makalah mitigasi bencana

22
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian dan Tujuan Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau dikenal dengan istilah mitigasi (BAKORNAS PBP, 2002). Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat perlu dilakukan kajian resiko (risk assessment) (BAKORNAS PBP, 2002). Mitigasi berarti menganbil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya

Upload: najla-annisa

Post on 28-Oct-2015

1.223 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Makalah Kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mitigasi Bencana

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian dan Tujuan Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan

sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan

utamanya, yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang

mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum

terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau

dikenal dengan istilah mitigasi (BAKORNAS PBP, 2002).

Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis

bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster)

maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat

kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta

benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk

mendefenisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat perlu

dilakukan kajian resiko (risk assessment) (BAKORNAS PBP, 2002).

Mitigasi berarti menganbil tindakan-tindakan untuk mengurangi

pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya lain itu terjadi, istilah ini

berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan

perlindungan yang mungkin diawali dari yang fisik, seperti membangun

bangunan-bangunan yang kuat, sampai dengan prosedural, seperti teknik-

teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana

penggunaan lahan (Program Pelatihan Bencana).

Untuk mengatasi masalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi

yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur (pembuatan prasarana dan

sarana pengendali) dan non struktur yang pelaksanaannya harus melibatkan

instansi terkait. Seberapa besarpun upaya tersebut tidak akan dapat

membebaskan terhadap masalah bencana alam secara mutlak. Oleh karena itu

kunci keberhasilan sebenarnya adalah keharmonisan antara

manusia/masyarakat dengan alam lingkungannya (Pratikto, 2005).

Page 2: Makalah Mitigasi Bencana

Sedangkan, menurut Mitigasi Bencana Edisi Kedua, mitigasi

berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh

dari satu bahaya sebelum bencana itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk

cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan

yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-

bangunan yang lebih kuat, sampai dengan prosedural, seperti teknik-teknik

yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana

penggunaan lahan.

Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai

berikut : 

1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi

penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy

costs) dan kerusakan sumber daya alam.

2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam

menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat

dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).

(Anonim, 2010).

2. Pengertian dan Penyebab Tsunami

Secara harfiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. “Tsu” berarti

pelabuhan dan “nami” adalah gelombang. Secara umum tsunami diartikan

sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan. Jadi, dapat dideskripsikan

tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan

oleh gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif

itu bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran (land-

slide) (Diposaptono dan Budiman, 2005).

Hal diatas disetujui oleh Ingmanson dan Wallace (1973) bahwa tsunami

merupakan gelombang laut yang mempunyai periode panjang yang

ditimbulkan oleh suatu gangguan di laut. Panjang gelombang tsunami dapat

mencapai 240 km di laut terbuka seperti samudera pasifik dengan panjang

Page 3: Makalah Mitigasi Bencana

gelombang rata-rata 4600 m dengan kecepatan gelombang mencapai 760

km/jam Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat

transien, yakni gelombangnya bersifat sesaat. Gelombang ini berbeda dengan

gelombang laut lainya yang bersifat kontinyu seperti gelombang laut yang

ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang

ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Periode gelombang angin hanya

beberapa detik (kurang dari 20 detik). Sementara itu periode gelombang

tsunami berkisar antara 10-60 menit (Barber, 1969 in Diposaptono dan

Budiman, 2005).

Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang

dibangkitkan oleh angin adalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang

yang dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan air laut bagian atas. 8

Namun pada gelombang tsunami menggerakan seluruh kolom air dari

permukaan sampai dasar (Diposaptono dan Budiman, 2005).

Ciri lainnya dari tsunami adalah panjang gelombangnya yang

besar, bisa mencapai puluhan kilometer. Kecepatan rambatnya di laut dalam

(deep sea) berkisar dari 400 sampai 1000 km/jam. Kecepatan penjalaran

tsunami tersebut

sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat mencapai

ribuan

kil bometer dari pusatnya. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat

terbentuknya

tsunami) menuju pantai, kecepatan semakin berkurang karena gesekan dengan

9

dasar laut yang semakin dangkal. Akibatnya, tinggi gelombang di pantai

menjadi

semakin besar karena adanya penumpukkan massa air akibat adanya

penurunan

kecepatan. Ketika mencapai pantai, gelombang naik (run-up) ke daratan

dengan

kecepatan yang berkurang menjadi sekitar 25-100 km/jam (Diposaptono dan

Budiman, 2005).

Page 4: Makalah Mitigasi Bencana

2.3. 2 Faktor-faktor penyebab terjadinya tsunami

Terjadinya tsunami di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Dari

berbagai tsunami yang pernah terjadi di Indonesia, 90 % disebabkan oleh

gempagempa tektonik, 9% disebabkan oleh gunung berapi, dan 1% oleh tanah

longsor

(Diposaptono dan Budiman, 2005).

A. Tsunami akibat gempa tektonik

Gempa tektonik merupakan gerakan-gerakan retakan yang akan

menyebabkan pergerakan vertikal massa batuan bukan pergerakan horizontal

massa batuan. Jika proses tersebut terjadi di dasar laut maka akan

menyebabkan

perubahan muka laut yaitu terbentuknya puncak dan lembah gelombang yang

berukuran 150 km antara puncak gelombang yang satu dengan puncak

gelombang

berikutnya ke segala arah. (Diposaptono dan Budiman, 2005). Berbagai

pergerakan massa batuan yang disebabkan oleh gempa tektonik ini dapat

dilihat

pada (Gambar 3).

Proses terjadinya gempa tektonik dimulai dengan adanya pergerakan dua

lempeng yang saling berbatasan saling bergerak reatif terhadap sesamanya.

Aktivitas tektonik yang disebabkan adanya pergerakan dua lempeng tersebut

menimbulkan energi elastis yang dapat terakumulasi dari waktu ke waktu 10

sehingga menyebabkan pembentukan pegunungan, lembah, gunung api dan

tsunami yang terletak pada batas-batas lempeng. Batas lempeng yang

terbentuk

terdiri dari 3 jenis yaitu, konvergen, divergen, dan singgungan.

Gambar 3. Jenis-jenis patahan : (a) sesar turun (normal fault), (b) sesar naik

(reverse

fault), (c) sesar horizontal (strike slip) (Diposaptono dan Budiman, 2005)

Zona konvergen ditandai dengan gerakan dua lempeng yang berbatasan

itu ke bawah lempeng benua. Zona ini terdiri dari dua jenis; tumbukan dan

Page 5: Makalah Mitigasi Bencana

subduksi. Pada zona tumbukan, kedua lempeng bergerak saling mendekati

karena

mempunyai berat jenis sama sehingga lempeng melipat ke atas. Sedangkan

pada

zona subduksi, kedua lempeng yang bertumbukkan mempunyai berat jenis

yang

berbeda.

Apabila gempa dengan patahan naik maupun turun (lebih dari beberapa

meter secara mendadak dan vertikal) terjadi di laut dengan kedalaman

mencapai

ribuan meter. Secara empiris, jika gempanya berkekuatan lebih dari 6,5 SM,

dan

pusat gempa berada pada kedalaman kurang 60 km dari dasar laut, maka

tsunami

akan terjadi (Diposaptono dan Budiman, 2005). 11

Gambar 4. Lempeng-lempeng tektonik Indonesia (Gunawan, 2007)

Berdasarkan catatan, gempa tektonik memang menyumbang kontribusi

terbesar terjadinya tsunami baik di dalam maupun luar negeri. Di Indonesia

sepanjang tahun 1600 sampai 2005 telah terjadi 107 kali tsunami. Dari jumlah

itu, sebanyak 98 kali tsunami disebabkan gempa bumi, sembilan kali karena

letusan gunung berapi, dan satu kali oleh tanah longsor di dasar laut (Gambar

5).

Gambar 5. Sejarah gempa tsunami tahun 1973-2007 (USGS, 2008) 12

Memang tidak semua gempa bisa menghasilkan tsunami. Berdasarkan

hasil penelitian, tsunami bisa terwujud jika kekuatan gempa minimal 6,5 SM.

Syarat lain, pusat gempanya berada kurang dari 60 km dari permukaan laut

(gempa dangkal).

Selain itu gempa tersebut harus menghasilkan deformasi dasar laut

secara vertikal cukup besar, lebih dari 2 meter. Jadi, jika ada gempa tektonik

yang

terjadi pada kedalaman lebih dari 60 km, tidak akan menghasilkan tsunami

walaupun kekuatan gempanya diatas 6,5 SM.

Page 6: Makalah Mitigasi Bencana

.

B. Tsunami akibat tanah longsor

Penyebab kedua terjadinya tsunami adalah adanya longsor besar yang

disebabkan oleh gempa, kegiatan gunung berapi, atau longsor di dasar laut.

Tanah

longsor tersebut runtuhnya bebatuan dalam jumlah yang banyak kemudian

menimbulkan gelombang dengan puncak gelombang bisa mencapai 535 meter

di

atas garis pantai.

 

II-6

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan

kondisi masyarakatyang terkena bencana, dengan memfungsikan

kembali prasarana dan sarana padakeadaan semula. Pada tahap ini

yang perlu diperhatikan adalah bahwa

rehabilitasid a n   r e k o n s t r u k s i   y a n g   a k a n  

d i l a k s a n a k a n   h a r u s   m e m e n u h i   k a i d a h -

k a i d a h k e b e n c a n a a n   s e r t a   t i d a k   h a n y a   m e l a k u k a n  

r e h a b i l i t a s i   f i s i k   s a j a ,   t e t a p i   j u g a   p e r l u d i p e r h a t i k a n   j u g a  

r e h a b i l i t a s i   p s i k i s   y a n g   t e r j a d i   s e p e r t i   k e t a k u t a n ,   t r a u m a  

a t a u depresi.D a r i   u r a i a n   d i   a t a s ,   t e r l i h a t   b a h w a   t i t i k   l e m a h  

d a l a m   S i k l u s   M a n a j e m e n   B e n c a n a adalah

Mitigasi bencana adalah “serangkaian upaya untuk mengurangi resiko

bencana,

baikm e l a l u i   p e m b a n g u n a n   f i s i k   m a u p u n   p e n y a d a r a n   d a n  

p e n i n g k a t a n   k e m a m p u a n menghadapi ancaman bencana” (UU

24/2007). Konsep mitigasi bencana

merupakans u a t u   u s a h a   u n t u k   m e n g u b a h   p a r a d i g m a  

p e n a n g g u l a n g a n   b e n c a n a   y a n g sebelumnya lebih banyak

menekankan diri pada tindakan pasca terjadinya bencana.K e g i a t a n -

k e g i a t a n   p a d a   t a h a p   p r a   b e n c a n a   e r a t   k a i t a n n y a   d e n g a n  

i s t i l a h   m i t i g a s i b e n c a n a   y a n g   m e r u p a k a n   u p a y a   u n t u k   m e

Page 7: Makalah Mitigasi Bencana

m i n i m a l k a n   d a m p a k   y a n g   d i t i m b u l k a n o l e h   b e n c a n a .   M i t i g

a s i   b e n c a n a   m e n c a k u p   b a i k   p e r e n c a n a a n   d a n   p e l a k s a n a a n t

indakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari

suatu bencana

yangd i l a k u k a n   s e b e l u m   b e n c a n a   i t u   t e r j a d i ,   t e r m a s u k  

k e s i a p a n   d a n   t i n d a k a n - t i n d a k a n pengurangan resiko jangka

panjang.Usaha untuk menyebarkan paradigma ini mulai banyak

dilakukan sejak awal tahun1 9 0 0 -

a n .   B e r b a g a i   k e g i a t a n   d a n   p e n e l i t i a n   m e n y a n g k u t  

h a l   t e r s e b u t   b a n y a k d i l a k u k a n   o l e h   P B B   m a u p u n   n e g a r a

- n e g a r a   l a i n .   S a l a h   s a t u   s i k l u s   p e n g e l o l a a n bencana yang

cukup komprehensif diperkenalkan oleh Carter (1991), terdiri atas

:Kejadian bencana (impact)

 

II-7

Adapun di dalam siklus keseluruhan penanggulangan bencana di

Indonesia, makakegiatan mitigasi bencana merupakan salah satu

kegiatan pada tahap pra

bencana.D a l a m   t a h a p   p r a   b e n c a n a ,   k e g i a t a n - k e g i a t a n  

p e n y e l e n g g a r a n   p e n a n g g u l a n g a n bencana dilakukan baik

dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam

situasit e r d a p a t   p o t e n s i   b e n c a n a .   B e r b a g a i   k e g i a t a n  

p a d a   t a h a p   p r a   b e n c a n a   k e t i k a t e r d a p a t   s i t u a s i  

t i d a k   t e r j a d i   b e n c a n a   d i l a k u k a n   m e l a l u i  

:   p e r e n c a n a a n penanggulangan bencana, pengurangan resi

ko bencana, pencegahan, pemaduand a l a m   p e r e n c a n a a n   p

e m b a n g u n a n ,   p e r s y a r a t a n   a n a l i s i s   r e s i k o   b e n

c a n a , p e l a k s a n a a n   d a n   p e n e g a k a n   r e n c a n a   t a t a   r u a n g ,   p e

n d i d i k a n   d a n   p e l a t i h a n ,   d a n persyaratan standar teknis penang

gulangan bencana. Adapun kegiatan-kegiatank e t i k a   t e r d a p a t  

s i t u a s i   p o t e n s i   t e r j a d i   b e n c a n a   m e l i p u t i   k e g i a t a n  

k e s i g a p a n , peringatan dini, dan mitigasi bencana.Kegiatan mitigasi

Page 8: Makalah Mitigasi Bencana

dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat

yangb e r a d a   p a d a   k a w a s a n   r a w a n   b e n c a n a .  

M i t i g a s i   b e n c a n a   d i l a k u k a n   d e n g a n p e l a k s a n a

a n   p e n a t a a n   r u a n g ;   p e n g a t u r a n   p e m b a n g u n a n ,  

p e m b a n g u n a n i n f r a s t r u k t u r ;   d a n   p e n y e l e n g g a r a a n   p e n d i

d i k a n ,   p e n y u l u h a n ,   d a n   p e l a t i h a n   b a i k secara konvensional

maupun

modern.S e c a r a   u m u m ,   p r a k t i k   m i t i g a s i   b e n c a n a  

d i k e l o m p o k k a n   m e n j a d i   d u a   j e n i s ;   y a k n i m i t i g a s i   s t r u k t

u r a l   d a n   m i t i g a s i   n o n   s t r u k t u r a l .   M i t i g a s i   s t r u k t u r

a l   b e r h u b u n g a n dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi

fisik yang dapat mengurangi resikoatas terjadinya bencana. Sementara

mitigasi non struktural lebih kepada

penyadaranu n t u k   m e n j a g a   l i n g k u n g a n   ( s e p e r t i   p e r e n c a n a a n  

g u n a   l a h a n   d a n   p e m b e r l a k u k a n peraturan) dan peningkatan

kemampuan mengahadapi

bencana.U p a y a   m i t i g a s i   s t r u k t u r a l   d a p a t   d i l a k u k a  

d e n g a n   m e m p e r k u a t   b a n g u n a n   d a n infrastruktur yang

berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode

bangunan,d e s a i n   r e k a y a s a ,   d a n   k o n s t r u k s i   u n t u k  

m e n a h a n   s e r t a   m e m p e r k o k o h   s t r u k t u r ataupun

membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding

pantai,dan lain-lain

(Perbandingan mitigasi bencana gempa bumi di benua Eropa, Asia, dan

Amerika, Mizan Bustanul Faudy, Prodi PWK ITB, 2009)

2.Pengertian dan Penyebab tsunami

Tsunami (dibaca: tsoo-NAH-mee) adalah gelombang transien yang

disebabkan oleh gempa tektonik ataupun oleh letusan gunung berapi.

Tsunami adalah asal kata dari bahasa Jepang dimana artinya gelombang yang

sering terjadi di daerah-daerah pelabuhan di pantai Jepang (Tsu = Pelabuhan

dan Nami = gelombang) dan bukan apa yang sering diartikan oleh

Page 9: Makalah Mitigasi Bencana

kebanyakan orang sebagai “tidal waves” (Vasily Titov, 2004). Tsunami

memiliki perioda gelombang di antara 10 sampai dengan 60 menit. Bila

penyebab Tsunami adalah letusan gunung berapi (seperti yang terjadi di

gunung Krakatau) maka gangguannya terjadi pada permukaan, dan apabila

penyebabnya adalah gempa tektonik (Aceh dan Nias) maka gangguannya

terjadi pada dasar laut. Gangguan pada dasar laut inilah yang sering terjadi

Tsunami, Indonesia sendiri adalah merupakan alur dari kagiatan tektonik,

yang mana dokumentasi terjadi Tsunami sendiri masih langka dan sangat

jarang terekam oleh para peneliti, contoh seperti terjadi sekarang ini di Aceh

dan Sumatera Utara.

3. Kondisi umum dan sejarah bencana daerah Kabupaten Lobok Timur, NTB

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari tujuh kabupaten/kota

yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdapat di Pulau Lombok

dengan luas wilayah 2.679,83 km2 yang terbagi dalam wilayah daratan

1.605,55 km2 dan wilayah laut 1.074,33 km2. Daerah ini juga dikelilingi

pulau-pulau kecil yang berjumlah sekitar 30 pulau atau gili, yang man gili-

gili tersebut sudah ada yang berpenghuni

Kabupaten Lombok Timur terletak antara 116o-11170 Bujur Timur

dan 80-90 Lintang Selatan dengan batas-batas daerah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Flores

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah

Sebelah Timur : Selat Alas

Panjang Pantai Kabupaten Lombok Timur 220 km memiliki

potensi cukup besar dalam upaya pengembangan usaha perikanan baik

perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Khusus untuk potensi

pengembangan perikanan budidaya terutama budidaya laut sangat

potensial karena dengan banyaknya teluk di perairan Kabupaten Lombok

Timur.

Page 10: Makalah Mitigasi Bencana

Keadaan topografinya miring dari utara ke selatan dimana daerah

bagian selatan merupakan dataran tinggi, bagian tengan terdiri dari dataran

rendah yang subur dan bagian selatan bergelombang serta berbukit-bukit.

Oleh karena itu dengan keasaan topografinya yang demikian maka daerah

Kabupaten Lombok Timur dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:

Daerah bagian utara: daerah ini lebih tinggi karena merupakan

daerah pegunungan.

Daerah bagian tengah: daerah ini terhampar dataran rendah dari

batas utara tersebut di atas menlandai ke panatai timur hingga

selatan yang merupakan derah pertanian yang subur dan

menghasilkan oopadi, palawija, kelapa dan penghasil bahan galuan

berupa batu apung.

Daerah bagian selatan: daerah bagian selatan ini bergelombang

serta berbukit-bukit dimana sekitar pantai selatan khususnya di

Hutan Sekaroh terdapat pegunungan kapur. Sebagian besar tanah

di daerah ini merupakan tanah kering dan tadah hujan.

Mengingat Pulau Lombok merupakan bagian pulau dari

gugusan pulau paling selatan dari Kepulauan Indonesia,

yang berbatasan dengan Samudera Hindia, maka dengan

adanya lempeng samudera (Oceanic Plate) yang bergerak

menuju ke utara, maka gelombang pasang (tsunami) akibat

gempa masih mungkin terjadi di daerah bagian pantai

selatan, maka untuk daerah Perairan Lombok Timur akan

terjadi Gelombang pasang kiriman dari Samudera Hindia.

Morfologi daerah selidikan dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

•Morfologi pegunungan (G. Rinjani, G. Nangi dan G. Susuk)

•Morfologi perbukitan bergelombang

•Morfologi dataran pantai.

Stratigrafi daerah telitian terdiri dari tua ke muda adalah

sebagai berikut. Batuan tertua yang tersingkap adalah

Formasi Pengulung, tersusun oleh batuan gunungapi

dengan lensa batugamping mengandung biji sulfida dan urat

kuarsa, berumur Oligosen akhir sampai Miosen Awal.

Page 11: Makalah Mitigasi Bencana

Formasi ini menjemari dengan Formasi Kawangan yang

terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan

breksi. Berdasarkan kedudukannya yang menjemari dengan

Formasi Pengulung, maka umur formasi ini adalah Oligosen

Akhir hingga Miosen Awal. Kedua satuan di atas diterobos

oleh retas yang bersusunan dasit basal, diorit dan

granodiorit yang diduga berumur Miosen Tengah. Formasi

Pengulung dan Formasi Kawangan tertindih tak selaras oleh

Formasi Ekas.

Pada Miosen Akhir dalam kondisi memungkinkan

terbentuknya endapan batugamping Formasi Ekas pada

lingkungan darat terbuka. Pada akhir Tersier atau Awal

Kuarter terjadi kegiatan tektonik yang menyebabkan

timbulnya sesar geser dan sesar normal . Pada Pliosen

sampai Awal Pleistosen terjadi kegiatan gunungapi dari

kelompok Gunungapi Lombok yang membentuk Formasi

Kalipalung ( perselingan breksi gampingan dan lava) dengan

Anggota Selayar (batupasir tufan, batulempung tufan dan

sisipan karbon), Formasi Kalibabak (breksi dan lava) dan

Formasi Lekopiko (tuff batuapung, breksi lahar dan lava).

Sejak Plistosen hingga Resen terjadi kegiatan gunungapi

yang menghasilkan batuan gunungapi tak terpisahkan yang

bersumber dari G. Rinjani  G. Pusuk dan G. Nangi.

Di sekitar Lombok Timur, bahaya gunungapi terdapat di

sekitar puncak dan lereng bagian Tenggara  G. Rinjani,

karena merupakan alur terjadinya aliran lahar menuju pantai

Lombok Timur.

Bahaya Lingkungan Beraspek Geologi.

Jenis potensi bahaya geologi daerah selidikan berdasarkan

aspek geologi dapat dibedakan menjadi erupsi gunungapi

dan banjir lahar, bahaya kegempaan dan daerah rawan

gelombang tsunami. serta Terdapat juga pantai abrasi dan

akrasi. Lokasi bahaya geologi ini dapat dilihat pada Peta

Potensi Bahaya Alam. Ditinjau dari hasil penyebaran bahan

Page 12: Makalah Mitigasi Bencana

hasil erupsi G. Rinjani daerah selidikan dapat dikelompokkan

menjadi zona waspada gunungapi  (Modifikasi dari Peta

Bahaya Gunungapi di Indonesia).

Bahaya Lingkungan Beraspek Geologi.

Jenis potensi bahaya geologi daerah selidikan berdasarkan

aspek geologi dapat dibedakan menjadi erupsi gunungapi

dan banjir lahar, bahaya kegempaan dan daerah rawan

gelombang tsunami. serta Terdapat juga pantai abrasi dan

akrasi. Lokasi bahaya geologi ini dapat dilihat pada Peta

Potensi Bahaya Alam. Ditinjau dari hasil penyebaran bahan

hasil erupsi G. Rinjani daerah selidikan dapat dikelompokkan

menjadi zona waspada gunungapi  (Modifikasi dari Peta

Bahaya Gunungapi di Indonesia).

<center> <img src="fileupload/deny_cs_2.jpg"> </center>,

Banjir bandang (lumpur) terjadi akibat hujan yang turun

dengan intensitas yang cukup tinggi, di bagian hulu sungai

yaitu pada bagian lereng bagian selatan - tenggara G.

Rinjani, hal tersebut menyebabkan  longsornya material-

material hasil letusan  G. Rinjani (abu vulkanik dan endapan

lahar) dan membawa material-material yang terdapat di

sepanjang sungai membentuk aliran arus pekat, sungai yang

dialiri yaitu K. Blimbing. Tragedi banjir bandang yang terjadi

pada november 1994 di daerah Aikmel telah menelan

korban 31 orang meninggal dunia, yaitu dengan adanya

banjir bandang di daerah hulu dengan membawa serta

material lahar sehingga membanjiri daerah hilir.

Daerah selatan dari Pantai Korleko, potensi banjir tidak tetap

kemungkinan terjadi, khususnya pada waktu musim

penghujan pertemuan muara sungai Lonek Bonet (arus dari

sungai) dan dari laut akan menjadikan luapan banjir,

menurut penduduk setempat banjir yang menggenangi

pantai cukup luas, dan digunakan untuk lahan pertanian,

sedangkan pada musim kemarau, biasa dipergunakan

Page 13: Makalah Mitigasi Bencana

penduduk untuk menangkap ikan.

Faktor penyebab banjir terutama disebabkan oleh curah

hujan yang cukup tinggi. Penyebab lainnya adalah kondisi

morfologi berupa dataran pantai yang rendah dan sudut

lereng yang landai, serta batuan aluvium dengan kedalaman

Muka air tanah  yang dangkal.

Tindak cegah untuk mengurangi bahaya banjir adalah

dengan melakukan pelurusan alur sungai, memperdalam

alur sungai atau mempertinggi pematang sungai,

penghijauan kembali (reboisasi) daerah hulu sungai.

Sedangkan pemanfaatan lahan banjir adalah melakukan

penghijauan dengan tanaman keras,dan pertambakan

Abrasi pantai yang terjadi di daerah Lombok Timur yaitu di

daerah sepanjang pantai antara selatan Kurleko sampai

Labuhan Haji, begitu juga di daerah Rambang, gelombang

laut yang mengikis kawasan pantai akan menimbulkan

kerusakan pada sarana dan prasarana umum seperti jalan

raya dan pemukiman penduduk, untuk menghindari hal

tersebut dibuat pelindung pantai pada ruas jalan penduduk

sebagai pencegah abrasi dan gelombang pasang. Untuk

mencegah terjadinya proses abrasi, maka disarankan untuk

Page 14: Makalah Mitigasi Bencana

Menanam pohon bakau dan pembuatan tanggul dan

pemecah gelombang. yang berfungsi sebagai peredam

hantaman ombak

Di daerah utara selidikan tepatnya di Sambelia, Labuhan

Pandan terjadi proses sedimentasi di depan garis pantai

(akrasi), sehingga garis pantai cenderung lebih maju ke arah

laut, biasanya terjadi pada kawasan hutan bakau untuk

perangkap sedimen dan muara sungai, sehingga terjadi

pembelokan arus sungai di daerah muara.

Dampak Lingkungan dan Hubungannya dengan

Pemanfaatan Sumber Daya Geologi

Dampak lingkungan yang terjadi sebagai akibat ulah

manusia terhadap alam sekitarnya di daerah telitian adalah

pengambilan batuapung, pengambilan airtanah, pengelolaan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang kurang

berwawasan lingkungan, dan pembangunan tambak udang

tanpa memperhatikan aspek daya dukung.

Pengambilan batuapung secara setempat-setempat antara

Pringgabaya dan korleko telah menimbulkan dampak

terhadap lingkungan yaitu:

•Penambangan batuapung dilakukan ditempat tanaman

kelapa, dimana setelah digali tidak ditanami pohon lagi,

dibiarkan begitu saja;

•Debu dari hasil penggalian batuapung yang mencemari

pemukimaan sekitarnya;

•Terjadinya proses abrasi yang lebih cepat di tebing pantai

daerah penambangan.

Untuk itu perlu pengarahan dari aparat terkait menyangkut di

dalamnya informasi tentang daya dukung lahan, karena

batuapung ini merupakan komoditas ekspor yang bagus

untuk daerah Lombok.

Sumberdaya airtanah di daerah telitian di beberapa tempat

menunjukkan potensi ketersediaan cukup potensial  yaitu di 

Labuan Lombok sampai kurleko, serta Labuan Pandan,

sedangkan di daerah Tanjung Ringgit ketersediaannya

Page 15: Makalah Mitigasi Bencana

sangat terbatas, bahkan penduduk di P. Kera dan P.

Maringki yang berpenghasilan cukup besar kebutuhan airnya

dialirkan melalui pipa, karena tidak terdapat sumber air.

Pengambilan airtanah di daerah pantai secara besar-

besaran dapat mengakibatkan penyusupan air laut ke

daratan. Upaya untuk melestarikan sumberdaya air adalah 

peningkatan kemampuan resapan air dengan menanami

pepohonan terutama di daerah tadah airtanah utama. Untuk

menjaga kualitas air bagi mataair perlu dijaga terutama

penempatan TPA di daerah hulu sangat dilarang.

Pembuangan sampah selama ini merupakan masalah yang

sangat pokok terutama di pemukiman daerah pantai yang

sangat mencemari lingkungan pantai sampai ke laut. TPA

sampah di daerah telitian baru selesai dibangun untuk

Kabupaten Lombok Timur di Daerah Korleko 200 m dari

pantai. yang  memperhatikan lapisan alas sebagai

penghalang geologi buatan, sehingga tidak terjadi

pencemaran airtanah akibat lokasi TPA. 

Daerah pertambakan merupakan potensi bencana geologi,

karena pada umumnya pertambakan dibuat tepat dibibir

pantai tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan,

sehingga memperlemah daya tahan pantai terhadap

gempuran gelombang dan arus laut, seperti di daerah

Labuhan Haji ke selatan