sosial budaya masyarakat pesisir

Upload: graita-purwitasari

Post on 14-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

    1/4

    ARTIKEL KONDISI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR

    PANGLIMA LAOT : TRADISI YANG MENYELAMATKAN

    TERUMBU KARANG ACEH

    ACEH Baru-baru ini, Wildlife Conservation Society danJames Cook University

    melakukan studi terhadap terumbu karang di Aceh. Menurut studi yang diterbitkan pada

    majalah Oryx edisi Oktober 2012 ini, terumbu karang Aceh dirawat dengan praktek tradisional

    berbasis kearifan lokal yang sudah berumur 400 tahun. Tradisi ini dikenal dengan

    namaPanglima Laot. Sistem tradisional ini bertujuan mengutamakan keharmonisan sosial dan

    mengurangi potensi konflik antar komunitas dalam pemanfaatan sumber daya laut.

    Such mechanisms to reduce conflict are the key to success of marine resource management,

    particularly in settings which lack resources for enforcement. -Stuart Campbell, Wildlife

    Conservation Society

    SistemPanglima Laotmelarang penggunaan alat penangkapan ikan yang merusak,

    seperti jaring, untuk mempertahankan keutuhan terumbu karang. Dengan ini, penduduk

    diuntungkan dengan hasil tangkapan ikan delapan kali lebih banyak dari hasil tangkapan biasa.

    Studi melaporkan bahwaPanglima Laotmenekankan prinsip-prinsip utama yang

    berasosiasi dengan institusi-institusi perikanan besar. Sistemini memiliki fungsi keanggotaan;

    regulasi yang membatasi ekploitasi sumber daya alam; hak bagi para pengguna sumber daya

    alam untuk membuat, menekankan dan mengubah regulasi serta memberi sanksi; dan mekanisme

    resolusi konflik. Melalui prinsip-prinsip tersebut,Panglima Laotbertujuan mengurangi konflik

    antar komunitas, menerapkan pengelolaan berkelanjutan pada sumber daya laut dan mengurangi

    kerusakan pada habitat laut.

    The guiding principle of Panglima Laot was successful in minimizing habitat degradation and

    maintaining fish biomass despite ongoing access to the fishery. Such mechanisms to reduce

    conflict are the key to success of marine resource management, particularly in settings which

    lack resources for enforcement. jelas Stuart Campbell dariWildlife Conservation Society.

    Kendati tradisi ini telah diterapkan selama empat abad silam, keberadaan institusi

    berbasisPanglima Laotbelum bisa disimpulkan sukses pada semua wilayah Aceh. Beberapa

    lokasi ditemukan memiliki kondisi terumbu karang yang mengenaskan akibat

    penerapanPanglima Laotyang kurang dikelola dengan baik.

  • 7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

    2/4

    No-take fishing areas can be impractical in regions where people rely heavily on reef fish for

    food. ungkap Campbell. Beberapa daerah sangat bergantung pada konsumsi ikan karena

    kurangnya komoditas pertanian di daerah tersebut. Studi melaporkan bahwa nelayan dengan

    tingkat pendapatan dan partisipasi institusi lebih rendah mengalami krisis kepercayaan dengan

    institusi lokal dan kurang terlibat dalam program pengembangan masyarakat. Karena

    itu,Panglima Laotkurang diterapkan dan aktivitas perikanan tidak terkontrol.

    Sementara itu pada daerah-daerah dengan sistemPanglima Laotyang lebih kuat, tingkat

    kesejahteraan nelayan terbukti lebih tinggi akibat jumlah penangkapan ikan yang besar. Luas

    penutupan terumbu karang juga lebih tinggi.

    Saat ini, tim studi sedang menginvestigasi faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya

    penerapanPanglima Laotdi beberapa daerah. Survey juga dilanjutkan dalam skala geografis

    yang lebih luas. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan studi tersebut.

    Studi ini dilakukan oleh Stuart Campbell, Rizya Ardiwijaya, Shinta Pardede, Tasrif

    Kartawijaya, Ahmad Mukmunin, Yudi Herdiana dari Wildlife Conservation Society serta Josh

    Cinner, Andrew Hoey, Morgan Pratchett, dan Andrew Baird dariJames Cook University.

    Sumber:http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-

    terumbu-karang-aceh/

    ARGUMEN

    Istilah wilayah pesisir sangat erat dengan wilayah Indonesia, hampir sepanjang 95.181

    km garis pantai yang dimiliki Indonesia sehingga memiliki potensi sumberdaya pesisir yang

    sangat besar. Banyak terdapat sumberdaya pesisir yang layak dikembangkan dalam

    pemanfaatannya baik secara spasial maupun sektoral, misalnya pertambakan, perikanan tangkap

    dan budidaya, pertambangan, kehutanan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu, wilayah pesisir

    juga dipengaruhi oleh beberapa ekosistem didalamnya, contohnya mangrove, padang lamun dan

    terumbu karang.Namun masih sedikit sekali sumberdaya pesisir yang benar-benar berguna bagi

    masyarakat, yang dapat mensejahterakan masyarakat. Bahkan terkadang masyarakat pesisir tidak

    dapat memanfaatkan hasil kerjanya sendiri, artinya hanya untuk hidup diri sendiri tanpa dapat

    http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/http://jurnalhijau.wordpress.com/2012/10/14/panglima-laot-tradisi-yang-menyelamatkan-terumbu-karang-aceh/
  • 7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

    3/4

    mengambil keuntungan secara jangka panjang. Itulah yang menimbulkan anggapan bahwa

    masyarakat pesisir cenderung identik dengan kemiskinan.

    Perubahan tren sistem penangkapan ikan di dunia melahirkan bermacam-macam konsep

    baru penangkapan ikan secara instan tanpa memperhatikan kelestarian potensi sumberdaya

    pesisir disekitarnya. Selain dapat menimbulkan kerusakan habitat laut, hal itu akan

    memunculkan konflik antar komunitas dari hak bagi para pengguna sumberdaya alam. Sebuah

    ironi akan terjadi dengan maraknya armada dan cara penangkapan ikan yang merusak habitat

    laut. Hal inilah memunculkan sebuah tantangan dalam membangun sistem perikanan yang

    berkelanjutan agar ironi tidak terus berlanjut.

    Potensi laut dapat dilihat dari berbagai macam pemanfaatan sumberdaya laut yang ada,

    mulai dari sektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata, pelabuhan, pertambakan,

    pertambangan, dan sebagainya. selain itu, ekosistem pesisir juga memiliki beberapa fungsi

    potensial bagi lingkungan misalnya mangrove sebagai penahan abrasi laut, pengikisan pantai

    oleh air laut dan sebagai habitat bagi satwa sekaligus penyeimbang kualitas lingkungan.

    Keberadaan ekosistem pantai yang potensial itulah yang perlu dijaga untuk meminimalisir

    menurunnya sumber nutrisi biota laut dan berkurangnya potensi perikanan. Sehingga perlu

    adanya suatu alternatif konsep pengembangan sumberdaya pesisir yang tidak merugikan bagi

    masyarakat pantai dan lebih berpihak pada kelestarian lingkungan.

    Salah satunya yakni tradisi yang diterapkan di Nangroe Aceh Darussalam yakni Panglima

    Laot. Sistem larangan penggunaan alat penangkapan yang merusak, sangat dibutuhkan dalam

    pelestarian sumberdaya pesisir. Dengan sistem ini, hasil tangkapan ikan semakin banyak

    dibanding hasil tangkapan biasa sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir semakin meningkat.

    Selain itu, pengembangan perikanan di tingkat lokal, nasional maupun regional lebih berkeadilan

    dan berkelanjutan. Dengan begitu sektor perikanan di wilayah pesisir Indonesia mampu menjadi

    solusi jangka panjang bagi keseimbangan ekonomi, keberlanjutan sumberdaya lingkungan dan

    kesejahteraan masyarakat pesisir.

    Keberadaan Panglima Laot sempat mati suri pada masa penjajahan Belanda, antara ada

    dan tiada. Namun kini hukum adat laut di Aceh tersebut telah ditegakkan kembali sehingga

    terbentuk Panglima Laot dari berbagai tingkatan mulai dari provinsi hingga struktur terendah

    tingkat kecamatan. Kendati tradisi ini tidak berjalan lancar, sistem Panglima Laot dapat

    diterapkan sebagai sistem percontohan kepada wilayah-wilayah pesisir lainnya karena beberapa

  • 7/27/2019 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

    4/4

    lokasi pesisir yang memiliki potensi terumbu karang cenderung kurang dikelola dengan baik.

    Tidak hanya itu, pengalihfungsian lahan disekitar wilayah pesisir juga banyak terjadi. Hal ini

    disebabkan oleh pengawasan yang kurang tegas maupun kesadaran masyarakat yang menurun

    terhadap keseimbangan ekosistem laut. Belum lagi perubahan alam yang terjadi, misalnya

    kenaikan air laut, erosi air laut, tsunami, dan sebagainya tidak diantisipasi terlebih dahulu maka

    akan menimbulkan bencana bagi wilayah pesisir dan sekitarnya.

    Dengan sistem Panglima Laot dapat melahirkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang

    harus ditumbuhkan kepada masyarakat pesisir mulai dari Sabang sampai Merauke. Meskipun

    sistem ini telah tergerus oleh modernitas dan teknologi di sistem perikanan, kesadaran

    masyarakat pesisir akan keberlanjutan ekosistem laut sangatlah penting. Ditambah lagi,

    pengawasan pemerintah dan keterlibatan stakeholder terkait secara berkala terhadap

    pendayagunaan sumberdaya pesisir akan mewujudkan keuntungan ekonomi secara

    berkelanjutan.