spustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/09/pikiranrakyat... · persma suaka uin sunan gunung...

2
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu ~5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2 3 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 18 19 OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags .Sep OOkt ONov ODes "S AYA iri, kenapa persma ketika masa Reformasi lebih hoop, lebih 'radikal', lebih keras. Tapi sekarang ... hidup segan rnati tidak rnau," begitu tanya Pemimpin Umum Suara Ma- hasiswa Unisba, Rizki Aulia Rah- man, kepada para jurnalis senior pada Gathering Pers Mahasiswa (Persma) se-Bandung dengan jurnalis profesional yang diselenggarakan Alian- si jurnalis Independen (AJI) Indonesia di Gedung Indonesia menggugat, Jln. Perintis Ke- merdekaan No. 5 Bandung, Sabru (15/9). Kegalauan Rizki tidak dirasakan sendiri, Se- jumlah perwakilan Persma dari puluhan kampus se-Bandung yang menyambangi rangkaian acara ulang tahun AJI ke-18 bertajuk Festival Media ini mengeluh hal serupa, Seperti papar Iqbal asal Persma Suaka UIN Sunan Gunung Djati Ban- dung yang membuka memori akan kuamya pen- garuh Persma membentuk opini mahasiswa na- sional dulu. Opini ini dahulu bak bola salju yang disambur gerakan massif mahasiswa secara na- sional untuk perubahan. "Tapi sekarang berkutat di situ-situ saja. Pem- beritaan pun, kalau enggak seputar kampus, pal- . ing isu nasional itu pun kulit-kulitnva saja," kata Iqbal. Pascatumbangnya Orde Baru, persma di Indonesia memang bak macan ompong yang ke- hilangan taring. jauh sebelumnya di senja zaman Orde Lama, media kampus seperti Harian KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim In- donesia) atau Gelora Mahasiswa UGM menjadi corong mahasiswa melawan Soekamo dan Orde Lama. Nostalgia berlanjut di zaman The Smil- ing General, Soeharto, berkuasa. Persma menja- di corong-corong kaum intelektual muda mengkritisi penyelewengan kekuasaan penguasa dan para kroninya. Hingga mencapai klimaks dengan seruan penggulingan Soeharto yang menjadi suluh pergerakan mahasiswa tahun 1998. Memasuki era yang disebut-sebur Reformasi, saat penyelewengan di semua sektor pemerinra- han dan masyarakat tambah variasi, persma seperti kehilangan arti. Teriakan mereka, sekalipun lantang bagaikan kucing mengeong di tengah auman kawanan macan. Ditinggal lari pembaca di tengah kebisingan arus infor- masi terkini. Belakangan, menurut Upi As- marandana, mantan penggerak pers kampus di Makassar, fenomena itu menyebabkan kegalauan di sejumlah ruang UKM persma selu- ruh Indonesia. Eko Mariyadi, Ketua umum AJI Indonesia, pembicara di acara yang sangat jarang diadakan tersebut, mencoba menganalisis. Eko menje- laskan akan tantangan yang selalu berbeda bagi setiap generasi di setiap zaman yang berbeda. "Tantangan zaman Chairil Anwar berbeda dengan zaman Rendra, begitu pula dengan za- man Taufik Ismail. Begitu pula di dunia pers," kata Eko, yang populer dipanggil Item. Pers yang berasal dari kata press atau mesin cetak pernah sangat eksklusifkarena sulimya mendapatkan mesin cerak. "Mau bikin parnfler saja setengah mati, ketika mahasiswa yang bisa nulis kemudian menyebarkan parnfler, dianggap pers dan dianggap sangat berjasa," katanya. Namun, seiring dengan perkembangan za- man, dunia mengalami apa yang disebut dengan inflasi media massa. Media ma a menjadi begitu banyak. Hal ini menurut Item, membuat profesi wartawan termasuk mereka yang bekerja di me- dia massa mainstream mengalami guncangan be- sar. Contoh konkret terjadi di Amerika Serikat. Sejak tahun 2007 hingga hari ini setidaknya 320 perusahaan media massa gulung tikar dan 8.800 wartawan kehilangan pekerjaaan. Alasan utama guncangan ini adalah pekerjaan wartawan sudah tidak lagi signifikan. "Pekerjaan reporter tidak ubahnya seperti orang mem-posting di Facebook atau Twitter. Su- • dah hampir sama, intinya membagi informasi," tutur Item. Media sosial sekarang menghantam keras dunia media massa mainstream. Sekarang, menurut Item yang menjadi per- soalan adalah bagaimana supaya peran persma masih tetap eksis. Kuncinya, persma harus men- erapkan pola yang berbeda dari pola persma za- man dulu. "Zaman ketika pers masih jarang, saat tulisannya ditunggu, orangnya dihormati," ujamya. Item mengaku masih mengalami zaman keti- ka mahasiswa Universitas Padjadjaran harus membaca koran kampus 'Gema Padjadjaran' se- belum memutuskan akan bergerak. Hal tersebut menunjukkan bahwa persma mempunyai pen- garuh sehingga ketika mahasiwa bergerak mere- ka mempunyai bahan yang dikurnpulkan dari koran kampus. Hari ini dengan adanya media- media sosial di internet, persma harus mernpun- yai format baru gerakan. "Pertama, jangan sekali-kali melawan isu me- dia umum, kalian bisa kalah, pers umum itu sumber dayanya besar. Mereka membuang modal di situ miliaran rupiah untuk sebuah me- dia," kata Item yang baru terpilih menjadi Kerua AJI akhir tahun silam. Persma, lanjumya, harus memanfaatkan teknologi sebagai alat menyebar gagasan- gagasan idealisme dengan tidak terpaku satu bentuk format. Selain bentuk cetak, versi situs internet pun harus tersedia. Selain situs, harus pula eksis di media sosial semacam Twitter. Harapannya apa yang ditulis dicetak atau situs dibaca orang. Tren ini menurut Item dilakukan semua kantor media massa dunia. Mereka rajin Kllplnl Humas Unpad 2012

Upload: trankhuong

Post on 01-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Spustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/09/pikiranrakyat... · Persma Suaka UIN Sunan Gunung Djati Ban- ... justru menjadi organisasi yang fokus dengan ancaman dropout. ... Suaka

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

~56 7 8 9 10 11 12 13 14 152 3

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3118 19OPeb oMar OApr OMei OJun OJul 0 Ags .Sep OOkt ONov ODes

"S AYA iri, kenapa persma ketikamasa Reformasi lebih hoop,lebih 'radikal', lebih keras. Tapisekarang ... hidup segan rnatitidak rnau," begitu tanyaPemimpin Umum Suara Ma-

hasiswa Unisba, Rizki Aulia Rah-man, kepada para jurnalis senior pada GatheringPers Mahasiswa (Persma) se-Bandung denganjurnalis profesional yang diselenggarakan Alian-si jurnalis Independen (AJI) Indonesia diGedung Indonesia menggugat, Jln. Perintis Ke-merdekaan No. 5 Bandung, Sabru (15/9).

Kegalauan Rizki tidak dirasakan sendiri, Se-jumlah perwakilan Persma dari puluhan kampusse-Bandung yang menyambangi rangkaian acaraulang tahun AJI ke-18 bertajuk Festival Mediaini mengeluh hal serupa, Seperti papar Iqbal asalPersma Suaka UIN Sunan Gunung Djati Ban-dung yang membuka memori akan kuamya pen-garuh Persma membentuk opini mahasiswa na-sional dulu. Opini ini dahulu bak bola salju yangdisambur gerakan massif mahasiswa secara na-sional untuk perubahan.

"Tapi sekarang berkutat di situ-situ saja. Pem-beritaan pun, kalau enggak seputar kampus, pal-

. ing isu nasional itu pun kulit-kulitnva saja," kataIqbal. Pascatumbangnya Orde Baru, persma diIndonesia memang bak macan ompong yang ke-hilangan taring. jauh sebelumnya di senja zamanOrde Lama, media kampus seperti HarianKAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim In-donesia) atau Gelora Mahasiswa UGM menjadicorong mahasiswa melawan Soekamo dan OrdeLama. Nostalgia berlanjut di zaman The Smil-ing General, Soeharto, berkuasa. Persma menja-di corong-corong kaum intelektual mudamengkritisi penyelewengan kekuasaan penguasadan para kroninya. Hingga mencapai klimaksdengan seruan penggulingan Soeharto yangmenjadi suluh pergerakan mahasiswa tahun1998.

Memasuki era yang disebut-sebur Reformasi,saat penyelewengan di semua sektor pemerinra-han dan masyarakat tambah variasi, persmaseperti kehilangan arti. Teriakan mereka,sekalipun lantang bagaikan kucing mengeongdi tengah auman kawanan macan. Ditinggallari pembaca di tengah kebisingan arus infor-masi terkini. Belakangan, menurut Upi As-marandana, mantan penggerak pers kampus diMakassar, fenomena itu menyebabkankegalauan di sejumlah ruang UKM persma selu-ruh Indonesia.

Eko Mariyadi, Ketua umum AJI Indonesia,pembicara di acara yang sangat jarang diadakantersebut, mencoba menganalisis. Eko menje-laskan akan tantangan yang selalu berbeda bagisetiap generasi di setiap zaman yang berbeda.

"Tantangan zaman Chairil Anwar berbedadengan zaman Rendra, begitu pula dengan za-man Taufik Ismail. Begitu pula di dunia pers,"kata Eko, yang populer dipanggil Item.

Pers yang berasal dari kata press atau mesincetak pernah sangat eksklusifkarena sulimyamendapatkan mesin cerak. "Mau bikin parnflersaja setengah mati, ketika mahasiswa yang bisanulis kemudian menyebarkan parnfler, dianggappers dan dianggap sangat berjasa," katanya.

Namun, seiring dengan perkembangan za-man, dunia mengalami apa yang disebut denganinflasi media massa. Media ma a menjadi begitubanyak. Hal ini menurut Item, membuat profesiwartawan termasuk mereka yang bekerja di me-dia massa mainstream mengalami guncangan be-sar. Contoh konkret terjadi di Amerika Serikat.Sejak tahun 2007 hingga hari ini setidaknya 320perusahaan media massa gulung tikar dan 8.800wartawan kehilangan pekerjaaan. Alasan utamaguncangan ini adalah pekerjaan wartawan sudahtidak lagi signifikan.

"Pekerjaan reporter tidak ubahnya sepertiorang mem-posting di Facebook atau Twitter. Su-

• dah hampir sama, intinya membagi informasi,"tutur Item. Media sosial sekarang menghantamkeras dunia media massa mainstream.

Sekarang, menurut Item yang menjadi per-soalan adalah bagaimana supaya peran persmamasih tetap eksis. Kuncinya, persma harus men-erapkan pola yang berbeda dari pola persma za-man dulu. "Zaman ketika pers masih jarang, saattulisannya ditunggu, orangnya dihormati,"ujamya.

Item mengaku masih mengalami zaman keti-ka mahasiswa Universitas Padjadjaran harusmembaca koran kampus 'Gema Padjadjaran' se-belum memutuskan akan bergerak. Hal tersebutmenunjukkan bahwa persma mempunyai pen-garuh sehingga ketika mahasiwa bergerak mere-ka mempunyai bahan yang dikurnpulkan darikoran kampus. Hari ini dengan adanya media-media sosial di internet, persma harus mernpun-yai format baru gerakan.

"Pertama, jangan sekali-kali melawan isu me-dia umum, kalian bisa kalah, pers umum itusumber dayanya besar. Mereka membuangmodal di situ miliaran rupiah untuk sebuah me-dia," kata Item yang baru terpilih menjadi KeruaAJI akhir tahun silam.

Persma, lanjumya, harus memanfaatkanteknologi sebagai alat menyebar gagasan-gagasan idealisme dengan tidak terpaku satubentuk format. Selain bentuk cetak, versi situsinternet pun harus tersedia. Selain situs, haruspula eksis di media sosial semacam Twitter.Harapannya apa yang ditulis dicetak atau situsdibaca orang. Tren ini menurut Item dilakukansemua kantor media massa dunia. Mereka rajin

Kllplnl Humas Unpad 2012

Page 2: Spustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/09/pikiranrakyat... · Persma Suaka UIN Sunan Gunung Djati Ban- ... justru menjadi organisasi yang fokus dengan ancaman dropout. ... Suaka

berkicau di Twitter untukmenyebutkan bahwa adalaporan jurnalistik tertentusehingga media sosialberperan sebagai peran-tara.

AKTIVIS KEPEPETDO

MAIMUN Saleh, Ke-tua AJI Banda Aceh

memberikan komen- .~::~::~:;=:~~~====!=!~~!!!!!!tamya atas kegalauanpersma di Indonesia. Bagi mantanaktivis pers- Maimunma di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini, mempertanyakan pula jabatan pemimpin redak-selepas Reformasi tidak terjadi perubahan visi si yang umumnya diisi mahasiswasemester limapersma. "Ada banyak forum unifikasi pers kam- ke atas. Usia kuliah 'rawan' yang kerap berben-pus, tapi pertanyaannya, apa yang dilakukan?" t kt d . kri D'uran wa u engan pengerjaan s IpSI. itam-tanya Maimun di acara yang sama. bah lagi bila kebijakan pihak kampus agar ma-

Menurut dia, unifikasi kerap tidak menyolid- hasiswa membereskan kuliah delapan semesterkan persma, justru menjadi organisasi yang fokus dengan ancaman dropout.pada kepentingan politik internal mahasiswa "[adi ngomong idealisme itu buUshit. Buntut-sendiri. Jabatan dimanfaatkan kepada aspek 'ga- kit k ih k d b' .nya I a aSI an epa a oragn tua yang iayamgah-gagahan' tanpa ada peningkatan kapasitas. k liah D k ku I . an wa tu untu menggarap persma

Umur jabatan pengurus persma yang hanya d bja inya cuma be erapa bulan," ungkap Maimun.satu tahun pun bagi mantan Rektor Muharram ISo usinya? Maimun melanjutkan, bila redak-Journalism College Aceh ini menjadi kendala t d d k di dua! bur persma u u I semester ua, ItU aru pers-persma berkiprah lebih jauh. ma yang hebat. Bisakah? Bisa kalau melakukan-

"Apa yang bisa dilakukan dalam satu tahun? programnya baik dan benar.Apa yang terjadi kemudian akhimya mirip

, sekali dengan BEM. Laporan kegiatan, tanpaada program yang sisternatis," ujarnya.

I

Persma

Heykal Sya'bankampus_pr®yahoo.com

an tnaeoeraers'"KALAU Anda sudah terbiasa terkontami-

nasi kepentingan politik praktis di kam-us, saya tidak bisa membayangkan bila

sudah profesional mau jadi apa?" seru lnsany Sabar-wati, alumnus persma Cakrawala UMl Makassarkepada para peserta Gathering Pers Mahasiswa se-Bandung dengan jurnalis profesional yang tergabungdalam AJl, Gedung Indonesia Menggugat Bandung,Sabtu (15/9). Dosen jurnalistik sekaligus ketua AJlAmbon ini menjawab penanyaan sejumlah hadirinmengenai independensi dalam dunia pers.

Bukannya sok mengikuti tren konspirasi polirik na-sional, pada kenyataannya Persma sebagaimana di-akui para peserta sering kali dijadikan sarana politikpraktis di kampus. Paling sering, dalam urusan pemil-ihan jabatan-jabatan strategis seperti ketua badan ek-sekutif mahasiswa (BEM) atau ketua himpunan.

"Di kampus, aroma politik antarorganisasi me-mang kental," kata Dian, mantan Pemred LPMSuaka UlN SGD Bandung di acara yang sama. Bi-la sudah terjadi pergesekan antarorganisasi, Dianlebih memilih sebisa mungkin menjagaperasaan

antarorganisasi "Mereka kan ternan-teman kita ju-ga di kelas, sebisa mungkin kita tidak berat sebelahmemberitakan aktivitas mereka," ujar Dian,

Menurut lnsany, walaupun masih skala amatir,Persma harus punya integritas, lndependensi yangtidak terkontaminasi kepentingan organisasi. "Pen-gurus pun harus tumbuh berkembang murni karenakemampuan jurnalistik bukan politik praktis dikampus," katanya. .

Alasan wanita berjilbab ini, karena Persma cikalbakallahirnya jurnalis profesional sehingga harusmembiasakan diri untuk independen. lnsanimengambil contoh pekerja pers di kampung hala-mannya. Budaya amp lop serra keberpihakan diAmbon menururnya sangatlah kuat. Sehinggadalam usaha melawan arus tidak sehat, Insany ter-paksa merekrut wartawan baru, anak muda yang ak-tif di persma saat berkuliah. Harapannya idealismemereka lebih mudah dijaga dan dibentuk.

Heykal Sya'[email protected]