strategi mitigasi dan upaya pengurangan bencana
TRANSCRIPT
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA
PENGURANGAN BENCANA
STRATEGI MITIGASI DAN
UPAYA PENGURANGAN BENCANA
Bencana alam adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
karena ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda
dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat
untuk menanggulanginya.
Meskipun bencana alam merupakan suatu fenomena alamiah yang
umumnya tidak dapat dihindari, dengan berpedoman pada kasus-kasus
yang telah terjadi serta dengan memahami prosesnya secara teoritis, faktor
minimalisasi akibat dan dampak sedini mungkin harus diidentifikasi dengan
mengenali penyebab baik yang bersifat alamiah maupun akibat interaksi
manusia dengan alam.
Pada dasarnya mitigasi (mitigation) merupakan upaya yang dilakukan untuk
menekan timbulnya dampak bencana, baik secara fisik struktural maupun
melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural
melalui perundang-undangan.
Berkaitan dengan batasan studi ini, strategi mitigasi dan upaya
pengurangan bencana dibatasi pada empat fenomena alam, yaitu tanah
longsor, gempabumi, tsunami dan banjir.
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN BENCANA TANAH
LONGSOR
Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman
dan fasilitas umum lainnya
Mengurangi tingkat keterjalan lereng
Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase, baik air
permukaan maupun air tanah, Harus dihindari terjadinya
penyumbatan atau meresapkan air drainase kedalam tanah.
Pembuatan bangunan penahan jangkar (acnhor) atau pancang
(pilling)
Pembuatan terasering dengan sistem drainase yang tepat
Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakaranya dalam dan
jarak tanam yang tepat. Khusus tebing yang terjal sebaiknya tanaman
tidak terlalu rapat dengan jenis tanaman yang pendek dan tanah
dibawahnya ditanami rumput.
Sebaiknya dipilih tanaman lokal yang digemari masyarakat. Tanaman
tersebut harus secara teratur dipangkas ranting-ranting atau cabang-
cabangnyanya.
Khusus untuk aliran butir dapat diarahkan dengan pembuatan saluran
Untuk runtuhan batuan dapat dibuatkan tanggul penahan baik berupa
bangunan konstruksi, tanaman maupun parit.
Identifikasi dan pengenalan daerah rawan longsor, aktif bergerak dan
zona retakan/rekahan.
Hindari pembangunan di daerah yang rawan longsor
Bangunan didirikan pada pondasi yang kuat
Stabilisasi lereng diadakan dengan pembuatan teras dan penghijauan
Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan
Penutupan rekahan-rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk
secara cepat kedalam tanah
Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya
liquafaksi.
Pondasi yang menyatu, untuk menghindari terjadi terjadinya
penurunan berbeda
Utilitas yang berada dalam tanah harus bersifat fleksibel
Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN BENCANA
GEMPABUMI
Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa
Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan
Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi
Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada
Perencanaan permukiman ddengan mempertimbangkan kepadatan
hunian pada wilayah yang rawan gempa.
Pertimbangan tentang penmanfaatan asuransi yang mencakupi
peristiwa bencana alam gempabumi.
Sedapat mungkin dibuat peta/zonasi rawan gempa dan pengaturan
penggunaan lahan.
Membangun rumah dengan menggunakan konstruksi tahan gempa
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewaspadaan resiko
gempa termasuk didalamnya dengan mengatahui tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi gempa.
Kewaspadaan terhadap penyimpanan benda/barang
berisiko/berbahaya seperti bahan rawan ledak atau bahan lainnya
yang berbahaya bagi keselamatan.
Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan
mengadakan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan
pertama
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
Rencana kontigensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi gempabumi.
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN BENCANA TSUNAMI
Peningkatan pewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya
tsunami
Pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami
Pembangunan Tsunami Early Warning System
Pembangunan bangunan tembok penahan tsunami pada paantai yang
rawan bencana
Penanaman manggrove pada tepian pantai untuk mengurang energi
gelombang
Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah
permukiman. Tempat-tempat ini harus relatif tinggi, mudah dijangkau
dan tidak terjangkau ketinggian gelombang
Peningkatan kesadaran dan pemahan kepada masyarakat tentang
bahaya tsunami dan cara-cara penyelamatan diri
Pembangunan rumah yang tahan terhadap tsunami
Mengenali ciri-ciri terjadinya tsunami
Memhami cara-cara penyelamatan jika terjadi tsunami
Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui gejala-gejala
akan terjadinya bencana tsunami
Perhatian terhadap kelengkapan alat komunikasi
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN BENCANA LETUSAN
GUNUNG API
Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktifitas penting harus
jauh atau diluar kawasan rawan bencana
Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri
lava dan atau lahar.
Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban
akibat bau vulkanik
Membuat jarak pengungsian yangh permanen, terutama di sekitar
gunung api yang sering meletus
Membuat fasilitas jalan dari tempat permukiman ke tempat
pengungsian untuk memudahkan evakuasi
Menyediakan alat transportasi bagi penduduk jika ada perintah
pengungsian
Kewaspadaan terhadap resiko letusan vulkanik di daerahnya.
Identifikasi daerah rawan bencana gunung api, termasuk diantaranya
menyediakan peta zonasi untuk kawasan rawan bencana
Peningkatan kemampuan pemadaman api
Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk
kondisi kedaruratan
Masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya paham
cara menghindar dan memahami tindakan yang harus dilakukan
ketika terjadi letusan gunung api
Memahami peringatan dini yang diberikan oleh aparat yang
ditugaskan.
STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN BENCANA BANJIR
Strategi mitigasi bencana banjir dapat dibagi kedalam tiga upaya
mitigasi, yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural serta
peningkatan peran serta masyarakat.
1. Upaya Mitigasi Non Struktural
o Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) yang beranggotakan dinas-
dinas terkait untuk melakasanakan dan menetapkan pembagian
peran dan kerja atas upaya-upaya non fisik penanganan mitigasi
bencana banjir.
o Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana yang
rusak/hancur akibat banjir
o Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah
genangan dan informasi lainnya yang diperlukan untuk
meramalkan kejadian banjir, daerah yang rawan banjir dan
daerah yang diidentifikasi terkena banjir
o Mempersiapkan dan mengecek sistem peringatan dini
o Melaksanakan perencanan logistik dan penyediaan dana,
peralatan dan material yang diperlukan untuk kegiatan/upaya
tanggang darurat, diantaranya dana persediaan tanggap darurat,
persediaan bahan pangan dan air minum, peralatan
penanggulangan, material penanggulangan, peralatan
penyelamatan, dll.
o Perencanaan dan penyiapan Standar Operational :Procedures
(SOP) untuk kegiatan/tahap tanggap darurat yang melibatkan
semua anggota SATKORLAK, SATLAK DAN POSKO, diantaranya
identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi dan
penyiapan tempat pengungsian sementara yang dilelngkapi
dengan sarananya.
o Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung
kepada masyarakat dan penerbitan penjelasan kepada Pers dan
menyebarluaskan melalui media cetak dan elektronik.
o Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan
masyarakat, SATLAK dan peralatan evakuasi, kesiapan tempat
pengungsian sementara beserta perlengkapannya.
o Mengadakan koordinasidi tingkat BAKORNAS, SATKORLAK,
SATLAK DAN POKJA.
o Membentuk jaringan lintas instansi/sektoral dan LSM yang
bergerak di bidang kepedulian terhadap bencana serta dengan
media massa baik cetak maupun elektronik untuk mengadakan
kampanye kepedualian masyarakat atas bencana banjir
o Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman
banjir dan resiko yang terkait serta penggunaan material
bangunan yang tahan air/banjir.
2. Upaya Mitigasi Struktural
o Pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai,
tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami.
o Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah
hulu sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan
air dan debit aliran air masuk kedalam sistem pengaliran
diantaranya adalah dengan reboisasi dan pembangunan sistem
peresapan serta pembangunan bendungan/waduk.
o Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik dengan
saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat
membantu mengurangi terjadinya banjir.
3. Peranserta Masyarakat
Masyarakat baik secara individu maupun masyarakat secara
keseluruhan dapat berperan secara nyata dalam manajemen banjir
yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana banjir.
Peranan dan tanggung jawab masyarakat dapat dikategorikan
kedalam dua aspek, yaitu penyebab dan partisipatif.
o Aspek penyebab, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai dan sistem
drainase
Tidak membangun jembatan atau konstruksi lain yang akan
mengganggu/menghambat dan mempersempit aliran air
Tidak bermukim di bantaran sungai
Menghentikan penggundulan hutan di wilayah tangkapan air
Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah
Mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk
o Aspek partisipatif, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
Ikut serta dalam latihan-latihan upaya mitigasi bencana banjir,
misalnya dengan kampanye peduli bencana, kesiapan
penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini
dan lain-lain.
Ikut serta dan aktif dalam program dan pembangunan rumah
tahan banjir, antara lain rumah tingkat, penggunaan material
yang tahan air, dan sebagainya.
Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya
mitigasi bencana banjir
Ikut serta dalam latihan konsultasi publik yang terkait dengan
pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya
mitigasi bencana banjir.
Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola
dan kondisi banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha
dan lahan pertanian dari banjir.
Mengadakan gotong-royong pembersihan saluran drainase
yang ada di lingkungan masing-masing.