spektro uv

7
SPEKTRO UV - FLAVANOID Flavonoid mempunyai sistem aromatik terkonyugasi, oleh karena itu mempunyai pita serapan di daerah ultraviolet dan ultraviolet nampak (UV-UV Vis). Spektra dari flavon dan flavonol memperlihatkan dua puncak utama pada daerah 240 – 400 nm. Dua puncak utama ini biasanya memperlihatkan pita I (300 – 380 nm) dan pita II (240 – 280 nm). Pita I menunjukkan absorbsi yang sesuai untuk cincin B sinamoil, sedang pita II berhubungan absobsi cincin benzoil. Isoflavon, falavanon dan dihidroflavonol memberikan spektra ultraviolet yang mirip satu sama lain, oleh karena masing-masing senyawa ini tidak mempunyai sistem konyugasi sinamoil dengan cincin B. Larutan isoflavon dalam metanol memberikan spektra ultraviolet dengan puncak II pada daerah 250 nm – 270 nm dan puncak I pada daerah 300 nm – 330 nm. Sedang flavanon dan dihidroflavanon keduanya memberikan puncak II pada daerah 270 nm – 290 nm dan puncak I pada daerah 320 nm – 330 nm. Peran gugus hidroksil pada cincin A pada flavon dan flavonol menghasilkan menghasilkan pergeseran batokromik yang nyata pada pita II dan sedikit pada pita I. Metilasi dan glikosilasi juga berefek pada absorpsi pada flavon dan flavonol. Jika gugus 3, 5, dan 4’ – OH pada flavon dan flavonol termetilasi dan terglikosilasi terjadi pergeseran hipsokromik terutama pita I. Pergeseran yang terjadi terbesar 12 – 17 nm, bisa mencapai 22 – 25 nm pada flavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH. Pita II merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan dari cincin B bagian sinamoil. Intesitas dari masing-masing serapan tergantung pada panjangnya sistem konyugasi serta adanya subtitusi terutama pada kedudukan atom C 3 dan C 5 . Sebagai contoh senyawa flavon yang mempunyai sistem sinamoil mengandung sistem konyugasi lebih panjang daripada sistem benzoil, intensitas puncak I lebih kecil dari intensitas puncak II. Flavon, flavonol yang tersubtitusi oksigen hanya pada cincin A, dalam metanol cenderung memberikan spektra yang nyata pada pita II dan lemah pada pita I, tetapi jika cincin B yang tersubtitusi oksigen, pita I akan kelihatan lebih nyata.

Upload: patricia-virginia-basuki

Post on 25-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Spektro Uv

SPEKTRO UV - FLAVANOID

Flavonoid mempunyai sistem aromatik terkonyugasi, oleh karena itu mempunyai pita serapan di daerah

ultraviolet dan ultraviolet nampak (UV-UV Vis). Spektra dari flavon dan flavonol memperlihatkan dua

puncak utama pada daerah 240 – 400 nm. Dua puncak utama ini biasanya memperlihatkan pita I (300 –

380 nm) dan pita II  (240 – 280 nm). Pita I menunjukkan absorbsi yang sesuai untuk cincin B sinamoil,

sedang pita II berhubungan absobsi cincin benzoil.

Isoflavon, falavanon dan dihidroflavonol memberikan spektra ultraviolet yang mirip satu sama

lain, oleh karena masing-masing senyawa ini tidak mempunyai sistem konyugasi sinamoil dengan cincin

B. Larutan isoflavon dalam metanol memberikan spektra ultraviolet dengan puncak II pada daerah 250

nm – 270 nm dan puncak I pada daerah 300 nm – 330 nm. Sedang flavanon dan dihidroflavanon

keduanya memberikan puncak II pada daerah 270 nm – 290 nm dan puncak I pada daerah 320 nm – 330

nm.

Peran gugus hidroksil pada cincin A pada flavon dan flavonol menghasilkan menghasilkan

pergeseran batokromik yang nyata pada pita II dan sedikit pada pita I. Metilasi dan glikosilasi juga

berefek pada absorpsi pada flavon dan flavonol. Jika gugus 3, 5, dan 4’ – OH pada flavon dan flavonol

termetilasi dan terglikosilasi terjadi pergeseran hipsokromik terutama pita I. Pergeseran yang terjadi

terbesar 12 – 17 nm, bisa mencapai 22 – 25 nm pada flavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH.

Pita II merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan dari cincin

B bagian sinamoil. Intesitas dari masing-masing serapan tergantung pada panjangnya sistem konyugasi

serta adanya subtitusi terutama pada kedudukan atom C3 dan C5. Sebagai contoh  senyawa flavon yang

mempunyai sistem sinamoil mengandung sistem konyugasi lebih panjang daripada sistem benzoil,

intensitas puncak I lebih kecil dari intensitas puncak II. Flavon, flavonol yang tersubtitusi oksigen hanya

pada cincin A, dalam metanol cenderung memberikan spektra yang nyata pada pita II dan lemah pada

pita I, tetapi jika cincin B yang tersubtitusi oksigen, pita I akan kelihatan lebih nyata.

Penambahan pereaksi geser atau pereaksi diagnostik, adanya hidroksilasi, glikolasi, metilasi dan

asetilasi dapat mengubah karakter resapan dari senyawa flavonoid. Dengan melihat perubahan-

perubahan ini maka dapat digunakan untuk memperkirakan struktur flavonoid.

1. Efek hidroksilasi. Penambahan gugus hidroksil pada cincin A pada flavon atau flavonol

menghasilkan pergeseran batokromik yang nyata pada pita resapan I atau pita resapan II pada spektra

flavonoid. Apabila gugus hidroksil tidak ada pada flavon atau flavonol, panjang gelombang maksimal

muncul pada panjang gelombang yang lebih pendek  dibanding jika ada gugus 5 – OH , sedang subtitusi

gugus hidroksil pada posisi 3, 5 dan 4 mempunyai sedikit efek atau tidak sama sekali pada spektra UV.

Page 2: Spektro Uv

Pita absorpsi I isoflavon mempunyai intensitas yang lemah, sedangkan pita II intensitas kuat. Pita absirbsi

II dari isoflavon biasanya antara 245 – 270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada cincin B dengan

adanya hidroksilasi.

2. Efek natrium metoksida. Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat mengiionisasi

semua gugus dalam flavonoid. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektra setelah waktu tertentu

merupakan petunjuk yang baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektra isoflavon yang

mempunyai gugus hidroksi pada cincin A akan memperlihatkan pergeseran batokromik baik pada pita I

maupun pita II. Puncak pada spektra UV senyawa 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon akan mengalami penurunan

intensitas beberapa menit setelah penambahan natrium metoksida. Adanya perbedaan kecepatan

dekomposisi 4’ monohidroksi isoflavon dapat digunakan untuk menentukan bahwa dekomposisi yang

berjalan cepat menunjukkan adanya 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon. Penambahan natrium metoksida pada

flavon dan flavonol dalam metanol umumnya menghasilkan pergeseran batokromik untuk semua pita

serapan. Walaupnun demikian pergeseran batokromik yang besar pada serapa pita I sekitar 40 – 65 nm

tanpa penurunan intensitas, menunjukkan adanya gugus 4’ – OH bebas. Dan flavonol yang tidak

mempunyai gugus 4’ – OH bebas juga memberikan pergeseran pada pita serapan I, dengan penurunan

intensitas. Dalam hal ini pergeseran batokromik disebabkan adanya gugus 3 – OH bebas. Jika suatu

flavonol mempunyai 3 dan 4’ – OH bebas, maka spektra dengan natrium metoksida akan mengalami

dekomposisi. Pengganti natrium metoksida yang baik ialah laruan NaOH 2M dalam air.

3. Efek natrium asetat. Natrium asetat merupakan basa lemah dan hanya akan mengionisasi

gugus yang sifat keasamannya tinggi, khususnya untuk mendeteksi adanya gugus 7 – OH bebas.

Natrium asetat hanya dapat mengionisasi isoflavon khusus pada gugus 7 – OH. Gugus 3’ atau 4’ – OH

pada flavonol. Oleh sebab itu interpretasi terhadap pergeseran spektra isoflavon untuk penambahan

natrium asetat menjadi sederhana. Adanya 7 – OH isoflavon menyebabkan pergeseran batokromik 6 –

20 nm pada pita II setelah penambahan natrium asetat. Adanya natrium asetat dan asam borat akan

membentuk kompleks dengan gugus orto hidroksil paa cincin B menunjukkan pergeseran batokromik

pada pita serapan I sebesar 12 – 30 nm. Gugus orto hidroksil pada cincin A juga dapat dideteksi dengan

efek natrium asetat dan asam borat. Adanya pergesaran batokromik sebesar 5 – 10 nm pada pita II

menunjukkan adanya gugus orto hidroksi pada posisi C6 dan C7 atau  C7 dan C8.

4. Efek aluminium klorida. Pereaksi ini dapat membentuk kompleks tahan asam antara gugus

hidroksi dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan gugus orto –

hidroksi, perekasi ini dapat digunakan untuk mendetekasi kedua gugus tersebut. Adanya gugus 3’, 4’ –

dihidroksil pada isoflavon atau flavanon dan dihidroflavonol tidak dapat dideteksi dengan AlCl3 karena

cincin B mempunyai sedikit atau tidak ada konyugasi dengan kromofor utama. Jika isoflavon, flavanon

Page 3: Spektro Uv

(dan mungkin dihidroflavonol) mengandung gugus-gugus  orto – hidroksil pada posisi 6, 7 atau 7, 8 maka

spektra AlCl3 menunjuikkan pergeseran batokromik (biasanya pada pita I maupun pita II) dengan

membandingkan terhadap spektra AlCl3 / HCl. Pita serapa II spektra UV dari semua 5 – OH isoflavon

dapat dideteksi dengan penambahan AlCl3 atau HCl, kecuali 2 – karboksil 5, 7 – dihidroksil isoflavon. 

Adanya gugus tersebut  ditandai dengan pergeseran batokromik pada pita II 10 – 14 nm (relatif terhadap

spektra metanol). Spektra isoflavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH bebas tidak berefek setelah

penamabahan AlCl3 / HCl. Pada flavon dan flavonol, adanya gugus orto – hidroksil pada cincin B dapat

diketahui jika penambahan asam  terhadap spektra AlCl3menghasilkan pergeseran hipsokromik sebesar

30 – 40 nm pada pita I (atau pita Ia jika terdiri dari dua puncak). Dengan adanya pergeseran batokromik

pada pita Ia (dalam AlCl3/ HCl) dibandingkan dengan pita I (dalam metanol) sebesar 35 – 55 nm,

menunjukkan adanya 5 – OH flavon atau flavonol 3 – OH tersubtitusi.

Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOMe

(Karkham, 1988)

Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak

        Pita I                    Pita II

Petunjuk penafsiran

Flavon

Flavonol

Kekuatan menurun terus (artinya penguraian) 3,4’-OH,O –diOH pada cincin A;

pada cincin B 3-OH yang

berdampingan

Mantap + 45 sampai 65 nm

Kekuatan menurun

4’-OH

Mantap + 45 sampai 65 nm

Kekuatan menurun

3–OH. Tak ada 4’–OH bebas

Pita baru (bandingkan dengan MeOH),

320 – 325 nm

7–OH

Isoflavon                         Tak ada   pergeseran Tak ada OH pada cincin A

Flavanon

Dihidroflavonol

                         Kekuatan menurun

dengan           

                         berjalannya waktu

O–diOH pada cincin A (penurunan

lambat: O –diOH pada cincin B

isoflavon)

                         Bergeser dari k.280 nm ke

                         k.325 nm, kekuatan naik

                         tetapi ke 330-340 nm  

Falvanon dan dihidroflavonol

dengan 5, 7–OH

 7–OH, tanpa 5-OH bebas

Khakon

Auron

+80 sampai 95 nm

(kekuatan naik)

+ 60 sampai  70 nm

(kekuatan naik)

Pergeseran lebih kecil

4’–OH (auron)

6–OH tanpa oksigenasi pada 4’

(auron)

6–OH dengan oksigenasi pada 4’

(auron)

+ 60 sampai 100 nm

(kekuatan naik)

4 – OH (khalkon)

Page 4: Spektro Uv

(tanpa kenaikan kekuatan)

+ 40 sampai 50 nm

2–OH atau 4’–OH dan tapa

4–OH

4’–OH (2’–OH atau 4–OR juga ada)

Antosianidin

Antosianin

Semuanya terurai kecuali 3-deoksiantosianidin Nihil

Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOAc

(Karkham, 1988)

Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak

        Pita I                    Pita II

Petunjuk penafsiran

Flavon

Flavonol

Isoflavonol

                         + 5 sampai 20 nm (berku-

                          rang bila ada oksigenasi

                          pada 6 atau 8)

7-OH

Kekuatan berkurang dengan bertambahnya

waktu

Gugus yang peka terhadap basa,

mis. 6,7 atau 7,8 atau 3,4’-diOH

Mantap + 45 sampai 65 nm

Kekuatan menurun

3–OH. Tak ada 4’–OH bebas

Pita baru (bandingkan dengan MeOH),

320 – 325 nm

7–OH

Flavanon

Dihidroflavonol

                         +35 nm

                          +60nm

7-OH (dengan 5-OH)

7-OH (dengan tanpa 5-OH)

Kekuatan berkurang dengan bertanbahnya

waktu                        

Gugus yang peka terhadap basa,

mis.67 atau 7,8-diOH

Khakon

Auron

Pergeseran batokromik atau bahu pada panjang

gelombang yang lebih panjang

4’ dan / atau 4-OH (khalkon)

4’ dan / atau 6-OH (auron)

Penafsiran spektrum UV dengan  NaOAc / H3 BO3 (Karkham, 1988)

Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak

        Pita I                    Pita II

Petunjuk penafsiran

Flavon

Flavonol

Auron

Khalkon

+12 21mpai 36 nm

(nisbi terhadap spektrum MeOH)

Pergeseran lebih kecil                        

O-diOH pada cincin B

O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)

Isoflavon

Flavanon

Dihidroflavonol

                         +10 sampai 15 nm (nisbi

                         terhadap spektrum

MeOH)                          

O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)

 Penafsiran spektrum UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3 /HCl

Page 5: Spektro Uv

(Markham, 1988)

Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak

        Pita I                    Pita II

Petunjuk penafsiran

Flavon dan

Flavonol

(AlCl3  / HCl)

(AlCl3)

+35 sampai 55 nm

+17 sampai 20 nm

Tak berubah

5-OH

5-OH denganm gugus oksigenasi

pada 6

Mungkin 5-OH dengan gugus prenil

pada 6

+50 sampai 60 nm Mungkin 3-OH (dengan atau tanpa

5-OH)

Pergeseran  AlCl3 / HCl

Tambah 30 sampai 40 nm

O-diOH pada cincin B

Pergeseran  AlCl3 / HCl

Tambah 20 sampai 25 nm

O-diOH pada cincin A (tambahan

Pada pergeseran O-diOH pada cincin

B)

Isoflavon,

Flavanon, dan

Dihidroflavonol

(AlCl3  / HCl)

                          +10 sampai 14 nm

                          + 20 sampai 26 nm

5-OH (isoflavon)

5-OH (flavon, dihidroflavonol

(AlCl3)                          Pergeseran AlCl3 / HCl,

                          tambah 11 sampai 30 nm

O-diOH pada cincin A (6,7 dan 7,8)

                          Pergeseran AlCl3 / HCl,

                          tambah 30 sampai 38 nm 

                          (peka terhadap

NaOAc)                    

Dihidroflavonol tanpa 5-OH

(tambahan pada sembarang

pergeseran O-diOH)

Auron

Khalkon

(AlCl3 / HCl)

+48 sampai 64 nm                          

+ 40 nm

2’-OH (khalkon)

2’-OH (khalkon) dengan oksigenasi

pada 3’

(AlCl3)+60 sampai 70 nm

Pergeseran AlCl3 / HCl

Tambah 40 sampai 70 nm

4-OH (auron)

O-diOH pada cincin B

Penambahan lebih kecil Mungkin O-diOH pada cincin A

Antosianidin

Antosianin

(AlCl3)

+25 sampai 35 nm

(pada pH 2-4)O-diOH

Pergeseran lebih besar Banyak O-diOH atau O-diOH (3-

deoksi antosianidin)Diposkan oleh Putri Indah Sari di 08.34