak,

perwira militer manjadi pengelolanya. Yang manjalankannya terutama adalah

PT Tri Usaha Bhakti.

5. Perubahan peta politik sesudah 1965. Militer sangat mewarnai kehidupan

politik di Indonesia. Penguasaan mereka atas sumber-sumber ekonomi

berkembang hampir semua sektor, seperti PT Berdikari, Firma dan PT Timah,

penebangan hutan, pengeboran minyak, petro kimia, industri baja dan obat-

obatan.

6. Pada masa pemulihan ekonomi, Orba mengundang modal asing untuk

memperoleh kepercayaan dari luar negeri. Pengendalian terhadap sektor

swasta domestik terus dilakukan. PT Berdikari digerakkan oleh Suhardiman,

Pertamina dipimpin oleh Ibnu Soetowo yang melakukan investasi di bidang

pengeboran minyak, petro kimia, industri baja, obat-obatan, infrastruktur dan

pengembangan pulau Batam. Selanjutnya dibangun induk koperasi AD, AU,

AL dan Kepolisian. Pengelolaan bisnis ini melibatkan sejumlah pengusaha

Tionghoa seperti Bob Hasan, Lim Siou Liong, Sofian Wanandi dan William

Suryadjaya.

7. Kelimpahan uang minyak merupakan lompatan besar dalam pembentukan

patronase bisnis. Kelimpahan minyak menjadikan negara sebagai tulang

8

Page 9: Pengusaha Client

punggung pembangunan nasional, antara lain dalam kebijakan ISI (Industri

Substitusi Impor) yang membatasi ruang gerak modal asing.

G. PEMBANGUNAN DAN PEMERINTAHAN PATRONASE BISNIS

1. Golongan pengusaha dan pedagang di awal Orba tidak memiliki peran politik.

Kekuatan dominan satu-satunya dalam bidang permodalan dan kepemilikan

perusahaan adalah negara yang diwakili para pejabat unsur militer. Kelompok

birokrat ini menguasai kekuasaan negara tetapi juga perusahaan-perusahaan

negara. Polisi demikian menempatkan mereka sebagai patron politik

berhadapan dengan pengusaha yang lemah sebagai klien politiknya.

2. Dengan kekuatannya ini, patron politik mengalokasikan kekayaan negara

serta memberi konsensi negara kepada pengusaha klien yang bergantung

kepada birokrat politik. Pengusaha klien ini menjadi konco-konco bisnis para

pejabat dan keluarganya. Lewat pengusaha klien inilah para pejabat terjun

dan melibatkan dirinya dalam dunia bisnis guna memupuk kekayaan

pribadinya.

3. Terjunnya para pejabat tinggi ke dalam dunia bisnis tidak memperkuat

kedudukan mereka dalam kekuasaan politik dan birokratis, tetapi juga menjadi

pengusaha patron yang sekaligus memegang kendali politik, misalnya

Soeharto.

4. Keberhasilan bisnis di kalangan patron politik tidak ditentukan oleh

kemampuan modalnya memenangkan kompetisi tetapi ditentukan

sejauhmana hubungan pengusaha klien dengan pejabat tinggi yang

mengalokasikan konsensi negara kepada mereka. Jelas bahwa konsensi

perusahaan diberikan kepada pengusaha yang dekat hubungannya dengan

patron politik.

5. Perusahaan dagang yang dikuasai militer lebih sebagai lembaga untuk

mengalokasikan lisensi-lisensi impor dan pendistribusian kepada pengusaha

China dan asing. Kekuatan ekonomi perwira militer terletak pada akses ilegal

9

Page 10: Pengusaha Client

ke pasar melalui monopoli-monopoli negara terhadap aneka ragam kegiatan

ekonomi.

6. Para birokrat politik yang terjun dalam dunia bisnis bukanlah kalangan yang

memiliki modal, teknologi dan pengetahuan atau pengalaman mengelola

bisnis. Yang mereka miliki hanyalah lembaga kontrol terhadap sumber-

sumber ekonomi. Mereka yang membagi konsensi dan mengalokasikan

lisensi impor kepada pengusaha Cina dan asing yang mau bersekutu dengan

mereka.

7. Persekutuan ini mereka bangun tidak melalui saluran-saluran kebijakan umum

yang diatur dalam sebuah departemen, tetapi melalui hubungan langsung di

antara pusat-pusat kekuasaan dengan kelompok bisnis tertentu. Mereka

berhubungan langsung dengan Soeharto, Ibnu Soetowo atau Ali Moertopo.

8. Untuk konsensi pertambangan dan kehutanan, para birokrat politik yang terjun

dalam dunia bisnis tidak memerlukan dana dari negara, karena perusahaan

patungan mereka sepenuhnya didanai oleh modal asing. Di sini terjadi

pertukaran konsensi ekonomi yang dikontrol secara politik dengan imbalan

finansial. Para birokrat politik mendapat imbalan finansial dan mitra asing

mengelola dan mengeksploitasinya. (kasus Freeport di Timika).

9. Para pengusaha yang bergantung kepada patron politiknya selalu

memanfaatkan patron mereka untuk memperoleh akses usaha yang lebih

luas. Untuk memperoleh kredit yang besar dan lisensi-lisensi yang mereka

perlukan dalam membangun perusahaan mereka memberikan imbalan

pemilikan saham minoritas untuk patron politiknya atau keluarganya. Serta

fraksinya di politik. Misalnya, PT Bogasari yang dibangun dengan

mendapatkan kucuran kredit yang sangat besar berkat hubungan dekat Liem

dengan Soeharto. Karena itu Sudwikatmono ditempatkan sebagai direktur

utama, dan saham 4% serta laba 28% laba Bogasari dibagi untuk Yayasan

Dharma Putra Kostrad dan Yayasan Harapan Kita milik Tien Soeharto.

10.Para birokrat politik yang tumbuh menjadi pengusaha patron tidak

berkepentingan dengan akumulasi modal yang produktif. Yang mereka

10

Page 11: Pengusaha Client

pentingkan adalah keuntungan sebanyak mungkin dan dalam tempo yang

sesingkat mungkin.

11.Tergantungnya para pengusaha klien pada patron politik bersumber pada

posisi politik patron. Semakin kuat posisi patron, semakin bertambah besar

pula perkembangan bisnis mereka.

12.Dalam hubungannya dengan politik ekonomi perusahaan-perusahaan yang

dibangun dalam patronase bisnis memperoleh fasilitas proteksi tarif yang

tinggi dan hak memonopoli untuk menguasai pasar domestik (contoh mobil

Timor).

13.Tujan para pejabat dan keluarga terjun dalam dunia bisnis lebih bertujuan

memupuk kekayaan daripada melakukan investasi besar yang berjangka

panjang.

14.Patronase bisnis dibangun dan dipertahankan dengan jaminan politik tanpa

demokrasi dan perlindungan HAM (Suryadi A Radjab, 1999: 36-49).

H. TIPE PENGUSAHA KLIEN

1. Government Contractor : berbagai macam kontrak pemerintahan diberikan

kepada warga negara yang sering digunakan untuk mendapakan dukungan

dari pengusaha pribumi. Dengan tersedianya anggaran yang banyak pada era

1970-an, baik dalam industri maupun keuangan memungkinkan diberikannya

proyek industri kepada sektor swasta. Untuk mendapatkan sebuah proyek,

dibutuhkan sedikit modal dan teknologi sehingga muncullah kelompok bisnis

yang mendasarkan dirinya sebagai kontraktor. Salah satu syarat utama bagi

keberhasilan seorang kontraktor ialah koneksinya dengan negara. Sebagai

akibatnya, kontraktor yang berkaitan dengan pemerintah adalah mereka yang

mempunyai hubungan dengan elit-elit politk dan birokratik, dan kebanyakan

mereka adalah veteran militer.

2. Monopoly traders : mengumpulkan upeti dari para pedagang adalah metode

konvensional yang sudah berlaku semenjak para kolonial hingga saat ini

untuk membiayai kegiatan politik mereka. Ini adalah sistem yang paling

11

Page 12: Pengusaha Client

mudah untuk dilakukan yang hanya mengizinkan kepada sejumlah pedagang

yang berbatas untuk melakukan bisnis perdagangan tertentu. Berbeda

dengan masa prakolonial dan masa kolonial, pada masa Orde Baru monopoli

ekspor dan perpajakan hampir seluruhnya hilang sebab hal ini berpengaruh

terhadap perolehan ekspor yang sangat berharga. Sebaliknya, perdagangan

impor dan distribusi domestik untuk komoditi tertentu dilisensikan kepada

perusahaan terpilih, yang dalam banyak kasus dimotivasi oleh kepentingan

politik dari pada ekonomi. Lisensi diberikan kepada mereka yang telah

sepakat akan memberikan sebagian dari keuntungannya kepada pemegang

kekuasaan.

3. Concessionaires : negara memiliki wewenang untuk memberikan konsensi

kepada mereka yang berkeinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam

yang dimiliki negara sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945. Tidak seperti

kontrak, konsensi tidak mempunyai risiko dalam menghabiskan pengeluaran

negara, tidak seperti monopoli yang menimbulkan biaya produksi, dengan

demikian tidak menghancurkan ekonomi negara. HPH adalah sumber yang

populer bagi patron Orde Baru khususnya militer yang menjadi klien bisnis.

4. Licensed manufacture : Berbeda dengan kategori di atas, kategori ini

berkaitan dengan perencanaan ekonomi kebijakan intervensionis dari negara.

Menteri industri dan BKPM membuat klasifikasi sektor industri yang tertutup,

tanpa fasilitas dan yang menjadi prioritas sesuai dengan kategori yang

berbeda dari para investor. Sistem lisensi merupakan pilar utama dari

kepentingan negara. Sistem lisensi antara lain sektor pelayanan seperti

perkapalan. Departemen komunikasi antara lain ikut mengintervensi tentang

pembangunan industri perkapalan.

5. State-private joint venture : join venture antara sektor swasta dan negara

ditentukan oleh kebijakan pemerintah seperti mengembangkan industri

strategi, mengontrol monopoli swasta, kapitalisasi proyek berskala besar,

mengundang entrepreneur untuk mempelajari proses industri baru. Kasus

tentang yang dikontrol PT Gaya Motor (Jun Hwan Shin, 1989 : 275-288).

12

Page 13: Pengusaha Client

BABIII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hubungan antara pengusaha dan klien terjadi di negara manapun di

dunia. Namun pada negara berkembang hubungan ini terlihat jelas. Pengusaha

berusaha menjalin hubungan dengan para pengambil kebijakan di pemerintahan.

Hal ini dilakukan untuk dapat perlakuan khusus/konsensi dari pemerintah.

Pemerintah pun tergantung pada pengusaha atau investor untuk dapat

membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jadi karena kebutuhan ini lah

terjadi hubungan antara pengusaha dan klien.

Ada banyak tipe pengusaha klien, diantaranya Government Contractor,

Monopoly Traders, Consessionaires, Licensed Manufacture dan State Privat

Joint Venture. Hubungan Government Contractor biasanya terjadi dengan

pemberian kontrak-kontrak kepada warga pribumi. Monopoly traders yaitu

dengan mengumpulkan upeti dari pedagang dan Consessionaires terjadi karena

pemerintah berkeinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam. Sedangkan

hubungan Licensed Manufacture terjadi karena adanya intervensi pemerintah

terhadap kebijakan ekonomi serta hubungan State Privat Joint Venture yaitu

antara sektor swasta dan negara dibentuk oleh kebijakan pemerintah seperti

mengembangkan industri strategis.

B. SARAN

Hubungan antara pengusaha dengan klien hendaknya dibangun atas dasar

peraturan perundang-undangan sehingga hubungan yang terjadi dapat

dibangun dengan baik. Apabila hubungan ini dibangun berdasarkan aturan-

aturan maka sekalipun terjadi permasalahan akan dapat diselesaikan secara

hukum.

13

Page 14: Pengusaha Client

DAFTAR PUSTAKA

Aini Nurul, 2004. Sosiologi dan Politik, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

14

Page 15: Pengusaha Client

PENGUSAHA KLIEN

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI POLITIK

DOSEN : IRFAN MALIN MUDO, S.Sos

Oleh :

KELOMPOK 2

1. REPLAISER

2. MINDA ROSITONIA

3. RATNA DESVITA SARI

4. ERNIKAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

YAYASAN PENDIDIKAN PASAMAN (YAPPAS)

LUBUK SIKAPING

TAHUN AKADEMIK 2011/2012

15

Page 16: Pengusaha Client

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang

selalu dilimpahkan kepada seluruh makhluk dan salawat beserta salam untuk Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa umat dari alam kebodohan sampai kealam

yang penuh dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul “PENGUSAHA KLIEN“, guna melengkapi tugas mata

kuliah Sosial Politik.

Tewujudnya makalah sederhana ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik langsung ataupun tidak langsung. untuk itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hari dan penuh penghargaan kami

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfan Malindo,S.Sos dan teman-teman

yang telah memberikan masukan dan sarannya untuk penyelesaian makalah ini

Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan tenaga dan waktu agar

makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, namun kami menyadari bahwa

penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk

itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca

guna kelengkapan dan perbaikan makalah ini untuk masa– masa yang akan datang.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kita

semua, terima kasih.

Lubuk Sikaping, November 2011

Penyusun

16

Page 17: Pengusaha Client

DAFTAR ISI

A. Pendahuluan ............................................................................ 1

A. Pengusaha Klien ........................................................................ 4

1. Pengantar …………….............……………………..... 4

2. Negara dan Pembangunan..................................................... 10

3.

B. Penutup .....................................................................................

DAFTAR PERPUSTAKAAN

17

Page 18: Pengusaha Client

18