sop_starlight
TRANSCRIPT
![Page 1: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/1.jpg)
1. PENDAHULUAN
Setiap kegiatan manusia tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan akan
air. Manusia menggunakan air untuk antara lain kebutuhan rumah
tangga, pertanian, perikanan, industri dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Hasil samping kegiatan manusia yang menggunakan air adalah limbah
cair yang dibuang atau dibebaskan ke lingkungan. Apabila buangan
limbah ini tanpa melalui pengolahan yang memadai akan mengakibatkan
gangguan atau kematian makhluk hidup yang berada di dalam perairan
itu. Akibat berikutnya adalah perairan tidak dapat memenuhi peruntukan
yang sudah ditentukan. Ketentuan yang mendasari kualitas untuk
melindungi peruntukan ini adalah parameter kualitas air.
Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan manusia yang
memanfaatkan air untuk berbagai tahap produksi dan utilitas. Kebutuhan
air ini antara lain : air proses, air pendingin, air umpan ketel dan lain-lain.
Kegiatan ini menghasilkan hasil samping yang berupa limbah cair industri
yang mengandung berbagai senyawa kimia yang kebanyakan bukan
merupakan senyawa alami yang ditemui di perairan. Jika limbah ini
langsung dibuang maka perairan akan mengalami pencemaran.
Pencemaran sesuai dengan definisi adalah peristiwa kehadiran senyawa,
makhluk, atau energi di dalam suatu lingkungan yang mengakibatkan
lingkungan tidak sesuai lagi dengan peruntukan untuk kesejahteraan
manusia. Pencegahan pencemaran adalah salah satu aspek sistem
pengelolaan lingkungan. Pengelolaan yang baik mencerminkan bahwa
kita tidak mewarisi lingkungan yang akan menjadi hak titipan anak cucu.
Pemerintah di dalam usahanya untuk mencegah pencemaran
menerbitkan berbagai perundang-undangan diantaranya :
Perundang-undangan tersebut diatas di luar Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, Menteri Perindustrian, dan Menteri Kesehatan.
1
![Page 2: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/2.jpg)
Pemerintah Daerah menerbitkan Peraturan Daerah serta Surat Keputusan
Gubernur sebagai petunjuk pelaksanaan di daerah masing-masing.
Watak serta kualitas air limbah yang dilepas ke lingkungan harus
memenuhi Baku Mutu Air Limbah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Baku mutu ini tidak membedakan untuk kegiatan rumah tangga atau
kegiatan industri. PT. VICTORIA CARE INDONESIA sebagai kegiatan
industri yang berwawasan lingkungan di dalam pengelolaan lingkungan
melakukan pengolahan limbah cair sebelum dilepas ke lingkungan.
Pada buku ini disajikan parameter karakteristik limbah sebagai
pengenalan terhadap dasar mengapa limbah harus diolah, dilanjutkan
dengan dasar-dasar perlakuan pengolahan limbah dan sebagai gambaran
nyata adalah sistem pengolahan limbah yang dilakukan.
2. PARAMETER KUALITAS
Kualitas air dan limbah cair dinyatakan oleh suatu himpunan parameter
kualitas air. Baku Mutu Peruntukan dan Baku Mutu Limbah Cair adalah
himpunan nilai parameter kualitas air yang ditentukan agar badan air
dapat digunakan sesuai dengan peruntukan serta menjaga kemampuan
badan air menampung limbah cair tanpa menurunkan daya dukung
perairan itu. Parameter kualitas ini dipilah dalam empat kelompok yaitu :
1. parameter fisis
2. parameter kimiawi
3. parameter biologi, dan
4. parameter radioaktif.
Parameter fisis meliputi besaran-besaran fisik seperti: temperatur,
kekeruhan, warna, dan bau. Parameter kimiawi meliputi pH, kation atau
anion senyawa-senyawa anorganik, dan senyawa organik. Parameter
biologi mencakup kandungan biomassa mikroorganisme baik hewani
dan/atau tumbuhan, misalnya algae, bakteri, protozoa, dan lain
2
![Page 3: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/3.jpg)
sebagainya. Parameter radioaktif meliputi senyawa-senyawa yang
menghasilkan radiasi.
Penentuan nilai parameter dari suatu cuplikan badan air atau limbah cair
dilakukan secara langsung atau di laboratorium menurut metode dan alat
yang dibakukan pemerintah atau lembaga yang ditugasi. Dengan metode
dan alat yang dibakukan ini maka industri dapat melakukan analis
cuplikan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hasil analisis ini
digunakan untuk memantau kinerja sistem pengolahan limbah yang
dimiliki serta watak limbah cair yang dibebaskan ke badan air sungai.
2.1. Pengaruh Parameter.
Penentuan nilai parameter yang dicantumkan dalam setiap jenis
Baku Mutu ditentukan oleh pemerintah. Nilai ini dapat didasarkan
atas pengaruh nyata bagi kehidupan makhluk air atau padi di sawah
atau peralatan di industri.
Baku Mutu Peruntukan Air untuk industri memiliki kualitas yang lebih
rendah dibanding dengan golongan peruntukan air lainnya. Hal ini
mengakibatkan industri harus mengolah air untuk berbagai jenis
kebutuhan sesuai dengan peruntukannya.
Pengaruh parameter atau himpunan parameter dapat
dikelompokkan dalam :
1. gangguan estetika,
2. pencemaran, dan
3. pengotoran.
Jika badan air mengalami pencemaran, maka badan air itu tidak
sesuai lagi dengan peruntukan yang ditentukan. Jika badan air itu
telah menjadi kotor atau terkontaminasi, maka badan air itu tidak
memenuhi lagi untuk berbagai peruntukan dan merupakan habitat
vektor penyakit.
3
![Page 4: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/4.jpg)
2.2. Parameter Kualitas Limbah Cair
PT. VICTORIA CARE INDONESIA merupakan industri kosmetik
sehingga parameter yang menunjukkan kualitas limbah cairnya
meliputi parameter fisis, kimiawi, dan biologi. Parameter tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Temperatur
Temperatur suatu jenis limbah cair harus memenuhi
persyaratan temperatur sebelum limbah dibebaskan ke
lingkungan, karena makhluk hidup memiliki temperatur
optimum untuk kelangsungan hidupnya.
2. Kekeruhan
Kekeruhan yang dimiliki oleh limbah cair diakibatkan oleh
kandungan padatan baik yang berupa senyawa anorganik,
organik, dan mikroorganisme. Kekeruhan dinyatakan dalam
satuan JTU (Jackson Turbidity Unit) atau NTU (Nephelo Turbidity
Unit). Kekeruhan akan menghambat penembusan cahaya
matahari. Sinar ultraviolet dibutuhkan oleh mikroorganisme
dan Phytoplankton untuk reaksi fotosintesa menghasilkan
oksigen. Jika reaksi fotosintesa terhambat, maka penambahan
oksigen terlarut akan tidak berlangsung secara maksimal
sehingga populasi Phytoplankton akan berkurang. Hal ini
mengakibatkan makanan alami ikan dalam perairan akan
menyusut dan ikan yang tidak dapat bersaing akan menyisih
dari perairan tersebut. Usaha pengurangan kekeruhan perlu
dilakukan agar proses alami yang berlangsung dalam perairan
dapat dipertahankan.
3. Warna
Limbah cair yang berwarna akan meningkatkan intensitas
warna badan air yang menerimanya, jika limbah tersebut
dibuang ke lingkungan. Kalau cuplikan limbah cair yang telah
mengalami pemisahan padatan tersuspensi dan limbah masih
4
![Page 5: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/5.jpg)
berwarna, maka warna dinyatakan sebagai true color. Air yang
berwarna tidak disenangi, karena dapat mengakibatkan bercak
pada pakaian atau kertas. Proses penjernihan badan air yang
berwarna membutuhkan biaya. Analisis senyawa pembentuk
warna yang berada dalam badan air adalah kompleks, maka
satuan baku untuk warna ditentukan dengan perbandingan
warna suatu larutan baku. Larutan baku ini adalah larutan K-
chloroplatinate dan Co-chloride dan 1 (satu) satuan warna ini
dibentuk oleh 1 mg/l platinum dan ½ mg/l Cobalt. Warna badan
air dapat menyerap berbagai panjang gelombang cahaya
matahari, sehingga intensitas cahaya yang diperlukan untuk
reaksi fotosintesa akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan
peristiwa yang sama dengan kekeruhan.
4. Padatan
Baku Mutu Limbah cair mencantumkan konsentrasi padatan
sebagai parameter kualitas. Konsentrasi padatan dalam
perairan alam dan limbah cair dipilah dalam 3 (tiga) bagian
yaitu:
a. padatan total (total solid)
b. padatan tersuspensi (suspended solids), dan
c. padatan terlarut (dissolved solids)
Satuan untuk menyatakan konsentrasi padatan adalah mg/l.
Konsentrasi padatan total adalah jumlah konsentrasi padatan
tersuspensi dan padatan terlarut.
Istilah padatan total menyatakan padatan yang tersisa sesudah
cuplikan air atau air limbah diuapkan. Satuan ditentukan dari
perhitungan mg/l padatan total = [(mg padatan x 1000)/ml
cuplikan]. Istilah padatan tersuspensi diterapkan pada padatan
yang tertampung setelah penapisan cuplikan air dan padatan
terlarut adalah padatan yang berada di dalam cairan (filtrate)
sesudah penapisan cuplikan air. Padatan tersuspensi disusun
5
![Page 6: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/6.jpg)
oleh padatan yang tidak dapat yang diuapkan (non-volatile)
dan padatan yang dapat diuapkan (volatile).
Secara umum padatan yang dapat diuapkan dibentuk oleh
senyawa organik atau biomassa. Peenentuan padatan ini
dilakukan dengan cara pemanasan pada temperatur diatas 550 oC dan selisih berat antara padatan sisa penguapan dengan
padatan yang masih tersisa menyatakan padatan yang dapat
diuapkan. Padatan yang tersisa ini dinyatakan sebagai padatan
tetap (fixed solid).
Padatan yang tersuspensi dapat berupa padatan yang mudah
mengendap (settleable solids) dan padatan yang sulit
mengendap (non settleable solids). Jika konsentrasi padatan
dalam air atau limbah cair akan disisihkan, maka kehadiran
padatan yang tidak dapat mengendap ini harus diperhitungkan,
karena padatan ini akan terbawa limpahan dan akan
menambah konsentrasi padatan di dalam perairan yang
menerimanya. Pengaruh padatan ini di dalam perairan adakah
sama dengan masalah kekeruhan. Jika air ini digunakan
sebagai air baku untuk air minum atau industri biaya
pemisahan harus diperhitungkan. Kalau air ini digunakan untuk
pengairan, maka penimbunan padatan berlangsung di lahan
pertanian sehingga akan menghambat penyerapan air, maka
air akan menggenang yang dapat mengakibatkan pembusukan
batang tanaman.
5. pH
pH adalah suatu parameter yang berkaitan dengan
konsentrassi ion hidrogen. Kehadiran ion hidrogen ini
diakibatkan oleh penguraian asam golongan elektrolit kuat. pH
adalah nilai negatif daari logaritma konsentrasi ion hidrogen
yang dinyatakaan dalam satuan mol. L ; pH = - log [ H ]. Jika air
memiliki nilai pH yang rendah, air ini mengandung ion hidrogen
6
![Page 7: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/7.jpg)
yang tinggi, dan keadaaan ini dapat mendorong korosi pada
pipa atau saluran dan dapat mematikan kehidupan makhluk
air. Jika nilai pH tinggi, maka makhluk air tidak dapat bertahan
hidup.
6. Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen, DO )
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kualitas air
yang penting, karena parameter ini memiliki dua sisi yang
berlawanan. Sisi yang menguntungkan adalah oksigen
digunakan untuk mendukung kelangsungan hidup makhluk air.
Sisi yang merugikan adalah kehadiran oksigen yang
meningkatkan laju korosi kalau air digunakan untuk utlitas
industri. Hal lain yang perlu dipahami adalah watak gas oksigen
yang sulit larut di dalam air. Kelarutan gas ini dipengaruhi oleh
temperatur. Kelarutan oksigen adalah tinggi pada temperatur
rendah dan kelarutan oksigen rendah pada temperatur tinggi.
7. Biological Oxigen Demand ( BOD )
Senyawa organik yang ditemui di dalam suatu jenis limbah
merupakan himpunan senyawa yang sulit dipilah. Secara
umum senyawa organik di dalam limbah dipilah menjadi 2
( dua ) golongan yaitu :
1. senyawa organik yang dapat didegradasi oleh
mikroorganisme lewat proses oksidasi biokimia
( biodegradable organic substances )
2. senyawa organik yang tidak dapat didegradasi oleh
mikroorganisme
Parameter Biological Oxygen Demand (BOD) adalah parameter
yang digunakan untuk tolok ukur kandungan senyawa organik
yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme, karena analisis
secara rinci untuk penilaian kualitas air dan limbah cair akan
membutuhkan biaya yang tinggi dengan peralatan yang
beraneka ragam. Tolok ukur ini dipilih karena kebutuhan
7
![Page 8: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/8.jpg)
oksigen untuk reaksi yang dilakukan oleh sel ini setara dengan
senyawa organik yaang didegradasi. Degradasi senyawa ini
terus berlangsung selama oksigen di dalam air masih tersedia.
Hasil degradasi ini menghasilkan sel baru atau pertumbuhan
sel berlangsung.
Mikroba yang dapat memanfatkan senyawa organik ini adalah
mikroba yang tidak dapat melakukan sintesis sel dengan
menggunakan CO2 molekuler sebagai sumber karbon. Mikroba
ini digolongkan sebagai mikroba heterotroph, dan
mikroorganisme yang dapat memanfaatkan CO2 sebagai
sumber karbon untuk pertumbuhan adalah mikroorganisme
autotroph.
Jika air mengandung senyawa organik yang dapat dirombak
oleh mikroorganisme, maka peningkatan kualitas air akan
terjadi di dalam air itu selama kandungan oksigen terlarut
dapat memenuhi kebutuhan untuk reaksi biokimia. Jadi nilai
BOD yang tinggi dari suatu limbah cair yang dibebaskan ke
perairan alami akan menyusutkan kandungan oksigen terlarut
perairan tersebut. Makhluk air tingkat tinggi tidak dapat hidup
di perairan ini akibat dari kebutuhan oksigen untuk
kehidupannya tidak tersedia karena perairan mengandung
senyawa organik sehingga mendorong tumbuhnya bakteri yang
tidak dibutuhkan dan tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangbiakan.
Jika kandungan oksigen terlarut dalam perairan dapat
memenuhi kebutuhan untuk perombakan biokimia dan
kandungan oksigen terlarut dapat mencapai konsentrasi
kejenuhan oksigen terlarut seperti keadaan semula, maka
perairan yang menerima beban itu dinyatakan sebagai perairan
yang dapat memurnikan diri (self purification).
8
![Page 9: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/9.jpg)
Andaikata beban yang diterima sangat berat dan laju reaerasi
tidak dapat mengimbangi laju deoksigenasi, maka sisa beban
akan terus terbawa ke hilir. Jika oksigen terlarut dalam perairan
mencapai nol, maka mikroorganisme yang berperan akan
berganti. Semula mikroorganisme yang aerobik berperan
dalam perobakan pada keadaan perairan masih mengandung
oksigen dan kemudian mikroba yang anaerobik mengambil alih
dalam perombakan pada keadaan perairan kekurangan atau
tanpa oksigen. Produk pengurangan konsentrasi BOD dari dua
jenis reaksi yang berlainan ini akan berlainan pula. Ciri perairan
yang berada dalam keadaan anaerobik adalah bau akibat
pembentukan senyawa H2S dan NH3 .
Watak senyawa pencemar yang dinyatakan sebagai BOD ini
mengakibatkan tolak ukur ini digunakan sebagai tolak ukur
untuk pencemaran perairan. Pemikiran semacam ini tidak
begitu tepat, karena masih ditemui berbagai parameter
kualitas air yang dapat menentukan tingkat pencemaran. Jika
metode penentuan tidak hanya ditentukan oleh perbandingan
nilai analisis suatu parameter kualitas air dari cuplikan dengan
nilai parameter yang ditentukan dengan baku mutu
peruntukan, maka tolak ukur tingkat pencemaran yang hanya
ditentukan oleh nialai hasil analisis BOD saja tidak dapat
diandalkan atau tidak memadai.
8. Chemical Oxigen Demand ( COD )
Senyawa-senyawa yang dikandung oleh air atau limbah cair
tidak semua dapat dirombak oleh mikroorganisma, maka suatu
tolak ukur lain ditentukan untuk menyatakan kebutuhan
oksigen yang diperlukan pada reaksi oksidasi secara kimiawi.
Kebutuhan oksigen untuk reasi ini dinyatakan sebagai Chemical
Oxygen Demand (COD). Nilai COD ini mencakup kebutuhan
oksigen untuk reaksi biokimia, karena senyawa organik yang
dapat didegradasi oleh mikroorganisma dapat dirombak lewat
9
![Page 10: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/10.jpg)
reaksi kimiawi. Jadi nilai COD dari hasil analisis cuplikan akan
selalu memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai BOD dari
cuplikan itu.
Penentuan nilai COD dilakukan dengan senyawa oksidator
K2Cr2O7, maka kemungkinan ditemui senyawa yang mampu
bertahan terhadap oksidasi oleh K2Cr2O7 sangat kecil. Senyawa
yang memiliki watak ini digolongkan sebagai senyawa
refractory. Penyisihan senyawa ini adalah sangat sulit, karena
membutuhkan oksidator yang lebih kuat daripada K2Cr2O7.
9. Senyawa Beracun dan Logam Berat
Istilah senyawa beracun diterapkan untuk menyatakan tingkat
peracunan suatu jenis senyawa bagi menusia yang
menggunakan air dan makluk air. Senyawa-senyawa ini berada
dalam air dalam bentuk padatan terlarut. Berbagai badan
internasional misal WHO, UNEP menetapkan jenis senyawa-
senyawa beracun. Kandungan senyawa beracun ini dapat
mengganggu proses perlakuan limbah yang berdasar
kemampuan mikroorganisma (perlakuan secara biologi).
Senyawa beracun, misal Phenol dapat diolah secara biologi
atau kimiawai, tetapi masalah biaya pengolahan akan tambah
tinggi.
Konsentrasi ion-ion logam berat antara lain raksa (Hg), khrom
(Cr). Kadmium (Cd), seng (Zn) dapat meracuni makluk air
sehingga kandungan ion-ion ini dibatasi kehadirannya. Manusia
akan mengalami akibat watak peracunan ini secara langsung
kalau menggunakan air yang memiliki konsentrasi yang tinggi
dari salah satu atau lebih ion-ion ini, atau peracunan tidak
langsung melalui ikan yang mengandung ion-ion ini akibat dari
penghimpunan ion-ion logam berat dalam daging ikan.
Pembuangan lumpur hasil sedimentasi yang berasal dari flok
proses koagulasi ke perairan akan mengakibatkan pelarutan
ion-ion yang berasl dari logam berat ini.
10
![Page 11: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/11.jpg)
3. DASAR PERLAKUAN LIMBAH CAIR
Suatu limbah cair industri yang dibebaskan ke lingkungan dapat
mengakibatkan perairan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Beban
limbah industri ini dapat dikurangi lewat penurunan laju alir, dan penurunan
kekuatan.
Upaya penurunan laju alir dan kekuatan limbah dapat dilakukan dengan
penerapan In Plant Treatment (penanganan pada peralatan proses),
Penerapan perlakuan ini adalah upaya yang dilakukan terhadap peralatan
dan/atau sistem proses sedemikian sehingga jumlah limbah menurun.
Adanya perlakuan ini dapat mengurangi beban unit pengolah limbah dan
meningkatkan efisiensi produksi. Beberapa contoh sederhana adalah :
- perbaikan semua pompa yang bocor,
- penggantian peralatan/instrumen pengukur yang rusak, atau
pemasangan peralatan/instrumen pengukur di peralatan tertentu
sehingga kondisi operasi dapat diamati dengan jelas,
- menjaga kebersihan lingkunagn pabrik dan membuang semua tumpahan
padat ke tempat pembuangan khusus,
- mencari kondisi operasi optimum sehingga terjadi peningkatan efisiensi
produksi,
- mengurangi jumlah pemakaian air dan melakukan sistem daur ulang,
- menggunakan komponen bahan yang lebih rendah tingkat
pencemarannya.
Apabila pencegahan terbentuknya limbah cair sudah dilakukan maka upaya
penurunan kekuatan limbah ini dapat dilakukan dengan penerapan suatu
sistem perlakukan limbah yang didasrkan atas perkiraan kualitas limbah cair.
Sistem perlakuan limbah cair ini dapat dipilah berdasar tahap proses dalam :
1. Perlakuan awal,
2. Perlakuan primer,
3. Perlakuan sekunder,
4. Perlakuan tersier, dan
11
![Page 12: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/12.jpg)
5. Perlakuan lumpur.
Hasil analisa kualitas limbah cair atau watak limbah cair ini dapat
menentukan pemilihan peralatan atau satuan proses dan operasi yang
dibutuhkan untuk menangani suatu jenis limbah. Tabel 1. menyatakan
satuan proses dan operasi yang dicakup dalam suatu kelompok perlakuan.
Persyaratan untuk pemilihan suatu jenis satuan operasi atau satuan proses
ditentukan dari watak limbah dan kinerja dari suatu proses atau operasi itu.
Sistem perlakuan limbah cair yang dipilih harus tidak menghasilkan limbah
lagi baik cair maupun padat, atau sistem perlakuan dapat menghasilkan sisa
operasi perlakuan yang dapat diserap oleh tanah. Jika sistem yang dipilih ini
masih menghasilkan limpahan yang belum memenuhi persyaratan yang
ditentukan, maka perlakuan tersier harus diterapkan.
Tabel 1. Pengelompokan pengolah limbah berdasar tahapan proses.
No
.
Kelompok Satuan Proses dan Satuan Operasi
1 Perlakuan Awal Penyaringan serpihan
Pemisahan padatan diskrit
Pemisahan minyak dan lemak
2 Perlakuan Primer Netralisasi
Koagulasi dan Flokulasi
Sedimentasi
Flotasi
3 Perlakuan Sekunder Kolam Oksidasi
Laguna dengan Aerasi
Proses Lumpur Aktif Konvensional
Modifikasi Proses Lumpur Aktif
Tappered Aeration
Sludge Reaeration
Step Aeration
Contact Stabilisation
High Rate Aeration
12
![Page 13: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/13.jpg)
Oxydation Ditch
Trickling Filter
Rotated Biological Contactor
Fluidized Bed
4 Perlakuan Tersier Penyerapan dengan karbon aktif
Pertukaran ion
Nitrifikasi dan denitrifikasi
Osmosa balik
Elektrodialisis
5 Perlakukan Lumpur Pengurangan kandungan air
Insinerasi
Pencerna aerobik
Pencerna anaerobik
Disamping dikelompokkan berdasar tahap perlakuan diatas, perlakuan
limbah didasarkan pula pada watak proses perlakuan. Berdasar atas watak
perlakuan, perlakuan limbah dipilah menjadi :
1. Perlakuan Fisik,
2. Perlakuan Kimiawi, dan
3. Perlakuan Biologi.
Perlakuan Fisik
Perlakuan fisik adalah perlakuan yang didasarkan pada watak fisik yang
dimiliki oleh senyawa-senyawa atau bahan yang dikandung oleh limbah atau
perlakuan yang menggunakan kaidah mekanika. Padatan tersuspensi dapat
disishkan dari cairan dengan cara sedimentasi atau flotasi.
Perlakukan fisik meliputi penentuan saluran pembuangan. Dimensi saluran
pembuangan harus dipilih sedemikian kecepatan linier aliran dalam saluran
>=2 ft/detik (0,6 m/detik) agar partikel tidak mengendap di saluran, karena
partikel yang mengendap akan menyumbat saluran dan mudah
terdekomposisi secara anaerobik sehingga menimbulkan bau. Akan tetapi
kecepatan ini harus lebih kecil dari 8 ft/detik (2,5 m/detik), karena pada
13
![Page 14: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/14.jpg)
kecepatan yang terlalu tinggi padatan organik akan pecah dan dapat
menimbulkan bau.
Padatan tersuspensi yang dihasilkan dari perlakuan kimawi misal koagulasi,
yang berupa flok harus dipisahkan secara sedimentasi. Perancangan
sedimentasi didasarkan pada kecepatan pengendapan partikel. Jika operasi
ini digunakan untuk penjernihan maka tangki sedimentasi ini disebut
Clarifier, dan bila produk bawah taangki sedimentasi yang lebih utama
disisihkan maka tangki ini disebut Thickener . Kalau operasi pemisahan
padatan merupakaan sistem perrlakuan limbah cair industri, maka sitem
penyaringan pasir dapat digunakan untuk penghalusan ( polishing )
Pemisahan padatan yang menggunakan udara tekan didasarkan atas
densitas gabungan padatan dan udara yang akan lebih ringan daripada air.
Padatan yang memiliki densitas yang lebih ringan akan mengapung pada
permukaan air dan kumpulan padatan ini akan diambil dengan suatu alat.
Sistem ini disebut sistem pengapungan (flotation). Pemisahan minyak
dengan air dilakukan atas dasar perbedaan densitas.
Penyaringan baik yang didasarkan atas gaya grafitasi, penggunaan tekanan,
atau vakum adalah operasi pemisahan padatan dengan cairan. Pemilihan
sistem bergantung pada nilai ekonomis dari padatan yang dipisahkan serta
konsentrasi padatan di dalam cairan.
Perlakuan Kimiawi
Perlakuan kimiawi adalah perlakuan yang menggunakan senyawa kimia
untuk menyisihkan padatan terlarut atau kandungan ion berbahaya.
Perlakuan kimiawi yang sering harus dilakukan adalah proses netralisasi,
karena limbah cair dapat memiliki pH yang rendah atatu tinggi, dan
penambahan asam atau basa akan menghasilkan pH cairan yang netral.
Perlakuan kimiawi yang sering ditemui adalah proses koagulasi. Proses ini
adalah destabilisasi koloid dan flokulasi. Senyawa atau bahan yang berwatak
koloid adalah senyawa atau bahan yang sulit mengendap atau memiliki
14
![Page 15: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/15.jpg)
waktu pengendapan lama. Peristiwa ini dikibatkan oleh gaya tolak menolak
muatan yang sama pada permukaan partikel yang berdekatan. Proses
destabilisasi koloid adalah proses yang memecah kestabilan koloid sehingga
muatan partikel berubah atau berganti dan partikel dapat saling tarik-
menarik pada saat terjadi tumbukan.
Proses destabilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan anorganik
da/atau bahan polimer sintetik. Bahan anorganik yang digunakan adalah
garam-garam logam bervalensi tinggi, misal Aluminium (III), besi (III), dan
besi (II). Senyawa yang umum digunakan sebagai koagulan adalah alum,
alum amonia, feriklorida, ferosulfat, natrium alumino silikat. Dosis koagulan
tidak dapat ditentukan secara teoritik, karena partikel koloid jarang
merupakan partikel dari senyawa murni. Penentuan dosis koagulan
ditentukan secara percobaan dengan peralatan yang disebut Jar Tes. Hasil
ini digunakan untuk dosis pada operasi nyata.
Polimer sintetik yang digunakan untuk flokulan digolongkan dalam anionik,
kationik, dan nonionik. Senyawa dasar umum yang dipakai adalah
poliakrilamida dan turunannya. Proses destabilisasi dengan polielektrolit ini
selain pengubahan muatan juga pembentukan jembatan antar partikel.
Unit yang digunakan harus memiliki pengaduk dengan putaran yang cepat
dan limpahan unit ini masuk tangki koagulasi. Proses yang berlangsung
dalam unit ini adalah upaya tumbukan yang semakin sering dan waktu yang
relatif lama agar partikel makin besar. Jika bentuk partikel besar, maka
densitas diharapkan tinggi, sehingga pemisahan dengan air dilakukan atas
perbedaan densitas. Pemisahan dilakukan dalam tangki sedimentasi.
Operasi penapisan tidak dapat digunakan karna partikel akan cepat
menyumbat pori media penapis.
Perlakuan Biologi
Sistem perlakuan biologi untuk perlakuan limbah cair industri dapat dipilih
dari perlakuan aerobik dan perlakuan anaerobik. Persyaratan untuk
pemilihan sistem ini adalah nilai BOD. Jika nilai BOD lebih kecil dari 4000
15
![Page 16: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/16.jpg)
mg/l maka perlakuan aerobik dapat diterapkan. Andaikata nilai BOD lebih
besar dari 4000 mg/l maka perlakuan anaerobik harus dipilih.
Proses lumpur aktif (Activated Sludge Process) adalah salah satu proses
perombakan senyawa organik oleh biomassa. Proses ini merupakan
perlakuan biologi yang lentur, karena mikroorganisma dapat memulihkan
kemampuan sesudh waktu aklimatisasi dalam waktu singkat, baik dalam
menanggulangi beban kejut (shock load) atau senyawa yang relatif beracun
bagi mikroba yang digunakan dan berupa biakan campuran (mixed culture).
Proses lumpur aktif konvensional disusun oleh bioreaktor atau tangki aerasi,
dan tangki sedimentasi atau klarifikasi. Kinerja proses ini kurang
memuaskan, maka dirancang berbagai modifikasi. Proses lumpur aktif ini
memanfaatkan biakan campuran yang bekerja dalam keadaan aerobik dan
menggunakan senyawa organik di dalam air limbah sebagai substrat yang
berarti menyisihkan senyawa itu serta mengubah ke sel baru serta senyawa-
senyawa anorganik yang stabil. Penguraian senyawa organik ini
menghasilkan pertumbuhan sel mikroorganisma. Sesuai dengan analisa sel
mikroorganisma maka bila penguraian limbah dapat menghasilkan
pertumbuhan sel, maka harus mengandung :
1. unsur utama yang terdiri dari : C, H, O, N, dan P
2. unsur minor yang terdiri dari : K, Na, Mg, Ca, S, dan Cl.
Jika di dalam limbah tidak trdapat unsur-unsur tersebut maka perlu
ditambahkan kekurangan zat tersebut sebagai nutrisi tambahan. Sebagai
perbandingan umum kandungan N : BOD5 = 1 : 36, dan P : BOD5 = 1 : 100
(BOD : N : P = 100 : 5 : 1).
Konsentrasi substrat dinyatakan dalam satuan mg BOD/lt dan konsentrasi
biomassa dinyakan dalam satuan mg MLSS/lt (MLSS : Mixed Liquor
Suspended Solid). Mikroorganisma yang ada dalam Mixed Liquor ini
dinyatakan sebagai MLVSS (Mxed Liquor Volatile Suspended Solid), dan nilai
ini akan selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai MLSS. Hubungan
antara MLVSS dan MLSS ini adalah linier. Di dalam proses lumpur aktif
kandungan MLSS di dalam tangki Aerasi dipertahankan dalam rentang 2000
16
![Page 17: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/17.jpg)
– 4000 mg MLSS/lt. Sebagai tolok ukur yang digunakan adalah SVI (Sludge
Volume Index).
Persamaan reaksi yang berlangsung dalam bioreaktor secara sederhana
dinyatakan sebagai :
Senyawa organik + Oksigen massa sel + CO2 + H2O + energi
mikroba
Kebutuhan oksigen dapat disuplai secara alam. Pemenuhan kebutuhan
oksigen secara alam ini kurang memadai sehingga waktu penguraian akan
berjalan lamban. Untuk mempersingkat waktu penguraian maka pemenuhan
kebutuhan oksigen dilakukan dengan :
1. Udara tekan lewat difuser, dan
2. Pengadukan permukaan.
Kriteria peralatan ini bergantung pada kebutuhan udara, keseragaman yng
dikehendaki, luas permukaan bioreaktor, kedalaman cairan dalam
bioreaktor, kebutuhan energi per kg oksigen yang dapat disediakan, dan
waktu tinggal.
Rancangan tangki sedimentasi didasarkan atas konsentrasi padatan yang
masuk, konsentrasi padatan yang terbawa dalam aliran bawah, konsentrasi
padatan yang terbawa dalam limpahan. Biasanya rancangan tangki
didasrkan pada hasil batch settling test.
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja sistem pemroses ini
adalah faktor fisis, kimiawi dan biologi. Penilaian faktor lingkungan
ditunjukkan pada aktivitas biomassa di dalam sistem yang meliputi
pemeliharaan aktivitas mikroba, kelayakan pengolahan oleh mikroba, dan
pemebasan limpahan sistem.
Faktor fisis mencakup temperatur, tekanan osmosa, dan tekanan oksigen.
Temperatur berkaitan dengan jenis mikroba yang berperan pada temperatur
optimum pertumbuhan (psychrophilic, mesophilic, dan thermophilic).
Tekanan osmosa berkaitan dengan salinitas cairan dan kandungan garam
17
![Page 18: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/18.jpg)
yang berkisar antara 500 – 35.000 mg/lt tidak akan mempengaruhi aktivtas
mikroorganisma. Tekanan hidrostatik tidak berpengaruh pula pada aktivitas
miroba. Oksigen molekuler atau oksigen terlarut harus ada dalam cairan dan
kriteria rancangan menyatakan bahwa konsentrasi oksigen adalah 2 – mg/lt.
Faktor kimiawi meliputi pH, kehadiran senyawa asam atau basa, kehadiran
pereaksi oksidasi atau reduksi, kehadiran senyawa-senyawa yang beracun
bagi pertumbuhan mikroba, misal senyawa logam berat. Lemak dapat
mematikan aktivitas mikroba, karena lemak akan menyelimuti sel sehingga
peralihan substrat dan oksigen akan dihambat.
Inti perancangan proses ini adalah perancangan bioreaktor dan kebutuhan
oksigen. Perancangan bioreaktor yang dilakukan didasarkan pada
persamaan model kinetik yang diajukan oleh Monod dan BSRT. Parameter ini
untuk setiap jenis substrat akan berlainan, maka parameter ini harus
dikuasai sebelum perancangan dilakukan. Juka parameter ini telah diketahui,
maka simulasi dapat dilakukan dengan pembentukan model yang sesuai
sesudah modl itu diuji dengan berbagai percobaan.
Kebutuhan oksigen di dalam bioreaktor dapat dihitung secara teoritik
dengan penerapan neraca oksigen. Konsumsi oksigen didasarkan pada dua
kelompok mikroorganisma :
1. heterotroph yang melakukan oksidasi sumber karbon, dan
2. bakteri nitrifikasi yang melakukan oksidasi senyawa nitrogen.
Jika kebutuhan oksigen untuk nitrifikasi diabaikan maka kebutuhan oksigen
nyata tidak dapat dipenuhi.
Proses pengolahan biologi merupakan sistem pengolahan yang lentur dan
tahan terhadap perubahan beban. Pengendalian operasi sistem ini relatif
mudah, tetapi perancangan sistem ini membutuhkan berbagai parameter
kinetik.
Kelenturan proses ini membuka peluang yang besar bagi penerapan sistem
ini untuk mengolah berbagai jenis limbah industri dengan persyaratan
18
![Page 19: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/19.jpg)
kandungan senyawa yang beracun untuk pertumbuhan mikroorganisma
harus ditepati. Penambahan logam alkali tanah atau amonium ion yang
berlebih dapat meracuni mikroba.
Biakan campuran yang dibutuhakan untuk proses ini dapat dikembangiakkan
dari lumpur sungai yang telah menerima beban, atau limbah rumah tangga,
atau lumpur dari sistem sejenis. Proses ini adalah proses aerobik terbuka,
sehingga biakan murni yang biasa dipasarkan tidak akan menghasilkan
kinerja yang tinggi akibat persaingan dengan biakan yang ditemui di alam
bebas. Biakan murni hanya dapat digunakan dalam bejana yang tertutup
dengan kondisi yang aseptik.
4. ANALISA MASALAH
Analisa kualitas limbah meliputi banyak komponen dan karenanya
melibatkan banyak peralatan/instrumen. Komponen limbah yang menjadi
persyaratan dan peralatan/instrumen yang dianjurkan untuk digunakan
tercantum dalam lampiran SK Men KLH No. 2/1998.
Peralatan Analisa.
Beberapa hal yang ingin dikemukakan disini berkaitan dengan pemilihan
instrumen adalah bahwa setiap instrumen mempunyai spesifikasi tersendiri,
yaitu :
-Accuracy, yaitu ketelitian suatu alat analisa dalam menyatakan hasil
pengukuran, besaran yang dinyatakan dalam % terhadap skala
penuh, artinya pada daerah skala pembacaan rendah hasil yng
dipenuhi mempunyai kesalahan yang jauh lebih besar. Besaran ini
berasal dari ketepatan pembuatan alat dan ditentukan oleh pabrik
pembuatnya, dan ditentukan oleh ketelitian komponen, mekanis dan
mutu bagian-bagian alat pengukuran. Besaran ini dapat diketahui
dengan melakukan kalibrasi, yaitu membandingkan hasil
pengukuran dengan sesuatu yang diketahui dengan pasti nilainya.
19
![Page 20: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/20.jpg)
-Reproducibility/repeatibility, yaitu kemampuan alat untuk
menghasilkan hasil pengukuran yang sma dalam pengukuran
berulangkali.
-Readibility, yaitu ketelitian pembacaan atau kemungkinan penunjukan
yang dapat ditampilkan suatu saat. Besaran ini dapat diperbaiki
pada alat dengan penunjuk jarum.
-Sensitivity, yaitu kepekaan suatu alat, berupa perbandingan antara
besaran yang ditampilkan alat terhadap perubahan nilai yang
diukur. Pada peralatan elektronik saat ini, besaran ini dapat
diubah0ubah sesuai dengan kemampuan alat.
Harga suatu peralatan analisa tergantung terutama dari baik buruknya
besaran-besaran yang disebutkan di atas.
Sampling
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sampling adalah
bahwa berbagai parameter karakteristik limbah harus diukur segera setelah
cuplikan diambil (in-situ analysis), beberapa parameter dapat dianalisa di
Laboratorium dengan mendapatkan pengolahan pendahuluan segera setelah
dilakukan pengambilan cuplikan dan beberapa parameter lainnya dapat
dianalisa di Laboratorium tanpa perlakuan khusus.
1. Parameter yang harus segera dianalisa :
PH, alkalinitas, bikarbonat, CO2, karbonat, chlorine, chlorine dioksida,
kesadahan, daya oksidasi, oksigen terlarut, BOD, ozone, minyak
hidrokarbon, fosfat, silika dan tempertur.
2. Parameter yang harus dianalisa pada hari yang sama, dengan
terlebih dahulu didinginkan :
PH, alkalinitas, bikarbonat, CO2, karbonat, daya oksidasi, fosfat, dan
rodanida.
3. Parameter yang harus dianalisa pada hari yang sama, tanpa
memerlukan perlakuan khusus :
Ammonia, karbon organik, warna, sianida, nitrogen organik,
nitrogen-nitrat/nitrit, bahan yang dapat diekstraksi, kebutuhan
20
![Page 21: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/21.jpg)
oksigen, COD, pestisida, fenol, P-total, piridine, polychlorinated
biphenyl (PCB), salinitas, bahan aktif permukaan, dan sulfida.
4. Parameter yang dapat dianalisa beberapa hari setelah pengambilan
cuplikan dengan pengolahan pendahuluan :
- dengan pendinginan : salinitas
- dengan pembekuan : nitrogen organik, dan silika
5. Parameter yang dapat dianalisa beberapa hari setelah pengambilan
cuplikan tanpa pengolahan pendahuluan :
Padatan terlarut, raksa (Hg), konduktansi (daya hantar listrik),
padatan tersuspensi, kekeruhan, dan tannin.
6. Parameter lainnya dapat dianalisa kapan saja, karena
keberadaannya dalam larutan/air sangat stabil.
5. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT. STARLIGHT GARMENT
SEMARANG
Unit pengolah limbah PT. STARLIGHT GARMENT SEMARANG dilengkapi
dengan susunan alat pemroses yang mendukung proses pengolahan limbah
secara pengolahan biologi.
Pada prinsipnya sistem pengoperasian unit ini dilakukan secara otomatis.
Namun demikian tetap menuntut kedisiplinan kerja dan ketepatan
pengoperasian untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimum.
Jumlah dan kualitas limbah yang harus diolah berfluktuasi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakkontinyuan produksi. Fluktuasi yang terjadi sangat
besar rentangnya sehingga kondisi di bak ekualisasi selalu berubah-ubah.
Kondisi ini mengakibatkaan kondisi operasi pengolahan berubah pula.
Prediksi kondisi operasi ditentukan dengan kerjasama dengan bagian
produksi.
Berikut ini dijelaskan prosedur operasi unit pengolah limbah cair di PT.
STARLIGHT GARMENT SEMARANG
5.1 Saluran Limbah
21
![Page 22: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/22.jpg)
5.1.1. Saringan
Pengolahan awal yang berupa pengolahan fisika adalah pemisahan limbah
cair dengan padatan. Pemisahan ini dilakukan dengan saringan 2 ( DUA )
tahap. Saringan ini akan menghambat padatan yang berupa serat, benang,
plastik dll. Saringan ini setiap shift harus dibersihkan, agar tidak
menghambat aliran limbah.
5.2. Bak Ekualisasi
5.2.1. Pompa Intake
Aliran limbah ke tahap proses berikutnya dari bak ekualisasi menggunakan
pompa intake dengan kapasitas 2 m3/jam. Laju alir limbah ditentukan secara
manual dengan mengatur kerangan kembali. Indikator jumlah limbah yang
dipindahkan diukur dengan water meter. Penentuan laju alir limbah yang
diolah sesuai dengan prediksi produksi selama satu minggu. Penentuan laju
alir ini dilakukan supaya didapat laju alir yang kontinyu untuk proses biologi.
Hal ini dilakukan untuk menjaga supaya tidak terjadi lonjakan beban (shock
loading) pada proses lumpur aktif. Beban kejut ini akan mengakibatkan
pertumbuhan bakteri di bak aerasi akan terganggu.
5.6. Proses Lumpur Aktif
Proses pengolahan limbah yang diterapkan adalah proses lumpur aktif. Alat
pemroses yang digunakan untuk mendukung proses ini adalah Bak Reaerasi,
Bak Aerasi dan Clarifier. Kapasitas Tangki Aerasi sebesar 12.000 m3/hari,
dengan volume efektif sebesar 800 m3. Tangki ini dilengkapi dengan Blower
dan Diffuser untuk sulai Oksigen.
Bak Reaerasi berfungsi juga sebagai tangki penampung lumpur. Tangki ini
dilengkapi dengan sistem aerasi yang terdiri dari Blower dan Difuser.
Clarifier berfungsi untuk memisahkan cairan jernih dengan lumpur biologi
secara sedimentasi. Tangki ini dilengkapi dengan Scrapper yang berputar
22
![Page 23: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/23.jpg)
dengan kecepatan 0.1 rpm. Cairan jernih dialirkan ke Bak Intermediate,
sedangkan lumpur biologi dipompakan kembali ke Bak Reaerasi
Proses Lumpur Aktif adalah merupakan inti dari proses pengolahan limbah
yang bersifat biologi. Proses ini melaksanakan penguraian senyawa organik.
Penguraian dilakukan oleh aktifitas mikroorganisme yang tumbuh
tersuspensi di setiap kedalaman cairan. Hal yang perlu dijaga di dalam
pengoperasian adalah batasan yang menentukan kelangsungan
metabolisme mikroorganisme. Proses ini bersifat aerobik, sehingga
keberhasilan proses ditentukan oleh :
- kontinuitas laju alir limbah,
- temperatur limbah masuk,
- pH limbah yang masuk, dan
- cukupnya aerasi dan nutrisi.
Proses lumpur aktif yang diterapkan adalah proses lumpur aktif
menggunakan karbon aktif. Proses yang diterapkan ini adalah
penggabungan proses fisika dan biologi secara interaktif. Kelebihan
penggunaan kaarbon aktif ini adalah sbb:
- dapat meredam efek racun dan lonjakan beban,
- menjaga kandungan oksigen terlarut sehingga tangki aerasi dapat
dijaga kondisi aerobiknya, sehingga kondisi fluktuasi aerobik-anerobik
tidak terjadi, dan
- menjadi media tumbuh bakteri dan membantu terbentuknya flok
biologi.
5.6.1. Start Up
Ada berbagai metode start up yang diterapkan. Metode start up ini meliputi
diantaranya ; pemilihan bakteri starter dan nutrisi. Bakteri starter dapat
diambil dari alam yaitu yang berupa lumpur sungai, tanah, lumpur sawah,
dsb. Jenis yang lain adalah menggunakan bakteri mutan, dan penggunan
lumpur aktif sejenis yang sudah jadi. Dari berbagai jenis bakteri starter,
lumpur aktif yang sudah jadi merupakan pilihan yang optimum.
23
![Page 24: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/24.jpg)
Pada awal perkembangannya proses lumpur aktif menggunakan bakteri
alam sebagai bakteri starter. Penggunaan bakteri alam ini selain murah, juga
memerlukan waktu aklimatisasi yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan
bakteri sudah merupakan hasil seleksi alam setempat.
Kelemahan penggunaan bakteri alam ini adalah kesulitan dalam hal
percepatan pengembangbiakan. Dengan adanya berbagai jenis bakteri
mengakibatkan adanya persaingan untuk tetap hidup sehingga terjadi
kanibalisme diantara bakteri. Penggunaan bakteri alam ini dapat berhasil
dengan baik bila persediaan makanan dan oksigen cukup baik.
Sesuai dengan perkembangan penggunaan mikrobiologi untuk pengolahan
limbah, maka untuk jenis limbah tertentu dibiakkan suatu jenis mikroba
tertentu yang paling cocok. Biakan mikroba ini disebut sebagai bakteri
mutan.
Penggunaan baakteri mutan ini sangat baik bila kondisi limbah sesuai
dengan lingkungan yang dikehendaki bakteri tersebut. Jenis bakteri yang
dibiakkan biasanyaa monokultur, untuk limbah yang tidak berubah-ubah
seperti industri makanan, petrokimia, dan minyak.
Penggunaan bakteri mutan sebagai bakteri starter sangat membantu karena
perkembangbiakan bakteri ini sangat cepat.
Kelemahan penggunaan bakteri mutan adalah ketahanan bakteri jenis ini
terhadap perubhan lingkungan. Hal ini terjadi karena bakteri mutan
merupakan kultur biakan sintetis sehingga bila lingkungan berubah maka
bakteri alam akan mengganggu populasi bakteri mutan. Penggunaan bakteri
mutan ini menuntut kebersihan lingkungan, perubahan lingkungan yang
kecil, serta jenis nutrisi yang lebih mudah untuk dicerna.
Penggunaan lumpur aktif sebagai bakteri starter adalah untuk mengurangi
tahap pembiakan. Pertumbuhan bakteri dapat dikategorikan dalam $
(empat) tahap pertumbuhan, yaitu :
- tahap lag,
24
![Page 25: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/25.jpg)
- tahap eksponensial,
- tahap stagnasi, dan
- tahap endogen.
Penggunaan lmpur aktif akan menghilangkan tahap lag. Hali ini
mengakibatkan pertumbuhan bakteri akan langsung pada tahap pembiakan
eksponensial. Kelebihan penggunaan lumpur aktif ini adalah ketahanan
kultur mikroba lebih baik karena lumpur aktif ini sudah merupakan komposisi
yang tepat pada kondisi lingkungan setempat. Adapun kelemahannya adalah
lumpur aktif sejenis yang sudah baik jarang tersedia. Kondisi kritis
penggunaan lumpur aktif yang sudah jadi adalah pada saat aklimatisasi.
Pada tahap ini tidak boleh terjadi beban kejut dan fluktuasi pH.
Tahap star up ini adalah tahap awal di dalam pengoperasian tangki aerasi.
Tangki diisi penuh dengan air sungai. Penggunaan air sungai ini adalah
untuk mendapatkan bibit mikroorganisma alami. Setelah penuh, aerator
dihidupkan secara berselang-seling dan dijaga agar jumlah oksigen terlarut
tidak lebih dari 6 ppm.
Tangki pembiakan diisi dengan lumpur aktif yang sudah jadi. Lumpur ini
dipelihara dengan melakukan aerasi dan penambahan nutrisi. Aerasi di
tangki pemnbiakan dilakukan dengan menggunakan Blower yang dilengkapi
dengan difuser halus (fine tube diffuser) . Blower harus selalu dihidupkan
untuk menjaga agar difuser tidak mengalami clogging.
Kandungan MLSS (mixed liquor suspended solid) diperiksa setiap shift.
Pemeriksaan konsentras MLSS dilakukaan dengan menggunakan indek
volume lumpur (slidge volume index). Pengukuran menggunakan gelas ukur
1 (satu) liter. Lumpur yang ditempatkan di dalam gelas ukur dan dibiarkan
mengendap selamaa ½ (setengah) jam.
Konsentrasi lumpur dijaga pada 5000 ppm. Apabila konsentrasi lumpur
melebihi 5000 ppm maka separuh lumpur yang ada di tangki pembiakan
dipompakan ke tangki aerasi sebagai lumpur starter. Tangki pembiakan
25
![Page 26: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/26.jpg)
ditambah air sungai/air hidran dan pembiakan dilakukan sampai mencapai
konsentrasi batas. Hal ini dilakukan selama 10 (sepuluh) hari.
Di dalam tangki aerasi blower dijalankan, penambahan nutrisi dilakukan
dengan menambahkan :
- urea : 100 gr/hari,
- SP-36 : 250 g/hari.
Pada awal dan pertengahan shift kelarutan oksigen diukur dengan DO-meter,
dan konsentrasi MLSS ditentukan dngan mengukur SVI yang diukur dengan
gelas ukur 1 (satu) liter dan diendapkan selama ½ jam.
Pada saat start up lumpur yang terendapkan di tangki pengendapan ke dua
seluruhnya dialirkan kembali ke tangki aerasi lewat tangki pembiakan.
Pada hari ke sebelas terhitung sejak awal start up dilakukan proses
aklimatisasi. Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan limbah produk
netralisasi ke tangki aerasi selama ½ jam setiap shift. Hal ini dilakukan
berturut-turut sampai seluruh limbah diproses di tangki aerasi. Perlakuan ini
adalah untuk menjaga agar mikroorganisme dapat menyesuaikan diri
dengan umpan limbah. Tahap ini adalah tahap yang paling menentukan,
maka sangat diperlukan kecermatan dan kehati-hatian agar tidak terjadi
fluktuasi pH dan lonjakan beban. Kelarutan oksigen dan MLSS diperiksa
setiap awal dan pertengahan shift.
5.6.2. Operasi Normal
Pada kondisi normal limbah yang diolah dialirkan ke tangki aerasi. Laju alir
limbah dijaga tetap dengan mengatur laju alir umpan ke dalam bak
koagulasi. Penentuan laju alir ini diprediksi dari proyeksi produksi selama 1
(satu) minggu. Hal ini perlu dilakukan karena pentingnya kontinuitas umpan
limbah serta untuk menentukan jumlah aerator yang dihidupkan.
26
![Page 27: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/27.jpg)
Setiap aerator mampu memindahkan 16,2 kg O2/jam. Jumlah aerator yang
dihidupkan ditentukan dengan beban BOD5 yang diuraikan. Jumlah BOD5
yang diuraikan adalah laju alir dikalikan konsentrasi. Kebutuhan oksigen
adalah 1 kg BOD5 ekivalen dengan 1,,5 kg oksigen. Kelarutan oksigen dijaga
pada tingkat 4-6 ppm.
Nutrisi yang ditambahkan berdasar hasil pemeriksaan BOD5 yang dilakukan
pada efluen tangki netralisasi. Penentuan BOD5 memerlukan waktu lima hari
untuk analisa maka indikator yang digunakan adalah COD. Korelasi antara
BOD5 dan COD ditentukan secara rata-rata untuk setiap jenis limbah.
Komposisi nutrisi ditentukan dengan menggunakan kriteria BOD5 : N : P =
100 : 5 : 1 .
MLSS yang diharapkan pada tangki aerasi adalah sebesar 2500 ppm.
Konsentrasi ini ditentukan dengan indek volume lumpur. Kondisi lumpur
yang ideal akan berwarna coklat abu-abu dan membentuk flok yang kompak.
Warna hitam menunjukkan bahwa lumpur mengalami degradasi anaerobik.
Kondisi ini akan membuat pH limbah turun.
Efluen tangki aerasi yang mengandung lumpur sebesar 2500 ppm dialirkan
ke tangki pengendapan kedua. Di tangki ini limbah dipisahkan dengan
kotoran (lumpur) secara sedimentasi. Efluen dialirkan ke saringan pasir
sedang lumpur sebagian didaurulang ke tangki aerasi dan sebagian
dibuang. Jumlah lumpur yang didaurulang sebanyak 75%. Lumpur yang
dibuang mengandung karbon aktif. Untuk menjaga kandungan karbon aktif
di dalam tangki aerasi maka karbon aktif perlu ditambahkan sebesar 0,3%
dari lumpur yang dibuang.
5.6.3. Kondisi Khusus
Kondisi khusus adalah terjadinya ketidaknormalan pada jumlah dan kualitas
limbah umpan maupun hasil olahan. Kondisi khusus ini dapat diakibatkan
oleh tiadanya limbah karena produksi berhenti serta adanya kesalahan
operasional.
27
![Page 28: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/28.jpg)
Pada kondisi tidak ada limbah yang masuk berarti tidak ada nutrisi. Sebagai
penanganannya nutrisi dapat digantikan dengan nutrisi buatan seperti pada
saat start up. Bila umpan limbah berhenti pada saat yang agak lama, maka
yang harus dilakukan adalah lumpur hasil sedimentasi didaurulang sedang
aerator hanya dihidupkan satu buah secara berselang-selang setiap 1 (satu)
jam. Tujuan dari pengurangan ini adalah untuk menjaga agar flok biologi
tidak rusak serta tidak terjadi penurunan pH cairan.
Kondisi khusus yang merupakan kesalahan proses adalah terikutnya lumpur
ke dalam aliran efluen dan terbentuknya buih. Fenomena terikutnya lumpur
ini dapat diakibatkan oleh gangguan pada pompa daurulang lumpur, dan
pertumbuhan bakteri yang luar biasa. Ciri terjadinya peristiwa ini adalah
naiknya kandungan oksigen terlarut dan turunnya pH cairan. Tindakan yaang
harus dilakukan adalah mengontrol aerator dan menambahkan urea serta
DAP.
Kondisi operasi apabila di tangki aerasi timbul buih disebabkan oleh
degradasi lumpur secara anaerobik. Hal ini dapat terjadi bila BOD5 terlalu
kecil dibandingkan dengan MLSS. Dengan kecilnya BOD5 maka MLSS akan
tertumpuk dan terjadi degradasi anaerobik. Tindakan yang harus dilakukan
adalah dengan mengurangi aerasi dan membuang sebagian lumpur.
Tindakan tersebut diikuti dengan penyuntikan karbon aktif untuk menyerap
zat racun.
Kondisi yang ekstrem adalah kondisi dimana bak aerasi tidak dioperasikan.
Apabila bak aerasi tidak dioperasikan maka zat organik yang tidak dapat
diendapkan pada tahap koagulasi-flokulasi akan ikut terbuang sebagai
limpahan yang dibebaskan ke lingkungan. Agar mutu buangan memenuhi
persyaratan baku mutu maka dilakukan penambahan oksidator yang berupa
kaporit. Kaporit ini merupakan oksidator kuat disamping berfungsi sebagai
desinfektan untuk membunuh bakteri patogen. Penambahan kaporit pada
28
![Page 29: SOP_Starlight](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022031707/5571f9bb4979599169904a3c/html5/thumbnails/29.jpg)
dosis yang tepat dan waktu kontak yang cukup akan mengoksidasi zat
organik. Model reaaksi penguraian zat organik dengan kaporit adalah :
Zat organik rantai panjang + Ca(OCl)2 => Zat organik terurai
Penentuan dosis penggunaan kaporit ini ditentukan secara percobaan
laboratorium dan pengalaman. Batasan penggunaan kaporit ini adalah sisa
khlorin bebas di dalam air berkisar 0,5-2 ppm. Penggunaan untuk jenis
limbah di PT. KANINDOTEX berkisar 75 – 80 ppm.
5.7. SARINGAN PASIR
Tahap terakhir daari pengolahaan limbah ini adalah pengolahan secara
Fisika. Proses yang diterapkan adalah penyaringan cepat. Tujuan dari
penyaringan ini adalah untuk menjaga apabila terjadi peristiwa terikutnya
lumpur ke dalam efluen tangki pengendapan kedua.
5.8. CLEAR WELL
Sebelum limbah hasil olahan dibuang ke aliran sungai, ditampung di clear
well. Di kolam ini limbah di kontrol kualitasnya atau siap diolah lebih lanjut
untuk didaurulang.
29