makalah mitigasi bencana alam

32
Makalah Mitigasi Bencana Alam MITIGASI GEMPA BUMI AKIBAT TEKTONIK DI INDONESIA Oleh : NURFADHILAH ARIF H221 10 903 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

Upload: dhilaarif

Post on 26-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Makalah Mitigasi Bencana Alam

MITIGASI GEMPA BUMI AKIBAT TEKTONIK

DI INDONESIA

Oleh :

NURFADHILAH ARIF

H221 10 903

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Makalah Mitigasi Bencana Alam

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam

yang tinggi. Jikadilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang

berada pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Australia,

Benu Asia,Samudera Pasifik dan Lempeng Samudera Hindia. Batas-batas

lempeng tersebut merupakan rangkaian gunung api dunia, yang melingkari

Samudera Pasifik disebut Pacific Ring of Fire. Rangkaian tersebut di Indonesia

bertemu dengan rangkaian Mediteran yang membentuk gunung-gunung api di

Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Dengan karakteristik seperti ini, Indonesia

memiliki potensi sekaliguS rawan bencana seperti letusan gempa bumi, tsunami,

gunung berapi, banjir dan tanah longsor. Gempabumi merupakan salah satu

bencana alam terbesar manusia, gempa bumi terjadi begitu mendadak dan

mengejutkan. Sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa.

Untuk mengetahui kapan gempa bumi terjadi merupakan pekerjaan yang

sulit. Hal ini dikarenakan gempa bumi dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun

dengan syarat masih berada dalam zona gempa bumi. Melihat potensi bencana

alam diatas maka diperlukan suatu upaya pengurangan dampak bencana (mitigasi

bencana) sebab bencana alam yang terjadi di Indonesia ini telah memakan banyak

korban jiwa dan harta tiap tahunnya. Maka dari itu yang masih mungkin

dilakukan adalah menyiapkan sistem peringatan dini (early warning system) yang

berfungsi sebagai “alarm” darurat jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi. Oleh

karena itu Melalui upaya mitigasi ini diharapkan resiko terjadinya bencana dan

dampaknya dapat dikurangi dan diperlukan upaya untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang perlunya tindakan penyelamatan diri ketika

terjadi gempa bumi. Dalam makalah ini, akan dibahas secara rinci bagaimana

mitigasi bencana alam yang berupa gempa bumi akibat pergerakan tektonik.

.

Page 3: Makalah Mitigasi Bencana Alam

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui gempa bumi yang terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik.

2. Merumuskan ide konstrukstif tentang sistem mitigasi terhadap bencana gempa bumi

tektonik.

3. Menerapkan aplikasi geofisika untuk upaya penanggulangan gempa bumi tektonik.

C. RUANG LINGKUP

Makalah ini berfokus pada mitigasi bencana alam yaitu gempa bumi

tektonik yang terjadi di Indonesia. Diharapkan dalam makalah ini dapat menjadi

referensi bagi masyarakat umum agar dapat lebih mengetahui gejala-gelala gempa

bumi dan cara penaggulangannya.

D. MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah :

1. Manfaat teoritis

a. Bertambahnya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan geografi.

b. Sebagai masukan pada pengembangan teori khususnya menyangkut Geologi,

Geografi Sumber Daya, Geomorfologi serta Konservasi terhadap

lingkungan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pertimbangan dalam tindakan mitigasi bencana.

b. Bagi Pemerintah

Sebagai penentu sikap pemerintah untuk langkah-langkah selanjutnya dalam

mengayomi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana gempa

bumi dalam meminimalkan dampak yang ditimbulkan akibat gempa bumi.

c. Bagi Pelajar/Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mitigasi terhadap

bahaya gempa bumi.

Page 4: Makalah Mitigasi Bencana Alam

BAB II

PEMBAHASAN

A. GEMPA BUMI TEKTONIK

Gempa bumi adalah sebuah getaran atau goyangan tanah yang disebabkan

oleh pelepasan energi yang tersimpan dibawah permukaan bumi secara tiba-tiba.

Gerakan tiba-tiba merupakan cara bumi berelaksasi menuju keadaan normal

setelah mengalami dorongan, desakan, tumbukan geseran atau geseran antar

lempeng, fenomena tersebut dikenal dengan istilah elastic rebound. Selama proses

relaksasi energi akan menyebar dalam bentuk gelombang yang merambat ke

sejumlah penjuru dan dirasakan sebagai gempa bumi.

Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi renggangan elastik

batuan pada litosfer. Semakin besar energi yang dilepaskan maka semakin kuat

gempa yang terjadi. Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau

asal mula gempa bumi terjadi yaitu, pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis.

Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya

kejadian gempa bumi tersebut. Bumi walaupun padat, selalu bergerak dan gempa

bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi itu sudah terlalu besar untuk ditahan.

Gempa bumi sebenarnya terjadi hampir setiap hari di bumi ini, namun

kebanyakan berkekuatan kecil dan tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.

Gempa bumi berkekuatan kecil juga dapat mengiringi terjadinya gempa bumi

yang lebih besar dan dapat terjadi sesudah, sebelum atau selepas gempa bumi

besar tersebut terjadi. Gempa bumi diukur dengan alat yang dinamakan Pengukur

Richter. Gempa bumi dibagi kedalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan

ukuran Skala Richter (menunjukkan besarnya energi yang dibebaskan pada pusat

gempa).

Page 5: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Tabel II.1 skala Richter (Sumber : Aditya Irvan Pristanto : 2010)

Gempa bumi juga dapat diukur dengan Skala Mercalli (menunjukkan kekuatan

gempa bumi berdasar pada kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi).

Tabel II.2 skala Mercalli (Sumber : Aditya Irvan Pristanto : 2010)

Page 6: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Ketika terjadi gempa, energi dilepaskan dari fokus melalui gelombang

seismik. Fokus atau hiposentrum adalah titik pada patahan dimana terjadi gerakan

pertama kali. Sedangkan episentrum adalah tempat di permukaan bumi yang

berada tepat di atas focus (Montgomery, 1987: 145). Secara umum gelombang

seismik dibagi menjadi dua, yaitu: body waves dan surface waves . Body waves

adalah gelombang seismic yang berjalan di dalam bumi dan menyebar dari fokus

ke segala arah. Sedangkan, surface waves adalah gelombang seismik yang

berjalan pada permukaan bumi dari episentrum.

Kegempaan di wilayah Indonesia merupakan konsekuensi dari aktivitas empat

lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik dan lempeng laut

Phillipina (Gambar 1).

Gambar II.1 Peta Lempeng utama yang berperan sebagai pembangkit aktivitas kegempaan di Indonesia, yaitu lempeng Eurasian, Australia, Pasifik dan lempeng

laut Philippina (http://www.drs.dpri.kyoto.u.ac.jp/eqtap/report/indonesia).

Sedangkan struktur tektonik busur sunda terbentuk akibat tumbukan lempeng

Indo-Australia dan lepeng Eurasia sekitar 50 juta tahun yang lalu. Lempeng Indo-

Australia yang relative bergerak ke utara bertemu dengan lempeng Eurasia yang

relatif diam Bagian timur Indonesia, aktivitas kegempaan merupakan aktivitas

pada batas kontinen Australia, Asia Tenggara dan lempeng Samudera Pasifik serta

Page 7: Makalah Mitigasi Bencana Alam

lempeng Philipina bertemu. Kepulauan Indonesia khususnya telah mengalami

proses tektonik aktif yang menghasilkan fenomena seperti pembentukan gunung

api, penghancuran kontinen, zona subduksi dan penutupan basin. Sebagian besar

gunung api ini merupakan hasil subduksi Lempeng Australia di bawah Lempeng

Eurasia.

Jenis-jenis Gempa Bumi

Dalam pembagiannya, gempa bumi digolongkan menjadi dua, yaitu gempa

bumi vulkanik dan gempa bumi tektonik. Namun karena makalah ini berfokus

pada gempa bumi tektonik. Maka yang akan dibahas disini alah gempa bumi

tektonik.

Gempa bumi tektonik (tectonic earthquake) disebabkan oleh pelepasan

tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya

gelang karet yang ditarik dan dilepaskan dengan tiba - tiba. Tenaga yang

dihasilkan oleh adanya tekanan yang terjadi antar batuan dikenal sebagai

kecacatan tektonik. Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan

proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api,

jalur gempa bumi dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh

pergerakan lempeng bumi. Menurut teori ini, kerak bumi (lithosfer) dapat

diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung

di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Atau, bisa juga disamakan

dengan es yang mengapung di atas air laut. Ada dua jenis kerak bumi, yakni kerak

samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dapat

dijumpai di samudera yang sangat dalam dan kerak benua yang tersusun oleh

batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Pada dasarnya kerak bumi

bersifat menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas

yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi

beberapa bagian yang lebih kecil yang kemudian disebut lempeng kerak bumi.

Dengan demikian, lempeng bumi terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau

Page 8: Makalah Mitigasi Bencana Alam

keduanya. Arus konveksi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang

menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng bumi.

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu

pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai

kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak

menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang

kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan

oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik

seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

B. MITIGASI GEMPA BUMI TEKTONIK

Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah

mitigasi bencana, yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang

ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. Mitigasi bencana mencakup perencanaan

dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko-risiko dampak dari

suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan

tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang, tindakan - tindakan yang

harus dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap bencana. Sehingga, pada saat

terjadi bencana gempa bumi dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan,

diantaranya adalah:

1) Tindakan-tindakan rekayasa dan konstruksi, meliputi:

a). Tindakan-tindakan yang menghasilkan struktur konstruksi yang lebih kuat

dan lebih tahan terhadap bencana gempa bumi.

b).Tindakani-tindakan yang menciptakan struktur yang berfungsi untuk

perlindungan terhadap bencana gempa bumi.

2) Tindakan-tindakan institusional dan manajemen Mitigasi bencana juga

memerlukan tindakan – tindakan prosedural dan organisasi tertentu. Jangka

waktu dimana pengurangan yang signifikan dapat dicapai dalam potensi

bencana memerlukan waktu yang lama. Tujuan dan kebijakan yang mengarah

dalam proses mitigasi harus dipertahankan untuk jangka waktu bertahuntahun

Page 9: Makalah Mitigasi Bencana Alam

dan harus tetap bisa bertahan menghadapi perubahan. perubahan dalam

bidang politik administrasi yang mungkin terjadi pada saat ini.

3) Tindakan-tindakan masyarakat Perencanaan mitigasi bertujuan untuk

menggambarkan kultur keamanan bencana, dimana masyarakat sadar secara

penuh akan bahaya-bahaya yang mereka hadapi, melindungi diri mereka

sendiri sejauh yang dapat mereka lakukan dan secara penuh mendukung

upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka.

Mitigasi bencana yang efektif

Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki 3 (tiga) unsur utama, yaitu

penilaian bahaya, peringatan, dan persiapan.

1). Penilaian bahaya (hazad assestment): Diperlukan untuk mengidentifikasi

populasi dan asset yang terancam, serta tingkat ancaman terhadap bahaya

gempa bumi. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik

sumber bencana dimasa lalu. Tahapan ini menghasilkan peta potensi bencana

yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya.

2). Peringatan (warning): Diperlukan untuk peringatan kepada seluruh warga

atau masyarakat tentang gempa bumi yang akan mengancam. Sistem

peringatan didasarkan pada data yang terjadi sebagai peringatan dini serta

menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada

pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana

yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan

terpercaya.

3). Persiapan (preparedness) : Kegiatan kategori ini tergantung pada unsur

mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan

pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan

pengetahuan tentang system peringatan untuk mengetahui kapan harus

melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.

Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah serta pemahamannya

sangat penting pada tahap ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang

diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu, jenis

Page 10: Makalah Mitigasi Bencana Alam

persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi,

fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi

nonstruktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur akan

bencana (mitigasi struktur).

Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dan

mitigasi nonstruktur. Upaya mitigasi struktur dapat dilakukan dengan memperkuat

bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena gempa bumi, seperti membuat

kode bangunan, desain rekayasa dan konstruksi untuk menahan serta

memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan. Upaya mitigasi

nonstruktur dapat dilakukan dengan menghindari wilayah yang berpotensi terjadi

gempa bumi dengan cara membangun jauh dari lokasi bencana yang dapat

diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan

memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.

Strategi - Strategi Mitigasi

Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengetahui kerugian-kerugian

pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang. Tujuan primer adalah untuk

mengurangi resiko kematian dan cidera terhadap penduduk. Tujuan sekunder

mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan

sejauh hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan - tujuan ini

mencakup dorongan bagi masyarakat untuk melindungi diri mereka sejauh

mungkin dari bahaya bencana gempa bumi. Strategi mitigasi apapun cenderung

memasukkan serangkaian tindakan tindakan untuk mengurangi resiko.

Serangkaian tindakan yang mencakup kadar ekonomi, beberapa tindakan teknik

sipil, perencanaan tata ruang, input sosial dan manajemen perlu untuk

menghasilkan mitigasi yang efektif. Program mitigasi yang mengkonsentrasikan

hanya pada satu diantara lima aspek ini, akan menjadi tidak seimbang dan

kemungkinan tidak akan mencapai tujuan.

Page 11: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Sasaran-Sasaran Mitigasi

1. Sasaran fisik

a). Penyelamatan dan penampungan sementara para korban bencana.

b). Pengamanan harta benda.

c). Penyantunan para korban bencana.

d). Pengadaan dana/bantuan dan penyalurannya.

e). Rehabilitasi dab rekonstruksi.

2. Sasaran non fisik

a). Terwujudnya suasana tenang kembali di tengah masyarakat.

b). Terwujudnya aparatur pemerintah dan masyarakat yang tanggap, peka dan

trampil terhadap usaha penanggulangan bencana.

c). Meningkatknya kesadaran dan kesetiakawanan masyarakat dalam

penanggulangan bencana.

d). Terbentuknya kembali kehidupan dan penghidupan masyarakat yang aman

dari ancaman bencana.

Metode Mitigasi

1. Pembangunan institusi

Membangun institusi-institusi nasional dan struktur-struktur formal yang

akan bisa menghidupkan program mitigasi merupakan bagian penting. Di

sejumlah negara, respon terhadap bencana tunggal adalah mendirikan suatu

komite bencana khusus untuk menangani emergensi. Pada akhir rekonstruksi

emergensi, komite atau departemen pemerintah tersebut mendapat

keuntungan untuk mempertahankan ketrampilan-ketrampilan dan

pengalaman-pengalaman itu. Hal ini memungkinkan pergeseran penekanan

dari bantuan pasca bencana ke kesiapan pra bencana. Institusi-institusi yang

mengumpulkan dan menganalisa informasi merupakan dasar untuk

pembangunan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan disetiap bangsa

untuk mengurangi resiko terhadap bencana di masa mendatang.

Page 12: Makalah Mitigasi Bencana Alam

2. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi terhadap masyarakat tentang gempa bumi sangat

diperlukan agar masyarakat memahami bahaya yang akan mereka hadapi

serta kesepakatan tanda bahaya, maka diperlukan suatu institusi yang

bertugas untuk menyebarluaskan informasi yang benar-benar akurat dan

dapat dipercaya oleh masyarakat.

3. Pertukaran informasi

Ilmu mitigasi bencana masih berada pada tahap awal pengembangan dan

banyak teknik yang diimplementasikan atau diujicobakan secara sendiri-

sendiri. Hubungan dan pertukaran pengalaman dari satu lokasi ke lokasi

lainnya akan membantu pelaksanaan teknik-teknik mitigasi yang efektif.

Manajemen Resiko Gempa Bumi

Kerangka kerja mitigasi bencana gempabumi dibedakan menjadi empat

komponen kerangka kerja yang mana aktivitas dan output terkait yang akan

mengimplementasikan Rencana Awal Manajemen Mitigasi Bencana di setiap kota

yang berpartisipasi.

Gambar II.2 Bagan Program manajemen resiko bencana(sumber : Akhmad Muktaf Haifani : 2008)

Page 13: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Komponen 1 memfokuskan pada pemahaman bagaimana manajemen

resiko bencana diorganisasikan dan disampaikan, termasuk pelatihan yang di

informasikan ke pihak lain. Investigasi lapangan dan pencarian literatur dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan, keperluan dan hambatan untuk

melakukan pengurangan resiko dan untuk mendokumentasikan Profil kota dan

Informasi Pelatihan. Komponen 2 memastikan adanya pemahaman akan bencana,

pengembangan kapasitas atau insrastruktur, penguatan institusi untuk mendukung

implementasi Rencana Awal Manajemen Resiko Bencana. Komponen 3

menggabungkan kajian resiko bencana dan pilihan yang efektif untuk

mengkomunikasikan tentang resiko bencana kepada pengambil keputusan,

perencana, pendidik, tokoh masyarakat, dan pejabat lokal. Komponen 4

dipusatkan pada penyediaan dukungan teknis dan logistik untuk pengembangan

dan implementasi kesepakatan manajemen Resiko Bencana dalam suatu wilayah.

CONTOH SEDERHANA MITIGASI GEMPA BUMI

Sebelum gempa

1. Menentukan tempattempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi,

seperti kolong meja.

2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Kebutuhan air minum

biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.

3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barangbarang yang

sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barangbarang yang sangat

diperlukan dalam keadaan darurat, misalnya, lampu senter berikut baterai

cadangannya, air minum, kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester,

pembalut, dan sebagainya, makanan yang tahan lama (biskuit), sejumlah uang

tunai, buku tabungan, korek api, lilin, helm, pakaian dalam, barangbarang

berharga yang harus dibawa saat keadaan darurat.

4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh, langitlangit atau dinding dengan

menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak mudah rubuh di

saat terjadi gempa bumi

Page 14: Makalah Mitigasi Bencana Alam

5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan

di saat gempa bumi dengan menempelkan kaca film.

6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit terdekat. 

Saat Gempa

1. Matikan api kompor jika Anda sedang memasak. Matikan juga alatalat

elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api.

2. Utamakan keselamatan terlebih dahulu. Jika terjadi kerusakan pada tempat

Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat.

3. Jika berada di ruangan, tetap tenang dan tidak terburuburu keluar dari rumah

atau gedung. Tunggu sampai gempa mereda dan sesudah agak tenang, ambil

tas ransel berisi barangbarang keperluan darurat dan keluar dari rumah/

gedung menuju tanah kosong.

4. Jika berada di luar ruangan/rumah, menjauh dan carilah tempat yang bebas

dari bangunan, pohoh, atau dinding.

5. Jika Anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhatihatilah terhadap papan

reklame yang jatuh, tiang listrik yang tibatiba rubuh, kabel listrik, pecahan

kaca, atau benda yang berjatuhan dari atas gedung.

6. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat

evakuasi.

7. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan

sekalikali mengerem mendadak atau menggunakan rem darurat. Jangan

berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi, atau di

bawah jembatan penyeberangan.

Setelah gempa

1. Tetap gunakan alas kaki agar kaki terhindar dari pecahan-pecahan yang

membahayakan.

2. Periksa apa ada luka atau anggota keluarga perlu perawatan lanjut.

3. Periksa aliran/pipa gas untuk mengecek kebocoran, jika berbau gas tutup

sumbernya, jangan menyalakan api.

Page 15: Makalah Mitigasi Bencana Alam

4. Periksa kerusakan pada bangunan dan hindari bangunan yang mungkin

runtuh.

5. Nyalakan radio/televisi dan dengarkan pengumuman pemerintah.

6. Bersiap menghadapi kemungkinan gempagempa susulan.

7. Adakan pemeriksaan psikologi bila perlu.

C. APLIKASI GEOFISIKA UNTUK GEMPA BUMI TEKTONIK

Seismik tomografi merupakan sebuah metode geofisika untuk mengetahui

kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan data waktu  tiba gelombang

gempabumi (P dan S) yang terekam oleh peralatan seismik (seismometer) yang

tersebar di atas permukaan bumi. Hasil pengolahan dan analisa gelombang

tersebut akan memberikan gambaran struktur 3D  interior bumi secara  rinci.

metode seismik tomografi ini seperti sistem kerja CT Scan atau USG yang

digunakan oleh dokter untuk melihat kondisi organ dalam dan tulang manusia

tanpa melakukan operasi. Apabila gambar CT Scan dibuat dalam jumlah banyak

dari berbagai arah maka akan didapatkan pencitraan/images dalam bentuk 3

Dimensi. Hal yang sama dilakukan oleh orang-orang Geofisika namun bukan

untuk melihat isi dalam tubuh manusia melainkan melihat isi dalam bumi tanpa

harus melakukan pengeboran. Sumber getaran yang digunakan bisa dari sumber

buatan maupun sumber alami berupa gempabumi yang sering terjadi di seluruh

dunia.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, peralatan seismometer juga

mengalami perkembangan yang luar biasa dari hari kehari. Seismometer modern

yang disebar di seluruh dunia saat ini bisa merekam getaran-getaran kecil

gempabumi yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Setelah sekian gempa bumi

terjadi, data yang terekam dari ribuan seismometer yang tersebar di seluruh dunia

dalam sekiat waktu, selanjutnya diproses untuk mendapatkan resolusi tinggi

pencitraan keadaan dalam bumi (images of earth’s interior) menggunakan teknik

seismik tomografi. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh hasil pencitraan

Page 16: Makalah Mitigasi Bencana Alam

seismik tomografi untuk melihat kondisi penunjaman lempeng tektonik di bawah

bumi.

Gambar II.3 Hasil seismik tomografi yang menunjukkan lempeng tektonik (3) menunjam ke bawah (sumber : http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-

fisika-bumi-dalam-mitigasi-dan-monitoring-bencana-iii/)

Terdapat banyak cara untuk melakukan pencitraan seismik tomografi,

sama hal dengan dokter yang memilih teknik CT scan atau USG untuk melihat

kondisi dalam tubuh manusia. Salah caranya adalah dengan cara melihat waktu

tiba gelombang P (primer/pressure wave) pada setiap seismomoter. Berdasarkan

jarak sumber gempa dengan peralatan seismometer dan berapa waktu yang

diperlukan untuk sebuah gelombang merambat, para geofisikawan bisa

memetakan kondisi bawah permukaan. Hal ini dikarenakan cepat atau lambatnya

perambatan gelombang sangat ditentukan oleh kondisi batuan di bawah

permukaan. Gambar di bawah ini mengambarkan bagaimana penjalaran

gelombang gempa yang melewati berbagai batuan di bawah permukaan dan

kemudian getarannya di terima oleh seismometer yang dipasang di atas

permukaaan bumi. Makin banyak seismometer yang dipasang maka makin besar

pula resolusi gambar bawah permukaan yang bisa didapat.

Page 17: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Gambar II.4 Prinsip kerja pencitraan Seismik Tomografi, pada gambar (3) terdapat 6 peralatan seismograf yang merekam gelombang gempa setelah

melewati batuan bawah permukaan (sumber : http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-fisika-bumi-dalam-mitigasi-dan-monitoring-bencana-iii/)

Pencitraan tomografi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu

proses rekonstruksi dari sebuah benda dari observasi besaran fisis yang

merepresentasikan efek dari penjalaran suatu bentuk radiasi melalui benda yang

diamati tersebut. Teknik pencitraan tomografi seismik meliputi beberapa tahapan

utama seperti: parameterisasi model 3D, penjejakan sinar (ray tracing) seismik

3D, inversi yang meliputi proses update model 3D, dan (iv) tes resolusi model 3D.

Data yang digunakan dalam pencitraan tomografi pada skala regional/global

diambil dari sumber alam, yaitu gempa bumi. Sedangkan untuk investigasi skala

lokal digunakan sumber buatan (ledakan dinamit). Dalam makalah ini data yang

digunakan adalah data gempa bumi regional, karena obyek yang diteliti adalah

zona subduksi di bawah Indonesia. Data gempa yang digunakan adalah waktu tiba

gelombang P (primer/longitudinal) dan S (sekunder/transversal). Proses ulang

yang dimaksud meliputi antara lain: reidentifikasi fasa gelombang seismik, dan

relokasi hiposenter. Dari hasil re-processing ini maka hanya data dengan kualitas

tinggi saja yang digunakan, sedangkan data dengan kualitas rendah dieliminasi

dari katalog. Penggunaan data dengan kualitas tinggi seperti ini sangat penting

untuk menghasilkan citra tomografi seismik yang handal.

Contoh hasil pencitraan tomografi seismik untuk Indonesia ditunjukkan

pada Gambar II.5 sampai II.7 berikut. Dalam Gambar II.5 diberikan contoh hasil

inversi tomografi menggunakan data gelombang S. Variasi kecepatan gelombang

S di kerak bumi di bawah wilayah Indonesia hasil inversi tomografi ini

Page 18: Makalah Mitigasi Bencana Alam

diharapkan ke depan dapat dimanfaatkan untuk menghitung PGA secara

komprehensif. Sedangkan dalam Gambar II.6 ditunjukkan hasil inversi tomografi

dengan data gelombang P. Di sini terlihat dengan jelas bagaimana subduksi

lempeng samudera dapat dicitrakan dengan baik. Dengan demikian sudut

penunjaman lempeng dapat ditentukan dengan lebih pasti. Tomogram dalam

Gambar II.7 merupakan close up dari tomogram gelombang S pada Gambar II.5.

Close up untuk wilayah Jawa ini menunjukkan potensi tomogram seismik untuk

identifikasi keberadaan sesar. Di dalam tomogram sesar ditunjukkan sebagai

kontras antara anomali kecepatan gelombang negatif dan positif seperti yang

terlihat di Jawa Tengah.

Gambar II.5. Variasi kecepatan gelombang S di kerak bumi di bawah wilayah Indonesia hasil inversi tomografi. Kuantitas yang diplot adalah deviasi kecepatan relatif terhadap model bumi rata-rata ak135 (Kennett dkk., 1995). Simbol segitiga

menunjukkan posisi gunung api aktif yang terlihat berkorelasi dengan lokasi anomali kecepatan negatif. (sumber : Sri Widiyantoro :2008)

Page 19: Makalah Mitigasi Bencana Alam

Gambar II.6. Peta seismisitas 2D untuk Sumatera Utara dan Andaman. Data episenter diambil dari Engdahl dkk., 2007 (updated version, yaitu meliputi

periode 1918 sampai dengan November 2006). Titik merah dan hijau masing-masing menunjukkan episenter gempa dengan kedalaman < 60 km, dan > 60 km. Sedangkan garis A-B menunjukkan posisi penampang vertikal tomogram seismik

gelombang P. Pada penampang ini juga diplot posisi hiposenter yang terlihat berada di atas citra lempeng samudera Hindia yang menunjam yang digambarkan dengan warna biru. Garis merah dan hitam pada penampang A-B masing-masing menunjukkan kemiringan lempeng jika diinterpretasikan berdasarkan distribusi

hiposenter dan tomogram seismik. (sumber : Sri Widiyantoro :2008)

Gambar II.7. Close up untuk variasi kecepatan gelombang S di kerak bumi (Gambar II.5) untuk Jawa. Tanda anak panah besar menunjukkan arah desakan dari lempeng Indo-Australia. Sedangkan anak panah kecil menunjukkan besar

(kualitatif) dan arahpergesaran blok di darat akibat desakan lempeng dari Selatan. Kontras anomalikecepatan negatif (warna coklat) dan positif (warna hijau) di

Jawa Tengah berkorelasi dengan posisi sesar Opak. Kontras serupa terdapat juga di ujung Jawa Timur yang kemungkinan juga mengindikasikan adanya sesar di

darat. (sumber : Sri Widiyantoro :2008)

Page 20: Makalah Mitigasi Bencana Alam

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :

1. Gempa bumi adalah sebuah getaran atau goyangan tanah yang disebabkan

oleh pelepasan energi yang tersimpan dibawah permukaan bumi secara

tiba-tiba. Gerakan tiba-tiba merupakan cara bumi berelaksasi menuju

keadaan normal setelah mengalami dorongan, desakan, tumbukan geseran

atau geseran antar lempeng, fenomena tersebut dikenal dengan istilah

elastic rebound. Selama proses relaksasi energi akan menyebar dalam

bentuk gelombang yang merambat ke sejumlah penjuru dan dirasakan

sebagai gempa bumi.

2. Mitigasi bencana mencakup perencanaan dan pelaksanaan tindakan-

tindakan untuk mengurangi risiko-risiko dampak dari suatu bencana yang

dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-

tindakan pengurangan risiko jangka panjang, tindakan - tindakan yang

harus dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap bencana. Sehingga,

pada saat terjadi bencana gempa bumi dampak yang ditimbulkan dapat

diminimalkan.

3. Seismik tomografi merupakan sebuah metode geofisika untuk mengetahui

kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan data waktu  tiba gelombang

gempabumi (P dan S) yang terekam oleh peralatan seismik (seismometer)

yang tersebar di atas permukaan bumi. Hasil pengolahan dan analisa

gelombang tersebut akan memberikan gambaran struktur 3D  interior bumi

secara  rinci yang kemudian dapat dianalisis dalam upaya mitigasi gempa

bumi.

Page 21: Makalah Mitigasi Bencana Alam

B. Saran

Upaya-upaya sosialisasi tentang mitigasi bencana gempa bumi di daerah

rawan terhadap ancaman bencana gempa bumi dimanapun oerlu ditingkatkan agar

lebih efektif. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ide-ide

kontruktif dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi serta meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana gempa bumi. Terkhusus saran

bagi masyarakat umum diharapkan terus menggali pengetahuan tentang gempa

bumi dan mitigasinya, mengingat masyarakat Indonesia pada umumnya selalu

hidup berdampingan dengan bencana terutama bencana alam geologi.

Page 22: Makalah Mitigasi Bencana Alam

DAFTAR PUSTAKA

Anomim. 2013. Gempa Bumi dan Akibatnya Gempa Tektonik Vulkanik dan

Runtuhan. http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.com/2013/07/gempa-

bumi-dan-akibatnya-gempa-tektonik.html . Diakses pada tanggal 25

November 2013 pukul 9.00 WITA

Ario, Yuwono. 2008. Pengembangan Model Mitigasi Bencana Melalui

Pengaturan Penggunaan Lahan dan Kaitannya Terhadap Tata Ruang

(Studi Kasus: Pesisir Kota Semarang). Universitas Dipanegoro :

Semarang.

Fadillah, Taruna. 2011. Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Sekitar Sesar

Lembang. Intitude Teknologi Bandung : Bandung

Haifani, Akhmad Muktaf. 2008. Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi

(Studi Kasus Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006). Pusat Pengkajian

Sistem dan Teknologi Keselamatan, Instalasi dan Bahan Nuklir : Jakarta

HAGI. 2013. Ambient Seismic Noise Tomography for the Jakarta Area. http://hub.hagi.or.id/index.php/2013/08/10/ambient-seismic-noise-tomography-for-the-jakarta-area/. Diakses pada tanggal 1 DEsember 2013 pukul 20.00 Wita.

Pristanto, Adhitya Irvan. 2010. Upaya Peningkatan Pemahaman Masyarakat

Tentang Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Desa Tirtomartani Kecamatan

Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.

Rohadi, Supriyanto. 2009. Studi Seismotektonik Sebagai Indikator Potensi

Gempabumi di Wilayah Indonesia. Balai Besar Meteorologi Klimatologi

dan Geofisika : Jakarta.

Rusydy, Ibnu. 2013. Peran Geofisika (Fisika Bumi) Dalam Mitigasi dan

Monitoring Bencana. http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-fisika-

bumi-dalam-mitigasi-dan-monitori diakses pada tanggal 1 desember 2013

pukul 20.00 WITA.

Sri Widiyantoro. 2008. Seismisitas Dan Model Zona Subduksi Di Indonesia

Resolusi Tinggi. Institut Teknologi Bandung : Bandung.

Page 23: Makalah Mitigasi Bencana Alam