statistika dasar - imam tahyudin

157
STATISTIKA DASAR Teori dan Praktek Edisi Pertama IMAM TAHYUDIN Zahira Media Publisher

Upload: lius-hanta

Post on 12-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

STATISTIKA DASAR Teori dan Praktek

Edisi Pertama

IMAM TAHYUDIN

Zahira Media Publisher

Page 2: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

STATISTIKA DASAR Teori dan Praktek

Oleh : Imam Tahyudin

Penyunting : Qurrotul A’Yuni

Lay-out dan Desain Sampul : Fachry Diyo Asela

Cetakan Pertama, Februari 2012

Penerbit :

Zahira Media Publisher

Hak Cipta © 2012 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Page 3: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

“Mother hold their children’s hands a While,

And their hearts forever” (Fandy Tjiptono, 2004)

Buku ini didedikasikan untuk :

Mama, Mimi, Kakak dan Adiku

Laililyah Tahyudin

Amirah El-Zahira Tahyudin

“Untuk mengetahui jalan pikiran seseorang

lihatlah ucapannya dan untuk mengetahui ide dan gagasan

seseorang lihatlah karya tulisannya”

Page 4: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Berkat

pertolongannya Alhamdulillah buku ini dapat terbit. Ide penulisan buku ini

telah mengendap cukup lama. Berawal dari pengalaman dan pengkajian

mendalam penulis selama belajar dan mengajar.

Dalam penulisan buku ini, penulis mendapatkan bantuan dan

dukungan dari sejumlah pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Istriku Lailiyah dan Putriku Amirah El-Zahira Tahyudin atas pengertian

dan dukungannya dengan cara-cara yang unik selama proses penulisan

buku ini.

2. Qurrotul A’yuni atas bantuannya mengedit penulisan buku ini.

3. Fachry Diyo Asela atas bantunya merancang sampul dan lay-out buku

ini.

4. Dr. Idha sihwaningrum, M.Sc. (UNSOED), Dr. Mashuri (UNSOED), Dr.

Nunung Nurhayati (UNSOED) dan Jajang, M.Si (UNSOED) atas wawasan

dan inspirasi selama kuliah.

5. Berlilana, S.Kom., M.Si (Ketua STMIK Amikom Purwokerto) atas

wawasan dan inspirasi selama mengabdi mengajar.

6. Teman-teman di STMIK AMIKOM Purwokerto (Pa Amang, Pa Taqwa, Pa

Giat, dll) atas dukungan moral selama penulisan buku ini.

Penulis sangat mengharapkan buku ini bisa bermanfaat bagi semua

yang menaruh minat pada Statistika Dasar. Segala masukan dan kritik

konstruktif sangat Penulis harapkan. Selamat membaca dan mengkaji buku

ini.

Purwokerto,

Februari 2012

Imam Tahyudin

Page 5: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................... .01

BAB II. PENYAJIAN DATA............................................................ 24

BAB III. DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI ............................. 53

BAB IV. UKURAN PEMUSATAN ................................................. 78

BAB V. UKURAN PENYEBARANError! Bookmark not defined.

BAB VI. MODEL DISTRIBUSI DATAError! Bookmark not defined.

BAB VII. PROBABILITAS .............. Error! Bookmark not defined.

BAB VIII. PERMUTASI ................... Error! Bookmark not defined.

BAB IX. KOMBINASI ...................... Error! Bookmark not defined.

BAB X. POPULASI DAN SAMPELError! Bookmark not defined.

BAB XI. DISTRIBUSI PROBABILITASError! Bookmark not defined.

BAB XII. DISTRIBUSI NORMAL ... Error! Bookmark not defined.

BAB XIII. PENDUGAAN PARAMETERError! Bookmark not defined.

BAB XIV. PENGUJIAN HIPOTESISError! Bookmark not defined.

BAB XV. REGRESI.......................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

PENDAHULUAN

A. PERANAN STATISTIKA

Dunia penelitian atau riset yang dilaksanakan melalui

penelitian laboratorium atau penelitian lapangan di manapun

dilakukan, mendapat manfaat dengan menggunakan dan

memecahkan masalah melalui statistika. Hal ini dilakukan

para peneliti untuk mengetahui apakah hasil penelitian dengan

suatu metode yang baru lebih baik jika dibandingkan dengan

metode yang lama. Dalam pembuatan model dari suatu

penelitian, untuk menyatakan bahwa model tersebut dapat

dipakai atau tidak maka digunakan teori statistika. Bahkan

statistika cukup mampu untuk menentukan apakah faktor yang

satu dipengaruhi oleh faktor lainnya. Jika ada hubungan antara

satu faktor dengan faktor lainnya, berapa kuat hubungan

tersebut? apakah dapat faktor yang satu ditinggalkan dan

faktor lainnya dipakai untuk studi lanjut?

Statistik yang diartikan dalam bahasa Latin sebagai

“status” atau negara, sangat berperan di dalam pengelolaan

semua manajemen baik manajemen yang besar maupun yang

sekecil-kecilnya, manajemen negara pada umumnya, ekonomi,

pertanian, perindustrian, kesehatan, farmasi, sampai ke

manajemen rumah tangga pun dengan tidak disadari telah

memanfaatkan statistik dan lain sebagainya.

Peranan statatistik di dalam dunia penelitian dan riset

baik penelitian di bidang sosialmaupun sains, selalu

menggunakan ilmu statistik, mulai dari persiapan penelitian,

teknik pengambilan data, sampai ke pengolahan data agar

informasi-informasi atau gambaran – gambaran mengenai

karateristik data dapat dipahami dengan mudah oleh pihak

Page 7: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

lainnya.

Salah satu contoh pemanfaatan statistik di dalam

pengelolaan negara, di waktu akan diadakan PEMILU oleh

pemerintah, mulai membuat sensus penduduk yang akan

digunakan sebagai data untuk mempersiapkan apa-apa yang

akan diperlukan, baik bahan, tempat, waktu sampai

keperkiraan biaya yang akan digunakan pada pelaksanaan

pemilu tersebut.

Contoh yang lain di bidang farmasi misalnya, untuk

membuat campuran obat-obatan harus terlebih dahulu membuat

tabel mengenai takaran-takaran, jenis bahan yang diperlukan.

Di kantor-kantor khususnya di bagian personalia

sering kita lihat tabel-tabel yang tergantung pada dinding

mengenai nama pegawai, jumlah pegawai, jenis kelamin,

golongan, masa kerja, alamat dan lain sebagainya, Ini juga

merupakan statistic yang dinamakan dengan statistik

kepegawaian.

Uraian singkat di atas menyatakan bahwa statistika

sangat diperlukan bukan saja dalam bidang yang terbatas

kepada dunia penelitian tetapi mencakup dunia ilmu

pengetahuan. Mengingat hal tersebut di atas maka dalam

penjelasan berikut diuraikan tentang metode statistika yang

diharapkan dapat digunakan dalam berbagai bidang dan atau

berbagai disiplin ilmu, bukan statistika teoritis, oleh sebab itu

tidak diuraikan tentang penurunan rumus, pembuktian sesuatu

sifat atau dalil-dalil.

Page 8: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

B. STATISTIK DAN STATISTIKA

1. Statsitik

Statistik berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah

“status” atau negara. Pada mulanya statistika berhubungan

dengan fakta dan angka yang dikumpulkan oleh pemerintah

untuk bermacam-macam tujuan. Statistik juga diturunkan dari

kata bahasa Inggris yaitu state atau pemerintah.

Pengertian yang sangat sederhana tentang statistic

adalah sebagai suatu kumpulan data yang berbentuk angka dan

tersusun rapi dalam suatu tabel, grafik, gambar, dan lain-lain.

Misalnya tabel mengenai keadaan pegawai di kantor-kantor,

grafik perkembangan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, dan

lain sebagainya.

Sedangkan pengertian yang lebih luas mengenai statistic

adalah merupakan kumpulan dari teknik mengumpulkan,

analisis, dan interpretasi data dalam bentuk angka. Dan statistic

juga merupakan bilangan yang menunjukkan sifat-sifat

(karakteristik) data yang dikumpulkan tersebut.

2. Statsitika

Statistika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara

mengumpulkan fakta/data, pengolahan data, kemudian

menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh suatu

kesimpulan/keputusan.

Statistik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Statistik

Deskriptif dan Statistik Induktif (inferiens). Kedua macam statistic

tersebut sebagai suatu metode yang mengandung kegiatan-

kegiatan dari suatu proses untuk lebih mudah dipahami dan

dapat digambarkan dengan bagan alir seperti pada Gambar 1.2.

Page 9: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Yang dimaksud dengan statistik deskriptif adalah

usaha penjelasan arti secara fisis (bentuk) atau gambaran

tentang karakteristik data agar dapat dengan mudah dipahami

oleh pihak lain. Misalnya setelah dikumpulkan data, kemudian

diolah dan dianalisis data tersebut sehingga dapat diambil

kesimpulan yang akan ditunjukkan kepada yang

membutuhkannya.

Sedangkan statistik induktif (inferens) adalah usaha

Page 10: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

pembuatan inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal

dari suatu sampel. Misalnya seorang dokter ingin mengambil

suatu kesimpulan tentang penyakit seseorang tentunya

disamping pemeriksaan secara komunikasi efektif juga

berdasarkan data yang diperoleh dari laboratorium dapat

memperkirakan penyakit apa yang dialami oleh orang sakit

tersebut. Jadi dari sini dapat diterangkan inferensi adalah

merupakan kerja perkiraan, peramalan kemudian pengambilan

keputusan dan sebagainya.

C. D A T A

Data dan statistik cukup banyak digunakan sebagai ilmu

pengetahuan yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia

sehari-sehari, baik di bidang eksakta maupun sosial. Oleh sebab

itu dapat disimpulkan bahwa data dan statistik sangat erat

hubungan antara keduanya.

Data adalah sekumpulan informasi atau nilai yang

diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat

berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat.

Beberapa macam data antara lain; data populasi dan data

sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.

Selain dari pada itu data juga dapat diterangkan dengan

dua arti yaitu; arti secara kuantitatif dan arti secara kualitatif, data

kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau nilai,

contohnya, 6, 40, 100, 250 dan sebagainya, sedangkan data

kualitatif adalah data yang berupa kata-kata, contohnya, baik,

sedang, buruk, dan lain sebagainya.

Kedua data tersebut dapat dikonversikan antara satu

dangan lainnya, misalnya dalam bentuk kuantitatif nilainya 80,

maka nilai 80 apabila dikonversikan ke dalam bentuk

Page 11: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

kualitatif (dalam bentuk kata-kata) adalah baik (nilai 80 = nilainya

baik).

1. Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu sensus dan sampling. Sensus adalah pengumpulan

data yang mencakup seluruh elemen atau seluruh anggota

populasi yang diselidiki, dimana data populasi adalah merupakan

sekumpulan informasi (elemen) atau angka yang menyeluruh

pada suatu obyek. Misalnya data yang diperoleh melalui sensus

penduduk, data yang diperoleh dari hasil penggerebekan di

suatu tempat yang tidak menyenangkan, data ini juga

dikatakan data populasi karena data tersebut adalah hasil

pemeriksaan semua objek yang ada di tempat itu. Sedangkan

sampling (data sampel) merupakan data perkiraan atau data

yang berasal dari sebahagian kecil data populasi (elemen

populasi).

Perlu diketahui bahwa di dalam suatu penelitian jarang

sekali mempergunakan data populasi melainkan data sampel.

Kenapa? karena jika mengambil data populasi akan banyak

memerlukan tenaga ahli, banyak membutuhkan biaya, dan

butuh waktu yang lebih lama dan lain-lain.

2. Macam-Macam Data

Pengambilan data banyak sekali caranya, antara lain

dapat mendatangi langsung ke obyek yang akan diteliti, ataupun

melalui kuesioner yang diisi oleh obyek penelitian ataupun

melalui bacaan-bacaan yang dikutip dari artikel- artikel yang

tersedia di perpustakaan maupun di kantor-kantor sebagai

laporan yang telah diarsipkan.

Page 12: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Jika data yang diperoleh atau yang akan digunakan untuk

tujuan penelitian disebut data observasi, sedangkan data yang

diperoleh dengan datang langsung ke obyek ataupun

melalui kuesioner terhadap obyek peneliti disebut data primer

dan data yang diperoleh dari bacaan-bacaan atau yang dikutip

dari laporan-laporan yang sudah ada baik di perpustakaan

maupun di kantor-kantor disebut data sekunder.

3. Data dan Variabel

Variabel/peubah: ciri yang menunjukkan keragaman

“hubungan antara kepemimpinan dan iklim organisasi dengan

kepuasan kerja”.

Skala:

Nominal :

- paling rendah dalam level pengukuran

- hanya berupa satu-satunya kategori

- Contoh : data jenis kelamin, alamat pada KTP dll.

Ordinal :

- levelnya lebih tinggi dari variabel nominal

- terdapat tingkatan data/kategori

- jarak antar kategori tidak pasti

Page 13: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

- contoh : data tentang preferensi terhadap suatu

hal, data peringkat

Interval:

- Ada tingkatan data

- Jarak antar kategori pasti

- Tidak ada nol mutlak

- Contoh: skala pada termometer, (preferensi?)

Rasio:

- Ada tingkatan data

- Jarak antar kategori pasti

- ada nol mutlak

- Contoh: berat badan, tinggi badan, kecepatan

LATIHAN SOAL

1. Sebutkan arti dan definisi statistik!

2. Sebutkan arti statistik diskriptif dan statistik induktif!

3. Apa yang dimaksud dengan data?

4. Jelaskan perbedaan anatara data populasi dan data sampel!

5. Apa yang dimaksud dengan observasi?

6. Jelaskan perbedaan antara data primer dan data sekunder!

7. Sebutkan apa manfaat statistik di dalam suatu pengelolaan

perusahaan dan berikan contohnya!

8. Berikan alasan-alasan pemanfaatan statistik dalam bidang

penelitian!

Page 14: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

I. PENYAJIAN DATA

A. Tabel/Daftar :

1. daftar baris kolom

2. daftar distribusi frekuensi

B. Grafik/Diagram :

1. diagram batang

2. diagram garis

3. diagram lingkaran/pastel

4. diagram dahan daun

5. diagram pencar/titik

6. diagram lambang/simbol

7. Histogram dan poligon frekuensi

8. Ogive

DIAGRAM BATANG

Cara penyusunan :

1. Buat sumbu datar dan sumbu tegak berpotongan tegak lurus

2. Bagilah sumbu datar dan tegak menjadi beberapa bagian

dengan skala yang sama. Perbandingan skala antara sumbu

tegak tidak harus sama.

Contoh : Jumlah mahasiswa P.S Manajemen pendidikan Universitas

Pakuan

Page 15: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

0

10

20

30

40

50

60

70

I III V VII

Semester

Jum

lah M

ahasis

wa

DIAGRAM GARIS

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

1998 1999 2000 2001

Tahun masuk

Jum

lah M

ahasis

wa

DIAGRAM PASTEL/LINGKARAN

Page 16: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

II. DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI

A. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi

1. Tentukan Rentang

Rentang = data terbesar – data terkecil

2. Tentukan banyak kelas interval

Antara 5 – 15

aturan sturges : banyak kelas = 1 + (3.3) log n

dengan n adalah banyaknya data dan hasilnya dibulatkan.

3. Tentukan panjang kelas interval (p).

4. Buat kolom tabulasi dan tentukan batas-batas kelas interval

dengan data terkecil sebagai batas bawah.

5. Hitunglah frekuensi dari masing masing kelas interval dan

masukkan nilai-nilainya pada kolom tabulasi.

6. Buat tabel distribusi frekuensi berdasarkan hasil tabulasi data.

Contoh :

Nilai ujian statistika 60 mahasiswa STMIK AMIKOM

PURWOKERTO:

62 76 40 65 41 58 76 80 89 66

65 67 81 76 34 32 47 47 65 23

45 42 56 59 67 63 72 39 44 60

51 55 39 65 76 77 51 90 87 54

50 92 40 37 60 65 55 89 67 44

73 50 32 27 35 47 32 54 55 60

Rentang p = ----------------- Banyak kelas

Page 17: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Rentang : 92 – 23 = 69

Banyak kelas interval :

Banyak kelas = 1 + (3.3) log 60

= 1 + (3.3) . (1.7782)

= 6.8679 dibulatkan menjadi 7

Panjang kelas interval :

69 p = -------- 7 = 9.86 dibulatkan menjadi 10

Batas-batas kelas dan tabulasi :

NILAI UJIAN TABULASI FREKUENSI

23 - 32 5

33 - 42 9

43 - 52 10

53 - 62 12

63 - 72 11

73 - 82 8

83 - 92 5

Tabel Distribusi frekuensi Hasil Ujian Statistika menjadi :

NILAI UJIAN FREKUENSI

23 - 32 5

33 - 42 9

43 - 52 10

53 - 62 12

63 - 72 11

73 - 82 8

83 - 92 5

Page 18: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

B. Tabel Distribusi Frekuensi Relatif

Pada tabel distribusi frekuensi relatif, frekuensi

dinyatakan dalam % sehingga diperoleh :

kelas pertama (23-32) :

5 -------- x 100% = 8.3 % 60

Kelas ke dua (33-42) :

9 -------- x 100% = 15 %, dan seterusnya, sehingga menjadi :

60

NILAI UJIAN FREKUENSI (%)

23 - 32 8.3

33 - 42 15

43 - 52 16.7

53 - 62 20

63 - 72 18.3

73 - 82 13.3

83 - 92 8.3

Jumlah 100

Jika distribusi absolut dan relatif digabungkan menjadi

NILAI UJIAN Fabs. f rel.

23 - 32 5 8.3

33 - 42 9 15

43 - 52 10 16.7

53 - 62 12 20

63 - 72 11 18.3

73 - 82 8 13.3

83 - 92 5 8.3

Jumlah 60 100

Page 19: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

C. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif

1. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang dari :

NILAI UJIAN Fkum.

Kurang dari 23 0

Kurang dari 33 5

Kurang dari 43 14

Kurang dari 53 24

Kurang dari 63 36

Kurang dari 73 47

Kurang dari 83 55

Kurang dari 93 60

Jika tabel distribusi kumulatif kurang dari dibuat dalam

bentuk diagram, akan dihasilkan Ogive positif.

2. Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif atau lebih :

NILAI UJIAN Fkum.

23 atau lebih 60

33 atau lebih 55

43 atau lebih 46

53 atau lebih 36

63 atau lebih 24

73 atau lebih 13

83 atau lebih 5

93 atau lebih 0

Jika tabel distribusi kumulatif atau lebih dibuat dalam

bentuk diagram, akan dihasilkan Ogive negatif.

Page 20: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Latihan:

Hasil tes pengetahuan tentang Management of change terhadap

30 mahasiswa adalah sebagai berikut:

65 67 81 76 44 53 68

67 65 42

59 60 63 72 79 64 60

71 54 51

71 69 65 76 77 51 89

87 66 69

Tugas 1. Buat tabel distribusi frekuensi (log 30 = 1,4771)

2. Buat histogram frekuensi

3. Buat tabel distribusi frekuensi relatif

4. Buat tabel distribusi kumulatif kurang dari

5. Buat tabel distribusi kumulatif atau lebih.

6. Buat ogive positif

7.Buat ogive negatif

Page 21: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

IV. UKURAN PEMUSATAN

A. Rata-Rata Hitung

Rata-rata hitung data tanpa pengelompokan:

n

Xi i = 1 x1 + x2 + x3 + ... + xn Ẋ = ____________ = __________________ n n

dengan Ẋ = rata-rata hitung (untuk parameter disimbolkan

dengan ) dan n = banyaknya data

Contoh :

Indeks prestasi 5 orang mahasiswa adalah sbb: 2,7; 3,2; 3; 2,4

dan 2,1

Maka rata-rata indeks prestasi ke 5 mahasiswa tersebut adalah:

2,7+ 3,2+ 3+2,4+ 2,1 Ẋ = _________________ = 2,68 5

Rata-rata hitung data yang dikelompokkan (metode kodifikasi)

fi.ci

Ẋ = Y0 + p _______ dengan Y0 disebut TANDA KELAS

fi

Contoh tabel distribusi :

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

Page 22: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Langkah menghitung rata-rata yaitu: tentukan nilai tengah

(Yi) masing-masing kelas interval, tentukan tanda kelas dan nilai

kodenya (Ci) sehingga tabelnya menjadi:

Nilai fi Yi Ci Fi.Ci

31 – 40 2 35.5 -3 -6

41 – 50 4 45.5 -2 -8

51 – 60 10 55.5 -1 -10

61 – 70 15 65.5 0 0

71 – 80 6 75.5 1 6

81 - 90 3 85.5 2 6

40 -12

Rata-rata hitung: - 12

Ẋ = 65.5 + 10 _____ = 62,5 40

B. Modus (Mo)

Nilai yang sering muncul

Modus data tidak dikelompokkan :

- Urutkan data dari yang terkecil hingga terbesar (optional)

- Tentukan nilai yang paling banyak muncul

- Nilai modus mungkin lebih dari satu.

- Contoh data yang sudah berurut: 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8,

8, 9, 9, 11 maka modus (Mo) data tersebut adalah 7.

Modus data dikelompokkan:

b1 Mo = b + p ( ______) b1 + b2 b = batas bawah kelas modus (kelas dengan frekuensi

terbesar)

p = panjang kelas interval

b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas interval

Page 23: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

sebelum kelas modus

b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas interval setelah

kelas modus

Contoh tabel distribusi sbb:

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

b = 60.5; p = 10; b1= 15 – 10 = 5 dan b2 = 15 – 6 = 9 maka 5

mo = 60.5 + 10 ( _______) = 61.6 5+9

C. MEDIAN (Me)

Suatu nilai yang apabila semua data hasil pengamatan

diurutkan maka 50% data hasil pengamatan berada di atas

dan di bawah nilai tersebut.

Median data tidak dikelompokkan:

Urutkan data, tentukan titik tengahnya ( jika data ganjil maka

median tepat pada satu data, jika data genap maka median

terletak antara dua data dan untuk menentukannya jumlahkan

kedua data tersebut dan bagi dua)

Contoh:

Diketahui data sbb:

5, 5, 6, 6, 6, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 9, 11 ( n= 14)

Page 24: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Titik tengah terletak antara data ke7 dan data ke 8 (angka 6

dan 7) maka:

6 + 7 Me = ______ = 6.5 2

Data : 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 9,11, 12 ( n = 15) median

terletak pada data ke 8 sehingga Me = 7

Median data dikelompokkan:

½ n - F Me = b + p ( ____________ ) f b = batas bawah kelas median

p = panjang kelas median

n = banyaknya data

F = jumlah seluruh frekuensi sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

Contoh tabel distribusi ( n = 40)

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

Karena n = 40 maka kelas median terletak antara data ke 20

dan data ke 21 atau terletak pada kelas dengan interval 61 –

70, sehingga diperoleh komponen-komponen:

Page 25: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

b = 60.5; p = 10; n = 40; F = 16 dan f = 15

( ½.40) -16 Me = 60.5 + 10 ( ___________ ) = 63.2 15

D. Kuartil (K)

Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan

menjadi seperempatan.

Ada tiga kuartil yaitu K1, K2 dan K3

Kuartil data yang tidak dikelompokkan:

- Urutkan data

- Tentukan letak kuartil ke i dengan Ki = data ke i/4.(n+1)

- Tentukan nilai masing-masing kuartil

- Contoh data yang telah diurutkan sbb: 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7,

7, 8, 8, 9, 9, 11

Letak kuartil:

K1 = data ke 1/4 (14+1) = data ke 3 ¼

K2 = data ke 2/4 (14+1) = data ke 7 ½

K3 = data ke 3/4 (14+1) = data ke 11 ¼

Nilai Kuartil

K1 = data ke 3 + ¼ (data ke 4 – data ke 3)

= 6 + ¼ (6 – 6) = 6

K2 = 7 + ½ (7-7) = 7

K3 = 8 + ¼ (9 – 8) = 8 ¼

Kuartil data dikelompokkan :

- Tentukan posisi K1, K2 dan K3 seperti pada data yang tidak dikelompokkan

- Tentukan nilai masing-masing kuartil dengan rumus: in ---- - F 4 Ki = b + p ( ------------------ ) f

Page 26: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Ki = nilai kuartil ke i

b = batas bawah kelas Ki

p = panjang kelas Ki

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Ki

f = frekuensi kelas Ki

Contoh :

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

Lokasi kuartil : K1 = data ke 1/4 (40+1)

= data ke 10 ¼

K2 = data ke 2/4 (40+1)

= data ke 20 ½

K3 = data ke 3/4 (40+1)

= data ke 30 ¾

Kelas kuartil K1 = kelas dengan interval 51 – 60

K2 = kelas dengan interval 61 – 70

K3 = kelas dengan interval 61 – 70

Nilai Kuartil ke-1( K1) ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10)

1.40 ------ - 6 4 K1 = 50.5 + 10 ( ------------------ ) 10 = 54.5 Nilai Kuartil ke-2 (K2) ( b = 60.5, p = 10, F = 16, f = 15)

Page 27: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2.40 ------ - 16 4 K1 = 60.5 + 10 ( ------------------ ) 15 = 63.2 Nilai Kuartil ke-3( K3) ( b = 60.5, p = 10, F = 16, f = 15)

3.40 ------ - 16 4 K1 = 60.5 + 10 ( ------------------ ) 15 = 69.8

E. Desil (D)

Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan

menjadi sepersepuluhan.

Ada sembilan kuartil yaitu D1, D2, …D9

Desil data yang tidak dikelompokkan:

- Urutkan data

- Tentukan letak desil ke i dengan

Di = data ke i/10 (n+1)

- Tentukan nilai masing-masing kuartil

- Contoh data yang telah diurutkan sbb:

5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 9, 9, 11

Letak desil:

D1 = data ke 1/10 (14+1) = data ke 1 ½

D2 = data ke 2/10 (14+1) = data ke 3

D3 = data ke 3/10 (14+1) = data ke 4 ½

dan seterusnya …

Nilai Desil

D1 = data ke 1 + ½ (data ke 2 – data ke 1)

= 5 + ½ (5 – 5) = 5

Page 28: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

D2 = 6

D3 = 6 + ½ (6 – 6) = 6

Desil data dikelompokkan :

Tentukan posisi D1, D2 dan D3

Tentukan nilai masing-masing desil dengan rumus: in ---- - F 10 Di = b + p ( ------------------ ) f

Ki = nilai Desil ke i

b = batas bawah kelas Di

p = panjang kelas Di

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Di

f = frekuensi kelas Di

Contoh :

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

40

Lokasi desil : D1 = data ke 1/10 (40+1)

= data ke 4 1/10

D2 = data ke 2/10 (40+1)

= data ke 8 1/5

D3 = data ke 3/10 (40+1)

= data ke 12 3/10

Page 29: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dimanakah letak D4, D5, D6, D7, D8 dan D9?

Kelas desil D1 = kelas dengan interval 41 – 50

D2 = kelas dengan interval 51 – 60

D3 = kelas dengan interval 51 – 60

Nilai desil ke-1 ( b = 40.5, p = 10, F = 2, f = 4)

1.40 ------ - 2 10 D1 = 40.5 + 10 ( ------------------ ) 4 = 45.5 Nilai Desil ke 2 ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10)

2.40 ------ - 6 10 D2 = 50.5 + 10 ( ------------------ ) 10 = 52.5 Nilai Desil ke-3 ( b = 50.5, p = 10, F = 6, f = 10)

3.40 ------ - 6 10 D3 = 50.5 + 10 ( ------------------ ) 10 = 56.5

F. Persentil (P)

Titik yang membagi sebaran nilai-nilai yang telah diurutkan

menjadi seperseratusan.

Ada 99 persentil yaitu P1, P2, …P99

Kuartil data dikelompokkan :

Tentukan posisi P1, P2, …P99

Tentukan nilai masing-masing kuartil dengan rumus:

Page 30: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

in ---- - F 100 Di = b + p ( ------------------ ) f Pi = nilai Persentil ke i

b = batas bawah kelas Pi

p = panjang kelas Pi

F = jumlah kumulatif frekuensi sebelum kelas Pi

f = frekuensi kelas Pi

Contoh :

Nilai fi

31 – 40 2

41 – 50 4

51 – 60 10

61 – 70 15

71 – 80 6

81 - 90 3

40

Lokasi persentil : P10 = data ke 1/100 .10 (40+1)

= data ke 4 1/10

Kelas kuartil P10 = kelas dengan interval 41 – 50

Nilai persentil ke-10 ( b = 40.5, p = 10, F = 2, f = 4)

10.40 ------ - 2 100 P10 = 40.5 + 10 ( ------------------ ) 4 = 45.5

Page 31: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang hasil tes tentang

Management of change pada latihan sebelumnya, hitunglah:

1. Rata-rata hasil tes

2. Modus

3. Median

4. Kuartil ke 1, 2 dan 3

5. Desil ke 6

6. Persentil ke 40

Page 32: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

V. UKURAN PENYEBARAN

A. Rentang

Rentang=data terbesar – data terkecil

B. Rentang antar kuartil (RAK)

RAK= K3 – K1

C. Simpangan Kuartil

Simpangan kuartil: ½ (K3 - K1)

D. Rata-Rata Simpanga

Jumlah semua jarak antara tiap data dengan rata-rata

dibagi banyaknya data

xi – x RS = ___________ n Contoh: 4, 5, 7, 8, 8, 10 ( n = 6 dan x = 7)

4 – 7 + 5 – 7 + ... 10 – 7 maka RS = __________________________ = 1.67 6 E. Ragam (s2 atau 2) disebut juga Kuadrat Tengah

akar kuadrat dari ragam disebut Simpangan baku

Ragam Data Tidak dikelompokkan:

JK = ( xi – x)2 .......................................... Jumlah kuadrat

(JK) s2 = ________

n-1 ............................................. Derajat bebas (DB)

Langkah-langkah:

hitung x

hitung selisih antara x1 – x, x2 –x dst.

hitung kuadrat selisih-selisih di atas

Page 33: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

jumlahkan seluruh kuadrat-kuadrat tersebut

bagilah dengan n-1

Ragam data dikelompokkan:

n. fi.ci2 – ( fi.ci)2

s2 = p2 ( _________________)

n. (n-1)

p = panjang kelas interval

fi = frekuensi kelas ke i

ci = nilai tanda (kelas dengan fi terbesar diberi nilai tanda 0)

Struktur data:

Nilai fi ci ci2 fi.ci fi.ci2

fi= n fi.ci fi.ci2

Ragam Gabungan

Jika beberapa kelompok data masing masing mempunyai

nilai ragam, maka ragam gabungan seluruh kelompok data

tersebut adalah:

(ni-1).si2 s2 = __________

ni-k

Page 34: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Jika ada 3 kelompok data maka:

(n1-1).s12 + (n2-1).s2

2 + (n3-1).s32

s2 = ___________________________ (n1 + n2 + n3 ) -3

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang hasil tes tentang

Management of change pada latihan sebelumnya, hitunglah:

1. rentang

2. rentang antar kuartil

3. simpangan kuartil

4. ragam

5. simpangan baku

Page 35: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

VI. MODEL DISTRIBUSI DATA

A. Ukuran Kemiringan (Skewness)

Ukuran kemiringan adalah ukuran yang menyatakan

sebuah model distribusi yang mempunyai kemiringan tertentu.

Dengan mengetahui koefisien kemiringan dapat ditentukan

suatu distribusi data memiliki bentuk kurva yang tergolong positif,

simetrik atau negatif seperti gambar beriku:

Page 36: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

1. Koefisien kemiringan pertama dari Pearson

X - Mo Koefisien kemiringan = ______ s dengan: X = rata-rata, Mo = modus dan s = Simpangan baku

2. Koefisien kemiringan kedua dari Pearson

3 (X – Me)

Koefisien kemiringan = _________

s

dengan: X = rata-rata, Me = median dan s = Simpangan baku

3. Koefisien kemiringan dengan menggunakan nilai kuartil

K3 – 2K2 + K1 Koefisien kemiringan = __________ K3 – K1

Dengan K1 = kuartil ke-1, K2 = kuartil ke-2 dan K3 = kuartil

ke-3

4. Koefisien kemiringan dengan menggunakan nilai

Persentil

P90 – 2P50 + P10

Koefisien kemiringan = _____________

P90 – P10

Dengan P90 = persentil ke-90, P50 = persentil ke-50 dan P10 =

Persentil ke 10

Kriteria:

1. Jika koefisien kemiringan kurang dari nol maka bentuk

distribusinya negatif

Page 37: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. Jika koefisien kemiringan sama dengan nol maka bentuk

distribusinya simetrik

3. Jika koefisien kemiringan lebih dari nol maka bentuk

distribusinya positif

Selain dengan menghitung koefisien kemiringan, bentuk

distribusi juga dapat ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai

modus (Mo), median (Me) dan rata-rata (X).

kriteria:

1. Distribusi simetrik jika Mo=Me=X

2. Distribusi positif jika Mo<Me<X

3. Distribusi negatif jika Mo>Me>X

B. Ukuran Keruncingan (Kurtosis)

Kurtosis adalah derajat kepuncakan dari suatu distribusi.

Suatu distribusi yang relatif tinggi dinamakan leptokurtik, jika

puncaknya datar disebut platikurtik dan jika puncaknya tidak

terlalu tinggi atau terlalu datar disebut mesokurtik.

Untuk mengetahui keruncingan kurva dapat ditentukan

dengan menghitung koefisien kurtosis:

½ (K3-K1) K = ________ P90 – P10

Page 38: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dengan K3= kuartil ke-3, K1= kuartil ke-1, P90 = persentil ke-90

dan P10 = persentil ke-10

Kriteria:

1. Jika koefisien kurtosis kurang dari 0,263 bentuk distribusi:

platikurtik

2. Jika koefisien kurtosis sama dengan 0,263 bentuk distribusi:

mesokurtik

3. Jika koefisien kurtosis lebih dari 0,263 bentuk distribusi:

leptokurtik

Latihan:

Menggunakan tabel distribusi frekuensi hasil tes tentang

Management of change pada latihan sebelumnya, tentukan model

distribusi berdasarkan koefisien kemiringan dan koefisien

keruncingan.

Page 39: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

VII. PROBABILITAS

A. Arti Probabilitas

1. Probabilitas adalah suatu nilai yang digunakan untuk

mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yang acak.

2. Probabilitas atau peluang merupakan ukuran numeric

tentang seberapa sering peristiwa itu akan terjadi. Semakin

besar nilai probabilitas menyatakan bahwa peristiwa itu akan

sering terjadi.

3. Kejadian Acak atau random event ialah suatu kejadian yang

tak dapat ditentukan dengan pasti sebelumnya.

4. Probabilitas merupakan suatu frekuensi relatif dari suatu

sukses yang diperoleh jika suatu percobaan dilakukan

berulang-ulang sampai tak terbatas didalam situasi dan

kondisi yang sama.

Nilai Probabilitas berkisar antara 0 dan 1.

Bila kejadian A terjadi dalam m cara pada ruang sampel S yang

terjadi dalam n cara, maka probabilitas kejadian A adalah :

P (A) = n(A)/n(S) = m/n

Perumusan ini harus memenuhi ketentuan :

Probabilitas A harus merupakan bilangan non-negatif atau

bukan bernilai negatif, yaitu : P (A) 0 .

Nilai probabilitas suatu peristiwa berkisar antara :

0 P (A) 1

Jumlah probabilitas A ditambah A (bukan A) harus sama

dengan 1.

Atau : P (A) + P (A) = 1 P (A) = 1 – P (A)

Contoh :

Sebuah dadu yang seimbang memiliki enam sisi. Lima dari

keenam sisi tersebut dicat biru sedangkan satu sisi selebihnya

Page 40: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dicat hijau.bila dadu tersebut dilempar sebanyak satu kali,

berapa :

a. Probabilitas timbulnya sisi yang bercat biru

b. Probabilitas timbulnya sisi yang bercat hijau

Jawab : a. P (Biru) = 5/6

b. P (Hijau) = 1/6

Dalam mempelajari probabilitas, ada 3 kata kunci :

1. Eksperimen

Proses pengumpulan data dari sebuah fenomena yang

memperlihatkan variasi pada hasilnya.

2. Ruang sampel

Kumpulan dari seluruh kemungkinan hasil yang didapatkan

dari suatu eksperimen, dilambangkan dengan S.

3. Peristiwa/Event/Kejadian

Kumpulan hasil-hasil dasar yang digolongkan oleh suatu ciri

tertentu.

B. Peristiwa (event) dan Notasi Himpunan

1) Ruang sampel

Kumpulan (himpunan) dari semua hasil yang

mungkin muncul atau terjadi pada suatu percobaan.

Keseluruhan dari titik sampel dinamakan Ruang sampel

dan dilambangkan dengan S.

Contoh : S = { 1,2,3,4,5,6} ruang vektor

Kejadian yang dapat terjadi di dalam suatu eksperimen

(percobaan) dan biasanya dilakukan berulang kali

dinamakan Titik Sampel. A = { 2 }

2) Peristiwa/kejadian (event)

Kumpulan (himpunan) dari hasil yang muncul atau

terjadi pada suatu percobaan statistik.

Page 41: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Peristiwa A atau B dinotasikan dengan A B

Peristiwa A dan B dinotasikan dengan A B

Peristiwa A dan B merupakan peristiwa yang saling lepas,

A B = 0

Peristiwa A bagian B dinotasikan dengan A B

Page 42: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

N

nAp )(

13/7)( CBP

C. Probabilitas Suatu Peristiwa

Probabilitas memberikan nilai kuantitatif pada peryataan

seberapa sering suatu peristiwa terjadi.

Probabilitas peristiwa A :

Beberapa sifat :

a. P(A)=1-P(A‟)

b. 0<=P(A)<=1

c. P(S)=P(A)+P(A‟)

Contoh :

Suatu kemasan berisi 6 Flash Disk A, 4 Flash Disk B dan 3 Flash

Disk C. Bila seseorang mengambil satu Flash Disk secara acak,

maka :

– Peluang terambil satu Flash DIsk A, karena 6 dari 13 disket

adalah Flash A, maka peluang peristiwa A, satu Flash A

terpilih secara acak adalah : P(A)=6/13

– Peluang terambil satu disket B (peristiwa B) atau disket

C(peristiwa C) karena terdapat 7 dari 13 disket adalah disket

B atau disket C maka :

Peristiwa yang saling lepas (Mutually Exclusive)

Bila A dan B dua kejadian sembarang pada S dan berlaku

A B =Ø, maka A dan B dikatakan dua kejadian saling lepas

atau saling terpisah. Secara matematis dua himpunan A dan B

dikatakan saling lepas atau terpisah (disjoint) jika dan hanya jika

mereka tidak memiliki unsur yang sama dan A B = 0

(himpunan kosong).

Bila A dan B saling lepas dan merupakan peristiwa

dalam sebuah ruang sampel yang terbatas , maka :

P (A B) = P (A) + P (B)

Page 43: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

5/4)( BAP

Dimana : A B = 0 dan P (A B) = 0.

Contoh :

Bila sebuah dadu dilempar sekali , berapakah probabilitas

timbulnya mata dadu 1 atau 3 ?

Jawab : Jika A = peristiwa timbulnya mata dadu 1

B = peristiwa timbulnya mata dadu 3

P(A) = 1/6 dan P(B) = 1/6

A dan B merupakan dua peristiwa yang saling lepas.

P (A B) = P (A) + P (B) = 1/6 + 1/6 = 2/6 = 1/3

Dua peristiwa dikatakan tidak saling lepas bila kedua peristiwa

tersebut tidak usah terpisah.

Peristiwa tidak saling lepas / kejadian majemuk

Bila A dan B peristiwa sembarang pada ruang sampel S,

maka gabungan kejadian A dan B ditulis A B adalah kumpulan

semua titik sampel yang ada pada A atau B atau pada kedua-

duanya. Kejadian A B disebut kejadian majemuk, dan A B

yaitu kumpulan titik sampel yang ada pada A dan B disebut

kejadian majemuk.

P (A B) = P (A) + P (B) – P (A B)

Contoh :

Peluang seorang murid SD yang lulus mata pelajaran

matematika adalah 2/3 dari peluang ia lulus mata pelajaran

bahasa Indonesia adalah 4/9. Bila sekurang – kurangnya

satumata pelajaran diatas adalah 4/5, berapa peluang ia lulus

kedua mata pelajaran tersebut !

Jawab : P(A) = 2/3; P(B) =4/9;

P (A B) = P (A) + P (B) – P (A B)

Page 44: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

13/452/1652/152/1352/4)()()()( BAPBPAPBAP

12,0)4,0)(3,0()().()( BPAPBAP

52/1)( BAP

= 2/3 + 4/9 – 4/5

= 14/45

Peristiwa yang saling bebas (independen)

Dua peristiwa dikatakan independen jika dan hanya jika

terjadi atau tidak terjadinya peristiwa pertama tidak

mempengaruhi peristiwa kedua.

Dua kejadian A dan B dalam ruang sampel S dikatakan

saling bebas jika kejadian A tidak mempengaruhi kejadian B dan

sebaliknya kejadian B tidak mempengaruhi kejadian A. Jika A

dan B merupakan dua kejadian saling bebas, maka berlaku

rumus :

P (A B ) = P (A) . P (B)

Contoh :

1) Kita ambil satu kartu secara acak dari satu set kartu bridge

yang lengkap. Bila A = kejadian terpilihnya kartu as dan B =

kejadian terpilihnya kartu wajik, Hitung peluang !

Jawab: P(A) = 4 /52; P(B) = 13/52; maka

2) Jika diketahui dua kejadian A dan B saling bebas dengan

P(A)= 0,3 dan P(B)= 0,4 maka berlaku:

D. Probabilitas bersyarat

Probabilitas suatu peristiwa A seringkali harus

dimodifikasikan bila ada informasi bahwa terdapat peristiwa b

yang berkaitan dengan peristiwa a tersebut telah terjadi

sebelumnya. Perubahan nilai probabilitas peristiwa A bila

diketahui bahwa peristiwa b telah terjadi disebut sebagai

Page 45: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

0)(;)(

)()/(

BbilaP

BP

BAPBAP

)/().()( BAPBPBAP

)....|()....|()|()()....( 121213121321 kkk AAAAPAAAPAAPAPAAAAP

)()()( BPAPBAp

)().....().()....( 21321 kk APAPAPAAAAP

probabilitas bersyarat a bila diketahui b terjadi dan dinotasikan

dengan P(A|B).

Probabilitas terjadinya kejadian A dengan syarat bahwa B

sudah terjadi atau akan terjadi disebut Probabilitas bersyarat

(conditional probability).

Rumus Probabilitas bersyarat

Rumus diatas dapat ditulis kembali sebagai :

dan dinyatakan sebagai aturan perkalian, bila terdapat tiga

peristiwa A,B, dan C

maka sesuai dengan aturan perkalian didapatkan:

Apabila terdapat suatu kondisi dimana probabilitas P(A/B)

menjadi bernilai sama dengan P(A), maka dalam hal ini peristiwa

B tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya peristiwa A,

sehingga :

P(B/A)=P(B)

atau

P(A/B)=P(A)

Kondisi ini dinamakan sebagai peristiwa yang saling

bebas(independent) antara A dan B,Sesuai dengan aturan

perkalian maka kondisi saling bebas tersebut :

Dengan demikian, bila terdapat peristiwa A1, A2,.....,Ak yang

saling bebas maka:

Page 46: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh :

1) Misalkan ruang sampel menyatakan populasi media

penyimpanan data (disket dan CD) pada suatu kantor

tertentu.Media penyimpan data tersebut dikelompokan menurut

kondisinya: Diadakan audit untuk mengetahui kondidi media

penyimpanan data dikantor tsb. Dengan cara mengambil sampel

secara acak pada kotak media penyimpanan.Bila media yang

terpilih ternyata mempunyai kondisi baik, berapakah peluang

yang terpilih itu media CD ?

Jawab : Bila M=CD yang terpilih

E=Kondisi media yang terpilih baik :

2) Dalam sebuah kotak terdapat 10 gulungan film, dan diketahui

bahwa 3 diantaranya rusak. Hitung peluang bila 2 buah gulungan

filem diambil acak satu persatu secara beruutan.

Jawab: Misal A: peristiwa terambil gulungan pertama eusak

B: peristiwa terambil gulungan kedua rusak

Maka peluang kedua gulungan rusak adalah :

Page 47: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

VII. PERMUTASI

Dalam beberapa macam cara suatu peristiwa dapat terjadi ?

Dalam berapa macam cara suatu pemilihan terhadap sebagian dari

keseluruhan obyek dapat dilakukan? Pertanyaan sedemikian itu

acapkali timbul dalam persoalan tentang cara menghitung berbagai

kemungkinan memilih sampel dari suatu populasi tertentu. Pada

asasnya, persoalan diatas sama dengan persoalan mencari jumlah

cara menyusun atau mengatur suatu himpunan obyek tertentu.

A. Permutasi

Masalah penyusunan kepanitiaan yang terdiri dari Ketua,

Sekretaris dan Bendahara dimana urutan dipertimbangkan

merupakan salah satu contoh permutasi. Jika terdapat 3 orang

(misalnya Amir, Budi dan Cindy) yang akan dipilih untuk

menduduki posisi tersebut, maka dengan menggunakan Prinsip

Perkalian kita dapat menentukan banyaknya susunan panitia

yang mungkin, yaitu:

Pertama menentukan Ketua, yang dapat dilakukan dalam 3

cara.

Begitu Ketua ditentukan, Sekretaris dapat ditentukan dalam 2

cara.

Setelah Ketua dan Sekretaris ditentukan, Bendahara dapat

ditentukan dalam 1 cara.

Sehingga banyaknya susunan panitia yang mungkin adalah

3:2:1 =6. Secara formal, permutasi dapat didevinisikan

sebagai berikut.

Page 48: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Definisi 1.1

Permutasi dari n unsur yang berbeda adalah

pengurutan dari n unsur tersebut.

Contoh 1.1

Tentukan permutasi dari 3 huruf yang berbeda, misalnya ABC !

Permutasi dari huruf ABC adalah ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA.

Sehingga terdapat 6 permutasi dari huruf ABC.

Teorema 1.1

Terdapat n! permutasi dari n unsur yang berbeda. Bukti. Asumsikan

bahwa permutasi dari n unsur yang berbeda merupakan aktitas yang

terdiri dari n langkah yang berurutan. Langkah pertama adalah

memilih unsur pertama yang bisa dilakukan dengan n cara. Langkah

kedua adalah memilih unsur kedua yang bisa dilakukan dengan n 1

cara karena unsur pertama sudah terpilih. Lanjutkan langkah tersebut

sampai pada langkah ke-n yang bisa dilakukan dengan 1 cara.

Berdasarkan Prinsip Perkalian, terdapat permutasi dari n unsur yang

berbeda.

Contoh 1.2

Berapa banyak permutasi dari huruf ABC ?

Terdapat 3.2.1 = 6 permutasi dari huruf ABC.

Contoh 1.3

Berapa banyak permutasi dari huruf ABCDEF jika subuntai ABC

harus selalu muncul bersama?

Karena subuntai ABC harus selalu muncul bersama, maka subuntai

ABC bisa dinyatakan sebagai satu unsur. Dengan demikian terdapat

4 unsur yang dipermutasikan, sehingga banyaknya permutasi adalah

4.3.2.1 = 24.

Page 49: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Denisi 1.2

Permutasi-r dari n unsur yang berbeda adalah

pengurutan dari sub-himpunan dengan r anggota dari himpunan

. Banyaknya permutasi-r dari n unsur yang berbeda

dinotasikan dengan P(n; r).

Contoh 1.4

Tentukan permutasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya ABCDE.

Permutasi-3 dari huruf ABCDE adalah :

Sehingga banyaknya permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 60.

Teorema 1.2

Banyaknya permutasi-r dari n unsur yang berbeda adalah

Bukti.

Asumsikan bahwa permutasi- dari unsur yang berbeda

merupakan aktitas yang terdiri dari langkah yang berurutan.

Langkah pertama adalah memilih unsur pertama yang bisa dilakukan

dengan n cara. Langkah kedua adalah memilih unsur kedua yang

bisa dilakukan dengan cara karena unsur pertama sudah

terpilih. Lanjutkan langkah tersebut sampai pada langkah ke-r yang

Page 50: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

bisa dilakukan dengan cara. Berdasarkan Prinsip

Perkalian, diperoleh

Contoh 1.5

Gunakan Teorema 3.2 untuk menentukan permutasi-3 dari 5 huruf

yang berbeda, misalnya ABCDE.

Karena r = 3 dan n = 5 maka permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah

Jadi banyaknya permutasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 60

B. Permutasi dari n obyek yang berbeda tanpa

pemulihan obyek yang terpilih

1. Permutasi dari n obyek seluruhnya

DEFINISI 5.3.1. :

Bila n menyatakan bilangan bulat positif, maka hasil penggandaan

bilangan tersebut dari 1 sampai dengan n dinamakan n faktorial

dan diberi tanda n!.

Penjelasan :

Jika n = 1, 2, . . . , maka n! = n (n-1) (n-2) . . . 2. 1

= n (n-1)! Dan (n+1)! = (n+1)n!

2. Permutasi sebanyak r dari n obyek

DEFINISI : Pengaturan atau penyusunan sebanyak r obyek yang

diambil dari suatu himpunan yang terdiri dari n obyek yang

berbeda secara matematis dinamakan permutasi secara sekaligus

sebanyak r dari n obyek yang berbeda dimana rPn. secara

simbolis, permutasi sedemikian itu dinyatakan sebagain P.

Page 51: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh :

Jika kita gunakan perumusan nPr = n!

(n-r)!

untuk menghitung jumlah permutasi 2 huruf yang diambil dari

kata “laut” dalam contoh 5.3.1. maka akan diperoleh hasil :

nPr = 4P2 = 4! = 12

(4-2)!

3. Permutasi keliling (circular permutation)

Permutasi suatu himpunan obyek yang membuat suatu

lingkaran dinamakan Permutasi keliling. Bila suatu himpunan

obyek disusun secara teratur dalam sebuah lingkaran, permutasi

obyek yang bersangkutan sebetulnya mempersoalkan

kedudukan relatif obyek - obyek diatas bila melintasi

lingkaran dalam arti yang tertentu.

4. Permutasi sebanyak r dari n obyek dengan pemulihan

obyek yang terpilih

TEOREMA .4.1. Permutasi sebanyak r dari n obyek dengan

pemulihan obyek yang terpilih. Jumlah permutasi dari suatu

himpunan yang terdiri dari n obyek dan yang diambil sekaligus

sebanyak r dengan pemulihan obyek yang telah terpilih ialah : nPr

= n*r

dengan ketentuan r dan n merupakan bilangan bulat positif.

5. Permutasi sebanyak r dari n obyek yang tidak

seluruhnya dapat dibedakan

Secara intuitif, jumlah permutasi dari obyek yang dapat

dibedakan tentunya lebih banyak daripada jumlah permutasi

dimana terdapat beberapa kumpulan obyek yang sama. Hal

sedemikian mudah sekali dimengerti. Kumpulan {a, a, a} terdiri

Page 52: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dari 3 unsur yang tidak dapat dibedakan dan hanya dapat

dipermutasikan dalam satu cara saja. Jika kita bedakan unsur

himpunan diatas menjadi {a1, a2, a3} , jumlah permutasi

himpunan {a1, a2, a3} akan menjadi :

nP n = n! = 3! = 6

Page 53: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

VIII. KOMBINASI

Kombinasi adalah susunan unsur-unsur dengan tidak

memperhatikan urutannya. Pada kombinasi AB = BA. Dari suatu

himpunan dengan n unsur dapat disusun himpunan bagiannya

dengan untuk Setiap himpunan bagian dengan k unsur dari

himpunan dengan unsur n disebut kombinasi k unsur dari n yang

dilambangkan dengan,

Contoh :

Diketahui himpunan .

Tentukan banyak himpunan bagian dari himpunan A yang memiliki 2

unsur!

Jawab :

Banyak himpunan bagian dari A yang memiliki 2 unsur adalah C (6,

2).

Cara cepat mengerjakan soal kombinasi

dengan penulisan nCk, hitung 10C4 kita langsung tulis 4 angka dari 10

mundur lalu dibagi 4!, yaitu 10.9.8.7 dibagi 4.3.2.1 jadi 10C4 =

10x9x8x7 / 4x3x2x1 berapa itu?

Page 54: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

jika ditanya 10C6 maka sama dengan 10C4, ingat 10C6=10C4.

Contoh lainnya

20C5=20C15

3C2=3C1

100C97=100C3

melihat polanya!

Kombinasi r obyek yang dipilih dari n obyek adalah susunan r obyek

tanpa memperhatikan urutan/posisi

Misalkan: Kombinasi 3 dari 3 obyek A, B dan C adalah:

ABC = ACB = BAC = BCA = CAB = CBA ( Hanya

terdapat 1 kombinasi)

Dalil-1 Kombinasi : Kombinasi r dari n obyek adalah

Cn

r n rr

n

!

!( )!

Contoh :

Dari 40 nomor rekening akan diundi untuk memenangkan 3

hadiah yang sama. Berapa banyaknya susunan pemenang yang

mungkin terbentuk?

C3

4040!

3 40 3

40!

3 37

40 39 38 37

3 37

! ( )! ! !

!

! != 9880

Jika anda hanya mempunyai 1 rekening, maka peluang anda menjadi

salah satu pemenang adalah: P(Menang) = 9880

1

Kaidah Perkalian & Kombinasi

Dalam banyak soal, kaidah penggandaan/perkalian dan

kombinasi seringkali digunakan bersama-sama.

Page 55: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh :

Manajer SDM mengajukan 10 calon manajer yang

berkualifikasi sama, 5 calon berasal dari Kantor Pusat, 3 calon dari

Kantor cabang dan 2 dari Program Pelatihan manajer.

(a) Berapa cara Manajer SDM dapat memilih 6 manajer baru dengan

ketentuan 3 berasal dari Kantor Pusat. 2 dari Kantor Cabang dan

1 dari Program Pelatihan manajer?

Pemilihan 3 dari 5 calon dari Kantor Pusat = C3

55

3 210

!

! !

Pemilihan 2 dari 3 calon dari Kantor Cabang = C2

33

2 13

!

! !

Pemilihan 1 dari 2 calon dari Program Pelatihan= C1

22

1 12

!

! !

n = Pemilihan Manajer = 10 3 2 = 60 cara

(b) Berapa cara memilih 6 dari 10 kandidat manajer?

N = Pemilihan 6 dari 10 kandidat manajer = 6

10 10!

6!4210C

!

(c) Berapa peluang 6 manajer baru tersebut terdiri dari 3 dari Kantor

Pusat, 2 dari Kantor Cabang dan 1 dari Program Pelatihan?

P(manajer) = n

N

60

210

Kombinasi adalah suatu pengacakan dari objek-objek dengan

tidak memperhatikan urutan.

Banyaknya kombinasi r unsur dari himpunan dengan n

unsur dinotasikan dengan rnC , atau

rn

. Perhatikan

bahwa jika nr , definisikan 0, rnC . Jika 0n dan r

Page 56: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

bilangan bulat positif, maka rC ,0 . Hal tersebut akan

berakibat bahwa 100

0,0

C . Fakta berikutnya adalah

untuk bilangan bulat tidak negatif n berlaku 10, nC ,

nnC 1, dan 1, nnC

Untuk nr , rnCrrnP ,!,

Akibatnya, !!

!,

rnr

n

rn

rnC

Kombinasi

Berbeda dengan permutasi yang urutan menjadi

pertimbangan, pada kombinasi urutan tidak dipertimbangkan.

Misalnya pemilihan 3 orang untuk mewakili kelompak 5 orang

(misalnya Dedi, Eka, Feri, Gani dan Hari) dalam mengikuti

suatu kegiatan. Dalam masalah ini, urutan tidak

dipertimbangkan karena tidak ada bedanya antara Dedi, Eka

dan Feri dengan Eka, Dedi dan Feri. Dengan mendata semua

kemungkinan 3 orang yang akan dipilih dari 5 orang yang ada,

diperoleh:

Sehingga terdapat 10 cara untuk memilih 3 orang dari 5 orang

yang ada.

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan kombinasi secara formal

seperti di bawah ini.

Page 57: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Definisi

Kombinasi-r dari n unsur yang berbeda adalah seleksi tak

terurut r anggota dari himpunan { (sub-himpunan dengan r unsur).

Banyaknya kombinasi-r dari n unsur yang berbeda dinotasikan

dengan C(n,r) atau (n,r ).

Contoh 3.6

Tentukan kombinasi-3 dari 5 huruf yang berbeda, misalnya

ABCDE. Kombinasi-3 dari huruf ABCDE adalah:

ABC ABD ABE ACD ACE

ADE BCD BCE BDE CDE

Sehingga banyaknya kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Teorema

Banyaknya kombinasi-r dari n unsur yang berbeda adalah

C(n, r) = !)!.(

!

rrn

n

Bukti.

Pembuktian dilakukan dengan menghitung permutasi dari n unsur

yang berbeda dengan cara berikut ini.

Langkah pertama adalah menghitung kombinasi-r dari n, yaitu

C(n; r).

Langkah kedua adalah mengurutkan r unsur tersebut, yaitu r!.

Dengan demikian, seperti yang diinginkan.

P(n,r) = C(n, r).r!

C(n,r) = !

),(

r

rnP

= !

)!/(!

r

rnn

= !)!.(

!

rrn

n

Page 58: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 3.7

Gunakan Teorema 3.3 untuk menentukan kombinasi-3 dari 5 huruf

yang berbeda, misalnya ABCDE.

Karena r = 3 dan n = 5 maka kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah

C(5,3) = !3)!.35(

!5

=

!3!.2

!5=

2

4.5= 5.2 = 10

Jadi banyaknya kombinasi-3 dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Contoh 3.8

Berapa banyak cara sebuah panitia yang terdiri dari 4 orang bisa

dipilih dari 6 orang. Karena panitia yang terdiri dari 4 orang

merupakan susunan yang tidak terurut, maka masalah ini merupakan

kombinasi-4 dari 6 unsur yang tersedia. Sehingga dengan

mengunakan Teorema 3.3 dimana n = 6 dan r = 4 diperoleh:

C(6,4) = !4)!.46(

!6

=

!4!.2

!6=

2

5.6= 3:5 = 15

Jadi terdapat 15 cara untuk membentuk sebuah panitia yang terdiri

dari 4 orang bisa dipilih dari 6 orang.

Contoh 3.9

Berapa banyak cara sebuah panitia yang terdiri dari 2 mahasiswa

dan 3 ma-hasiswi yang bisa dipilih dari 5 mahasiswa dan 6

mahasiswi?

Pertama, memilih 2 mahasiswa dari 5 mahasiswa yang ada, yaitu:

C(5,2) =!2)!.25(

!5

=

!2!.3

!5=

2

4.5= 5.2 = 10

Kedua, memilih 3 mahasiswi dari 6 mahasiswi yang ada, yaitu:

C(6,3) =!3)!.36(

!6

=

!3!.3

!6=

2.3

4.5.6= 5.4 = 20

Page 59: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Sehingga terdapat 10:20 = 200 cara untuk membentuk sebuah

panitia yang terdiri dari 2 mahasiswa dan 3 mahasiswi yang bisa

dipilih dari 5 mahasiswa dan 6 mahasiswi?

Generalisasi Kombinasi

Generalisasi kombinasi merupakan perluasan dari kombinasi

yang membolehkan pengulangan suatu unsur. Misalnya kita

ingin memilih 4 kelereng dari sebuah kantong yang berisi

paling sedikitnya 4 kelereng dari masing-masing warna yaitu

merah, biru dan kuning. Kemungkinan terpilihnya 4 kelereng

tersebut adalah

Sehingga terdapat 15 kemungkinan terpilihnya 4 kelereng

tersebut.

Permasalahan di atas dapat kita nyatakan sebagai seleksi dari

4+3-1 simbol yang terdiri dari 4 simbol o sebagai kelereng dan 3 1

simbol k sebagai pemisah kelereng yang berbeda warna. Selanjutnya

kita menentukan posisi dari simbol-simbol tersebut, yaitu:

Page 60: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dari seleksi diperoleh 15 kemungkinan pengaturan simbol-

simbol tersebut.Secara umum permasalahan diatas dapat disajikan

dalam teorema berikut ini.

Teorema 3.5

Jika X merupakan sebuah himpunan yang mempunyai t unsur

dimana pegulangan diperbolehkan, maka banyaknya seleksi k unsur

tak terurut dari X adalah

Bukti.

Misalkan . Asumsikan bahwa terdapat k +t

- 1 slot yang akan diisi oleh k+t - 1 simbol yang terdiri dari k simbol o

dan t - 1 simbol .Penempatan simbol-simbol pada slot tertentu

merupakan representasi dari proses seleksi. Bilangan dari simbol

o hingga simbol yang pertama merepresentasikan seleksi dari ;

Page 61: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

bilangan dari simbol o dari simbol yang pertama hingga simbol

yang kedua merepresentasikan seleksi dari ; dan seterusnya

sampai seleksi dari .Karena terdapat C(k + t – 1, t - 1) cara untuk

menentukan posisi simbol , maka juga terdapat C(k +t - 1, t - 1)

seleksi. Hal ini juga sama dengan C(k + t – 1, k) cara untuk

menentukan posisi simbol o. Sehingga terdapat

C(k + t 1; t 1) = C(k + t 1; k)

seleksi k-unsur tak terurut dari X dimana pengulangan diperbolehkan.

Contoh 3.11

Gunakan Teorema 3.5 untuk menentukan banyaknya cara

memilih 4 kelereng dari sebuah kantong yang berisi paling sedikitnya

4 kelereng dari masing-masing warna yaitu merah, biru dan kuning.

Karena ada 3 warna kelereng dan 4 kelereng akan dipilih, maka t = 3

dan k = 4. Sehingga banyaknya cara pemilihan 4 kelereng adalah:

Contoh 3.12

Berapa banyak solusi bilangan bulat tak negatif dari persamaan

Setiap solusi dari persamaan tersebut ekuivalen dengan pemilihan 10

butir dari jenis . Sehingga banyaknya seleksi adalah

C(10 + 2 – 1, 2 - 1) = C(11, 1) = 11

Page 62: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

LATIHAN SOAL

A. Probabilitas

1. Dua buah dadu dilempar sekaligus sebanyak sekali. Hitunglah

peluang muncul mata dadu berjumlah 10 atau 7 !

2. Sebuah kotak berisi 4 bola merah, 6 bola putih,7 bola hijau, 3

bola biru. Semua bola sama bentuk,besar dan bobotnya.

Apabila sebuah bola diambil secara random, berapa

probabilitasnya bahwa :

a. bola itu merah b. bola itu hijau

B. Permutasi

1. Suatu Organisasi akan memilih ketua, wakil ketua, sekretaris,

bendahara & humas. Jika ketua & wakil ketua dipilih dari 5

orang, sedangkan sekretaris, bendahara & humas dipilih dari

7 orang yang lain. Maka banyak cara menyusun pengurus

organisasi tersebut adalah?

C. Kombinasi

1. Ada 8 siswa baru yang belum saling mengenal satu sama

lain. Apabila mereka ingin berkenalan dengan berjabat

tangan, maka jabatan tangan yang akan terjadi sebanyak??

2. Suatu perkumpulan terdiri dari 7 orang pria & 5 orang wanita

akan mengirimkan utusan untuk mengikuti rapat yang hanya

terdiri dari 3 orang pria & 2 orang wanita. Bnyaknya susunan

utusan tersebut adalah..?

Page 63: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

IX. POPULASI DAN SAMPEL

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi (universe) adalah totalitas dari semua objek atau

individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap

yang akan diteliti (bahan penelitian). Objek atau nilai disebut

unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa

orang, perusahaan, hasil produksi, rumah tangga, dan tanah

pertanian.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui

cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,

jelas, dan lengkap yang dianggap bisa memiliki populasi.

Objek atau nilai yang akan diteliti dalam sampel disebut unit

sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis,

tetapi mungkin juga tidak.

3. Parameter dan statistik adalah besaran yang berupa data

ringkasan atau angka ringkasan yang menunjukan suatu ciri

dari populasi data sampel. Parameter dan statistik merupakan

hasil hitungan nilai dari semua unit di dalam populasi dan

sampel yang bersangkutan.

B. CARA PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data ada 2, yaitu:

1. Sensus : cara pengumpulan data yang mengambil setiap

elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi.

2. Sampling : cara pengumpulan data hanya mengambil

sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam

populasi.

Page 64: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Alasan dipilih sampling:

1) Objek penelitian yang homogen

2) Objek penelitian yang mudah rusak

3) Penghematan biaya dan waktu

4) Masalah penelitian

5) Ukuran populasi

6) Faktor ekonomis

Contoh: Darah

Metode sampling pada dasarnya dapat dibedakan atas dua

macam, yaitu probabilitas dan nonprobabilitas.

I. Probabilitas ( Sampling Random / Sampling Acak )

a. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Bentuk sampling random yang sifatnya sederhana, tiap

sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas sama

untuk terpilih dari populasi.

b. Sampling Acak Bertingkat (Stratified Random Sampling)

Bentuk sampling random yang populasinya atau elemen

populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut

strata.

c. Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Bentuk sampling random yang mengambil elemen-elemen

yang akan diselidiki berdasarkan urutan tertentu dari populasi

yang akan disusun secara teratur.

d. Sampling Kelompok atau Sampling Kluster (Cluster Sampling)

Bentuk sampling random yang populasinya dibagi menjadi

beberapa kelompok (cluster) dengan menggunakan aturan-

aturan tertentu, seperti batas-batas alam dan wilayah

administrasi pemerintah

Page 65: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

II. Nonprobabilitas ( Sampling NonRandom / Sampling Tidak

Acak )

Cara pengambilan sampel yang semua objek atau elemen

populasinya tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel. Seperti :

a. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah bentuk sampling nonrandom yang

merincikan lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan

dengan pengambilan sampel.

b. Sampling Pertimbangan

Sampiling pertimbangan adalah bentuk sampling nonrandom

yang pengambilan sampelnya ditentukan oleh peneliti

berdasarkan pertimbangan dan kebijaksanaan.

c. Sampling Seadanya

Sampling seadanya adalah bentuk sampling nonrandom yang

pengambilan sampelnya dilakukan seadanya atau

berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan.

Page 66: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

X. DISTRIBUSI PROBABILITAS

A. VARIABEL RANDOM

Definisi 1:

Variabel random adalah suatu fungsi yang memetakan ruang

sampel (S) ke himpunan bilangan Real (R), dan ditulis X : S R

CONTOH 1:

Pelemparan uang logam setimbang sebanyak tiga kali.

Ruang sampelnya S = {GGG, GGA, GAG, AGG, GAA, AGA,

AAG, AAA}. Dari percobaan ini dapat didefinisikan beberapa

variabel random yang mampu memetakan ruang sampelnya ke

dalam bilangan real. Salah satu variabel random yang dapat

dibuat adalah X = banyaknya sisi gambar yang muncul. Maka

nilai numerik 0, 1, 2, atau 3 dapat diberikan pada setiap titik

sampel.

Definisi 2 :

Ruang Sampel Diskrit adalah apabila ruang sampelnya

mengandung titik sampel yang berhingga atau terhitung

banyaknya.

Variabel random yang didefinisikan di atas ruang sampel diskrit

disebut variabel random diskrit.

CONTOH 2 :

- banyaknya barang yang cacat, dalam pengambilan sampel

sebesar k barang.

- banyaknya yang meninggal karena terserang suatu infeksi

pernafasan setiap tahun di Surabaya.

Page 67: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Definisi 3 :

Ruang Sampel Kontinu adalah apabila ruang sampelnya

mengandung titik sampel yang tak berhingga banyaknya, dan

memuat semua bilangan real dalam suatu interval.

Variabel random yang didefinisikan di atas ruang sampel kontinu

disebut variabel random kontinu.

CONTOH 3 :

- lamanya reaksi kimia tertentu

- jarak yang ditempuh sebuah mobil yang diisi dengan 5 liter

bensin.

B. DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT

Himpunan pasangan terurut (x, f(x)) merupakan suatu

fungsi probabilitas atau distribusi proabilitas dari variabel random

diskrit, jika

)()( .3

1)( .2

0)( .1

xfxXP

xf

xf

x

Rata-rata dan varians dari variabel random diskrit X

x

x

xfxXE

xxfXE

)()(])[(

)()(

222

C. DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINU

Fungsi f(x) adalah fungsi kepadatan (density) probabilitas

untuk variabel kontinu X, jika

Page 68: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

b

adxxfbXaP

dxxf

xf

)()( .3

1)( .2

0)( .1

-

Rata-rata dan varians dari variabel random kontinu X

dxxfxXE

dxxxfXE

)()(])[(

)()(

222

D. BEBERAPA DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT

1. Distribusi Binomial

Ciri-ciri percobaan binomial :

a. Percobaan terdiri dari n ulangan

b. Setiap hasil ulangan dapat digolongkan sebagai sukses (S)

atau gagal (G)

c. Probabilitas sukses (p) untuk setiap ulangan adalah sama

d. Setiap ulangan harus bersifat independen.

Definisi 4 :

Suatu percobaan dengan n ulangan mempunyai

probabilitas sukses p dan gagal q = 1-p. Jika variabel random X

menyatakan banyaknya sukses dalam n ulangan yang bebas,

maka X berdistribusi Binomial dengan distribusi probabilitas :

nxqpx

n xnx ,....2,1,0 , p)n, b(x;

Nilai harapan (rata-rata) dan varians dari variabel random

yang berdistribusi Binomial

= np

2 = npq

Page 69: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

SOAL 1 :

Uang logam setimbang dilemparkan sebanyak empat kali. Tentukan

distribusi probabilitas bagi banyaknya sisi gambar yang muncul.

SOAL 2 :

Probabilitas seseorang sembuh dari suatu penyakit darah adalah 0,4.

Jika 15 orang diketahui menderita penyakit ini, tentukan probabilitas :

a. Tepat 5 orang yang sembuh

b. Ada 3 sampai 8 orang yang sembuh

c. Sekurang-kurangnya 3 orang sembuh.

2. Distribusi Hipergeometrik

Ciri-ciri percobaan Hipergeometrik :

a. Sampel acak berukuran n diambil dari populasi berukuran

N

b. Dari populasi berukuran N benda, sebanyak k benda diberi

label “sukses”, dan N-k benda diberi label “gagal”.

Definisi 5 :

Dalam populasi N benda, k benda diantaranya diberi label

“sukses” dan N-k benda lainnya diberi label “gagal”. Jika variabel

random X menyatakan banyaknya sukses dalam sampel acak

berukuran n, maka X berdistribusi hipergeometrik dengan

distribusi probabilitas

kx

n

N

xn

kN

x

k

,....2,1,0 , k) n, N, h(x;

Page 70: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Nilai harapan dan varians dari variabel random yang

berdistribusi Hipergeometrik adalah

N

k

n

kn

N

nN

N

nk

1..1

2

SOAL 3 :

Sebuah panitia 5 orang akan dipilih secara acak dari 3 mahasiswa

farmasi dan 5 mahasiswa kedokteran. Tentukan distribusi probabilitas

banyaknya maha-siswa farmasi dalam panitia tersebut.

Bila n relatif kecil dibandingkan dengan N, maka distribusi

hipergeometrik dapat dihampiri dengan distribusi binomial

h (x; N, n, k) b (x; n, p)

SOAL 4 :

Sebuah perusahaan farmasi melaporkan bahwa diantara 5000

pemakai obat tertentu 4000 diantaranya menggunakan obat generik.

Jika 10 orang diantara pemakai obat tersebut dipilih secara acak,

berapa probabilitas tepat ada 3 orang yang memakai obat non

generik ?

3. Distribusi Poisson

Ciri-ciri percobaan Poisson :

a. Banyaknya hasil percobaan yang terjadi dalam suatu

selang waktu tertentu, tidak tergantung pada banyaknya

hasil percobaan yang terjadi pada selang waktu lain yang

terpisah.

Page 71: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

b. Probabilitas terjadinya suatu hasil percobaan selama

selang waktu yang singkat, sebanding dengan panjang

selang waktu tersebut, dan tidak tergantung pada

banyaknya hasil percobaan yang terjadi di luar selang

waktu tersebut.

c. Probabilitas lebih dari satu hasil percobaan akan terjadi

dalam selang waktu yang singkat, dapat diabaikan.

Definisi 6 :

Jika variabel random X menyatakan banyaknya hasil

percobaan yang terjadi dalam selang waktu tertentu, dan

adalah rata-rata banyaknya hasil percobaan dalam selang waktu

tersebut, maka X berdistribusi Poisson dengan distribusi

probabilitas

,...2,1,0 , !

) p(x;

xx

e x

Nilai harapan dan varians dari ariable random yang

berdistribusi Poisson keduanya sama dengan .

SOAL 5 :

Rata-rata banyaknya partikel radioaktif yang melewati suatu

penghitung selama 1 milidetik dalam suatu percobaan di lab adalah

4. Berapa prob 6 partikel melewati penghitung itu dalam 1 milidetik

tertentu ?

Misalkan X b(x; n,p), bila n , p 0, maka

b(x; n,p) p(x; )

dengan = np.

Page 72: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

SOAL 6 :

Probabilitas seseorang meninggal karena suatu infeksi pernafasan

adalah 0,002. Carilah probabilitas jika 2000 orang yang terserang

infeksi tersebut, kurang dari 5 orang akan meninggal ! Tentukan rata-

rata dan variansnya.

E. DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINU

1. Distribusi Normal

Definisi 7 :

Variabel random X berdistribusi normal dengan rata-rata

dan varians 2 jika mempunyai fungsi densitas

f(x) =

x-e

x

, 2

1), n(x;

2

2

1

Sifat-sifat kurva normal :

a. Modus terjadi pada x =

b. Kurva simetris terhadap x =

c. Kedua ujung kurva secara asimtotik mendekati sumbu datar x,

bila nilai x bergerak menjauhi .

d. Seluruh luas dibawah kurva dan diatas sumbu datar sama

dengan 1.

Page 73: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

X

f(x)

x1 x2

Gambar 1 : Kurva Normal

Misalkan ingin dihitung P (x1 < X < x2) dari variabel

random X yang berdistribusi normal, maka berdasar kurva di atas

P (x1 < X < x2) = luas daerah yang diarsir.

Untuk menghitung P(x1 < X < x2) 2

1

)(

x

x

dxxf sulit diselesaikan.

Namun dapat diatasi dengan mentransformasi variabel random

normal X menjadi variabel random Z

XZ .

Distribusi variabel random Z disebut dengan Distribusi Normal

Standart, dengan fungsi densitas

z- , 2

1)( 2

2z

ezf

dengan = 0 dan 2 =1.

Page 74: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

SOAL 7 :

Diketahui suatu distribusi normal standart, carilah luas daerah di

bawah kurva yang terletak :

a. di sebelah kiri z = -1,39

b. antara z = -2 dan z = 2

c. disebelah kanan z = 1,84.

SOAL 8 :

Diketahui suatu distribusi normal standart, carilah nilai k sehingga

a. P (Z > k) = 0,3015

b. P (k < Z < -0,18) = 0,4197

c. P (-0,93 < Z < k) = 0,7235.

SOAL 9 :

Variabel random X berdistribusi normal dengan rata-rata 50 dan

simpangan baku 10. Tentukan

a. P (x < 45)

b. P ( 47 < x < 62)

c. P (x > 64)

SOAL 10 :

Rata-rata tinggi anjing pudel jenis tertentu adalah 30 cm, dengan

simpangan baku 4,1 cm. Berapa persentase banyaknya anjing pudel

jenis tersebut yang tingginya melebihi 35 cm,

a. bila tingginya menyebar normal dan dapat diukur sampai ketelitian

berapapun ?

b. bila kali ini tingginya diukur sampai cm terdekat ?

Page 75: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. Hampiran Normal Terhadap Distribusi Binomial

Jika variabel random X berdistribusi Binomial dengan mean = np

dan varians 2 = npq, maka variabel random

npq

npXZ

untuk n berdistribusi normal standart.

SOAL 11 :

Probabilitas seorang penderita sembuh dari suatu penyakit darah

yang jarang muncul sebesar 0,4. Bila diketahui ada 100 orang yang

telah terserang penyakit ini, berapa probabilitas bahwa kurang dari 30

yang sembuh ?

SOAL-SOAL LATIHAN :

1. Menurut teori Mendel tentang sifat-sifat keturunan, perkawinan

silang 2 jenis tanaman yang serupa, yang satu berbunga merah

dan lainnya berbunga putih, menghasilkan keturunan yang 25%

tanamannya berbunga merah. Andaikan seorang ahli tanaman

ingin mengawinsilangkan lima pasang berbunga merah dan

berbunga putih. Berapa probabilitas bahwa dari 5 keturunan

yang dihasilkan

a. Tidak terdapat bunga berwarna merah.

b. Paling sedikit 4 tanaman berbunga merah.

c. Paling banyak 4 tanaman berbunga merah.

2. Suatu perusahaan farmasi mengetahui bahwa secara rata-rata,

5% dari sejenis pil mempunyai campuran dibawah syarat

minimum, sehingga tidak memenuhi persyaratan. Berapa

probabilitas bahwa kurang dari 10 pil dalam sampel 200 pil tidak

memenuhi persyaratan ?

Page 76: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

3. Panjang ikan sardine yang diterima suatu pabrik pengalengan

ikan mempunyai panjang rata-rata 4,54 inci dan simpangan baku

0,25 inci. Apabila distribusi panjang ikan sardine tersebut

mengikuti distribusi normal, berapa persentase dari ikan-ikan

tersebut yang panjangnya adalah :

a. Lebih dari 5 inci

b. Kurang dari 5 inci

c. 4,4 sampai 4,6 inci ?

4. Probabilitas seorang mahasiswa gagal dalam tes scoliosis

(membengkoknya tulang belakang) adalah 0,004. Diantara 1875

siswa yang dites scoliosis, hitunglah probabilitas terdapat :

a. kurang dari 5 mahasiswa gagal dalam tes itu

b. lebih dari 2 mahasiswa gagal dalam tes tersebut

c. 8, 9 atau 10 mahasiswa gagal dalam tes tersebut.

5. Dalam suatu dos berisi 50 botol obat dan 5 buah diantaranya

tidak memenuhi standart. Dari dos tersebut diambil 4 botol obat

secara acak, berapa probabilitas mendapat 2 botol yang tidak

memenuhi standart ?

6. Dalam suatu ujian statistika, diketahui bahwa nilai rata-ratanya

adalah 82 dengan simpangan baku sama dengan 5. Semua

mahasiswa dengan nilai dari 88 sampai 94 mendapat nilai B. Bila

nilai-nilai statistika tersebut berdistribusi normal, dan 8 siswa

mendapat nilai B, berapa banyak mahasiswa yang menempuh

ujian tersebut (bila nilai ujian dibulatkan ke bilangan bulat

terdekat) ?

7. Secara rata-rata, di Indonesia banyaknya kematian yang

disebabkan oleh penyakit tertentu adalah 3 orang perhari .

Tentukan probabilitas dalam suatu hari terjadi kematian

a. kurang dari 2 orang

b. lebih dari 5 orang

Page 77: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

c. antara 3 sampai 7 orang.

8. Suatu organisasi ilmiah mempunyai 1000 anggota, dimana 100

orang diantaranya adalah sarjana farmasi. Jika 10 orang diambil

secara acak untuk diangkat jadi pengurus organisasi itu, maka

tentukan probabilitas lebih dari 5 orang sarjana farmasi duduk

dalam pengurus itu.

9. Tentukan mean dan varians untuk semua soal diatas yang

variabel randomnya diskrit.

10. Tinggi 1000 mahasiswa menyebar normal dengan rata-rata

174,5 cm dan simpangan baku 6,9 cm. Bila tinggi dicatat sampai

setengah cm terdekat, berapa banyak diantara mahasiswa

tersebut yang memiliki tinggi

a. Kurang dari 160,5 cm

b. Sama dengan 175 cm

c. Antara 171,5 sampai 182 cm.

Page 78: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

XI. DISTRIBUSI NORMAL

A. Beberapa pengertian umum tentang distribusi Normal

1. Fungsi kepekatan normal umum dan standar

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari

variable random yang kontinu. Pengalaman telah membuktikan

bahwa sebagian besar dari variable random yang kontinu di

pelbagai bidang aplikasi yang beraneka ragam umumnya

memiliki distribusi yang didekati dengan distribusi normal atau

dapat menggunakan sebagai model teoritisnya.

Distribusi normal yang demikian merupakan distribusi

yang simetris, berbentuk genta dan kontinu serta memiliki fungsi

frekuensi.

Fungsi f(x) di atas juga dinamakan fungsi kepekatan

normal ( normal density function).

Rumus diatas, distribusi normal tergantung pada 2

parameter yaitu rata-rata dan varians σ2

. Dengan kata lain,

distribusi normal umum merupakan sekeluarga kurva yang

berparameter dua buah dan agar kita memperoleh suatu

gambaran tentang distribusi normal yang khusus, kedua

parameter diatas harus diberi harga yang tertentu pula.

Hasilnya, fungsi kepekatan normal seringkali dinyatakan sebagai

berikut :

F(x)=

22 ))(2

1(

2

1

xe

1.1

Page 79: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dengan sendirinya, suatu distribusi normal dapat

dibedakan dari distribusi normal yang lain atas dasar perbedaan

rata-ratanya atau variansinya atau kedua-duanya.

Jika sudah tertentu tanpa menentukan σ2

X , maka kita

akan memperoleh serangkaian keluarga distribusi normal yang

memiliki rata-rata yang sama dengan varians seperti pada

diagram 1.1

Sebaliknya, jika σ2

X sudah tertentu sedangkan tidak

ditentukan, kita akan peroleh serangkaian keluarga kurva normal

yang memiliki bentuk yang sama dengan lokasi yang berbeda

sepanjag sumbu X seperti dalam diagram 1.2

Diagram 1.1

25,02

12

52

n(x| ,σ 2

X ) = F(x) =

22 ))(2

1(

2

1 Xxe

1.2

Page 80: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Diagram 1.2

Karena distribusinya kontinu, cara menghitung

probablitasnya dilakukan dengan jalan menetukan luas di bawah

kurvanya. Sayangnya, fungsi frekuensi normal tidak memiliki

integral yang sederhana sehingga probabilitas umumnya dihitung

dengan menggunakan distribusi normal standar dimana variabel

randomnya ialah Z dengan = 0 dan µ2

= 1. Tabel bagi

variable normal standar Z =

dapat dilihat pada bab akhir

makalah ini.

Definisi dari diagram 1.1 bila Z merupakan variabel

random yang kemungkinan harga-harganya menyatakan

bilangan-bilangan riil antara - ∞ dan + ∞, maka Z dinamakan

variabel normal standar bila dan hanya bila probabilitas interval

dari a ke b menyatakan luas dari a ke b antara sumbu Z dan

kurva normalnya dan persamaanya diberikan sebagai berikut :

F(x)

0

2 2

f(z) = 2

1e

2)2

1( 1.3

Page 81: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Fungi yang dirumuskan dengan rumus 1.3 diatas

dinamakan fungsi kepekatan normal standar ( standar normal

density function). Grafiknya dapat dilihat pada diagram 3

Diagram 3. fungsi kepekatan normal standar

f(z) = 2

1e

2)2

1(

Pada diagram 1.3 di atas, skala f(z) dapat berubah. Agar

f(z) = 1, maka f(z) naik, mencapai titik maksimal 0,399

dan turun pula. Harus selalu diingat bahwa probabilitas pada

sembarang titik-titik ialah nol karena bagi variabel kontinu,

probabilitas selalu dinyatakan dalam interval. Dengan kata lain,

probabilitas Z yang merupakan nilai pada interval antara Z = a

hingga Z = b adalah sama dengan luas yang dibatasi oleh kurva

normalnya, sumbu Z dan garis vertical Z = a dan Z = b. hal

demikian dapat dilihat pada diagram 1.4

f(x)

-3 -2 -1 0 1 2 3

0,4

0,3

0,2

0,1

Z

Page 82: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

diagram 1.4 Kurva normal standar

seperti yang kita ketahui, bahwa pencarian luas kurva

normal diatas dapat dilakukan dengan bantuan tabel luas normal

A(z).

Contoh 1.1: Berapakah probabilitas variabel random normal yang

standar merupakan nilai 0 dan 1 ?

Per Table luas kurva normal, maka p(0 < Z < 1) = 0,3413.

Contoh 1.2: Berapakah probabilitas variabel random normal yang

standar merupakan nilai antara -2 dan +2 ?

Per Tabel luas kurva normal, maka p(-2 < Z < +2) = 2(0,4772) =

0,9544.

Hal tersebut berarti bahwa 95,44 % dari seluruh luas kurva normal

standar terletak antara -2 dan +2.

Contoh 1.3: Berapakah probabilitas variabel random normal yang

standar merupakan nilai antara 0,1 dan 2,8 ?

Per Tabel luas kurva normal, maka p(0,1 < Z < 2,8 ) = p(0 < Z < 2,8 )

– p(0 < Z < 0,1 ) = 0,4974 – 0,0398 = 0,4576.

Luas kurvanya dapat dilihat pada diagram 5

f(x)

A(Z)

0 a Z

b

Page 83: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Diagram 5 Kurva normal standar, p(0,10 < Z < 2,8 ).

Contoh 1. 4 : carilah p( Z > - 0,20 )

Diagram 6 Kurva normal standar, p( Z > - 0,20 )

Dari diagram 1.6, kita ketahui bahwa

p( Z > -0,20 ) = 0,5000 + p(-0,20 < Z < 0 )

= 0,5000 + 0,0793

= 0,5793

f(z)

p(0,10 < Z < 2,8 ) = 0,4576

f(z)

p(Z>-0, 20 ) = 0,5793

Z

Z

Page 84: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. Fungsi distribusi kumulatif

Secara umum, fungsi distribusi kumulatif dari distribusi

normal yang kontinu dengan dan 2

dirumuskan sebagai

berikut :

Fungsi distribusi normal kumulatif yang standar

(standardized normal cumulative distribution function)

dirumuskan sebagai berikut :

Dan grafiknya dapat dilihat pada diagram 1.7

F(x) =

222

1 ))((

2

1

xe

dx

F(z) =

22

1 )(

2

1

e dz

1.4

1.5

Page 85: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Diagram 1 7, Fungsi distribusi normal kumulatif yang standar

Contoh 1.4

Carilah p(0 < Z < 1 ) dalam soal contoh 1

Per Tabel distribusi normal kumulatif f(1) = 0,8413 dan f(0) = 0,5000

sehingga p(0 < Z < 1 ) = f(1) – f(0) = 0,8413 – 0,5000 = 0,3413 (

referensi diagram 10.1.7 )

Contoh 1.5

Carilah p(0,10 < Z < 2,80 ) dalam soal contoh 1.3

Per Tabel distribusi normal kumulatif, f(2,8) = 0,9974 dan f(0,10) =

0,5398 sehingga p(0,10 < Z < 2,8 ) = f(2,8) – f(0,10) = 0,9974 –

0,5398 = 0,4576

1.3 Beberapa contoh tentang penggunaan tabel luas kurva normal

dan distribusi normal kumulatif

1,00

0,80

0,60

0,40

0,20

-3 -2 -0,67 0 0,67 2 3 Z

f(z)

Page 86: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Pada hakekatnya, kurva normal merupakan keluarga kurva normal

yang dapat memiliki rata-rata dan varians 2

yang berbeda dan

tidak usah = 0 dan 2

= 1 seperti dengan halnya kurva normal

standar.

Bila demikian halnya, apakah tabel yang berbeda harus dibuat untuk

pencarian luas kurva normal dengan dan 2

yang berbeda ? Hal

yang sedemikian itu tidak perlu. Luas kurva normal dengan dan

2

yang berbeda tetap dapat dicari dengan jalan mengubah variabel

random X yang normal kedalam variabel random Z yang standar dan

dirumuskan sebagai berikut :

Atau

Serta kemudian mencari nilai Z-nya dengan bantuan tabel F(z) atau

A(z).

Pengubahan X ke Z sedemikian itu dapat dilihat dalam diagram 1.8

dan 1.9

Z =

Z =

1.6

Page 87: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Diagram 1.8 Kurva normal umum standar.

5,0

1,0

2,0

4,0

3,0

0

-3 -2 -1 0 1 2 3 3 2 2 3

X

Z

Page 88: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Diagram 1.9

Contoh 1.6

Bila X merupakan variabel random yang memiliki distribusi normal

dengan rata-rata = 24 dan deviasi standar = 12, berapakah

probabilitas 17,4 < X < 58,8 ?

Pengubahan variabel normal 17,4 dan 58,8 masing-masing kedalam

variabel standar memperoleh

Z1 = 12

244,17 = - 0,55 dan

Z2 = 12

248,58 = 2,90

Hasilnya, p(17,4 < X < 58,8 ) = p(-0,55 < Z < 2,90 )

= 0,2088 + 0,4981

= 0,7069

-3 -2 -1 0 1 2 3

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

3 2 2 3 X

Z

Page 89: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Jika probabilitas diatas dihitung dengan bantuan table distribusi

normal kumulatif, maka diperoleh hasil

p(17,4 ) < X < 58,8 ) = p(-0,55 < Z < 2,90)

= F(2,90) – F(-0,55)

= 0,9981 – 0,2912

= 0,7069

Contoh 1.7

Dari pengiriman sebanyak 1.000 riem kertas koran berat 60 gram

diketahui bahwa rata-rata tiap riemnya terisi dengan 450 lembar

dengan deviasi standar sebesar 10 lembar. Jika distribusi jumlah

kertas per riem tersebut dapat didekati dengan kurva normal, berapa

% dari riem kertas diatas terisi dengan 455 lembar atau lebih ?

Dalam soal diatas, = 450 dan = 10 sedangkan yang kita ingin

ketahui ialah p(X ≥ 455). Pengubah variabel normal 455 kedalam

variabel standar memperoleh

Z = 10

450455= 0,50

Karena f(0,50) = 0,6915, maka p(Z ≥ 0,50) = 1 – 0,6915 = 0,3085

atau 30,85 %. Jelas bahwa 30,85 % dari riem kertas diatas terisi

dengan 455 lembar atau lebih.

Contoh 1.8

Angka ujian statistik sebagian besar mahasiswa memiliki = 34 dan

= 4. Jika distribusi angka-angka ujian tersebut kurang kurang

lebih menyerupai distribusi normal, dibawah angka berapa kita akan

memperoleh 10 % terendah dari seluruh distribusi angka-angka

tersebut ?

Dalam hal diatas, = 34 dan = 4 sedangkan per table distribusi

normal kumulatif, nilai Z yang sesuai dengan luas kumulatif 0,10 ialah

– 1,28 sehingga

Page 90: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

- 1,28 = 4

34

- 5,12 = X – 34

28,88 = X

Jelas sudah bahwa 10 % dari seluruh mahasiswa memperoleh nilai

ujian 28,88 atau kurang.

B. Penerapan kurva normal terhadap data empiris

Sampel yang diperoleh dari pengukuran empiris

seringkali memiliki bentuk distribusi kumulatif yang dapat didekati

secara memuaskan dengan distribusi normal. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan jalan mempersamakan dengan X bar

dengan dengan s. Agar lebih jelas, kita akan memberikan

sebuah contoh yang berhubungan dengan persoalan di atas.

Table 2.1 menyajikan distribusi frekuensi dari sebuah sampel

yang terdiri dari 75 pengukuran berat barang X.

Tabel 1 Distribusi frekuensi sampel n = 75

Xi

titik tengah

fi frekuensi

frekuensi relatif

Fi frekuensi kumulatif

frekuensi relatif

kumulatif

1,25 0 0

1,30 1 0,013 1 0,013

1,35 5 0,067 6 0,080

1,40 6 0,080 12 0,160

1,45 13 0,173 25 0,333

1,50 8 0,107 33 0,440

1,55 17 0,227 50 0,667

1,60 14 0,187 64 0,854

1,65 7 0,093 71 0,947

1,70 1 0,013 72 0,960

1,75 3 0,040 75 1,000

1,80 0 75

Sumber : Data fiktif

Page 91: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

= 114,55/75 = 1,527 s = 527,1 = 0,101

karena hubungan variabel standar Z dan variable X maka

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Z = 0101,0

527,1

Maka penerapan distribusi normal kumulatifnya dapat

dilakukan dengan jalan mencari nilai-nilai X sesuai dengan nilai-

nilai Z = -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3.

Hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut,

-3 = 101,0

527,1

-3(0,101) = X – 1,527

-3,03 = X – 1,527

-3,03 = X – 1,527

1,224 = X

Distribusi normal kumulatif F(x) bagi data Tabel 1 dapat diikuti

dalam Tabel 2

Z X F(x)

- 3 1,224 0,0013

- 2 1,325 0,0227

- 1 1,426 0,1587

0 1,527 0,5000

1 1,628 0,8413

2 1,729 0,9773

3 1,830 0,9987

Sumber : Data Tabel 1

Sudah tentu, nilai F(x) dapat secara langsung dicari dari

table F(x), Bila kita ingin memperoleh penerapan yang lebih

X =

k

i 1 n

f ii

Page 92: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

merata, kita harus menghitung nilai-nilai X yang sesuai dengan

nilai-nilai Z = -3, -2,90, -2,80, -2,70,… dan seterusnya.

C. Hubungan antara distribusi Normal dan Distribusi Binomial

Bila n besar sekali, distribusi binomial dapat disesuaiakan

sedemikan rupa sehingga dapat didekati dengan distribusi

normal standar. Pada makalah ini akan di bahas betapa

penyesuaian tersebut dapat dilakukan sehingga menghasilkan

sebuah pendekatan yang sangat tepat sekali. Seperti telah kita

ketahui, variable random X atau jumlah sukses dalam n

percobaan binomial merupakan penjumlahan dari variable

random n dimana tiap peubah acak (variate) dimaksudkan bagi

setiap percobaan binomial dan tiap percobaan menghasilkan

nilai 0 atau 1.

Dalam keadaan yang biasa, jumlah dari beberapa

variable random selalu mendekati distribusi normal, sehingga

distribusi jumlah variable diatas dapat didekati dengan distribusi

normal bila n makin menjadi besar.

Batas distribusi binomial dapat di fahami secara

berangsur-angsur dengan memperhatikan tiga hal pokok sebagai

berikut :

1. Distribusi binomial merupakan sebuah distribusi yang diskrit

sedangkan distribusi normal merupakan sebuah distribusi

yang kontinu, sehingga probabilitas yang dinyatakan dengan

ordinat binomial perlu diganti dengan luas binomial karena

luas selalu dipakai untuk menyatakan probabilitas dalam

distribusi yang kontinu.

2. Skala X perlu diganti dengan skala Z agar tidak terjadi proses

“bergerak” dan “mendatar” bila n berangsur-angsur menjadi

besar.

Page 93: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

3. Pendekatan secara normal terhadap probabilitas binomial

dapat dilakukan dengan menghitung luas yang terdapat

dibawah kurva normal.

Jumlah probabilitas atau luas yang terdapat diantara

kurva dan sumbu X adalah sama dengan 1. Hal demikian dapat

dilihat pada diagram dibawah ini :

Probabilitas variable random X merupakan nilai antara a

dan b dan dapat dinyatakan sebagai daerah bergaris dari kurva

diagram 3.1 diatas. Pada gambar diatas, p(X = a ) = 0 karena

luas a dianggap sama dengan garis f(a) yang memiliki lebar

sama dengan 0. Hal tersebut berbeda sekali dengan probabilitas

yang dinyatakan dengan ordinat distribusi yang diskrit sebab p(X

= a) dimana a = 5 tidak usah sama dengan 0.

Penerapan fungsi kontinu terhadap distribusi binomial

dapat dilakukan dengan penggunaan luas untuk menyatakan

probabilitas yang biasanya dinyatakan dengan ordinat. Tiap

ordinat dari distribusi binomial diganti dengan luas empat persegi

panjang yang berpusat pada X dan yang memiliki lebar sama

f(x)

X b a

Page 94: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dengan satu unit serta memiliki tinggi sama dengan ordinat

binomial yang asal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

diagram dibawah ini

Diagram 3.2. Hubungan antara probabilitas “luas” dengan “ordinat”.

Setiap perubahan pada variable random X akan

mengakibatkan proses “bergerak”. Satu cara untuk membendung

“gerakan” tersebut ialah dengan menciptakan sebuah variable

baru, yaitu Y = X – np.

Distribusi variable baru Y memiliki np = 0 dan cara

pemusatanya tidak berbeda dari distribusi normal yang standar.

Selain daripada itu, distribusi variable Y tersebut memiliki =

npq . Kita telah mengetahui bahwa distribusi normal yang

standar memiliki = 0 dan = 1, sehingga variable random Y

yang memiliki = np = 0 dan = npq

masih perlu

disesuaikan agar nya sama dengan 1.

X-1 X X÷1 X+1 X X+1

X- 21 X + 2

1 X - 21 X + 2

1

f(x-1)

f(x)

f(x+1)

Probabilitas dinyatakan dengan ordinat Probabilitas dinyatakan dengan luas

Page 95: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Bila npq > 0, maka Y/ npq akan menghasilkan variable

random baru Z yang memiliki = 1 seperti dalam halnya

distribusi normal yang standar.

Pembuktian :

Rumus 3.1, sebenarnya sama dengan rumus 1.6 jka np =

dan = npq .

Sebagai konsekuensi perumusan 3.1 diatas

2

= Var

npq= Var

npq

1

= npq

1Var Y =

npq

npq= 1

Sehingga

Karena 2

merupakan konstanta, dengan sendirinya 2

tidak tergantung pada n sehingga penggunaan variable Z selalu

dapat mengatasi persoaaln “gerakan” variable X itu sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa random

standar Z = npq

npmemiliki = 0, dan = 1 sedangkan nilai-

nilai tersebut masing-masing akan sama dengan dan dari

distribusi normal yang standar. Bila n menjadi besar, ordinat-

ordinat sentra (tinggai ordinat-ordinat) dari luas grafik probabilitas

Z tidak akan mendatar. Karena = 0, maka proses “bergerak”

Z = npq

=

npq

np

= 2

= 1 = 1

3.1

3.2

3.3

Page 96: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

tidak terjadi dank arena = 1, maka “perluasan” pun tidak

terjadi .

Pendekatan probabilitas binomial dengan luas yang

terdapat dibawah kurva normal dapat dilakukan dengan bantuan

Tabel normal.

Contoh 3.1

Diketahui distribusi binomial memiliki n = 8 dan p = 21 ,

sedangkan grafiknya dinyatakan seperti dalam diagram dibawah

ini:

= np = 8( 21 ) = 4

= npq = ))((8 21

21

= 2 1,41

Diagram 3.3 Grafik luas distribusi binomial dengan n = 8 dan p = 21

Bila kita ingin mencari probabilitas 3 “sukses” atau lebih (

≥ 3 ), maka kita harus mengikutsertakan sejumlah luas dari

kesemua empat persegi panjang yang terletak di sisi kanan X =

2 21

Bila kita hanya mengikutsertakan luas yang terdapat di

sisi kanan X = 3, maka kita akan meninggalkan 21 daripada p(3)

x

21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 8

21

0

0,1

0,2

0,3

Page 97: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

tidak terhitung. Karena hal tersebut, maka luas batas sisi kiri dari

pada X haruslah 2 21 bukan 3

Sesuai dengan 3.1, maka p(X ≥ 2 21 ) yang kita ingin cari

harus diubah kedalam persamaan yang standar sebagai berikut :

= 2

42 21

= - 1,06 Sehingga p(X ≥ 2) = p(Z > - 1,06)

Dari table luas kurva normal, kita memperoleh hasil

0,3554 + 0,5000 = 0,8554

Bila kita cari hasil

8

3x

b(3|8, 21 ) dengan table distribusi

binomial kumulatif , maka diperoleh hasil sebesar 0,855 dan hasil

tersebut ternyata sesuai benar dengan hasil yang di peroleh dai

pendekatan distribusi binomial dengan menggunakan distribusi

normal diatas.

Bagaimanakah soal pencarian ordinat ekstrimnya

(extreme ordinate)? Bila distribusi binomial memiliki n = 8 dan p =

21 , berapakah p(≥8)? Batas sisi kiri dari empat persegi panjang

yang dipusatkan pada X = 8 ialah 7 21 maka

Z = 2

47 21

= 2,47

Sesuai dengan kurva table normal, maka 0,5000 – 0,4932 =

0,0068

Bila kita hitung p(8), maka kita akan memperoleh hasil

sebagai berikut :

( 21 )

8=

256

1 0,0039

Z = npq

np

Page 98: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Pada dasar, luas sisi kanan p(8) akan ∞ dan luas

yang tiada seberapa besar ini dapat dianggap sebagai sebagian

daripada p(8).

Sudah jelas, bahwa beda absolute dari hasil kedua

hitungan di atas tidaklah besar. Tetapi berbeda secara % dari

kedua hasil hitungan diatas hampir mendekati 75 %.

Bagaimanakah dengan penghitungan ordinat sentralnya ?

Bila distribusi binomial memiliki n = 8 dan p = 21 , berapakah

p(4)? Batas empat persegi panjang bagi p(4) ialah X = 3 21 dan X

= 4 21 sehinga,

Z =

2

43 21

- 0,35 dan

Z =

2

44 21

+ 0,35

Sesuai dengan table luas kurva normal, maka luas Z =

0,35 ialah 0,1368 sehingga p(4) = 2(0,1368) = 0,2736

penghitungan binomialnya akan menghasilkan p(4) =

4

8( 2

1 )8=

0,2734

Sudah jelas bahwa beda hasil kedua hitungan diatas, baik

secara absolute maupun secara persentasi tidaklah besar dan

jauh lebih kecil dibandingkan dengan beda mengenai kedua

perhitungan ordinat ekstrim

Contoh 3.2

Bila 12 keping uang logam dilempar sekali, berapakah

probabilitas timbulnya 5 sisi 0 ? pada persoalan diatas, kita

memperoleh n = 12, X = 5 dan p = 21 .

Page 99: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Sesuai dengan perumusan binomial, kita memperoleh

b(5|12, 21 ) =

5

12x ( 2

1 )5( 2

1 )7

= 792/4096 0,1934

Bila kita ingin melakukan pendekatan terhadap distribusi

binomial diatas dengan kurva normal, maka sebenarnya kita

harus menghitung luas sementara X = 4 21 dan X = 5 2

1 .

np = 12( 21 ) = 6 dan

= ))((12 21

21 = 1,732

Sehingga

Z = 732,1

65,4 = 0,87 dan Z =

732,1

65,5 = - 0,29

Sesuai dengan table luas kurva normal maka

Z(- 0,87) = 0,3078

Table 10.3.1 Distribusi binomial dengan n = 10 dan p = 21

Z = (- 0,29) = 0,1141

Sehingga

0,3078 – 0,1141 = 0,1937

Contoh 3.3

Terapkanlah sebuah distribusi normal kumulatif bagi

distribusi binomial kumulatif bila diketahui bahwa n = 10 p = 21 .

Sesuai dengan rumus 8.2.1, kita dapat menghitung hasil X =

0,1,2,..,10 dimana n = 10 dan p = 21 . Hasil penghitungan f(x) dan

F(x) nya dapat diikuti dalam table 3.1 di bawah ini.

Pendekatan distribusi binomial dengan distribusi normal

dapat dilakukan sebagai berikut :

np = 10 x 21 = 5

= npq = 10))(( 21

21 = 1,581

Page 100: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

X f(x) F(x)

0 0,001 0,002

1 0,10 0,022

2 0,044 0,055

3 0,117 0,273

4 0,205 0,377

5 0,246 0,623

6 0,205 0,828

7 0,117 0,945

8 0,044 0,989

9 0,010 0,999

10 0,001 1,000

Sesuai dengan rumus 3.1, kita peroleh persamaan

hubungan antara X dan Z sebagai berikut :

Z = 581,1

5

Nilai-nilai bagi Z,X dan F(x) dapat diikuti dalam table 10.3.2

Table 3.2 hasil pendekatan distribusi binomial n = 10 dan p = 21

dengan distribusi normal

Z X F(x)

-3,0 0,257 0,0013

-2,5 1,048 0,0062

-2,0 1,838 0,0227

-1,5 2,628 0,0668

-1,0 3,419 0,1587

-0,5 4,210 0,3085

0 5,000 0,5000

0,5 5,791 0,6915

1,0 6,581 0,8413

1,5 7,372 0,9332

2,0 8,162 0,9773

2,5 8,953 0,9938

3,0 9,743 0,9987

Page 101: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh Soal :

1. Penghasilan mingguan sekelompok besar manager madya

terdistribusi secara normal dnan rata-rata hitung $1.000 dan

standar deviasi $1.00

a. Berapa Probabilitas bahwa suatu penghasilan mingguan

tertentu yang dipilih secara acak akan terletak diantara $790

dan $1.000 ?

b. Berapa probabilitas penghasilan adalah kurang dari $790 ?

Jawab

Rumus =

Diketahui :

Z =

=

100

000.1790 =

100

210= -2,10

a. Daerah kurva normal antara µ dan X untuk suatu nilai z = -

2,10 adalah 0,4821. Tanda minus didepan angka 2,10

menunjukan bahwa daerah tersebut terletak di sebelah kiri

rata-rata hitung

b. Rata-rata hitung membagi kurva normal kedalam dua bagian

yang identik. Daerah disebelah kiri rata-rata hitung adalah

0,5000, dan daerah disebelah kanan bawah rata-rata hitung

pun adalah 0,5000 karena daerah dibawah kurva antara 790

dan 1.000 adalah 0,4821, daerah dibawah 790 dapat

diperoleh dengan cara mengurangi 0,5000. Oleh 0,4281.

Jadi, 0,5000-0,4281 = 0,0179

Z =

X = 790

µ = 1.000

σ = 100

Page 102: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dapat dilihat dalah sebuah diagram dibawah ini

2. Penghasilan mingguan PT. indokomputer terdistribusi secara

normal dan rata-rata hitung $1.000 dan standar deviasi $1.00,

Berapa persen penghasilan mingguan $1,245 atau lebih ?

Jawab

Rumus =

Diketahui =

Z =

=

100

1000245.1 =

100

245= 2,45

Daerah yang berhubungan dengan nilai Z = 2,45 adalah 0,4929.

Secara logika daerah untuk $1.245 dan seterusnya diperoleh

dengan mengurangi 0,5000 oleh 0,5929. Daerah ini adalah

0,0071, menunjukan bahwa hanya 0,71 persen PT Indokomputer

berpenghasilan mingguan $1.245 atau lebih

0,5000 0,5000

0,4821

-2,10

0,0179

0

Z =

X = 1.245

µ = 1.000

σ = 100

Page 103: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dapat dilihat menggunakan diagram dibawah ini

3. Suatu produsen ban ingin menetapkan garansi dalam bentuk mil

jarak tempuh bagi ban baru mereka MX100. Pengujian daya

tahan menunjukan bahwa rata-rata hitung mil-nya adalah 47.900

mil dan standar deviasinya adalah 2.050 mil. Produsen ingin

menetapkan mil garansi sedemikian rupa sehingga tidak lebih

dari 5 persen ban yang harus diganti. Berapa mil garansi yang

haris di umumkan oleh produsen tersebut ?

Jawab

Rumus =

Diketahui =

µ X

0,5000 0,5000

σ=$100

0,0071

0

$1.000 0

0,4929

Z =

µ = 47.900

σ = 2.050

Page 104: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Sebelumnya bisa kita lihat menggunakan diagram dibawah ini

Z =

=

050.2

900.47

Ada dua nilai yang tidak diketahui, Z dan X. Untuk

menemukan nilai Z, perhatikan bahwa daerah dibawah kurva

normal sebelah kiri dari X adalah 0,0500. Dengan mengunakan

logika, bahwa daerah antara µ dan X adalah 0,4500, diperoleh

dari 0,5000-0,0500.Carilah dalam table untuk daerah yang paling

mendekati 0,4500.yaitu 0,4505 dan 0,4495. Maka diketahui

bahwa nilai Z adalah ±1,645.

Lalu kita mencari nilai X :

Z = 050.2

900.47

-1,645 = 050.2

900.47

-1,645(2.050) = X – 47.900

Ban diganti jika

ban tersebut tidak

mencapai besar

mil berikut ini

5% atau 0,0500

µ

47.900

0,4500

Skala mil X ?

0,5000

Page 105: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

X = 44.528 mil

Jadi perkiraan garansi ban yang akan di berikan adalah

max sampai di angka 44.528 mil

SOAL – SOAL LATIHAN

1. Suatu sampel random terdiri dari 50 buku telah diplih guna di

chek dari populasi yang dianggap tidak terbatas dan terdiri dari

semua buku yang ada di Perpustakaan. Dari hasil pengecekan itu

diketahui rata-rata peminjaman per mahasiswa ialah 300 kali,.

Jika dianggap deviasi standar dari peminjaman buku di

perpustakaan 70 kali, maka buatlah interval keyakinan sebesar

95% untuk menduga rata-rata peminjaman buku permahasiswa ?

2. Penghasilan mingguan pedagang Buah terdistribusi secara

normal dnan rata-rata hitung Rp10.000 dan standar deviasi

Rp500. Berapakah nilai z untuk penghasilan X Rp15.000 ? untuk

X Rp 600 ?

3. Penghasilan mingguan sekelompok besar manager PT. Maju

mundur terdistribusi secara normal dnan rata-rata hitung $5.000

dan standar deviasi $4.00

a) Berapa Probabilitas bahwa suatu penghasilan mingguan

tertentu yang dipilih secara acak akan terletak diantara $650

dan $8.000 ?

b) Berapa probabilitas penghasilan adalah kurang dari $650 ?

4. Penghasilan mingguan PT. Singkong terdistribusi secara normal

dan rata-rata hitung $8.000 dan standar deviasi $3.00, Berapa

persen penghasilan mingguan $2,145 atau lebih ?

5. Suatu produsen Aki ingin menetapkan garansi dalam lama

pemakaian aki YUASA. Pengujian daya tahan menunjukan

bahwa rata-rata hitung pemakian adalah 576 hari dan standar

deviasinya adalah 150 hari. Produsen ingin menetapkan lama

Page 106: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

garansi sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari 5 persen Aki

yang harus diganti. Berapa lama garansi yang harus di umumkan

oleh produsen tersebut ?

Page 107: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

XII. PENDUGAAN PARAMETER

A. INFERENSI STATISTIK

Inferensi statistik mencakup semua metode yang

digunakan dalam penarikan kesimpulan atau generalisasi

mengenai populasi. Inferensi statistik dapat dikelompokkan

dalam 2 bidang utama:

1. PENDUGAAN PARAMETER

Contoh :

Seorang calon dalam suatu pemilihan ingin menduga

proporsi yang sebenarnya pemilih yang akan memilihnya,

dengan cara mengambil 100 orang secara acak untuk ditanyai

pendapatnya. Proporsi pemilih yang menyukai calon tersebut

dapat digunakan sebagai dugaan bagi proporsi populasi yang

sebenarnya.

2. PENGUJIAN HIPOTESIS

Contoh :

Seorang peneliti masalah kedokteran diminta untuk

memutuskan, berdasarkan bukti-bukti hasil percobaan,

apakah suatu vaksin baru lebih baik daripada yang sekarang

beredar di pasaran.

Seorang insinyur ingin memutuskan, berdasarkan data

contoh apakah ada perbedaan ketelitian antara dua jenis alat

ukur.

Metode Pendugaan Parameter suatu populasi dapat

dibedakan menjadi dua :

1. METODE PENDUGAAN KLASIK

Pendugaan dilakukan berdasarkan sepenuhnya pada

informasi sampel yang diambil dari populasi.

Page 108: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. METODE PENDUGAAN BAYES

Pendugaan dengan menggabungkan informasi yang

terkandung dalam sampel dengan informasi lain yang telah

tersedia sebelumnya yaitu pengetahuan subyektif mengenai

distribusi probabilitas parameter.

B. METODE PENDUGAAN KLASIK

Statistik yang digunakan untuk memperoleh sebuah

dugaan bagi parameter populasi disebut penduga atau fungsi

keputusan. Sedangkan adalah sebuah nilai dugaan

berdasarkan sampel acak berukuran n.

Misal: Fungsi keputusan S2 (yang merupakan fungsi dari sampel

acak yang bersangkutan) adalah suatu penduga bagi 2 ,

sedangkan nilai dugaan s2 merupakan “realisasinya”.

Sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh penduga :

1. TAKBIAS

Statistik dikatakan penduga takbias bagi parameter bila

)ˆ(ˆ E .

2. EFISIEN

Diantara semua kemungkinan penduga tak bias bagi

parameter , yang ragamnya terkecil adalah penduga paling

efisien bagi .

Dugaan parameter dapat dibagi menjadi :

1. DUGAAN TITIK

Menentukan suatu bilangan tunggal berdasarkan sampel

sebagai penduga dari parameter.

Page 109: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. DUGAAN SELANG

Menentukan suatu interval nilai yang dengan peluang tertentu,

(1-), diharapkan memuat parameter yang diduga.

Jika parameter populasi, dugaan selang dapat

dinyatakan dengan : (untuk 0 < < 1)

1)ˆˆ( 21P

Selang 21ˆˆ , yg dihitung dari sampel yg terpilih,

disebut selang kepercayaan / interval keyakinan / confidence

interval 100(1-)% untuk parameter tersebut. nilai pecahan 1-

disebut koefisien kepercayaan / derajat kepercayaan / tingkat

keyakinan (konfidensi).

C. PENDUGAAN MEAN

Penduga titik bagi mean populasi adalah statistik X .

Bila x adalah mean sampel acak berukuran n yang diambil dari

suatu populasi dengan ragam 2 diketahui maka selang

kepercayaan 100(1-)% bagi adalah

nzx

nzx

22

Dengan 2/z adalah nilai z yang luas daerah di sebelah

kanan di bawah kurva normal standard adalah 2/ .

CATATAN:

Jika 2 tidak diketahui, tetapi sampel berukuran besar

(n≥30), 2 dapat diganti dengan s2.

Adapun penduga selang kepercayaan 100(1-)% bagi

untuk sampel kecil (n<30); bila 2 tidak diketahui adalah

n

stx

n

stx

nn ),1(),1( 22

Page 110: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dengan )2/,1( nt adalah nilai t yang luas daerah di sebelah

kanan di bawah kurva seluas 2/ .

SOAL 1 :

Rata-rata Indeks Prestasi (IP) sampel acak 36 mahasiswa tingkat

sarjana adalah 2,6. Hitunglah selang kepercayaan 95% dan 99%

untuk rata-rata IP semua mahasiswa tingkat sarjana. Anggap

simpangan baku populasinya 0,3.

SOAL 2 :

Isi 7 botol asam sulfat (liter) adalah

9,8 10,2 10,4 9,8 10 10,2 9,6

Carilah selang kepercayaan 95% untuk rata-rata isi semua botol bila

distribusinya dianggap normal.

UKURAN SAMPEL BAGI PENDUGAAN

Bila x digunakan untuk menduga , kita yakin 100(1-)%

bahwa galatnya tidak akan melebihi n

z

2

. Seringkali kita ingin

mengetahui berapa besar sebuah sampel harus diambil agar galat

dalam menduga tidak melebihi suatu nilai tertentu e. Ini berarti kita

harus menentukan n sehingga n

z

2

= e.

Jadi, bila x digunakan untuk menduga , kita yakin 100(1-

)% bahwa galatnya tidak akan melebihi suatu nilai tertentu e, bila

ukuran sampelnya diambil sebesar

2

2

e

zn

.

Bila hasilnya bernilai pecahan, harus dibulatkan ke bilangan

bulat berikutnya yang lebih besar. Jika ragam populasi tidak

Page 111: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

diketahui, suatu sampel awal berukuran n30 dapat diambil untuk

memberikan dugaan bagi .

SOAL 3 :

Seberapa besar sampel harus diambil dalam contoh 1, bila kita ingin

percaya 95% bahwa nilai dugaan kita tidak menyimpang dari lebih

dari 0,05 ?

D. PENDUGAAN SELISIH DUA MEAN

Bila kita mempunyai dua populasi saling bebas dengan

mean 1 dan 2 dan ragam 12 dan 2

2 maka penduga titik bagi

selisih antara 1 dan 2 diberikan oleh statistik 21 XX . Bila 1x

dan 2x masing-masing adalah mean sampel acak bebas

berukuran n1 dan n2 yang diambil dari populasi dengan ragam 12

dan 22 diketahui, maka selang kepercayaan 100(1-)% bagi 1-

2 adalah

2

2

2

1

2

12121

2

2

2

1

2

121

22)()(

nnzxx

nnzxx

Dengan 2/z adalah nilai z yang luas daerah di sebelah

kanan di bawah kurva normal standard adalah 2/ .

CATATAN:

Jika 12 dan 2

2 tidak diketahui, tetapi n1 dan n2 lebih

besar dari 30, maka 12 dan 2

2 dapat diganti dengan s12 dan s2

2.

Adapun penduga selang kepercayaan100(1-)% bagi 1-

2 untuk sampel kecil; bila 12=2

2 tapi nilainya tidak diketahui

adalah

21

2121

21

21

11)(

11)(

22 nnstxx

nnstxx pp

Page 112: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Dengan derajat bebas untuk distribusi t = v =n1 + n2 – 2 dan

2

)1()1(

21

2

22

2

112

nn

snsnsp

.

Selang kepercayaan 100(1-)% bagi 1-2 untuk sampel

kecil; bila 122

2 tapi nilainya tidak diketahui

2

2

2

1

2

12121

2

2

2

1

2

121

22)()(

n

s

n

stxx

n

s

n

stxx

Dengan derajat bebas untuk distribusi t adalah

)]1()([)]1()([

)(

2

2

2

2

21

2

1

2

1

2

2

2

21

2

1

nnsnns

nsnsv .

Bila kita mempunyai dua populasi yang tidak saling bebas

(berpasangan), selang kepercayaan 100(1-)% bagi D=1-2

untuk pengamatan berpasangan tersebut adalah

n

std

n

std d

nDd

n ),1(),1( 22

SOAL 4 :

Suatu ujian kimia diberikan kepada 50 siswa wanita dan 75 siswa

laki-laki. Siswa perempuan mendapat nilai rata-rata 76 dengan

simpangan baku 6, sedangkan siswa laki-laki memperoleh rata-rata

82 dengan simpangan baku 8. Tentukan selang kepercayaan 96%

bagi selisih rata-rata nilainya.

SOAL 5 :

Suatu penelitian ingin menaksir selisih banyaknya bahan kimia

ortofosfor yang diukur pada dua stasiun yang berlainan di suatu

sungai. Sampel berukuran 15 dikumpulkan dari stasiun-1 dan Sampel

berukuran 12 dikumpulkan dari stasiun-2. Dari stasiun-1 diperoleh

rata-rata kadar ortofosfor 3,84 mg perliter dan simpangan baku 3,07

mg perliter, sedangkan dari stasiun-2 diperoleh rata-rata kadar

Page 113: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

ortofosfor 1,49 mg perliter dan simpangan baku 0,80 mg perliter. Cari

selang kepercayaan 95% untuk selisih rata-rata kadar fosfor

sesungguhnya pada kedua stasiun tersebut, anggap bahwa

pengamatan berasal dari populasi normal dengan varians yang

berbeda.

SOAL 6 :

Data berikut (dalam hari), menyatakan waktu yang diperlukan

penderita sampai sembuh. Penderita dipilih secara acak untuk

mendapat salah satu dari obat yang dapat menyembuhkan infeksi

berat pada saluran kencing .

Obat 1 Obat 2 n1 = 14 n2 = 16

1x = 17 2x = 19

s12 = 1,5 s2

2 = 1,8 Buat selang kepercayaan 99% untuk selisih rata-rata waktu sembuh

untuk kedua obat tersebut, anggap populasinya berdistribusi normal

dengan varians yang sama.

SOAL 7 :

Dua puluh mahasiswa tingkat satu dibagi menjadi 10 pasang, setiap

pasang kira-kira mempunyai IQ yang sama. Salah seorang dari

setiap pasangan diambil secara acak dan dimasukkan ke dalam

kelas yang menggunakan bahan terprogramkan. Anggota pasangan

yang lain dimasukkan ke dalam kelas biasa. Pada akhir semester

kedua kelompok tersebut diberikan ujian yang sama dan hasilnya

sebagi berikut :

Pasangan Bhn Terprogram Kelas Biasa

1 76 81

2 60 52

3 85 87

Page 114: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

4 58 70

5 91 86

6 75 77

7 82 90

8 64 63

9 79 85

10 88 83

Tentukan selang kepercayaan 98% bagi selisih rata-rata

sesungguhnya nilai ujian untuk kedua metode pengajaran tersebut.

E. PENDUGAAN PROPORSI

Penduga titik bagi proporsi p dalam suatu percobaan

binomial diberikan oleh statistik nXP /ˆ , sedangkan X

menyatakan banyaknya keberhasilan dalam n ulangan. Dengan

demikian, proporsi sampel nxp /ˆ akan digunakan sebagai

nilai dugaan titik bagi parameter p tersebut.

Bila p adalah proporsi keberhasilan dalam suatu sampel

acak berukuran n, dan pq ˆ1ˆ , maka selang Kepercayaan

100(1-)% bagi p untuk sampel besar adalah

n

qpzpp

n

qpzp

ˆˆˆ

ˆˆˆ

22

Dengan 2/z adalah nilai z yang luas daerah di sebelah

kanan di bawah kurva normal standard adalah 2/ .

SOAL 8 :

Dari suatu sampel acak 500 keluarga yang memiliki TV disebuah

kota kecil, ditemukan bahwa 340 memiliki TV berwarna. Carilah

Page 115: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

selang kepercayan 95% bagi proporsi sesungguhnya dari keluarga

yang memiliki TV berwarna di kota tersebut.

UKURAN SAMPEL BAGI PENDUGAAN p

Bila p digunakan untuk menduga p, maka kita percaya

100(1-)% bahwa galatnya tidak lebih besar dari n

qpz

ˆˆ2

.

Seringkali kita ingin mengetahui berapa besar sebuah sampel harus

diambil agar galat dalam menduga p tidak melebihi suatu nilai

tertentu e. Ini berarti kita harus menentukan n sehingga n

qpz

ˆˆ2

= e.

Jadi, apabila p digunakan untuk menduga p, maka kita

percaya 100(1-)% bahwa galatnya tidak akan melebihi suatu

besaran tertentu e bila ukuran sampelnya diambil sebesar

2

2 ˆˆ2

e

qpz

n

Bila informasi awal tentang dugaan nilai bagi p tidak dipunyai, dapat digunakan rumus

2

2

4

2

e

z

n

.

SOAL 9 :

Dari contoh 8, berapa ukuran sampel yang diperlukan agar dugaan p

meleset kurang dari 0,02 dengan kepercayaan 95% ?

F. PENDUGAAN SELISIH DUA PROPORSI

Bila 1p dan 2p masing-masing adalah proporsi

keberhasilan dalam sampel acak yang berukuran n1 dan n2 serta

11 ˆ1ˆ pq dan 22 ˆ1ˆ pq , maka penduga titik bagi selisih

antara kedua proporsi populasi p1 – p2 adalah 21 ˆˆ pp .

Page 116: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Sedangkan selang kepercayaan 100 (1-)% bagi p1 - p2 untuk sampel besar adalah

2

22

1

112121

2

22

1

1121

ˆˆˆˆ)ˆˆ(

ˆˆˆˆ)ˆˆ(

22 n

qp

n

qpzpppp

n

qp

n

qpzpp

Dengan 2/z adalah nilai z yang luas daerah di sebelah

kanan di bawah kurva normal standard adalah 2/ .

SOAL 10 :

ari suatu sampel acak 500 keluarga yang memiliki TV disebuah kota

kecil, ditemukan bahwa 340 memiliki TV berwarna. Carilah selang

kepercayan 95% bagi proporsi sesungguhnya dari keluarga yang

memiliki TV berwarna di kota tersebut.

SOAL 11 :

Suatu obat baru dibuat untuk mengurangi ketegangan syaraf. Dari

sampel acak 100 orang yang menderita ketegangan syaraf

menunjukkan bahwa 70 orang merasa tertolong oleh obat tersebut.

Buat selang kepercayaan 95% bagi proporsi sesungguhnya penderita

ketegangan syaraf yang tertolong oleh obat tersebut.

SOAL 12 :

Suatu pengumpulan pendapat umum dilakukan terhadap penduduk

kota dan di pinggiran kota untuk menyelidiki kemungkinan

didirikannya suatu pabrik kimia. Ternyata 2400 di antara 5000

penduduk kota, dan 1200 di antara 2000 penduduk di pinggiran kota

menyetujui rencana tersebut. Buat selang kepercayaan 90% bagi

selisih proporsi sebenarnya yang menyetujui rencana tersebut.

Page 117: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

G. PENDUGAAN VARIANS

Bila 2s adalah penduga titik bagi varians sampel acak

berukuran n yang diambil dari suatu populasi normal dengan

varians 2, maka selang kepercayaan 100(1-)% bagi 2 adalah

2

)1,1(

22

2

),1(

2

22

)1()1(

nn

snsn

Dengan 2

)2/,1(

n adalah nilai

2 dengan derajad bebas v =

n-1 yang luas daerah di sebelah kanannya sebesar 2/ .

SOAL 13 :

Seorang peneliti yakin bahwa alat pengukurnya mempunyai

simpangan baku = 2. Dalam suatu eksperimen dia mencatat

pengukuran 4,1; 5,2; 10,2. Buat selang kepercayaan 90% bagi .

Apakah data ini sesuai dengan asumsinya ?

H. PENDUGAAN RASIO DUA VARIANS

Bila 21

s dan 22

s masing-masing adalah varians sampel

acak bebas berukuran n1 dan n2 yang diambil dari populasi

normal dengan varians 21

dan 22

, maka penduga titik bagi

rasio 2

2

2

1 / adalah 22

21

/ ss , dan selang kepercayaan 100(1-

)% bagi 12/2

2 adalah

),(2

2

2

1

2

2

2

1

),(

2

2

2

1

122

212

1vv

vv

fs

s

fs

s

Dengan ),(2/ 21 vvf adalah nilai f untuk derajad bebas

v1 dan v2 yang luas daerah di sebelah kanannya sebesar 2/ .

Page 118: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

SOAL 14 :

Berdasarkan contoh soal nomor 4, buat selang kepercayaan 98%

untuk 12/2

2. Apakah anggapan bahwa 122

2 dapat dibenarkan ?

SOAL – SOAL LATIHAN :

1. Sampel acak 8 batang rokok merk tertentu mempunyai kadar

nikotin rata-rata 2,6 mg dengan simpangan baku 0,9 mg. Buat

selang kepercayaan 99% untuk rata-rata kadar nikotin yg

sesungguhnya rokok merk tersebut.

2. Berdasarkan soal no 1, buat selang kepercayaan 95% untuk 2.

3. Dalam suatu makalah disebutkan bahwa kandungan unsur

penting dalam tomat segar dan kalengan ditentukan dengan

menggunakan spektrofotometer penyerapan atom. Kandungan

tembaga dalam tomat segar dibandingkan dengan kandungan

tembaga dalam tomat yang sama setelah dikalengkan dicatat,

dan hasilnya sebagai berikut :

Tomat Segar Kaleng

1 0,066 0,085

2 0,079 0,088

3 0,069 0,091

4 0,076 0,096

5 0,071 0,093

6 0,087 0,095

7 0,071 0,079

8 0,073 0,078

9 0,067 0,065

10 0,062 0,068

Page 119: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Cari selang kepercayaan 98% untuk selisih sesungguhnya rata-

rata kandungan tembaga dalam tomat segar dan kaleng bila

selisihnya dianggap berdistribusi normal.

4. Misalkan sampel random terdiri dari pasien yang diberi tablet

baru. Setelah 24 jam, diperoleh kenyataan bahwa dari 80 pasien

yang diberi tablet baru tersebut, 56 orang diantaranya sembuh.

Buat selang kepercayaan 95% bagi proporsi semua pasien yang

akan sembuh dengan tablet tersebut.

5. Suatu sampel acak 140 kaleng susu merk “Enak” yang masing-

masing berlabel “isi 500 gram”, diperoleh berat rata-rata 480

gram dengan simpangan baku 150 gram. Berdasarkan data

tersebut, buat selang kepercayaan 99% untuk rata-rata yang

sesungguhnya isi kaleng tersebut. Dapatkah berat menurut label

tersebut dianggap benar ?

6. Dalam suatu larutan proses kimia, dua katalisator ingin

dibandingkan pengaruhnya terhadap hasil proses reaksi. Sampel

yang terdiri dari 12 larutan disiapkan menggunakan katalisator A

dan sampel dengan 10 larutan menggunakan katalisator B.

Katalisator A menghasilkan rata-rata 85 dengan simpangan baku

4, dan katalisator B menghasilkan rata-rata 81 dengan

simpangan baku 7. Buat selang kepercayaan 90% untuk 12/2

2,

anggap populasinya berdistribusi normal.

7. Dari soal nomor 6, buat selang kepercayaan 90% untuk selisih

rata-rata kedua populasi.

8. Penelitian dilakukan terhadap penderita tukak lambung di kota

Malang dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

50 orang penderita di Malang didapat 20 orang menggunakan

obat „Aldin‟, sedangkan dari 75 orang penderita di Surabaya

didapat 45 orang menggunakan obat tersebut. tentukan interval

Page 120: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

kepercayaan 90% bagi selisih proporsi sebenarnya penderita

yang mengkonsumsi obat „Aldin‟ dari Surabaya dan Malang.

Page 121: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

XIII. PENGUJIAN HIPOTESIS

Beberapa Definisi penting dalam uji hipotesis:

(1) Uji Hipotesis

Proses pembuatan keputusan untuk mengevaluasi klaim

mengenai populasi

Hipotesis Statistik: pernyataan atau dugaan mengenai satu

atau lebih populasi.

Hipotesis :

Ho : hipotesis dugaan sementara, biasanya ditandai dengan

=, , atau bergantung apakah hipotesis satu sisi atau

dua sisi.

H1 : lawan dari Ho

Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau

penolakan suatu hipotesis.

Kebenaran (benar atau salahnya ) suatu hipotesis tidak akan

pernah diketahui dengan pasti, kecuali kita memeriksa

Page 122: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

seluruh populasi. (Memeriksa seluruh populasi? Apa

mungkin?)

Lalu apa yang kita lakukan, jika kita tidak mungkin memeriksa

seluruh populasi untuk memastikan kebenaran suatu

hipotesis?

Kita dapat mengambil contoh acak, dan menggunakan

informasi (atau bukti) dari contoh itu untuk menerima atau

menolak suatu hipotesis.

Penerimaan suatu hipotesis terjadi karena TIDAK CUKUP BUKTI

untuk MENOLAK hipotesis tersebut dan BUKAN karena HIPOTESIS

ITU BENAR

dan

Penolakan suatu hipotesis terjadi karena TIDAK CUKUP BUKTI

untuk MENERIMA hipotesis tersebut dan BUKAN karena HIPOTESIS

ITU SALAH.

Landasan penerimaan dan penolakan hipotesis seperti ini,

yang menyebabkan para statistikawan atau peneliti

mengawali pekerjaan dengan terlebih dahulu membuat

hipotesis yang diharapkan ditolak, tetapi dapat membuktikan

bahwa pendapatnya dapat diterima.

Perhatikan contoh-contoh berikut :

Contoh 1.

Sebelum tahun 1993, pendaftaran mahasiswa Universtas GD

dilakukan dengan pengisian formulir secara manual. Pada tahun

1993, PSA Universitas GD memperkenalkan sistem pendaftaran

"ON-LINE".

Page 123: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Seorang Staf PSA ingin membuktikan pendapatnya “bahwa rata-rata

waktu pendaftaran dengan sistem ON-LINE akan lebih cepat

dibanding dengan sistem yang lama” Untuk membuktikan

pendapatnya, ia akan membuat hipotesis awal, sebagai berikut :

Hipotesis Awal : rata-rata waktu pendaftaran SISTEM "ON-LINE"

sama saja dengan SISTEM LAMA.

Staf PSA tersebut akan mengambil contoh dan berharap hipotesis

awal ini ditolak, sehingga pendapatnya dapat diterima!

Contoh 2 :

Manajemen PERUMKA mulai tahun 1992, melakukan pemeriksaan

karcis KRL lebih intensif dibanding tahun-tahun sebelumnya,

pemeriksaan karcis yang intensif berpengaruh positif terhadap

penerimaan PERUMKA. Untuk membuktikan pendapat ini, hipotesis

awal yang diajukan adalah :

Hipotesis Awal : TIDAK ADA PERBEDAAN penerimaan SESUDAH

maupun SEBELUM dilakukan perubahan sistem

pemeriksaan karcis.

Manajemen berharap hipotesis ini ditolak, sehingga membuktikan

bahwa pendapat mereka benar!

Contoh 3.

(Kerjakan sebagai latihan!!!)

Eko Nomia S.Kom., seorang system analis memperbaiki sistem

pembebanan biaya di perusahaan tempatnya bekerja. Ia

Page 124: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

berpendapat setelah perbaikan sistem pembebanan biaya pada

produk maka rata-rata harga produk turun. Bagaimana ia menyusun

hipotesis awal penelitiannya?

Hipotesis Awal : .........?

Hipotesis Awal yang diharap akan ditolak disebut : Hipotesis Nol

(H0 )

Penolakan H0 membawa kita pada penerimaan Hipotesis

Alternatif (H1) (beberapa buku menulisnya sebagai HA )

Nilai Hipotesis Nol (H0 ) harus menyatakan dengan pasti nilai

parameter.

H0 ditulis dalam bentuk persamaan

Sedangkan Nilai Hipotesis Alternatif ( H1 ) dapat memiliki beberapa

kemungkinan.

H1 ditulis dalam bentuk pertidaksamaan (< ; > ; )

Contoh 4.(lihat Contoh 1.)

Pada sistem lama, rata-rata waktu pendaftaran adalah 50 menit Kita

akan menguji pendapat Staf PSA tersebut, maka Hipotesis awal dan

Alternatif yang dapat kita buat :

H0 : = 50 menit (sistem baru dan sistem lama tidak berbeda)

H1 : 50 menit (sistem baru tidak sama dengan sistem lama)

atau

H0 : = 50 menit (sistem baru sama dengan sistem lama)

H1 : < 50 menit ( sistem baru lebih cepat)

Page 125: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 5 (lihat Contoh 2.)

Penerimaan PERUMKA per tahun sebelum intensifikasi pemeriksaan

karcis dilakukan = Rp. 3 juta. Maka Hipotesis Awal dan Hipotesis

Alternatif dapat disusun sebagai berikut :

H0 : = 3 juta (sistem baru dan sistem lama tidak berbeda)

H1 : 3 juta (sistem baru tidak sama dengan sistem lama)

atau

H0 : = 3 juta (sistem baru dan sistem lama tidak berbeda)

H1 : > 3 juta (sistem baru menyebabkan penerimaan per tahun

lebih besar dibanding sistem lama)

Penolakan atau Penerimaan Hipotesis dapat membawa kita pada

2 jenis kesalahan (kesalahan= error = galat), yaitu :

Kesimpulan

Keadaan sebenarnya

Ho Benar Ho Salah

Ho Diterima 1- BENAR

Ho Ditolak 1- BENAR

1. Galat Jenis 1 Penolakan Hipotesis Nol (H0 ) yang benar

Galat Jenis 1 dinotasikan sebagai

juga disebut taraf nyata uji

Catatan : konsep dalam Pengujian Hipotesis sama dengan

konsep konsep pada Selang Kepercayaan

2. Galat Jenis 2 Penerimaan Hipotesis Nol (H0 ) yang salah

Galat Jenis 2 dinotasikan sebagai

Page 126: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Prinsip pengujian hipotesis yang baik adalah meminimalkan nilai

dan

Dalam perhitungan, nilai dapat dihitung sedangkan nilai hanya

bisa dihitung jika nilai hipotesis alternatif sangat spesifik.

Pada pengujian hipotesis, kita lebih sering berhubungan dengan

nilai . Dengan asumsi, nilai yang kecil juga mencerminkan nilai

yang juga kecil.

Catatan : keterangan terperinci mengenai nilai dan , dapat anda

temukan dalam bab 10, Pengantar Statistika, R. E. Walpole)

Prinsip pengujian hipotesa adalah perbandingan nilai statistik uji (z

hitung atau t hitung) dengan nilai titik kritis (Nilai z tabel atau t

Tabel)

Titik Kritis adalah nilai yang menjadi batas daerah penerimaan dan

penolakan hipotesis.

Nilai pada z atau t tergantung dari arah pengujian yang

dilakukan.

(2) Arah Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dapat dilakukan secara :

1. Uji Satu Arah

2. Uji Dua Arah

Uji Satu Arah

Pengajuan H0 dan H1 dalam uji satu arah adalah sebagai

berikut:

H0 : ditulis dalam bentuk persamaan (menggunakan tanda =)

H1 : ditulis dalam bentuk lebih besar (>) atau lebih kecil (<)

Page 127: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 6.

Contoh Uji Satu Arah

a. H0 : = 50 menit b. H0 : = 3 juta

H1: < 50 menit H1 : < 3 juta

Nilai tidak dibagi dua, karena seluruh diletakkan hanya di

salah satu sisi selang misalkan :

H0 : *) 0

H1: 0

Wilayah Kritis **) : z z < atau t t db < ( ; )

*) 0 adalah suatu nilai tengah yang diajukan dalam H0

**) Penggunaan z atau t tergantung ukuran contoh

contoh besar menggunakan z; contoh kecil menggunakan t.

-z atau - t(db;) 0

luas daerah terarsir

ini =

H0 : *) 0

H1 : 0

Wilayah Kritis **) : z z > atau t t db > ) ( ,

Page 128: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

0 z atau t (db;)

Luas daerah

terarsir ini =

daerah terarsir daerah penolakan hipotesis

daerah tak terarsir daerah penerimaan hipotesis

Uji Dua Arah

Pengajuan H0 dan H1 dalam uji dua arah adalah sebagai

berikut :

H0 : ditulis dalam bentuk persamaan (menggunakan tanda =)

H1 : ditulis dengan menggunakan tanda

Contoh 7.

Contoh Uji Dua Arah

a. H0 : = 50 menit b. H0 : = 3 juta

H1 : 50 menit H1 : 3 juta

Nilai dibagi dua, karena diletakkan di kedua sisi selang

misalkan :

H0 : *) 0

H1 : 0

Wilayah Kritis **) : z z < 2

dan z z > 2

atau

t tdb

)

( , 2

dan t tdb

)

( ; 2

Page 129: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

*) 0 adalah suatu nilai tengah yang diajukan dalam H0

**) Penggunaan z atau t tergantung ukuran contoh

contoh besar menggunakan z; contoh kecil menggunakan t.

-z /2 atau 0 z /2 atau

-t(db;/2) t(db;/2)

luas daerah terarsir luas daerah

terarsir ini = /2 = 0.5% ini = /2 = 0.5%

daerah terarsir daerah penolakan hipotesis

daerah tak terarsir daerah penerimaan hipotesis

(3) Pengerjaan Uji Hipotesis

7 Langkah Pengerjaan Uji Hipotesis

1. Tentukan H0 dan H1

2* Tentukan statistik uji [ z atau t]

3* Tentukan arah pengujian [1 atau 2]

4* Taraf Nyata Pengujian [ atau /2]

5. Tentukan nilai titik kritis atau daerah penerimaan-penolakan H0

6. Cari nilai Statistik Hitung

7. Tentukan Kesimpulan [terima atau tolak H0 ]

*) Urutan pengerjaan langkah ke-2, 3 dan 4 dapat saling

dipertukarkan!

Beberapa Nilai z yang penting

z z5% 0 05 . =1.645 z z2 5% 0 025. . =1.96

z z1% 0 01 . = 2.33 z z0 5% 0 005. . = 2.575

Page 130: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

A. Uji Rata-rata

a. Uji Mean Satu Populasi

Ho : o ATAU Ho : = o Sisi kiri

H1 : < o H1 : < o

Ho : o ATAU Ho : = o Sisi Kanan

H1 : > o H1 : > o

Ho : = o Dua sisi

H1 : o

o adalah suatu nilai tertentu yaitu nilai dugaan /

anggapan/claim sebelum dilakukan percoban

Page 131: Statistika Dasar - Imam Tahyudin
Page 132: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 1.

Sampel random catatan 100 kematian di AS selama tahun lalu

menunjukkan rata-rata mereka berusia 71.8 tahun. Andaikan

simpangan bakunya 8.9 tahun, apakah ini menunjukkan bahwa

rata-rata usia dewasa ini lebih dari 70 tahun? Gunakan taraf

signifikansi, = 0.05.

1. Ho : = 70

H1 : >70

2. Tolak Ho jika Z > |Z| atau Z > |Z0,05|, yaitu jika Z > 1,645

3. Karena n=100 , =71.8, s=8.9 , maka

02,2

109.8

708.71

z

Page 133: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Keputusan Tolak Ho Rata-rata usia dewasa ini lebih dari 70

tahun.

b. Uji Mean Dua Populasi

Bentuk umum

Ho : 1-2 o ATAU Ho : 1-2 =o

H1 : 1- 2 < o H1 : 1- 2 < o

Ho : 1-2 o ATAU Ho : 1-2 =o

H1 : 1- 2 > o H1 : 1- 2 >o

Ho : 1-2 = o

H1 : 1- 2 1 o

Selisih mean pop. 1 dengan pop.2 adalah o

c. Uji Mean Dua Populasi Jika 0=0

Ho : 1 2 ATAU Ho : 1 = 2 Sisi kiri

H1 : 1 < 2 H1 : 1 < 2

Ho : 1 2 ATAU Ho : 1 = 2 Sisi Kanan

H1 : 1 > 2 H1 : 1 > 2

Ho : 1 = 2 Dua Sisi

H1 : 1 2

1 dan 2 adalah nilai mean dari populasi 1 dan 2.

Page 134: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 2.

Suatu percobaan dilakukan untuk membandingkan keausan, karena

gosokan, dua bahan yang dilapisi. Dua belas potong bahan diuji

Page 135: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

dengan memasukan tiap potong bahan 1 ke dalam mesin pengukur

aus. Sepuluh potong bahan 2 diuji dengan cara yang sama. Dalam

tiap hal, diamati dalamnya keausan,dari bahan 1 diperoleh rata-rata

kausan sebanyak 85 satuan dengan simpang baku 4 sedangkan

sampel bahan 2 memberikan rata-rata keausan sebanyak 81 dengan

simpangan baku 5. Dengan menggunakan =5%, dapatkah

disimpulkan bahwa keausan bahan 1 melampaui keausan bahan 2

sebanyak lebih dari 2 satuan ? Anggaplah kedua populasi hampir

normal dengan variansi yang sama.

Misalkan 1 dan 2 masing-masing menyatakan rata-rata populasi

keausan bahan 1 dan 2

(1) Ho : 1-2 = 2

H1 : 1-2 >2

(2) = 0.05, Daerah kritis t ( ,v =t (0,.05,,20) =1,725,

Karena thitung < t (0,.05,,20) =1.725, maka keputusannya menerima Ho,

Jadi selisih keausan bahan 1 dan bahan 2 tidak lebih dari 2 satuan.

04,1

101

121478,4

24

21

11

2)(

478,4,2,10,12

,5,4,81,85

21

021

2121

nns

xxt

snn

ssxx

p

hitung

p

Page 136: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Contoh 3

Dalam makalah “influence of Physical Restraint and Restraint-

Facilitating Drugs on Blood Measurements of White-Tailed Deer and

Other Selected Mammals’ Virginia Politechnic Institut And State

University (1976), J.A Wesson memeriksa pengaruh obat

succinylcholine terhadap kadar peredaran androgen dalam darah.

Sampel darah dari rusa liar yang hidup bebas diambil melalui

uratnadi leher segera setalah suntikan succinylcholine pada otot

menggunakan panah dan senapan penangkap. Rusa kemudian

diambil lagi darahnya kira-kira 30 menit setelah suntikan dan

kemudian dilepaskan. Kadar androgen pada waktu ditangkap

diukurdan30 menit kemudian diukur dalam monogram per ml untuk

15 rusa. Dari kelima belas rusa tersebut diperoleh rata-rata selisih

androgen saat disuntikan dan 30 menit kemudian setelah disuntikan

= 9.848, dan sd =18.474. Anggaplah bahwa populasi androgen

berdistribusi normal, uji pada taraf 5% apakah konsentrasi androgen

berubah setelah 30 menit !

Page 137: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Jawab:

Misalkan 1 dan 2 masing-masing rata-rata konsentrasi androgen

pada waktu suntikan dan 30 menit setelah suntikan .

(1) Ho : 1=2 atau Ho : D=1-2 = 0

H1 : 12 atau H1 : D=1-2 0

(2) = 0.05, v=n1+n2-2= 12+10-2=20

Daerah kritis t < -2.145 atau t > 2.145

Karena |thitung| < t/2 maka terima Ho

1. Uji Hipotesis Beda Proporsi

• Dalam bidang kesehatan masyarakat kita sering berhadapan

dengan hasil berupa proporsi

• Mis -penderita TBC di Indonesia 4%

-persentase kesembuhan dengan obat anti diabetes

adalah 70%.

• Makanya uji hipotesis proporsi populasi penting utk dipelajari.

• Langkah uji hipotesis beda proporsi sama dengan uji hipotesis

beda rata-rata

• Dimana p adalah proporsi sampel

• S = standar deviasi s= √pq dan q = (1-p)

• Proporsi gabungan p = n1p1 + n2p2 n1 + n2

06,2

15

474,18

848,9

474,18

848,9

hitung

D

t

s

D

Page 138: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2. Uji hipotesis Satu Proporsi

Contoh

• Dari hasil penelitian yg sudah dilakukan dinyatakan bahwa

40% murid SD di suatu daerah menderita kecacingan.

• Pernyataan tersebut akan diuji dengan derajat kemaknaan

5%. Untuk itu diambil sampel sebanyak 250 murid SD dan

dilakukan pemeriksaan tinja dan diperoleh 39% diantaranya

terinfeksi cacing.

Diketahui :

pH0 = 0,4

n = 250

_ _ _ p (kecacingan)= 39% q (tidak cacingan) = 1 – p = 61%

α = 0,05

zα = 1,96

6. Kesimpulan :

Statistik hitung z = -0,333 > -1,96

[ p - p0 ]

√ pq/nz =

[ 39% - 40% ] -0,01 -0,33

(40% x 60%)/250 0,03 = =

Page 139: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

(berada di daerah penerimaan H0).

H0 diterima proporsi murid SD penderita kecacingan 40%.

3. Uji hipotesis Selisih Dua Proporsi

Contoh

Seorang ahli farmakologi mengadaan percobaan dua macam

obat anti hipertensi.

Obat pertama diberikan pada 100 ekor tikus dan ternyata 60 ekor

menunjukkan perubahan tekanan darah. Obat kedua diberikan

pada 150 ekor tikus dan ternyata 85 ekor berubah tekanan

darahnya. Pengujian dilakukan dengan derajat kemaknaan 5%.

Diketahui :

H0 : p1 = p2

Ha : p1 ≠ p2

n1 = 100 n2 = 150

p1 = 60/100 p2 = 85/150

q1 = 40/100 q2 = 65/150

p = (n1p1 + n2p2)/n1+n2 = [(100x60/100)+(150x85/150)]/100+150)

= 60+85/250 = 145/250 = 0,58 q = 0,42

Page 140: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Latihan :

• Seorang ahli kesehatan lingkungan menguji coba efektivitas

metoda pemberantasan vektor kecoak di rumah tangga.

• Metoda pertama dilakukan di 90 rumah dan ternyata 45

rumah dinyatakan bebas kecoak. Metoda kedua dilakukan

pada 120 rumah dan hasilnya 85 rumah bebas kecoak.

Pengujian dilakukan dengan derajat kemaknaan 5%.

Diketahui :

n1 = 90 n2 = 120

p1 = 45/90 p2 = 85/120

q1 = 45/90 q2 = 35/120

p = (n1p1 + n2p2)/n1+n2 = [(90x45/90)+(120x85/120)]/90+120)

= (45+85)/210 = 130/210 = 0,62 q = 0,38

Page 141: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

LATIHAN

Dua orang perawat A dan B masing2 telah bekerja selama 10 dan 7

tahun. Kepala Puskesmas beranggapan persentase melakukan

kesalahan perawat A lebih kecil daripada B.

Utk menguji hipotesis tersebut diambil ampel sebanyak 50 pasien

yang dirawat oleh perawat A dan 60 pasien oleh perawat B.

Dari sampel tersebut perawat A membuat 10% kesalahan perawatan

dan perawat B 12%.

Ujilah hipotesis Kepala Puskesmas tersebut dengan derajat

kemaknaan 5%.

Page 142: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

4. Uji Hipotesis Variansi

Dalam pengujian hipotesis untuk varians langkah-langkah yang

dilakukan sama seperti pengujian hipotesis untuk rata-rata dan

proporsi.

(n-1)S2 X2

(n-1) =

2

Mengikuti fungsi chi-kuadrat dengan derajat kebebasan (n-1)

Page 143: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

LATIHAN

1. Seorang pemilik perusahaan makanan ternak ingin mengetahui

apakah sejenis makanan baru dapat mengurangi variasi berat

ternak. Pemilik perusahaan tersebut beranggapan, setelah

ternak diberi makanan tersebut selama 3 bulan, akan tercapai

Page 144: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

variasi berat, yang dinyatakan dalam varians sebesar 1600 pon,

dengan alternatif lebih kecil dari itu. Untuk mengujinya, sebanyak

30 ekor ternak yang beratnya hampir sama dipilih sebagai

sampel acak, kemudian diberi makanan baru tersebut selama 3

bulan. Setelah 3 bulan, dilakukan penimbangan. Ternyata

diperoleh varians berat badan sebesar 1000 pon. Dengan

menggunakan tingkat keyakinan 2,5% ujilah pendapat tersebut.

2. Suatu pabrik baterai mobil menjamin bahwa baterainya akan

tahan rata-rata 3 tahun dengan simpangan baku 1 tahun. Untuk

meyakinkan pendapatnya diambil sampel yang terdiri atas 5

baterai dan daya tahannya adalah 1,9 ; 2,4 ; 3,0 ; 3,5 ; 4,2 tahun.

a. Buatlah interval kepercayaan 95% untuk 2 ?

b. Apakah simpangan baku = 1 tersebut masih dapat diterima?

Page 145: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

XIV. REGRESI

A. Regresi Linear Sederhana

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

ataupun kausal satu variable independent dengan satu variable

dependen.

Y= a + b X

Dimana:

Y : Subjek dalam variable

a : Harga Y bila X = 0 (haraga konstan

b : Angka arah atau regresi yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variable dependen yang

didasarkan pada variable independent bila b(+) maka naik

dan bila ( - ) maka terjadi penurunan.

X : Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai

tertentu.

Selain itu a dan b dicari dengan rumus :

22

2

)(

)()(()()((

ii

iiiii

n

Ya

22)(

))((

2 II

iIII

n

XYXnb

CONTOH :

Conter Krakter pelanggan

Hp yang dijual

X2 Y

2 X II

Natasya 70 155 4900 24025 10850

Candra 40 90 1600 8100 3600

2 110 (X I ) 245 (Y i ) 6500

(X2)

32125

(Y2)

14450

(X ii )

Page 146: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

2)110()6500.(2

14450.1106500.245

a

= 1210013000

15895001592500

=900

3000

= 3.3333

2)110()6500.(2

245.11014450.2

b

= 1210013000

2695028900

=900

1950

= 2.1667

Persamaan Regresinya:

Y = a + bX

= 3.333 + 2.166

B. KOLERASI

Kolerasi dapat dihitung dengan rumus :

2222)()()((

))((

iiii

iiii

nn

nr

Contoh :

Hubungan antara penjual dengan Hp yang terjual:

n = 2 X i = 110 Y i =245 X2= 6500 Y 321252

X II = 14450

Page 147: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

4225.900

2695028900 r

r = 3802500

1950

= 1.00

Artinya antara pelanggan dan barang yang terjual hubungannya

sempurna.

C. CHI KUADRAT

Chi kuadrat satu sample adalah tehnik statistic yang

digunakan untuk menguji hipotesis deskriftif bila dalam populasiu

terdiri dari dua atau lebih klas, data berbentuk nominal

sampelnya besar. Yang dimaksud hipotesis deskriptif disini bisa

merupakan estimasi/ dugaan terhadap ada tidaknya perbedaan

frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam sebuah

sample tentang sesuatu hal.

Rumus Chi Kuadrat :

Dimana:

chi2 kuadrat

f o = frekuensi yang diobservasi

f h = frekuensi yang diharapkan

Koefisien Kontingesi digunakan untuk menghitung antar

variable bila datanya berbentuk nominal. Tehnik ini mempunyai

kaitan erat dengan Chi Kuadrat yang digunakan untuk menguji

X

k

i n

h

f

ff

1

2

02 )(

Page 148: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

Hipotesis Komparatif k Sample Indefenden.oleh karena itulah

rumus yang digunakanmengandung nilai Chi Kuadrat.

Rumus :

Contoh:

Olah raga Jenis profesi Jumlah

Guru Dokter

Tennis Meja 15 9 24

Golf 10 23 33

25 32 57

Ke 2 yang menyenangi Tennis Meja

57

915 =

27

24 = 0.4211

Ke 2 yang menyenangi Golf

57

2310 =

57

33 = 0.5789

a. f h 1 yang menyenangi Tennis Meja:

f h Guru = 0.4211 x 25 = 10.5275

f h Dokter = 0.4211 x 32 = 13.4752 24

b. f h yang menyenangi Golf

f h Guru = 0.5789 x 25 = 14.4725

f h Dokter = 0.5789 x 32 = 18.5248 33

Olah

Raga

Guru Dokter

2

2

NC

Page 149: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

f 0 f h f 0 hf Jumlah

Tennis

Meja

15 10.5275 9 13.4752 24

Golf 10 14.4725 23 18.5248 33

25 32 57

2 =5275.10

)5275.1015( 2+

4752.13

)4752.139( 2+

4725.14

)4725.1410( 2+

5248.18

)5248.1823( 2

= 1.9001 + 1.4862 + 1.3822 + 93.0811

= 97.8496

H 0 = Tidak ada pengaruh antara profesi dan jenis olah raga

H i = Ada pengarauh antara jumlah profesi dan jenis olah raga

X2= Table

Dik = (n-1) x (n-1)

= (2-1) x (2-1)

= 1

Table < Hitung artinya H 0 ditolak dan H i diterima jadi ada

hubungan.

C = 2

2

Xn

X

=

4896.9757

8496.97

= 0.64

Page 150: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

D. Regresi Linear Berganda

1. Hubungan liniear lebih dari dua variabel

Regresi artinya peramalan penaksiran atau pendugaan

pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis

Galtoon (1822-1911). Analisis regresi digunakan untuk

menentukan bentuk dari hubungan antar variabel. Tujuan utama

dalam penggunaan analisis itu adalah untuk meramalkan atau

memperkirakan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya

dengan variabel yang lain. Disamping hubungan linear dua

variabel, hubungan linear dari dua variabel bisa juga terjadi

misalnya; hubungan antara hasil penjualan dengan harga dan

daya beli.

Hubungan linear lebih dari dua variabel bila dinyatakan

dalam bentuk persamaan matematis adalah :

Y = a + b1x1 + b2x2 +……………bkxk +

Keterangan :

x, x1, x2……..xk = variabel-variabel

a, b1, b2……..bk = bilangan konstan (konstanta) koefisien

variabel

2. Persamaan regresi linear berganda

Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel

terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu

variabel, mungkin dua, tiga dan seterusnya variabel bebas (x, x1,

Page 151: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

x2……..xn ) namun masih menunjukkan diagram hubungan yang

linear.

Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih

menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih

saja ada variabel yang terabaikan. Bentuk umum dari persamaan

linear berganda dapat ditulis sebagai berikut:

a. Bentuk stokastik

y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 ……………bkxk + c

b. Bentuk non stokastik

y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3……………bkxk

Keterangan

y : Variabel terikat (nilai duga y)

a, b1, b2 b3……..bk : koefisien regresi

x1, x2 x3……..xk : variabel bebas

e : kesalahan pengganggu

E. Pendugaan dan Pengujian Koefisien Regresi

1. Kesalahan baku regresi dan koefisien regresi berganda

Kesalahan baku atau selisih taksir standar regresi adalah

nilai menyatakan seberapa jauh menyimpangnya nilai regresi

tersebut terhadap nilai sebenarnya. Nilai ini digunakan untuk

mengukur tingkat ketepatan suatu pendugaan dalam menduga

Page 152: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

nilai. Jika nilai ini sama dengan nol maka penduga tersebut

memiliki tingkat ketepatan 100%.

Kesalahan baku atau selisih taksir standar regresi

berganda dirumuskan

Se = 2

1 1 2 2y b x y b x y

n m

Keterangan

Se : Kesalahan baku regresi berganda

n : Jumlah pasangan observasi

m : jumlah konstant dalam persamaan regresi berganda.

Untuk koefisien b1 dan b2 kesalahan bakunya dirumuskan

Sb1 =

2 2 2

1 1 1

Se

x nx 1 r y

Sb2 =

2 2 2

2 2 1

Se

x nx 1 r y

2. Pendugaan interval koefisien regresi berganda (parameter B1

dan B2)

Parameter B1 dan B2 sering juga disebut sebagai

koefisien regresi parsial. Pendugaan parameter B1 dan B2

menggunakan distribusi t dengan derajat bebas db = n – m

secara umum pendugaan parameter B1 dan B2 adalah :

b1 – ta/2n-m Sbi Bi bi + ta/2n-m Sbi ; i = 2,3

Page 153: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

3. Pengujian hipotesis koefisien regresi berganda (parameter B1

dan B2)

Pengujian hipotesis bagi koefisien regresi berganda atau

regresi parsial parameter B1 dan B2 dapat dibedakan menjadi 2

bentuk, yaitu pengujian hipotesis serentak dan pengujian

hipotesis individual.

Pengujian hipotesis individual yaitu merupakan pengujian

hipotesis koefisien regresi berganda dengan hanya satu B (B1

dan B2) yang mempunyai pengaruh Y. pengujian hipotesis

serentak merupakan pengujian hipotesis koefisien regresi

berganda dengan B1 dan B2 serentak atau bersama-sama

mempengaruhi Y.

F. Peramalan dengan Regresi Linear Berganda

Peramalan terhadap nilai Y dengan menggunakan regresi

linear berganda, dapat dilakukan apabila persamaan garis

regresinya sudah diestimasi dan nilai variabel bebas x1, x2 sudah

diketahui.

Suatu persamaan garis regresi linear berganda dapat

dipakai dalam peramalan dengan terlebih dahulu melakukan

pengujian hipotesis terhadap koefisien-koefisien regresi

parsialnya. Tujuan ialah mengetahui variabel-variabel bebas yang

digunakan itu memiliki pengaruh yang nyata atau tidak terhadap

y tersebut. Variabel bebas x1 dan x2 disebut memiliki pengaruh

Page 154: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

yang nyata apabila dalam pengujian hipotesis koefisien

parsialnya H0 : B1 = B2 = 0 ditolak atau H1 : B1 B2 0 diterima,

khususnya pada taraf nyata 1%

Kelebihan peramalan y dengan menggunakan regresi

linear berganda adalah dapat diketahui besarnya pengaruh

secara kuantitatif setiap variabel bebas (x1 atau x2) apabila

pengaruh variabelnya dianggap konstan. Misalnya sebuah

persamaan regresi berganda

y = a + b1x1 + b2x2

Keterangan :

y : Nilai statistik mahasiswa

x1 : Nilai inteligensi mahasiswa

x2 : Frekuensi membolos mahasiswa

b1 : Pengaruh x1 terhadap y jika x2 konstan

b2 : Pengaruh x2 terhadap y jika x1 konstan

jika a = 17,547; b1 = 0,642; b2 = - 0,284 maka persamaan regresi

linear bergandanya menjadi

y = 17,547 + 0,624 (75) – 0,284 (4)

Dengan persamaan regresi linear berganda tersebut, nilai y (nilai

statistik maha siswa) dapat diramalkan dengan mengetahui nilai

x1 (nilai inteligensi mahasiswa) dan x2 (frekuensi membolos

Page 155: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

mahasiswa) misalkan, nilai x1 = 75 dan x2 = 24 maka ramalan nilai

y adalah

y = 17,547 + 0,624 (75) – 0,284 (4)

= 63.211

Penulisan persamaan garis regresi linear berganda biasanya

disertai dengan kesalahan baku masing-masing variabel bebas

dan koefisien determinasi berganda r2, sebagai ukuran tepat atau

tidaknya garis tersebut sehingga pendekatan.

G. Korelasi Linear Berganda

Korelasi linear berganda merupakan alat ukur mengenai

hubungan yang terjadi antara variabel yang terikat. (variabel Y)

dan dua atau lebih variabel bebas (x1, x2……xk). Analisis

korelasinya menggunakan tiga koefisien korelasi yaitu koefisien

determinasi berganda, koefisien korelasi berganda, dan koefisien

korelasi parsial.

1. Korelasi linear berganda dengan dua variabel bebas

a. Koefisien penentu berganda atau koefisien determinasi

berganda. Koefisien determinasi berganda, disimbolkan

KPB y.12 atau R2 merupakan ukuran kesusaian garis

regresi linear berganda terhadap suatu data. Rumus

KPBy.12 = 1 1 2 2

2

b x y b x y

y

Page 156: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

b. Koefisien korelasi berganda.

Koefisien korelasi berganda disimbolkan ry12 merupakan

ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dan

semua variabel bebas. Secara bersama-sama. Rumus :

Ry.12 = 1 1 2 2

2

b x y b x y

y

c. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial merupakan koefisien korelasi

antara dua variabel. Jika variabel lainnya konstan, pada

hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.

Ada 3 koefisien korelasi parsial untuk hubungan yang

melibatkan 3 variabel yaitu sebagai berikut :

1) Koefisien korelasi parsial antara y dan x1, apabila x2

konstan dirumuskan

ry.12 =

y1 y2 12

2 2

y1 I2

r r .r

I r I r

2) Koefisien korelasi parsial antara y dan x2, apabila x1

konstan dirumuskan

ry.12 =

y2 y1 I2

2 2

y1 y2

r r .r

I r I r

3) Koefisien korelasi parsial antara x1 dan x2 apabila y

konstan dirumuskan

Page 157: Statistika Dasar - Imam Tahyudin

R12y =

12 y1 I2

2 2

y1 y2

r r .r

I r I r

2. Korelasi linear berganda dengan 3 variabel bebas

a. Koefisien penentu berganda

KPB = 1 1 2 2 3 3

2

b x y b x y b x y

y

2

2 2y

y yn

b. Koefisien korelasi berganda

ry123 = 1 1 2 2 3 3

2

b x y b x y b x y

y