sosial budaya masyarakat pesisir
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
1/4
ARTIKEL KONDISI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR
PANGLIMA LAOT : TRADISI YANG MENYELAMATKAN
TERUMBU KARANG ACEH
ACEH Baru-baru ini, Wildlife Conservation Society danJames Cook University
melakukan studi terhadap terumbu karang di Aceh. Menurut studi yang diterbitkan pada
majalah Oryx edisi Oktober 2012 ini, terumbu karang Aceh dirawat dengan praktek tradisional
berbasis kearifan lokal yang sudah berumur 400 tahun. Tradisi ini dikenal dengan
namaPanglima Laot. Sistem tradisional ini bertujuan mengutamakan keharmonisan sosial dan
mengurangi potensi konflik antar komunitas dalam pemanfaatan sumber daya laut.
Such mechanisms to reduce conflict are the key to success of marine resource management,
particularly in settings which lack resources for enforcement. -Stuart Campbell, Wildlife
Conservation Society
SistemPanglima Laotmelarang penggunaan alat penangkapan ikan yang merusak,
seperti jaring, untuk mempertahankan keutuhan terumbu karang. Dengan ini, penduduk
diuntungkan dengan hasil tangkapan ikan delapan kali lebih banyak dari hasil tangkapan biasa.
Studi melaporkan bahwaPanglima Laotmenekankan prinsip-prinsip utama yang
berasosiasi dengan institusi-institusi perikanan besar. Sistemini memiliki fungsi keanggotaan;
regulasi yang membatasi ekploitasi sumber daya alam; hak bagi para pengguna sumber daya
alam untuk membuat, menekankan dan mengubah regulasi serta memberi sanksi; dan mekanisme
resolusi konflik. Melalui prinsip-prinsip tersebut,Panglima Laotbertujuan mengurangi konflik
antar komunitas, menerapkan pengelolaan berkelanjutan pada sumber daya laut dan mengurangi
kerusakan pada habitat laut.
The guiding principle of Panglima Laot was successful in minimizing habitat degradation and
maintaining fish biomass despite ongoing access to the fishery. Such mechanisms to reduce
conflict are the key to success of marine resource management, particularly in settings which
lack resources for enforcement. jelas Stuart Campbell dariWildlife Conservation Society.
Kendati tradisi ini telah diterapkan selama empat abad silam, keberadaan institusi
berbasisPanglima Laotbelum bisa disimpulkan sukses pada semua wilayah Aceh. Beberapa
lokasi ditemukan memiliki kondisi terumbu karang yang mengenaskan akibat
penerapanPanglima Laotyang kurang dikelola dengan baik.
-
7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
2/4
No-take fishing areas can be impractical in regions where people rely heavily on reef fish for
food. ungkap Campbell. Beberapa daerah sangat bergantung pada konsumsi ikan karena
kurangnya komoditas pertanian di daerah tersebut. Studi melaporkan bahwa nelayan dengan
tingkat pendapatan dan partisipasi institusi lebih rendah mengalami krisis kepercayaan dengan
institusi lokal dan kurang terlibat dalam program pengembangan masyarakat. Karena
itu,Panglima Laotkurang diterapkan dan aktivitas perikanan tidak terkontrol.
Sementara itu pada daerah-daerah dengan sistemPanglima Laotyang lebih kuat, tingkat
kesejahteraan nelayan terbukti lebih tinggi akibat jumlah penangkapan ikan yang besar. Luas
penutupan terumbu karang juga lebih tinggi.
Saat ini, tim studi sedang menginvestigasi faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya
penerapanPanglima Laotdi beberapa daerah. Survey juga dilanjutkan dalam skala geografis
yang lebih luas. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan studi tersebut.
Studi ini dilakukan oleh Stuart Campbell, Rizya Ardiwijaya, Shinta Pardede, Tasrif
Kartawijaya, Ahmad Mukmunin, Yudi Herdiana dari Wildlife Conservation Society serta Josh
Cinner, Andrew Hoey, Morgan Pratchett, dan Andrew Baird dariJames Cook University.
Sumber:http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-
terumbu-karang-aceh/
ARGUMEN
Istilah wilayah pesisir sangat erat dengan wilayah Indonesia, hampir sepanjang 95.181
km garis pantai yang dimiliki Indonesia sehingga memiliki potensi sumberdaya pesisir yang
sangat besar. Banyak terdapat sumberdaya pesisir yang layak dikembangkan dalam
pemanfaatannya baik secara spasial maupun sektoral, misalnya pertambakan, perikanan tangkap
dan budidaya, pertambangan, kehutanan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu, wilayah pesisir
juga dipengaruhi oleh beberapa ekosistem didalamnya, contohnya mangrove, padang lamun dan
terumbu karang.Namun masih sedikit sekali sumberdaya pesisir yang benar-benar berguna bagi
masyarakat, yang dapat mensejahterakan masyarakat. Bahkan terkadang masyarakat pesisir tidak
dapat memanfaatkan hasil kerjanya sendiri, artinya hanya untuk hidup diri sendiri tanpa dapat
http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/ -
7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
3/4
mengambil keuntungan secara jangka panjang. Itulah yang menimbulkan anggapan bahwa
masyarakat pesisir cenderung identik dengan kemiskinan.
Perubahan tren sistem penangkapan ikan di dunia melahirkan bermacam-macam konsep
baru penangkapan ikan secara instan tanpa memperhatikan kelestarian potensi sumberdaya
pesisir disekitarnya. Selain dapat menimbulkan kerusakan habitat laut, hal itu akan
memunculkan konflik antar komunitas dari hak bagi para pengguna sumberdaya alam. Sebuah
ironi akan terjadi dengan maraknya armada dan cara penangkapan ikan yang merusak habitat
laut. Hal inilah memunculkan sebuah tantangan dalam membangun sistem perikanan yang
berkelanjutan agar ironi tidak terus berlanjut.
Potensi laut dapat dilihat dari berbagai macam pemanfaatan sumberdaya laut yang ada,
mulai dari sektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata, pelabuhan, pertambakan,
pertambangan, dan sebagainya. selain itu, ekosistem pesisir juga memiliki beberapa fungsi
potensial bagi lingkungan misalnya mangrove sebagai penahan abrasi laut, pengikisan pantai
oleh air laut dan sebagai habitat bagi satwa sekaligus penyeimbang kualitas lingkungan.
Keberadaan ekosistem pantai yang potensial itulah yang perlu dijaga untuk meminimalisir
menurunnya sumber nutrisi biota laut dan berkurangnya potensi perikanan. Sehingga perlu
adanya suatu alternatif konsep pengembangan sumberdaya pesisir yang tidak merugikan bagi
masyarakat pantai dan lebih berpihak pada kelestarian lingkungan.
Salah satunya yakni tradisi yang diterapkan di Nangroe Aceh Darussalam yakni Panglima
Laot. Sistem larangan penggunaan alat penangkapan yang merusak, sangat dibutuhkan dalam
pelestarian sumberdaya pesisir. Dengan sistem ini, hasil tangkapan ikan semakin banyak
dibanding hasil tangkapan biasa sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir semakin meningkat.
Selain itu, pengembangan perikanan di tingkat lokal, nasional maupun regional lebih berkeadilan
dan berkelanjutan. Dengan begitu sektor perikanan di wilayah pesisir Indonesia mampu menjadi
solusi jangka panjang bagi keseimbangan ekonomi, keberlanjutan sumberdaya lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat pesisir.
Keberadaan Panglima Laot sempat mati suri pada masa penjajahan Belanda, antara ada
dan tiada. Namun kini hukum adat laut di Aceh tersebut telah ditegakkan kembali sehingga
terbentuk Panglima Laot dari berbagai tingkatan mulai dari provinsi hingga struktur terendah
tingkat kecamatan. Kendati tradisi ini tidak berjalan lancar, sistem Panglima Laot dapat
diterapkan sebagai sistem percontohan kepada wilayah-wilayah pesisir lainnya karena beberapa
-
7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
4/4
lokasi pesisir yang memiliki potensi terumbu karang cenderung kurang dikelola dengan baik.
Tidak hanya itu, pengalihfungsian lahan disekitar wilayah pesisir juga banyak terjadi. Hal ini
disebabkan oleh pengawasan yang kurang tegas maupun kesadaran masyarakat yang menurun
terhadap keseimbangan ekosistem laut. Belum lagi perubahan alam yang terjadi, misalnya
kenaikan air laut, erosi air laut, tsunami, dan sebagainya tidak diantisipasi terlebih dahulu maka
akan menimbulkan bencana bagi wilayah pesisir dan sekitarnya.
Dengan sistem Panglima Laot dapat melahirkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang
harus ditumbuhkan kepada masyarakat pesisir mulai dari Sabang sampai Merauke. Meskipun
sistem ini telah tergerus oleh modernitas dan teknologi di sistem perikanan, kesadaran
masyarakat pesisir akan keberlanjutan ekosistem laut sangatlah penting. Ditambah lagi,
pengawasan pemerintah dan keterlibatan stakeholder terkait secara berkala terhadap
pendayagunaan sumberdaya pesisir akan mewujudkan keuntungan ekonomi secara
berkelanjutan.