strategi pengembangan kelompok tani

72
PROPOSAL PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR (Studi Kasus : Kelompok Tani Pambalahan Nagari Binaan Aie Angek) Oleh : NAIMAH RANGKUTI 06115002 Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Pertanian JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 20-Nov-2014

3.346 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi pengembangan kelompok tani

PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG

PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di

KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR

(Studi Kasus : Kelompok Tani Pambalahan Nagari Binaan Aie Angek)

Oleh :

NAIMAH RANGKUTI

06115002

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Pertanian

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2009

Page 2: Strategi pengembangan kelompok tani

STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG

PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di

KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR

Usulan Penelitian Skripsi

Nama : Naimah Rangkuti

No Bp : 06115002

Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Padang, November 2009

Mahasiswa Yang Bersangkutan

(Naimah Rangkuti)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc) (Ferdhinal Asful, SP, Msi)

Mengetahui

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Fakultas Pertanian Universitas Andalas

(Dr. Ir. Endry Martius, MSc)

Page 3: Strategi pengembangan kelompok tani

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan

judul “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Dalam Mendukung Pembangunan

Kawasan Agribisnis Sayuran Organik di Kenagarian Aie Angek Kabupaten Tanah

Datar”.

Dengan selesainya penulisan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc selaku dosen pembimbing I, dan Bapak

Ferdhinal Asful, SP, Msi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan

petunjuk, bimbingan, dorongan serta saran pada penulisan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa dan manusia biasa penulis tidak

luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima

segala kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini bermanfaat bagi setiap pembaca

dan pihak yang memerlukannya.

Padang, November 2009

Naimah Rangkuti

Page 4: Strategi pengembangan kelompok tani

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan.....................................................................................iKATA PENGANTAR.....................................................................................iiDAFTAR ISI...................................................................................................iiiDAFTAR TABEL...........................................................................................ivDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5 1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Strategi..................................................................................7

2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani.............................................. 7 2.3 Konsep Pembangunan Pertanian....................................................... 10 2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura............... 12 2.5 Konsep Pertanian Organik................................................................ 17 2.6 Penelitian Terdahulu......................................................................... 20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................23 3.2 Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel.....................................23 3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................23 3.4 Variabel Yang Diamati...................................................................... 24 3.5 Analisa Data.......................................................................................25 3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 29

LAMPIRAN...................................................................................................31

Page 5: Strategi pengembangan kelompok tani

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar

Gambar 1. Abstraksi Kawasan Agribisnis.......................................Gambar 2. Peta Kawasan Agribisnis...............................................

Page 6: Strategi pengembangan kelompok tani

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran

Lampiran 1.Daftar Kelompok Tani di Kenagarian Aie Angek........Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008..............Lampiran 3. Rekapitulasi Masalah dan Rencana Kegiatan BPP Kec. X Koto tahun 2008................................................Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003 – 2008............................................Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2005 dan 2006........................Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar....Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan

X Koto Kab. Tanah Datar

Page 7: Strategi pengembangan kelompok tani

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelembagaan petani mencakup pengelolaan sumberdaya pertanian pada kawasan

agribisnis hortikultura yang berada didataran tinggi (Deptan, 2003).Pengembangan

kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005-2025. Selama ini

pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan

pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan

sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk

pemberdayaan yang lebih mendasar. Kedepan, agar dapat berperan sebagai kelompok

tani yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya

untuk peningkatan kemampuan kelompok tani itu sendiri sehingga menjadi mandiri

dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis. Pembentukan dan pengembangan

kelompok tani disetiap desa juga harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang

dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning

menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,

2007).

Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan

pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan

pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial

yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,

belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;

Kedi Suradisastra, 2008).

Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara

horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat

dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender. Pengembangan kelompok

tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai

kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap

lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap

sumber informasi (Saptana, Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).

Page 8: Strategi pengembangan kelompok tani

Sedangkan menurut di Suradisastra, Kelompok tani merupakan lembaga yang

menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal.

Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir

tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan

membentuk satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih

untuk tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana

program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program membuat

satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali program dari dinas

tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada. Pengembangan kelembagaan hanya

dengan dukungan material yang cukup tapi tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan

manajemen yang baik. Walaupun kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam

menjalankan suatu program, namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan

banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan (Uphoff, 1986; Syahyuti, 2003).

Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran

tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi, terdapat banyak lembaga

pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani,

koperasi dan kelompok usaha agribisnis. Secara konseptual masing-masing dapat

menjalankan peran yang sama (tumpang tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis,

aktivitas pertanian pedesaan tidak akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana

produksi (benih, pupuk dan obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga

kerja, kegiatan berusaha tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (Syahyuti, 2008; F. Kasijadi,A. Suryadi dan

Suwono, 2003).

Kawasan menunjuk pada suatu wilayah yang merupakan sentra (pusat), dapat

berupa sentra produksi, perdagangan maupun sentra konsumsi. Dengan demikian

kawasan sentra produksi sayuran adalah suatu kawasan pusat kegiatan produksi sayuran

dalam suatu unit wilayah tertentu yang memiliki karakteristik yang relatif sama, dan

memiliki kelengkapan infrastruktur dan sistem yang menunjang kegiatan produksi

sayuran (Saptana,Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).

Sistem Agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri ynag terdiri

dari empat subsistem yaitu subsistem agribisnis hulu yakni industri sarana produksi

Page 9: Strategi pengembangan kelompok tani

(industri benih, pupuk, pestisida dan indutri alsintan), subsistem budidaya (on-farm) yang

menghasilkan komoditas pertanian primer, subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan

hasil baik menghjasilkan produk antara maupun produk akhir, subsistem pemasaran yaitu

pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra konsumsi, subsistem jasa penunjang

yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang mendukung pengembangan

agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993; dan Ditjerhot, 2001).

Dalam pengembangan kawasan agribisnis ada 4 masalah yang dihadapi yaitu

penurunan harga dengan cepat dan sempurna kepada petani,sedangkan kenaikan harga

lambat dan tidak sempurna; informasi pasar yang monopolistik pada agribisnis hilir;

IPTEK dari agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke agribisnis hulu (petani); Modal

investasi yang relatif banyak di agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik, bahkan

cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu (Simatupang, 1995).

Keberhasilan pengembangan agribisnis sayuran tergantung kepada keterpaduan

antara program dan kesiapan kelembagaannya. Ada tiga bentuk kelembagaan yaitu

kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional,

kelembagaan pasar, kelembagaan sistem politik atau sistem pengambilan keputusan

ditingkat publik (Etzioni, 1991;Uphoff, 1992).

Kabupaten Tanah Datar tepatnya di Kecamatan X Koto Kenagarian Aie Angek

merupakan daerah yang terletak pada dataran tinggi. Sehingga sangat cocok untuk

pengembangan usaha pertanian. Pengembangan pertanian bertujuan untuk kesejahteraan

petani dan keluarganya dalam berusaha tani dengan melakukan agribisnis pertanian

sayuran organik yang tangguh dan profesional serta berwawasan lingkungan (Pemerintah

Kabupaten Tanah Datar, 2007).

Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang memiliki potensi berupa lahan

kering, sawah dan perikanan. Khusus di Kenagarian AieAngek, kawasan ini sangat cocok

ditanami sayur-sayuran karena memiliki keunggulan komparatif, dan Pemerintah

Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan menjadi suatu Kawasan Pusat Pengembangan

Agribisnis Sayuran Organik (KASO), dalam pelaksanaannya pembinaan dilakukan oleh

Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar dan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat.

Page 10: Strategi pengembangan kelompok tani

1.2 Rumusan Masalah

Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam

pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya

diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai

upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Pendekatan yang top-down planning

menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,

2007; Bank Dunia, 2005)

Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan

pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan

pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial

yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,

belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;

Kedi Suradisastra, 2008).

Pada tahun 2002 bahwa untuk kelancaran pelaksanaa kegiatan Pengembangan

Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten

Tanah Datar menetapkan kelompok tanim “ Pambalahan” sebagai pelaksana kegiatan

tersebut.

Komoditas yang diusahakan adalah kubis, brokoli, kol bunga, wortel, selada,

sawi, cabe, bawang daun, lobak. Produk sayuran dengan sistem organik ini memiliki

keunggulan-keunggulan yaitu diantaranya ramah lingkungan dan memiliki kadar mutu

kesehatan yang lebih baik dari sayuran produksi non organik dan harga jual sayuran

organik lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik (Pracaya, 2003).

Menurut Perhepi (1989), menyatakan salah satu hambatan dalam pengembangan

agribisnis di Indonesia yaitu sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih

lemah sehingga kondisi ini menyebabkan kurang mendukung kegiatan agribisnis.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Dari

perumusan masalah diatas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam mendukung

pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.

2. Bagaimana pengaruh Institut Pertanian Organik (IPO) terhadap kelompok tani

pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik..

Page 11: Strategi pengembangan kelompok tani

3. Bagaimana strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam mendukung

pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam

mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek

Kecamatan X Koto.

2. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam

mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek

Kecamatan X Koto.

3. Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam

mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek

Kecamatan X Koto.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan hasilnya dapat berguna dan

bermanfaat untuk :

1. Bagi petani, yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu

dalam menghadapi masalah sehubungan dengan pengembangan kelompok tani

dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis.

2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan

mengenai pengembangan kelompok tani dan masalah yang dihadapi kelompok

tani, sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan perencanaan

pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada petani.

3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat meningkatkan pemahaman mengenai

pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan

agribisnis dan bagi mahasiswa lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan

penelitian tentang kasus ini.

Page 12: Strategi pengembangan kelompok tani

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Strategi

Dalam Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam

Harvard Business Review (1996) Istilah strategi tidak asing dalam percakapan sehari-

hari. Kita mempunyai pengertian tersendiri ketika membaca kata ini dalam sebuah tulisan

atau mendengarnya dalam percakapan seseorang. Strategi sebagai penentu tujuan jangka

panjang, program kerja dan alokasi sumberdaya.Dalam dimensi ini, strategi merupakan

cara untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-sasaran

organisasi, program kerja yang dibutuhkan untu mencapai tujuan, dan alokasi

sumberdaya yang diperlukan.

a. Strategi penentu aspek keunggulan organisasi, disini strategi dijadikan power

yang efektif untuk menentukan segmentasi produk dan pasar. Segmentasi itu

mencakup baik penentuan customer maupun pengenalan tentang competitor yang

dihadapi.

b. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini memperlihatkan

perspektif organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga

perspektif ini harus dilihat secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan

tugas manajerial masing-masing perspektif.

c. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling mengikat. Disini

strategi dilihat sebagai pola pengambilan keputusan berdasarkan masa lampau

yang mungkin ikut menentukan apa yang harus dilakukan dimasa depan.

d. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan

keunggulan berdaya saing yang berkesinambungan. Disini kompetensi inti terkait

erat dengan sumberdaya organisasi.

2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani

Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang

berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang

dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan “. Menurut North (2005) institution adalah

Page 13: Strategi pengembangan kelompok tani

the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the

players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang berpendapat bahwa ”institution

determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat

organisasi hidup.

Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan

kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan

kelompok-kelompok petani kecil (Kartasasmita, 1997 : 31-32).

Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian

kelompok itu sendiri. Menurut Sherif dan Sherif (Catrwright dan Zander, 1968)

kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan

individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan

perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.

Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi

untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan

mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah kelompok

adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas : (1)

suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkhis,

(2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu, (3) unsur-unsur

kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan

mengagungkan struktur.

Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok,

yaitu : setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan

timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki mbersama

oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat.

Perry dan Perry (Rusdi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu

kelompok adalah : (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu

untuk waktu yang relatif lama, (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian

dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota, (3)

adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-

nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, (4) adanya struktur

Page 14: Strategi pengembangan kelompok tani

dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar

peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalam kelompom itu.

Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan) petani

sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh kembangkan

kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan kelembagaan

ditingkat petani meliputi kelompok tani, asosiasi, himpunan, koperasi, merupakan hal

yang perlu segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan

posisi tawar petani.

1) Penumbuhan Kelompok tani

a) Menumbuhkan kelompok tani baik dari kelompok yang sudah ada ataupun dari

petani dalam satu wilayah.

b) Membimbing dan mengembangkan kelompok berdasarkan kepentingan usaha tani

kelompok.

c) Mengorganisasikan petani dalam kelompok.

d) Menjalin kerjasama antar individu petani didalam satu kelompok

2) Peningkatan Kemampuan Kelompok tani

a) Meningkatkan kemampuan kelompok tani melalui peningkatan kualitas dan

produktivitas SDM, meningkatkan managerial dan kepemimpinan kelompok.

b) Mengembangkan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha/ koperasi.

c) Mengembangkan organisasi kelompok ke bentuk yang lebih besar, seperti

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Asosiasi.

3) Mengembangkan Kemitraan Usaha

a) Mengembangkan kemitraan usaha agribisnis antara kelompok on-farm dengan

kelompok off-farm.

b) Meningkatkan nilai tambah ekonomis produk melalui kerjasama usaha antara

pelaku agribisnis.

c) Memperhatikan prinsip-prinsip kemitraan adanya pelaku kemitraan (petani,

kelompok tani, pengusaha, dan pemerintah; Adanya kebutuhan dan kepentingan

bersama dari pelaku-pelaku agribisnis; Adanya kerjasama dan kemitraan yang

seimbang dan saling menguntungkan.

Page 15: Strategi pengembangan kelompok tani

Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan

pertanian, baik di negara industri maupun negara berkembang seperti Indonesia. Namun

kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih lemahnya organisasi petani di negara

berkembang, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan

pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar dari pemerintah atau politisi

seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan untuk petani tetapi melayani

kepentingan pemerintah atau para pengelolanya (Vahn den Ban dan Hawkins, 1999:

265).

Bunch (1991: 270-271) menegaskan pembangunan lembaga tidak sekadar

memindahkan kerangka organisasi tetapi juga hgarus memberikan “perasaan” tertentu,

ciri-ciri masyarakat, perassan, keterampilan, sikap dan sikap moral merupakan darah dan

daging suatu lembaga.

2.3 Konsep Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang

berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti

peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi

agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi

kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).

Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan

membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :

1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.

2). Teknologi yang senatiasa berkembang

3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

4). Adanya perangsang produksi bagi petani

5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.

Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi

kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan

pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,

kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian

serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat

Page 16: Strategi pengembangan kelompok tani

dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk

menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang

merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.

1) Perangsang pembangunan pertanian

Adanya rencana pembangunan yang memberi prioritas pada pembangunan

pertanian.

Adanya kebijakan-kebijakan khusus seperti kebijakan harga minimum

(floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan penyuluhan yang intensif,

perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani teladan,

pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik

baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang

membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan

2) Faktor-faktor fisik dan sosial

Tersedianya secara lokal kebutuhan akan sarana pertanian seperti bibit

unggul, pupuk dan obat-obatan.

Adanya lembaga perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit

dengan persyaratan yang tidak berat.

Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus

koperasi yang ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan

membina sistem pembukuan dan lain-lain.

Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan

pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam

membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang

bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, tehnologi dan kebudayaan yang tidak

memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara

keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “

cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja

petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India

dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.

Page 17: Strategi pengembangan kelompok tani

2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura

Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh pencetus awal

istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut: “Agribusiness is the

sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies;

production activities on the farm; and storage, processing and distribution of

commodities and items made from them“. Definisi inilah yang sekarang sering digunakan

dalam literatur manajemen agribisnis (Sonka dan Hudson 1989).

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani,

hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah

sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem

agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa

penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian.

Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan :

(1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem,

kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling

terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut.

Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan

kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua

sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional

(Sumodiningrat, 2000).

Menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah

rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi,

subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan

(agroindustri), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung. Bagi

Indoensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang

menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana

cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor

pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Tujuan pembangunan agribisnis adalah

untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil

Page 18: Strategi pengembangan kelompok tani

menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi

mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing,

serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Departemen Pertanian (2005), komoditas hortikultura merupakan sangat

prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional

mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan

nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan

pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk

hortikultura semakin meningkat.  Disamping itu keragaman karakteristik lahan dan

agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan

untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis. Fungsi utama tanaman

hortikultura bukan hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan kesehatan dan

lingkungan. Secara fungsi ini sederhana dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :

Fungsi Penyediaan Pangan, terutama dalam hal penyediaan vitamin, mineral,

serat, energi dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi.

Fungsi Ekonomi, pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan cash petani, perdagangan,

perindustrian, dan lain-lain.

Fungsi Kesehatan, bahwa buah dan sayur dan terutama biofarm maka dapat

digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tidak menular.

Fungsi Sosial Budaya, sebagai unsur keindahan/kenyamanan lingkungan,

upacara-upacara, pariwisata dan lain-lain.

Usaha kegiatan tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk

tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan

tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual / ditukar atau memperoleh pendapatan /

keuntungan atas resiko usaha ( Badan Pusat Statistik, 2003).

Pembangunan pertanian yang ada selama ini dengan pendekatan kewilayahan dan

peningkatan partisipasi masyarakat daerah setempat, khususnya untuk program tanaman

pangan dan hortikultura. Mendesaknya kepentingan pembangunan dan perancangan

Page 19: Strategi pengembangan kelompok tani

ulang program ini dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, program tanaman pangan

dan hortikultura adalah merupakan tempat penyerapan tenaga kerja terbesar dalam sistem

pembangunan nasional, sedemikian hingga setiap peningkatan pembangunan tanaman

pangan dan hortikultura secara otomatis juga akan membantu mengatasi masalah

pengangguran. Kedua, program tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan

penopang utama dalam sistem perekonomian nasional, khususnya dalam memproduksi

makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan pangan kepada dunia luar. Ketiga,

harga produk tanaman pangan dan hortikultura memiliki bobot yang besar dalam

penentuan indeks harga konsumen, sehingga sifat dinamikanya sangat berpengaruh dalam

menekan laju inflasi, yang oleh karenanya pembangunan pertanian ini akan membantu

memantapkan stabilitas ekonomi nasional. Keempat, Peningkatan pembangunan tanaman

pangan dan hortikultura ini bisa berperan penting dalam mendorong sektor industri dan

ekspor, serta mengurangi impor produk tanaman pangan dan hortikultura yang pada

gilirannya akan memantapkan neraca pembayaran. Kenyataan betapa pentingnya

pembangunan tanaman pangan dan hortikultura tersebut diatas telah disadari sepenuhnya

oleh pemerintah yang melihat bahwa pemanfaatan sumberdaya dalam pembangunan

sektor pertanian dimasa mendatang mutlak memerlukan reorientasi pemikiran dalam

pelaksanaannya (Bappenas, 2004).

Pembangunan pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura,

diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada

persoalan produksi semata-mata, tapi lebih berwawasan kepada peningkatan

kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan prioritas

utama kepada produksi, pelestarian sumberdaya dan swasembada pangan, serta agribisnis

yang berwawasan lingkungan.

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agribisnis karena :

1. Memiliki lahan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat

dipasarkan yang disebut komoditi unggulan.

2. Memiliki pasar, baik itu pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian

maupun pasar jasa pelayanan.

Page 20: Strategi pengembangan kelompok tani

3. Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, assosiasi) yang dinamis dan

terbuka padsa inovasi baru, yang harus berfungsi juga sebagai sentra pembelajaran dan

pengembanagn agribisnis.

4. Memiliki Balai Penyulukan Pertanian yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi

Agribisnsis (KKA) yaitu sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha

agribisnis dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis

yang lebih efisien dan menguntungkan (Deptan, 2002).

2.5 Konsep Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang

berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti

peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi

agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi

kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).

Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan

membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :

1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.

2). Teknologi yang senatiasa berkembang

3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

4). Adanya perangsang produksi bagi petani

5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.

Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi

kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan

pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,

kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian

serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat

dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk

menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang

merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.

Perangsang pembangunan pertanian diantaranya : Adanya rencana pembangunan

yang memberi prioritas pada pembangunan pertanian Adanya kebijakan-kebijakan

Page 21: Strategi pengembangan kelompok tani

khusus seperti kebijakan harga minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan

penyuluhan yang intensif, perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani

teladan, pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik baru

dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang membantu menciptakan

iklim yang menggiatkan usaha pembangunan

Faktor-faktor fisik dan sosial diantaranya : Tersedianya secara lokal kebutuhan

akan sarana pertanian seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Adanya lembaga

perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit dengan persyaratan yang tidak

berat. Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus koperasi yang

ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan membina sistem pembukuan dan

lain-lain.

Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan

pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam

membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang

bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, teknologi dan kebudayaan yang tidak

memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara

keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “

cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja

petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India

dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.

2.6 Konsep Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia

(non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002). Secara sederhana,

pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang mendorong kesehatan

tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dan

bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan

penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Sedangkan

pengertian organik menurut FAOI adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang

mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan

lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Dalam

Page 22: Strategi pengembangan kelompok tani

pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen

dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.

            Pertanian organik didasarkan pada prinsip-prinsip IFOAM (International

Federation of Organic Agriculture Movement) 2005 : prinsip kesehatan, ekologi, keadilan

dan pelindungan. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan

tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait

dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pertanian organik harus memberikan

kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan

pangan dan pengurangan kemiskinan. Keadilan memedukan sistern produksi, dtstribusi

dan perdagangan yang terbuka, adil dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan

yang sebenamya.

Departemen Pertanian telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia

yang tertuang  dalarn SNI 01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem pangan organik ini

merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya  juga harus diakreditasi oleh

Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi). SNI sistern pangan organik

diadopsi dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32 - 1999,

Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organikally

produced food dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila dilihat kondisi

petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label  sertifikasi dad

suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri. Luasan lahan yang dimiliki serta

biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi

lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam

suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka 

dapat membiayai sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun

masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka (Husnain et al., 2005).

Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian

organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari

penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran

udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan

produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian

Page 23: Strategi pengembangan kelompok tani

yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai

pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari

luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian

organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.

Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui

pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga

dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan

generasi mendatang.

Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah : 1) pemanfaatan

sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air)

secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, 2) proses produksi atau

kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak

menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, 3) penanganan dan

pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak

menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), 4) produk yang dihasilkan

harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi.

Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis

hortikultura ini.

Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat

bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan

akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu

yang akan datang.

Kendala-kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro

antara lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.

Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian organik

mulai tumbuh. Pertumbuhan pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah satu

pertimbangan utama dalam pemberlakuan Council Regulation (EEC) No. 2092/91 (EEC,

1991).

Disamping kendala pasar, program penelitian dan pengembangan yang

mendukung ke arah pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia pada komoditas

lain masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan agribisnis di sektor organik

Page 24: Strategi pengembangan kelompok tani

masih terbatas. Berdasarkan pengalaman pada komoditas kopi tersebut di atas, dukungan

penelitian sangat diperlukan agar pengembangan agribisnis di sektor organik dapat

berhasil dengan baik.

Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan di

beberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim seperti

ini menguntungkan untuk jasad penganggu, khususnya jamur. Intensitas serangan jasad

penggangu yang tinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan pertanian

orgnik.

Kendala mikro yang dimaksud adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha

tani, khususnya petani kecil. Minat produsen, pada pelaku usaha pertanian di Indonesia

belum banyak yang beminat untuk betani organik. Minat pelaku usaha untuk

mempraktekkan pertanian petanian organik ini akan meningkat apabila pasar domestik

dapat ditumbuhkan. Pemahaman kurang, pemahaman para petani terhadap sistem

pertanian organik masih sangat kurang. Pertanian organik sering dipahami sebatas pada

praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida.

Pengertian tentang sistem pertanian organik yang benar perlu disebarluaskan pada

masyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan

lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknya

menggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM. .

Organisasi di tingkat petani, Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting

dalam budidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan

sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanpa

dukungan kelompok tani.

Di beberapa daerah organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi

sebaiknya di daerah-daerah lain organisasi pertani masih sulit diwujudkan.

Kemitraan petani dan pengusaha, upaya membentuk hubungan kemitraan antara petani

dan pengusaha yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu yang masih belum

memberikan hasil seperti yang diharapkan petani.

Page 25: Strategi pengembangan kelompok tani

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sry Wahyuni (2007) tentang Integrasi

Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa agar petani memiliki wadah untuk belajar, mengajar,

bekerjasama antar petani maupun kelompok lain serta mencapai usaha ekonomi

diwajibkan membentuik kelompok tani. Pembenahan yang dilakukan ditingkat petani

adalah dengan mengintegrasikan kelompok tani dengan P3A.

Penelitian yang dilakukan oleh Kedi Suradisastra (2006) tentang Revitalisasi

Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kebijakan pertanian, sedangkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa Revitalisasi Kelembagaan memerlukan strategi yang luwes dan

mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Keberhasilan

penerapan suatu lembaga pertanian tidak semata-mata diukur dengan nilai tambah

ekonomi, namun harus mempertimbangkan peran dan fungsi nilai-nilai sosio kultural

secara utuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Kebijakan

Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS).

Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa sentralitas produksi sayuran di Sumatera

terkonsentrasi tinggi terutama untuk komoditas sayuran spesifik dataran tinggi, seperti

kubis dan kentang. Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan yang seimbang antara

produksi, pemasaran di KAHS maka perlu langkah kebijakan operasional diantaranya,

penguatan kelembagaan, baik ditingkat petani, pemerintah maupun forum KAHS sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Mewujudkan

Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan

Kemitraan Usaha Hortikultura. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa lemahnya

struktur, fungsi, dinamika dan konsolidasi kelompok tani sehingga menempatkan posisi

perwakilan masyarakat petani lemah dalam kelembagaan kemitraan usaha.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2004) tentang Integrasi

Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan

Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa masih lemahnya

Page 26: Strategi pengembangan kelompok tani

implementasi pengembangan agribisnis di Kawasan KASS baik melalui program forum

KASS maupun program Agropolitan.

Penelitian yang dilakukan oleh Unang Yunasaf (2005) tentang Kepemimpinan

Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau

sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya

keefektifan dikelompok yang dipimpinnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2003) tentang Integrasi

Kelembagaan Forum Kawasan Agribisnis sayuran Sumatera (KASS) dan Program

Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa belum adanay keterpaduan antara program forum

KASS dengan program Agropolitan, dan kinerja dari program pembangunan pertanian di

Kawasan KASS masih mengalami hambatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikin Sadikin et. Al (1999) tentang Kajian

Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian

Berbasis Agroekosistem. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa kelembagaan yang

mampu tumbuh dan berkembang adalah kelembagaan komersial lokal yang berfungsi

ganda.

Penelitian yang dilakukan oleh Sapja Anantanyu (2004) tentang Gambaran

Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahanny. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa pengembangan SDM petani perlu didasarkan pemahaman terhadap petani secara

utuh dan diarahkan pada kemandirian petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Syahyuti (2007) tentang Kebijakan Pengembangan

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa permasalahan kelembagaan masih banyak,

maka pengembangan kelembagaan ditingkat lokal atau ditingkat komunitas perlu

perhatian yang lebih. Gapoktan dibentuk hanya untuk menyukseskan kegiatan lain bukan

untuk pengembangan kelembagaan itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Suci Indraningsih et, al (2005) tentang

Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa disamping menyimpan potensi yang besar,

Page 27: Strategi pengembangan kelompok tani

kelembagaan kemitraan agribisnis hortikultura di Propinsi Bali masih mempunyai

kelemahan sehingga perlu upaya pembenahan dalam pembangunan kelembagaan.

Page 28: Strategi pengembangan kelompok tani

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto

Kabupaten Tanah Datar yaitu secara purposive atau sengaja karena kelompok tani

pambalahan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Sumatera Barat. Selain

itu didaerah ini, pemerintah melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis

Sayuran Organik (KASO).

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dimulai bulan Desember

2009 sampai bulan Januari 2009 terhitung sejak dikeluarkannya surat turun penelitian

dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

3.2 Metode Penelitian Dan Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu

penelitian yang diadakan untuk memperhatikan faktor-faktor dan gejala yang ada dan

keterangan-keterangan serta mendapatkan kebenaran terhadap praktek-praktek yang

sedang berlangsung (Nazir, 1999).

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu semua petani yang

tremasuk kedalam kelompok tani Pambalahan. Karena kelompok tani Pambalahan

merupakan satu-satunya kelompok tani yang sudah menerapkan pertanian organik di

Kenagarian Aie Angek dengan jumlah petani 40 orang yang melakukan usahatani kubis.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan kunci

(key informan) secara mendalam dengan bantuan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner)

yang telah disiapkan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk

kelompok tani pambalahan.

Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari lembaga atau instansi

yang berhubungan dengan penelitian ini seperti dinas pertanian, BPP (Balai Penyuluh

Pertanian), kantor wali nagari, serta literatur-literatur yang relevan seperti buku-buku,

jurnal penelitian internet dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 29: Strategi pengembangan kelompok tani

3.4 Variabel Yang Diamati

Berdasarkan tujuan pertama yaitu mendeskripsikan masalah kelompok tani dalam

mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di kecamatan X Koto,

maka variabel yang diamati :

A. Masalah Teknis meliputi sentra produksi yaitu

a. pengolahan lahan meliputi : pembersihan lahan dan pengaturan jarak tanam.

b. penanaman meliputi : penyiapan bibit, cara tanam dan pola tanam.

c. jenis bibit yang digunakan petani.

d. pemupukan meliputi cara pemupukan dan jumlah pupuk yang digunakan.

e. pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit

f. penggunaan pestisida

g. pemanenan meliputi : kriteria siap panen, waktu panen dan cara panen.

B. Masalah Sosial meliputi keterlibatan pemerintah dan msyarakat didaerah sekitar.

C. Masalah Ekonomi meliputi pengadaan modal dan pemasaran.

Untuk tujuan kedua yaitu untuk menganalisis pengaruh Institut Pertanian

Organik (IPO) terhadap kelompok tani Pambalahan dalam mendukung pembangunan

kawasan agribisnis sayuran organik, maka variabel yang diamati adalah jenis kegiatan,

materi, metode, media, tempat dan waktu pelaksana kegiatan pelatihan petanian sayuran

organik.

Untuk tujuan ketiga yaitu menganalisis strategi pengembangan kelompok tani

dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Kecamata X

Koto meliputi variabel yang diamati adalah :

A. Faktor Sosial dapat dilihat dari :

a. Kelembagaan petani yaitu keikutsertaan petani dalam kelompok tani.

b. Pelatihan dan percontohan pertanian organik yaitu Institut Pertanian Organik

(IPO).

c. Penyuluhan yaitu adanya program dari penyuluh yang berkaitan dengan

pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan

agribisnis sayur organik.

B. Faktor Ekonomi

4 subsistem agribisnis

Page 30: Strategi pengembangan kelompok tani

a. subsistem hulu yaitu pengadaan sarana produksi (industri benih, pupuk,

pestisida dan alsintan) meliputi harga saprodi dinyatakan dalam satuan Rupiah

(Rp).

b. subsistem budidaya (on-farm) yaitu yang menghasilkan komoditas pertanian

primer.

c. subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan hasil baik menghasilkan produk

antara maupun produk akhir.

d. subsistem pemasaran yaitu pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra

konsumsi dan subsistem jasa penunjang yaitu dukungan sarana dan prasarana

serta lingkungan yang mendukung pengembangan agribisnis.

C. Faktor Karakteristik petani, dapat dilihat dari :

a. Umur yaitu umur petani pada saat penelitian berlangsung yang dibulatkan

keulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam tahun (Th).

b. Luas lahan yang diukur dalam satuan Hektar (ha).

c. Pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir petani.

d. Pengalaman berusahatani sayuran yaitu lamanya petani menekuni usahatani

sayuran yang dinyatakan dalam tahun (Th).

D. Penggunaan Sumber Daya, dapat dilihat dari :

a. Lahan, meliputi : kepemilikan lahan, penguasaan kawasan.

b. Produksi / produktivitas.

c. Tenaga Kerja yaitu seluruh tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan

usahatani sayuran baik Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) maupun Tenaga

Kerja Luar Keluarga (TKLK).

3.5 Analisa Data

Analisa data untuk tujuan pertama yaitu Mendeskripsikan masalah kelompok tani

dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa dengan

analisa deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan yang

dialami oleh petani antara lain : masalah teknis, masalah sosial dan masalah ekonomi

Untuk tujuan kedua yaitu Mendeskripsikan pengaruh IPO terhadap kelompok tani

pambalahan erkait dengan pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa

Page 31: Strategi pengembangan kelompok tani

denagn deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan bentuk pengaruh kegiatan

IPO terhadap kelompok tani pambalahan. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh

kegiatan IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan

kawasan agribisnis sayuran organic, maka digunakan metode skor, yaitu pemberian nilai/

skor melalui penyebaran kuisoner untuk setiap variabel yang diamati. Dari penilaian skor

ini, maka data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Untuk menguji nilai skor yang diperoleh, ditentukan melalui rumus sebagai berikut:

Nilai rata-rata = Ni / n

Keterangan:

Ni = Jumlah Skor keseluruhan pengaruh kegiatan IPO

n = Jumlah responden

Berdasarkan nilai skor diatas maka pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani dalam

mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik.

Peranan kegiatan penyuluhan = Total skor yang diperoleh x 100%

Total skor yang diharapkan

Sehingga skor pengaruh kegiatan IPO tersebut dikategorikan sebagai berikut:

a. Sangat berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 79 - 99

b. Cukup berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 56 - 78

c. Kurang berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 33 - 55

Penentuan tiga kategori tersebut didapatkan dari rentang nilai dengan rumus:

R = Skor tertinggi – Skor terendah

n

Keterangan: n = jumlah kategori rendah, sedang, dan tinggi

R = range ( rentangan)

Untuk tujuan ketiga yaitu Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani

dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis di Kota Padang Panjang digunakan

analisa SWOT. Analisa SWOT yang memuat variabel faktor internal yang meliputi aspek

yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta variabel faktor eksternal yang meliputi

aspek yang menjadi peluang dan ancaman.Dari analisa SWOT yang dilakukan ini, maka

diharapkan segala kemungkinan yang menguntungkan dan merugikan, baik berasal dari

dalam atau dari luar sehubungan dengan pengembangan kelompok tani dalam

Page 32: Strategi pengembangan kelompok tani

mendukung pembangunan kawasan agribisnis ini, akan dapat diantisipasi dan dicarikan

jalan keluarnya.

3.6 Definisi Operasional

Dari kerangka teori, konsep dan kerangka yang telah disajikan pada bagian

tinjauan pustaka, maka penelitian ini menggunakan defenisi oprasional agar tidak

menimbulkan penafsiran yang berbeda. Adapun defenisi itu adalah sebagai berikut

1. Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal

dan vertikal.

2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi masyarakat pertanian di

kawasan agropolitan. Dimana terdapatnya kegiatan belajar mengajar dalam perubahan

sikap, keterampilan, dan perilaku masyarakat tani di kawasan agropolitan. Dalam proses

pembelajaran, dilengkapi dengan penyuluh sebagai pengajar, materi yang disampaikan,

media yang digunakan, dan sasaran (petani) sebagai orang yang disuluh.

3. Tanaman hortikultura adalah berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman hias, dan

tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh petani di kawasan agropolitan. Adapun jenis

tanaman hortikultura yang banyak diusahakan adalah sayuran dataran tinggi seperti

wortel, sawi, cabe, kubis, kol, kentang, daun bawang, seledri, dan lain sebagainya.

4. Pasar hasil pertanian adalah sarana penampungan dan pemasaran hasil pertanian

masyarakat di kawasan agropolitan Koto Baru Kecamatan X Koto seperti Sub Terminal

Agribisnis (STA) yang dilengkapi dengan pasar lelang, gudang penyimpanan (cold

storage), sarana pencucian, sortasi dan prossesing hasil pertanian sebelum dipasarkan.

6. Partisipasi adalah peran serta / inisiatif masyarakat dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan, yaitu meliputi pada perencanaan kegiatan sampai pada mengevaluasi dan

menikmati hasil kerja. Partisipasi masyarakat seperti dalam penentuan usulan kegiatan,

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

7. Lembaga pertanian adalah lembaga / organisasi petani yang mengelola setiap kegiatan

usaha tani baik yang bersifat formal maupun informal seperti BPP, kelompok tani /

gapoktan, P3A, Koperasi, dan lain sebagainya.

Page 33: Strategi pengembangan kelompok tani

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam Harvard Business Review November-Desember 1996.

Bappenas. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal.

Dinas Pertanian. 2007. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

Indraningsih, Kurnia, Suci, Ashari dan Supena Friyatno. 2005. Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.

Kedi Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 4 No 4 Desember 2006.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sadikin,Ikin, Rita Nur Suhaeti, dan Kedi Suradisastra. 1999. Kajian Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis Agroekosistem. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian.

Sapja Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahannya. MK Pengantar ke Falsafah Sains (PPS 702).

Saptana, Ariningsih E, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana. 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 3 No1 Maret 2005.

Saptana, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Ening Ariningsih dan Valeriana Darwis. 2004. Integrasi Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 2 No3 September 2004.

Saptana, Sunarsih, Kurenia Suci Indraningsih. 2005. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.

Page 34: Strategi pengembangan kelompok tani

Sry Wahyuni. 2007. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani 10 Juni 2009.

Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No 2 Desember 2008.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.

Van Den Ban.A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian.Kanisius .Yogyakarta.

Yudhoyono, S. Bambang, 2006, Pembangunan Pertanian Indonesia dari Revolusi Hijau ke Pertanian Berkelanjutan, Orasi Ilmiah di Universitas Andalas Padang Tanggal 21 September 2006

http://www.indonesia.go.id { 14 April 2008}.

Yunasaf, Unang. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok.

Yusmaini. 2009. Kesiapan Teknologi Mendukung Peretanian Organik Tanaman Obat : Kasus Jahe.

Page 35: Strategi pengembangan kelompok tani

Lampiran 1. Daftar Kelompok Tani di Aie Angek

Nama-nama kelompok Tani Aie Angek

No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota1. 2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.

PambalahanGiat BersamaTerataiSepakatGuguak AmpaianBina WargaAnggun SariSuka MajuSaiyoSakatoKarang Permai

DY.Dt MarajoP. St Panghulu malinErminiJono EfendiIskandarB. Datuak PisangErmiSy. Dt PanjangGindo ISaifulMusnizar

4030304040505030555048

Sumber: Programa Penyuluhan Nagari Aie Angek tahun 2007

Page 36: Strategi pengembangan kelompok tani

Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008

TOPIC TRAINING BPP KEC X KOTO TAHUN 2008

NO Tanggal Topic Training Pengisian Topic1

2

3

4

5

67

8

910

11

12

13

14

15161718192021

7 januari 2008

21 Januari 2008

4 februari 2008

8 februari 2008

3 maret 2008

17 Maret 200831 maret 2008

14 April 2008

28 April 200812 Mei 2008

26 Mei 2008

9 Juni 2008

23 Juni 2008

7 Juli 2008

21 Juli 20084 Agustus 200820 Agustus 2008 3 September 20081 Oktober 200815 November 200824 Desember 2008

Kebijaksanaan program subdin panganKebijaksanaan program subdin peternakanKebijaksanaan program subdi perikananKebijaksanaan program subdin kehutananKebijaksanaan program subdin perkebunanAnalisa usaha tani PTS/SRISapta usaha perternakan sapi potongTeknis pembuatan kolam dan padat penebaranTeknik pembuatan konturTeknik pengolahan tebu ( gula semut)OPT tanaman sayuran dan pengendaliannya pada tanaman cabe dan kubisPencegahan penyakit off pada ternak kambingPengendalian penyakit, virus, ikan air tawarPenanaman kayu di pemukiman /kebun rakyatTeknik pengolahan kopiBudidaya wortel organicPengembangan tanaman hiasPemeliharaan sapi perahPembenihan ikanHutan kemasyarakatan (GNRHL)Pembibitan tanaman keras hutan

Kasubdin /PPS panganKausbdin / pps peternakanKasubdin /pps perikananKasubdin / pps kehutananKasubdin/pps perkebunanPPS Tan. PanganPPS Peternakan

PPS Perikanan

PPS KehutananPPS Perkebunan

PPS Tan. Pangan

PPS Peternakan

PPS Perikanan

PPS Kehutanan

PPS PerkebunanPPS Tan. PanganPPS Tan.PanganPPS PeternakanPPS PerikananPPS KehutananPPS Kehutanan

Sumber: BPP KEC X KOTO TAHUN 2008

Page 37: Strategi pengembangan kelompok tani

Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar

No Komoditi Tahun 2006   Tahun 2007      Tanam (Ha) Panen (ton) Produksi (ton) Tanam (Ha) Panen (Ton) Produksi (Ton)

1 Bawang daun 292 385 23144 256 216 309092 Kentang 7 8 889 15 10 8283 Kubis 257 258 36319 236 202 362504 Kembang Kol 75 81 6200 57 42 58025 Petsai/Sawi 218 208 20074 230 172 249976 Wortel 223 212 35932 272 253 332827 Cabe Merah 189 161 4313 175 164 108728 Tomat 0 0 0 16 9 3189 Terung 63 57 7907 67 58 8160

10 Buncis 120 128 5902 100 90 12150  Jumlah 1444 1498 140680 1424 1216 163568

Sumber Data : BPP X Koto (2008)

Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003-2008

Page 38: Strategi pengembangan kelompok tani

1. TAHUN 2003Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2003 adalah:

No.

Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari

/Kec/Kabupaten

1.2.3.4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Pembangunan jalan nagariPembangunan irigasiPerbaikan Talago Koto BaruPeningkatan jalan Lubuk Mato Kucing-Singgalang-Kandang DigugukPengembangan Agribisnis SayuranKegiatan GNRHL

Inseminasi Buatan

Dukungan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP)Bantuan kebersihan pasar nagari

Penggantian rambu-rambu lalu lintas

6 nagari6 nagariKoto BaruSinggalang, Koto Laweh

Aie Angek, Koto BaruPaninjauan, Singgalang, Jaho dan TambanganPanyalaian, Paninjauan, Singgalang, Pandai Sikek, Aie Angek dan Koto Laweh Singgalang dan Sungayang

Koto Baru, Panyalaian dan Pandai SikekPandai Sikek

Jumlah

2. TAHUN 2004

Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2004 adalah sebagai berikut :

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

1.

2.

3.

Pembangunan jalan nagari

Pembangunan irigasi

Perbaikan irigasi Bandar Layah

Koto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto LawehKoto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto LawehSinggalang

Page 39: Strategi pengembangan kelompok tani

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Perbaikan irigasi Bandar Lalo

Peningkatan jalan Pakan Rabaa-Tabu BaraiePeningkatan jalan Koto Tinggi-Koto TinggiPengkajian agribisnis sayuran organik

Bantuan bibit tanaman unggulan

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan AgropolitanKoordinasi Perencanaan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP)Kegiatan Operasional Pengembangan Ekonomi Lokal

Singgalang

Panyalaian

Koto Baru, Pandai SikekAie Angek, Koto Baru, Payalaian dan PaninjauanAie Angek, Paninjauan, Panyalaian dan Pandai SikekKawasan Koto Baru

Singgalang

Singgalang

Jumlah

3. TAHUN 2005

Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2005 adalah sebagai berikut :

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

1.

2.

3.

4.

5.6.

7.

Sekolah Lapangan Pertanian Organik (SLAPO)Koordinasi Agropolitan Lingkup PertanianPengembangan Precision Agriculture berbasis iklim untuk mendukung ketahanan pangan (kerjasama dengan BPPT)Pengembangan Agrotekno Park (kerjasama dengan BPPT)

Penunjang Biocycle FarmingPematangan lahan Pasar Sayur Koto BaruPenyusunan RTBL Kawasan

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Kecamatan X KotoKecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Page 40: Strategi pengembangan kelompok tani

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

8.

9.

10.

11.

Agropolitan

Penyusunan DED Prasarana Dasar Kawasan AgropolitanPengaspalan/Pemeliharaan Periodik jalan :- Ru

as jalan Pandai Sikek-Tanjung-Koto Tinggi

Rehab dan pemeliharaan jaringan irigasi :- Ba

ndar Gemuruh- Ba

ndar Tutuo SirahKoordinasi Perencanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Kecamatan X Koto

Jumlah

4. TAHUN 2006

Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2006 adalah sebagai berikut :

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

1.

2.

3.

4.5.6.

7.

8.

9.

10.

Pengembangan Agribisnis Hortikultura dan CabePengembangan Sarana dan Prasarana PertanianSekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO)Pengembangan Kopi ArabicaPengembangan Sapi PerahPeningkatan Jalan Pandai Sikek – Pagu-pagu-TanjungPemeliharaan jalan Simpang Aie Angek-Pemandian Kaso-Simpang KelokPelebaran Jembatan Sungai TalangPembangunan Prasarana Dasar Kawasan Agropolitan- Pembentukan Badan Jalan- Lapangan Parkir pada bagian

depan- Dinding Penahan TanahRehab Perbaikan Bandar Sungai

Singgalang, Pandai Sikek Kec. X Koto

X KotoPandai Sikek

Aie Angek

Panyalaian

Koto Baru

Panyalaian

Page 41: Strategi pengembangan kelompok tani

No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan

Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

TalangRehab Bandar Kubu Induk Ayam Paninjauan

Pembinaan LKM/USP Koperasi Sentra Sayur Mayur di Kawasan AgropolitanOperasional Sub terminal AgribisnisPengembangan Agropolitan Lingkup PertanianKoordinasi Pengembangan Kawasan AgropolitanPengembangan Kambing Kacang LokalLanjutan Pembangunan STA Koto BaruPeningkatan Jalan Produksi Pertanian Kawasan X Koto

Panyalaian

Kawasan Agropolitan

Koto Baru

Kawasan AgropolitanKawasan AgropolitanKec.X Koto

Koto Baru

Koto Baru

Jumlah

5. TAHUN 2007

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

No Program/Kegiatan

1 Pemeliharan periodik Jalan Simpang Aie Angek - Pamandian KASO - Simpang Kelok (Lanjutan) 800 M 

2Pengembangan Prasarana Kawasan Agropolitan Daerah X Koto

  a. Pembangunan Sarana STA (1 Paket)

  b. Peningkatan Jln Usaha Tani (1950 m')

3 Pemasangan Jaringan Air Bersih Pandai Sikek Kec X Koto 

4 Kajian Potensi Sumber Daya yang terkait dengan Investasi (Profil Kawasan Agropolitan) 

5 Sekolah Lapangan Pertanian (SLAPO)

6 Pembangunan Promosi Perdagangan Internasional (Penyiapan Kelembagaan Pengelola STA) 

7 Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi hasil Pertanian/Perkebuanan Masyarakat yang akan dipasarkan

 

 

8 Penyusunan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Masyarakat  

9 Pembebasan Jalan Masuk STA

Page 42: Strategi pengembangan kelompok tani

No Program/Kegiatan

10 Pembangunan Grading House

11 Pengelolaan Lahan

  - Pembuatan Jalan Usaha Tani

  - Pengembangan Sayuran Organik

  - Konservasi Lahan Hortikultura

12 Pengelolaan Air

  - Pembangunan Jitut

  - Pembangunan Jides

  - Pembuatan Embung

  - Pembuatan Dam Parit

13 Pengembangan Sistem Informasi

  - Biaya Operasional SMS Harga

14 Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian

  - Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Pengembangan Kasi

  - Sewa Outlet Organik

  - Peralatan UP3HP

15 Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernilai Tinggi/Pengutuhan Sentra Komoditas Unggulan Bernilai Tinggi

 

 

  - PMUK Pengembangan Sayuran Organik

  - Pengadaan Alsintan mendukung Pengembangan Hortikultura

  - SLPHT

16 Pengembangan Fasilitas Terpadu Investasi Hortikultura 

  - Pengadaan Sarana Prasarana Pelayanan Pengembangan Hortikultura

17 Pengembangan Kentang Hitam Batang

18 Pengembangan Jeruk Madu

19 Pengembangan Buncis Pena

  Jumlah

Page 43: Strategi pengembangan kelompok tani

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN TAHUN 2008

No. Program/Kegiatan 1 Pembangunan Promosi perdagangan internasional

(fasilitasi pembentukan dan operasional lembaga pengelola STA)

2 Pengembangan Penolahan Hasil Pertanian- Fasilitasi STA- Sewa Outlet Organik- Peralatan UP3HP- PMUK Pengembangan KASO- PMUK Pengembangan Sayuran- Koordinasi dan Monitoring

3 Penguatan modal usaha kelompok (PMUK) Sapi Perah

4 Pegembangan Kopi ArabikaJumlah

Sumber: Bappeda Tanah Datar ( Laporan Kinerja Pengembangan Kawasan Agropolitan)

Keterangan: Xxxx = kegiatan agropolitan yang berhubungan dengan penyuluhan tanaman hortikultura

Page 44: Strategi pengembangan kelompok tani

Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2001 – 2006

Tabel . Produksi Sayuran Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2006

No KecamatanProduksi (Ton)

2001 2002 2003 2004 2005 20061.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.

X KotoBatipuhBatipuh SelatanParianganRambatanLima KaumTanjung EmasPadang GantingLintau BuoLintau Buo UtaraSungayangSungai TarabSalimpaungTanjung Baru

10.935,91.951,5

*)539,026,0

1.091,2137,5129,0431,1

*)540,5

3.107,6136,4

*)

2.551,43.892,7

*)616,414,2

590,995,9

275,02.045,4

*)1.249,73.129,86.747,7

*)

7.311,087.124,50

*)779,00214,90716,10316,10157,50

2.502,10*)

2.918,403.367,108.503,10

*)

30.659,403.261,10

686,601.340,70

52,50234,40253,70258,00157,80664,40

1.038,401.919,002.388,901.254,10

12.226,001.181,101.492,501.040,90

45,70326,20284,4066,0070,10

1.024,00863,50738,80

1.293,203.770,00

20.501,30394,05

1530,0059,93

606,20422,75264,74

73,772885,55

1292,30

Jumlah 19.025,7 21.209,1 33.909,88 44.169,00 24.423,00

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2005 *) Masih bergabung dengan Kecamatan Induk :

- Batipuh Selatan bergabung dengan Batipuh - Lintau Buo Utara bergabung dengan Lintau Buo - Tanjung Baru bergabung dengan Salimpaung

Page 45: Strategi pengembangan kelompok tani

Tabel . Luas Panen dan Produksi Hortikultura Kec X Koto 2006

No Nagari Produksi sayuran Panen ( Ha)

Produksi sayuran Produksi (ton)

Produksi buah-buahanPanen (Ha)

Produksi buah-buahan Produksi (ton)

123456789

TambanganJahoPaninjauanPanyalaianAie Angek

Koto BaruPandai SikekSinggalangKoto Laweh

30 191182 769 126 154 399 161 527

171 1099496616410701231318712824213

46 15 25 18 5 4 14 19 17

482163 68 57 23 16 49 59 44

Jumlah 3367 26923 163 961Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar 2006

Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar

Page 46: Strategi pengembangan kelompok tani

Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanah Datar No. 265/BTD-2004 tanggal 17 Juli 2004 tentang penunjukan Nagari Koto Baru dan hinterlandnya sebagai kawasan agropolitan dan daerah penyangga dalam Kabupaten Tanah Datar.

a. Pusat Pengembangan : Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto b. Hinterland :

- Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto- Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto- Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto- Nagari Singgalang Kecamatan X Koto- Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto- Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto

c. Daerah Penyangga :- Kecamatan Batipuh- Kecamatan Pariangan- Kecamatan Salimpaung

Gambar 2. Peta Kawasan Agropolitan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar

Sumber: Laporan kinerja Bappeda Tanah Datar tahun 2007

Page 47: Strategi pengembangan kelompok tani