spgt

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit, bencana alam, musibah masal dan kecelakaan merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan adanya pasien gawat darurat. Hal-hal tersebut dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan bisa terjadi kepada siapa saja. Adapun dampak yang ditimbulkannya berupa kerusakan berbagai infrastruktur, yakni sarana dan prasarana serta menimbulkan korban. Korban yang keadaannya buruk, mengancam jiwa, dan membutuhkan pertolongan segera dapat disebut sebagai pasien dalam keadaan gawat darurat yang membutuhkan segera pertolongan yang cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Penanganan pasien gawat darurat haruslah dilakukan sebaik dan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsip “time saving is live saving” atau waktu adalah nyawa, sehingga dalam penanganannya dibutuhkan waktu yang cepat dan tindakan yang tepat dan cermat. Penanganan pasien gawat darurat ini haruslah dimulai dari berbagai tahap mulai dari tahap pra rumah sakit, intra rumah sakit , dan tahap rumah sakit dimana agar tercipta suatu penanganan yang maksimal, maka haruslah ada suatu 1

Upload: istiqomah-katin

Post on 25-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SPGDT

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangPenyakit, bencana alam, musibah masal dan kecelakaan merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan adanya pasien gawat darurat. Hal-hal tersebut dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan bisa terjadi kepada siapa saja. Adapun dampak yang ditimbulkannya berupa kerusakan berbagai infrastruktur, yakni sarana dan prasarana serta menimbulkan korban. Korban yang keadaannya buruk, mengancam jiwa, dan membutuhkan pertolongan segera dapat disebut sebagai pasien dalam keadaan gawat darurat yang membutuhkan segera pertolongan yang cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan.Penanganan pasien gawat darurat haruslah dilakukan sebaik dan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsip time saving is live saving atau waktu adalah nyawa, sehingga dalam penanganannya dibutuhkan waktu yang cepat dan tindakan yang tepat dan cermat. Penanganan pasien gawat darurat ini haruslah dimulai dari berbagai tahap mulai dari tahap pra rumah sakit, intra rumah sakit , dan tahap rumah sakit dimana agar tercipta suatu penanganan yang maksimal, maka haruslah ada suatu sistem yang menaungi tahapan-tahapan tersebut agar dapat bekerja optimal dan saling melengkapi satu sama lain. Adapun sistem yang mengatur penanggulangan pasien gawat darurat yang melingkupi ke-3 tahap diatas adalah SPGDT yakni sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat kepada pasien gawat darurat. SPGDT ini dibagi menjadi dua, yakni SPGDT sehari-hari (SPGDT/S) dan SPGDT bencana (SPGDT/B). SPGDT/S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. SPGDT/S ini bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Sedangkan SPGDT/B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu yang khususnya menimbulkan korban massal yang memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. SPGDT/B ini bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya Maka dari itu, mengingat pentingnya SPGDT dalam penanganan pasien gawat darurat baik sehari-hari maupun bencana seperti yang terlah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul Pengaruh Sistem Penanggulanganan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Yang Efektif Terhadap Tingkat Kematian Pasien Gawat Darurat

Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :1. Apa dan bagaimana sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) secara umum dan khusus (sehari-hari / SPGDT-S dan bencana/ SPGDT-B) itu? 2. Bagaimanakah Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang baik?3. Bagaimana pengaruh sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat?

Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) secara umum dan khusus (sehari-hari / SPGDT-S dan bencana/ SPGDT-B).2. Untuk mengetahui Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang baik.3. Untuk mengetahui pengaruh sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat.

Manfaat Penulisan1. Bagi PenelitiPenelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai SPGDT secara umum dan khusus (SPGDT/S dan SPGDT/B), SPGDT yang baik, dan pengaruh SPGDT terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat. 2. Bagi PembacaPenelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai SPGDT secara umum dan khusus (SPGDT/S dan SPGDT/B), SPGDT yang baik, dan pengaruh SPGDT terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat.

Visi Meningkatkan kualitas dan kefektifan SPGDT untuk menurunkan tingkat kematian pasien gawat darurat

Misi1. Meningkatkan komunikasi antar petugas layanan kesehatan khususnya pelayanan gawat darurat.2. Mengadakan evaluasi kerja untuk mengetahui seberapa efektifkah SPGDT sudah dijalankan.BAB IILANDASAN TEORI

SPGDTDefinisi SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankantime saving is life saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.

Tujuan Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:1) Penanggulangan ditempat kejadian.2) Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.3) Penyediaan sarana komunikasi.4) Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.5) Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).6) Upaya pembiayaan penderita

Komponen SPGDT memiliki beberapa komponen/fase:1. Komponen/Fase Deteksi2. Komponen /Fase Supresi3. Komponen /Fase Pra Rumah Sakit4. Komponen/Fase Rumah Sakit5. Komponen /Fase Rehabilitas6. Komponen Penanggulangan Bencana7. Komponen Evaluasi/Quality Control8. Komponen Dana

1. Fase DeteksiPada fase ini dapat dideteksi: Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai Jaraknya orang memakai swafety belt Daeraah bekerja di pabrik yang berbahaya Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat Didaerapat th mana yang sering terjadi tidak criminal Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan kondisi tanah Daerah rawan terjadi gempa

2. Fase SupresiJika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan atau diamana dapat terjadi bencana/korban masal maka kita dapat melakukan supresi. Perbaikan kontruksi jalan(engineering) Pengetatan peraturan lalu lintas (enforcement) Perbaikan kualitas helm Pengetatan undang undang lalu lintas pengetatan peraturan keselamatan kerja peningkatan patroli keamanan membuat disaster mapping dll

Fase Pra RSPada fase ini keberhasilan penanggulangan ngawat darurat tergantung pada beberapa komponen : Komunikasi Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah: Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (contoh:118,pro Pusat emergency,dll) Pusat komunikasi ke rumah sakit Pusat komunikasi polisi(110) Pusat komunikasi pemadam kebakaran(contih:113) Untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam

Tugas pusat komunikasi adalah: Menerima permintaan penolong Mengirim ambulan terdekat Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawal darurat Monitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat darurat dan icu

Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari: Komunikasi kesehatan System komunikasi ini digunakan untuk menunjuang pelayanan kesehatan dibidang administrative . Komunikasi medis System komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan dibidang teknis medis. Tujuan : Untuk mempermudah dan mempercepat menyampaian dan penerimaan informasi data menanggulangi penderita gawat darurat. Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat darurat adalah:1. Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan kesararana kesehatan2. Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang diberikan ditempat kejadian dan selama perjalanan kesarana kesehatan yang lebih memadai3. Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat dan puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah sakit4. Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana

Pendidikan Pada orang awamPada orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien yang mendapat musibah atau trauma .Mereka adalah anggota pramuka,PMR, guru,ibu rumah tangga, pengemudi,hansip,dan petugas hotel atau restoran.Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah:1. Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui telepon ke 1182. Mengetahui cara resusitasi jantung paru3. Mengetahui cara menghentikan perdarahan4. Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai 5. Mengetahui cara transportasi yang baik.

Pada orang awam khususYang termasuk disini adalah orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan cara cara penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit atau ambulan dating,mereka dating polisi,hansip,DLLAJR,search and rescue(SAR).Kemampuan yang harus dimiliki orang awam kusus adalah paling sedikit seperti kemampuan orang awam ditambah dengan:1. Mengetahui tanda tanda persalinan2. Mengetahui penyakit persalinan3. Mengetahui penyakit jantung4. Mengtahui penyakit persyarafan5. Mengetahui penyakit anak,dll

Pada perawatPerawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan gangguan:1. sistem pernapasan, seperti : Mengatasi obstruksi jualan nafas, Membuka jalan napas, Memberi napas buatan, Melakukan resusitasi jantung paru(RJP)dengan didahului penilaian ABC.2. sistem sirkulasi, seperti : Mengenal aritmia dan infark jantung, Pertolongan pertama pada henti jantung, Melakukan EKG, Mengenal syok dan sumber pertolongan pertama.3. sistem vaskuler, seperti : Menghentikan perdarahan , Memasang infus atau transfusi, Merawat infuse.4. Sistem syaraf, seperti : Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama, Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala, Sistem pencernaan, Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan tanda perdarahan intraabdomen, Persiapan operasi segera(cito), Kumbah lambung pada pasien keracunan.5. System perkemihan, seperti : Pertolongan pertama pada payah ginjal akut, Pemasangan kateter, System integumen atau toksikologi, Pertolongan pertama pada luka bakar, Pertolongan pertama pada gigitan binatang.6. Sytem endokrin, seperti: Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia, Pertolongan pertama pasien kritis tiroid, System muskuluskeletal, Mengenal patah tulang dan dislokasi[footnoteRef:1], Memasang bidai, Mentransportasikan pasien ke rumah sakit. [1: Pergeseran sendi]

7. System penginderaan, seperti : Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga, Melakukan irigasi matadan telinga8. Pada anak, seperti : Perolongan pertama pada anak dengan kejang, Pertolongan pertama pada anak dengan asma, Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi

Transportasi Syarat transportasi penderita :1. Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi2. Perdarahan harus dihentikan3. Luka harus ditutup4. Patah tulang apakah memerlukan fiksasi[footnoteRef:2] [2: Stabilisasi tulang]

Selama transportasi harus dimonitor: 1. Kesadaran2. Pernapasan3. Tekanan darah dan denyut nadi4. Daerah perlukaan

Syarat kendaraan :1. Penderita dapat terlentang2. Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat bergerak.3. Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar4. Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit5. Identitas yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari ambulan lain

Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat obatan dan infuse,balut dan bidai,tandu,EKG [footnoteRef:3]transmitter,incubator(untuk bayi) dan alat alat persalinan. [3: Elektrokardiograf: alat pencatat grafik variasi potensial listrik yang disebabkan oleh aktifitas listrik otot jantung]

Syarat personal : Dua orang perawat yang mengemudi, Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat,Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi.Alat pelindung diri : Sarung tangan lateks, Kaca mata pelindung, Baju pelindung, Masker penolong, Masker Resusitasi Jantung Paru, dan HelmKewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukakan: Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang sekitarnya Dapat menjangkau penderita Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa Meminta bantuan atau rujukan Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya Ikut menjaga kerahasian medis penderita Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Kualifikasi pelaku pertolongan pertama : Jujur dan bertanggung jawab, Kematangan emosi, Memiliki sikap profesional, Kemampuan bersosialisasi, Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI, Secara berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran, Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisikMempunyai rasa bangga.

Cara transportasi Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi selamat. Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati hati dan menaati peraturan lalu lintas.

Fase rumah sakit A. Puskesmas Ada puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan : Resusitasi Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan minor Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik seperti pemeriksaan hb[footnoteRef:4],leukosit dan gula darah [4: Hemoglobin]

Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga perawat dalam satu shift

B. Instalasi Gawat Darurat(IGD) Dan Unit Gawat Darurat (UGD)Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung pada:1. Keadaan penderita waktu tiba di IGD2. Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga: Masyarakat mudah mencapainya, Kegiatan mudah dikontrol, Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada infeksi silang.3. Kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:4. Kemampuan dan keterampilan Golongongan pertama yang tidak langsung menangani penderita yaitu CS, keamanan, penerangan, dan kasir. Golongan kedua yang langsung menangani penderita yaitu perawat, dokter dan koasisten : perawat tulang punggung IGD : kualitas perawat turut menetukan kualitas pelayanan IGD , perawat yang harus memahami perawatan gawat darurat untuk melakukan resusitasi kardiopulmonar dan life support dan bagi perawat yang memilih kerja di IGD maka perlu pendidikan lanjutan misalnya DIII,S1,S2 agar dasar ilmiahnya kuat.

Fase RehabilitasSemua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga mereka dapat kembali berfungsi di dalam kehidupan masyarakat.

Penanggulangan BencanaBencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak psikologis.Dalam penanggulangan bencana ada beberapa prinsip yang harus disepakati: Penanggulangan bencana adalah eksalasi penanggulangan darurat sehari hari. Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau penaggulangan gawat darurat sehari hari.

Bencana dapat terjadi di daerah urban atau daerah rural. Bencana dapat terjadi: Di rumah sakit itu sendiri Korban bencana dibawa ke UGD/Rsencana Bencana dalam kota Bencana di luar kota Bencana di luar pulau Bencana nasional Bencana huru hara/perang

Maka semua rumah sakit harus mempunyai disaster plan sesuai dengan keadaan diatas. Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid Respone dan Rapid Assesment.1. Rapid ResponseDaerah Urban: Keamanan ada polri jumlah 110 Rescue ada dinas kebakaran ada 113 Kesehatan ada UGD ada 118

Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah satu atap , sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehari-hari maupun dalam keadaan bencana.Daerah Rural :Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan : Babinsa ada keamanan / rescue Hansip ada keamanan / rescue Puskesmas ada kesehatan

2. Rapid AssesmentInformasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus didapat dalam 2-4 jam.

Evaluasi/Quality assurance/control. Memonitor penanggulangan penderita. Mengevaluasi terus-menerus: Kebutuhan untuk pengembangan Dampak pada morbiditas dan mortalitasYaitu melakukan Quality Management ProgramUntuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and improvement baik untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan penanggulangan bencana. Selain itu juga harus dilakukan kriteria audit yang menjamin kualitas pelayanan medis.Dana Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari: pemerintah, swasta, dan modal asing. Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan dapat diperoleh dari ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia yang dapat musibah baik trauma maupun nontrauma, sumber dananya yaitu: jasa raharja, pegawai negeri, pegawai swasta, orang mampu, askes, astek, asuransi komersial, dan subsidi pemda.

Klasifikasia. SPGDT-S (Sehari-Hari)SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :1. Pra Rumah Sakit Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain) Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)2. Dalam Rumah Sakit Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan) Pertolongan di ICU/ICCU3. Antar Rumah Sakit Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan) Organisasi dan komunikasi

b. SPGDT-B (Bencana)SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu khususnya pada yang terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.Tujuan Khusus : Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. Menanggulangi korban bencana.

Prinsip mencegah kematian dan kecacatan : Kecepatan menemukan penderita. Kecepatan meminta pertolongan. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan : Ditempat kejadian, Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit, dan pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.

Hukum Aspek Legal Pelayanan Gawat Darurat : 1) Konsep/program PBB/WHO2) UU Kesehatan Np. 23/19923) UU Kepolisian Negara RI No. 2/20024) UU Penanggulangan Bencana No. 24/20075) Peraturan Ka. BNPB No. 3/20086) Perda Penanggulangan Bencana No. 5/20077) Charitable immunity & Medical Necessity8) dll.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Metode PenelitianMetode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan. Metode yang ada harus mampu merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan pada pendekatan ilmiah. (Candra:2012:48)Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.

3.2 Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dengan melakukan studi literatur. Teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur, digunakan untuk menganalisis mengenai SPGDT secara umum dan khusus (SPGDT/S dan SPGDT/B), SPGDT yang baik, dan pengaruh SPGDT terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat.Pada teknik ini penulis membaca sumber literatur seperti buku, e-book, dan jurnal, dan kemudian mencatat hal-hal yang dianggap penting dan dapat membantu penelitian ini.

3.3 Teknik Analisis DataTeknik analisis data untuk data yang diperoleh dari studi literatur :1. Setelah mencatat beberapa hal yang penting dan berkaitan dengan penelitian di beberapa buku, e-book, dan jurnal, penulis membandingkan informasi-informasi yang ada di setiap buku, e-book, dan jurnal tersebut, dan membuat keterkaitannya satu sama lain. 2. Informasi yang sudah saling berkaitan tersebut, kemudian dibuatlah suatu kesimpulan sementara.3. Kesimpulan sementara yang telah ada kemudian ditanyakan kembali kebenarannya dengan perawat, dokter, atau pihak yang berhubungan dengan masalah SPGDT.4. Apabila kesimpulan sementara tersebut dapat diterima dan memang benar adanya, maka kesimpulan sementara itu layak dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini.5. Apabila kesimpulan sementara tersebut tidak dapat diterima karena suatu alasan yang jelas, maka kesimpulan tersebut tidak dapat dipakai untuk penelitian ini, sehingga penulis harus mengulang atau memperbaiki kembali teknik pengumpulan data secara studi literatur yang dipakai.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianSPGDT secara umum adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit.SPGDT-S (Sehari-Hari) adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu khususnya yang menimbulkan korban massal yang memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.Tujuan Khusus : Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. Menanggulangi korban bencana.

Pelaksanaan SPGDT di Indonesia :

SPGDT yang baik : SPGDT dapat dikatakan baik atau berjalan efektif apabila sistem-nya sudah berjalan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Hal ini bisa digambarkan dengan adanya komunikasi antar fase yang baik, proses evakuasi dan evaluasi korban atau pasien gawat darurat yang cepat dan tepat, sedikitnya korban yang berjatuhan saat terjadi suatu bencana, dan tidak adanya kelalaian yang menyebabkan pasien gawat darurat tambah buruk kondisinya.

Daftar korban bencana alam di Indonesia :NoBencanaKorban di Evakuasi (meninggal/selamat)Jumlah Seluruh Korban

1Tenggelamnya KM Senopati Nusantara di perairan Masalembo dekat Pulau Mandalika Kabupaten Jepara (2007)218 orang500 orang

2Tsunami Aceh (2006)568.280 orang4.104.187 orang

3Banjir di Jakarta (2013)33.522 orang94.624 orang

4Letusan Gunung Merapi (2010)250 orang 3.937 orang

5Gempa Sumatera Barat (2009)4.021 orang97.901 orang

Angka Kematian ibu dan bayi :Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup.4.2 Pembahasan1. Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) secara umum dan khusus (sehari-hari / SPGDT-S dan bencana/ SPGDT-B)SPGDT secara umum adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Sedangkan, SPGDT-S (Sehari-Hari) adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem yang bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Dan SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu khususnya yang menimbulkan korban massal yang memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari yang bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

2. Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang baik.SPGDT dapat dikatakan baik atau berjalan efektif apabila sistem-nya sudah berjalan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Hal ini bisa digambarkan dengan adanya komunikasi antar fase yang baik, proses evakuasi dan evaluasi korban atau pasien gawat darurat yang cepat dan tepat, sedikitnya korban yang berjatuhan saat terjadi suatu bencana, dan tidak adanya kelalaian yang menyebabkan pasien gawat darurat tambah buruk kondisinya. Di Indonesia sendiri, pelaksanaan SPGDT belum terlihat berjalan baik, karena pelayanan yang diberikan masih terkesan lambat dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah korban yang sudah di evakuasi dengan jumlah korban secara keseluruhan. Masih sangat jauh. Begitu pula dengan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di Indonesia, hal ini membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang dan ini berarti SPGDT nya belum berjalan baik dan optimal.

3. Pengaruh sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) terhadap tingkat kematian pasien gawat daruratSistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT ) sangat berpengaruh terhadap tingkat kematian pasien gawat darurat. Karena apabila SPGDT itu dapat berjalan dengan baik dan optimal, SPGDT dapat menyelamatkan lebih banyak korban dalam suatu keadaan bencana, ataupun keadaan gawat darurat lainnya seperti : kecelakaan, perkelahian, dsb. Dan sebaliknya, apabila SPGDT itu tidak mampu berjalan efektif dan optimal, maka sistem akan terhambat dan bukannya akan membantu mnyelamatkan pasien justru akan memperparah keadaan karena terhambatnya hubungan satu fase ke fase lainnya. Sehingga tujuan dari SPGDT itu sendiri pun tidak dapat tercapai.Jadi, SPGDT dan tingkat kematian pasien gawat darurat itu selalu berbanding terbalik. Jika SPGDT tinggi, maka tingkat kematian pasien gawat darurat itu akan rendah dan sebaliknya jika SPGDT rendah, maka tingkat kematian pasien gawat darurat akan tinggi.

BAB VKesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan1. SPGDT secara umum adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. SPGDT ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : SPGDT-S (Sehari-Hari) dan SPGDT-B (Bencana).2. SPGDT dapat dikatakan baik atau berjalan efektif apabila sistem-nya sudah berjalan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.3. SPGDT dan tingkat kematian pasien gawat darurat itu selalu berbanding terbalik. Jika SPGDT tinggi, maka tingkat kematian pasien gawat darurat itu akan rendah dan sebaliknya.

5.2 Saran1. Untuk pemerintah, agar dapat meningkatkan kualitas dan efektifitas SPGDT di Indonesia.2. Untuk pembaca, khususnya para tenaga medis untuk dapat membantu pelaksanaan SPGDT di Indonesia.3. Perlu di lakukan evaluasi lebih lanjut terhadap pelaksanaan SPGDT di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Saanin,Syaiful. 2011. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Sumbar : BSB Dinkes Prop. Sumbar.Yuniarta,Yusmutia.Dkk. 2011. Makalah Keperawatan Gawat Darurat : Spgdt(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu),Survey Primer Dan Survey Sekunder. Mataram : Yayasan Rumah Sakit Islam Nusa Tenggara Barat / Sekolah Tingi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram / Program Studi Diii Keperawatan.25