strategi arahan pengembangan …repositori.uin-alauddin.ac.id/7470/1/ifriany tri wastuti.pdfdisusun...
TRANSCRIPT
STRATEGI ARAHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMANNELAYAN BERBASIS EKOWISATA
DI KECAMATAN PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih GelarSarjana Teknik Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
pada Fakultas Sains dan TeknologiUIN Alauddin Makassar
Oleh
IFRIANY TRI WASTUTINIM. 60800110033
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR2014
ARAHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN NELAYAN BERBASISEKOWISATA DI KECAMATAN PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI
Oleh
IFRIANY TRI WASTUTINIM. 60800110033
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSARTAHUN 2014
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, Desember 2014
Penyusun,
IFRIANY TRI WASTUTINIM: 60800110033
v
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala Puja dan Puji hanya bagi Allah
Subhanahu Wa ta’ala, Tuhan semesta alam atas segala limpahan karunia, rahmat,
ridho dan taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Strategi Arahan Pengembangan Permukiman
Nelayan Berbasis Ekowisata di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai”
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui
hambatan serta rintangan, tetapi berkat keyakinan, kesabaran dan bantuan berbagai
pihak, penulis akhirnya mampu eksis hingga terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Hasan Hasyim, selaku pembimbing I serta bapak Dr.
Muhammad Anshar, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu bersedia
meluangkan waktunya dalam membimbing Penulis, memberikan ide, arahan,
dan bijaksana menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta ilmu dan
vi
pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh
kuliah.
2. Bapak Ir. Baharuddin Koddeng, M.Ars, bapak Nursyam AS, S.T., M.Si dan
bapak Juhanis, S.Sos., M.M selaku dosen penguji, terima kasih atas saran,
koreksi dan kesediaan waktunya.
3. Dr. Muhammad Khalifah Mustami, M.Pd (Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi), beserta staf dan jajarannya.
4. Bapak Nursyam AS, S.T., M.Si selaku Ketua Program Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota, Serta ibu Risma Handayani, S.Ip., M.Si selaku sekertaris
jurusan yang selalu membantu mengatasi rintangan selama di dibangku
perkuliahan dan Seluruh Dosen Pengajar beserta Staf Administrasi Fakultas
Sains dan Teknologi atas arahan dan bantuannya, semoga Allah Azza Wa Jalla
memberikan balasan yang lebih baik disisi-Nya.
5. Ibu Henny Haeran G, S.T., M.T selaku penasehat akademik terima kasih atas
segala bantuan, bimbingan serta arahannya.
6. Terkhusus ucapan terima hasih dari lubuk hati paling dalam untuk Keluarga
tercinta yang sejatinya menjadi sumber ketabahan dan inspirasi penulis dalam
menjalani studi. Gelar ini penulis persembahkan kepada: ayahanda Ir.
Muhammad Ridwan dan ibunda Herawaty Ibrahim, Saudara Indrawan,
S.Hut., M.Si dan Isnainy, S.Farm., Apt.. Terima kasih atas setiap doa,
pengorbanan, kasih sayang dan kebaikan tanpa batas yang selama ini dicurahkan
untuk penulis.
vii
7. Keluarga besar H. Ibrahim Dg Maloga dan Keluarga besar H. Abdurachman
A. Hamid. Terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan yang diberikan
baik berupa moril maupun materil, semoga senantiasa berada dalam lindungan
Allah SWT.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dan Terkhusus Teman –
teman seperjuangan PLANERO Terima kasih untuk kerjasama dan dukungan
moril dan materil. Keep on moving guys..
9. Sahabat-sahabat saya Dian Natalia, Sri Amalina, Eka Sandra, Irawati
Muchlis, Nabila Nurinsani, Mega Tri Pratiwi, Muh. Yusuf Shall, Amanah
Utami, Zuhdi Andika Nugraha, Ferdinan Melqianus Nagal, A Cassia
Siamea Logadipada Putri, Andi Annisa Darsyad dan OSJUNK yang selalu
memberi semangat dan selalu ada disaat senang dan duka dan buat sahabat saya
yang masih sementara berjuang goodluck guys..
10. Kanda-kanda senior angkatan ’2006’, ’2007’, ’2008’, dan ’2009’ serta temen-
teman angkatan ’2011’, ’2012’,’2013’ dan ’2014’ yang telah banyak berjasa
hingga tersusunya skripsi ini.
11. Semua pihak yang pernah banyak membantu, sedikit membantu, memberi
semangat, inspirasi, tawa, nasihat, ataupun sekedar mendoakan dari jauh, teman
KKN P Ayu, Wita, Irma, Kasturi, Fahri, Hilda dan Teman- teman
Arsitektur 2010.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan skripsi ini terdapat
kekurangan maupun kekeliruan. Karena itu dengan segala keikhlasan, kerendahan
hati serta tangan terbuka, sumbangan saran, koreksi maupun kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, amin…
Wallahu mustaam billahi taufik walhidayah
Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Samata-Gowa, Desember 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 7
1. Ruang Lingkup Wilayah............................................... 7
2. Ruang Lingkup Pembahasan ........................................ 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 10
A. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah .................... 10
B. Pengembangan secara berkelanjutan (Sustainable
Development) ....................................................................... 14
x
C. Kawasan Permukiman Nelayan ........................................... 15
1. Pengertian Permukiman Nelayan.................................. 15
2. Karakteristik Perumahan dan Permukiman .................. 19
D. Masyarakat Nelayan............................................................. 22
1. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Sosial .......... 22
2. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Budaya........ 23
3. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Ekonomi ..... 24
E. Kawasan Ekowisata ............................................................. 25
F. Pengembangan Kawasan Permukiman Nelayan Berbasis
Ekowisata............................................................................. 28
1. Kriteria Pengembangan Permukiman Nelayan............. 28
2. Keterkaitan Pengembangan Permukiman Nelayan
Dengan Ekowisata ........................................................ 30
G. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kabupaten Sinjai .................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 33
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................... 33
B. Jenis dan Sumber Data......................................................... 33
1. Jenis Data...................................................................... 33
2. Sumber Data ................................................................. 34
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 34
D. Teknik Pengumpulan Data................................................... 36
E. Variabel Penelitian............................................................... 37
xi
F. Metode Analisis Data........................................................... 38
G. Definisi Oprasional .............................................................. 46
H. Kerangka Penelitian ............................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 49
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sinjai...................... 49
B. Gambaran Umum Wilayan Kecamatan Pulau Sembilan ..... 51
1. Kondisi Fisik Dasar ...................................................... 51
2. Demografi ..................................................................... 54
C. Kawasan Permukiman Nelayan di Kecamatan Pulau
Sembilan .............................................................................. 56
1. Ketersediaan Sarana Permukiman ................................ 56
2. Ketersediaan Prasana Permukiman............................... 59
3. Penggunaan Lahan Permukiman dan Ekowisata .......... 64
D. Pengembangan Berbasis Ekowisata di Kecamatan Pulau
Sembilan .............................................................................. 65
1. Ketersediaan Fasilitas Pendukung Ekowisata............... 65
2. Ketersediaan Kelembagaan........................................... 66
3. Potensi Sumber Daya Alam.......................................... 67
E. Keterkaitan Pengembangan Permukiman Nelayan Dengan
Ekowisata............................................................................. 67
F. Analisis Aspek Fisik Dasar .................................................. 69
G. Analisis Jumlah Penduduk................................................... 70
H. Analisis Kawasan Permukiman Nelayan ............................. 71
xii
1. Analisis Pengembangan Sarana Permukiman............... 71
2. Analisis Pengembangan Prasarana Permukiman .......... 78
3. Analisis Penggunaan Lahan Permukiman dan
Ekowisata...................................................................... 82
I. Analisis Pengembangan Berbasis Ekowisata Di
Kecamatan Pulau Sembilan ................................................. 83
1. Analisis Ketersediaan Fasilitas Pendukung Ekowisata 83
2. Analisis Kelembagaan .................................................. 84
3. Analisis Potensi Sumber Daya Alam............................ 85
J. Pola Perkembangan Permukiman Nelayan .......................... 85
K. Analisis Strategi Arahan Pengembangan Permukiman
Nelayan Berbasis Ekowisata................................................ 86
L. Kajian Al-quran dengan Hasil Penelitian Arahan
Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata. 92
BAB V KESIMPULAN ................................................................... 96
A. Kesimpulan .......................................................................... 96
B. Saran .................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Responden Sampel Penelitian ......................................... 35
2. Variabel Penelitian .......................................................... 38
3. Matrik Internal Factor Analysis Summary (IFAS) ......... 41
4. Matrik External Factors Analysis Summary (EFAS)...... 42
5. Matrik SWOT.................................................................. 45
6. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Pulau
Sembilan Tahun 2009-2013 ............................................ 54
7. Distribusi jumlah dan kepadatan penduduk tahun
2013 di Kecamatan Pulau Sembilan................................ 55
8. Jenis Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pulau
Sembilan.......................................................................... 56
9. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pulau Sembilan .. 57
10. Jenis Sarana Peribadatan di Kecamatan Pulau Sembilan 59
11. Hasil Analisis Fasilitas Kesehatan di Kecamatan
Pulau Sembilan Tahun 2034 ........................................... 73
12. Hasil Analisis Fasilitas Pendidikan di Kecamatan
Pulau Sembilan Tahun 2034 ........................................... 75
13. Hasil Analisis Fasilitas Perdagangan di Kecamatan
Pulau Sembilan Tahun 2034 ........................................... 77
xiv
14. Hasil Analisis Jaringan Listrik di Kecamatan Pulau
Sembilan Tahun 2034...................................................... 80
15. Hasil Analisis Jaringan Persampahan Permukiman
Kecamatan Pulau Sembilan Tahun 2034 ....................... 81
16. Matrik IFAS Arahan Pengembangan Permukiman
Nelayan Berbasis Ekowisata ........................................... 87
17. Matrik EFAS Arahan Pengembangan Permukiman
Nelayan Berbasis Ekowisata ........................................... 88
18. Matrik SWOT Strategi Arahan Pengembangan
Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata...................... 90
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Matrik Kuadran SWOT................................................... 43
2. Kerangka Penelitian ........................................................ 48
3. Jumlah Penduduk di Kecamatan Pulau Sembilan Tahun
2014................................................................................. 56
4. Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pulau Sembilan ....... 57
5. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Pulau Sembilan......... 58
6. Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Pulau Sembilan ...... 59
7. Kondisi Jaringan Jalan di Kecamatan Pulau Sembilan ... 60
8. Jaringan Listrik di Kecamatan Pulau Sembilan .............. 61
9. Jaringan Persampahan di Kecamatan Pulau Sembilan.... 61
10. Jaringan Sanitasi dan Drainase di Kecamatan Pulau
Sembilan.......................................................................... 62
11. Sumber Jaringan Air Bersih di Kecamatan Pulau
Sembilan.......................................................................... 63
12. Jaringan Komunikasi di Kecamatan Pulau Sembilan ..... 63
13. Penggunaan Lahan Permukiman di Kecamatan Pulau
Sembilan.......................................................................... 64
14. Fasilitas Transportasi di Kecamatan Pulau Sembilan ..... 65
15. Kelembagaan di Kecamatan Pulau Sembilan.................. 66
xvi
16. Potensi Sumber Daya Alam di Kecamatan Pulau
Sembilan.......................................................................... 67
17. Matrik Kuadran Strategi Arahan Pengembangan
Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata...................... 89
ABSTRAK
Ifriany Tri Wastuti (60800110033). “Strategi Arahan PengembanganPermukiman Nelayan Berbasis Ekowisata” di bawah Bimbingan Dr. Ir.HasanHasyim dan Dr. Muhamad Anshar, S.Pt., M.Si.
Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakatsekitar, terutama di permukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan.Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasanpermukiman nelayan berbasis ekowisata di Kecamatan Pulau SembilanKabupaten Sinjai. Agar arah pengembangan permukiman nelayan berbasisekowisata di kawasan permukiman Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjaidapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara meningkatkankesejahteraan masyarakat nelayan melalui potensi kelautan sekaligus melibatkanmasyarakat dalam ekowisata. Metode analisa yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis deskriptif, dan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian,kawasan permukiman nelayan di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjaimerupakan kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan. Sedangkanarahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata tersebutberkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan danmenjaga potensi alam, peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupasentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut, peningkatan danpenggiatan aktivitas pengolahan ikan menjadi berbagai olahan oleh masyarakatnelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas dankuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan kualitas SDM dalambidang kepariwisataan, dan ekowisata, pembentukan kelembagaan formal,peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitaslingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang mengatur tentangpenetapan zona-zona kawasan.
Kata Kunci: Ekowisata, permukiman nelayan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah
adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintah
maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000). Perkembangan kota sangat
dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya, dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula
kebutuhan lahan diperkotaan.
Di Indonesia, pemerataan pembangunan masih kurang maksimal,
seperti halnya pembangunan yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil padahal diketahui bahwa potensi kelautan dan pesisir di Indonesia
sangat besar. Potensi kelautan yang sangat besar tidak didukung dengan
kesadaran untuk menjaga dan memelihara. Dalam hal ini, dapat dilihat
pada firman Allah dalam QS. Ar-Rum 41:
Terjemahnya:“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada merekasebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalanyang benar) “.1
1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2005. h.641
2
Selain itu juga di jelaskan di dalam Q.S Al-A’raf: 56:
Terjemahannya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akanditerima) dan harapan (akan dikabulkan), sesungguhnya rahmat Allah amatdekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki
makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat
diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Fakta-fakta tersebut
antara lain, secara geografis, Indonesia didominasi oleh wilayah perairan,
dimana 2/3 dari total luas wilayah Indonesia adalah laut.
Wilayah perairan Indonesia tersusun oleh adanya sebaran pulau-
pulau, baik pulau besar maupun kecil yang jumlahnya mencapai sekitar
17.508 pulau. Selain itu dengan garis pantai sepanjang 81.000 km,
permukiman yang berada di wilayah pesisir Indonesia menunjukkan adanya
konsentrasi penduduk dengan jumlah yang cukup besar yang diperkirakan
lebih dari 40 juta jiwa (WALHI, 2008). Selain itu, pada wilayah ini juga
terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan
memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum
dikembangkan secara optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini
baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang termanfaatkan
(www.penataanruang.net).
3
Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki permasalahan
rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir dan kualitas lingkungan.
Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah diperlihatkan dari
sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu
penyebabnya adalah minimnya sarana dan prasarana pendukung bidang
kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada
kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan
sarana dan prasarana dasar yang berdampak pada rendahnya produktivitas
(WALHI, 2008).
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan, yaitu pemerataan
kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat, maka potensi sumber daya
manusia setempat perlu dikenali. Didalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa pengembangan
kepariwisataan merupakan sarana untuk menciptakan kesadaran akan
identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan
kepariwisataan dikembangkan dengan pendekataan pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pengembangan yang
berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat,
dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakup berbagai aspek
seperti sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, IPTEK, kerjasama
antara negara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam
pemanfaatan sumber daya alam. Hampir seluruh propinsi di Indonesia
menetapkan pengembangan obyek wisata sebagai salah satu program
4
pembangunan. Prioritas pengembangan obyek pariwisata dilakukan di
daerah yang obyek wisatanya bereputasi Nasional/Internasional maupun
merupakan obyek wisata yang belum dikenal.
Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Selatan
memiliki luas wilayah sebesar 46.717km2. Provinsi Sulawesi Selatan
memiliki berbagai macam kegiatan yang dapat dikembangkan dalam upaya
untuk meningkatkan pendapatan daerah, dan salah satunya yaitu
pengembangan kepariwisataan di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten di provinsi
Sulawesi Selatan yang ini memiliki luas wilayah 819,96km2. Kabupaten
Sinjai terdiri atas 9 Kecamatan, salah satunya Kecamatan Pulau Sembilan.
Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas 7,55 km2 (755 Ha) dengan
panjang garis pantai sekitar 17,36 km.
Di dalam Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan
perairan di prioritaskan untuk kepentingan konservasi, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha
perikanan kelautan dan industry perikanan secara lestari, pertanian organic,
dan perternakan. Selain itu juga dijelaskan di dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 30 Tahun 2012 tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sinjai Tahun 2012-2032
dijelaskan bahwa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5
adalah suatu upaya terpadu dalam perencanaan, penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah,
pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Ruang
lingkup Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Sinjai meliputi : (a)Wilayah Perencanaan; (b)Kebijakan Pengembangan;
(c)Rencana Struktur Ruang; (d)Rencana Pola Ruang; dan (e)Arahan
Pemanfaatan Ruang. Kebijakan Rencana Wilayah Pengembangan Pesisir
dan Pulau Pulau Kecil Kabupaten Sinjai, meliputi Wilayah Pengembangan
Kepulauan (WPK), dengan pusat pengembangan di Pulau Harapan, wilayah
pengembangan ini meliputi seluruh wilayah perairan kecamatan dan pulau
Sembilan hingga 4 (empat) mil dari garis pantai.
Untuk mendukung perencanaan yang berkelanjutan. Sebagaimana
adanya program pencanangan kawasan pariwisata terpadu dan
pengembangan kelautan dan perikanan bertujuan untuk lebih memajukan
Kecamatan Pulau Sembilan, dan kawasan konservasi untuk menjaga
kelestarian sumber daya alam, maka permukiman nelayan harus menjadi
bagian integral dan penting di dalam pembangunan di Kecamatan Pulau
Sembilan
6
Pencanangan ekowisata di Kecamatan Pulau Sembilan diharapkan
memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan potensi kawasan pesisir
termasuk di kawasan permukiman nelayan. Pengembangan permukiman
nelayan berbasis ekowisata ini mempunyai keuntungan, dengan
pencanangan ekowisata sebenarnya dapat mendorong permukiman nelayan
ini menuju peningkatan kualitas hidup yang dimana kondisi permukiman
nelayan di Kecamatan Pulau Sembilan masih sangat memperihatinkan.
Arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata ini
merupakan suatu model hubungan antara manusia dan lingkungan, dimana
masyarakat di permukiman nelayan dan lingkungan yang berada di
sekitarnya memiliki suatu hubungan yang saling timbal balik, yaitu
lingkungan berpengaruh pada individu, dan sebaliknya individu juga
mempunyai pengaruh pada lingkungan.
Oleh karena itu Pulau Sembilan sebagai salah satu kecamatan
kepulauan yang memiliki beberapa permukiman nelayan yang dimana
memiliki tingkat kesejahteraan dan kualitas lingkungan hidup yang masih
rendah. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan
pengembangan permukiman nelayan agar arah pengembangan permukiman
nelayan di Kecamatan Pulau Sembilan dapat terintegrasi dengan baik.
7
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi fisik dasar lingkungan di Kecamatan Pulau
Sembilan?
2. Bagaimana arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis
ekowisata di Kecamatan Pulau Sembilan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi fisik dasar lingkungan di Kecamatan Pulau
Sembilan
2. Untuk mengatahui arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis
ekowisata di Kecamatan Pulau Sembilan.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup
penelitian sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Kecamatan Pulau
Sembilan, Kabupaten Sinjai. Permukiman nelayan tersebut terdapat pada
Desa Pulau Buhung Pitue, Desa Pulau Harapan, Desa Pulau Padaelo, dan
Desa Pulau Persatuan.
8
2. Ruang Lingkup Pembahasan
Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana kondisi fisik
dasar kawasan penelitian dan arahan pengembangan kawasan
permukiman nelayan yang bisa mendukung dan mempunyai nilai dengan
adanya pengembangan ekowisata. Dengan adanya pencanangan
ekowisata ini diharapkan dapat mendorong permukiman nelayan ini
menuju peningkatan kualitas kehidupan. Dengan sub bahasannya
masing-masing yaitu: pertama, identifikasi karakteristik fisik dan
penggunaan lahan di Kawasan permukiman nelayan Kecamatan Pulau
Sembilan. Kedua, merumuskan strategi arahan pengembangan
permukiman nelayan berbasis ekowisata di Kecamatan Pulau Sembilan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi Pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan institusi
pemerintahan terkait dalam penetapan kebijakan terkait dengan
pengembangan permukiman dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Bagi masyarakat, dapat dijadikan masukan sebagai upaya untuk
meningkatkan fungsi dari kawasan permukiman nelayan masyarakat itu
sendiri.
3. Selain itu penelitian ini juga dapat dipergunakan sebagai referensi oleh
mahasiswa dan peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan
terkait kajian pengembangan kawasan permukiman nelayan.
9
F. Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan dalam penelitian yang akan dilakukan:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang studi, rumusan permasalahan penelitian yang
akan dilakukan, tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup wilayah
studi dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian
yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan hasil studi literatur teoritis dan normatif yang berupa
dasar-dasar teori dan referensi-referensi yang berkaitan dengan
obyek penelitian yang akan dilakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bagian ini terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian,
variabel penelitian, teknik sampling, pengumpulan data, teknik
analisis data, definisi oprasional dan tahapan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini terdiri dari gambaran umum wilayah penelitian dan
analisa setiap sasaran untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bagian ini terdiri dari kesimpulan terhadap keseluruhan alur
penelitian yang dilakukan dan rekomendasi yang disarankan
berdasarkan hasil dari penelitian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah
Dalam Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Dalam UU no. 1
tahun 2014. Pasal 1 ayat 1 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil yang merupakan perubahan/revisi UU no. 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah suatu
proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Rustiadi, et al. (2009) wilayah dapat didefinisikan sebagai
unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-
komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara
fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti
tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup
komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta
bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan
11
interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada
di dalam suatu batasan unit geografis tertentu.
Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977
dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan
konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogeny
(uniform/homogenous region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan (3)
wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Sejalan
dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005)
berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan
region/wilayah menjadi:
1. Fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan
keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah
geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik
geografi, ekonomi, sosial dan politik.
2. Fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi
dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian
dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau
polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti
desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.
3. Fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi
atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi
12
Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan
berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan
berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang
paling humanistik. Sedangkan menurut Anwar (2005), pembangunan
wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang
mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang
berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi
wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah
mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang
menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan
kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada
kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan
hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).
Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di
Indonesia sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan
model pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistim
pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pendekatan yang
mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan
akan menghambat pertumbuhan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, 2003). Pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi
pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional , meningkatkan
kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado, 2002).
13
Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen
Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)
prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah adalah :
1. Sebagai growth center
Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun
harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan
yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.
2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan
antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan
pengembangan wilayah.
3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi
dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan
kesetaraan.
4. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi
prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.
Dalam pemetaan strategic development region, satu wilayah
pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain
berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur yang saling
berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal
dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya (Direktorat
Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi, 2003)
14
B. Pengembangan secara berkelanjutan (Sustainable Development)
Definisi konsep pembangunan berkelanjutan diinteprestasikan oleh
beberapa ahli secara berbeda-beda. Namun demikian pembangunan
berkelanjutan sebenarnya didasarkan kepada kenyataan bahwa kebutuhan
manusia terus meningkat. Kondisi yang demikian ini membutuhkan suatu
strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien. Salah satu pakar yang
memberikan rumusan untuk lebih menjelaskan makna dari pembangunan
yang berkelanjutan, Emil Salim menjelaskan pembangunan berkelanjutan
atau suistainable development adalah suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia,
dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan
(Yayasan SPES, 1992 :3). Ada beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang
mendasari konsep pembangunan berlanjut ini, yaitu:
1. Proses pembangunan ini mesti berlangsung secara berlanjut, terus
menerus di topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia
yang berkembang secara berlanjut.
2. Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas,
dimana penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya.
Penciutan ini berarti berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut
untuk menopang pembangunan secara berkelanjutan, sehingga
menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya
manusia.
15
3. Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup.
Semakin baik kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada
kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya kualitas
fisik, pada harapan hidup, pada turunnya tingkat kematian dan lain
sebagainya.
Dipahami bahwa konsep pembangunan berkelanjutana didiraka atau
didukung oleh 3 pilar yaitu, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan
pendekatan tersebut bukanlah pendekatan yang berdiri sendiri, tetapi saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Secara skematis, keterkaitan antar
3 komponen dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut (Munasinghe-
Cruz 1995).
Sumber : http://www.damandiri.or.id/file/silistionoipbbab2.pdf
C. Kawasan Permukiman Nelayan
1. Pengertian Permukiman Nelayan
Menurut Undang-undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Permukiman, yang dimaksud dengan Perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
EKONOMI
SOSIAL LINGKUNGAN
16
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan.
Menurut Silalahi (2002), perumahan yaitu memandang
perumahan sebagai suatu proses, yang dimaksud adalah mengembangkan
rumah sesuai kehendak, kemampuan dan peluang yang ada setiap saat
dan sejalan dengan pertumbuhan/ perkembangan biologis, sosial, dan
ekonomi keluarga yang bersangkutan. Kegiatannya meliputi bentuk
perumahan yang dikehendaki, membangun dan menyuruh membangun
serta mengawasinya, memakai dan mengelola proses perumahan menurut
cara-cara yang ditetapkan sendiri. Sujarto, (2005) Permukiman adalah
kumpulan sejumlah besar rumah-rumah yang terletak pada suatu
kawasan tertentu berkembang atau diadakan, untuk dapat
mengakomodasikan sejumlah besar keluarga yang memerlukannya.
Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat
dengan konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman
adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan
dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan. Permukiman
(Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap
pada suatu daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah
17
permukiman adalah tidak hanya untuk menyediakan tempat tinggal dan
melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk
pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
Konsep permukiman menurut Daxiadis, yaitu permukiman adalah
penatan kawasan yang dibuat oleh manusia dan tujuannya adalah untuk
berusaha hidup secara lebih mudah dan lebih baik ( terutama pada masa
kanak-kanak ), memberi rasa bahagia dan rasa aman ( seperti yang
diisyaratkan oleh Aristoteles ), dengan mengandung kesimpulan untuk
membangun seutuhnya. Sedangkan menurut hipotesa Daxiadis,
mengemukan bahwa pemukiman manusia merupakan suatu totalitas
lingkungan yang terbentuk oleh unsur-unsur dasar yang terdiri dari :
a. Alami, yaitu bahwa permukiman akan sangat ditentukan oleh adanya
alam baik sebagai lingkungan hidup maupun sebagai daya seperti
unsur fisik dasar yaitu iklim, topografi, hidrologi, vegetasi dan fauna.
b. Individu manusia, yaitu bahwa permukiman akan sangat dipengaruhi
dan mempengaruhi dinamika serta perkembangan kerja secara
individu.
c. Masyarakat, bahwa permukiman pada akibatnya dibentuk karena
adanya sebagian kelompok masyarakat.
d. Ruang kehidupan, yaitu suatu ruang kehidupan yang selengkapnya
yang menyangkut berbagai unsur dimana manusia sebagai individu
maupun kelompok dalam melaksanakan kehidupannya.
18
e. Jaringan, yaitu unsur permukiman yang dapat menunjang saling
tindak antar berbagai fungsi kegiatan masyarakat sehingga akan
terjadi suatu komunikasi serta jaringan yang berfungsi sebagai
penunjang kehidupan lainnya seperti jaringan air bersih,
pembuangan, telekomunikasi, dan jaringan listrik..
Menurut St. Khadijah ( 1998 ), arti kata nelayan terbagi kedalam
dua pengertian yaitu :
a. Nelayan sebagai subyek/orang yang merupakan sekelompok
masyarakat yang memiliki kemampuan serta sumber kehidupan
disekitar pesisir pantai.
b. Nelayan sebagai predikat/pekerjaan dengan sumber penghasilan
masyarakat yang berkaitan erat dengan perikanan dan perairan ( laut
dan sungai ).
Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 15/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Nelayan, perumahan kawasan
nelayan untuk selanjutnya disebut kawasan nelayan adalah perumahan
kawasan khusus untuk menunjang kegiatan fungsi kelautan dan
perikanan.
Pengertian permukiman nelayan menurut Suhardi ( 1993;18 )
mengatakan bahwa, permukiman nelayan adalah lingkungan
permukiman dimana masyarakat yang bermukim mempunyai mata
pencaharian utama sebagai nelayan. Umumnya perkampungan nelayan
19
bertempat tinggal dipesisir pantai, atau dekat pinggir sungai dimana
terdapat pertemuan antara sungai dan laut ( muara ), kecenderungan
bermukim dekat sungai atau sekitar pesisir pantai, karena mendekati laut
agar memudahkan dari tempat tinggal mereka menuju laut dimana perahu
mereka berada. Permukiman nelayan umumnya terbangun secara spontan
dan sering kali dinilai secara umum sebagai permukiman masyarakat
miskin. Berbagai berita di media massa cenderung menempatkan nelayan
sebagai kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
2. Karakteristik Perumahan dan Permukiman
Merupakan permukiman yang terdiri atas satuan-satuan
perumahan yang memiliki berbagai sarana dan prasarana yang
mendukung kehidupan dan penghidupan penghuninya. Berdekatan atau
berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses yang tinggi
terhadap kawasan perairan. 60% dari jumlah penduduk merupakan
nelayan, dan pekerjaan lainnya yang terkait dengan pengolahan dan
penjualan ikan. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan
dan penghidupan penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan
dengan kegiatan-kegiatan eksplorasi ikan dan pengolahan ikan.
Kawasan permukiman nelayan tersusun atas satuan-satuan
lingkungan perumahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan yang sesuai dengan besaran satuan lingkungan yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Kawasan perumahan nelayan haruslah
mempunyai ataupun memenuhi prinsip-prinsip layak huni yaitu
20
memenuhi persyaratan teknis, persyaratan administrasi, maupun
persyaratan lingkungan. Dari berbagai parameter tentang permukiman
dan karakteristik nelayan dapat dirumuskan bahwa permukiman nelayan
merupakan suatu lingkungan masyarakat dengan sarana dan prasarana
yang mendukung, dimana masyarakat tersebut mempunyai keterikatan
dengan sumber mata pencaharian mereka sebagai nelayan.
Sejarah awal keberadaan lingkungan perumahan/permukiman di
kawasan pesisir dapat dibedakan atas 2 (dua) kronologis, yaitu:
a. Perkembangan yang dimulai oleh kedatangan sekelompok etnis
tertentu di suatu lokasi di pantai, yang kemudian menetap dan
berkembang secara turun-temurun membentuk suatu klan/komunitas
tertentu serta cenderung bersifat sangat homogen, tertutup dan
mengembangkan tradisi dan nilai-nilai tertentu, yang pada akhirnya
merupakan karakter dan ciri khas permukiman tersebut.
b. Perkembangan sebagai daerah alternatif permukiman, karena
peningkatan arus urbanisasi, yang berakibat menjadi kawasan liar
dan kumuh.
Tahapan perkembangan kawasan perumahan/permukiman di pesisir
adalah:
a. Tahap awal ditandai oleh dominasi pelayanan kawasan perairan
sebagai sumber air untuk keperluan hidup masyarakat. Masih berupa
suatu kelompok permukiman di pantai dan di atas air.
21
b. Ketika kota membutuhkan komunikasi dengan lokasi lainnya
(kepentingan perdagangan) maka kawasan perairan merupakan
prasarana transportasi dan dapat diduga perkembangan fisik kota
yang cenderung memanjang di pantai (linear).
c. Perkembangan selanjutnya ditandai dengan semakin kompleksnya
kegiatan fungsional, sehingga intensitas kegiatan di sekitar perairan
makin tinggi. Jaringan jalan raya menawarkan lebih banyak
kesempatan mengembangkan kegiatan. Walaupun begitu, jenis
fungsi perairan tidak berarti mengalami penurunan, bahkan
mengalami peningkatan (makin beragam).
Pola perumahan dipengaruhi oleh keadaan topografi, dibedakan atas 3
(tiga), yaitu:
a. Daerah perbukitan cenderung mengikuti kontur tanah.
b. Daerah relatif datar cenderung memiliki pola relatif teratur, yaitu
pola Grid atau Linear dengan tata letak bangunan berada di kirikanan
jalan atau linear sejajar dengan (mengikuti) garis tepi pantai.
c. Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster,
yang tidak teratur dan organik. Pada daerah-daerah yang telah ditata
umumnya menggunakan pola grid atau linear sejajar garis badan
perairan.
22
Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Permukiman Nelayan antara lain :
a. Tidak berada pada daerah rawan bencana
b. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai
c. Kelerengan: 0 – 25 %
d. Orientasi horizontal garis pantai: > 600
e. Kemiringan dasar pantai: terjal – sedang
f. Kemiringan dataran pantai: bergelombang – berbukit
g. Tekstur dasar perairan pantai: kerikil – pasir
h. Kekuatan tanah daratan pantai: tinggi
i. Tinggi ombak signifikan: kecil
j. Fluktuasi pasang surut dan arus laut: kecil
k. Tidak berada pada kawasan lindung
l. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga, seperti
kawasan mangrove.
D. Masyarakat Nelayan
1. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Sosial
Hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
nelayan adalah akibat interaksi dengan lingkungannya. Adapun ciri sosial
masyarakat nelayan antara lain.
a. Sikap kekerabatan atau kekeluargaan yang sangat erat.
b. Sikap gotong royong/paguyuban yang tinggi.
23
Kedua sikap telah banyak mewarnai kehidupan masyarakat
nelayan yang pada umumnya masih bersifat tradisional. Lahirnya sikap
ini sebagai akibat dari aktivitas nelayan yang sering meninggalkan
keluarganya dalam kurun yang waktu cukup lama, sehingga timbul rasa
keterkaitan serta keakraban yang tinggi antara keluarga-keluarga yang
ditinggalkan untuk saling tolong menolong. Hal ini dapat tercermin pada
pola permukimannya yang mengelompok dengan jarak yang saling
berdekatan, sikap gotong royong yang tampak pada saat pembuatan
rumah, memperbaiki jala ikan, memperbaiki perahu, dan alat tangkap
serta pada upacara adat, ketika akan melakukan penangkapan ikan yang
juga dilakukan secara gotong royong di laut yang dipimpin oleh seorang
punggawa
2. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Budaya
Beberapa hal yang telah membudaya dalam masyarakat nelayan
adalah kecenderungan hidup lebih dari satu keluarga dalam satu rumah
atau mereka cenderung untuk menampung keluarga serta kerabat mereka
dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan sering dijumpai
jumlah anggota keluarga dalam satu rumah melebihi kapasitas daya
tampung, sehingga ruang gerak menjadi sempit dan terbatas. Dampaknya
itu pula, mereka cenderung untuk memperluas rumah tanpa terencana.
Adapun adat kebiasaan yang turun temurun telah berlangsung pada
masyarakat nelayan adalah seringnya mengadakan pesta syukuran atau
selamatan, misalnya pada waktu peluncuran perahu baru ketika akan
24
melakukan pemberangkatan, dan saat berakhirnya musim melaut agar
pada musim berikutnya mendapatkan hasil yang lebih banyak dan lain-
lain.
Masyarakat nelayan pada umumnya mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah, menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka
sehingga menghambat kemajuan nelayan sendiri, antara lain sulitnya bagi
pemerintah untuk memberi bantuan dalam bentuk penyuluhan maupun
modernisasi peralatan (Mubyarto: 1984). Hal ini juga berpengaruh
dalam lingkungan permukimannya, karena rendahnya pengetahuan akan
pentingnya rumah sehat yang mengakibatkan mereka menganggapnya
sebagai suatu kebutuhan
3. Masyarakat Nelayan Ditinjau dari Aspek Ekonomi
Usaha perikanan banyak tergantung pada keadaan alam, sehingga
pendapatan nelayan tidak dapat ditentukan. Tingkat penghasilan nelayan
umumnya dibagi atas dua, yaitu.
a. Penghasilan bersih yang diperoleh selama melaut jika seorang
“sawi” maka besar pendapatannya sesuai dengan kesepakatan.
b. Penghasilan sampingan yaitu penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan tambahan, baik pekerjaan itu didapat ketika jadi buruh,
bertani dan berdagang maupun pekerjaan atau kerajinan dalam
mengelola hasil laut lainnya.
25
Diamati kondisi ekonomi ketiga kelompok tersebut diatas, maka
sepintas lalu dapat dikemukakan bahwa umumnya taraf hidup kehidupan
masyarakat nelayan terutama yang menangkap ikan secara tradisional,
termasuk paling rendah, sedangkan masyarakat pantai yang bergerak
dibidang petempaian/tambak menempati taraf hidup yang lebih baik.
Sedangkan untuk yang teratas diduduki oleh masyarakat/pedagang. Desa
nelayan umumnya terletak dipesisir pantai, maka penduduk desa tersebut
sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Melihat
bahwa mereka berada pada daerah pesisir sehingga akan bertambah
secara berkelompok-kelompok mengikuti pola lingkungan karena adanya
faktor laut sebagai faktor pendukung, sehingga penduduk setempat
mempunyai tata cara kehidupan yang bersifat tradisional dengan
kehidupan yang spesifik pula
E. Kawasan Ekowisata
Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab
terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat
secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat
setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya
merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan
26
penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta
alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari,
disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara
pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu
dipikirkan.Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market.
Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product
driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat
dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk
menjaga kelestarian dan keberadaannya. Pada hakekatnya ekowisata yang
melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih
ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata
berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan
alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak
melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis
wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk
wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi
tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal
kejenuhan pasar.
27
The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan
prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuh, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan
terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan
disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan
masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses
pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang
digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan
pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.
Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung
untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan
pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan
termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga
keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan
28
alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh
mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta
menjaga keaslian budaya masyarakat.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai
daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.
Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah
yang membatasi.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila
suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa
dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh
negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat
F. Pengembangan Kawasan Permukiman yang Berbasis Ekowisata
1. Kriteria Pengembangan Permukiman Nelayan
Program Pengembangan Kawasan Permukiman memiliki tujuan.
Menciptakan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta
perdesaan serta kawasan perbatasan yang layak, aman, nyaman sehat
tertib dan teratur. Meingkatkan kualitas kawasan permukiman perkotaan
dan perdesaan dan kawasan perbatasan untuk mencapai kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang lebih baik. Mengembangkan kawasan
permukiman baru yang wawasan lingkungan dan mengutamakan
keberpihakan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam
mendapatkan pelayanan infrastruktur
29
Sasaran Pengembangan Kawasan Permukiman tersedianya
produk pengaturan bidang pengembangan permukiman sebagai acuan
pelaksanaan pengembangan permukiman baru dan atau penataan
kawasan permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.
Terpenuhinya pelayanan infrastruktur yang memadai bagi kawasan per-
mukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan. Terciptanya
aparat pemerintah daerah yang handal dalam pengembangan permukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan di wilayahnya. Kebijakan
dan Strategi Pengembangan Permukiman antara lain a) Pengembangan
Permukiman Baru; b)Peningkatan Kualitas Permukiman; c)
Penanggulangan Bencana Alam, Rehabiltasi dan Rekrontuksi Pasca
Bencana Alam; c) Pembangunan Rusunawa; d) Penyediaan Prasarana
Dan Sarana Agropolitan; e) Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan
Permukiman (NUSSP).
Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman yaitu
Pengembangan dan implementasi produk pengaturan tentang
pengembangan permukiman perkotaan, Pemantapan dan peningkatan
pemahaman dan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pengembangan permukiman perkotaan (pembangunan baru
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh). Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan (permukiman baru dan esksiting) yang
berwawasan lingkungan dan mengutamakan keberpihakan bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam mendapatkan pelayanan
30
infrastruktur. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan social dan ekonomi masyarakat
perdesaan
2. Keterkaitan Pengembangan Permukiman Nelayan Dengan
Ekowisata
Perancangan kawasan ekowisata bertujuan untuk lebih
memajukan kawasan yang berlandasan lingkungan, Permukiman nelayan
merupakan bagian integral dan penting di dalam pembangunan kota.
Pencanangan ekowisata ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
peningkatan potensi kawasan pesisir, termasuk permukiman nelayan.
Agar arah pengembangan permukiman nelayan dari aspek keruangan,
aspek lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan ekonomi nelayan
dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui potensi
kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam pengembangan
ekowisata
G. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Sinjai
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 30 Tahun 2012
Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Sinjai Tahun 2012-2032 menjelaskan RZWP3K diselenggarakan dengan
asas manfaat, lestari, seimbang dan berkelanjutan serta berbasis masyarakat
31
dengan prinsip demokrasi. Sasaran Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil adalah :
1. Tersedianya pedoman Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
2. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia
dan lingkungannya;
3. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
4. Terlindunginya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari usaha
dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
5. Tercapainya kelestarian fungsi pesisir dan pulau-pulau kecil, baik
sebagai penyedia sumberdaya alam maupun penyedia jasa-jasa
kenyamanan; dan
6. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Kebijakan Rencana Wilayah Pengembangan Pesisir dan Pulau Pulau
Kecil Kabupaten Sinjai, meliputi :
1. Wilayah Pengembangan Pesisir Utara (WPP Utara), dengan pusat
pengembangan di Balangnipa dan Lappa, wilayah pengembangan ini
meliputi wilayah perairan dan pusat-pusat kegiatan sekunder di pesisir
utara hingga perbatasan dengan Kabupaten Bone;
32
2. Wilayah Pengembangan Pesisir Selatan (WPP-S), dengan pusat
pengembangan di ibukota kecamatan Sinjai Timur. Wilayah
pengembangan ini meliputi wilayah kecamatan dan perairan kecamatan
Sinjai Timur, Tellu Limpoe sampai dengan perbatasan dengan
kabupaten Bulukumba; dan
3. Wilayah Pengembangan Kepulauan (WPK), dengan pusat
pengembangan di Pulau Harapan, wilayah pengembangan ini meliputi
seluruh wilayah perairan kecamatan dan pulau Sembilan hingga 4
(empat) mil dari garis pantai.
Wilayah Pengembangan Pesisir Utara (WPP Utara) berfungsi
sebagai pusat kegiatan perdagangan wilayah dimana Kota Balangnipa
ditetapkan sebagai pusat kegiatan utama, sementara Lappa dan sekitarnya
menjadi pusat pengembangan niaga Maritim.Wilayah Pengembangan
Pesisir Selatan (WPP Selatan) berfungsi sebagai kawasan konservasi
mangrove dan pariwisata pantai ,Wilayah Pengembangan Kepulauan
(WPK) berfungsi sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap, budidaya laut,
kawasan konservasi dan pariwisata.
.