strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

8
STRATEGI STANDAR PENANGANAN ZAT KIMIA UNTUK KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM BAB I PENDAHULUAN Laboratorium kimia adalah salah satu sarana yang penting dalam proses belajar mengajar baik sebagai sarana tempat belajar ataupun sebagai sumber belajar. Selayaknya tempat belajar maka hendaknya laboratorium dikondisikan senyaman mungkin mengingat laboratorium merupakan tempat yang beresiko besar untuk terjadinya kecelakaan baik disengaja ataupun tidak karena bahan-bahan kimia yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang memicunya untuk bereaksi. Dengan demikian perlu menciptakan budaya keselamatan dan keamanan yang terletak pada kesadaran bahwa keselamatan masing-masing individu tergantung pada kerja sama tim maupun tanggung jawab pribadi. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap orang baik itu dari kesadaran sendiri ataupun dorongan dari luar. Praktik yang aman harus dijadikan prioritas utama dalam proses pembekajaran di laboratorium. Perlu adanya memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak dalam mempromosikan keselamatan dan keamanan selama bekerja di laboratorium. Perlakuan keamanan ekstra terhadap laboratorium dikarenakan rentannya terjadi kecelakaan. Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan perlu strategi dalam menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium. Laboratorium menghadapi resiko baik dari dalam ataupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko terutama akan mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tetapi resiko lainnya juga berpotensi mempengaruhi lembaga yang lebi besar dan bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.

Upload: qaiffahassanah

Post on 21-Jul-2015

375 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

STRATEGI STANDAR PENANGANAN ZAT KIMIA UNTUK KEAMANAN DAN KESELAMATAN

KERJA DI LABORATORIUM

BAB I

PENDAHULUAN

Laboratorium kimia adalah salah satu sarana yang penting dalam proses belajar

mengajar baik sebagai sarana tempat belajar ataupun sebagai sumber belajar. Selayaknya

tempat belajar maka hendaknya laboratorium dikondisikan senyaman mungkin mengingat

laboratorium merupakan tempat yang beresiko besar untuk terjadinya kecelakaan baik

disengaja ataupun tidak karena bahan-bahan kimia yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang

memicunya untuk bereaksi.

Dengan demikian perlu menciptakan budaya keselamatan dan keamanan yang terletak

pada kesadaran bahwa keselamatan masing-masing individu tergantung pada kerja sama tim

maupun tanggung jawab pribadi. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap

orang baik itu dari kesadaran sendiri ataupun dorongan dari luar. Praktik yang aman harus

dijadikan prioritas utama dalam proses pembekajaran di laboratorium. Perlu adanya

memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak dalam mempromosikan keselamatan dan

keamanan selama bekerja di laboratorium.

Perlakuan keamanan ekstra terhadap laboratorium dikarenakan rentannya terjadi

kecelakaan. Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan perlu strategi dalam

menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium. Laboratorium menghadapi resiko baik

dari dalam ataupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko terutama akan mempengaruhi

laboratorium itu sendiri, tetapi resiko lainnya juga berpotensi mempengaruhi lembaga yang

lebi besar dan bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.

Page 2: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

BAB II

STRATEGI STANDAR PENANGANAN ZAT KIMIA UNTUK KEAMANAN

DAN KESELAMATAN KERJA

Untuk mewujudkan lingkungan laboratorium yang aman dan menyenangkan

diantaranya perlu melakukan penanganan zat kimia yang standar mengingat resiko yang

besar akan terjadi jika penangan zat kimia tidak dilakukan sesuai prosedurnya. Adapun hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam penganan zat kimia di laboratorium akan dibahas sebagai

berikut.

2.1. Pengenalan Bahan-Bahan Kimia dan Penyimpanannya

Hal umun yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia

diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple

hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder

(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),

dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan bahan kimia dikelompokkan

berdasarkan sifat fisis, sifat kimia dan tingkat resiko kebahayaanya. Setelah dikelompokkan

berdasarkan sifatnya kemudian diurutkan secara alfabetis untuk memudahkan dalam

pencariannya. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus

disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah

pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas, ledakan dan degradasi kimia.

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.

Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas resiko bahayanya yang paling

tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang

memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Sehingga benzene harus

ditempatkan pada tempat penyimpanan zat cair flammable daripada disimpan pada tempat

penyimpanan toxic.

Zat atau bahan kimia hendaknya disimpan secara terpisah dari peralatan. Penyimpanan

secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok zat organik dan

anorganik. Namun penyimpanan lebih baik apabila disimpan berdasarkan sifat fisik dan sifat

kimianya, misalnya kelompok zat padat, cair, asam, basa, garam pengoksidasi, dan kelompok

yang mudah terbakar.

Untuk menjaga zat kimia dari kerusakan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Semua wadah yang berisi zat kimia harus tertutup rapat dan diberi label yang menyatakan

nama zat dan sifat penting dari zat tersebut

Page 3: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

2. Zat-zat yang mudah menguap atau mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, ruang

berventilasi baik dan terhindar dari cahaya langsung

3. Zat-zat yang peka terhadap cahaya, seperti besi (II) sulfat, berupa Kristal berwarna hijau

muda, akan segera berubah menjadi besi (III) sulfat, berupa Kristal yang berwarna coklat

muda. Hal ini disimpan di tempat yang tidak terkena cahaya langsung dan dalam wadah

berwarna gelap.

4. Zat-zat pengoksidasi jangan disimpan bersamaan dengan zat yang mudah teroksidasi.

5. Asam-asam pekat sebaiknya disimpan di lemari asam dan jauh dari sumber panas.

6. Zat-zat yang bersifat beracun disimpan terpisah dari zat lain dalam lemari terkunci.

Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimia

beracun, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan hahal diatas,

juga perlu diperhatikan faktor lain yaitu sebagai berikut:

1. Interaksi bahan kimia terhadap wadahnya. Bahan kimia dapat berinteraksi terhadap

wadahnya dan dapat mengakibatkan kerusakan terhadap zatnya sendiri maupun

wadahnya.

2. Kemungkinan interaksi antar bahan/ zat kimia dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,

atau timbulnya gas beracun.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya

waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu. Misalnya eter, paraffin cair dan olefin akan

membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan

semakin besar jumlah peroksidanya. Isopropil eter, etil eter, dioksan dan tetrahidrofurann

adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam

penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh didimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah

inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.

Cara penganan bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Bahan Mudah Terbakar (Cair, padat dan gas)

Cara penanganannya adalah sebagai berikut:

Bahan jangan dipanaskan secara langsung

Disediakan dalam jumlah yang minimum di laboratorium

Tersedianya alat pemadam kebakaran

Jangan mengisi gelas kimia pada saat pemanasan

Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci

Jangan mengisi botol sampai penuh, sediakan spasi untuk udara

Page 4: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

Bahan harus dikontrol secara periodik

Cara penyimpanannya adalah sebagai berikut:

Bahan disimpan di tempat berventilasi baik

Simpan pada tempat khusus flammables cabinet yang dikhususkan untuk cairan yang

mudah terbakar

Penyimpanan maksimum 250 Liter (bahan cair)

Cabinet diberi tanda flammable

Disimpan di tempat sejuk, jauh dari sumber panas, lembab, air, bahan korosif,

pengoksida dan asam

2. Bahan Pengoksida

Contoh pengoksida yang muda terbakar adalah klorat, perklorat, bromat, peroksida,

nitrat, permanganat, bromin, klorin dan lainnya. Cara penyimpanan bahan pengoksida adalah

disimpan pada tempat yang sejuk, berventilasi, jauh dari sumber api dan panas serta jauh dari

reduktor.

3. Bahan Mudah Meledak

Contoh bahan yang mudah meledak adalah HClO4 dengan bahan organik. Cara

penyimpanannya adalah simpan apada tempat yang sejuk, berventilasi baik, jauh dari

panas dan api, serta terhindar dari gesekan atau guncangan.

4. Bahan Radioaktif

Cara penyimpanannya adalah pada wadah khusus dan dilengkapi lapisan pelindung.

5. Bahan Korosif

Bahan korosif dapat merusak jaringan, menimbulkan iritasi, nyala api dan merusak

peralatan. Untuk mengurangi resiko maka simpanlah dalam jumlah yang minimum. Hindari

kontak langsung dengan mata, kulit dan pakaian. Cara penyimpanannya adalah:

Simpan di tempat yang sesuai dengan pengontrolan

Buatlah pelabelan yang benar

Dipisahkan dari bahan beracun

Disimpan dengan wadah yang tidak mudah bereaksi dengan bahan yang disimpan

6. Bahan Beracun

Satu hal yang perlu diketahui bahwa semua bahan kimia beracun. Yang

membedakannya adalah seberapa besar jumlah yang boleh dikonsumsi oleh tubuh. Meskipun

ada beberapa bahan yang memang sama sekali tidak boleh dikonsumsi oleh tubuh. Cara

penanganan yang perlu dilakukan adalah:

Page 5: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

Hindarkan kontak dengan bahan/uap

Gunakan selalu pengaman bila sedang berhubungan dengan bahan beracun tersebut.

Adapun cara penyimpanannya adalah:

Simpan pada tempat dengan ruangan dingin dan berventilasi baik

Dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah bereaksi dengannya

2.2. Pengenalan Simbol Bahaya

Salah satu cara untuk memberikan informasi seberapa bahaya suatu zat adalah dengan

memberikan tanda simbol bahaya agar dapat berhati-hati dalam menangani zat tersebut.

Adapun beberapa contoh simbol berbahaya yang dapat diketahui adalah sebgai berikut:

1. Flammable

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau

membasahi dara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (misalnya

hidrogen) dari idrida metal. Sumber nyala dapat dari api Bunsen, permukaan metal panas dan

loncatan bunga. Adapun contohnya adalah:

2. Toxic

Senyawa ini dapat menyebabkan kematian atau sakit parah bila bahan kimia tersebut

terkontaminasi ke dalam tubuh melalui pernafasan seperti menghirup uap, bau atau debu

ataupun terkontaminasi melaui kulit. Adapun contohnya adalah:

Page 6: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

3. Corrosive

Senyawa ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal

bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Zat ini juga sangat berhaya jika mengenai

mata. Adapun contohnya adalah:

4. Ekplosive (Mudah Meledak)

Senyawa ini dapat meledak dengan adanya panas, percikanbunga api, guncangan atau

gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan

dengan logam/ metal). Misalnya:

5. Oxidator

Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada

kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor), api listrik dan lain-lain. Adapun

contoh dari simbol bahayanya adalah sebagai berikut:

6. Radioactive

Senyawa ini berbahaya pada intensitas tertentu yaitu:

o Partikel α yang memiliki day tembus kecil dan daya ionisasi besra

Page 7: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

o Partikel β yang memiliki energi tinggi, daya tembus dan ionisasi sedang

o Partikel γ dengan bentuk berupa gelombang elektromagnetik

Senyawa radioaktif harus disimpan pada wadah khusus dan dilengkapi lapisan

pelindung. Contoh simbol bahaya senyawa radioaktif adalah:

2.3. Inventarisasi Bahan Kimia

Inventarisasi perlu dilakukan dalam manajemen laboratorium. Dalam inventarisasi

harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi penyimpanan, tanggal

penerimaan, nama industri, dan bahayanya terhadap kesehatan. Beberapa sumber yang bisa

digunakan sebagai ukuran dalam mengetahui resiko bahaya suatu senyawa adalah MSDS dan

OSHA. Didalam MSDS akan terdapat informasi tentang nama produk dan industri,

komposisi bahan, cara penanganan dan penyimpanan, identifikasi tingkat bahaya,

pertolongan pertama bila terkena bahan yang berbahaya, cara menangani menangani

kecelakaan, cara perlindungan kontak fisik, kestabilan dan kereaktifan, transportasi, darurat,

pembuangan limbah serta aturan khusus lainnya yang perlu diperhatikan. Begitu juga dengan

OSHA.

Selain hal di atas, perlu juga pengadministrasian yang baik dalam pencatatan fasilitas

dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang baik semua aktifitas

laboratorium dapat berjalan dengan semestinya. Sistem administrasi yang baik merupakan

kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai kegiatan pengelola laboratorium. Sehingga

pengelolaan zat kimia dapat berjalan dengan baik.

Page 8: strategi menangani dan mengelola zat kimia di laboratorium

BAB III

KESIMPULAN

Laboratorium kimia merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat belajar

ataupun sumber belajar. Mengingat funsinya maka sudah keharusan agar tempat belajar yakni

laboratorium tercipta seaman dan senyaman mungkin. Untuk mendapat keamanan dan

keselamatan bekerja di laboratorium perlu adanya pengetahuan standar dalam penanganan

dan penataan bahan kimia agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dalam hal ini

semua anggota yang terlibat harus mengetahui cara penanganan bahan kimia terlebih kepada

laboran.

Dengan pengetahuan yang cukup mengenai tata cara penaganan dan penyimpanan

tidaklah cukup jika tidak dipraktikkan langsung. Sehingga kesadaran dalam menaati

informasi mengenai keharusan dan larangan harus dilakukan. Karena tiada artinya jika

bekerja maksimal dengan hasil memuaskan tapi mendapatkan efek samping dari kelalaian

dalam menjaga dampak yang ditimbulkan dari bahan kimia terlebih jika bahan tesebut

berbahaya. Untuk itu perlu diberikan tanda simbol untuk menyampaikan kepada khalayak

umum jika bahan tesebut adalah kategori berbahaya. Dengan demikian diharapkan setiap

orang yang akan bekerja akan merasa tidak khawatir karena semua sudah diatur dengan

mekanisme standar dalam manajemen laboratorium beserta segala aspeknya.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Molani Paulina., (2014), Strategi Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Kerja

di Laboratorium Kimia, http://molani-chem-edu.blogspot.com/2013/10/strategi-

peningkatan-keamanan-dan.html, (Diakses pada tanggal 19 September 2014).

Kemendikbud, (2011), Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia Sekolah

Menengah Atas, Kemendikbud, Jakarta.

Moran, L. dan Masciongali,T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia,

Edisi Terjemahan, The National Academy Press, Washington.

Situmorang,M., (2014), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPs Unimed, Medan.

Widhy, P., (2009), Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA, FMIPA UNY,

Yogyakarta.