stenosis duodenum

12
I. Anfis intestinum minor Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu Di dalam usus dua belas jari, dihasilkan enzim dari dinding usus. Enzim tersebut diperlukan untuk mencerna makanan secarakimiawi: Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas menjadi tripsin; Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino; Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa; Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa; Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida; Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino; Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak; Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Di dalam usus penyerapan (iluem) terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili berfungsi memperluas permukaan penerapan, sehingga makanan dapat terserap sempurna Makanan yang berupa glukosa, asam amino, vitamin, mineral, air akan diserap pembuluh darah kapiler di vili, dan diangkut ke hati ke vena porta. Di dalam hati, beberapa zat akan diubah ke bentuk lain dan beberapa lainnya akan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan asam lemak dan gliserol diangkut melalui pembuluh limfa. Duodenum Disebut juga usus dua belas jari, dibagian duodenum terdapat papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar yang disebut kelenjar burner, befungsi untuk memproduksi getah intestinum. Duodenum adalah bagian pertama dari usus kecil dan menghubungkan perut ke jejunum, yang merupakan bagian kedua dari usus kecil Jejunum dan ileum Sambungan antara jejunum dan ileum tidak memiliki batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantara lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh

Upload: jamil-senna

Post on 05-Dec-2014

408 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stenosis Duodenum

I. Anfis intestinum minorUsus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empeduDi dalam usus dua belas jari, dihasilkan enzim dari dinding usus. Enzim tersebut diperlukan untuk mencerna makanan secarakimiawi: Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas menjadi tripsin; Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino; Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa; Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa; Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida; Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino; Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak; Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.Di dalam usus penyerapan (iluem) terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili berfungsi memperluas permukaan penerapan, sehingga makanan dapat terserap sempurnaMakanan yang berupa glukosa, asam amino, vitamin, mineral, air akan diserap pembuluh darah kapiler di vili, dan diangkut ke hati ke vena porta. Di dalam hati, beberapa zat akan diubah ke bentuk lain dan beberapa lainnya akan diedarkan ke seluruh tubuh.Sedangkan asam lemak dan gliserol diangkut melalui pembuluh limfa.DuodenumDisebut juga usus dua belas jari, dibagian duodenum terdapat papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar yang disebut kelenjar burner, befungsi untuk memproduksi getah intestinum.Duodenum adalah bagian pertama dari usus kecil dan menghubungkan perut ke jejunum, yang merupakan bagian kedua dari usus kecilJejunum dan ileumSambungan antara jejunum dan ileum tidak memiliki batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantara lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup valvulo sekali yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali pada ileum.Mukosa usus halusPermukaan epitel yang sangat kuat melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absobsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang, vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormone jaringan dan enzim yang memegang peran aktif dalam pencernaan.Fungsi usus halus1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino3. Karbohidrat diserap dalam monosakarida.

Page 2: Stenosis Duodenum

II. Konsep DasarPengertianStenosis adalah suatu obstruksi lengkap dengan lubang kecil sekunder diafragma atau web, sedangkan atresia adalah sebuah obstruksi lengkap.Stenosis duodenum adalah penyempitan atau striktura lumen duodenum yang abnormal menyebabkan obstruksi yang tidak lengkap. Bedakan dengan atresia yang menyebabkan obstruksi lengkap Stenosis dan atresia duodenum umumnya terdapat pada bagian pertama dan kedua duodenum, kebanyakan pada daerah sekitar papilla Vater. Saluran empedu utama dapat berhubungan dengan mukosa intraluminal web.Stenosis jejunum dan ileum adalah penyempitan atau striktura lumen jejunum dan ileum yang abnormal menyebabkan obstruksi yang tidak lengkap.Stenosis intestinum minor adalah sebuah penyempitan pada bagian-bagian usus halus yaitu duodenum, ileum dan jejunum yang merupakan penyakit kelainan bawaan yang menyebabkan obstruksi tidak lengkap.Etiologi/penyebab- kompresi dari permukaan duodenum oleh band-band Ladd sekunder untuk rotasi lengkap dari usus- Annular membungkus pancreas- keturunan resesif autosomal- Adanya Polyhidramnion ( saat kehamilan )-Factor resiko1. Kelainan KromosomKelainan genetik pada suami atau istri dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada anaknya. Dengan kemajuan teknik dalam menyelidiki secara langsung bentuk dan jumlahkromosomdalam sel – sel manusia, maka dapat ditemukan hubungan antara kelainan dalam jumlah serta bentukkromosomdan kelainan kongenitaltertentu, misalnya kelainan padakromosomautosome2. Faktor MekanikTekanan mekanik pada janin dalam uterus dapat menyebabkan kelainan bentuk. Bentuk kelainan tergantung daerah organ yang mengalami tekanan yang terus menerus,3. Faktor InfeksiInfeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenitalialah terutama infeksi oleh virus. Pada masaorganogenesis, yakni dalam triwulan pertama kehamilan, karena infeksi ini menimbulkan gangguan dalam pembentukan alat – alat atau organ dalam tubuh janin.4. Faktor umur ibuKehamilan di usia tua atau mendekati menopouse beresiko lebih tinggi melahirkan anak dengan kelainan kongenitalcacat. Ini diduga karena menurunnya fungsi organ yang mendukung proses kehamilan terutama hormon.5. RadiasiRadiasi yang terus menerus pada kehamilan dapat menimbulkan mutasigene, yang dapat menyebabkan kelainan kongenitalpada yang dilahirkan6. Faktor giziPada ibu hamil yang kekurangan gizi beresiko melahirkan bayi cacat dari pada ibu yang hamil kecukupan

Page 3: Stenosis Duodenum

gizi. Diduga vitamin A, riboflamin, asam folik, thiamin gizi pendukung pada stadiumorganogenesisdi triwulan pertama.7. Faktor lainBanyak kelainan kongenitalyang tidak diketahui penyebabnya, diduga faktor – faktor hipoxia, hipo – hiperthermia dan juga masalah – masalah sosial dapat menyebabkan kelainan kongenital.Faktor predisposisia. Sosial Ekonomi RendahSosial ekonomi rendah ini berhubungan dengan status gizi keluarga. Status gizi keluarga yang kurang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, terutama pada masa kehamilan dimana masa ini sangat dibutuhkan asupan gizi yang cukup. Gizi yang cukup sangat diperlukan untuk perkembangan janin.b. LingkunganLingkungan juga sangat penting untuk mendukung pertukaran dan perkembangan radikal bebas yang sering disebabkan polusi terutama polusi udara. Didaerah – daerah industri dan keadaan lingkungan hidup yang buruk, ini sangat mempengaruhi kesehatan apalagi pada masa – masa awal dari kehidupan.c. Grande Para ( Usia ibu waktu hamil lebih dari 30 tahun )Kehamilan diusia tua beresiko lebih tinggi melahirkan anak cacat. Diduga karena menurunnya fungsi organ yang mendukung proses kehamilan, terutama hormon kehamilan.PatofisiologiStenosis duodenum adalah penyebab umum dari obstruksi usus pada bayi baru lahir. Hal ini lebih sering terjadi pada dewasa sebagai akibat dari penyakit ulkus peptikumStenosis duodenum dapat disebabkan oleh kompresi dari permukaan duodenum oleh band-band Ladd sekunder untuk rotasi lengkap dari ususAnnular membungkus pankreas duodenum dapat menyebabkan stenosis atau obstruksi duodenumEtiologi dan factor resikoPerases kehamilan trimester 3 30-60 hariMasa pembentukan organ tubuh janinKegagalan proses vacuolisasi selama periode embryo Biasa bersamaan dengan annular pancreas (1/3 tengah) (duodenum )

pembuluh darah yang menimbulkan aseptic necrosis intra uterin yang berakhir pada atresia (ileum dan jejunum)Terjadi stenosis karena adanya etiologiAntara masa gestasional 8-10 minggu, lumen di duodenum dilengkapi oleh berkumpulnya vakuola-vakuola, dan juga terjadi rekanalisasi. Gangguan selama periode penting dalam perkembangan duodenum dipercaya menyebabkan terjadinya kegagalan rekanalisasi dan menyebabkan terjadinya atresia, stenosis, dan web.Manifistasi klinis- saat berumur beberapa bulan/tahun Gejala : Muntah , bilious dan non bilious Bisa timbul saat dewasa : refluks gastroesofageal, ulserasi peptic, atau obstruksi duodenum proksimal dari stenosis oleh bezoar.- Gejala sering tidak berkembang pada masa neonatus- Biasanya anak mengalami mual intermiten dengan muntah. Muntahan berisi empedu

Page 4: Stenosis Duodenum

- Anak gagal untuk berkembang- Dapat ditemukan di perut bagian atas kembung.- Diwarnai empedu muntah pada neonatus berusia 24 jam- radiografi polos yang menunjukkan penampilan ganda-gelembung gas tanpa distal.- Gas usus distal mengindikasikan stenosis, membran tidak lengkap, atau anomali duktus hepatopancreatic.- stenosis duodenum signifikan tidak diobati, kondisi cepat menjadi fatal sebagai akibat dari hilangnya elektrolit dan ketidakseimbangan cairanPemeriksaan diagnostic- Pada riwayat kelahiran, terlambatnya evaluasimekoniumlebih dari 24 jam atau anak tidak bisa defekasi sedangkan anus ada. Pada orang dewasa ada riwayatkonstipasikronik- Radiodiagnostik (Pemeriksaan fotopolosabdomen, terlihat tanda – tandaobstruksiusus lebih rendah. Umumnya gambarankolonsulit dibedakan dengan gambaran usus halus.)PEMERIKSAAN FISIK :PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi : tampak contour/ peristalsis lambung atau usus di daerah epigastrium. Palpasi : tampak distended pada daerah epigastrium disebabkan oleh duodenum dan gaster yang berdilatasiPada Inspeksi (Distensiabdomen, perut buncit, muntah – muntah warna kehijauan)Palpasi atau Perabaan (Perabaan padaabdomenterasa bagian – bagian darikolonyang melebar dan bisa dirasakan perut keras atau defansabdomen.)PEMERIKSAAN PENUNJANG :PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Elektrolit Hematokrit Gula darah Goldah dan crossmatch Pencitraan Foto polos abdomen Barum meal Barium enema Rectal BiopsyDIFERENSIAL DIAGNOSIS :DIFERENSIAL DIAGNOSIS Malrotasi yang disertai volvulus Membran atau pita yang melintang dan menekan duodenum- Plain x-ray dapat menunjukkan perut membesar dengan isi perut dipertahankan, bagian fisrt duodenum dapat melebar- X-ray setelah menelan barium berisi suatu fluida menunjukkan menunjukkan obstruksi duodenum- Atas Gastrointestinal Endoscopy (pemeriksaan lingkup fleksibel serat optik) akan menunjukkan obstruksi duodenum (Lihat Panendoscopy)Penatalaksanaan medis- Indikasi untuk BedahIndikasi ditentukan oleh derajat obstruksi usus Sebuah obstruksi bermutu tinggi biasanya dilakukan pada kebijaksanaan dokter bedah (intervensi bedah elektif)Tingkat rendah penghalang parsial mungkin pergi bertahun-tahun tanpa membutuhkan pembedahanSebagian besar operasi berlangsung di tahun-tahun dewasa dengan operasi sesekali di masa kecil- OperasiPembedahan dilakukan di bawah anestesi umum Sayatan dibuat di perut bagian atasStenosis ini biasanya dilewati tanpa menghapus apapun pankreas atau jaringan duodenum. Prosedur memotong berbagai:- Duodenoduodenostomy – lubang dibuat di sisi duodenum atas dan di bawah stenosis diikuti dengan

Page 5: Stenosis Duodenum

penjahitan dinding duodenum di lubang bersama untuk membentuk bypass (sisi untuk memotong sisi)- Duodenojejunostomy – akhir untuk memotong sisi duodenum untuk jejunum- Gastrojejunostomy – sisi perut bagian bawah ke sisi bypass jejunum- Gastroduodenostomy – sisi perut bagian bawah ke sisi dari bypass duodenum- Resusitasi cairan- Dekompresi dengan NGT- AntibiotikaKomplikasi- Intestinal obstruksi e.c- adhesive Duodenal dismotility- Megaduodenum dengan sindrom blind loop Refluks duodenogastrik- gastritis Ulkus Peptic Cholelithiasis- Komplikasi yang terkait dengan operasi besar mungkin terjadio Perdarahano Infeksio Gangguan pernapasan (kesulitan bernafas)o Hipotermia (suhu tubuh rendah)o Rendah urino Obstruksi ususo Fistula – kebocoran pada garis jahitan Pos Operasi dan Perawatan SetelahPrognosisAngka bertahan hidup bayi ,bila ditangani dengan baik, adalah 90-95 %. Peningkatan angka bertahan hidup dapat dihubungkan dengan perawatan respirasi, hiperelementasi, anestesi pediatrik yang meningkat hasilnya, peningkatan kewaspadaan dan terapi anomali lain yang mengikuti.stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus yang menderita stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi pada sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. stenosis duodenum paling sering dikaitkan dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita trisomi 21,jantung, ginjal, CNS, dan musculoskeletal.EpidemiologiKasus stenosis duodenal atau duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau remaja.Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda) pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali saluran cerna. Stenosis duodenum 1/5000-10.000 kasus. Rasio atresia dan stenosis adalah 3:2 atau 2:21 : 5000–10000, 25–30 % bersamaan dengan Down‘sSyndrome ( Mongolism) )

Page 6: Stenosis Duodenum

III. Asuhan keperawatan stenosis intestinum minora. Pengkajian1. Pola nutrisi ( menurut ganer)a) Pola nutrisi dan metabolikPenurunan nafsu makan, mual, muntah karena adanya obstruksi gas dan akan meningkatkan tekanan intraabdomen. Pembatasan makanan dari Rumah Sakit diet rendah sisa, bubur.b) Pola eliminasi BAB1) Konstipasi ; karena kelemahan peristaltik usus2) Feces ; konsistensi;skibala3) Diare ; biasanya terjadi ada penyulit enterokolitisc) Pola aktifitas dan latihan1) Aktifitas kebiasaan klien setiap hari2) Kebutuhan hidup ( ADL) sehari – hari3) Pekerjaan kliend) Pola reproduksi dan sexual1) Tanda – tanda kelamin sekunder, waktu pertama kali menstruasi2) Tanda – tanda kelamin primer3) Status klien, bujang, menikah, tidak menikahe) Pola istirahat dan tidurIstirahat tidur berkurang, merasakan keadaan sakitnya, setuasi tak adaptif lingkungan rumah sakitf) Pola persepsi sensori1) Nyeri : kadang distensiabdomen2) Sensasi nyeri baikg) Pola kognitif1) Daya ingat baik2) Kesadaran, tergantung sakitnyah) Pola peran hubungan keluargaHubungan keluarga, orang tua, anak, kakak, adiki) Pola persepsi dan konsep diri1) Harga diri rendah : adanya citra tubuh yang tergangguj) Pola koping dan toleransi stress1) Hobi; untuk mengalihkan perasaan2) Teman dekat; untuk mencurahkan perasaannya3) Intro/ exofet; menghadapi masalahk) Pola nilai kepercayaan1) kepatuhan beribadah, agama klien2) hubungan kedekatan dan beribadah menurut klien2. Pemeriksaan fisikAbdomen:I. : Distensiabdomen, perut membuncitA.: Peningkatan bising usus, karena terjadi sunbatan, pasase usus tergangguP : Defansabdomen, teraba masaskibala, nyeri

Page 7: Stenosis Duodenum

P : Timpani, pekakB. Diagnose dan Intervensi1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntahTujuan :- keseimbangan cairan dan elektrolit tidak terganggukriteria hasil- Intake dan output seimbang- Tidak ada tanda – tanda dehidrasiIntervensi- Tanda – tanda vital normal intervensi- Awasi masukan dan keluaran cairan- Kaji tanda – tanda dehidrasi- Kaji tanda – tanda vital- Catat intake dan output- Kolaburasi untuk pemberian cairan parenteral2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka, tindakan infasif ( Carpenito, 1999)Tujuan :- Agar tidak terjadi infeksiKriteria hasil :- Luka bersih- Tidak ada tanda – tanda infeksiIntervensi :- Rawat luka secara aseptik dan antiseptik- Kaji tanda – tanda infeksi- Kolaburasi gizi untuk pemberian antibiotika3. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntahTujuan :- Agar kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria hasil :- Berat badan seimbang- Hb dan albumin dalam keadaan normalIntervensi :- Kaji penyebab mual, muntah- Monitor intake makanan- Berikan situasi makan yang menyenangkan- Anjurkan untuk makan porsi kecil tetapi sering- Kolaburasi pemeriksaan Hb dan albumin per minggu- Monitor berat badan- Kaji keadaan kulit klien

SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)

Page 8: Stenosis Duodenum

Tema : Penyakit stenosis usus halusSub Tema : Penatalaksanan Penyakit stenosis usus halusSasaran : Keluarga Tn. BTempat : Di rumah sakitHari/Tanggal : Minggu, 13 November 2011Waktu : 30 Menit

A. Tujuan Instruksional UmumSetelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Keluarga Tn. B dapat mengetahui Penatalaksanaan Penyakit stenosis usus halus.

B. Tujuan Instruksional KhususSetelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Keluarga Klien Dapat:• Menjelaskan Latar Belakang Penyakit stenosis usus halus dengan benar• Menyebutkan penyebab yang dapat menimbulkan Penatalaksanan Penyakit stenosis usus halus• Menyebutkan tanda/gejala dari Penyakit stenosis usus halus• Mengerti Patofisiologi Penyakit stenosis usus halus• Mengerti cara penatalaksanaan Penyakit stenosis usus halus

C. Materi1. Latar belakang penyakit Penyakit stenosis usus halus2. Faktor penyebab dari Penyakit stenosis usus halus3. Tanda/gejala Penyakit stenosis usus halus4. Patofisiologi Penyakit stenosis usus halus5. Cara penatalaksanaan Penyakit stenosis usus halus

D. Metode1. Ceramah2. Tanya jawab

E. Kegiatan PenyuluhanNo Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu1. Pembukaan • Salam pembuka• Menyampaikan tujuan penyuluhan• Menjawab salam• Menyimak,Mendengarkan, menjawab pertanyaan 5 Menit2. Kerja/ isi • Penjelasan pengertian, penyebab, gejala, patofisiologi & Penatalaksanan Penyakit stenosis usus halus• Memberi kesempatan peserta untuk bertanya• Menjawab pertanyaan

• Evaluasi • Mendengarkan dengan penuh perhatian

Page 9: Stenosis Duodenum

• Menanyakan hal-hal yang belum jelas• Memperhatikan jawaban dari penceramah• Menjawab pertanyaan 20 menit3. Penutup • Menyimpulkan• Salam penutup • Mendengarkan• Menjawab salam 5 Menit

F. MediaLeaflet : Tentang penyakit Penyakit stenosis usus halusG. Sumber/Referensa. Smeltzer Suzanne C.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.b. Doenges M.E. (1989)Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.c. Long; BC and Phipps WJ (1985)Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process ApproachSt. Louis. Cv. Mosby Company.d. http://www.yoursurgery.com/ProcedureDetails.cfm?BR=1&Proc=80

H. EvaluasiFormatif : Klien dapat menjelaskan latar belakang Penyakit stenosis usus halusKlien mampu menjelaskan faktor penyebab Penyakit stenosis usus halusKlien dapat menjelaskan tanda/gejala Penyakit stenosis usus halusKlien mampu menjelaskan patofisiologi Penyakit stenosis usus halusKlien mampu mengerti cara Penatalaksanan Penyakit stenosis usus halusSumatif : Klien dapat mengetahui Penatalaksanan Penyakit stenosis usus halus

Yogyakarta, Sabtu 12 November 2011Penyuluh

(Riski Wulandari)

IV. Daftar pustakaSmeltzer Suzanne C.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.Doenges M.E. (1989)Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.Long; BC and Phipps WJ (1985)Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process ApproachSt. Louis. Cv. Mosby Company.