strategi pencapaian rencana induk pengembangan...

13
Strategi Pencapaian Rencana Induk Pengembangan ITS Oleh Aulia Siti Aisjah 2018

Upload: trinhcong

Post on 13-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Strategi Pencapaian

Rencana Induk Pengembangan ITS

Oleh Aulia Siti Aisjah

2018

i |Strategi RENIP

Strategi Pencapaian

Rencana Induk Pengembangan ITS

Oleh:

Aulia Siti Aisjah

Departemen Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri

1 |Strategi RENIP

Strategi Pencapaian Rencana Induk Pengembangan ITS

Oleh

Aulia Siti Aisjah

Bismillahirohmanirrohim

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

PENDAHULUAN

Fungsi sebuah pendidikan tinggi adalah seperti tertuang di dalam UU Sisdiknas No 20/2003 dan

UU Pendidikan Tinggi UU 12 / 2012, adalah:

• mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;

• mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya

saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma;

• mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan

menerapkan nilai Humaniora.

ITS sebagai salah satu perguruan tinggi yang telah berubah secara otonomi menjadi PTNBH sesuai

dengan PP No 54 / 2015, dan secara organisasi dan operasionalnya telah dinyatakan di dalam Perek

No 10/2016, dituntut untuk lebih responsif terhadap beberapa perubahan internal dan eksternal.

Perubahan internal yang dimaksud adalah perubahan organisasi, sedangkan perubahan eksternal

adalah tuntutan dari pemerintah, masyarakat, stakeholder maupun tantangan dalam meningkatkan

rangking internasional.

Sedangkan bila dilihat perubahan bentuk ITS dari PT Satker, menjadi BLU dan transisi menuju

PTN BH, serta menjalankan secara penuh sebagai PTNBH, saat ini belum sepenuhnya dikatakan

stabil sebagaimana sebuah organisasi yang mempunyai bisnis utama dalam pendidikan, penghasil

penelitian yang inovatif dengan tetap berlandaskan sumber daya yang ada, serta pengabdian

kepada masyarakat dengan tetap menggunakan etika akademik.

Faktor eksternal dari tuntutan sebuah PT yang ditandai oleh parameter WCU, yaitu: jumlah

prestasi dosen dan mahasiswa dalam level internasional, jumlah riset skala internasional, jumlah

SDM bergelar S3, SDM yang melakukan exchange / visiting professor / penghargaan internasional

yang didasarkan hasil karya nya dalam jurnal internasional bereputasi, jumlah aktifitas penelitian

2 |Strategi RENIP

dalam konsorsium internasional, dll, serta opini dari stakeholder terhadap ITS. Faktor ekrternal

tersebut telah menggerakkan seluruh unsur di ITS, seperti dituliskan dalam laporan rektor tahun

2015 – 2017, dimana indikator capaian yang berorientasi kepada internasionalisasi semakin

meningkat, tetapi di sisi lain PT lain pun di Indonesia maupun yang ada di luar negeri, juga

melakukan program yang berdampak pada reputasi yang sama, sehingga terlihat saat ini ITS

menjadi rangking yang masih dikategorikan belum memenuhi harapan.

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN

Karakteristik penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolan pendidikan tinggi, bergantung

pada tiga hal, yaitu:

1. Proses penyelenggaraan pendidikan tinggi, dimana PT harus menajadi regulator, fasilitator,

dan pengawasan secara kontinyu, serta kehadiran badan / lembaga pemerintah maupun

swasta dalam mendukung penyelengaraan pendidikan tersebut.

2. Penanggung jawab pendidikan tinggi, dalam hal ini mulai dari pimpinan PT, Dekan, semua

pimpinan unit, biro, lembaga pendukung, sampai dengan dosen, yang memerlukan aturan,

perencanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi, serta pembinaan yang bersifat

koordinatif.

3. Sifat otonomi dalam pengelolaan PT, yaitu otonom terhadap non akademik: pengaturan

organiasi, pengelolaan SDM, aset dan keuangan.

ITS sebagai satu PTNBH dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi tetap harus mengutamakan

prinsip-prinsip academic governmance, yang bukan dalam aspek birokrasi, politik, ataupun hanya

effisiensi manajemen.

RIP sebuah perguruan tinggi sesuai dengan PP 4 / 2014, sebagai sebuah rencana pengembangan

dalam 25 (dua puluh lima) tahun yad, yang kemudian di deploy ke dalam RENSTRA dalam jangka

waktu 5 tahuan an. ITS mengalami beberapa perubahan akibat dari Permendikbud 83/2013, dan

turun PP 54/2015, sehingga mengalami perubahan Renstra dalam kurun waktu yang tidak terlalu

lama. Sedangkan bila dilihat perkembangan ITS sejak tahun 1960 sebagai PT Satker, menjadi PT

BLU dan saat ini penuh sebagai PTN BH, dengan karakteristik yang ditunjukkan dalam ilustrasi

Gambar 1 berikut ini.

3 |Strategi RENIP

Gambar 1 Perbedaan Pengelolaan Perguruan Tinggi di ITS saat menjadi PTN Satker, BLU dan

PTN BH.

Saat ini (tahun 2018) berlaku RENSTRA ITS PTNBH 2005-2020 dengan menekankan 3 tujuan

strategis yang hendak dicapai dalam perioda lima tahun ke depan, yaitu:

“upaya ITS untuk menjadi PTNBH yang seutuhnya dengan dukungan kelembagaan, SDM,

sarana prasarana dan keuangan, dan menjadikan pemanfaatan riset dan pengabdian

masyarakat sebagai kontribusi ITS untuk bangsa serta menitikberatkan pada riset dan

program untuk menjadikan ITS sebagai WCU (World Class University)”

Sistem tata pamong ITS saat ini diformulasikan di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54

tahun 2015 dalam BAB I, Pasal 1. Organisasi institut menjalankan fungsi sesuai dengan tugas dan

kewenangan masing-masing dalam hubungan antar organisasi yang dilandasi semangat

professional. Tata pamong ITS adalah sistem yang dapat menjadikan kepemimpinan, sistem

pengelolaan dan penjaminan mutu berjalan secara efektif di dalam pengelolaan program studi,

termasuk bagaimana kebijakan dan strateginya disusun.

Beberapa perubahan mendasar dari desain PTN BLU menjadi PTN BH, yaitu:

• Pemisahan organ Govern (Pengawasan) dan Manage (Pengelolaan) menjadi lebih jelas dan

efektif. Fungsi pengawasan dilakukan oleh Senat Akademik dan MWA, sedangkan

pengelolaan dilakukan oleh Rektorat.

• Pengawasan bidang akademik secara efektif dan independen dilakukan oleh Senat

Akademik. Pada PTN BLU, Ketua Senat dirangkap oleh Rektor, namun pada PTN BH,

4 |Strategi RENIP

Ketua Senat tidak dirangkap oleh Rektor, lebih mandiri. Rektor secara penuh mempunyai

wewenang dalam fungsinya menjalankan pengelolaan saja.

• Pengawasan bidang non akademik dilakukan oleh MWA. Kehadiran organ baru yaitu

Majelis Wali Amanah (MWA) sebagai pemberi pertimbangan, pelaksanaan pengawasan

untuk bidang non akademik, mendukung sifat keterbukaan dalam pengelola di bidang

organisasi, manajemen dan keuangan.

Ketiga organ di atas, memerlukan sebuah sistem koordinasi yang dikatakan “mesra”, dan hal ini

dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah konsep dalam pengelolaan PT dapat dilakukan,

seperti diilustrasikan di dalam gambar 2 di bawah ini. Pada layer-layer tersebut akan

dikoordinasikan dengan baik melalui 3 organ yang ada saat ini.

Gambar 2 Model pengelolaan sebuah perguruan tinggi

Ilustrasi gambar 2 di atas, memisahkan setiap layer dalam;

• Tujuan serta strategi pencapaian

• Sistem pengelolaan (organisasi, sumber daya keuangan - akuntansi, penyediaan informasi,

dan SDM). Dalam pengelolan ini diperlukan koordinasi untuk menselaraskan sub sistem /

sub unit dalam PT.

5 |Strategi RENIP

Di ITS saat ini sesuai SOTK Perek 10/2016, telah terbentuk sebuah sistem yang mirip dengan

ilustrasi gambar 1 di atas, dimana semua fungsi berikut ini: Perencanaan, pengorganisasian,

pengembangan staf, pengawasan, pengarahan, dan penganggaran diperlukan pengelolan model

piramida. Model piramida untuk semua program – baik program jangka pendek maupun jangka

panjang dalam strategi mencapai RIP, diilustrasikan di dalam gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3 Sistem penjaminan mutu terhadap program di setiap level di ITS (usulan)

Dengan menggunakan prinsip PDCA (dalam istilah Permenristekdikti 62/2016 PPEPP –

Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan), maka semua program sebagai

strategi untuk pencapaian KPI dalam waktu jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka panjang

(25 tahunan) perlu dilakukan dengan menggunakan prinsip tersebut, sehingga setiap capaian dari

level terendah akan mendorong capaian pada level di atas nya, dan berdampak pada pencapaian

KPI.

Evaluasi terhadap capain KPI di semua unit, diilustrasikan di dalam Gambar 4 berikut ini, yang

dilakukan tidak hanya pada pendidikan, tetapi ada penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

6 |Strategi RENIP

Gambar 4 Ilustrasi sistem evaluasi dan penetapan dan / pengendalian terhadap sebuah indikator

(contoh adalah di dalam proses pembelajaran)

Sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan aktifitas di ITS dengan core bisnis di dalam pendidikan,

maka sebuah dorongan dari SAR level terbawah (MK / dosen) sampai dengan level teratas

(institut) memerlukan jaminan dari pihak luar (eksternal), sebagai bentuk pertanggung jawaban

terhadap masyarakat, pemerintah dan stakeholder. Jaminan eksternal yang dapat dilakukan melalui

salah satunya akreditasi dan / atau sertifikasi internasional didukung oleh sebuah sistem

penjaminan mutu internal (SPMI). Untuk itu di dalam SPMI akademik maupun non akademik

(organisasi, manajemen, SDM, keuangan, sarana prasarana, fasilitas, dll) harus menggunakan

standar yang mampu mengakomodasi kriteria/standar nasional maupun internasional. Kriteria ini

dapat digunakan dengan cara mengadopsi beberapa standard badan akreditasi internasional untuk

pendidikan dan perguruan tinggi dengan memasukkan nya ke dalam standar SPMI. Sebuah sistem

SPMI mendukung SPME dan dilakukan secara berkesinambungan, maka dapat dicapai sasaran

ITS yang telah termaktub dalam RENIP ITS, seperti diilustrasikan di dalam Gambar 5 berikut ini.

Untuk saat ini SPMI baru dilakukan di dalam level Prodi, dimana Prodi menjalankan proses bisnis

– pendidikan saja (sesuai dengan tupoksi Prodi dalam perek 10/2016). Potret hasil SPMI saat ini

menujukkan beberapa ketidaksamaan kualitas / capaian antara satu fakultas dengan fakultas yang

lain, dan belum sepenuhnya ada koordinasi yang baik. Sebagai contoh, dalam pengembangan

7 |Strategi RENIP

SDM, yang seharusnya mempunyai perencanaan dalam pengembangan dosen adalah pada level

fakultas, tetapi hal ini belum menjadi sebuah program yang bersifat kontinyu, baik dalam

perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Pengembangan dosen secara profesional

dalam hal kegiatan nya di tri dharma, dan utama nya di dharma 1 yaitu pendidikan, masih tertinggal

jauh dengan standar internasional, dan ini terlihat dari masukan semua asesor AUN QA sejak tahun

2016 – 2017, serta masukan dari asesor ABET maupun IABEE. Di sisi lain 2 dharma lain,

menunjukkan kualitas standard yang tidak kalah dengan SDM Luar negeri atau dikatakan telah

sesuai dengan standar internasional, tetapi saat ini dengan masuknya kita dalam era industri 4.0

akan berdampak kemungkinan akan jauh tertinggal.

Gambar 5 Pelaksanaan SPMI mendukung SPME

Era industri 4.0 merupakan strategi penggunaan teknologi tinggi tahun 2020. Saat ini revolusi 4.0

di mana semua sistem di sekitar manusia adalah bersifat otomasi, dan muncul apa yang kita lihat

di industri sebagai “Pabrik Pintar”, “Industri Cerdas”, dan beberapa sifat cerdas yang lain di dalam

industri. Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa kemajuan teknologi baru, yaitu:

• Teknologi informasi dan komunikasi,

• Sistem cyber-fisik,

• Komunikasi jaringan,

• Big data dan cloud computation,

• Pemodelan, virtualisasi dan simulasi,

8 |Strategi RENIP

• Peningkatan alat untuk interaksi antara manusia-komputer dan bentuk kerja sama /

jejaring

Revolusi yang sangat cepat dalam teknologi industri 4.0, telah menghasilkan model pendidikan

baru untuk masa depan, atau dikatakan sebagai education 4.0. Perkembangan teknologi yang

menghasilkan pendidikan 4.0 berdampak pada inovasi pendidikan dan kecepatan dalam

merancang pembelajaran masa depan menjadi lebih personal, hyper, interaktif, mobile, global dan

virtual. Munculnya anak-anak milenium (atau dikatakan sebagai Generasi Z) dengan kecerdasan

digital dan bakat maya mereka, telah menimbulkan banyak tantangan bagi para Dosen, dan

institusi pendidikan tinggi. Karakteristik digital yang melekat pada generasi digital memanfaatkan

sumber daya yang sangat besar dari dunia maya dan teknologi digital untuk menciptakan sesuatu

yang kreatif, inovatif dan ekspresif.

Beberapa negara di ASEAN telah mulai mengimplementasikan dampak dari industri 4.0, di dalam

pengembangan pendidikannya, diantaranya oleh Thailand, Malaysia, Singapura, dan yang lain.

Saat ini Pendidikan di Indonesia, yang sebagian besar PT di Indonesia, masih dikatakan di dalam

kategori Education 3.0 atau bahkan masih di dalam era Education 2.0, termasuk ITS.

Beberapa ciri Education 4.0, yang mempengaruhi Pendidikan secara mendasar adalah (FICCI

2017):

• Sebagai solusi pembelajaran yang terjangkau oleh masyarakat dengan pengembalian

investasi secara cepat sesuai dengan yang telah mereka keluarkan. Saat ini hampir semua

PT besar di Indonesia memikirkan hal tersebut, termasuk di ITS. Tetapi apakah sudah

terfikirkan oleh ITS bagaimana strategi enrollment mahasiswa dapat dilakukan kapan

saja, dimana saja, dan untuk pembelajaran MK apa.

• MK yang menawarkan fleksibilitas untuk dipilih mahasiswa yang ingin belajar

pengetahuan multidisiplin. Mengakomodasi keinginan mahasiswa di dalam meracik

sendiri kurikulum yang diinginkannya. Apakah juga hal ini terfikirkan oleh ITS

• Ketersediaan MK dalam berbagai format dan berbagai cara mengakses nya, sehingga

MK mempunyai sifat bebas untuk diakses.

• Dukungan konseling terhadap karir seseorang (dari masyarakat / industri) dalam

menambah pengetahuan nya sehingga mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik. Semua calon mahasiswa (eksternal dari masyarakat / industri) mempunyai

keinginan seperti ini.

• Dan juga dapat menghapus peran komunikasi / informasi secara proaktif dari dosen untuk

layanan pembelajaran.

9 |Strategi RENIP

Dengan beberapa ciri di atas, bisa saja akan terjadi perubahan dalam:

• Organisasi

• Pengelolaan

• SDM

• Keuangan

• Dan sumber daya lain

Untuk diarahkan dalam pencapaian KPI di dalam RENIP.

Tentunya setiap perubahan harus dilakukan: SWOT analisis, dikarenakan ITS telah mendapatkan

dan menjalankan amanah sebagai sebuah institusi PTNBH, dimana mandat ini akan diterjemahkan

ke dalam Visi, Misi ITS, Visi Misi Fakultas, dengan tetap memperhatikan analisis situasi saat ini

dan prediksi untuk waktu y a d, dan harus dibuat kebijakan sebagai payung dalam pelaksanaan

program yang bersifat strategis, sehingga semua program dapat menjacapai indeks kinerja yang

telah ditetapkan dan disepakati.

PENUTUP

Dalam penutup ini dapat penulis menggarisbahwai bahwa strategi dalam pencapaian RIP, melalui

RENSTRA dengan tahapan berikut:

1. Identifikasi Kondisi Umum, serta Analisis Potensi dan Permasalahan

2. Penyusunan Tujuan dan Sasaran

3. Penyusunan Program dan Kegiatan

4. Penyusunan Target dan Pendanaan serta SDM

Tahap 1 – 4 di atas, dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini, dimana rambu-rambu setiap

tahap harus dipenuhi.

10 |Strategi RENIP

Gambar 6 Ilustrasi 4 tahap RENSTRA untuk pencapaian RIP.

Akhir kalimat, untuk memberikan kontribusi bagi ITS di masa yad,

“ITS adalah amanah bangsa – Kita semua bertanggung

jawab atas amanah tersebut”

Billahi taufik wal hidayah

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

ASA

1 |Strategi RENIP

#ASAtuITS

ASA menyatukan ITS • menyatu dalam ASA (semangat, harapan);

• menyatu dlm asah (cerdas, trampil, dan berprestasi);

• menyatu dalam asih (mendidik, mengasihi, dan mengabdi);

• menyatu dalam asuh (saling mengingatkan dlm kesetaraan);

• menyatu dlm sentosa (sejahtera dan damai);

asa-asah-asih-asuh-sentosa

#ASA untuk ITS