zonasi pengembangan wisata di suaka margasatwa nantu provinsi gorontalo

147
ZONASI PENGEMBANG AN WISATA DI SUAKA MARG ASATWA NANTU P R O V I N ~ G O R O N T L O ISW AN DUNGGIO SEKOLAH PASCA SARJANA I NSTITUT PERTANIAN BOGOR OGOR 2005

Upload: mizzakee

Post on 10-Oct-2015

305 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

  • ZONASI PENGEMBANGAN WISATA DI SUAKA MARGASATWA NANTU

    PROVIN~GORONTALO

    ISW AN DUNGGIO

    SEKOLAH PASCA SARJANA I,NSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2005

  • PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Zonasi Pengembangan Wisata Di Suaka Margasatwa Naotu Provinsi Gorontalo ad~ah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun oleh orang lain. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Dafiar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

    Bogor, Januari 2005

    at--lswan Dunggfo NIME051020141

  • ABSTRAK

    ISW AN DUNGOIO. Zonasi Pengembangan Wisata di Suaka Margasatwa NanlU, Provinsi Gorontalo. Dibimbing oleh Rinekso Soekmad~ Lilik Budi Prasetyo dan Abdul Haris Mustari

    Suaka Margasatwa Nantu ditetapka:t oleh Menteri Kehutanan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No: 573IKpts-II11999 tanggal 22 Juli 1999 dengan luas 31.215 ha. Ditinjau dari keanekaragaman hayati, suaka margasatwa Naotu mempunyai potensi yang tinggi untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Pengernbangan wisata di dalam dan di sekitar kawasan dilindungi seperti suaka margasatwa merupakan salah satu cara terbaik untuk mendatangkan nilai ekonomi bagi kawasan terpencil karena dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, merangsang pasar seternpat dan adanya perbaikan sarana dan prasarana.

    Pengembangan rencana kawasan wisata di Suaka Margasatwa Nantu membutuhkan suatu zonasi wisata. Zonasi merupakan penetapan zona atau blok pengeloJaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

    Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi pengembangan wisata, yang selanjutnya dipetakan dengan menggunakan sistem infonnasi geografi berdasarkan masukan dari pelaku serta merencanakan bentuk-bentuk kegiatan wisata di blok wisata. Data yang diubah dalam bentuk peta digital dianalisis secara spasial dengan menggunakan metode overlay. Penentuan skoring dalam menentukan nilai ti'ngkat kepentingan menggunakan analisis hirarki proses (AHP).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suaka Margasatwa Nantu mempunyai potensi hayati hempa kekayaan flora fauna dirnana ditemukan 58 jenis flora 10 diantaranya adalah flora endemik dan sangat Jangka, untuk jenis fauna terdiri dari 49 jenis burung 24 diantaranya adaJah endemik dan sangat Jangka, ditemukan pula mamalia seperti babirusa yang sangat terkenal. Potensi lain yang dimiliki oleh kawasan ini adalah potensi fisik herupa salt-lick, air terjun dan pano"'dma alamo

    Analisa hirarki proses menunjukkan urutan prioritas dalam pengembangan wisata di Soaka Margasatwa Nantu adalah flora fauna (0,363), fenomena alam (0,266), aksesibilitas (0,150), landeover (0.136), kemiringan lereng (0.045) dan jenis tanah (0,041).

    Hasil analisis spasial menunjukkan wilayah yang sesuai untuk kawasan wisata intensif adalah 10217,73 (32.73%) dan blok inti adalah 20148.95 (64,54%) serta blok perlindungan seluas 850,58 (2,72%) Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di dalam kawasan Suaka Margasatwa Nantu adalah wisata pengamatan burung (bin/watching), wisata pengamatan satwa liar dan flora, menikmati panorama a1am dan wisata sungai.

  • Hak Cipta milik Iswan Dunggio, tahun 2005 Hak Cipta dilindungi

    Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Insti(ut Pertanian Bogor. sebagian atau seluruhnya da/am

    benluk apa pun, baik celak, joloiwpi, mikrofilm, dan sebagainya

  • ZONASI PENGEMBANGAN WISATA DI SUAKA MARGASATWA NANTU

    PROVINSIGORONTALO

    ISWAN DUNGGIO

    Tesis sebagai salah satu syamt untuk memperoleh geJar

    Magister Sains pada Program Studi IImu Pengetahuan Kehutanan

    SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2005

  • Judul Tesis

    Nama NIM

    Zonasi Pengembangan Wisata di Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo lswan Dunggio E051020141

    Disetujui

    Kornisi Pembimbing

    ~"r,~ Dr. Ir. Rinekso Soekmadi. M.Sc.F

    Ketua

    Dr. lr. Lilik Budi Prasetyo. M.Sc Anggota

    Dr. Ir. Abdul Haris Mustari. M.Sc Anggota

    Diketahui

    Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

    Dr. lr. lrdika Mansur, M.For.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

    Tanggal Ujian: 3 Januari 2005 Tanggal Lulus: 25 JAN 2005

  • PRAKATA

    Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik., Tak lupa shalawat dan salam buat Nabi Muhammad SAW atas keteladannya Terna dari penelitian yang dilaksanakan pada bulan April - JUDi 2004 adalah Wisata dengan judol Zonasi. Rencana Pengembangan Wisata Di Suaka Margasatwa Nantu, Provinsi GorontaJo.

    Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada Dr. Ir Rinekso Soekmadi. MSc.F sebagai ketua komisi pembimbing. Dr. Ir. Lilik B. Prasetyo, MSc dan Dr. Ir Abdul Haris Mustari. MSc sebagai anggota atas araban dan diskusi yang sangat berharga. Apresiasi yang tinggi juga penulis sampaikan kepada Dr. Lynn Clayton dan staf unit KSDA Lirnboto serta Satuan BRIMOB POLDA Sulawesi Utara atas seroua fasilitas yang diberikan selama penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Darwin Initiative Institute United Kingdom yang telah memberikan beasiswa kepada penulis, serta semua pihak yang telah memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penghargaan yang tinggi disampaikan kepada keluarga besar Pakaya di lsimu atas motivasi dan doa yang tulus kepada penulis, teman-temanku angkatan 20021IPK, teman-ternan dosen dan mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mami dan Papi yang telah memberi kasih sayang yang tulus, tak lupa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Mama dan Papa. adikku Upik dan Ulan atas doa dan motivasi yang diberikan selama ini, juga kepada orang-orang yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dengan baik

    Bogor, Januari 2005

    Iswan Dunggio

  • RIWAYAT BIDUP

    Penulis dilahirlcan di Gorontalo pada tanggal 14.Agustus 1974 sebagai anak sulung dati pasangan Halim Ouoggio dan Isna Pakaya. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan IImu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado, luIus pada tabun 1998. Pads tabun 2002, penulis diterima di Program Studi Hmu Pengetahuan Kehutanan pada Program Pasca. Sarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan pasca sarjana diperoleh dari BPPS Dirjen Dikti-Departemen Pendidikan Nasional dan Dalwin Initiative Institute, London - UK.

    Sejak tabUR 200 I penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo dan aldif dalam berbagai kegiatan penguatan masyarakat lokal terutama masyarakat di pinggiran hutan yang bekerja sarna dengan Dinas Kehutanan Kabupaten dan Propinsi Gorontalo. Selama tabun 1999 - 2004 penulis aktif dalam kegiatan proyek Iingkungan dan penguatan masyarakat lokal yang didanai oleh o.ganisasi seperti Darwin Initiative Institute, London - UK, UNDP Partnership, fleA - Indonesia, DFID, USAID, NDI dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Bone-Bolango Gorontalo.

    11

  • DAFI'AR lSI

    Halaman DAFfAR TABEL ....................................................................... v DAFfAR GAMBAR ............................................................... vi DA.FfAR LAMPIRAN ............................................................... vii

    I PENDAHULUAN ....................................................................... I Latar Belakang .......................................................................... I Perumusan Masalah................................................................... 4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 Manfaat Penelitian .................................................................. 5

    II TINJAUANPUSTAKA............................................. 6 Konsep Pengembangan Wisata.................................................. 6 Wisata dan Pengeloiaannya....................................................... 7 Perencanaan Pengembangan Wisata .......................................... 8 Wisata dan Masyarakat Lnkal ................................................... 10 Zonasi....................................................................................... II Sistem Infonnasi Geografi ........................................................ 13 Proses Hirarki Analisis.............................................................. 17

    III KONDISIUMUM SUAKAMARGASATWANANTU........... 21 Sejarah Kawasan....................................................................... 21 T opografi .......... ........... ............ ......... ........... ............................. 22 Tanah dan Geologi .................................................................... 22 lklim......................................................................................... 22 Hidrologi................................................................................... 23 Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk............................. 24 Flora ......................................................................................... 26 Fauna........................................................................................ 26 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat.................... 26 Kondisi Aksesibilitas ................................................ :............... 31

    IV BAHAN DAN METODE ............................................................ 34 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 34 Bahan dan Ala!.......................................................................... 34 Kegiatan Penelitian ........................................ :.......................... 34 Analisis Peta dengan Sistem Infonnasi Geografi ....................... 38 Analisis Hirarki Proses.............................................................. 40 Metode Pengambilan Responden............................................... 43

    V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 45 Potensi Flora............................................................................. 45 Potensi Fauna............................................................................ 57 Potensi Fisik Sumberdaya Alam Suaka Margasatwa Nantu ....... 66 Persepsi Pelaku Terhadap Zonasi Wisata................................... 71 Analisis Sistem Inforrnasi Geografi ........................................... 79

    111

  • Kegiatan Wisata di Blok Wisata................................................ 98

    VI SIMPULAN ................................................................................. 101 Kesimpulan .... ..... ....................................... ........................... .... 101 Saran......................................................................................... 101

    DAFl'ARPUSTAKA.................................................................. 102 LAMPIRAN ................................................................................ 107

    iv

  • DAFfAR TABEL

    I lumlah Penduduk di Wilayah Sub DAS Naotu ........................... . 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................ 3 Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................... . 4 Data Data Primer yang dibutuhkan Oatam Penelitian ................. . 5 Data Data Sekunder yang dibutuhkan DaJam Penelitian ............. . 6 Skala Perbandingan dalam Penilaian Kriteria Perbandingan

    Berpasangan ............................................................................... 7 Hasi! Analisis Potensi Flora Pada Rute I di Suaka Margasatwa

    Naotu ..................................................................................... 8 Hasil Analisis Potensi Flora Pada Rute II di Suaka Margasatwa

    Naotu ......................................................................................... . 9 Hasil Analisis Potensi Flora Pada Rute III di Suaka Margasatwa

    Nantu ......................................................................................... 10 Hasil Analisis Potensi Flora Pada Rute IV di Suaka Margasatwa

    Nantu ......................................................................................... . 11 Hasil Analisis Potensi Flora Pada Rute V di Suaka Margasatwa

    Nantu ......................................................................................... . 12 Hasil Analisis Potensi Fauna Selama 66 Jam di Suaka Margasatwa

    Nantu ........................................................................................ .. r 3 HasH Analisis Potensi Keanekaragaman Jenis Burung Pagi Hari -

    Sore Hari di Suaka Margasatwa Naotu ..................................... .. 14 Matriks Pendapat Individu Pada Level Aspek ........................... .. 15 Matriks Pendapat Individu Pada Level Altematif Flora Fauna ... .. 16 Matriks Pendapat Individu Pada Level Alternatif Kemiringan

    Lereng ....................................................................................... .. 17 Matriks Pendapat Individu Pada Level Altematif Penutupan Laban 18 Matriks Pendapat Individu Pada Level Altematif Jenis Tanah .... . 19 Matriles Pendapat Individu Pada Level Altematif Aksesibilitas .. . 20 Matriks Pendapat IndividLl Pada Level AltematifFenomena Alam 21 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Aspek .......................... . 22 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematif Flora Fauna.. 23 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematif Kemiringan

    Lereng ........................................................................................ . 24 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematif Penutupan

    Lahan ........................................................................................ .. 25 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematjf Jenis Tanah .. 26 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematif Aksesibilitas 27 Matriks Pendapat Gabungan Pada Level Altematif Fenomena

    Alam ......................................................................................... .. 28 Klasifikasi Landcover di Suaka Margasatwa Nantu .................... . 29 Klasifikasi Kelerengan di Suaka Margasatwa Nantu ................... . 30 Klasifikasi Ordo Tanah di Suaka Margasatwa Nantu ................. .. 31 Klasifikasi Pengembangan Wisata .............................................. .

    v

    Halaman 27 28 29 37 38

    42

    46

    49

    52

    54

    56

    59

    64 71 71

    72 73 73 74 74 75 76

    77 77

    78 78 79

    80 87 92 94

  • DAFrAR GAMBAR

    I Elemen Penting dalam Sistem Infonnasi Geografi .................. 2 Rataan Curnh Hujan (mm) Seloma 10 Tahun di Suaka

    Margasatwa Nantu ........................................................... 3 Peta Administrasi Suaka Margasatwa Nantu, Provinsi Gorontalo. 4 Peta Aksesibilitas Suaka Margasatwa Nan!u ............................... 5 Desain Metode 1alur 8erpetak ............................................ 6 Proses Pembentukan Pangkalan Data di Suaka Margasatwa

    Nantu ......................................................................................... 7 Proses Analisis Spatial Dengan Menggunakan Metode AHP dan

    Overlay ...................................................................................... . 8 Spesies Flora yang dilindungi _ di kawasan Suaka Margasatwa

    Naotu Caryota milis dan Liv/stonia rotundu/olia ........................ . 9 Spesies Flora Cyacas rumphii yang Dilindungi di Suaka

    Margasatwa Nantu ................................................................... to Pohon Rao atau Dracontomelon ciao dengan Akamya Yang

    Indab di Suaka Margsatwa Nantu ............................................... . II Jenis Anggrek Raksasa atau Grammatophyllum speciosum Yang

    dilindungi di Suaka Margasatwa Nantu ..................................... .. 12 Daya Tarik Potensi Mamalia Jenis Babirusa dan Monyet Hitam

    khas Gorontalo di Suaka Margasatwa Nantu .............................. . 13 Penyebaran Temporal Jenis Mamalia di Salt-lick Adudu Suaka

    Margasatwa Nantu Selama 66 Jam ............................................ .. 14 Penyebaran Jenis Mamalia dan Burung di Pagi hari dan Sore

    hari di Salt-lick Adudu Suaka Margasatwa Nantu Selama 66 Jam ........................................................................................... ..

    15 Atraksi Burung Rangkong di Suaka Margasatwa Nantu ............ .. 16 Penyebaran Temporal Harian Jenis Burung di Suaka

    Margasatwa Nantu ..................................................................... . 17 Atraksi di Sail-lick atau 'Kubangan Air Panas Bergaram ............. . 18 Daya Tarik Air Teljun Sungai Adudu ......................................... . 19 Pemandangan Hutan Pegunungan Bawah di Sepanjang Sungai

    Nantu ........................................................................................ .. 20 Panorama Hannonisasi antara Ladang dan Hutan Dataran

    Rendah ....................................................................................... . 21 Peta Penyebaran Penutupan Lahan di Suaka Margasatwa Nantu .. 22 Peta Penyebaran Flora Fauna Endemik di Suaka Margasatwa

    Nantu ........................................................................................ .. 23 Peta Penyebaran Flora Fauna dilindungi di Suaka Margasatwa

    Nantu ........................................................................................ .. 24 Peta Penyebaran Flora Fauna Spesies Umwn di Suaka

    Margasatwa Nantu ..................................................................... . 25 Peta Kondisi Kelerengan di Suaka Margasatwa Naotu ................ . 26 Peta Penyebaran Fenomena Alam di Suaka Margasatwa Nantu .. . 27 Peta Penyebaran Jenis Tanah di Suaka Margasatwa Nantu ........ .. 28 Peta Zonasi Wisata di Suaka Margasatwa Nantu ........................ .

    vi

    Halaman 14

    23 25 33 35

    39

    44

    48

    50

    53

    55

    60

    61

    62 63

    65 67 68

    69

    70 81

    84

    85

    86 88 91 93 97

  • DAFfAR LAMPlRAN

    Halaman I Rekapitulasi Hasil Analisis Vegetasi Lapangan di Suaka

    Margasatwa Nantu Pada Rute I.................................................. 108 2 Rekapitulasi HasH Analisis Vegetasi Lapangan di Suaka

    Margasatwa Nantu Pada Rute II.... ..................... ..... ....... ........ ..... 11 0 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Vegetasi Lapangan di Suaka

    Margasatwa Nantu Pada Rute 111................................................. III 4 Rekapitulasi Hasil Analisis Vegetasi Lapangan di Suaka

    Margasatwa Nantu Pada Rute IV................................................. 112 5 Rekapitulasi Hasil Analisis Vegetasi Lapangan di Suaka

    Margasatwa Nantu Pada Rute V.................................................. I I3 6 Penyebaran Temporal Harlan Berbagai Jenis Satwa Liar di Sall

    lick Suaka Margasatwa Nantu ..................................................... 114 7 Potensi Keanekaragaman Jenis Satwa Liar di Salt-lick Suaka

    Margasatwa Nantu ...................................................................... liS 8 Potensi Keanekaragaman Jenis Burung di Sekitar Suaka

    Margasatwa Nanlu ...................................................................... 116 9 Kuisioner Analisis Hirarki Proses................................................ 118 10 Matriks Pendapat Gabungan Dalam Penentuan Zonasi Wisata di

    Suaka Margasatwa Naolu............................................................ 122 11 Matriks Pendapat Individu Kelompok Pakar Dalam Penentuan

    Zonasi Wisata di Suaka Margasatwa Nantu................................. 125 12 Matriks Pendapat Individu Kelompok Pemerintah Kabupaten

    Gorontalo Dalam Penentuan Zonasi Wisata di Suaka Margasatwa Nantu ...................................................................... 127

    13 Matriles Pendapat Individu Kelompok Pemerintah Propinsi Gorontalo Dalam Penentuan Zonasi Wisata di Suaka Margasatwa Nantu ...................................................................... 130

    14 Matriks Pendapat Individu Kelompok Masyarakat Dalam Penentuan Zonasi Wisata di Suaka Margasatwa Nantu ............... .

    133

    V"

  • I. PENDAHULUAN Latar BelakaDg

    Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumberdaya alam berupa migas dan non migas yang keberadaannya diakui oteh dunia international sebagai yang terbe::;ar di dURia. Sektor migas dan non migas adalah sumber devisa negara. yang sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan pembangunan. Sumber devisa yang diperoleh dari seldor migas memiliki keterbatasan jumlah yang dihasilkan maupun cadangan yang dimiliki. Berbeda dengan sektor migas,

    sektor non migas adalah sumber devisa yang apabila dikelola secara baik maka

    tidak akan peroah habis. Salah satu sektor non migas yang menghasilkan devisa

    terbesar ketiga di Indonesia adalah pariwisata. Bahkan world tourism organization (WTO) memperkirakan pengeluaran per tahun dari semua wisata international sekitar S 195 milyar, diperkirakan 11% eksport dari sub sahara Afrika berasal dari wisata. negara Amerika Latin mencapai 13%, dan Asia Timur serta Asia Selatan 9% (Bearnes el aL 1992).

    Berkembangnya industri bersih akibat meningkatnya kepedulian

    masyarakat terhadap kelestarian lingkungan menyebabkan lahimya salah satu

    bentuk industri wisata alam yang peduli Iingkungan yaitu wisata. Keindahan alam

    tropis dan bentukan lansekap alami yang beragam menjadikan Indonesia sebagai salah satu lokasi kunjungan wisata di dunia. Keberadaan taman nasional, suaka alam dan eagar alam lainnya berpotensi dan berpeluang untuk dikembangkan

    sebagai salah satu tujuan wisata alam di Asia maupun di dunia (Roslita.2001). Oi Indonesia kawasan suaka alam memegang peranan penting dalam

    perlindungan sistem penyangga kehidupan. Salah satu kawasan suaka alam yang

    sangat penting di Indonesia adalah suaka margasatwa. Menurut Undang-Undang

    No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem. suaka margasatwa merupakall kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Fungsi pokok suaka

    margasatwa adalah sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan.

    satwa beserta ekosistemnya dan sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga

    kehidupan. Oi dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk

  • 2

    kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata dan kegiatan lainnya ya. .. g menunjang budidaya.

    Salah satu kawasan suaka alam yang terdapat di Propinsi Gorontalo adalah

    Suaka Margasatwa Nantu dengan luas 31.215 ha. Kawasan suaka margasatwa ini

    ditetapkan .9leh Menteri Kehutanan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No:

    5731Kpts-1l/1999 tanggal 22 Juli 1999. Secara administratif Suaka Margasatwa

    Naotu terletak didua kabupaten yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten

    Boalemo Propinsi Gorontalo. Ditinjau dari k.eanekaragaman hayati, suaka margasatwa Nantu mempunyai potensi yang tinggi untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Suaka margasatwa ini memiliki kekuatan obyek dan daya tarik wisata herupa hutan tropik khas Sulawesi dengan keanekaragaman flora dan faunaoya yang pada umumnya merupakan jenis yang endemik Sulawesi dan terancam punah seperti babirusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubo/us sp), monyet hitam sulawesi (Macaca heckil). Sedangkan jenis burung yang c1apat dijumpai dalam kawasan.ini antara lain: rangkong sulawesi (Rhyticeros cassidix). Sedangkan jenis flora yang dapat dijumpai adalah pangi (Pangium edule), beringin (Ficus sp), nantu (PaJaquium sp), woka (Livistonia rotundijoJia). rao (Dracontamelon dao) dan berbagai tumbuhan bawah lainnya. Selain daya tarik flora faunanya, lokasi suaka margasatwa Nantu sangat strategis karena terletak

    dijalur jalan trans sulawesi yang merupakan urat nadi perekonomian di Sulawesi karena menghubungkan beberapa kota penting di seluruh daratan Sulawesi

    (Anonim 2002). Menumt MacKinnon et aJ. (1993), bahwa pengembangan wisata di dalam

    dan di sekitar kawasan dilindungi seperti suaka margasatwa merupakan salah satu

    cara terbaik untuk mendatangkan nilai ekOliomi bagi kawasan terpencil karena

    dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagr masyarakat setempat, merangsang pasar setempat dan adanya perbaikan sarana dan prasarana. Kesemuanya ini akan

    bermuara pada lestarinya seluruh keanekaragaman hayati yang ada di dalam suaka

    margsatwa tersebut. Masyarakat dengan sendirinya akan menjaga keutuhan kawasan itu karena telah mendatangkan keuntungan buat mereka.

    Menurut Gunn (1994) perencanaan dan pengembangan kawasan wisata sebagai suatu unit lansekap tidak dapat dihentikan oleh batas kota, harus

  • 3

    mengikuti arab geograflS, tennasuk komunitasnya. Selanjutnya Gunn (1994) juga mengungkaplcan pengembangau daerah tujuan wisata hams memperllatikan seRl .. sumberdaya alam dan budaya, serta lingkungan agar tidak teljadi degradasi. Roslita (200 I) mengemukakan pengembangau kawasan wisata hams selalu melindungi sumberdaya 81am yang ada karena penting sekali hagi keberbasilan wisata, selain hal tersebut juga hams menonjolkan kualitas asli atan lokal dari suatu tempat. Pengembangan wisata yang berwawasan ekologi di kawasan konservasi seperti suaka margasatwa dan taman nasional merupakan salah satu bentuk pendekatan yang dapat dikembangkan untuk melestarikan kawasan.

    Pengembangan rencana kawasan wisata di suaka margasatwa Nantu

    membutuhkan suatu zonasi wisata Zonasi merupakan penetapan zona atao blok pengelolaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya (Anonim 1996). Dalam pengelolaan kawasan konservasi dikenal dua istilah menyangkut zonasi, yalmi: zona dan hlok. Istilah zona lebm banyak digunakan untuk kepentingan dalam taman nasional sementara untuk kawasan konservasi

    lainnya seperti suaka margasatwa digunakan istilah hlok. Salah satu alat yang digunakan dalam melakukan suatu zonasi wisata

    adalah melalui sistem infonnasi geografi (SIG). 8erkembangnya kemampuan pemetaan olch komputer (computer mapping). menggunakan program sistem infonnasi geografi (SIG) sangat membantu kecepatan dan ketepatan suatu proses penelitian, perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam. Perencanaan kawasan

    wisata dalam skala regional sangat mernbutuhkan identifikasi zona tujuan potensial. dimana kecepatan dan ketepatannya dapat dibantu dengan aplikasi SIG.

    Penggunaan SIG selain J11embantu mernadukan informasi geografis, juga dalam analisis spasml proses perencanaan kawasan wisata sehingga diharapkan

    membantu dihasilkan kawasan wisata alam yang baik bagi para wisatawan dan

    juga berdampak yang positifbagi Iingkungan dan masyarakat lokal. Mehta (J 998) mengutarakan SIG, yang merupakan teknologi berbasis komputer, dapat berperan

    baik dalam membantu pemenuhan kebutuhan akan infonnasi sehingga dapat

    mengelola potensi sumberdaya alam dengan efektif. Teknologi SIG sangat

    berguna untuk membantu perencana dalam mengerjakan area yang secara geografis sangat luas, seperti perencanaan wisata di suaka margasatwa. SIG dapat

  • 4

    menyatukan data yang sanga! banyak dan beragam mulai dari penutupan laban, topografi, jenis tanah, penduduk, sebaran satwa, iklim yang digunakan u"tuk perencanaan wisata di suatu tempat. Untuk menentukan nilai pada masing-masing elemen yang berpengaruh terhadap strategi reneana zonasi di Suaka Margasatwa Nantu maka dipergunakan metode Proses Hirarki Analis~~. Metode AHP dipilih karena kemampuan AHP jika dihadapkan pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka. misalnya jika data, infonnasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat minim atall tidak ada sarna sekali. Data yang diperlukan kalaupun ada

    hanyalah bersifat kualitatif yang mungkin didasari oleh persepsi. pengalaman atau

    intuisi. Disarnping itu pula AHP dapat menggabungkan berbagai penciapat dan

    kepentingan dari pihak-pihak terkait dalam menentukan zonasi wisata di Suaka

    Margasatwa Nantu. Perumusan Masalab

    Berdasarkan uraian di atas dapal dirumuskan beberapa masalah dalam

    melakukan zonasi rencana pengembangan ekoturisme di Kawasan Suaka Margasatwa Nantu sebagai berikut:

    t. Apakah data dan infonnasi potensi flora dan fauna, kemiringan lereng. landcover, jenis tanah, aksesibilitas, fenomena alam di Suaka Margasatwa Nantu, bisa dipergunakan untuk memetakan kawasan wisata di Suaka

    Margasatwa Nantu?

    2. Apakah zonasi kawasan wisata dengan menggunakan Sistem Infonnasi

    Geografi dapat membantu rencana peogembangan wisata di Suaka Margasatwa Naotu?

    Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

    1. Mengidentifikasi potensi wisata yang terdiri atas: koodisi flora dan fauna,

    kemiringan lereog, landcOl'er, jenis tanab, aksesibilitas., fenomena alam untuk memetakan kawasan wisata di kawasan Suaka Margasatwa Nantu dengan menggunakan Sistem lnfonnasi Geografi.

    2. Melakukan analisa blok untuk pengembangan wisata

  • 5

    3. Membuat perencanaan kegiatan wisata di blok wisata kawasan Suaka Margasatwa Nantu dan kegiatan wisata di luar kawasan Suaka Margasatwa Nantu berdasarkan poIensi yang dimilikinya.

    Maafaat Penelidao Hasil penelilian ini diharapkan dapal membantu pengelola kawasan Suw

    Margasatwa Naotu dalam mengembangkan wisata dimasa yang akan datang sehingga dapat rasakan manfilatnya oleh masyarakat lokal dan pemerintah daerah Propinsi Gorontalo.

  • n. TINJAUAN PUSTAKA

    Indonesia mempunyai banyak kawasan wisata yang unik dan ekslusif yang tampiikan dalam bentuk panorama alam yang indah, keanekaragaman flora dan

    fauna. fenomena alam yang unik dan ragam budaya yang kaya akan kearifan lokal.

    Akan tetapi banyak dari kawasan wisata tersebut yang terabaikan. babkan beberapa sudab bilang identitasnya. Salab satu upaya yang dapat dilaknkan adalab dengan

    melestarikan kawasan wisata tersebut melalui wisata yang berkeJanjutan yang dikenal dengan istilah ekowisata atau ecotourism

    Wisata atau rekreasi alam bisa meneakup banyak kegiatan, dari kegiatan yang

    menikmati pemandangan dan kebidupan liar, bingga kegiatan fisik yang menguras tenaga seperti wisata petua1angan yang seringkali mengandung resiko. Gunn (1994), mengutarakan wisata alam adalah kegiatan wisata dengan atraksi utamanya adalah sumberdaya alam yang terdiri dari 5 bentukan dasar alam yaitu: air, perubaban topografi, flora, fauna danlklim. Bentuk sumberdaya alam yang sangat umum untuk

    dikembangkan adalab air, seperti telaga warna, danau, laul, sungai, air te~un dan lain sebagainya. Potensi alarn seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan mengalami modifikasi lansekap akan sangat menarik bagi kegiatan wisata. Flora dan fauna endemik yang sangat hervariatif banyak menarik wisatawan. bentuk wisata mulai dati kegiatan menikmati pemadangan alam, bingga berburu (hunting). Babkan perbedaan iklim pun dapat membuka peluang industri wisata.

    Konsep Pengembangan Wisata.

    Perencanaan dan pengembangan suatu kawasan wisata haruslah memperhatikan hubungan timbal balik antara pengunjung dan aset wisata, termasuk aset wisata yaog dilindungi serta komunitas yang terdapat di sekitamya (Gunn 1994). Untuk mengembangkan wisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umunmya_ Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertarn~ aspek destinasi, kemudian kedua aspek market Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun

    macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya (Cooper et al. 1993).

  • 7

    Hakekat wisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebill ketat dibanding dengan banya keberlanjutan. Pembangunan wisata berwawasan lingkungan jauh lebill terjamin hasilnya daIam melestarikan alarn dibanding dengan keberlanjutan pembangunan, sebab wisata tidak me\akukan eksploitasi aIam, tetapi banya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetabuan, flSik dan psikologi wisatawan. Babkan daIam berbagai aspele, wisata merupakan bentuk wisata yang mengarab pada metatourism.

    Wisata bokan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilab wisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar (Fandeli 2(00).

    Pengembangan wisata di dalam kawasan konservasi hams dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem butan. Konsep pengembangan wisata di kawasan

    konservasi barns memperhatikan dampak dari aktifitas wisatawan, meningkatkan

    pendapstan masyarakat di sekitar kawasan konservasi, pendapatan langsung untuk

    kawasan, memberikan nilai pendidikan lingkungan bagi para wisatawan, daya dukung

    lingkungan dan adanya partisipasi dari seluruh masyarakat. Wisata yang dilakokan di kawasan konservasi adalab suatu strategi baru yang

    menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan yang mendorong pemelibarsan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang sekaligus bermanfaat bagi

    masyarakat setemps!. Dengan demikian wisata adalab bentuk wisata yang geja\?nya terliliat dalam bentuk perjalanan yang tidak mengganggn lingkungan alam sebagai sumber apresiasi dan kekagnman mereka (Mardjuka 1995).

    Wisata dan Pengelolaannya

    Gunn (1994) mengemukakan bahwa aktifitas wisata sebagai pergerakan manusia yang bersifat sementara dari tempat tinggal atau pekerjaannya menuju satu tujuan tertentu, dimana aktfitas dilakukan di tempst tersebut serta disediakan fasilitas untuk mengakomodasi keinginan mereka Sementara menurut Douglass (1982), aktifitas wisata adalab penggunaan waktu luang yang menyenangkan dan konsttuktif

    yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisiko Rekreasi tidak hanya sekedar menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan saja, tetapi juga diharapkan dapat memperkaya,

  • 8

    memperluas dan mengembangkan kemampuan seseonmg, serta dapat memuaslean

    hasrat alami manusia untuk mendapatkan sesuatu yang bam dan gaya hidup yang

    lebih memuaslean (Brockman 1959). Rekreasi dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor recreation) maupon di

    alam terbuka (outdoor recreation). Rekreasi di a1am terbuka tergolong rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti pemandangan alam atau kehidupan di a1am bebas (Douglass 1982). Faktor-faktor yang perlu diperhatilean dalam merencanakan snatu program rekreasi tidak

    hanya melibatkan aktifitas fisik saja, tetapi juga dipengarohi oloh lingkungan pribadi seseorang. Snatu aktifitas mungkin merupakan kegiatan rekreasi yang menyenangkan

    bagi seseorang tetapi tidak demikian bagi orang lain. Berdasarlean hal tersebu~ maka dalam merencanakan fasilitas-fasilitas rekreasi pada suatu kawasan atau obyek wisata periu diperbatikan keinginan masing-masing individu yang berbeda-beda latar belakangnya (Brockman 1959)

    Perencaosan Pengem.bangan Wisata

    Suatu wilayah bila akan dikemhangkan menjadi satu kawasan wisata membutuhkan perencanaan yang baik, sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki dan dapat memperkecil semua dampak negatif, baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Menurut Gunn (1994), ;>erencanaan pengembangan wisata ditentukan oleh keseimbangan porensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki dan minat wisatawan. Komponen jasa terdiri dari: atraksi (potensi keindahan alam dan budaya serta bentuk kegiatan wisata, transportasi, pelayaanan, informasi dan promosi. Sedangkan komponen minat wisatawan terdiri dari: pasar wisata dan karakteristik wisatawan.

    Menurut Yoeti (1997), proses perencanaan pengembangan pariwisata dapat dilakukan dalam lima tabap:

    1. Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dintiliki.

    2. Menaksir pasaran wisata dan mencoba melakukan proyeksi lalulintas wisatawan dimasa yang akan datang.

  • 9

    3. Memperhatikan di daenIh mana pennintaan lebib besar daripada per.;ediaan. 4. Melakukan perlindungan terbadap kekayaan alarn yang dimiliki dan

    memelihara warisan budaya bangsa yang ada.

    5. Me1akukan penelilian kemungkinan perlunya penanaman modal.

    Selanjutnya Yoeti (1997) mengemukakan babwa aspek-aspek yang perlu diketabuiJdikaji dalarn perencanaan pariwisata adalab sebagai berikut:

    I. Wisatawan: kita barus lebib tabu dulu (melalui penelilian) karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. Dari mana saja mereka datang, anak muda atau orang tua, pengusaba atau pegawai biasa, apa kesukaannya dan

    pada musim apa saja mereka melakukan perjalanan. 2. Transportasi: kita barus melakukan penelilian lebih dabulu, bagaimana

    fasilitas transportasi yang telab tersedia atau yang akan dapat digunakan. Bail<

    untuk membawa wisatawan dari negara ke daerah tempat wisatawan yang akan dituju dan bagaimana transportasi lokal yang melayani wisatawan di daetab tempat wisata yang dikunjungi.

    3. Fasilitas pelayanan: fasilitas apa yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut misalnya: penginapan.

    4. Promosi: calon wisatawan perlu memperoieh inforrnasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjlUlginya. Rencana pengembangan wisata di kawasan suaka margasatwa merupakan

    suatu terobosan yang sangat rasional, karena suaka margasatwa merupakan suatu

    kawasan yang menarik untuk dinikrnati keunikan dan keindahannya dalam usaha meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan suaka margasatwa seperti yang dinyatakan dalam Undang-undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi

    Swnberdaya Alam Hayati dan Ekosistem, selain itu kegiatan wisata diharapkan menstimulasi aktivitas ekonomi masyarakat setempat yaitu membuka kesempatan berusaha dan menyediakan lapangan pekerjaan Wltuk menunjang aspek perencanaan wisata dalam bidang penyediaan jasa pengangkutan, fasilitas pe1ayanan, infonnasi dan promosi. Untuk mewujudkan suatu rencana pengembangan wisata di suaka

  • \0

    margasatwa diperlukan suatu ""nasi daJam mngka mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan oleb adanya wisata ini.

    Wi.ala dan Masyarakat Lokal

    Pengembangan wisata berkelanjutan merupakan jawaban dari masa1ah lingkungan dan di sisi lain sangat menunjang pembangunan ekonomi. terutama ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat setempst adalah masyarakal yang bertempst tinggal di suatu wilayah denganbatas-batas tertentu dengan faktor ulama yang

    menjadi dasamya adalah interaksi yang lebib besar dari anggotanya dibandingkan dengan interaksi dengan pendnduk di luar batas wilayalmya (Soekanto 1982).

    Horwich el al. (1995) menyatakan bahwa wisata berkelanjutan atau ec%urism yang benar harns didasarkan atas sistem pandang yang mencakup di dalamnya prinsip keseimbangan dan pengikutsertaan partisipasi masyarakat setempst

    di dalam areal-areal potensial untuk pengembangan wisata. Wisata barns dilihat

    sebagai suatu usaha bersama antara masyarakat setempst dengan pengunjung dalam usaba melindungi laban-laban dan aset budaya dan biologi laut melalui dukungan terbadap pembangunan masyarakat setempst. Pembangunan masyarakat berarti upsya memperkuat kelompok-kelompok masyarakat setempat untuk: mengontrol dan mengelola sumberdaya alarn yang sangat bemilai dengan cara-cara yang tidak banya

    dapat melestarikan sumberdaya.

    Holden (2000) mengemukakan bahwa antara ekonomi masyarakat lokal, kualitas lingkungan dan kepuasan pengunjung terdapst hubungan. Perekonomian masyarakat lokal tergantung psda tingkat kepuasan pengunjung dan kualitas lingkungan. sementara kualitas lingkungan akan menentukan tingkat kepuasan pengunjung.

    Wisata alam atau ecotourism hams menjadi sebuah strategi konservasi. alat bagi pengembangan masyarakat dan tata cara untuk memperkuat dan menyokong budaya khas masyarakat setempat. Adanya pentahapan dalam pengembangan wisata

    dapat membantu masyarakat setempat untuk melakukan kontrol dan pengelolaan sumberdaya alarn secam efektif (Bogdonov & Hendry 1996).

  • 11

    Zooasi MacKinnon ef 01. (1993), juga menyatakan bahwa penefapan zonasi adalah

    proses penerapan berbagai tujuan dan peraturan pengelolaan ke dalam berbagai bagian afau zona suatu kawasan yang dilindungi. lelas bahwa yang dapat dipertimbangkan banyalah yang benar-benar dapat diterapkan pada eagar tertenlu, yaitu yang disebutkan dalam tujuan pengelolaan. Selanjutnya MacKinnon ef 01. (1993) mengemukakan bahwa ada beberapa zona yang terdapat dalam kawasan yang dilindungi:

    Zona suaka: dimana pengunjung tidak diperkeuankan masuk, jenis penelitian c mungkin dibatasi dan banya tindakan pengelolaan yang benar-benar penting bagi

    perlindungan yang boleh dilakukan (misalnya memadamkan kebakaran, pemanfauan kondisi eagar, mengejar pemburu liar. Zona A1arn: dimana pemanfaatan secara terhatas oleh pengunjung dibolehkan, tetapi p.ngelolaan ditujukan pada pemelibaraan alam yang tidak terganggu, afau tingkat keseimbangan yang diingiukan. Pengelolaan rekreasi terbatas pada penyediaan jalan setapak sederbana dan kadang-kadang bumi perkemahan.

    Zona pemanfaatan semi intensif oleh pengunjung: dimana pengelolaan memperhatikan agar pengunjung memperoieh pemandangan a1am yang optimum. Dampak jalan, bangunan dan fasilitas diusahakan sentinimal mungkin dan aspek a1ami dijaga; walaupun dapat dilakukan usaha untuk memperbaiki pengamatan satwa, misalnya dengan membangun tempat persembunyian yang tidak mencolok. menara pengintai atau penyediaan tempat mengasin.

    Zona pengelolaan satwa: dimana manipulasi khas yang menguntungkan spesies

    terpilih clapat dilakukan, misalnya pemagaran tempat penyu bertelur agar te1ur tidak dimangsa predator. membersihkan gulma air untuk menggalakkan pertumbuhan ikan tertentu atau memelihara padang penggembaJaan untuk menaikkan populasi ungulata. Zona pemanfaatan intensif: dimana dampak kegiatan manusia memang telah diperkirakan dan tujuan rekreasi serta administratif lebih utama dibandingkan tujuan perlindungan alamo Zona semacam ini urnumnya sangat kecil dibandingkan dengan seluruh kawasan dan dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan fungsinya.

  • 12

    Zona pemanfaatan khusus: dimana dapat ditampung bangunan adiministratil; kawasan pelayanan, tempat parkir kendaraan, rekreas~ pengunjung dengan intensitas tinggi. bumi perkemahan yang teratur. kantor staf. instalasi pekeIjaan wnum, menara komunikasi dan fasilitas khusus lainnya_

    Zona pemulihan: dimana kawasan yang rusak atau tambaban laban baru memerlukan pengelolaan khusus, misa1nya melalui pengbijauan untuk membantu memulihkan agar mendekati kondisi alaminya.

    Zona penangkapan ikan: dimana diperbolebkan olabraga memancing. Situs sejarah: tempat khusus dalam kawasan yang dilindungi untuk

    kepentingan sejamb, misalnya peninggalan megalitik dan lukisan pra 80jarah dalam gua-gua.

    Zona pemanfaatan tradisiona1: dimana penduduk yang hidup 80cara tradisional serta serasi dengan ekosistem al~ tetap diizinkan memanfaatkan eagar.

    Zona penyangga: dimana pengelolaan ditujukan untuk mengurangi benturan antara penggunaan tanab yang tidak 80suai antara eagar dan kawasan yang berdekatan,

    misalnya eagar alam mutIak dengan laban pertanian. Dalam zona ini dibolehkan melakukan berbagai jenis pemungutan hasil, misalnya pengumpulan kayu bakar. olah raga berburu 80rta basil panen tumbuh-tumbuhan.

    Pada kawasan Taman Nasionai, zona terdiri dari. zona inti, zona rimba, zona bahari dan zona pemanfaatan Taman NasionaL Sedangkan pada kawasan konservasi tainnya seperti suaka margasarn'3 dikenal dengan blok inti, blok rimba, blok perlindungan dan blok pemanfaatan Selain itu dikenal pula istilah pemanfaatan

    trad~~ional bagi pemanfaatan sumber daya alarn hayati yang ada dalam kawasan konservasi olch masyarakat setempat. Sedangkan di luar kawasan konservasi dikenal daerah penyanggah atau lebih sering dikenal dengan bujfor zone, adalah wilayah yang berada diluar kawasan konservasi, baik sebagai kawasan hutan, tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan konservasi. (Anonim 1986; Daryadi 1979; Blower 1976).

  • 13

    Sistem Inform .. i Geografi Prahasta (2001) mengemukakan pada dasarnya islilah sistem informasi

    geografi merupakan gabungan dari Iiga unsur pokok: sistem, informasi dan geografis

    Dengan demikian pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahanti SIG. Dengan melibat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan suatu sistem informas~ seperti yang telah dibahas dimuka, dengan tambahan unsur geografis. Ata~ SIG merupakan suatu sistem yang menekankan unsur infonnasi geografL Istilah geografis merupakan bagian dari keruangan (spatial). Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar bingga timbul istilab yang ketiga, geospatial. Ketiga, istilah ini mengandung pengertian yang sarna

    didalam konteks SIG. Penggunaan kata geografis mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi: pennukaan dua atau riga dimensi. Selanjutnya Prahasta (2001) juga berpendapat bahwa istilab infonnasi geografi mengandung pengertian infonnasi tempat-tempat ,yang terletak dipennukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi di mana suatu obyek terletak dipennukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat dipermukann bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.

    Memperhatikan pengertian sistem infonnasi, maka SIG merupakan suatu

    kesatuan fonnal yang terdiri dari berbagai surnberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan obyek-obyek yang terdapat dipennukaan burni. Jadi, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipuiasi, menampilkan dan keluaran infonnasi geografis berikut

    atribut-atributnya.

    Sistem infonnasi geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi pada koordinat geografi atau spasial dan juga non spasial. SIG merupakan system basis data dengan kemampuan yang spesifik untuk data spasial dan non spasial dan juga dapat melakukan operasi gambar. SIG dapat dilakukan secara manual maupun dengan eara otomatik yang menggunakan

    komputer digital. Lima elemen penting dalam SIG adalah eara peroiehan data, pra

    proses, pengelolaan data, pengolahan dan analisis dan penghasil produk.

  • BentukData Akbir

    Peta Dasar

    Remote Sensin!

    abel Atribut

    rabular

    Data Digital

    q

    P.rote ..... Data P.ngolaban dan

    Analis Data

    Konversi Statistik Transformasi Koreksi Digitasi q Manipulasi IL-v Seaning Buffering

    Typing Modeling Import Overlay

    14

    Prodnk

    PetaCetak .-

    Peta Digital

    Data

    GIank Soft Copy

    Gambar I. Elemen penling dalam system inIonnasi geografi (Prahasta 2002).

    Aronoff (1991), mengntarakan bahwa defmisi SIG adaIah sIstern infonnasi berbasis kompu:er yang digunakan unruk memasukkan dan memanipulasi informasi geografIs. Empat komponen dasar SIG; I). masukan data (data input), komponen pengubah data yang ada (existing) menjadi data yang dapat digunakan oleh SIG, kegiatan ini biasanya mernbutuhkan waktu dan ketepatan., 2). manajernen data (data management), 3). manipulasi dan analisis (manipulation and analysis), dan 4). keluaran (oulput), bentuk basil dari SIG sanga! beragarn kualitas, kecepatan dan kemudahannya, baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Sistem informasi geografis adalah alat bantu yang mampu menangani data spasial, pada SIG data berformat digital, dalam jumiah besar data dapat dikelola dan diubah dengan cepat dan biaya rendah per unitnya.

    KeWltungao yang dapat diperoleh dengan menggWlOkan SIG dalarn perannya

    memfasili~i proses perencanaan adalah: 1. Cepat dan mudah mengakses data. SIG memiliki kemampuan yang tinggi dan

    memudahkan dalam proses pengaksesan data, terutama untuk data dalam jumlah yang besar dan saoga! beragam (Aronoff 1991; Gunn 1994).

    2. Mampu mengelo!a dan mengolah data secara detil. SIG dapat memilih data berdasarkan area dan tema tertentu. Mampu menghubungkan dan

  • 15

    menggabllngkan data yang satu dengan data yang lain. Dapat menganalisis data karakteristik data secara spasial antara lain dengan spatial analysis, 3 dimension analysis dan viewshed analysis. Dapat mencari karakteristik atall bentukan tertentu yang ada pada suatu area, dapal memperbaharui data dengan cepat dan murah (Aronoff 1991; Mehta 1998).

    3. HasH akhir yang bervariasi. Pada tahap penyajian basil akhir SIG mampu menghasilkan bentuk yang barn dan fleksibel seperti peta, bentukan grafis, daftar alamat, ringkasan data statistik yang dapat dibentuk dan disajikan sesum dengan kebutuhan (Aronoff 1991; Gunn 1994).

    Prosedur Kerja Sistem Informasi Geografi Prosedur kerja SIG adalah mengorganisasikan penmgkst keras, perangkat

    lunak dan data geografis untuk mendayagunakan sistem penyimpanan, manipulasi,

    anaIisis dan penyajian seluruh bentuk infonnasi geografis (Karsidi 1992). SIG dapat . merepresentasikan dunia nyata (real world) di atas monitor komputer sebagaimana

    lembaran peta dapat dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi, SIG

    mentiliki kekuatan lebib dan fleksibilitas dari pada lembaran peta kertas. Peta merupakan representasi gratis dari dunia nyata: obyek--obyek yang direpresentasikan di atas kertas disebut unsur peta atau map foatures (contohnya adalah sungai, taman. kebun, jalan dan lain-lain). Karena peta mengorganisasi WlSUt-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsumya.

    Menurut Rusli (1998), Data atribut maupun data infonnasi geografis terikat pada aspek keruangan-lokasional yang disajikan dalam bentuk peta sebagai basis datanya. Oleh sebab itu kemampuan SIG meliputi:

    . ~

    1. Pemasukan data, dengan eara memasukkan data grafis maupun non gratis (atribut), dari citra satelit yang direkam oleh Computer Compatible Tape (CCn.

    2. Pengaturan data, memanipulasi data SIG, membentuk dan menyesuaikan format data, mengidentifikasi lokasi dan hubungan keruangan, menghitung luas area, keliling, panjang, menyusun dan meremajakan data.

  • 16

    3. Pengaturan antar sistem dengan fasililas menu ana1isis grafis dan non grafis yang f1eksibeL

    4. Pengelolaan data dasar menyanglrut seluruh aspek dan akses data, menyimpan, mengeluarkan dan meremajakan secara oman.

    5. Penampilan data berupa kemampuan untuk menghasilkan, dan memberikan tanda pada data gratis dan non grafis serta data tabu1asi yang dapat di1a1rukan melalui fasililas printer. atau dalam bentuk disket atau dapat hanya

    ditampilkan melalui layar monitor. Hasil ana1isis spatial diperoleh melalui teknik penampa1an (overlaying), dari

    beberapa peta tematik baik dalam bentuk veclor maupun rasler. Pada prinsipnya infonnasi spatial yang dihasilkan didasarkan pada nilai-nilai digit yang haro sehagai basil perpaduan antara nilai-nilai digit yang lama.

    Ap/ilrasi Sislem Informasi Geografi Era komputerisasi telab membuka wawasan dan paradigma haro dalam proses

    pengambilan keputusan dan penyebaran infonnasi. Data yang merepresenlasikan

    "dunia nyata" dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang lebib sederhana dan sesuai kebutuhan. Pemahaman

    mengenai dunia nyata akan semakin baik jika proses-proses manipulasi dan presenlasi data yang direlasikan dengan lokasi-Iokasi geograti dipermukaan bumi telab dimengerti.

    Sistem infonnasi geografi mempunyai peranan cukup penting dalam kegiatan perencanaan sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk ailalisis proyeksi ke depan alas dasar asumsi dari informasi yang digunakan sebagai data dasar perencanaan, terutama tabap identiftkasi proyek. SIG berperan menyusun data dasar

    dan model anaIisis spatial sehingga akan didapatkan model dasar. Menurut Rusli (1998), model dasar dan data dasar yang dibuat, digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun skenario perencanaan dan identfikasi proyek-proyek pembangunan. Selanjutnya dalam melakukan suatu strategi perencanaan yang terkoordinasi, maka SIG adalah suatu alat yang saat ini cukup baik untuk mengelola datalinfonnasi tersebul Dengan kemampuannya SIG dapat mengkoordinasikan

  • 17

    seluruh data spatial yang ada dipermukaan ini menjadi suatu sistem koordinat tertentu. Data spatial dalam SIG, disusun alas layer-layer tertentu, yang terpisah

    namun tetap dalam hubungan yang terkait. Cara ini menyebsbkan setiap ada perubsbsn pada layer yang bersangkutan tidak akan mempengaruhi seluruh sistem.

    BekeIja pada layer itu juga akan memudahkan untuk melakukan analisis dan modelling, dari yang sederbsna bingga yang rumit sekalipun, yang tidak akan

    mungkin bila dilakukan secara manual.

    Rusli (2001) menambahkan bahwa dengan perkembangan teknologi Global Positioning System (GPS) melalui satelit yang dirancang sedemikian rupa, dalam bentuk perpaduan sinyal dari posisi bersilangan (intersection), penentuan posisi permukaan bumi dapat dilakukan dengan cepat dan tepa! dan aplikasi SIG yang

    didukung data koordinat geografis dari GPS akan sangat membantu dalam hal keterpaduan rencana kawasan tennasuk didalanmya menentukan zona untuk wisata.

    Proses Hierarki Analisis (Analytical Hierachy Process) Eriyatno diacu dalam Fewidarto (1999), mengemukakan bahwa pendekatan

    sistem (System Approach) dapat memberikan suatu metode logis dan merupakan alat yang memungkinkan kita mengidentifikasi, menganalisa, mensimulasi dan merancang sistem secara keseluruhan dan sub-sub sistem/komponen yang saling berinteraksi, dalam mencapai tujuan. Seianjutnya dikemukakaP juga bahwa pengetahuan mengenai hal tersebut di atas memungkinkan pengambil keputusan membuat pitman diantara beberapa altematif

    Saaty (1991) berpendapat babwa pada dekade belakangan ini penerapan sistem untuk ilmu sosial dan ilmu perilaku nampaknya lebih cocok dan berkembang jika dibandingkan dengan penerapannya pada ilmu eksakta Pada dasarnya, suatu sistem adalah model abstrak dari struktur kehidupan yang nyata seperti sistem syaraf manusia, sistem pemerintah kola, jaringan transportasi dan sebagainya. Dalam bahasa sistem kita mengevaluasi dampak dari berbagai komponen suatu sistem secara keseluruhan dan mencari prioritas-prioritas darinya.

    Seorang pengambil keputusan sering kali harus memecahkan suatu masalah

    hubungan antar komponen dalam sistem yang kompleks seperti sumberdaya, hasil-

  • 18

    basil yang diinginkan alau tujuan-tujuan, orang atau kelompok orang (tenaga kelia) dan banyak hal lagi, dan tentunya tertarik untuk melalrukan anaIisa pada sistem tersebut. Kemampuan Wltuk memahami kompleksitas sistem dapat meningkatkan kualitas prediksi dan keputusan yang diambil. Seperti diketahu babwa secara umum

    pengambil keputusan mempunyai kaitan emt dengan kegiatan seperti: perencanaan; mencari a1ternatif-a1temalif; menyusun prioritas; menetapkan kebijakan berdasarkan alternatif yang ada; mengalokasikan sumberdaya; menetapkan perlengkapan yang

    diperlukan; memperkimkan basil-basil yang akan diperoleh; memncang sistem;

    mengukur unjuk kerja; menjaga stabilitas sistem; mengoptimasi dan akhimya mencegah konflik. Salah satu metode yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan

    untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dana membantu di dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan adaIah Analytical Hierarchy Process (AHP) (Fewidarto 1999).

    Proses hierarki analisis (Analytical hyerarchy process) atau analisis jenjang keputusan (AJK), pertama kali dikembangkan oleh Thomas L Saaty, seorang ahIi matemalika dari University of Pittsburg Amerika Serika!. Kelebihan dari AHP ini adalah kemampuan jika dibadapkan pada situasi yang kompleks alau tidak terkemngka Situasi ini teIjadi jika data, infonnasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat minim atau tidak ada sama sekali. Data yang diperlukan kalaupun ada banyalah hersifat kualitatif yang mungkin didasari oleh persepsi, pengalaman,

    atau intuisi. Permasalaban yang dihadapi dapat dimsakan dan diamati, namun

    kelengkapan data numerik yang herupa angka-angka tidak menunjang untuk memodelkan secara kualitatif.

    Langkah paling awal dalam penggunaan proses anaIisis hierarki adaIah

    merinci permasalahan kedalam komponen-komponennya, kemudian mengatur bagian dari komponen-komponen tersebut kedalam bentuk hierarki. Hierarki yang paling atas diturunkan kedalam beberapa elemen set lainnya, sehingga akhimya terdapat elemen-elemen yang paling spesifik atau elemen-elemen yang dapat dikendalikan

    atau dieapsi dalam situasi konflik (Saaty 1991).

  • 19

    Dengan AHP dapat dilakukan pengambilan keputusan melalui pendekatan sistim. Pengambi1an keputusan diusahakan memahami suatu lrondisi sistim dan membantu untuk melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan Muliono (1991). Prinsip-prinsip dasar yang hams dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan

    memakai AHP adalah (Saaty 1991): Dekomposisi, setelah mendefinisikan pennasalahan, maka perlu dilakukan

    dekomposis, yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan basil yang akurat, maka di1akukan pemecahan unsur-unsur tersebut

    sampai tidak dapat dipecahkan lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari

    persoaian.

    Comparative judgement, pnnslp ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan rel.tif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitanny. dengan tingkat di.tasny . Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengarub terhadap elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebili mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison.

    Synthesis of priority, dari setiap matriks pairwise comparison vektor eigen untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas global dilakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. Pengaruh elemen-elemen menurut kepentingan reatif

    melalui prosedur sintesis yang dinamakan priority setting. Logical consistency. konsistensi memiliki dua makna yaitu : (1) obyek yang

    serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya, (2) tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pad. kriteri. tertentu.

    Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty mulai dari nilai bobot satu sampai sembi Ian. Nilai satu menggambarkan sarna penting, ini berarti bahwa atribut yang sarna skalanya, nilai bobotnya satu, sedangkan nilai bobot sembilan menggambarkan

    kasus atribut yang penting absolut dibandingkan yang lainnya.

    Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah : I) Memberi model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam

    persoalan yang tidak terstruktur;

  • 20

    2) Memudahkan rancangan deduktif dan IlIIlCaDgaJ1 berdasarlam sistem daIam memecahkan persoalan yang kompleks;

    3) Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam satu sistem dan tidak memaksakan pikiran linier;

    4) Mencenninkan kecenderungan alami pikiran untuk memilih clemen suatu sistem dalam berbagai tingkst berlainan dan menge1ompokkan unsur yang

    serupa dalam setiap tingkat;

    5) Memberi snatu skala dalam mengnkur hal-hal yang tidak terwujud nntuk mendapat prioritas;

    6) Melacak konsistensi logis dari pertimbangan yang dignnakan dalam menetapkan prioritas;

    7) Menuntun ke snatu taksiran menyeluruh tentang perbaikan setiap altematif; 8) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan

    memungkinkan orang memilih altematifterbaik berdasarkan tujnan mereka; 9) Tidak memaksa konsensus, tetapi mensintesis suatu basil yang representatif

    dari penilaian yang berbeda-beda;

    10) Memungkinkan orang memperhalus definisi rnereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka me1alui pengulangan.

    Penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan menstruktur suatu persoalan sebagai suatu hierarki, dimana pihak yang berkonflik itu ditingkat yang paling tinggi karena kekuatan mereka untuk mempengaruhi hasil akhir merupakan [aktor yang dominan.

  • III. KONDISI UMUM KA WASAN SUAKA MARGASATWA NANTU

    Sejarah Kawasan Kronologi singkat tentang terwujudnya Suaka Margasatwa (SM) Naotu di

    wilayah Kabupaten Gorontalo, dimulai dari hasil studi dan penelitian dari Lynn

    M. Clayton yang pads saat itu berstatus sebagai mahasiswi S3 dari Oxford University - United Kingdom yang memulai penelitiannya di kawasan Hutan

    Paguyaman pada tahun 1988. Lynn Clayton menemukan beberapa jenis 53twB endemik seperti Babirusa, Anoa, Tarsius, Monyet Hitam Sulawesi dan 80 jenis burong. Salah satu satwa endemik yang menarik perhatiannya adalah Babirusa yang telah mengantarkannya mendapatkan gelar doktor dari Oxford University,

    UK (Mustari er a1. 2003). Tabun 1991 Lynn Clayton dan kawan-kawan kembali secara intensif

    melakukan survey tentang keanekaragaman hayati di Kawasan Hutan Nantu. Pada

    tahun 1993 tim gabungan yang terdiri dari unsur-unsur Departemen Kehutanan, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI); lnstitut Pertanian Bogor (lPB); Sub Balai KonsetVasi Sumberdaya Alam (SBKSDA) Sulawesi Utara dan Lynn Clayton, melakukan survey khusus tentang kehidupan jenis satwB Babirusa di kawasan hutan Nantu. Tim gabungan ini, antara lain mengusulkan kepada Menteri

    KehutananlDirektur Jenderal Perlindungan dan Pelestarian Alam, agar kawasan

    hutan Nantu dan sekitamya dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Setelah melaJui proses yang panjang dan lama serta tantangan dan hambatan yang serius, baik melalui studi lapangan; pembahasan dan presentasi di

    jajaran dinas/lembagalpihak-pihak yang berkepentingan di tingkat daerah dan tingkat pusat, serta adanya dukungan dari lembaga yang berkompoten di tingkat

    daerah dan tingkat pusat, maka terwujudlah Suaka Margasatwa Nantu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No: 5731Kpts-IV1999

    tanggal22 Juli 1999. Suaka Margasatwa Nantu ini mempunyai luas 31.215 ha,

    yang pada dasamya merupakan gabungan dari beberapa kelompok hulan, yaitu

    hutan lindung (seluas 13.500 hal, hutan produksi terbatas ( 14.830), hutan produksi ( 1.695 hal, dan hutan produksi yang dapat dikonversi (1.190 hal (Mustari et aI. 2003; Anonim 2002)

  • 22

    Topografi

    Kawasan suaka margasatwa Nantu sebagian merupakan daerah dataran

    rendah dan sebagian lagi mempunyai topografi berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian maksimum sekitar 1500 m dpl. Kawasan suaka

    margasatwa Naotu di bagian utara didominasi oleh dew...an wilayah pegunungan bawah dengan ketinggian bervariasi mulai dari 1000 - 1500 mclpl. Wilayah pegunungan hawah ini mempunyai topografi berbukit-bukit dengan kemiringan

    lereng mulai dari yang curam sampai dengan sangat curam. Oi sebelah selatan

    merupakan dataran rendah dan rnembentuk daratan utama yang didiami oleh

    penduduk lokal. Daratan yang relatif datar ini. memanjang dari sebelah timur 100 arab barat.

    Tanab dan Geologi

    Berdasarkan peta taoah tinjau Kabupaten Gorontalo yang dibuat berdasarkan survei Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor 1992 dan hasil

    penelitian Tim Peneliti Universitas Sam Ratulangi Manado diaco dalam Anonim

    (2002) jenis tanah pada Sub DAS Nantu adalah tanah hulan cokelat. Sedangkan jenis ordo tanah yang umum dijumpai adalah Ordo InceptisoJ dan Ultisol. Jenis batuan dan bahan induk yang banyak ditemui di wiJayah DAS Paguyaman adalah: Bahan Aluvium (endapan bahan hahls dan kasar yang berasal dari koral), batuan sedimen dan batuan malihan (metamorfosa) dari batu pasir, batu liat, batu debu (Silfstone), batu gamping koral, batu granit dan batu granodiorit.

    Iklim

    Kawasan suaka margasatwa Nantu dipengaruhi oleh 2 musim yaitu angin

    barat pada bulruJ April sampai dengan September dan angin timur pada bulan Oktober. Akibatnya pada musim angin barat suaka margasatwa Nantu mengalami musim kemarau sedangkan pada musim angin timur suaka margasatwa Nantu

    diguyur hujan yang cukup lebat mencapai 1500 mm per tahun. Suhu udara pada kawasan SM Nantu adalah 24 - 29C. (Anonlm 2002).

    Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bandar Udara

    lalaludin Gorontalo selama tahun 1993 - 2003 menunjukkan bahwa bulan basah terjadi selama 8 bulan mulai dari bulan Nopember - luni, sedangkan untuk bulan kering berlangsung selama 4 bulan yaitu mulai dari bulan Juli - Oktober. Bulan

  • 23

    basah berartl jlDOlah rata-rata curah hujan daIam I bulan > 100 DIm, sedangkan bulan kering bemti jlDOlah rata-rata curah hujan kurang dari 100 mmlbulan. Melihat kondisi ini maka musim hujan di Gorontalo akan berlangsung mulai awal Nopember - Juo~ dimana curah hujan terbesar teJjadi pada bulan Nopember-Januari. Sub" udara pada umumnya tidak bervarias~ berkisar antara 24 - 30 'C. Pol, penyebaran musim hujan seti,p bulannya, maka dapa! dilihat pada gambur graflk di bawah ini:

    i-, ,

    .,;-; " i .,'- j,

    .' ,t ;',

    . -,.,

    '-

    -~- ~

    .... n

    ---~-

    Gambar2. Rataan Curab Hujan (mm) selama 10 Tabuo di Suaka Margasatwa Nantu

    Hidrologi Pada sub DAS Naotu terdapat sungai utama yaitu: Sungai Paguyaman

    yang bennuara di teluk Paguyaman. Selain sungai utama terdapat pula anak sungai seperti sungai Nantu. Ada 2 sungai yang berbatasan berbatasan langsung dengan dengan 8M Nantu yaitu Sunga Naotu disebelah selatan dan sungai Tamilo

    di sebelah barat. Oi dalam kawasan suaka margasatwa Naotu sendiri terdapat anak sungai seperti Sungai Marisa, Sungai Adudu, Sungai Batudaa, Sungai Hilalunga, Sungai Pangahu, Sungai Diaoga, Sungai Molotingo, Sungai Alawahu dan Sungai Hutadelita.

  • 24

    Pola drainase pods Sub DAS Naotu agak kompleks, hal ini disebabkan oloh landform yang rumi~ dengan pola aliran yang dominan adaIab dendritik, sodangkan profil sungainya tampa!< seperti huruf "V", hal ini menunjukkan

    . bahwa erosi yang terjadi cukup efektif. Dilihat dari fungsinya Sungai Nantu dan sungai-sungai keeil tainnya merupakan penyuplai air terbesar untuk DAS

    Paguyaman dalam mensuplai air untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan lainnya (Anonim 2002)

    Wilayab AdmiDistrasi daD Jumlab PeDduduk

    Secara geografis, suaka margasatwa Nantu terletllk pada 122' 08' 00" -1220 23' 00" Bujur Timur dan 00 51' 00" - 00 46' 00" Lintang Utara. Kawasan suaka margasatwa Nantu terlelak dalam Sub DAS Nanlu, DAS Pagayaman dan secara administratif suaka margasatwa Nantu mencakup wilayah Kecamatan

    Sumalata dan Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo serta Kecamatan

    Tilamuta dan K.ecamatan Wonosari (pemekaran Kecamatan Paguyaman) di Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo.

    Kawasan suaka margasatwa Nantu tclah ditata batas secara bersama-sama

    oleh BPKH dan BKSDA Sulut pada tahun 2002 50luas 31.215 dengao batas-hatas sebagai befikut:

    Sebelah Utara : Gunung Minatimu dan Gunung Gunung Olibiahi

    Kecamatan Sumalata

    SebeJah Selatan : Sungai Nantu dan Dusun Taogga Kecamatan Wonosari

    Scbelah Barat : Sungai Naotu dan Sungai Tamilo Kecamatan Tolangohula

    Sebelah Timur : Dusun Alawahu, Dusun Batudaa dan Desa Pangahu Kecamatan Tolangohula

    Jumlah penduduk di wilayah Sub DAS Nantu berdasarkan data statistik

    Kabupaten Gorontalo tabun 2002 ~_dalah 17.886 jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tabun 1,6% dan mata pencaharian penduduk adalah bertani.

  • N

    E

    s

    LEGE N DA

    N Jln Loool n~ N !j. 11H!J .11 H. I , ~ JII, $ 01.11,,)k --< JaI, S lllHJ;U

    HL D HP D HPK _ HPT 1 ~ -II--1~~c------+--~c---~~~r---f---+-------~--~----~---+," __ ~iL!~-+--~. c===J SM. HANTI!

    H K ' ..... b. ,

    l ub. . 111

    5 o 5 10 15 20 KIlometer s - - --- -

    Gambar 3 Peta Adll1lllllrasi Suaka Margasatwa Nantu

  • 26

    Flora

    Komunitas vegetasi SM Nantu yang paling kaya dan paling beragam secam

    biologis adalab hutan-hutannya. Keragaman tumbuhan tertinggi berkembang di

    dataran rendah dan perblikitan bawah, baik diatas tanah yang drainasenya baik maupun tanah vulkanik basah. Hutan-hutan ini mengandung jumlab jenis pobon terbanyak diantara semna tipe butan di pulau ini.

    Jenis flora yang dapat dijumpai adalah pangi (Pangium edule,) linggua (Plerocarpus indieus), nantu (Palaquium sp), bayur (Plerospermum sp), gopasa (Vi/ex govasus), aras, bintangur (Calloplryllum sp), kenanga (Canonga adorala) rotan (Calamus sp), leda (Euealyplus deglupla), woka (Livislonia rotundifolia) rao (Draeonlamelon dao) dan berbagai tumbuhan bawab lainnya (Lee el 01. 2001).

    Fauna

    8eragamnya habitat dan keanekaraganum flora yang terdapat di SM Nantu menyebabkan di kawasan ini bidup beberapa satwa seperti: babirusa (Babyrousa babyrussa), babi hutan sulawesi (Sus ceJebensis), anoa (Bubolus sp), rosa (Cervus timorensis). monyet hitam sulawesi (Macaca heckii), tangkasi (Tarsius spectrum), tupai (Prosciurillus murinus), musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekr), ular piton (Python sp), ular hijau berbisa (Trimensurus sp). biawak (Varanus salvator). Sedangkan jenis aves yang dapat dijumpai dalam kawasan ini adalah : maleo (Macrocephalon maleo), nuri sulawesi (Trichoglossus ornatus), sesap madu (Neelorinia sp), kumkum bijau (Dueula aenea). ayam butan (Gallus gallus), rangkong sulawesi (Rhyliceros cassidixj, kangkereng (Phene/opides exarhatus), kakatua hijau (Tanygnatus sumatranus) (Lee et aJ. 2001).

    Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Penduduk.

    Menurut Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (2002), jumlab penduduk yang menetap diwilayah Sub DAS Nantu adalab 17886 jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 1,6%. Jumlah dan penyebaran penduduk pada wilayab kecamatan dan desa yang berada dalam Sub DAS

    Nantu disajikan pada Tabel I di bawah ini:

  • 27

    Tabel I. Jumlah penduduk di WiIa ah Sub DAS Nanlu No KecamataalDesa JUDllah Penduduk Total

    L P A Keeamatan TilaDluta I TOMftO Jaya 1067 739 1806 B KeeaDlatan Boliyohuto I Mohiyolo 4037 3740 7777 2 Lakeya 2344 2803 5147 3 Bululi 1681 2475 3156

    JumlahA+B 9128 9757 17.886 . . . Sumber: Balm Konservasl Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara. 2002

    Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa Desa Mohiyolo merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang terbanyak yailu sebesar 7777 jiwa atau 43,5% sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Tangga Jaya yailu sebesar 1806 atau 10,1%. Dari total 17.886 jiwa penduduk yang menetap disekitar kawasan SM Nantu 9757 jiwa atau 54.5% adalah perempuan dan sisanya sebesar 9128 jiwa atau 5J.(J"10 adalah laki-laki. Dimasa yang akan datang kawasan SM Nanlu akan mengalami gangguan berupa tekanan pada ekosistem karena populasi penduduk yang relatif banyak. Masalah kependudukan baik kualitas maupun kuantitas

    mempunyai pengaruh penting terhadap lingkungan. Makin besar jumlah penduduk makin besar pula kebutuban terbadap sumberdaya sehiogga tekanan terbadap

    sumberdaya alarn terutama hutan juga meningkat. Mata Pencaharian.

    Perekonomian masyarakat sekitar kawasan Suaka Margasatwa Nantu pada umumnya ditopang oleh potensi sumberdaya pertanian. Tingkat pendidikan yang masih rendah dan pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi, menyebabkan

    tidak adanya upaya pengembangan altematif pendapatan dari sektor lain misalnya kerajinan tangan atau industri rumah tangga lainnya.

    Penyebaran mata pencaharian penduduk disekitar kawasan SM Nantu dapat

    dilihat pada tabel berikut ini:

  • 28

    T.bel 2. Jumlah Penduduk Menurut M.ta Pencaharian

    No KecamatanlDesa Luas Jib Jumlab Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Krn) Penduduk Tani Dagang Dumb Pengrajin PNS Lain2

    . -(KK)

    A Kec. Tilamuta I Tan~.Java 234 436 400 - - I 8 27 B Kec. Boliyohuto I Mohiyolo 35 907 593 15 276 3 10 10 2 Lakey. 60 1818 1426 69 113 117 93 -3 Bululi 35 1189 1005 38 123 7 16 -

    JumlahA+B 364 3914 3424 112 512 227 119 10 .

    . . Sumber. B.lal Konservasl Sumberday. A1am (BKSDA) SulaweSI UIara, 2002

    Berdasarkan basil anaIisa data sekuoder menunjukkan mata pencaharian utam. penduduk di sekitar SM NanIU adalah petani yaiIU sebanyak 3424 jiwa .tau 77.74 % dan berturut-lUrut adalah buruh sebanyak 512 jiwa .tau 11,60/0, pengrajin sebanyak 227 jiwa atau 5,1%, pegawai negeri sipil sebanyak 119 jiwa atau 2.7% dan pedagang sebanyak 112 jiw tau 0,2%. Diperlukan usaha-usaha yang dapat mendorong peniogkatan perekonomian di sekitar kawasan SM Naolu, karena dari basil pengumpulan data dil.pangan memperlihatkan keadaan penduduk yang masih

    hidup dibawah garis kemiskinan.

    Mengingat pertambaban penduduk yang masih cnkup tinggi dan terbatasnya

    kepemilikan laban pertanian yang ada, rnaka upaya pengembangan altematif

    pendapatan dari sektor industri rumah tangga dan kerajinan tangan memiliki prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya dikaitkan dengan pengembangan wisata di Suaka Margasatwa Nantu. Tingkat Pendidikan

    Keadaan sosial ekonomi penduduk mempunyai kaitan erat dan saling mempengaruhi dengan tingkat pendidikan. T erdapat kecenderungan bahwa desa-desa yang relatif dekat dengan kota dan mudah dijangkau, dengan kehidupan perekonomian yang baik mempunyai tingkat pendidikan masyarakatnya relatif lebih

    baik dibanding dengan desa-desa yang terletak di pegunungan dan agak sulit untuk

  • 29

    dijangkau. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu indikator daIam meniIai kemampuan penduduk untuk menerima pengetahuan, keterampilan dan penyerapan teknologi.

    Penduduk disekitar kawasan SM Naotu sebagiao besar belum tersentuh oleh

    dunia peudidikan. Jumlah penduduk yang belum sekolah sebesar 9221 jiwa atau 55,1%, untuk tamatan SD sebanyak 3459 jiwa atau 19,3%, SMP sebanyak 1472 atau 8,3%, SMA sebanyaj 105 jiwa atau 0,6% dan tamatan perguruan tinggi banya 3 orang atau 0.02%. Terbatasnya sarana pendidikan merupakan pemicu rendahnya kualitas pendidikan di wilayah ini. Jumlah Sekolah Dasar yang terdapat di wilayah ini hanya 3 buah dan SMP 2 buah . Untuk tingkat SL TA penduduk hams melanjutkan ke Kecamatan Tolangohula yang merupakan kecamatan terdekat yang jaraknya 25 km. Tingkat pendidikan di sekitar kawasan Nantu dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3. Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

    No Kecamatan!Desa Penyebaran Pendududk Menurut Tingkat JIb Pendidikan (Jiwa) Jiwa

    Tidak SD SLTP SLTA PT Lain2 Sekolah

    A Kec. Tilamuta I Tangga Jaya 1037 122 7 8 - 632 1806 B Kec. Boliyohuto 1 Mohiyolo 515 414 123 23 I 2280 3156 2 Lakeya 7048 527 21 7 I 1736 7777 3 Bululi 621 2396 14 67 I 641 5147

    Jumlah A+B 9221 3459 1472 105 3 3726 17886 . Sumber: Balm Konservasl Sumberdaya Alam (BKSDA) SulawesI UIara, 2002

    Sarana dan Prasarana Perekonomian Sebagai kawasan pertanian ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian

    sang&t diperlukan ur..tuk memasarkan dan mendistribusikan hasil-hasil pertanian, serta memudahkan petani dalam memperoieh sarana produksi yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian. Berdasarkan hasil temuan dilapangan jumlah pasar yang ada sebanyak 3 buah yang terdapat di Desa Mohiyolo, Desa Lakeya dan

    Desa Suluti, yang pada umumnya merupakan pasar mingguan dan berlangsung mta-

  • 30

    rata dua kaIi seminggu. Keberaclaan pasar ini sangat membantu daIam pemasaran basil pertanian. Selain pasar diseti.p desa jug. teIdapat beberapa toko dao kios yang meskipWl keeil tetapi telah mewamai sistem perekonomian di wilayah ini. Kelembagaan Sosial Ekonomi

    Kelembagaan sosia! adalah suatu organisasi baik fonnal maupun non fonna!

    yang mengatur perilaku dao tindakan anggota. Lembaga dintaksud mempuny.i

    peranan tertentu yang senantiasa diikuti secara tertib oleh masyarakat.

    a Lembaga Fonnal.

    Lembaga fonnal merupakan lembaga masyarakat yang bersifat lokal dao secara

    administrasi herdiri scodiri. Lembaga ini merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan, misalny dalah Badao Perwakilao Des. (BPD), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), karang taruoa Koperasi Unit Desa (KUD), Puskesmas dao lain-lain.

    b. Lembaga Infonnal

    Lembag. infonnal .dalah lemb.g. .tau organisasi yang dibentuk berdasarkan inisiatif kelompok warga masyarakat tertentu, dengan dana dari masyarakat yang bersangkutan. Beberapa lemb.g. infonnal yang berperan dalam pelestarian .Iam

    .dalah Kelompok Pelestari Sumberday. Alam (KPSA), kelompok tani dao organisasi-organisasi non pemerintah lainnya

    Agam. dao Adat Istiadat

    Mayoritas penduduk disekitar kawasan SM Nantu menganut agama Islam

    dengan prosentasi sebesar 99.8%, sedangkan agama Kristen, Hindu dan Budha hanya 0.02%. Masyarakat disekitar kawasan SM NanIU sebagian besar dari emis sllku

    Gorontalo yang merupakan penduduk Kabupaten Gorontaio, sedangkan penduduk

    lainnya merupakan pendatang dari suku Jawa dan Bali sebagai masyarakat transmigran.

    Masyarakat Gorontalo adalah masyarakat yang mempunyai beragam adat

    istiadat namun satu yang paling populer adalah kebiasaan masyarakat Gorontalo yang selalu memasaog lampu (Tumbilotohe) pada tangg.1 27 - 30 Ramadban. Duluny. lampu y.ng dinyalakan terbuat dari bahao yang berasal dari pohon jarak, yaog

  • 31

    diambil dari hulan. namun sekarang pemasangan lampu dengan bahan dari pohon jarak tidal< dijwnpai lagi karena hal tersebut dipandang tidal< pra1ctis, disamping karena sangat sulit untuk mendapatkan pohon jarak.

    KODdisi Aksesibiltas Pembuatan jalan di suatu kawasan konservasi merupakan bagian dari kegiatan

    untuk kepentingan pengelolaan dan pemanfaatan. Jaringan jalan tersebut bisa herupa ja1an kendaraan wnwn, jalan setapak untuk pejalan kaki, jalan setapak untuk herkuda dan patroli terrnasuk di dalamnya tempat parkir dan tempat pemberhentian (Anonim, 1988).

    Pembuatan jalan ke dan di dalam kawasan bukan saja untuk kemudahan dan kelancaran peIjaianan pengunjung, tetapi yang terpenting adalah dapat memherikan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyakuya kepada pengunjung atas apa yang dilihat di sekitar dan sepanjang peIjalanan yang dilalui. Ja1an dikawasan suaka margsatwa atau kawasan konservasi tainnya diusahakan sejauh mungkin dengan jalan raya besar dan bukan merupakan bagian atau kelanjutan dari sistem jaringan jalan raya di luar kawasan konservasi.

    Aksesibilitas merupakan aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam

    pengembangan wisata, karena di samping merupakan faktor pendukung yang penting

    juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitamya. Namun demikian perlu diingat bahwa dengan meningkatnya aksesibilitas ke kawasan

    konservasi tersebut dapat mempennudah dan meningkatkan peluang bagi perambah

    hutan yang datang dari luar daerah. Oleh karena itu perbaikan akaesibilitas harns

    diimbangi dengan peningkatan pengelolaan kawasan suaka margasatwa- Nantu yang

    memadai antara lain pengawasan terhadap pencurian kayu dan bahan lain. Pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat setempat, keIjasama antara pengelola dan masyarakat setempat periu ditingkatkan dan dibina dengan baik.

    Secara umum untuk mengakses suaka margasatwa Naotu relatif cukup mu~ meskipun agak berat jika teIjadi perubahan musim seperti musim hujan. Suaka margasatwa Nantu dapat diakses dengan menggunakan kendaraan dara.t dari Ibu kota Propinsi ke desa Mohiyoio, di Kecamatan T olangohula (pemekaran Kecamatan

  • 32

    Boliyohuto) dengan waktu tempuh kurang Iebih 3 jam kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pemhulmotor tempel selama 3 jam menuju kawasan. Para calon ekoturist yang berasal dari luar daerah yang datang dengan menggunakan pesawat terhang bisa langsung mengakses suaka 11l8l'glIS8IWa Nantu dan waktu tempub hanya

    2 jam menuju Desa Mohiyolo. Suaka margasatwa Nantu bisa juga di akses melalui TiIamuta yang merupakan

    ibukota Kabupaten Boalemo. Pelja1anan dari Tilamuta seluruhnya dilakukan lewat jalan darat kemudian masuk lewatjalan eks IIPH Taiwi dengan waktu tempub sekitar 4 jam. Perjalanan melalui jalan logging eks IIPH Taiwi sangat menantang terutama bagi para calon ekoturist yang menyukai wisata petualangan. Selama perja1anan para ekoturist akan menikmati pemandangan hutan-hutan sekunder dan hutan dataran

    rendah serta hutan pegunungan bawah yang membentang dari arah barat ke timur. Para ekoturist yang datang dari arah Prupinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan bisa langsung mengakses karena posis: suaka 11l8l'glIS8IWa Nantu yang terletak di

    poros jalan trans sulawesi. Saat ini pemerintah Propinsi Gorontalo sedang mernbuka jalan yang

    menghubungkan antara desa Mohiyolo dengan desa Pangahu dengan panjang jalan kurang lebih 20 km. Dari sisi konservasi hal ini tentu sanga! berbahaya karena desa Pangahu meru?akar wilayah yang langsung berbatasan dengan kawasan suaka margasatwa Nantu, untuk itu peningkatan sarana jalan barns dibarengi dengan profesionalisme pengelolaan kawasan suaka margasatwa Nantu. Kondisi aksesibilitas di suaka margasatwa Nantu dapa! dilibat pada Gambar 4 di bawah ini:

  • I

    5

    ,,,

    ..

    . ~U}ll.'lil u()o1 III

    \

    J

    \

    I f /

    LE G END A

    APl III HP HP,

    ----"----ji""].1~"-~t_::_tit=J tt PT --~i-=';'r---=f----1f----+--I- SN. Ha'II" K

    o 5 10 10 ------

    Gambar 4 Peta Aksesiblli Las Suaka Margasatwa Nantu w w

  • IV. BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan Waktu Penelilian

    Lokasi penelitian dilakukan di Suaka Margasatwa Nanlu, Kabupaten

    Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Waktu penelitian ini berlangsung selama 3 ,hul?l! yaitu dari bulan April- Juni 2004.

    Bahan dan alat. Baban yang digunakan adaiab data-data dan peta-peta dasar kawasan hutan

    Suaka Margasatwa Nantu dan sekitarnya, di wiiayab Kabupaten Gorontalo, yaitu peta

    rupa bumi Gorontalo skala I: 50.000, peta tanab Gorontalo 1: 250 .. 000, peta vegetasi dan penggunaan laban Sulawesi Utara I: 250.000, peta pelepasan kawasan hutan

    untuk areal perkebunan PT. Naga Manis Plantation (PT. Rajawali) skala I : 50.000, peta tata hatas definitifkawasan hutan Suaka Margasatwa Nantu skala I : 25.000

    Alat-alat yang digunakan untuk survei lapangan adalab Global Positioning System (GPS) merek Magelan Blazer 21 dan peta areal keIja Suaka Margasatwa Nanlu, sedangkan uotuk pengolaban dan analisis data peta adalab personal komputer Pentium IV. software Arc/Info versi 3.1. 5, Arc View 3.2 dan Digitizer Ca/comp 9100.

    Kegiatan Penelitian

    Teknik Pengumpulan Data Primer

    Data primer diambil dengan metode observasi. Metode observasi dilakukan

    untuk inventarisasi potensi wisata dan daya tarik wisata maupun fasilitas yang sudah ada di lapangan. Dalam melakukan observasi peneliti didampingi oleh anggota masyarakat dan petugas yang m~ngetahui letak obyek dan daya tarik wisata.

    Teknik Pengumpulan Data Potensi Flora TekinilL analisa potensi flora yang dapat menarik wisatawan menggunakan

    metode jalur berpetak. Menurut Kusmana (1997) bahwa metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. lalur-jalur contoh ini hams dibuat memo tong garis-gans topografi. memotong sungai dan menaik atau menurun lereng. Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak dalam jalur sehingga

  • 35

    sepanjang garis rintis terdapat petak-petak padajarak tertentu yang sama. Gombar 5 memperlihatkan pelaksanaan mctode garis berpetak di Iapangan.

    -+

    100m D 5m 10m 100m

    -+

    Arab Rintisan

    Gambar 5. Desain Metode Jalur Berpetak (Kusmana 1997)

    Sebelum dilakukan pengnkuran vegetasi di lapangan, maka terlebih dahulu wilayab perisalaban vegetasi dihagi menjadi 5 lokasi yaitu: lokasi I di sebelab timur pos jaga Adudu, lokasi 2 di sebelab barat pos jaga Adudu, lokasi 3 terletak di Dusun Alawabu, lokasi 4 terletak di Dusun Pangabu, dan lokasi 5 terletak di Sungai Masina Untuk memudabkan perisalaban vegetasi dan pengukuran parametemya, petak eontoh biasanya dibagi-bagi ke dalarn kuadrat-kuadrat berukuran lebib keci!. Ukuran

    koadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan distribusi vegetasi secara vertikal (stratiftkasi). Pohon

    Tiang Pohon dewasa berdiarneter 2" 20 em (petak ukuran 20 x 20 m) Pohon muda berdiarneter 10 - < 20 em (petak ukuran 10 x 10 m)

    Pancang: Anakan pohon setinggi 2:: 1.5 m dengan diameter < 10 em (petak 5 x 5 m) Data-data yang diperoleh dari analisis vegetasi dihitung deng~ menggunakan

    rumus-rumus sebagai berikut: (Kusmana, 1997). Kerapatan (K) ~ Jumlah Individu (pchon)

    Frekuensi (F)

    Luas Petak Contoh (ha)

    lwnlah petak ditemukan suatu ienis Jumlab seluruh petak eontoh

  • Domioansi (D) =

    Kempatan rel.tif (KR) =

    Frekuensi re!atif (FR) =

    Dominansi relatif (DR) =

    Luas bidang dasar suatu jenis (or) Luas selurub petak contoh (ha)

    Kerapatan suatu jenis Kempatan total selurubjenis

    Frekuensi snilh! jenis x tooolo Frekuensi seluruhjenis

    x 100%

    Dominansi Suatu jenis x 100% Dominansi selurub jenis

    Indeks Nilai Penting (INP) dihitung dengan menggllnakan nunus:

    INP = KR + FR+DR

    Teknik Pengumpulan Data Potensi Fauna.

    36

    Analisa potensi fauna baik yang endemik. dilindungi dan SpeSles liar

    mempergunakan metode terkonsentrasi dan metode index point of abundance (IPA). Metode terkonsentrasi digunakan untuk. melihat potensi satwa terutama satwa yang herukuran sedang maupun hesar yang mempunyai pol. kehidupan herkelompok

    ataupun solitaire. Pengamatan satwa ini dilakukan di salt-lick atau kubangan air panas dimana satwa sering berkumpul untuk makan dan minum serta bennain. Kubangan air panas sangat disukai oleh satwa karena mengandung mineral yang sangat dibutu.htm untuk proses metabolisme di dalam tubuh satwa itu sendiri (komunikasi pribadi dengan Dr. Lynn Clayton). Pengamatan ini herlangsung secara kontinyu selama 66 jam yang dimulai pada pukul 07.00 - 17.30. Pengarnatan ini tidak dimaksudkan untuk menghitung popuJasi tetapi untuk menghitung spending time jika ekoturist melakukan wisata di salt-lick.

    Metude index point oj abundance (lPA) digunakanuntuk pengarnatan burung. Berdasarkan infonnasi yang didapat dari berbagai literatur dan wawancara dengan peneliti sebelumnya, temyata Suaka Margasatwa Nantu memiliki potensi burung

    yang sangat bervariasi dengan tingkat endemisme yang relatif tinggi. Kondisi ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu paket wisata yang dikenal dengan birdwatching. Untuk menentukan nilai kekayaan jenis burung digunakan

  • 37

    indeks keanekaragaman Shanon-Wrener deugan nunus: H' = - r pi.ln pi (Alikodra 2002; Magurran 1987)

    Dimana pi = L burung jenis ke i r total burung

    pi = perbandingan jenis yang dimiIiki oleb jenis i; H' = Indeks Sbanon-Wiener

    Data-data primer yang aksn dibutuhksn daIam penelilian ini dapa! diliha! pada Tabel di bawah ini: Tabel4. Data-data primer yang dibutuhksn daIam penelilian

    No Jenis Data Sumber I Peta Rupa Bwni Gorontalo Skala I : 50.000 BAKOSURTANAL-

    Cibonong

    2 Peta Tata Batos Soaks Margasatwa skala I: BAPLAN - Bogor

    25.000

    3 Peta Vegetasi dan Penggunaan Laban BAPLAN Bogor Propinsi Sulawesi Utara skala I : 250.000

    4 Peta Pelepasan Kawasan HUIan untuk Areal Dinas Kehutanan Propinsi Perkebunan skala I: 50.000 Gorontalo

    5 Peta T anah Gorontalo skala I : 250.000 PUSLITANAK - Bogor