stenosis duodenum

14
STENOSIS DUODENUM Nur Sepdyanti, Sudarman,Try Enos O, Cathrina Desiere Moniaga, Indah Triayu Irianti, Karlina Budiman, Asyuddin, Farid Nur Mantu. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasannuddin Makassar A. ABSTRAK Stenosis duodenum merupakan penyempitan pada duodenum yang menyebabkan obstruksi pada duodenum. Stenosis duodenum dipercayai terjadi akibat kegagalan dalam proses pembentukan embriologi struktur bilier dan pankreas selama masa fetus. Side to side duodenoduodenostomy adalah terapi operatif perbaikan standar pada stenosis duodenum, pada beberapa kasus, duodenojejunostomy dapat menjadi pilihan jenis operasi yang lain dengan perbaikan yang lebih mudah dengan pembedahan yang minimal. Berdasarkan penemuan kasus di RSUD dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, bulan November 2012, dilaporkan seorang anak perempuan berusia 7 bulan 5 hari dengan perut kembung yang dialami sejak 16 jam sebelum masuk Rumah Sakit dan didiagnosis menderita ileus obstruktif parsial et causa stenosis duodenum. Kata kunci : Stenosis duodenum, duodenoduodenostomy, duodenojejunostomy 1

Upload: indah-triayu-irianti

Post on 05-Aug-2015

671 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Stenosis duodenum merupakan penyempitan pada duodenum yangmenyebabkan obstruksi pada duodenum. Stenosis duodenum dipercayaiterjadi akibat kegagalan dalam proses pembentukan embriologi strukturbilier dan pankreas selama masa fetus

TRANSCRIPT

Page 1: STENOSIS DUODENUM

STENOSIS DUODENUM

Nur Sepdyanti, Sudarman,Try Enos O, Cathrina Desiere Moniaga, Indah

Triayu Irianti, Karlina Budiman, Asyuddin, Farid Nur Mantu.

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasannuddin

Makassar

A. ABSTRAK

Stenosis duodenum merupakan penyempitan pada duodenum yang

menyebabkan obstruksi pada duodenum. Stenosis duodenum dipercayai

terjadi akibat kegagalan dalam proses pembentukan embriologi struktur

bilier dan pankreas selama masa fetus. Side to side duodenoduodenostomy

adalah terapi operatif perbaikan standar pada stenosis duodenum, pada

beberapa kasus, duodenojejunostomy dapat menjadi pilihan jenis operasi

yang lain dengan perbaikan yang lebih mudah dengan pembedahan yang

minimal.

Berdasarkan penemuan kasus di RSUD dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar, bulan November 2012, dilaporkan seorang anak perempuan

berusia 7 bulan 5 hari dengan perut kembung yang dialami sejak 16 jam

sebelum masuk Rumah Sakit dan didiagnosis menderita ileus obstruktif

parsial et causa stenosis duodenum.

Kata kunci : Stenosis duodenum, duodenoduodenostomy,

duodenojejunostomy

ABSTRACT

Duodenal stenosis is a stricture on duodenal that can cause duodenal

obstruction. They are believed to result from a developmental error during

early foetal life within the area of intense embryological activity involved in

the creation of the biliary and pancreatic structures. A side-to-side

duodenoduodenostomy is the standard repair for duodenal stenosis. In some

cases, duodenojejunostomy can be an alternative and may afford an easier

repair with minimal dissection.

1

Page 2: STENOSIS DUODENUM

According to case found in RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar on November 2012, reported of a 7 months 5 days age old baby

girl present with distended abdomen suffered since age of 16 hours before

hospitalized and been diagnosed with partial obstructive ileus caused by

duodenal stenosis.

Keyword : Stenosis duodenal, duodenoduodenostomy, duodenojejunostomy

B. PENDAHULUAN

Walaupun insidens obstruksi duodenum cukup jarang, diestimasi

insidennya bervariasi antara1 dari 10.000 hingga 1 dari 40.000 kelahiran.

Kebanyakan diperoleh perbandingan antara atresia dan stenosis adalah 3:2

atau 2:2. Atresia duodenum dan stenosis adalah penyebab tersering dari

obstruksi intestinum pada bayi yang baru lahir.

Ada berbagai jenis tipe obstruksi duodenum, obstruksi dapat parsial

maupun komplit, ekstrinsik atau instrinsik, atau bahkan kedua-duanya.

Atresia dan stenosis duodenum termasuk dalam obstruksi instrinsik.

Obstruksi duodenum berkaitan dengan prematuritas (46%) dan

polyhidramnions maternal (33%). Sebagai tambahan, terdapat angka

kejadian yang tinggi hubungan antara obstruksi duodenum dan sejumlah

anomali, yaitu down syndrome (>30%), malrotasi (>20%), kelainan jantung

bawaan (20%).

Gejala klinis yang paling sering muncul adalah muntah bilious dan

intoleransi makanan. Dari pemeriksaan fisis, tdak ada temuan yang spesifik

untuk menegakkan diagnosis, namun mungkin kita akan menemukan

distensi pada perut bagian atas.

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan foto polos

abdomen. Pada foto polos abdomen akan didapatkan gambaran udara

double bubble yang merupakan patognomonis gambaran pada obstruksi

duodenum.

Duodenuduodenostomy atau duodenotomy dengan reseksi membran

merupakan pilihan tindakan operatif pilihan dengan hasil cukup bagus dan

memiliki riwayat morbiditas post operatif yang minimal

2

Page 3: STENOSIS DUODENUM

C. LAPORAN KASUS

Bayi perempuan berumur 7 bulan 5 hari masuk dengan keluhan utama

perut kembung sejak 16 jam sebelum dibawa ke RS. Muntah (+) kurang

lebih 3 jam sebelum masuk RS, frekuensi 2x, tidak menyemprot, isi sisa

makanan dan susu. Anak malas makan dan minum, demam (+) dialami

sejak 1 hari sebelum masuk RS, kejang (-), Batuk (+), lendir (+) sejak 1 hari

sebelum masuk RS. BAB: belum selama 3 hari, riwayat BAB sebelumnya:

padat, frekuensi 1x perhari, warna kuning, BAK:kesan normal. Riwayat

berobat ke dokter anak kurang lebih 18 jam sebelum masuk RS dengan

keluhan perut kembung, mendapat obat muntah (sirup) dan obat kembung

(puyer), pasien dianjurkan berobat ke RS bila kembung belum berkurang.

Pada pemeriksaan fisis, keadaan umum:sakit sedang/gizi

kurang/composmentis, mata cekung (+), bibir kering (+), turgor menurun,

ditemukan tanda vital didapatkan nadi 142 x/menit, Pernapasan 42x/menit,

dan suhu 36,80 C.. Pada regio abdomen, dari inspeksi:tampak sedikit

cembung, ikut gerak napas; auskultasi:peristaltik (+) kesan

meningkat;palpasi:nyeri tekan (-), masssa tumor (-), hepar/lien:tidak

teraba;Perkusi:timpani. Rectal Toucher : Spinchter mencekik, mucosa

licin, massa feces (+), handschoen : darah (-), lendir (-), feces (+)

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 15/11/2012: WBC

10,57x 103, RBC 4,13 x 106, Hb 10,4, HCT 33,1, PLT 149x106, GDS 108,

Na 136, K 5,3, Cl 105.

Pada pemeriksaan USG abdomen (11/11/2012), kesan:distended

gaster, foto polos abdomen 3 posisi (12/11/2012) kesan: ileus paralitik, foto

BNO (15/11/2012) kesan:suspect obstruksi parsial duodenum.

Foto klinis pasien (26/11/2012) setelah dikompresi dengan NGT :

3

Page 4: STENOSIS DUODENUM

Foto polos abdomen 3 posisi (12/11/2012)

kesan: ileus paralitik

4

Page 5: STENOSIS DUODENUM

Foto BNO (15/11/2012)

kesan:suspect obstruksi parsial duodenum

D. PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan keluhan perut kembung yang diperhatikan

mulai membesar sejak 16 jam sebelum dibawa ke RS, dimana hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa salah satu gejala stenosis

duodenum adalah adanya distensi pada abdomen bagian atas. Selain itu,

pasien juga muntah (+) kurang lebih 3 jam sebelum masuk RS dengan

frekuensi 2x, tidak menyemprot, berisi sisa makanan dan susu. Berdasarkan

kepustakaan, gejala klinis yang paling sering dari stenosis duodenum adalah

muntah bilious, namun apabila obstruksi terjadi pada daerah supra ampular,

maka pasien akan mengalami muntah non bilious yang berulang.

Pada pemeriksaan fisis, keadaan umum:sakit sedang/gizi

kurang/composmentis, mata cekung (+), bibir kering (+), turgor menurun,

ditemukan tanda vital didapatkan nadi 142 x/menit, Pernapasan 42x/menit,

dan suhu 36,80 C, sehingga didapatkan skor dehidrasi berdasarkan WHO

5

Page 6: STENOSIS DUODENUM

modifikasi UNHAS pada pasien ini adalah 12, pasien dikategorikan dalam

kondisi dehidrasi ringan-sedang. Hal tersebut sesuai kepustakaan yang

menyebutkan bahwa pada penderita stenosis duodenum akan didapatkan

kondisi dehidrasi apabila kondisi pasien tidak cepat ditangani.

Pada pemeriksaan fisis regio abdomen didapatkan, inspeksi:tampak

sedikit cembung, ikut gerak napas; auskultasi:peristaltik (+) kesan

meningkat;palpasi:nyeri tekan (-), masssa tumor (-), hepar/lien:tidak

teraba;Perkusi:timpani. Berdasarkan kepustakaan, tidak ada hasil

pemeriksaan fisis yang spesifik untuk menegakkan diagnosis stenosis

duodenum, namun mungkin dapat ditemukan distensi pada abdomen bagian

atas.

Berdasarkan pemeriksaan penunjang, dari pemeriksaan laboratorium

darah rutin, kimia darah, dan elektrolit semua dalam batas normal,

berdasarkan kepustakaan, pada stenosis duodenum tidak ada hasil

laboratorium tertentu yang patognomonis untuk menegakkan diagnosis

stenosis duodenum.

Dari pemeriksaan radiologi foto BNO 3 posisi (12/11/2012)

didapatkan gambaran double bubble appearence dan kesan: suspect

obstruksi parsial duodenum. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyebutkan bahwa pada stenosis duodenum, foto polos abdomen adalah

metode kunci untuk menegakkan diagnosis, pada foto polos abdomen

tersebut akan didapatkan gambaran bayangan udara double bubble.

Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua

mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi.

Selain pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, pada kasus ini

sebenarnya masih dapat dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan untuk

mengkonfirmasi adanya stenosis, yaitu pemeriksaan radiologi dengan

menggunakan kontras. Namun, pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada

kasus obstruksi inkomplit.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan, pasien ini didiagnosis ileus obstruktif

parsial et causa suspek stenosis duodenum.

6

Page 7: STENOSIS DUODENUM

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan

elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan

dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan

obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali

normal. Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan

sebagai profilaksis.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder.Operasi diawali dengan laparotomi kemudian

disusul dengan teknik bedah yang disesuaikandengan hasil eksplorasi

selama laparotomi

Secara umum semua bentuk obstruksi duodenal indikasi untuk

dilakukan tindakan pembedahan. Prosedur operatif standar pada stenosis

duodenum pada saat ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada

kuadran kanan atas, meskipun dengan perkembangan yang ada telah

dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum dengan cara

yang minimal invasive. Atau dapat dilakukan tindakan pembedahan

anastomosis duodenoyeyunostomi.

Angka bertahan hidup bayi ,bila ditangani dengan baik, adalah 90-95

%. Peningkatan angka bertahan hidup dapat dihubungkan dengan perawatan

respirasi, hiperelementasi, anestesi pediatrik yang meningkat hasilnya,

peningkatan kewaspadaan dan terapi anomali lain yang mengikuti.

E. KESIMPULAN

Stenosis duodenum adalah penyempitan atau striktura lumen

duodenum yang abnormal menyebabkan obstruksi yang tidak lengkap.

Bedakan dengan atresia yang menyebabkan obstruksi lengkap Stenosis dan

atresia duodenum umumnya terdapat pada bagian pertama dan kedua

duodenum, kebanyakan pada daerah sekitar papilla Vater.

Insidens stenosis duodenum 1/5000-10.000 kasus. Rasio atresia dan

stenosis adalah 3:2 atau 2:2.

Anamnesis : Bila lumen sangat kecil, gejala menyerupai atresia Bila

lumen agak longgar : gejala muncul saat berumur beberapa bulan/tahun

7

Page 8: STENOSIS DUODENUM

Gejala : Muntah, bilious dan non bilious Bisa timbul saat dewasa : refluks

gastroesofageal, ulserasi peptic, atau obstruksi duodenum proksimal. Pada

pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya tanda khas untuk mendiagnosa

stenosis duodenum selain adanya distensi pada abdomen bagian atas.

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan foto polos

abdomen. Pada foto polos abdomen akan didapatkan gambaran udara

double bubble yang merupakan patognomonis gambaran pada obstruksi

duodenum.

Prinsip penatalaksanaan ileus obstruktif parsial et causa suspek

stenosis duodenum pada dasarnya berupa balance cairan dan elektrolit,

dekompresi, mengatasi syok dan keadaan emergensi (jika ada), dan

hilangkan obstruksi. Dapat dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik

spektrum luas. Duodenuduodenostomy atau duodenotomy dengan reseksi

membran merupakan pilihan tindakan operatif pilihan.

8

Page 9: STENOSIS DUODENUM

DAFTAR PUSTAKA

Puri P, Hollwarth M. Duodenal obstruction. In: Sweed Y,editors.Pediatric

surgery. Germany:Springer;2006.p.203-212

Kaddah, SN et al. Congenital duodenal obstruction. Annals of pediatric

surgery. 2006:130 -5

Laura K, Vecchia D, Grosfeld JL, West KW et al. Intestinal Atresia

andStenosis: A 25─Year Experience With 277 Cases. Arch Surg J,

1998;133:490─497

Karrer F, Potter D, Calkins C. Duodenal Atresia. Available

athttp://emedicine.medscape.com/article/932917-print. Updated: Mar 3,

2009.Diakses pada tanggal 26 November2012.

Mandell G, Karan J. Imaging in Duodenal Atresia. Tersedia

padahttp://emedicine.medscape.com/article/408582-

overview#showall.Diaksespada tanggal 26 November 2012.

Traubici J. The Double Bubble Sign.  Radiology 2001; 220:463– 464.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :

EGC. Hal: 623.

Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA, Wilson

LM,editor.Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Alih bahasa:

dr.Peter Anugerah. Jakarta:EGC;1995. Hal.389–412.

9

Page 10: STENOSIS DUODENUM

10