sopan hadi ( f05112017 )laporan praktikum anatomi fisiologi tumbuhan tentang penetapan kadar co2...

24
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN “PENETAPAN KADAR CO 2 PADA JARINGAN TUMBUHANDISUSUN OLEH : Nama : SOPAN HADI Nim : F05112017 Kelompok : III ( TIGA )

Upload: sophan-hadie

Post on 26-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sopan

TRANSCRIPT

Page 1: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENETAPAN KADAR CO2 PADA JARINGAN TUMBUHAN”

DISUSUN OLEH :

Nama : SOPAN HADI

Nim : F05112017

Kelompok : III ( TIGA )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

Page 2: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

ABSTRAK

Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang hijau (Phaseolus

radiatus), maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada Kecambah

Kacang Hijau (Phaseolus radiatus). Metode yang digunakan adalah dengan menitrasi

larutan NaOH dengan HCL. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang

ada. Suhu dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi

laju respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2

yang dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu

proses respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang

berada pada suhu ruang.

Pada praktikum mengenai Penetapan Kadar Co2 Respirasi Jaringan

Tumbuhan bertujuan untuk mengetahui laju respirasi dari kecambah kacang hijau

berdasarkan kadar CO2 yang dihasilkan. Penentuan tersebut dilakukan dengan metode

titrasi NaOH dengan HCl. Dilakukan dengan membandingkan 2 perlakuan. Perlakuan

pertama kecambah di biarkan di suhu ruang (25°C) sedangkan perlakuan kedua

kecambah ditaruh di dalam oven bersuhu 40°. Didapatkan hasil bahwa kecambah

yang di taruh di dalam oven memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan

diruangan terbuka. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan oksigen, dan C02.

serta jenis, usia dan ukuran tumbuhan. Suhu yang tinggi menyebabkan laju respirasi

menurun karena enzim yang berperan dalam proses metabolisme mengalami

denaturasi. Selain itu pada oven yang tertutup ketersediaan oksigen jauh lebih sedikit

sehingga proses penangkapan oksigen tidak semaksimal pada suhu ruang sehingga

kadar CO2 yang dihasilkan pun juga tidak sebanyak pada kecambah pada suhu ruang.

Kata kunci : CO2, O2, Respirasi dan Laju Respirasi

Page 3: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

PENDAHULUAN

Hewan, manusia, dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki

kehidupan. Dalam fisiologi ketiganya melakukan respirasi, dimana dilakukan suatu

proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2,

H2O, dan energi. Namun respirasi pada umumnya adalah reaksi redoks, dimana

substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator yang

mengalami reduksi menjadi H2O. Kebanyakan hanya mengetahui proses respirasi

pada hewan dan manusia saja. Ini dikarenakan fisiologi pada hewan dan manusia

cukup jelas sehingga proses respirasinya lebih mudah di amati. Banyak sekali faktor-

faktor dalam penentuan kadar karbondioksida pada jaringan tumbuhan. Agar mudah

memahaminya perlu dibahas berupa tujuan penggunaan NaOH, indikator pp dan

BaCl2, dan perbandingan hasil kadar CO2 yang dihasilkan antara tanaman yang

disimpan pada suhu 40oC dengan suhu ruang ( 25oC ), mana yang lebih besar

kaitannya dengan teori yang ada.

Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Reaksi

respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula

menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury, 1995). Pernapasan

adalah suatu proses untuk mengubah zat-zat menjadi energi pada organisme, menjadi

penting karena pernapasan adalah salah satu bagian dasar proses hidup (Umbara,

2008).

Respirasi dibedakan dalam tiga tingkat :

(1) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana;

(2) oksidasi gula menjadi asam piruvat; dan

(3) transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2,

air dan energy ( Pantastico , 1989).

Page 4: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Dikemukakan juga bahwa besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan

menentukan jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan,

panas yang dihasilkan dan energi yang timbul (Pantastico, 1989 ).

Fotosintesis  menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan

mahluk hidup lainnya. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut

respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik

menjadi senyawa anorganik. `Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang

terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam hal ini

respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa

organik menjadi CO2, H2O dan energi . (Lovelles, 1997). Bahan organik yang

dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai

berikut (Krisdianto, 2005).:

C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6H2O + Energi

Respirasi dan metabolisme karbon yang terkait di dalamnya melepas energi

yang tersimpan di dalam senyawa karbon dengan cara yang terkontrol untuk

digunakan oleh sel.  Pada waktu yang bersamaan, respirasi menghasilkan banyak

senyawa karbon yang dibutuhkan sebagai prekursor untuk biosintesis senyawa

organik lainnya.  Respirasi aerob merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir

semua organisme eukariot, dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan

mirip dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi

beberapa aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi

hewan.  Respirasi aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi

molekul organik secara terkontrol.  Selama respirasi, energi bebas dilepas dan

disimpan sementara dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan

perkembangan tumbuhan (Tjitrosomo, 1987). Proses respirasi diawali dengan adanya

penangkapan O2 dari lingkungan. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke

dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel,

sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan

Page 5: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Sedangkan

untuk menghitung respirasi dapat menggunakan koefisian respirasi (KR), yaitu

perbandingan CO2 dengan O2 (Kamariyani, 1984).

Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan

biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ.

Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau

tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).

Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan

dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan

menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energy (Putra,

2010).

Oksigen sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah

melakukan respirasi aerob untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma

yang kaya akan lemak. Cadangan makanan yang digunakan dalam respirasi ini,

berfungsi sebagai substrat yang dapat menghasilkan energi dalam menyokong proses

pembelahan sel dan metabolisme sel lainnya (tahap awal pertumbuhan) (Achmad,

2010).

Karena kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) merupakan suatu

organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah

bisa melakukan pernapasan. Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang

hijau (Phaseolus radiatus), maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada

Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus).

Substrat respirasi meliputi senyawa karbohidrat, glukosa, fruktosa, sukrosa,

pati, lipid, asam-asam organik, dan protein. Proses respirasi yang dominan terjadi

pada bagian tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan melakukan metabolisme, yaitu:

tunas, biji yang berkecambah, ujung tunas, ujung akar, serta kuncup bunga. 

Hubungan respirasi dengan lintasan metabolisme lain di dalam tumbuhan dapat

dilihat melalui glikolisis, lintasan pentosa fosfat, serta siklus asam sitrat (Achmad,

2010).

Page 6: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia

jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal

meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan daya

tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya rendah

umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan

ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi CO2 dalam

chamber. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di antara 0-35° C

kecepatan reaksi akan berlangsung dua atau tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan

suhu 10° C (Wills et al., 1981). Penurunan suhu penyimpanan akan menurunkan laju

respirasi tumbuhan karena penurunan suhu dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia

yang terjadi di dalam jaringan tumbuhan. Laju pernapasan adalah berat CO2 yang

dihasilkan per satuan berat bahan pada selang waktu tertentu, dengan dimensi

satuannya mg CO2/kg.jam. Dengan pengukuran O2 dan CO2 dimungkinkan untuk

mengevaluasi sifat proses pernapasan ( Umbara, 2008 ) .

Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi

CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2, sejalan dengan

meningkatnya suhu. CO2 merupakan salah satu hasil atau produk dari

respirasi. Respirasi dan fotosintesis sangat berpengaruh dengan temperatur. Sedikit

perubahan temperatur akan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi. Beberapa

jenis tanaman mengalami ini, temperatur akan mempengaruhi fotosintesis yang juga

akan mempengaruhi laju respirasi atau sebaliknya ( Atkin, 2007 ) .

Efek ekosistem peningkatan tingkat CO2 di atmosfer akan tergantung pada

status gizi hutan tertentu. Hutan produksi meningkat akan terjadi di mana tanah

mengandung nitrogen yang memadai. Di daerah di mana nitrogen membatasi, kadar

CO2 tinggi tidak akan meningkatkan pertumbuhan pohon - meskipun fotosintesis

dapat meningkat. Tanpa nitrogen yang cukup, pohon-pohon tidak dapat menggunakan

CO2 tambahan untuk pertumbuhan. Karbon tambahan digunakan oleh organisme

Page 7: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

tanah dan respirasi ke atmosfer. Selain berkontribusi terhadap penumpukan CO2 di

atmosfer perubahan tersebut di foodweb tanah, yang mengontrol ketersediaan hara

bagi tanaman, bisa memiliki efek jangka panjang pada fungsi ekosistem. Tingkat CO2

meningkat, pertumbuhan tanaman. dan hasil pertanian akan meningkat sebagai akibat

dari peningkatan tingkat fotosintesis dan peningkatan efisiensi penggunaan air.

Peningkatan kadar peningkatan pertumbuhan tanaman CO2 pada tumbuhan C3 seperti

kapas (Gossypium hirsutum L.) dan kedelai dengan meningkatkan luas daun dan

fotosintesis per satuan luas daun, sedangkan pada tanaman C4 seperti jagung (Zea

mays L.) dan sorgum, peningkatan pertumbuhan adalah hasil menurunkan

konduktansi stomata dan peningkatan efisiensi penggunaan air ( Reeves, 1994 ) .

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya

pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara

organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak

banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan

tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara

( Yasa, 2009).

Dilihat dari jenis dan umur tumbuhan bahwa masing-masing spesies tumbuhan

memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk

berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan

laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada

organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan (Yasa, 2009).

Dalam praktikum kali, Masalah yang diangkat penulis adalah bagamana

pengaruh laju respirasi kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) pada suhu yang

berbeda Berdasarkan masalah tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan

kadar CO2 kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) pada suhu yang berbeda.

Page 8: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

METODOLOGI

Praktikum mengenai penetapan kadar CO2 pada jaringan tumbuhan

dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 Maret 2014 di laboratorium pendidikan biologi,

fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul

13.00-selesai WIB.

Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang

digunakan berupa neraca analitik, pipet tetes, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, oven,

statif, klem buret dan botol selai. Sedangkan bahan yang digunakan berupa kecambah

kacang hijau ( Phaseolus radiatus ), NaOH 10 M, BaCL2 0,2 M, indicator pp, kain

kassa, alumunium foil, dan benang.

Prosedur pelaksanaan dalam praktikum kali ini adalah pertama masukkan 10 M

NaOH sebanyak 10 ml kedalam botol selai sebanyak 2 buah, kedua timbang 5 gr

kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) kemudian bungkusdengan kain kassa

dan masukan dalam masing – masing botol selai dengan keadaan mengantung

( jangan terkena NaOH ), ketiga tutup aluminium foil dan tutup dengan tutup botol

selai, keempat masukkan 1 botol selai kedalam oven dengan suhu 400C dan 1 botol

selai lainnya diletakkan pada suhu ruangan selama 24 jam, setelah 24 jam diambil 2

ml NaOH pada masing – masing botol selai lalu masukan ke erlenmeyer ditambah 3

tetes indikator pp dan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml, kemudian titrasi dengan

HCL 1 M sampai larutan berubah warna menjadi warna merah muda / pink dan

dihitung kadar CO2 dengan rumus sebagai berikut :

K adar CO2=1.000 ×Volume Titran(HCL)× Mr Sampel (NaOH )

1.000 ×Volume Sampel(NaOH )

Page 9: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan Hasil Pengukuran Kadar CO2

Kelompok

Volume Titran (Perlakuan)Kadar CO2

(Oven)

Kadar CO2

(Suhu

ruangan)

Oven Suhu ruangan

1 1,1 1,5 22 mg/L 30 mg/L

2 1,3 2,1 26 mg/L 42 mg/L

3 1,4 1,7 28 mg/L 34 mg/L

4 1,7 1,6 34 mg/L 32 mg/L

5 1,5 1,5 30 mg/L 30 mg/L

6 1,7 1,5 34 mg/L 30 mg/L

Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang

digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk

menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar

pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen

yang banyak pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu

organisme antara lain: umur atau usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang

dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya

juga mempengaruhi rata-rata pernapasan (Dwidjoseputro,  1986).

Pada praktikum ini digunakan bahan Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus

radiatus) untuk menetapkan laju respirasi yang dapat dilihat dari banyaknya kadar

CO2. Kadar CO2 tersebut dapat diketahui dari hasil titrasi sampel (NaOH) dangan

menggunakan HCL. Semakin banyak CO2 yang dihasilkan, maka semakin banyak

pula HCL yang digunakan untuk titrasi, yang manunjukkan laju respirasi dari

kecambah tersebut. NaOH di sini berperan dalam mengikat CO2. Sedangkan fungsi

penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen

Page 10: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator

PP dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa

dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda

akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian.

Untuk perlakuan pada suhu ruang (25°C) pada botol 1 memerlukan volume

HCl sebanyak 1,5 ml untuk mengubah larutan menjadi berwarna merah muda

sedangkan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu sebesar

30 mg/L, pada botol 2 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak 2,1 ml untuk

mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 42 mg/L, lalu

pada botol 3 disuhu ruangan memerlukan volume HCL sebanyak 1,7 ml untuk

mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L, pada

botol 4 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak 1,6 ml untuk mengubah

warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 32 mg/L kemudian pada

botol 5 dan 6 disuhu ruangan memerlukan volume HCL sebanyak 1,5 ml untuk

mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 30 mg/L.

Sedangkan untuk perlakuan dalam oven (40°C) pada botol 1 memerlukan volume

HCl sebanyak 1,1 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 22 mg/L. Pada botol 2

yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 1,3 ml dan kadar CO2 yang

dikeluarkan sebesar 26 mg/L. Lalu pada botol 3 memerlukan volume HCL sebanyak

1,4 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 28 mg/L. Pada botol 4 memerlukan

volume HCL sebanyak 1,7 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L.

Pada botol 5 memerlukan volume HCL sebanyak 1,5 ml dan kadar CO2 yang

dikeluarkan sebesar 30 mg/L. Pada botol 6 memerlukan volume HCL sebanyak 1,7

ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 34 mg/L.

Dari data yang didapat pada botol 1,2 dan 3 sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang ada. Suhu

dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju

respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2 yang

Page 11: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu proses

respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang berada pada

suhu ruang.

Kadar CO2 yang dihasilkan pada kecambah yang diberi perlakuan dengan

dimasukkan kedalam oven 40o selama 24 jam lebih sedikit dibanding kecambah pada

suhu ruang, disebabkan pada peningkatan suhu mencapai 40oC atau lebih, laju

repirasi melahan menurun, karena enzim yang diperlukan mulai mengalami

denaturasi, sehingga memperlambat metabolic yang terjadi. Bila suhu meningkat

sampai 30 atau 35oC, laju respirasi akan meningkat, tapi lebih lambat. Hal ini terjadi

karena pada suhu yang tinggi inilah laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau

periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat

(, Frank B. Salisbury dan Ross, Cleon, 1995).

Sedangkan pada botol 4, 5 dan 6 kadar CO2 lebih banyak didalam oven

daripada didalam suhu ruangan karena ini mungkin disebabkan oleh factor usia dan

ukuran kecambah karena menurut Yasa, (2009), bahwa kalau dilihat dari jenis dan

umur tumbuhan bahwa masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan

metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda

pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih

tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang

sedang dalam masa pertumbuhan .

Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan

sebagai berikut:

I. CO2(g) CO2(g) (1)

II. CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq) (2)

NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) +

H2O(l) (3)

Page 12: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) +

H2O(l) (4)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena

bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- .

Saat sampel dititrasi dengan HCL, maka terjadi reaksi :

(1) CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4)

(2) Na2CO3(s)+ BaCl2 (l) 2NaCl(l)+ BaCO3(aq)

BaCO3(aq) + 2HCl(l) BaCl 2(l) + CO2(g) + H2O(l)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Penetapan Kadar Co2 Respirasi Jaringan

Tumbuhan maka dapat disimpulkan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, CO2,

dan oksigen dan usia dan ukuran kecambah . Laju respirasi pada kecambah biji

kacang hijau lebih tinggi pada suhu ruang (25°C) dibandingkan di dalam oven

(40°C). Hal ini karena bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan,

Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu

meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih

lambat, jadi Q10 mulai menurun. Selain itu pada suhu tinggi enzim yang berperan

dalam proses metabolisme akan mengalami denaturasi sehingga proses respirasi akan

berlangsung lebih lama.

Page 13: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Dalam oven oksigen

yang tersedia jauh lebih sedikit dibanding ruangan terbuka sehingga laju respirasi

menurun.

Faktor lain yaitu CO2, dimana CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi

didalam oven tidak diimbangi dengan tersedianya oksigen. Adapun kadar CO2 yang

dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau dapat menjadi tolak ukur laju respirasi yang

dilakukan oleh kecambah kacang hijau tersebut.

Sedangkan factor dari jenis dan umur serta ukuran tumbuhan bahwa masing-masing

spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan

tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan

muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.

Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan .

Pada botol 4, 5 dan 6 didalam oven lebih banyak kadar CO2 nya daripada pada

suhu ruangan karena mungkin factor dari jnis, usia dan ukuran dari kecambah

tersebut .

REFERENSI

Achmad, Balie. 2010. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan. http : //

arcturusarancione. Wordpress. Com / 2010 / 06 / 28 / penetapan – kuosien –

respirasi – jaringan – tumbuhan /. (Diakses, Sabtu 7 Mei 2011).

Atkin O. K., Scheurwater I, Pons T. L. 2006. Respiration as a percentage of daily

photosynthesis in whole plants is homeostatic at moderate, but not high,

growth temperatures. Journal compilation 368.

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Kamariyani. 1984. Fisologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 14: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarbaru: FMIPA

Universitas Lambung Mangkurat.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.

Jakarta: PT Gramedia.

Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah - buahan dan

Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Putra, Issanto. 2010. Penetapan Kuosien Jaringan Tumbuhan. http: // 4thena.

wordpress. Com / category / fisiologi – tumbuhan /. (Diakses, Sabtu 7 Mei

2011).

Reeves. 1994. Elevated Atmospheric Carbon Dioxide Effects On Sorghum And

Soybean Nutrient Status.). journal of plant nutrition, 17(11), 1939-1954

(1994).

Salisbury, Frank B. dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :

Penerbit ITB.

Simbolon, Hubu. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Umbara, Danu S. 2008. Pengembangan Teknik Modified Atmosphere Packaging

untuk Sayuran Campuran Terolah Minimal.

http://webcache.googleusercontent.com/search?

q=cache:VXsSje3QQaQJ:repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/

123456789/13949/DANU%2520UMBARA%2520S_F2008.pdf?sequence

%3D2+kuosien+respirasi+tumbuhan+kecambah+pdf&hl=id&gl=id.

(Diakses, Sabtu 7 Mei 2011).

Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981. Postharvest. An

Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and vegetables. New

South Wales University Press Limited. Kensington, N.S.W. Australia.

Page 15: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Yasa, I Komang Jaya Santika. 2009. Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor.

http://www.idonbiu.com. ( Diakses pada tanggal 10 Mei 2012).

LAMPIRAN

PERHITUNGAN KADAR CO2

Kadar CO2 =1000xv titran(HCL) x Mr sampel(NaOH)

1000 xV sampel (NaOH)

Kelompok 1

Kadar CO2Oven = 1000 x 1,1 x 40

1000 x2 ml =

44.0002. ooo

= 22 mg/L

Kadar CO2 ruangan = 1000 x 1,5 x40

1000 x2 ml =

60.0002. ooo

= 30 mg/L

Kelompok 2

Kadar CO2Oven = 1000 x 1,3 x40

1000 x2 ml =

52.0002. ooo

= 26 mg/L

Kadar CO2ruangan = 1000 x 2,1 x 40

1000 x2 ml =

84.0002. ooo

= 42 mg/L

Kelompok 3

Kadar CO2Oven = 1000 x 1,4 x 40

1000 x2 ml =

56.0002. ooo

= 28 mg/L

Page 16: SOPAN HADI ( F05112017 )Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan Tentang Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan

Kadar CO2ruangan = 1000 x 1,7 x 40

1000 x2 ml =

68.0002. ooo

= 34 mg/L

Kelompok 4

Kadar CO2oven = 1000 x 1,7 x 40

1000 x2 ml =

68.0002. ooo

= 34 mg/L

Kadar CO2ruangan = 1000 x 1,6 x 40

1000 x2 ml =

64.0002. ooo

= 32 mg/L

Kelompok 5

Kadar CO2oven = 1000 x 1,5 x40

1000 x2 ml =

60.0002. ooo

= 30 mg/L

Kadar CO2ruangan = 1000 x 1,5 x40

1000 x2 ml =

60.0002. ooo

= 30 mg/L

Kelompok 6

Kadar CO2oven = 1000 x 1,7 x 40

1000 x2 ml =

68.0002. ooo

= 34 mg/L

Kadar CO2ruangan = 1000 x 1,5 x40

1000 x2 ml =

60.0002. ooo

= 30 mg/L