spm pd organisasi nirlaba
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Pengendalian manajemen merupakan proses memotivasi dan memberi
semangat kepada para anggota Organisasi untuk melaksanakan kegiatan
organisasi dan selanjutnya mencapai tujuan Organisasi. Sistem
Pengendalian dirancang dan didesain untuk memudahkan perencanaan
dalam melaksanakan strategi, sebagai pedoman para manajer dalam
melaksanakan tugasnya agar tujuan Organisasi dapat tercapai.
Pengukuran Pengendalian khususnya pada perusahaan Nirlaba lebih sulit
dilakukan dibanding dengan perusahaan yang berorientasi laba.
Berdasarkan alasan yang sama, menentukan pilihan yang rasional atas
beberapa rangkaian tindakan juga lebih sulit. Pada Organisasi Nirlaba,
hubungan antara biaya dengan manfaat dan besarnya manfaat sukar diukur.
Lepas dari kesulitan ini, Organisasi harus dikendalikan.
Manajemen harus melakukan apa yang harus dilakukan untuk memastikan
bahwa sumber daya digunakan secara efisien dan efektif. Dengan demikian
masalah utama bagaimana menemukan kebijakan dan
tindakan Pengendalian manajemen yang berguna, terlepas dari keterbatasan
yang ada.
PERUMUSAN PERMASALAHAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengangkat permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
1. Definisi pembuatan keputusan, jenis-jenis, tingkat pengambilan
keputusan.
2. Definisi Organisasi Nirlaba, Perbedaan Organisasi Nirlaba dengan
Organisasi laba, Ciri-ciri Organisasi Nirlaba, Konsep Dasar Pemikiran
Akuntansi Organisasi Nirlaba.
3. Peranan SISTEM Pengendalian Manajemen pada Organisasi nirlaba.
4. Perencanaan Strategis dan Penyusunan Anggaran.
5. karakteristik organisasi Nirlaba dalam pengambilan Keputusan.
6. Evaluasi & Operasi Pada Organisasi Nirlaba
PEMBAHASAN
Salah satu kegiatan Organisasi yang penting adalah memahami sistem
sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat yang akan
dapat memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu.
Dengan demikian pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan
dari berbagai alternatif baik kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat
suatu alternatif terbaik guna menjawab masalah atau menyelesaikan konflik
(pertentangan). Proses penurunan suatu keputusan mengandung empat
unsur :
(1) Model : Model menunjukkan gambaran suatu rnasalah secara
kuantitatif atau kualitatif .
(2) Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari
keputusan yang diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling
bertentangan, maka pengambilan keputusan harus melalui kompromi
(misalnya menambah jasa langganan dan mengurangi persediaan, maka
keputusan mana yang diambil perlu kompromi).
(3) Pembatas; Faktor-faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam
memecahkan masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang
tersedia.
(4) Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah
diuraikan dengan sejelas-jelasnya (model), maka manajer menentukan apa
yang diperlukan (kriteria) dan apa yang diperbolehkan (pembatas). Pada
keadaan ini pengambil keputusan siap untuk memilih pemecahan yang
terbaik atau yang optimum.
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan Pada organisasi Nirlaba
Masalah dan konflik terdapat di mana-mana tidak terkecuali pada
organisasi Nirlaba. Beberapa di antaranya bersifat sederhana dan
deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan
probabilistik serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan
keputusan dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga
bersifat sangat kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis
pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan terprogram :
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin
dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini.
Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-
jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode
untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di
mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan
dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan
selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat
keputusan rutin dan otomatik.
Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk
melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak
keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang
sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram
ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah'masalah yang
tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi
proses-proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah
yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat
kompleks, hanya sedikit parameter'parameter yang diketahui dan
kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk
menjawab m'asalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari
pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik.
Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan
dan pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian,
dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang
memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram.
DEFINISI ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada
perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi
nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik
publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-
undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional,
institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya
’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada
organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya
sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah
memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas
siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang
Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah
dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
CIRI-CIRI ORGANISASI NIRLABA
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah
dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,
atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau
pembubaran entitas.
Perencanaan Strategis dan Penyusunan Anggaran
Dalam organisasi Nirlaba yang harus memutuskan mengenai bagaimana
cara yang terbaik dalam memgalokasikan sumberdaya yang terbatas ke
aktifitas-aktivitas yang berharga, perencanaan strategis adalah prodes yang
lebih penting dan lebih banyak memakan waktu di bandingkan dengan bisnis
biasa.
Organisasi nirlaba tidak mempunyai pilihan untuk meningkatkan
pendapatannya selama satu tahun karena organisasi tersebut telah
menganggarkan beban sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut
setidaknya mencapai titik impas pada Estimasi sejumlah pendapatan.
Organisasi Nirlaba mengharuskan para manajer dari pusat tanggung jawab
membatasi pengeluaran yang mendekati jumlah yang dianggarkan. Oleh
karena itu anggaran merupakan alat pengendalian manajemen yang paling
penting, setidak-tidaknya dalam hal aktivitas keuangan.
Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun tandar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik
entitas atau pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang tidak secara
aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan, namun mempunyai
kepentingan.
FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas
nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accountingg Standard
Board (GASB) menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk
pemerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar
Akuntansi Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun
standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Komite
Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena
karateristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai
pemegang saham atau semacamnya, memberikan pelayanan pada
masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar
pajak untuk mendukung keuangan pemerintah tanpa peduli bahwa imbalan
bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.
International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector
Accounting Standartd (IPSAS). Istilah Public Sector di sini berarti pemerintah
nasional, pemerintah regional (misalnya Negara bagian, daerah otonom,
provinsi, daerah istimewa), pemerintah local (misalnya kota mandiri), dan
entitas pemerintah terkait (misalnya perusahaan Negara, komisi khusus).
Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sector public
nonpemerintah.
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda
dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba
dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada
pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat yang
dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi
kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas
pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus
agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan,
menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian,
bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam
mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam
kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan
kekerasan sosial.
Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas
pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta
pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-
pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan
mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.
Dalam konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan
dan memberikan energi perubahan dan pembaruan bagi masyarakat,
Bernardine R. Wirjana, profesional dalam bidang pemberdayaan masyarakat,
yang selama dua dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi nirlaba,
mengabadikan proses pembelajaran atas pengalaman-pengalaman dan
teori-teori manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakat .
karakteristik organisasi Nirlaba dalam pengambilan Keputusan
Karakteristik organisasi nirlaba dalam pengambilan keputusan berbeda
dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada
cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul
transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam
organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam
praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga
seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan,
organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada
publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan
kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan
organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya.
Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan
bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
a) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut
b) Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja
manajer.
Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan
melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai
aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva
bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya.
Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber
daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui
laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan
informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih.
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi
nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan
organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan
memiliki daya banding yang tinggi.
*sumber : PSAK No. 45
Evaluasi & Operasi
Di Kebanyakan Organisasi Nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui
seberapa besar biaya Operasi yang optimum. Oleh karena itu manager dari
pusat tanggung jawab cenderung untuk membelanjakan apa saja yang di
perbolehkan dalam anggaran, meskipun jumlah yang di anggarkan tersebut
mungkin lebih tinggi dari pada yang di perlukan. Sebaliknya/ Mereka
mungkin membatasi pengeluaran yang memilikin pengembalian yang sangat
bagus hanya karena pengeluaran tersebut tidak terdapat dalam anggaran.
Meskipun Organisasi Nirlaba telah memiliki reputasi sebagai organisasi yang
beroperasi secara tidak efisien, persepsi ini telah berubah karena alasan-
alasan yang baik. Banyak organisasi memiliki kesulitan yang semakin
meningkat dalam memperoleh dana, terutama dari sumber-sumber
pemerintah. Hal ini lebih mengarah pada pengetatan dan meningkatnya
perhatian pemerintah pada pengendalian manajemen.
Penutup
Organisasi Nirlaba memiliki banyak perbedaan terhadap organisasi lainnya,
hal ini di sebabkan tidak adanya pengukuruan output yang benar-benar
bersifat objektif karena hanya sebatas pengukuran subjektif.
Organisasi Nirlaba tidak memiliki ke unguulan pengendalian yang di berikan
oleh ukuran laba, organisasi tersebut harus mempertanggungjawabkan
modal kontribusi, suatu kategori yang jarang sekali terdapat dalam
Organisasi bisnis.
Meskipun demikian Organisasi Nirlaba telah berhasil menjadi lebih efisien,
sebagai tanggapan atas berkurangnya sumber-sumber dana.