stikes icme jombangrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/watermark asli.doc · web viewremaja pada fase...

160
SKRIPSI PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS VII dan VIII (Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang) MAGFIROTULLOH 153210071

Upload: others

Post on 02-Mar-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

SKRIPSI

PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)

MAGFIROTULLOH153210071

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2019

Page 2: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

SKRIPSI

PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)

SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan Cendekia Medika Jombang

MAGFIROTULLOH153210071

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2019

ii

Page 3: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

iii

Page 4: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

iv

Page 5: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

v

Page 6: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

vi

Page 7: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama lengkap Magfirotulloh dilahirkan di kabupaten sampang

tepatnya di DSN. Marparan kecamatan sreseh jawa timur pada tanggal 26 januari

1995. Merupakan anak keempat dari lima bersaudara, peneliti lahir dari pasangan

suami istri Bapak H. Ahmad Fauzi dan Ibu Hj. Ainul Jannah.

Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di MI Miftahul Huda Marparan

lulus pada tahun 2007, tahun 2011 peneliti lulus dari MTS Az-zainabiyah, tahun

2014 peneliti lulus dari MA Al-mas’udiyah, dan mulai tahun 2015 sampai dengan

penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa program S1

keperawatan di STIKes ICMe Jombang.

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jombang, 08 Agustus 2019

MAGFIROTULLOH

MOTTO

vii

Page 8: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

Saat Kita Memperbaiki Hubungan Dengan Allah, Niscaya Allah Akan Memperbaiki Segala Sesuatunya Untuk Kita

(Bilal Phillips)

PERSEMBAHAN

viii

Page 9: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

الرح لله ا ا بسم لرحيممنPuji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT atas

karunia Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.

Saya persembahkan karya kecil ini yang saya buat sepenuh hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa yang dipanjatkan setiap sujudnya untuk menjadikan saya orang yang sukses. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari doa kedua orang tua saya.

Untuk keluarga besar Buk Assa, terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi dan terima kasih juga sudah dengan sabar menuntun saya sehinnga saya mampu menyelesaikan karya kecil ini.

Untuk Ibu Hindyah Ike S, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Bapak Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep serta Ibu Iva Milia H R., S.Kep.,Ns.,M.Kep terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh sabar dan ketelatenan. Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.

Untuk semua dosen STIKes ICMe Jombang terima kasih telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ilmu yang telah diberikan.

Untuk (GBK) gank’s blackpink yakni mbul gembul, pita cupita, kadek dan lele terima kasih kalian telah menjadi partner hidup yang baik di perjalanan masa kuliah saya dan terima kasih sudah dengan sabar melalui suka duka kehidupan bersama.

Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan saya, kita belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama kedua orang tua kita dan juga STIKes ICMe Jombang.

ix

Page 10: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII (Studi Kasus Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)”. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan demi menempuh Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: H. Imam Fatoni, SKM.,MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan. Hindyah Ike S, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama. Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing anggota. Iva Milia H R., S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing anggota serta Hidayatun Nufus, SSiT., M.Kes. selaku penguji yang dengan sabar dan ikhlas selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, serta seluruh dosen, staf dan karyawan di STIKes ICMe Jombang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di STIKes ICMe Jombang. Dan tidak lupa semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca, Amien.

x

Jombang, 08 Agustus 2019

Penulis

(Magfirotulloh)

Page 11: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

ABSTRAK

PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)

Oleh :MAGFIROTULLOH

Masa remaja yang mengalami gejala menstruasi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengalami perubahan emosioanal, gejala ini muncul sebelum menstruasi disebut dengan premenstrual syndrome. Gejala yang sering muncul yaitu mudah menangis, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.

Desain dari penelitian ini pra eksperimental dengan one group pre-post test design. Populasinya adalah Semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi. Tehnik yang digunakan proportional random samping dengan jumlah sampel sebanyak 52 siswi. Variabel independent peer education dan variabel dependent kecemasan pra-menstruasi. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education adalah hampir seluruhnya mengalami cemas berat yaitu sebanyak 50 (96,2%) responden. Tingkat kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education adalah hampir seluruhnya mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 48 (92,3%) responden. Berdasarkan uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,003 < α (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.

Kata kunci : kecemasan Pre-menstrual syndrome, peer education

xi

Page 12: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

ABSTRACTThe Influence Of Peer Education To Pra-Menstruasi Anxiety In Adolescent Girl

Class VII And VIII(A Case Study In Statejuniorhigh Schoo 2 Jogoroto Jombang District)

By:MAGFIROTULLOH

15,321,0071

Adolescence experience symptoms of reach activity menstrual colloquial and changed emosioanal, these symptoms appear just before menstruation called pramenstruasi syndrome.Symptoms which often appear the easy cry, irritable, difficult to concentrate and anxiety.The purpose of this study to analyze peer influence education to anxiety pra-menstruasi in adolescent girls vii class and viii smpn 2 jogoroto jombang district.

Design of research is pre experimental with one group pre-post test design.Population is all adolescent girls vii class and viii smpn 2 jogoroto have menstrual to of 109.Technique used random proporsional side with the total sample as many as to 52.Independent variables peer education and variable dependent anxiety pra-menstruasi.Data collection questionnaire sheets statistiknya use and the use the sign wilcoxon rank test.

The research results show level anxiety pre-menstrual syndrome before it was given health education peer education is almost entirely experienced anxious heavy with 50 ( 96,2 % ) of respondents .The anxiety after given health education peer education is almost entirely experienced mild anxiety with 48 ( 92,3 % ) of respondents .Based on the wilcoxon showing that the significance p = 0,003 & lt; < a ( 0.05 ) , so that h0 were rejected and h1 accepted .

A conclusion there an effect peers now s education against there is trouble and anxiety pra-menstruasi on adolescent girls a class of vii and viii at state junior high schools 2 jogoroto jombang district.

Keywords: anxiety, pre-menstrual syndrome the peer education

xii

Page 13: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... iHALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... iiPERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... iiiPERNYATAAN BEBAS PLAGIASI.............................................................. ivLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. vLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. viRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viiMOTTO............................................................................................................ viiiPERSEMBAHAN............................................................................................. ixKATA PENGANTAR...................................................................................... xABSTAK.......................................................................................................... xiABSTRACT..................................................................................................... xiiDAFTAR ISI.................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviiDAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................................xviiiBAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................. 31.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 31.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1Tinjauan Tentang Remaja………………………………………….. 52.2Tinjauan Tentang Premenstrual syndrome………………………… 72.3Tinjauan Tentang Kecemasan ……………………………………… 152.4Tinjauan Tentang Peer Education………………………………… 242.5Penelitian Yang Relevan………………………………………….. 30

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN3.1 Kerangka Konseptual............................................................................ 333.2 Hipotesis .............................................................................................. 34

BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 36

xiii

Page 14: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

4.2 Rancangan Penelitian............................................................................ 364.3 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 374.4 Populasi, Sampel dan Sampling........................................................... 374.5 Kerangka Kerja..................................................................................... 404.6 Identifikasi Variabel............................................................................. 414.7 Definisi Operasional............................................................................. 414.8 Instrumen Penelitian............................................................................. 434.9 Pengumpulan Data................................................................................ 434.10Pengolahan Data................................................................................... 444.11Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................ 474.12Tehnik Analisa Data............................................................................. 484.13Etika Penelitian..................................................................................... 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN5.1.Hasil Peneliti…………………………………………………………... 515.2.Data Umum Responden……………………………………………… 525.3 Data Khusus Responden......................................................................... 535.4 Pembahasan............................................................................................ 55

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1.Kesimpulan……………………………………………………………. 596.2 Saran....................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

xiv

Page 15: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………………………………. 42

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia……………………………………………………. 52

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia saat pertama kali haid……………………………………... 52

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid…………………………………………………… 53

Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education padaremajaputri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang…………. 53

Tabel 5.5 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang…………. 54

Tabel 5.6 Tabulasi silang pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang pada bulan juli 2019……. 54

xv

Page 16: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

2.33.1

4.1

4.2

Rentang Respon Kecemasan……………………………..Kerangka Konsep Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………….Skema Desain Penelitian Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………Kerangka kerja Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………….

22

33

37

40

xvi

Page 17: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian.................................................................. 64Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian.............................................. 65Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden........................... 66Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................. 67Lampiran 5 : Lembar Kisi-kisi Kuesioner................................................. 68Lampiran 6 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP)............................ 69Lampiran 7 : Lembar Kuesioner Kecemasan (HARS).............................. 73Lampiran 8 : Lembar SOP Peer Education................................................ 77Lampiran 9 : Surat Pre Survey, Studi Pendahuluan dan Ijin Penelitian.... 78Lampiran 10 : Surat pernyataan pengecekan judul...................................... 79Lampiran 11 : Lembar Konsutasi................................................................ 80Lampiran 12 : Surat Balasan Penelitian....................................................... 83Lampiran 13 : Tabulasi................................................................................ 66Lampiran 14 : Distribusi frekuensi.............................................................. 70

xvii

Page 18: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

% : Persenf : frekuensi n : Besar sampel yang dikehendakiN : Besar populasie : Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,05)< : Kurang dari> : Lebih dariP : Presentase

WHO : World Health OrganizationACOG : American College Obstetricians and GynecologistsAIDS : Acquired Immuno Deficiency SyndromeGABA : Gamma Amino Butyric AcidBKKBN : Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana NasionalHARS : Hamilton Anxiety Rating ScaleHIV : Human Immuno Deficiency VirusKIE : Komunikasi, Informasi, EdukasiKRR : Kesehatan Reproduksi RemajaPIK : Perkampungan Industri KecilUKS : Usaha Kesehatan SekolahUNAIDS : United Nations Programme On HIV/AIDSPMS : Pre Menstrual SyndromeSMPN : Sekolah Menengah Pertama NegeriSTIKES : Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanICMe : Insan Cendekia Medika

xviii

Page 19: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja yang mengalami gejala menstruasi dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari dan mengalami perubahan emosioanl, gejala ini muncul bahkan

sebelum menstruasi datang yang disebut dengan premenstrual syndrome (Nurul

Maulidah, 2016). Gejala yang sering muncul pada PMS yaitu seperti mudah

menangis, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan kecemasan. Fenomena

yang terjadi pada remaja putri di SMPN 2 Jogoroto didapatkan bahwa mereka

sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah tersinggung atau

kecemasan, kram atau nyeri perut tanpa sebab saat menjelang menstruasi.

Dampak dari kejadian tersebut yaitu siswi terlihat lesu dan tidak semangat

mengikuti pelajaran di kelas, penurunan konsentrasi dalam pembelajaran, bahkan

ada siswi yang terpaksa beristirahat sebentar di UKS dan terpaksa tidak masuk

sekolah pada hari pertama menstruasi sehingga mengganggu aktivitas sekolahnya.

Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), PMS memiliki

prevalensi lebih tinggi di Negara-negara asia dibandingkan dengan negara-negara

barat dan juga ditemukan data bahwa American College Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) di srilanka yaitu gejala PMS dialami oleh remaja putri

sekitar 65,7% (Isyraq Nazihan Rabani, 2018). Angka kejadian kecemasan akibat

premenstrual syndrome lumayan tinggi, yaitu sekitar 20% dari populasi dunia dan

sebanyak 48% dialami oleh wanita usia subur (Cindi Lestari, 2015). Hasil

penelitian Nita Ervianasari, 2018 didapatkan angka prevalensi PMS di indonesia

1

Page 20: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

2

mencapai 85% dari seluruh populasi wanita usia reproduktif, yang terdiri dari 60-

70%. PMS sedang mencapai 65% dan berat mencapai 15%. Data dari penelitian

sebelumnya yaitu prevalensi premenstrual syndrome di jawa timur sebanyak 40%

wanita usia produktif dan sebanyak 2-10% mengalami gejala berat (Hartanto,

2018). Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan pada remaja putri di SMPN 2

Jogoroto didapatkan 4 dari 8 atau jika dipersentasikan sekitar 50% mengatakan

bahwa dirinya sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah

tersinggung atau kecemasan, kram atau nyeri perut tanpa sebab saat menjelang

menstruasi.

Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS diantaranya

adalah factor hormonal dalam tubuh wanita, yaitu ketidakseimbangan antara

hormone estrogen dan progesterone. Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS

yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-

lain. Akibat dari beberapa keluhan yang dirasakan tersebut dapat menimbulkan

kecemasan pada wanita yang mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak diatasi

segera dapat menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah,

keringat dingin, takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering

berkemih, mual muntah dan lain-lain. Kecemasan menyangkut respon

parasimpatis yang meningkatkan aktifitas system pencernaan (Ari Arviana, 2017).

Penelitian yati, 2015 (dalam Ankofiyya Dinda Nida, 2017) tentang pengaruh

peer education terhadap kecemasan remaja post menarche pada siswi SMP

Muhammadiyah Kabupaten Bantul menunjukkan hasil bahwa terdapat penurunan

kecemasan yang signifikan sebelum dan setelah diberikan peer education. Peer

education efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap kecemasan dan

Page 21: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

3

gangguan depresi (Nelson et al., 2014 dalam Dwi Yati, 2015). Perasaan responden

setelah mengikuti peer education yaitu remaja merasa senang, kecemasan,

kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer education dapat menambah

ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan motivasi terhadap masalah yang

mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi, berbagi cerita dan sharing

pengalaman (Ankofiyya Dinda Nida, 2017).

Pendidikan kelompok sebaya dilaksanakan antar kelompok sebaya dengan

dipandu oleh fasilitator yang juga berasal dari kelompok itu sendiri. Melalui

pendidikan sebaya, kaum muda atau remaja dapat mengembangkan pesan

maupun memilih media yang lebih tepat sehingga informasi yang diterima

dapat dimengerti oleh sesama remaja. Berdasarkan fenomena di atas maka

peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang pengaruh peer

education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan

VIII di SMPN 2 Jogoroto.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut” apakah ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-

menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi

pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

Page 22: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

4

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kecemasan pra-menstruasi sebelum dilakukan peer education

pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

2. Mengidentifikasi kecemasan pra-menstruasi setelah dilakukan peer education

pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

3. Mengidentifikasi pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi

pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wacana kepustakaan

serta diharapkan bisa berguna untuk menambah wawasan, referensi tentang peer

education dan kecemasan pre-menstrual syndrome di bidang kesehatan remaja

untuk memperluas keilmuan.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah referensi ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan maternitas dan dapat

menambah pengetahuan tentang tingkat kecemasan remaja putri kelas VII dan

VIII menghadapi pre-menstrual syndrome di SMPN 2 Jogoroto.

Page 23: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1Tinjauan Tentang Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja merupakan masa peralihan mulai masa anak-anak ke masa dewasa

yang berjalan antara usia 12-21 tahun. Masa remaja adalah suatu fase

perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang, masa ini merupakan

peroses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan

percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Intan Purwasih,

2017).

Penelitian Femilanda Elita Putri, (2017) didapatkan bahwa menurut Stanley

Hall seorang Bapak pelopor Psikologi Perkembangan Remaja, masa remaja

dianggap masa “topan badai dan stress” (strom and stress), karena mereka telah

memiliki keinginan untuk bebas menentukan nasib pada diri sendiri.

2.1.2 Perkembangan masa remaja

2.1.2.1 Remaja awal (10-14 tahun)

Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat.

Pikiran difokuskan pada keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Identitas

terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal.

Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak

membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja

pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran

yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

5

Page 24: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

6

2.1.2.2 Remaja pertengahan (15-17 tahun)

Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri

maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja

pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja

pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat

dengan barang-barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan

perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas

yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai

bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai

mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari ekperimen beresiko,

remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan,

kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase

pertengahan untuk tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan

otonomi mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalah yang dengan

orang tua, guru, maupun figur yang lain.

2.1.2.3 Remaja akhir (18-21 tahun)

Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,

termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan

seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan seksualnya dari

pada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari

fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan fisik

dengan keluarganya.

Dalam perjalanan kehidupannya, remaja tidak akan lepas dari berbagai

macam konflik dalam perkembangannya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai

Page 25: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

7

dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi

oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada

berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis, dimensi

kognitig, dimensi moral dan dimensi psikologis (Kusuma, 2014 dikutip oleh

Anandari Iin Husmar, 2018).

2.2Tinjauan Tentang Pre-menstrual Syndrome (PMS)

2.2.1 Definisi Pre-menstrual Syndrome (PMS)

Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis

dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi Sekitar 80-95 persen wanita akan

mengalami gejala-gejala pra menstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek

kehidupannya. Gejala tersebut diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler

pada dua minggu sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu terjadi

menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sindrom pra-menstruasi dapat

sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari

sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013 dikutip oleh Isyraq Nazihan

Rabani, 2018).

Berbagai keluhan yang muncul sebelum menstruasi, yaitu antara lain cemas,

susah konsenstrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit

pada payudara. PMS biasanya dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi.

Penyebab pasti belum diketahui, namun diduga terjadinya PMS disebabkan oleh

hormone estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron. Gangguan

keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dapat menyebabkan retensi

cairan dan natrium sehingga berpotensi terjadi keluhan PMS, perempuan yang

peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan

Page 26: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

8

PMS (Prawirohardjo, 2011 dikutip dalam Anandari Iin Husmar, 2018). Gejala

PMS ini akan hilang ketika sudah menstruasi dimulai atau bahkan 1-2 hari

menjelang menstruasi. Tidak ada tes atau pemeriksaan laboratorium ataupun

pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PMS.

Saryono dkk (2009) premenstrual syndrome adalah gangguan siklus yang

umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik

dan emosional yang konsisten dikutip oleh Nurul Maulidah, (2016). Gejala PMS

terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh,

antara lain seperti payudara terasa nyeri, sakit pinggang, pegal linu, perasaan

seperti kembung, muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan

kadang timbul perasaan malas, hal ini disebut sebagai pre-menstrual sindrom

(Proverawati & Misaroh, 2009 dikutip oleh Putri Dwi Cahyani, 2016).

2.2.2 Penyebab Pre-menstrual Syndrome

Menurut Nurul Maulidah 2016 dalam Fiskalia, 2018. Penyebab

premenstrual syndrome (PMS) adalah:

2.2.2.1 Faktor hormonal

PMS terjadi sekitar 70-90% pada wanita usia subur dan sering ditalami

wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormone ovarium tidak begitu jelas, tetapi

gejala PMS sering berkembang ketika ovarium tertekan. Faktor hormonal yaitu

terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar

hormon estrogen meningkat dan melampaui batas normal sedangkan kadar

progesterone menurun. Hal ini menyebabkan perbedaan genetik pada sensitivitas

reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon

seks dalam sel.

Page 27: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

9

2.2.2.2 Faktor kimiawi

Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia

tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi.

Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala

depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan

untuk tidur, agresif dan peningkatan selera.

2.2.2.3 Faktor genetik

Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting, yaitu

insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot)

dibandingkan kembar dua telur.

2.2.2.4 Faktor psikologis

Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS.

Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di dalam diri seorang wanita

mengalami tekanan.

2.2.2.5 Faktor gaya hidup

Faktor gaya hidup didalam diri seseorang terhadap pengaturan pola makan

juga memegang peran yang tidak kalah penting. Makan terlalu banyak atau terlalu

sedikit, sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS.

2.2.3 Gejala Pre-menstrual Syndrome (PMS)

Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari bulan ke bulan.

Pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi dari produksi hormon

progesteron pada bagian akhir dari siklus menstruasi, lebih dekat dengan

datangnya masa menstruasi. Pada dasarnya, gejala PMS berhubungan dengan

Page 28: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

10

berbagai perubahan diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati,

dan perubahan mental (Mufidah, 2014 dikutip oleh Fiskalia, 2018).

Perubahan fisik, diantaranya; sakit punggung, perut kembung, payudara

terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit, pusing, pingsan, sakit

kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher,

dan dada tampak merah serta terasa hangat saat diraba), susah tidur, tidak

bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat),

pembengkakan jaringan atau nyeri persendian, dan penambahan berat badan.

Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas, depresi, mudah

tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara bergantian. perubahan

mental, diantaranya; merasa kalut, sulit berkonsentrasi, dan pelupa.

Fiskalia, 2018 menyatakan bahwa Gejala pre- menstrual syndrome (PMS)

yang sering terjadi menurut Departemen of Health and Human Service di USA

2009 berdasarkan chart PMS symptoms Tracker: diantaranya 1) berjerawat; 2)

payudara bengkak dari nyeri tekan; 3) merasa lelah tanpa sebab; 4) mempunyai

masalah tidur; 5) kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan kembung); 6)

badan ekstremitas membengkak; 7) konstipasi atau diare; 8) nyeri kepala atau

punggung; 9) perubahan selera makan atau selera makan tinggi; 10) nyeri pada

sendi atau otot; 11) susah konsentrasi atau susah mengingat; 12) ketegangan

(mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis); 13) cemas, gelisah, panic

atau depresi.

Menurut Pawesti & Untari 2015 dalam Fiskalia, 2018, gejala-gejala PMS

dikelompokkan ke dalam tiga symptoms yaitu :

Page 29: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

11

1) Behavior symptoms

Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan berlebihan , dan

perubahan gairah seksual.

2) Psychologic symptoms

Gejala ini mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, mudah

menangis, cemas, susah konsentrasi, binggung, sulit istirahat dan merasa

kesepian.

3) Physical symptoms

Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta teraba

keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada kaki dan

tangan , mual, nyeri otot dan persendian (Nurul Maulidah, 2016).

Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan. Pada

gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidak normal. Pengaturan

kecemasan berhubungan dengan aktifias dari neurotransmmiter Gamma Amino

Butyric acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang

berfungsi untuk pengeluaran kecemasan (Ulul Fikriya dkk, 2016).

Gejala-gejala lain dari PMS dapat berupa kenaikan berat badan, nausea,

kurang koordinasi, kurang toleransi terhadap suara dan cahaya, kebinggungan,

mudah memusuhi orang atau agresif, paranoid, mudah merasa bersalah atau takut,

keinginan seksual tidak ada dan kurang percaya diri (Nurul Maulidah, 2016).

2.2.4 Tipe-tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS)

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, Dr.Guy E. Abraham, ahli

kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS

menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H,C, dan D. Gangguan PMS 80%

Page 30: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

12

termaksud tipe A, penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%.

Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan

D secara bersamaan (Alvionita, 2016).

2.2.4.1 PMS tipe A (anxiety)

Tipe ini ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,

perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang

menjelang menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon

estrogen dan progesterone, hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan

hormon progesteron. Pemberian hormon progesterone kadang dilakukan untuk

mengurangi gejala, tetapi beberapa peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa

jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak

mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

2.2.4.2 PMS tipe H (hyperhydration)

Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, payudara

terasa nyeri, pembengkakan tangan dan kaki, serta peningkatan berat badan.

Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain.

Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel

(ekstasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian

obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh

hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini

penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan gula pada diet makanan

serta membatasi minum sehari-hari.

Page 31: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

13

2.2.4.3 PMS tipe C (craving)

Tipe ini ditandai dengan rasa lapar dan ingin mengkonsumsi makanan yang

manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada

umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul

gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, kepala pusing yang

terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon

insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat

disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam

lemak esensial (omeha 6), atau kurangnya magnesium.

2.2.4.4 PMS tipe D (depression)

Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,

gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata

(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba

bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A,

hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D

murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone progesteron dan estrogen,

dimana hormon progesteron dalam siklus menstruasi terlalu tinggi dibandingkan

dengan hormon estrogennya.

Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal

di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).

Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium

dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan

PMS tipe A.

Page 32: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

14

2.2.5 Pencegahan dan Penanganan pre-menstrual syndrome

2.2.5.1 Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita

lainnya pun memiliki keluhan yang sama. Pencatatan secara teratur siklus

menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran mengenai waktu

terjadinya pre-menstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita untuk

mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap

bulannya ketika emosi tidak stabil.

2.2.5.2 Modifikasi Gaya Hidup

Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul

akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein,

memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi

stress.

2.2.5.3 Diet (pola makan)

1) Sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin E, vitamin

B, kalium, zat besi dan magnesium seperti sayur dan buah-buahan. Jenis

makanan dipercaya dapat mengurangi terjadinya gejala PMS.

2) Mengkonsumsi vitamin B6 atau makanan yang banyak mengandung B6 untuk

membantu mengurangi perasaan depresi pada wanita yang mengalami PMS.

3) Mengurangi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan peradangan seperti

produk hewani.

4) Mengurangi makanan kemasan yang banyak mengandung bahan tambahan (zat

aditif) buatan.

Page 33: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

15

5) Mengurangi konsumsi kafein dan alcohol karena dapat memperburuk gejala

PMS.

6) Memperbanyak minum, baik air putih, dan jus buah.

2.2.5.4 Olahraga/latihan fisik

Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Dapat berupa

relaksasi nafas dalam, jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa

wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat

membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Nurul Maulidah, 2016).

2.2.5.5 Menggunakan farmakologi

Obat antidepresan atau anticemas seperti selective serotonin reuptake

inhibitor dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi,

obat ini harus dengan resep dokter (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017).

2.3 Tinjauan Tentang Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Kaplan, Saddock, dan Grebb (2010) dikutip oleh Nurul Maulidah,

(2016) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan

merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidup. Kecemasan

merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman.

Penelitian dari Eny Sumyati, (2018) menjelaskan bahwa Kecemasan disebut

juga dengan ansietas. Kecemasan merupakan keadaan suasana perasaan (mood)

yang ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran

Page 34: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

16

tentang masa depan Kecemasan dapat bersumber dari ketidakmampuan diri dalam

menghadapi suatu keadaan tertentu serta pandangan yang negatif akan lingkungan

serta dirinya.

2.3.2 Respon Kecemasan

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui pembentukan

mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Menurut Iin Husmar

Anandari, (2018) respon anxietas yaitu:

2.3.2.1 Respon fisiologis

1) Sistem kardiovaskuler: palpasi, tekanan darah meningkat, berdebar-debar

meningkat.

2) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal, terengah-engah.

3) Sistem neuromuskuler: meningkatnya reflek, reaksi terkejut, insomnia, tremor,

gelisah, gugup, wajah tegang, tungkai lemah.

4) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak nyaman, diarea,

nausea, anoreksia.

5) Sistem saluran perkemihan: sering kencing, tidak dapat menahan kencing.

6) Sistem integument (kulit): wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat,

wajahnya pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2.3.2.2 Respon perilaku

Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik, reaksi

terkejut, bicara cepat, cenderung mengalami cedera, menarik diri, inhibisi,

melarikan diri dari masalah, menghindar, sangat waspada.

Page 35: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

17

2.3.2.3 Respon kognitif

Respon kognitif yang terjadi adalah perhatian terganggu, sulit konsentrasi,

pelupa, salah dalam memberikan penilaian, sulit berpikir, kreativitas menurun,

produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, dan takut kehilangan kendali.

2.3.2.4 Respon afektif

Respon afektif yang terjadi adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,

tegang, cepat marah, ketakutan, waspada, khawatir, fokus pada diri sendiri.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Iin Husmar Anandari, (2018) kecemasan ditimbulkan oleh

beberapa faktor antara lain:

2.3.3.1 Usia

Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik

tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi

berbagai persoalan. Rasa takut, cemas pada siswi yang akan menghadapi PMS

pertama kali dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai

PMS. Seorang siswi dapat berbeda dalam hal kesiapan menghadapi PMS.

Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun orang tua masih banyak yang tidak

menceritakan tentang kejadian PMS pada anak perempuan menurut Hannah

(2010).

2.3.3.2 Menarche

Pada puncak pubertas yang ditandai dengan menarche akan mulai terjadi

kontrol HPO axis yang mengkoordinasikan kerja dari hipotalamus. Kemudian,

memicu aktifitas dari GnRH yang menyebabkan peningkatan dari FSH dan LH

untuk pematangan ovarium. Pada fase folikular terdapat fluktuasi secara

Page 36: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

18

signifikan dari estrogen dan progesteron. Siklus estrogen dan progesteron yang

fluktuatif dan mendadak ini dapat menyebabkan stress pada remaja putri, sehingga

memicu terjadinya kecemasan pada remaja putri yang mengalami menarche

(Afdelina Rizky Amalia, 2016).

2.3.3.3 Jenis kelamin

Perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki.

Hal ini dikarenakan perempuan dirasa lebih sensitif terhadap permasalahan,

sehingga mekanisme koping perempuan kurang baik dibandingkan laki-laki.

2.3.3.4 Status kesehatan jiwa dan fisik

Kesehatan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan

alami seseorang.

2.3.3.5 Nilai-nilai budaya dan spritual

Budaya dan spritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Religiusitas

yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang

dihadapi.

2.3.3.6 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang

tersebut lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan mereka yang

memiliki status pendidikan yang tinggi.

2.3.3.7 Respon koping

Mekanisme koping yang digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.

Ketidakmampuan seseorang menghadapi kecemasan secara konstruktif sebagai

penyebab tersedianya perilaku patologis.

Page 37: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

19

2.3.3.8 Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran

orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungannya

mempengaruhi area berpikir seseorang.

2.3.3.9 Tahap perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda.

Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang

semakin baik terhadap stressor

2.3.3.10 Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

menghadapi stressor yang sama

2.3.3.11 Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat

digunakan untuk mengatasi masalah (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017). Rasa takut,

cemas pada siswi yang akan menghadapi PMS pertama kali dapat dipengaruhi

oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai PMS. Seorang siswi dapat berbeda

dalam hal kesiapan menghadapi PMS. Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun

orang tua masih banyak yang tidak menceritakan tentang kejadian PMS pada anak

perempuan.

Menurut Stuart (2013) dalam Nurul Maulidah, (2016) faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah:

Page 38: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

20

1) Teori psikoanalitik

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik

antara elemen kepribadian yaitu id (Insting) dan super ego (nurani). Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego

berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.

2) Teori interpersonal

Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpesonal.

3) Teori behavior

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori perspektif keluarga

Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam

keluarga.

5) Teori perspektif biologi

Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

meningkatkan Benzodiapine.

2.3.4 Tingkat kecemasan

Menurut Nursalam (2016), kecemasan terbagi menjadi berbagai tingkatan:

2.3.4.1 Tidak ada kecemasan yaitu ditandai dengan tidak adanya gejala yang

timbul atau dengan skor <6.

2.3.4.2 Kecemasan ringan yaitu ditandai dengan munculnya satu gejala yang ada

atau dengan skor 7-14.

Page 39: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

21

2.3.4.3 Kecemasan sedang yaitu ditandai dengan munculnya separuh atau lebih

dari gejala yang ada atau dengan skor 15-27.

2.3.4.4 Kecemasan berat ditandai dengan munculnya semua gejala yang ada atau

dengan skor >27.

2.3.5 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut

alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala

HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

syptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol

Present) sampai dengan 4 (severe) (Tawi, 2012 dalam Iin Husmar Anandari,

2018).

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :

1) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah teringgung.

2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar.

4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

Page 40: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

22

6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geratakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan

detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

napas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di

perut.

12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.

13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi

atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = satu dari gejala yang ada

2 = sedang/separuh dari gejala yang ada

Page 41: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

23

3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada

4 = sangat berat/semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14

dengan hasil :

1) Skor < 6 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 7-14 = kecemasan ringan.

3) Skor 15-27 = kecemasan sedang.

4) >27 = kecemasan berat

2.4Tinjauan Tentang Peer Education (pendidikan sebaya)

2.4.1 Pengertian peer education (pendidikan pebaya)

Peer education adalah dua kata yang digabungkan menjadi sebuah

pengertian dari kata “peers”. Istilah peer group biasanya ditemukan dalam bidang

disiplin ilmu tentang sosial, baik dari psikologi sosial, sosiologi, dan sebagainya.

Teman sebaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kawan,

sahabat atau orang yang yang sama-sama bekerja atau berbuat (Hakim, 2017).

Pendidik sebaya (peer education) adalah remaja/mahasiswa yang secara

fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber

bagi kelompok remaja atau mahasiswa sebayanya yang telah mengikuti

pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan

mempergunakan panduan kurikulum dan modul pelatihan yang telah disusun oleh

BKKBN, serta bertanggung jawab kepada ketua pusat informasi dan konseling

remaja/mahasiswa atau PIK R/M (BKKBN, 2008 dalam Dinda Nida Ankhofiyya,

2017)

Page 42: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

24

Peer education (pendidikan sebaya) adalah proses komunikasi, informasi

dan edukasi yang dilakukan oleh kalangan sebaya yaitu kalangan suatu kelompok,

dapat kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja, dan

jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka KIE,

karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan

lebih mudah dipahami (Wahyuningsih et. al., 2000).

Menurut Santrock dalam Ratnawati (2013) dalam Dinda Nida Ankhofiyya,

(2017) bahwa kawan sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat

kedewasaan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi yang paling penting dari

kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber informasi dan pembanding

tentang dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai

kemampuannya dari kelompok kawan sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa

yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan

remaja-remaja lainnya. Remaja sebagai pendidik sebaya diharapkan mampu

menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian dan minat

teman-teman sebayanya. Untuk mengoptimalkan keterampilannya, pendidik

sebaya seyogyanya mulai melatih diri dengan menyebarkan informasi kesehatan

reproduksi dalam kelompok kecil ( tidak lebih dari 12 orang). Setelah lebih

terbiasa dan menguasai materi secara mendalam, para pendidik sebaya dapat

meningkatkan kemampuannya dalam kelompok besar (50 orang) untuk kegiatan

ceramah (BKKBN, 2008).

Page 43: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

25

2.4.2 Panduan pelaksanaan tugas pendidik sebaya

1) Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah dipahami oleh

sebayanya.

2) Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya

dihadapan pendidik sebayanya.

3) Pesan-pesan sensitive dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.

4) Syarat-syarat pendidik sebaya, sebagai berikut:

(1) Aktif dalam kegiatan sosial dan popular di lingkungannya,

(2) Berminat secara pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan reproduksi,

(3) Lancer membaca dan menulis,

(4) Memiliki cirri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam

mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif,

tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta

senang menolong.

5) Uraian tugas pendidik sebaya, sebagai berikut:

(1) Menyampaikan informasi substansi program KRR,

(2) Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK-KRR,

(3) Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk datang ke

PIK-KRR,

(4) Melakukan perencanaan dan pelaporan,

6) Pengetahuan yang perlu dimiliki pendidik sebaya, sebagai berikut:

(1) Pengetahuan kesehatan reproduksi, mencakup: menstruasi dan pre mentrual

syndrome.

(2) Pengetahuan tentang penanganan kecemasan pre-menstrual syndrome.

Page 44: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

26

7) Pengetahuan komunikasi interpersonal perlu dimiliki pendidik sebaya yaitu

hubungan timbal balik yang bercirikan:

(1) komunikasi dua arah. Komunikas duaarah memungkinkan kedua belah

pihak sama-saa berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat

dan perasaan berbeda dengan komunikasi satu arah dimana hanya satu

pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya kurang

memuaskan. Waktu yang digunakan memang lebih lama, namun hasil yang

dicapai memuaskan kedua belah pihak.

(2) Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal adalah

komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Pendidik sebaya hendaknya:

1) Menggunakan kata-kata sederhana dan mudah dipahami kelompok, 2)

Menghindari istilah yang sulit dimengerti, 3) Menghindari kata-kata yang

bisa menyinggung perasaan orang lain.

Kominiksi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada

suara. Ekspresi wajah dan gerakan anggota tubuh. Dalam penyampaian informasi,

pendidik sebaya perlu mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara,

menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat.

8) Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran.

Cara bertanya ada dua macam, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka;

(1) Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang

singkat. Bisa dijawab dengan “Ya” dan “Tidak”

(2) Pertanyaan terbuka adalah mendorong orang untuk mengekspresikan

perasaan dan pikiran. Bisa memancing jawaban yang panjang.

Page 45: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

27

2.4.3 Keuntungan pendidik sebaya (peer education)

Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan masyarakat

dan kesehatan keluarga seperti pada pendidikan gizi, keluarga berencana,

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah kenakalan remaja.

UNAIDS, 2007 menjelaskan bahwa umumnya metode peer group dipilih karena:

2.4.3.1 Cocok secara budaya (culturally appropripate)

Peer group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan

yang secara cultural bersifat peka atau sensitive, dimana kemungkinan benturan

norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena dilakukan melalui orang dan

kelompok seseorang itu sendiri.

2.4.3.2 Berbasis komunitas (community based)

Pendidikan sebaya merupakan intervensi pada level komunitas yang

mendukung dan melengkapi program-program lain. Peer education ini memiliki

keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pembangunan sosial) lainnya yang

berbasis komunitas.

2.4.3.3 Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran sebagian besar orang

merasa lebih nyaman mengadukan persoalan mereka kepada kelompok sebaya,

terutama masalah-masalah pribadi seperti seksualitas.

2.4.3.4 Ekonomi

Metode pendidikan sebaya memungkinkan tersedianya layanan sosial yang

luas dengan biaya kecil, dan layanan tersebut dapat tersedia secara efektif.

2.4.4 Prosedur pelaksanaan metode peer education

Ford dan Collier (2006) dalam Dinda Nida Ankhofiyya, 2017 menyatakan

mekanisme atau tahapan kegiatan pendidikan sebaya, antara lain:

Page 46: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

28

2.4.4.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan pendidikan sebaya meliputi tahap aktifitas, berupa:

1) Mengidentifikasi isu yang berkenaan dengan masalah, menentukan kelompok

target dan menentukan tujuan yang jelas.

2) Menentukan pendidikan sebaya.

3) Merancang kegiatan pendidikan sebaya dalam kelompok sebaya.

4) Merencanakan strategi untuk monitoring dan evaluasi.

2.4.4.2 Pelatihan (training)

Pelatihan pendidikan sebaya adalah tahap awal yang harus dilakukan sebelum

kegiatan pendidikan sebaya berjalan. Pelatihan pendidikan sebaya untuk

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh fasilitator terkait informasi atau

isu permasalahan yang akan dibahas, keterampilan dalam melaksanakan dan

memfasilitasi diskusi, menyajikan informasi dan mengatasi teman kelompok yang

sulit diatur.

Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam melakukan pelatihan

pendidikan sebaya adalah tempat pelaksanaan training, lama waktu training,

pelatihan (trainer) pendidikan sebaya, persiapan pre-training, konten (isi materi),

dan pemberian atau pelaksanaan training. Tempat training pendidikan sebaya

akan lebih baik jika dilakukan di tempat pelaksanaan edukasi sebaya. Waktu

pelaksanaan training sangat ditentukan dari tujuan pendidikan sebaya.

Karakteristik pendidikan sebaya yang ingin dicapai dan sumber daya yang ada.

Lamanya pelatihan berdasarkan pedoman dan modul yaitu efektif 3 hari dengan

jumlah waktu pembelajaran selama 30 jam, setiap kelompok mendapat waktu

pelatihan selama 45 menit termasuk acara pembukaan, penutupan dan evaluasi,

Page 47: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

29

namun pada implementasi di sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang

ada serta situasi dan kondisi maupun sumber daya yang tersedia (Dr. Ananto,

dkk, 2007).

2.4.4.3 Implementasi

Aktivitas edukasi sebaya digunakan dalam bentuk kegiatan formal atau

informal. Aktivitas edukasi sebaya formal harus terencana dan terstruktur,

biasanya dilakukan berupa edukasi sebaya di ruang kelas berupa pemberian

informasi kepada kelompok sebaya yang dilakukan oleh fasilitator. Sedangkan

edukasi informal meliputi aktivitas: diskusi group yang teratur, diseminasi

sumber-sumber dan saran (anjuran); aktivitas melalui budaya popular, seperti

music, drama, kesenian serta percakapan atau interaksi yang terjadi secara spontan

dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.4.4 Evaluasi

Mekanisme kegiatan dari edukasi sebaya yang terakhir adalah evaluasi.

Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan, juga

memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi editor sebaya dalam menjalankan

perannya. Evaluasi merupakan aktifitas yang dilakaukan untuk memperoleh

informasi dan menilai dampak dari sesuatu (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017)

2.5 Penelitian yang relevan

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:

2.5.1 Dinda Nida Ankhofiyya, (2017), penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi

PMS (Pre-Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun”

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan peer education

Page 48: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

30

terhadap tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome pada siswi kelas

7 di SMPN 1 jiwan madiun. Desain penelitian tersebut menggunakan pre

eksperimental one group pre test-post test, sampel penelitian tersebut sebesar 27

siswi yang mengalami kecemasan pre-menstrual syndrome dengan menggunakan

uji Wilcoxon Sign Rank Test. Pengambilan sample menggunakan purposive

sampling. Hasil peneitian menunjukkan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan

sebelum diberikan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education

2.5.2 Dwiyati (2015), pernah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Peer Education Terhadap Kecemasan Pada Remaja Post Menarche Di Wilayah

Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul” yang bertujuan untuk mengetahui adakah

pengaruh peer education terhadap kecemasan pada remaja post menarche di SMP

Muhammadiyah. Penelitian tersebut menggunakan penelitian jenis quasi

eksperimental dengan variabel bebas pengaruh peer education. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan ada penurunan kecemasan yang signifikan

sebelum dan setelah diberikan peer education. Persamaan dengan penelitian

sebelumnya terletak pada variabel bebas, yaitu pengaruh peer education, dan

perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat dan sampel

penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah remaja post menarche.

2.5.3 Coryna Rizky Amelia, (2014), juga pernah melakukan penelitian dengan

judul penelitian “Peer Education Improve Premenstrual Syndrome Knowledge in

Adolescent”, Yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan remaja mengenai

sindrom pre-menstruasi. Desain Penelitian ini menggunakan one group pre post-

test pada siswi SMP kelas VII, dengan jumlah sampel 31 siswi yang diambil

Page 49: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

31

dengan teknik proportional random sampling. Data diambil dari hasil pengisian

kuesioner pengetahuan dan dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil penelitian memperlihatkan tingkat pengetahuan responden sesudah

pendidikan sebaya (77,4%) lebih tinggi secara signifikan (Z=4,82) dibandingkan

sebelum intervensi (67,7%). Pendidikan sebaya dapat menjadi metode pilihan

pendidikan kesehatan pada remaja tentang sindrom pre-menstruasi.

Page 50: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan

(Notoatmodjo, 2010) dikutip dalam Akhhofiyya, (2017).

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII Dan VIII Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang

Keterangan :

:diteliti

:tidak diteliti

:berpengaruh

32

Peer education:

1. Perencanaan (planning)

2. Pelatihan (training)3. Implementasi4. Evaluasi

Siswi kelas VII dan VIII yang mengalami

kecemasan saat PMS (Pre-Menstrual

Syndrome)

kecemasan

Factor yang mempengaruhi kecemasan:

1. Usia2. Menarche 3. Jenis kelamin4. Status kesehatan jiwa

dan fisik5. Nilai-nilai budaya dan

spritual6. Tingkat pendidikan7. Respon koping8. Dukungan sosial9. Tahap perkembangan10. Pengalaman masa lalu

Factor yang mempengaruhi PMS:

1. Factor hormonal2. Factor kimiawi3. Factor genetik4. Factor psikologis5. factor gaya hidup

Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat

Page 51: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

33

Siswi yang mengalami PMS biasanya akan mengalami kecemasan. PMS

memiliki banyak faktor yang mempengaruhi yaitu: faktor hormonal, faktor

kimiawi, faktor genetik, faktor psikologis, dan faktor gaya hidup, oleh karena itu

untuk menghadapi kecemasan PMS dapat dilakukan penatalaksanaan yaitu salah

satunya dengan pendidikan kesehatan peer education. Peer education adalah

remaja/mahasiswa yang secara fungsional mempunyai komitmen dan motivasi

yang tinggi, sebagai narasumber bagi kelompok remaja atau mahasiswa

sebayanya yang telah mengikuti pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang

belum dilatih. Prosedur dari peer education sendiri yaitu: perencanaan (planning),

pelatihan (training), implementasi dan, evaluasi. Diharapkan dengan dilakukan

peer education dapat menurunkan kecemasan. Kecemasan adalah suatu perasaan

subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum

dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang

nantinya akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis. Kecemasan

tersebut dapat muncul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi antara

lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi. Dalam

menghadapi kecemasan akan timbul beberapa tingkat kecemasan yaitu:

kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik.

3.2 Hipotesis

Hipotesi alternative (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian, hipotesis ini

menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau

lebih variabel (Nursalam, 2016).

Page 52: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

34

H1: ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja

putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

H0 : tidak ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada

remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.

Page 53: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan penelitiannya. Data penelitian meliputi, desain penelitian, ker

angka kerja, populasi, sampel, teknik sampling, identifikasi variabel, definisi

operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, etika

penelitian dan keterbatasan penelitian (Ankhofiyya, 2017).

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental yaitu lebih ditekankan

pada pembuktian dan pengembangan model penerapan ilmu keperawatan di

lapangan melalui suatu intervensi keperawatan dan observasi dari intervensi yang

diberikan (Nursalam, 2016).

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa factor yang dapat memengaruhi

akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Desain yang digunakan adalah one-group

pre-post test design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dan diukur

tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi

setelah intervensi (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini dipilih siswi kelas VII

dan VIII yang diawali dengan observasi kecemasan pre test. Kemudian dilakukan

pendidikan kesehatan peer education. Setelah diberikan perlakuan responden

diobservasi tingkat kecemasan, pengujian sebab akibat dilakukan

35

Page 54: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

36

dengan cara membandingkan hasil pre test dan post test. Adapun desain dalam

penelitian ini dapat dijelaskan pada skema sebagai berikut (Nursalam, 2016).

Gambar 4.1 Skema desain penelitian

Keterangan

X1 : tes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan

Y : penerapan pendidikan kesehatan peer education

X2 : tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan

4.3 Waktu dan tempat penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan maret–agustus 2019. Lokasi penelitian

dilakukan di SMPN 2 Jogoroto pada siswi kelas VII dan VIII karena siswi di

SMPN 2 Jogoroto sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah

tersinggung atau kecemasan menjelang menstruasi sehingga siswi terlihat lesu,

konsentrasi menurun dalam pembelajaran dan tidak semangat mengikuti pelajaran

di kelas.

4.4 Populasi, sampel dan sampling

4.4.1 Populasi

Menurut Nursalam (2016), populasi dalam penelitian adalah subjek

(misalnya manusia; klien) yang memenuhi kiteria yang telah ditetapkan. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2

Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi.

4.4.2 Sampel Penelitian

Menurut Nursalam (2016), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel

Post test pada akhir eksperimen (X2)

Pendidikan kesehatan peer education (Y)

Pre test pada awal eksperimen (X1)

Page 55: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

37

yang diambil dari penelitian ini yaitu siswi yang mengalami kecemasan saat pra-

menstruasi dengan jumlah 52 siswi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus

slovin sebagai berikut :

n = 52

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : tingkat kesalahan

4.4.3 Tehnik Sampling

Menurut Nursalam (2016), sampling adalah proses menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling pada penelitian ini

menggunakan proportional random sampling. Peneliti menggunakan tehnik ini

karena jumlah proporsi anggota populasi berbeda-beda, maka jumlah sampel yang

diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut ditentukan kembali dengan

rumus :

ni = (Ni : N) × n

Alokasi proporsional random sampling

1. Kelas VII : ni = (Ni : N) × n

Page 56: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

38

= (57 : 109) × 52

= 27 siswi

2. Kelas VIII : ni = (Ni : N) × n

= (52 : 109) × 52

= 25 siswi

Keterangan :

ni : sampel yang akan ditentukan

Ni : populasi kelas

N : populasi keseluruhan

n : sampel keseluruhan

Page 57: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

39

4.5 Kerangka Kerja

Gambar 4.2 kerangka kerja penelitian pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten

Populasi

Semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi

Sampling

Tehnik proportional random sampling

Desain penelitian

one-group pre-post test design

Sampel

Siswi yang mengalami kecemasan saat pra-menstruasi dengan jumlah 52 siswi

Pengumpulan data

Kuesioner

Hasil dan kesimpulan

Analisi data

Uji Wilcoxon

Pengolahan data

Editing, scoring, coding, tabulating, entry data, cleaning

Pre eksperiment

Observasi tingkat kecemasan

Intervensi

Pee education

Post eksperiment

Observasi tingkat kecemsan

Page 58: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

40

4.6 Identifikasi variabel

Variable adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2016). Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

4.6.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Peer Education

4.6.2 Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Kecemasan Pra-menstruasi.

4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2016).

Page 59: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

41

Table 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Parameter Instrumen Skala Kriteria

Independen: peer education

Proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh kalangan sebaya (remaja dengan usia yang sama) dan berfungsi sebagai sumber informasi dan pembanding tentang dunia selain dari keluarga, dengan jumlah waktu 3 hari pembelajaran

1. Perencanaan2. Pelatihan3. Implementasi4. Evaluasi

(Ankhofiyya, 2017).

SOP

SAP

Dependen: kecemasan pra-menstruasi

Kumpulan gejala yang tidak menyenangkan baik dari segi fisik maupun psikis yang dialami oleh wanita menjelang menstruasi, gejalanya bermacam-macam diantaranya mudah tersinggung, cemas, mudah marah, muncul jerawat, nyeri pada perut maupun payudara.

1. Perasaan cemas2. Ketegangan3. Ketakutan4. Gangguan tidur5. Gangguan

kecerdasan6. Perasaan

depresi7. Gejala somatik8. Gejala sensorik9. Gejala

kardiovaskuler10. Gejala

pernafasan11. Gejala

gastrointestinal12. Gejala

urogenital13. Gejala

vegetative14. Apakah anda

merasakan

Kuesioner dengan skala HARS

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = ringan/satu gejala dari pilihan yang ada

2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari separuh dari gejala yang ada

4 = sangat berat/semua gejala ada

Dengan kriteria :<6 = tidak ada kecemasan7-14 =

kecemasan ringan

15-27 = kecemasan sedang

Lebih dari 27 = kecemasan berat (Anandari, 2018).

O

R

D

I

N

A

L

Page 60: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

42

4.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Ankhofiyya,

2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP, SAP dan

kuesioner tentang kecemasan dengan menggunakan skala HARS.

4.9 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini

melalui beberapa tahap yaitu :

1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Insan Cendekia

Medika Jombang kepada SMPN 2 Jogoroto.

2. Meminta data responden dari siswi kelas VII dan VIII SMPN 2 Jogoroto.

3. Pre penelitian.

(1) Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia menjadi

responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

(2) Menentukan konselor teman sebaya, dengan syarat-syarat : aktif dalam

kegiatan sosial dan populer di lingkungannya, berminat secara pribadi

menyebarluaskan informasi kesehatan reproduksi, lancar membaca dan

menulis, memiliki cirri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam

mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif,

tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta

senang menolong.

Page 61: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

43

(3) Memberikan informed consent pada konselor yang telah terpilih.

(4) Melatih konselor selama 3 hari

(5) Membagi seluruh responden menjadi 4 Kelompok dan kemudian konselor

memberikan pendidikan kesehatan.

Tahap 2 :

1. Memberikan penjelasan dan informed consent kepada responden untuk

dilakukan penelitian.

2. Peneliti mencatat atau mendata siklus menstruasi dari masing-masing

responden

3. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh

konselor yang telah dilatih oleh peneliti.

4. Konselor memberikan pendidikan kesehatan kepada teman sebayanya mulai 7

hari sebelum menstruasi sebanyak 3x

5. Peneliti memberikan post test setelah konselor memberikan pendidikan

kesehatan.

6. Peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh dari responden.

7. Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh dari responden.

4.10 Pengolahan Data

Menurut Setiadi (2007), dalam Ankhofiyaa, (2017), dalam proses pengoahan

data penelitian menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

4.10.1 Editing

Editing adalah upaya mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian

antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab

tujuan penelitian.

Page 62: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

44

4.10.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiria atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan

terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan

kalkulator, maupun dengan menggunakan computer. Penelitian ini dibagi menjadi

data umum dan data khusus sebagai berikut:

4.10.2.1 Data umum

1) Responden

(1) Responden 1 diberi kode (R1)

(2) Responden 2 diberi kode (R2) dan seterusnya.

2) Usia

(1) 12 tahun : U1

(2) 13 tahun : U2

(3) 14 tahun : U3

(4) 15 tahun : U4

4.10.2.2 Data khusus

1. Umur saat pertama haid

(1) 10 tahun : M1

(2) 11 tahun : M2

(3) 12 tahun : M3

(4) 13 tahun : M4

2. Lama haid

(1) 5 hari : L1

(2) 6 hari : L2

Page 63: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

45

(3) 7 hari : L3

(4) 8 hari : L4

(5) 9 hari : L5

(6) 10 hari : L6

3. Tingkat kecemasan PMS pada remaja putri sebelum diberikan intervensi

(1) Tidak cemas : 0

(2) Cemas ringan : 1

(3) Cemas sedang : 2

(4) Cemas berat : 3

4. Tinkat kecemasan PMS pada remaja putri setelah diberikan intervensi

(1) Tidak cemas : 0

(2) Cemas ringan : 1

(3) Cemas sedang : 2

(4) Cemas berat : 3

4.10.3 Scoring

Scoring adalah memberikan perilaku terhadap item-item yang perlu diberi

penilaian atau skor terhadap hasil pengisian kuesioner pada responden, kemudian

hasil pengisian kuesioner dikelompokkan dalam bentuk nominal. Pembagian skor

dalam penelitian ini yaitu:

(1) Tidak ada gejala sama sekali : 0

(2) Satu dari gejala yang ada : 1

(3) Sedang/separuh dari gejala yang ada : 2

(4) Berat/lebih dari separuh gejala yang ada : 3

(5) Sangat berat/semua gejala ada : 4

Page 64: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

46

4.10.4 Tabulating

Tabulating adalah membuat penilaian data sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).

Adapun hasil pengolahan data tersebut, diinterpretasikan menggunakan data

kumulatif :

100% = Seluruhnya dari responden

76-99% = Hampir seluruhnya dari responden

51-75% = Sebagian besar dari responden

50% = Setengahnya dari responden

26-49% = Hampir setengahnya dari responden

1-25% = Sebagian kecil dari responden

0% = Tidak ada satupun dari responden

4.10.5 Entry Data

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa dengan tabel kontingensi.

4.10.6 Cleaning

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri,

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entri

data ke komputer.

4.11Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument dalam penelitian ini untuk variabel independen (peer education)

adalah menggunakan standart operasional procedure, dan variabel dependen

Page 65: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

47

(kecemasan pre-menstrual syndrome) mengunakan Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS) yang sudah baku, jadi kuesioner tidak dilakukan uji validitas ulang.

4.12Teknik Analisa Data

4.12.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian (Ankhofiyaa, 2017). Untuk menganalisa pengaruh peer education

terhadap kecemasan PMS di SMPN 2 Jogoroto. Penyajiannya dalam bentuk

distribusi dan prosentase dari tiap variabel.

1) Data Umum

(1) Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk kategori sebagai berikut : usia,

usia menarche

P =

Keterangan

P = prosentase

N = jumlah populasi

F = frekuensi jawaban

2) Data Khusus

(1) Variabel Independen

Data dari variabel independen peer education menggunakan lembar SOP

(standart operasional prosedur) yang mencakup perencanaan, pelatihan,

implementasi, dan evaluasi

Page 66: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

48

(2) Variabel Dependen

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu dilakukan

pengolahan data. Hasil observasi dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1) Skor

< 6 = tidak ada kecemasan. 2) Skor 7-14 = kecemasan ringan. 3) Skor 15-27 =

kecemasan sedang. 4) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

4.12.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berkorelasi atau

berhubungan (Ankhofiyya, 2017). Uji statistic yang digunakan dalam penelitian

pengaruh peer education terhadap kecemasan pre-menstrual syndrome adalah

Wilcoxon sign rank test. Untuk uji Wilcoxon Sign Rank Test pengambilan

keputusan menggunakan cara pertama yaitu jika sig > 0,1 maka H0 ditolak, artinya

tidak ada perbedaan antar variabel, jika sig < 0,1 maka H1 diterima, artinya ada

perbedaan antar variabel. Perhitungan uji statistic menggunakan system

komputerisasi SPSS 22,0.

4.13Etika Penelitian

4.13.1 Informed consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent

ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed

consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya.

4.13.2 Prinsip anonimity

Page 67: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

49

Anonymity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak mencantumkan

nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data tersebut.

4.13.3 Prinsip confidentially

Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari responden harus

menjamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya.

Page 68: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPN 2

Jogoroto Kabupaten Jombang. Penelitian ini membahas tentang pengaruh peer

education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan

VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang. Pengambilan data dengan

menggunakan kuesioner yang diberikan kepada siswi SMPN 2 Jogoroto.

Selanjutnya hasil penelitian akan dibahas secara rinci sesuai variabel yang diteliti.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Jogoroto yaitu SMPN 2

Jogoroto Kabupaten Jombang yang berlokasi di Jl. Pengalangan, Alang Alang

Caruban, Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. SMPN 2 Jogoroto

Kabupaten Jombang berakreditasi A dan terdapat banyak fasilitas yang

disediakan, diantaranya adalah ruang kelas sejumlah 14 ruangan, laboratorium

IPA, laboratorium komputer, sarana olahraga, taman, perpustakaan, musholla,

UKS dan tempat parkir untuk siswa.

Tahun ajaran 2018-2019 di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang memiliki

466 murid yang terdiri dari 240 murid laki-laki dan 226 murid perempuan, jumlah

keseluruhan 466 murid di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang. Jumlah

responden yang digunakan peneliti adalah 52 responden dari 226 siswi. Salah satu

program yang diadakan di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang adalah

pendidikan kesehatan oleh puskesmas, tetapi beum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang pre-menstrual syndrome.

50

Page 69: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

51

Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti bahwa didapatkan hasil bahwa di

SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang banyak remaja putri yang mengalami

kecemasan saat pre-menstrual syndrome.

5.2 Data Umum Responden

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)12 tahun 11 21,213 tahun 15 28,814 tahun 24 46,215 tahun 2 3,8

Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hampir setengah dari

responden berumur 14 tahun ada 24 siswi (46,2%).

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia saat pertama kali haid

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Haid pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

Usia saat pertama kali haid Frekuensi (f) Prosentase (%)10 Tahun 3 5,811 Tahun 12 23,112 Tahun 27 51,913 Tahun 10 19,2

Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019

Berdaraskan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia saat pertama kali haid

adalah sebagian besar dari responden berumur 12 tahun sebanyak 27 siswi

(51,9%).

Page 70: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

52

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

Lama haid Frekuensi (f) Prosentase (%)5 Hari 4 7,76 Hari 9 17,37 Hari 27 51,98 Hari 7 13,59 Hari 2 3,8

10 Hari 3 5,8Total 52 100,0

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lama haid sebagian besar dari

responden adalah 7 hari sebanyak 27 siswi (51,9%).

5.3 Data Khusus Responden

5.3.1 Tingkat kecemasan pre-menstrual syndroe (PMS) sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education

Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

No Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)1 Tidak cemas 0 02 Cemas ringan 0 03 Cemas sedang 2 3,84 Cemas berat 50 96,2

Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019

Hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan peer education hampir seluruh dari responden mengalami

cemas berat yaitu sebanyak 50 (96,2%) responden.

Page 71: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

53

5.3.2 Tingkat kecemasan pre-menstrual syndroe (PMS) sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education

Tabel 5.5 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

No Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)1 Tidak cemas 3 5,82 Cemas ringan 48 92,33 Cemas sedang 1 1,94 Cemas berat 0 0

Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019

Hasil penelitian pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pendidikan kesehatan peer education hampir seluruh dari responden mengalami

cemas ringan yaitu 48 (92,3%) responden.

5.3.3 Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-

menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri

Tabel 5.6 Tabulasi silang pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019

Kelompok Tidak cemas

Cemas ringan

Cemas sedang

Cemas berat Jumlah

F % f % f % f % f %Sebelum intervensi

0 % 0 % 2 3,8% 50 96,2% 52 100

Sesudah intervensi

3 5,8%

48 92,3% 1 1,9% 0 % 52 100

Wilcoxon Signed Rank

TestP value = 0,003

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pre-

menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education

hampir seluruh dari responden mengalami tingkat kecemasan berat yaitu 50

(96,2%) responden dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education

Page 72: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

54

yaitu hampir seluruh dari responden mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu

48 (92,3%) responden.

Uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat diketahui bahwa

nilai asymp. Sig (0,003 =3 %) < a = 5%, yang berarti h0 ditolak dan h1 diterima

yang artinya ada pengaruh antara kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum

dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri

kelas 7 dan 8 di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat kecemasan pra-menstruasi (PMS) sebelum mendapatkan

pendidikan kesehatan peer education.

Hasil penelitian pada tabel 5.4 sebelum dilakukan peer education

menunjukkan hampir seluruh dari responden mengalami cemas berat sejumlah 50

siswi (96,2%).

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.4 menunnjukkan bahwa

sebelum dilakukan peer education siswi mengalami cemas berat, hal ini

disebabkan karena remaja putri belum mendapatkan informasi tentang PMS,

Kebanyakan Remaja putri menunjukkan rasa khawatir jika pada saat mengalami

PMS di sekolah, muncul rasa marah, karena kurangnya pengetahuan, kurangnya

sumber informasi, dan dukungan ibu, sehingga mempengaruhi kecemasan remaja

putri saat mengalami PMS.

Menurut Sukmadinata (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan seseorang antara lain adalah karena remaja putri belum mendapatkan

informasi tentang PMS. Rasa takut, cemas pada siswi yang akan menghadapi

Page 73: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

55

PMS pertama kali dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai

PMS. Seorang siswi dapat berbeda dalam hal kesiapan menghadapi PMS.

Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun orang tua masih banyak yang tidak

menceritakan tentang kejadian PMS pada anak perempuan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hannah (2010).

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan hampir setengah dari responden

berumur 14 tahun sejumlah 24 siswi (46,2%).

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.1 menunnjukkan bahwa

remaja umur 14 tahun cenderung mengalami kecemasan, salah satu faktor yang

memicu kecemasan pada remaja putri adalah usia, yang mana remaja masih belum

siap menyelesaikan masalah atau menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun

psikologis, usia menjadi salah satu faktor penting remaja mampu mengontrol

kecemasan dalam dirinya.

Remaja dalam fase ini mudah sekali labil atau dihantui rasa cemas dalam

memutuskan sebuah pilihan. Faktor usia seseorang sangat menentukan seberapa

bisa dirinya mengontrol rasa cemas itu sendiri, seseorang dengan usia yang jauh

lebih tua akan lebih mampu mengontrol kecemasannya, serta menggunakan

koping yang efektif daripada seseorang dengan usia yang jauh lebih muda

(Khusnul, 2017). Usia remaja yang masih muda menjadikan individu tersebut

mudah sekali labil dalam mengahadapi masalah yang dihadapinya dan

menimbulkan rasa cemas, takut dan khawatir bahkan tidak percaya diri dalam

memilih sesuatu (Yusuf, 2017).

Page 74: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

56

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan sebagian besar dari responden

berumur 12 tahun sejumlah 27 siswi (51,9%).

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.2 menunnjukkan bahwa siswi

yang pertama kali mengalami menstruasi umur 12 tahun. Masa pubertas pada

wanita ditandai oleh kehadiran menstruasi pertama atau menarche. Menarche

biasanya terjadi antara umur 12 tahun tergantung oleh beberapa faktor termasuk

kesehatan wanita itu, hormonal, status gizi, keturunan dan faktor lingkungan

sosial. Remaja putri akan kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama

jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui atau membicarakannya dengan

teman sebaya maupun ibu mereka. Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi

pada remaja putri dapat berdampak terhadap kesiapan dalam menghadapi

menarche.

Pada puncak pubertas yang ditandai dengan menarche akan mulai terjadi

kontrol HPO axis yang mengkoordinasikan kerja dari hipotalamus. Kemudian,

memicu aktifitas dari GnRH yang menyebabkan peningkatan dari FSH dan LH

untuk pematangan ovarium. Pada fase folikular terdapat fluktuasi secara

signifikan dari estrogen dan progesteron. Siklus estrogen dan progesteron yang

fluktuatif dan mendadak ini dapat menyebabkan stress pada remaja putri, sehingga

memicu terjadinya kecemasan pada remaja putri yang mengalami menarche

(Amalia, 2016). Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi menarche berdampak

terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi pertama yang dapat

distimulasi dari berbagai faktor, diantaranya sosial ekonomi, kultur, pendidikan

dan pengalaman Remaja putri yang kaitannya sangat erat karena menstruasi

merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri. Remaja putri

Page 75: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

57

dikatakan sudah memasuki masa pubertas ketika ia telah mengalami menstruasi

(Atkinson,2009).

5.4.2 Tingkat kecemasan pra-menstruasi (PMS) sesudah mendapatkan pendidikan

kesehatan peer education.

Hasil penelitian pada tabel 5.5 sesudah dilakukan peer education

menunjukkan hampir seluruh dari responden mengalami cemas ringn sejumlah 48

siswi (92,3%).

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.5 menunnjukkan bahwa

sesudah dilakukan peer education siswa mengalami cemas ringan. Hal ini

menunjukkan bahwa siswi yang sudah diberikan edukuasi sudah mengalami

perubahan dalam hal kecemasan karena sudah mendapatkan informasi tentang

penatalaksanaan kecemasan PMS sehingga rasa cemas pada siswi berkurang.

Peer education efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap

kecemasan dan gangguan depresi (nelson et al., 2014 dalam dwiyati, 2015).

Perasaan responden setelah mengikuti peer education yaitu remaja merasa

senang, kecemasan, kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer education

dapat menambah ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan motivasi terhadap

masalah yang mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi, berbagi cerita dan

sharing pengalaman (ankhofiyya, 2017).

5.4.3 Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat keceamsan pra-

menstruasi (PMS)

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test dapat

diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,003 = 3%) < a = 5% yang berarti signifikan.

Page 76: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

58

H1 diterima berarti ada Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat

kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS).

Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.6 menunnjukkan bahwa

sesudah dilakukan peer education siswi mengalami perubahan dalam hal

kecemasan karena sudah mendapatkan informasi tentang penatalaksanaan

kecemasan PMS sehingga rasa cemas pada siswi berkurang. Peer education

efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap kecemasan dan gangguan

depresi. Perasaan responden setelah mengikuti peer education yaitu remaja

merasa senang, kecemasan, kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer

education dapat menambah ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan

motivasi terhadap masalah yang mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi,

berbagi cerita dan sharing pengalaman.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ankhofiyya, 2017 tentang

pengaruh peer education terhadap tingkat kecemasan menghadapi pre menstrual

syndrome pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun, Stikes Bhakti Husada

Mulia Madiun. Hasilnya menunjukkan perbedaan kesiapan menghadapi pre

menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education, dari analisis data

diketahui p value sebesar 0,003.

Page 77: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh peer education terhadap

kecemasan pra-menstruasi pada siswi kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto

Kabupaten Jombang, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome sebelum (pre test)

mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada siswi kelas VII dan

VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang hampir seluruh dari responden

mengalami kecemasan berat.

2. Tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome sesudah (post test)

mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada siswi kelas VII dan

VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang hampir seluruh dari responden

mengalami kecemasan ringan.

3. Ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada siswi

kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupten Jombang yang signifikan.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Guru

Peneliti menyarankan perlu diadakannya koordinasi dengan pihak

puskesmas agar dilaksanakannya promosi kesehatan pre-menstrual syndrome

(PMS) secara rutin sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan

59

Page 78: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

tentang pendidikan kesehatan peer education yang berpengaruh pada

kecemasan pra-menstruasi.

2. Bagi Mahasiswa STIKes ICMe Jombang

Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kesehatan pada umumnya, dan dapat dijadikan bahan

penyuluhan bagi mahasiswa stikes icme jombang tentang kecemasan pra-

menstruasi dengan menggunakan metode brain storming.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian

selanjutnya dengan metode yang sama dan materi berbeda yaitu “Pengaruh

peer education terhadap kesehatan reproduksi HIV/AIDS”

Page 79: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

DAFTAR PUSTAKA

Alvionita, F. (2016), Hubungan Pola Makan Dengan Pre-Menstrual Syndrome Pada Mahasiswi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Amelia, C.R. (2014), Peer Education Improve Premenstrual Syndrome Knowledge In Andolescent. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2, agustus 2014.

Anandari, I.H. (2018), “Hubungan Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putrid Di SMAN 08 Kendari”Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.

Ankhofiyya, D.N. (2017), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS (Pre-Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Arviana, A. (2017), Hubungan Morbiditas Pre Menstrual Syndrome (Pms) Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri. Universitas Muhammadiyah Malang.

BKKBN. (2008), Modul ksehatan reproduksi remaja. Yogyakarta : BKKBN

Cahyani, P. (2016), Hubungan Pengetahuan Remaja Dengan Pencegahan Premenstruasi Sindrom Di SMA Gelora Pancasila Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016.

Drs. Ananto, P. MM, dkk, (2007), Pedoman dan modul pendidikan kecakapan hidup untuk pencegahan HIV dan AIDS bagi guru SMP. Jakarta.

http://www.unesco.or.id/documents/MODUL%20LIFE%20SKILL%20BARU%20(ISI)%20NASKAH%20ASLI%20REVISI.pdf, disitasi: 19 september 2007.

Ervianasari, N. (2018), Pengaruh Alpukat Terhadap Gejala Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat I di Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2017. Jurna kebidanan, Vol. 4, No. 2, april 2018: 68-71.

Femilanda, E.P. (2017), Gambaran Pernikahan Dini Remaja Putri Di Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

61

Page 80: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

62

Fikriya, U. dkk (2016), Pemberian Vitamin B6 Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja Akhir Dengan Premenstruasi Syndrom. Jurnal Hesti Wira Sakti, Vol. 4, No. 2. Hal. 102-109.

Fiskalia, R. (2018), Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sman 8 Kendari, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.

Hakim, L.N. (2017), Pengaruh Peer Group Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 13 Bandar Lampung, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandar Lampung.

Hartanto, S.S. (2018), Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan KejadianPremenstruasi Syndrome Pada Mahasiswi di Asrama Putri Stikes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Well being, Vol. 3, No.1, 2018.

Helmi, R.R. (2017), Hubungan Sindrom Pramenstruasi Dengan Aktivitas Belajar Siswi SMAN 1 Payakumbuh. Jurnal kesehatan andalas 2017; 6(2).

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/707/563

Lestari, P.C. (2015), “Hubungan Sindrom Premenstruasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negri 1 Bantul Yogyakarta”, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Maulidah, N. (2016), Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual SyndromeDengan Kecemasan Remaja Putri Saat MenghadapiPremenstrual Syndrome Di Smp Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nursalam. (2016), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Purwasih, I. (2017), Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Remaja Putri Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Di Man Malang, Nursing News. Vol. 2, No. 2, 2017.

Rabani, N.I. (2018), “Hubungan Tingkat Stres Dengan Pre-Menstrual SyndromePada Mahasiswi D IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari”, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.

Sinaga, E. et al. (2017), Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas nasional, Hal. 35.

Page 81: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

63

Sumyati, E (2018), Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Kelas VII dan VIII yang Mengalami Pubertas, Professional Islam. Vol. 16, No. 1, 2018.

Wahyuningsih, S., et al. (2000), Modul Pelatihan Peer Education Anak Gaul (Jakarta). Rumah Gaul Yayasan Pelita.

Yati, D.(2015), Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Remaja Post Menarche Di Wilayah Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Page 82: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

64

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO KEGIATAN BULAN/MINGGU

MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan penelitian2 Perumusan masalah

dan tujuan penelitian3 Studi literatur4 Pembuatan proposal5 Seminar proposal6 Perbaikan hasil

seminar proposal7 Uji etik8 Pelaksanaan penelitian9 Pengumpulan data10 Pengolahan data11 Kesimpulan dan saran12 Plagiasi13 Sidang hasil penelitian14 Perbaikan sidang hasil15 Publikasi jurnal16 Pengumpulan skripsi

Page 83: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

65

Lampiran 2LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Magfirotulloh Nim : 153210071Program studi : S1 Ilmu Keperawatan

Saat ini melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang ”.

Berikut ini penjelasan tentang penelitian dan keikutsertaan siswi-siswi sebagai responden dalam penelitian ini :

1. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.

2. Peneliti memberikan surat permohonan dan surat persetujuan untuk menjadi responden.

3. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bukan suatu paksaan dari pihak manapun tetapi sukarela dari responden sendiri.

4. Responden diminta untuk mengikuti pendidikan kesehatan dengan metode peer education serta mengisi lembar kuesioner pada saat penelitian.

5. Apabila pada saat penelitian responden merasa tidak nyaman, responden berhak untuk berbicara kepada peneliti.

6. Respon berhak memberikan pertanyaan kepada peneliti pada waktu penelitian.

7. Peneliti akan merahasiakan semua data ataupun informasi yang disampaikan oleh responden pada saat penelitian.

8. Peneliti akan memberikan reward berupa souvenir kepada responden yang sudah dengan sukarela mengikuti penelitian.

Jombang, Mei 2019 Penuli

s

(Magfirotulloh)

Page 84: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

66

Lampiran 3PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,Yang bertanda tangan dibawah ini :Nama :MagfirotullohNim :153210071

Adalah mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Memohon partisipasi Adik-adik dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang”. Penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini sangat bermanfaat bagi saya dalam melakukan penelitian. Saya mengharapkan jawaban adik-adik sesuai dengan hati nurani adik-adik tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang adik-adik berikan tanpa digunakan untuk maksud yang lain-lain.

Sebagai bukti kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini, adik-adik dipersilahkan untuk bertandatangan pada lembar persetujuan yang telah di persiapkan. Atas partisipasi yang adik-adik berikan saya mengucapkan terimakasih

Peneliti

(Magfirotulloh)

Responden

( )

Page 85: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

67

Lampiran 4LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

INFORMED CONSENTSetelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya yang bertanda tanganNama :Umur :Jenis kelamin :Alamat :

Menyatakan (bersedia/tidak bersedia) menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Magfirotulloh, mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang”

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jombang, Mei 2019

Responden

( )

Page 86: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

68

Lampiran 5

KISI-KISI KUESIONER

TINGKAT KECEMASAN

NO Uraian Nomor Soal

NO Uraian Nomor Soal

1 Perasaan cemas 1 8 Gejala sensorik 82 Ketegangan 2 9 Gejala kardiovaskuler 93 Ketakutan 3 10 Gejala pernafasan 104 Gangguan tidur 4 11 Gejala gastrointestinal 115 Gangguan kecerdasan 5 12 Gejala urogenital 126 Perasaan depresi 6 13 Gejala vegetative 137 Gejala somatic 7 14 Apakah anda merasakan 14

Page 87: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

69

Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)Topik : Pre-menstrual syndromeSasaran : Konselor peer educationWaktu : Hari, Tanggal :Tempat : SMPN 2 JogorotoWaktu : 3 HariNama penyuluh : Magfirotulloh

A. Tujuan umumSetelah mengikuti kegiatan penyuuhan diharapkan konselor peer education dapat memahami dan mengerti tentang PMS (pre-menstrual syndrome)

B. Tujuan khususSetelah mengikuti penyuuhan kesehatan tentang PMS (pre-menstrual syndrome) konselor diharapkan dapat:1. Menjelaskan pengertian PMS2. Menjelaskan faktor penyebab PMS3. Menjelaskan tanda dan gejala PMS4. Menjelaskan cara pencegahan sebelum terjadi PMS5. Menjelaskan penatalaksanaan PMS

C. Materi penyuluhan1. Pengertian PMS (Pre Menstrual Syndrome)

Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak

menyenangkan, baik fsik maupun psikis, yang dialami oleh wanita

menjelang menstruasi, yaitu sekitar satu atau dua minggu sebelum

menstruasi, gejala PMS ini akan hilang ketika sudah menstruasi dimulai

atau bahkan 1-2 hari menjelang menstruasi.

2. Faktor penyebab PMS (Pre Menstrual Syndrome)

a. Faktor hormonal, terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan

progesteron. Kadar hormon estrogen meningkat dan melampaui batas

normal sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan

perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan

yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.

b. Faktor kimiawi, Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti

serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat

mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi,

Page 88: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

70

kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan

untuk tidur, agresif dan peningkatan selera.

c. Faktor genetik, insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu

telur (monozigot) dibandingkan kembar dua telur.

d. Faktor psikologis yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian

PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di dalam diri

seorang wanita mengalami tekanan.

e. Faktor gaya hidup, pola makan juga memegang peran yang tidak kalah

penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan

terhadap gejala-gejala PMS.

3. Tanda dan gejala PMS (Pre Menstrual Syndrome)

a. Lelah

b. Insomnia

c. Makan berlebih

d. Perubahan gairah seksual

e. Mudah tersinggung

f. Mudah marah

g. Depresi

h. Mudah sedih

i. Mudah menangis

j. Cemas

k. Susah konsentrasi

l. Bingung

m.Sakit kepala

n. Payudara bengkak serta teraba keras (nyeri)

o. Nyeri punggung

p. Nyeri perut dan terasa penuh (kembung)

q. Kaki dan tangan bengkak

r. Mual

s. Nyeri otot dan persendian

Page 89: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

71

4. Cara pencegahan PMS (Pre Menstrual Syndrome)

a. Belajar mengenali gejala PMS sehingga dapat mengantisipasi ketika

emosi tidak stabil

b. Mengurangi kafein (kopi)

c. Pengaturan pola makan

d. Tidak minum alkohol

e. Tidak merokok

f. Olahraga 3x dalam seminggu

5. Penanganan PMS (Pre Menstrual Syndrome)

a. Pengobatan PMS dapat menggunakan analgetik (obat penghilang rasa

nyeri) dan bersifat simptomatis hanya membantu mengatasi nyeri, serta

bersifat sementara. Analgetik yang digunakan biasanya asam mefenamat

dengan dosis 500 mg diberikan 3 kali sehari

b. Tehnik relaksasi tarik nafas dalam dengan cara:

- Duduk dengan santai

- Tarik nafas dalam melalui hidung denganbibir tertutup

- Tahan selama1-2 detik

- Keluarkan udara melalui mulut

c. Tehnik distraksi

- Menonton film

- Membaca novel

- Jalan-jalan ke pusat pembelanjaan

d. Kopres hangat untuk mengurangi nyeri

- Isi botol aqua dengan air hangat

- Tempelkan botol tersebut di bawah perut

- Kompres dilakukan 15-20 menit

D. Metode penyuluhana. Ceramahb. Tanya jawab

E. Media penyuluhana. LCD

Page 90: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

72

F. Kegiatan penyuluhan

No Tahap pengkajian

Waktu Kegiatan penyuluhan

Sasaran

1 Pembukaan 10 menit 1. Membuka acara dengan mengucapkan salam dan perkenalan

2. Menyampaikan topik dan tujuan penyuluhan kepada konselor

3. Kontrak waktu untuk kesepakatan penyuluhan dengan konselor

1. Menjawab salam dan mendengarkan perkenalan

2. Mendengarkan penyampaian topik dan tujuan

3. Menyetujui kesepakatan pelaksanaan pendidikan kesehatan

2 Kegiatan inti 20 menit 1. Peneliti memberi pendidikan kepada konselor dengan media LCD

2. Peneliti mepraktekkan bersama dengan konselor cara menangani kecemasan PMS

1. Mendengarkan materi yang disampaikan

3 Penutup 15 menit 1. Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk bertanya

2. Menutup acara dengan mengucapkan salam

1. Menjawab pertanyaan

2. Menjawab salam

Page 91: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

73

Lampiran 7

TINGKAT KECEMASAN-HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)

Nama :

Umur :

Umur saat pertama haid :

Berapa hari lama haid :

A. Penilaian

0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 : Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)

4 : Sangat berat (semua gejala ada)

B. Penilaian Derajat Kecemasan

Skor < 6 (tidak ada kecemasan)

6-14 (kecemasan ringan)

15-27 (kecemasan sedang)

>27 (kecemasan berat)

Adakah tanda-tanda atau gejala di bawah ini yang adik-adik rasakan saat

mengalami PMS (premenstrual syndrome)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda pada kolom yang

tersedia di bawah ini.

1. Perasaan cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2. Ketegangan

Merasa tegang

Page 92: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

74

Lesu

Mudah terkejut

Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3. Ketakutan

Pada gelap

Ditinggal sendiri

Pada orang asing

Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan banyak orang

4. Gangguan tidur

Sukar memulai tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk

Sulit berkonsentrasi

Sering bingung

6. Perasaan depresi

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Berkurangnya kesukaan pada hobi

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik (otot-otot)

Nyeri otot

Kaku

Page 93: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

75

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tak stabil

8. Gejala sensorik

Telinga berdengung

Penglihatan kabur

Muka merah dan pucat

Merasa lemah

Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler

Denyut nadi cepat

Berdebardebar nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemah seperti mau pingsan

Detak jantung hilang sekejap

10. Gejala pernapasan

Rasa tertekan di dada

Perasaan tercekik

Merasa napas pendek/sesak

Sering menarik napas panjang

11. Gejala gastrointestinal

Sulit menelan

Mual muntah

Berat badan menurun

Konstipasi/sulit buang air besar perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri lambung sebelum/sesudah makan

Rasa panas di perut

Perut terasa penuh/kembung

12. Gejala urogenitalia

Sering kencing

Tiak dapat menahan kencing

Page 94: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

76

Amenor/menstruasi yang tidak teratur

Frigiditas

13. Gejala vegetatif/otonom

Mulut kering

Muka kering

Mudah berkeringat

Pusing/sakit kepala

Bulu roma berdiri

14. Apakah anda merasakan ?

Gelisah

Tidak tenang

Mengerutkan dahi muka tegang

Tonus/ketegangan otot meningkat

Napas pendek dan cepat

Muka merah

Jumlah skor

Kesimpulan : Tidak ada kecemasan

Kecemasan ringan

Kecemasan sedang

Kecemasan berat

Page 95: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

77

Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEER EDUCATION

Pengertian Remaja yang secara fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber bagi kelompok remaja sebayanya yang telah mengikuti pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan mempergunakan panduan kurikulum dan modul pelatihan yang telah disusun

Keuntungan 1. Cocok karena memiliki kultural yang sama2. Berbasis komunitas3. Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran4. Ekonomis

Langkah 1. Tahap perencanaana. Peneliti menentukan kelompok target dan konselor

yang nantinya konselor akan menjadi konselor bagi teman sebayanya dan bila bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.

b. Peneliti mencatat siklus menstruasi dari masing-masing responden

2. Tahap pelatihan yaitu memberikan pelatihan kepada konselor tentang edukasi dengan cara :a. Peneliti melakukan kontrak kerja dengan konselorb. Peneliti memberi pendidikan kesehatan selama 3 hari

kepada konselor dengan media LCDc. Peneliti mempraktekkan bersama dengan konselor cara

menangani kecemasan PMSd. Peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab bersama

konselor3. Tahap implementasi yaitu konselor melakukan aktivitas

edukasi sebaya dengan cara :a. Konselor melakukan kontrak kerja dengan teman

sebayanya

Page 96: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

78

b. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh konselor yangtelah dilatih oleh peneliti

c. Konselor memberi pendidikan kesehatan kepada teman sebayanya mulai 7 hari sebelum menstruasi sebanyak 3 x dengan media LCD

d. Konselor mempraktekkan bersama dengan teman sebayanya cara menangani kecemasan PMS

e. Konselor melakukan diskusi dan tanya jawab dan peneliti mengawasi

f. Peneliti memberikan post test setelah konselor memberikan pendidikan kesehatan.

4. Tahap evaluasi yaitu memberikan pertanyaan atau mengevaluasi kepada teman sebayanya.

Lampiran 9

Page 97: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

79

Lampiran 10

Page 98: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

80

Lampiran 11

Page 99: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

81

Page 100: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

82

Page 101: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

83

Page 102: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

84

Lampiran 12

Page 103: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

85

Lampiran 13

Page 104: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

85

Lampiran 14

Kecemasan pra-menstruasi sebelum diberikan peer education

No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 JML KET KODE1 3 4 3 2 1 4 3 1 1 2 3 4 2 2 35 BERAT 32 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 40 BERAT 33 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 39 BERAT 34 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 3 31 BERAT 35 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 2 3 38 BERAT 36 2 4 3 3 3 1 3 3 3 0 3 3 1 3 35 BERAT 37 2 3 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 3 2 35 BERAT 38 3 3 3 1 0 3 4 3 3 3 3 2 2 3 36 BERAT 39 3 3 0 3 3 3 3 0 3 3 2 3 3 3 35 BERAT 310 3 2 1 3 3 0 3 3 0 3 3 3 3 4 34 BERAT 311 2 3 3 3 2 4 3 1 3 0 3 4 1 3 35 BERAT 312 3 4 2 3 3 2 3 3 1 3 0 3 3 4 37 BERAT 313 3 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 2 2 2 37 BERAT 314 2 2 0 2 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 33 BERAT 315 3 3 3 3 3 1 3 4 3 1 3 3 3 3 39 BERAT 316 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 40 BERAT 317 2 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 40 BERAT 318 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 3 37 BERAT 319 2 3 3 3 3 0 3 2 3 3 0 3 3 4 35 BERAT 320 2 3 2 2 3 4 3 4 1 3 0 3 2 2 34 BERAT 321 2 3 3 1 3 2 2 3 4 3 4 3 2 3 38 BERAT 322 2 3 0 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 38 BERAT 323 2 2 3 3 3 3 1 2 1 3 4 3 3 3 36 BERAT 324 2 2 2 3 3 0 3 3 1 3 3 2 3 4 34 BERAT 325 2 1 3 3 3 3 2 3 2 2 0 3 3 3 33 BERAT 326 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 40 BERAT 327 2 1 1 3 3 3 2 0 4 0 2 4 3 3 31 BERAT 3

Page 105: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

28 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 38 BERAT 329 2 0 4 3 3 3 3 2 0 3 1 3 3 3 33 BERAT 330 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41 BERAT 331 1 2 2 2 3 4 3 0 4 3 1 3 0 3 31 BERAT 332 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 39 BERAT 333 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 BERAT 334 2 2 3 3 3 3 0 3 0 3 3 3 0 3 31 BERAT 335 1 3 3 3 2 3 0 1 2 4 2 2 2 3 31 BERAT 336 1 2 2 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34 BERAT 337 2 3 4 3 1 3 4 3 2 3 3 3 0 2 36 BERAT 338 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37 BERAT 339 4 1 3 3 1 3 4 3 0 3 2 3 4 2 36 BERAT 340 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41 BERAT 341 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 25 SEDANG 242 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 BERAT 343 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 32 BERAT 344 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40 BERAT 345 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 37 BERAT 346 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 40 BERAT 347 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 40 BERAT 348 4 3 1 1 3 4 2 3 0 3 3 3 3 3 36 BERAT 349 3 2 3 0 3 2 2 3 4 3 4 3 1 3 36 BERAT 350 2 3 4 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 35 BERAT 351 2 2 1 2 1 0 2 1 1 2 0 2 4 2 22 SEDANG 252 3 3 4 3 2 3 2 2 3 1 3 4 1 3 37 BERAT 3

JML 122 134 134 137 133 136 136 129 124 136 124 150 125 148

Page 106: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

Kecemasan pra-menstruasi sesudah diberikan peer education

No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 JML KET KODE1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 10 RINGAN 12 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 0 0 1 6 TIDAK CEMAS 03 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 9 RINGAN 14 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 9 RINGAN 15 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 16 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 TIDAK CEMAS 07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 11 RINGAN 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 110 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11 RINGAN 111 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 112 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 TIDAK CEMAS 013 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 114 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 RINGAN 115 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 116 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13 RINGAN 117 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 118 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 RINGAN 119 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 120 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 RINGAN 121 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 122 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 RINGAN 123 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 124 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 125 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 126 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 RINGAN 127 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 1

Page 107: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

28 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 129 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14 RINGAN 130 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 131 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 132 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 RINGAN 133 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 RINGAN 134 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 135 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 RINGAN 136 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 137 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12 RINGAN 138 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11 RINGAN 139 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 140 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 RINGAN 141 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 RINGAN 142 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 143 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 144 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 145 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 RINGAN 146 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 147 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10 RINGAN 148 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 RINGAN 149 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 150 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 RINGAN 151 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 152 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 0 2 21 SEDANG 2

JML 48 42 39 41 40 46 43 42 43 45 46 39 38 50

Page 108: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

89

Lampiran 15

FREQUENCIES

Statistics

usia

umur saat

pertama haid lama haid

kecemasan

sebelum

diberikan peer

education

kecemasan

sesudah

diberikan peer

education

N Valid 52 52 52 52 52

Missing 0 0 0 0 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12 tahun 11 21.2 21.2 21.2

13 tahun 15 28.8 28.8 50.0

14 tahun 24 46.2 46.2 96.2

15 tahun 2 3.8 3.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

umur saat pertama haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 tahun 3 5.8 5.8 5.8

11 tahun 12 23.1 23.1 28.8

12 tahun 27 51.9 51.9 80.8

13 tahun 10 19.2 19.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

Page 109: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

lama haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5 hari 4 7.7 7.7 7.7

6 hari 9 17.3 17.3 25.0

7 hari 27 51.9 51.9 76.9

8 hari 7 13.5 13.5 90.4

9 hari 2 3.8 3.8 94.2

10 hari 3 5.8 5.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

kecemasan sebelum diberikan peer education

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid cemas sedang 2 3.8 3.8 3.8

cemas berat 50 96.2 96.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

kecemasan sesudah diberikan peer education

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak cemas 3 5.8 5.8 5.8

cemas ringan 48 92.3 92.3 98.1

cemas sedang 1 1.9 1.9 100.0

Total 52 100.0 100.0

Page 110: STIKES ICME JOMBANGrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/WATERMARK ASLI.doc · Web viewRemaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai

WILCOXON

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kecemasan sesudah

diberikan peer education -

kecemasan sebelum

diberikan peer education

Negative Ranks 52a 26.50 1378.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 52

a. kecemasan sesudah diberikan peer education < kecemasan sebelum diberikan peer

education

b. kecemasan sesudah diberikan peer education > kecemasan sebelum diberikan peer

education

c. kecemasan sesudah diberikan peer education = kecemasan sebelum diberikan peer

education

Test Statisticsb

kecemasan

sesudah

diberikan peer

education -

kecemasan

sebelum

diberikan peer

education

Z -6.880a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test