solusio plasenta2

23
ASKEP IBU DENGAN SOLUSIO PLASENTA A. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. (Winkjosastro,2002) Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. (Mochtar,1998) Menurut Manuaba,1998. Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III. Angka kejadian 1 : 80 persalinan ; Solusio plasenta berat angka kejadian = 1 : 500 – 750 persalinan Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi : i. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20% ii. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80% Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri [hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation. Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari plasenta yang

Upload: kadek-bayu-dwipermana

Post on 01-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

solusio plasenta2

TRANSCRIPT

Page 1: solusio plasenta2

ASKEP IBU DENGAN SOLUSIO PLASENTA

A. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal

pada uterus sebelum janin dilahirkan. (Winkjosastro,2002)

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan

28 minggu. (Mochtar,1998)

Menurut Manuaba,1998. Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta

sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III.

Angka kejadian 1 : 80 persalinan ; Solusio plasenta berat angka kejadian = 1 :

500 – 750 persalinan

Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :

i. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%

ii. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%

Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri

[hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas,

komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan

Disseminated Intravascular Coagulation.

Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya

sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan

umumnya tidak berat.

Kadang-kadang, plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar

terperangkap dibalik selaput ketuban (relativelly concealed) 30% perdarahan

antepartum disebabkan oleh solusio plasenta.

Page 2: solusio plasenta2

B. ETIOLOGI

Penyebab utama tidak jelas.

a) Faktor resiko :

i. Peningkatan usia dan paritas

ii. Preeklampsia

iii. Hipertensi kronis

iv. KPD preterm

v. Kehamilan kembar

vi. Hidramnion

vii. Merokok

viii. Pencandu alkohol

ix. Trombofilia

x. Pengguna cocain

xi. Riwayat solusio plasenta

xii. Mioma uteri

b) Faktor pencetus :

i. Versi luar atau versi dalam

ii. Kecelakaan

iii. Trauma abdomen

iv. Amniotomi ( dekompresi mendadak )

v. Lilitan talipusat - Tali pusat pendek

C. PATOFISIOLOGI

Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis.

Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.

Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh

hematoma desidua yang terjadi.

Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat

kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma

retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas

menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.

Page 3: solusio plasenta2

Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak

mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat

merembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan

yang keluar ( revealed hemorrhage/perdarahan keluar)

Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)

1 Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh

2 Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih

menempel dengan baik pada dinding uterus

3 Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban

4 Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar

5 Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus

couvellair

D. KLASIFIKASI

a) Menurut derajat lepasnya plasenta :

i. Solusio plasenta partsialis

Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.

ii. Solusio plasenta totalis

Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.

iii. Prolapsus plasenta

Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

b) Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :

i. Solusio plasenta ringan.

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang

tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna

kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak

tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

ii. Solusio plasenta sedang.

Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat

timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu

perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.

Page 4: solusio plasenta2

iii. Solusio plasenta berat.

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita

shock.

E. MANIFESTASI

a) Anamnesis.

Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna

kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang

disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan

kematian janin intra uterin.

b) Pemeriksaan fisik.

Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

c) Pemeriksaan obstetri.

Nyeritekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai,

denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan

karena tercampur darah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu

protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen,

dan elektrolit plasma.

b) Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.

c) USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

Page 5: solusio plasenta2

G. PENATALAKSANAAN

a) Tindakan gawat darurat

Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta

bertambah luas yang manifestasinya adalah :

1. Perdarahan bertambah banyak

2. Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi

3. Gawat janin

maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan

tindakan yang harus segera diambil adalah memasang infus dan

mempersiapkan tranfusi.

b) PERSALINAN PERVAGINAM

Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau

luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera

berakhir.

Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan

amniotomidengan tujuan untuk :

i. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan

mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam

sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC).

ii. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat

merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam

membuka servik)

Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak

segera diikuti dengan tanda-tanda persalinan.

c) SEKSIO SESAR

Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anakTindakan seksio

sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat,

misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 –

4 cm. Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan

tindakan seksio sesar pada kasus solusio plasenta.

Page 6: solusio plasenta2

H. KOMPLIKASI

a) Koagulopati konsumtif

Koagulopati konsumtif dalam bidang obstetri terutama disebabkan oleh

solusio plasenta. Hipofibrinogenemia ( < 150 mg/dL plasma) yang disertai

dengan peningkatan kadar FDP dan penurunan berbagai faktor pembekuan darah

terjadi pada 30% penderita solusioplasenta berat yang disertai dengan kematian

janin.

Mekanisme utama dalam kejadian ini adalah terjadinya koagulasi

intravaskular akibat masuknya“tromboplastin” yang berasal dari uterus kedalam

darah dan sebagian kecil merupakan akibat dari pembekuan darah retroplasenta.

Akibat penting dari terjadinya koagulasi intravaskular adalah aktivasi

plasminogen menjadi plasmin yang diperlukan untuk melakukan lisis

mikroemboli dalam mekanisme untuk menjaga keutuhan mikrosirkulasi.

Hipofibrinogenemia berat tidak selalu bersamaan dengan trombositopenia,

trombositopenia umumnya baru terjadi setelah tranfusi darah yang berulang.

Hipofibrinogenemia jarang terjadi pada keadaan dimana solusio plasenta

tidak disertai dengan kematian janin intra uterin.

b) Gagal ginjal

Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan sering

disebabkan oleh penanganan renjatan hipovolemia yang terlambat atau kurang

memadai. Drakeley dkk (2002) menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72

orang wanita dengan gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio

plasenta

Gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh perdarahan pasif. 75%

kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler akut bersifat tidak permanen

Lindheimer dkk (2000) nekrosis kortikal akut dalam kehamilan selalu

disebabkan oleh solsuio plasenta

c) Uterus couvelaire

Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan apopleksia uterus

yang disebut sebagai uterus couvelair.

Page 7: solusio plasenta2

Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba, ligamentum latum atau

ovarium. Jarang menyebabkan gangguan kontraksi uterus, jadi bukan merupakan

indikasi untuk melakukan histerektomi

d) PROGNOSIS

Mortalitas maternal 0.5 – 5% dan sebagian besar disebabkan gagal ginjal

atau gagal kardiovaskular. Pada solusio plasenta berat, mortalitas janin mencapai

50 – 80% Janin yang dilahirkan memiliki morbiditas tinggi yang disebabkan

oleh hipoksia intra uterin, trauma persalinan dan akibat prematuritas.

Page 8: solusio plasenta2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Biodata.

Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara

lain:

1. Nama.

Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan

merupakan identitas untuk membedakan dengan pasien lain dan

menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya.

2. Jenis kelamin.

Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan

mengalami kehamilan.

3. Umur.

Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun)

karena terjadi penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon

(estrogen) pada masa menopause.

4. Pendidikan.

Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena

mereka tidak mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab

gangguan kehamilan.

5. Alamat.

Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan

kesehatan, karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan

pemeriksaan untuk kehamilan.

6. Riwayat persalinan.

Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah

mengalami pelepasan plasenta.

7. Status perkawinan.

Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan

Page 9: solusio plasenta2

(KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada

hubungannya dengan kehamilan.

8. Agama.

Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai

memudahkan dalam memberikan bimbingan kegamaan.

9. Nama suami.

Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan

dan memberi persetujuan dalam perawatan.

10. Pekerjaan.

Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan

selama istrinya dirawat.

b) Keluhan utama

1. Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri

2. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah

dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim

tegang.

3. Perdarahan yang berulang-ulang.

c) Riwayat penyakit sekarang.

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah

yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas

dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis

atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil

(hydroamnion gameli) dll.

d) Riwayat penyakit masa lalu.

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi,

tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.

e) Riwayat psikologis.

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak

mengetahui asal dan penyebabnya.

Page 10: solusio plasenta2

2. PEMRIKSAAN FISIK

a) Keadaan umum

i. Kesadaran : composmetis s/d coma

ii. Postur tubuh : biasanya gemuk

iii. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa

iv. Raut wajah : biasanya pucat

b) Tanda-tanda vital

i. Tensi : normal sampai turun (syok)

ii. Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)

iii. Suhu : normal / meningkat (> 370 c)

iv. RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

c) Pemeriksaan cepalo caudal

i. Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut

biasanya rontok / tidak rontok.

ii. Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma

iii. Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung

iv. Mata : conjunctiva anemis

v. Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal,

hiperpegmentasi aerola.

vi. Abdomen

1. Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat

linea alba dan ligra

2. Palpasi rahim keras, fundus uteri naik

3. Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.

vii. Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang

merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.

viii. Ekstimitas

Page 11: solusio plasenta2

Akral dingin, tonus otot menurun.

d) pemeriksaan penunjang

1. Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

2. USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan

conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .

b) Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke

plasenta berkurang .

c) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai

terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus .

d) Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .

e) Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan .

f) Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya

berhubungan dengan kurangnya informasi .

4. INTERVENSI KEPERAWATN

a) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan

conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.

Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi

Kriteria hasil : Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak

pucat, tida lemas.

Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan

2. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan.

Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami

3. Monitor tanda-tanda vital.

Page 12: solusio plasenta2

Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi

menunjukkan gangguan sirkulasi darah.

4. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit.

Rasional : mengantisipasi terjadinya syok

5. Catat intake dan output.

Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan

penurunan fungsi ginjal.

6. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik.

Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang

hilang akiba perdarahan.

7. Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah.

Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang

akibat perdarahan.

b) Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah ke

placenta berkurang.

Tujuan : tidak terjadi fetal distress

Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya

pergerakan bayi,bayi lahir selamat.

Intervensi

1. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu.

Rasional : kooperatif pada tindakan

2. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri.

Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung

menurun sehingga terjadi perfusi jaringan.

3. Observasi tekanan darah dan nadi klien.

Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad

sindroma vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.

4. Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin.

Page 13: solusio plasenta2

Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen

dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.

5. Berikan O2 10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal

distress.

Rasional : meningkat oksigen pada janin.

c) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai

terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus.

Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri

Kriteria hasil :Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi

nyeri,Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.

Intervensi

1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien.

Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif

terhadap tindakan

2. Kaji tingkat nyeri.

Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

3. Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.Tarik nafas

panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan pelan-pelan

melalui mulut.

Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang

dirasakan.

4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan).

Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.

5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung.

Rasional : memberi dukungan mental.

Page 14: solusio plasenta2

d) Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami.

Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.

Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.

Intervensi

1. Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.

Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi

beban pikiran.

2. Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin.

Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.

3. Beri penjelasan tentang kondisi janin.

Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.

4. Beri informasi tentang kondisi klien.

Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.

5. Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat.

Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien

6. Anjurkan klien untuk berdo’a kepada Tuhan.

Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang

kondisi yang dilami.

7. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan.

Rasional : penderita kooperatif.

e) Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi

Kriteria hasil : Perdarahan berkurang,Tanda-tanda vital normal,Kesadaran

kompos metic .

Intervensi

1. Kaji perdarahan setiap 15 – 30 menit.

Page 15: solusio plasenta2

Rasional : mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.

2. Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal

observasi dilakukan setiap 30 menit.

Rasional : mengetahui keadaan pasien

3. Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat dingin,

kepala pusing.

Rasional : menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok

sedini mungkin

4. Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri.

Rasional : mengetahui perdarahan yang tersembunyi

5. Catat intake dan output.

Rasional : produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan

penurunan fungsi ginjal.

6. Berikan cairan sesuai dengan program terapi.

Rasional : mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa

adekuat dan sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah.

f) Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya

berhubungan dengan kurangnya informasiTujuan : penderita dapat mengerti

tentang penyakitnya.Kriteria hasil : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan penyakitnya.

Intervensi

1. Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya.

Rasional : menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.

2. Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan

dilakukan :

a) Pengetahua tentang perdarahan antepartum.

b) Penyebab

c) Tanda dan gejala

d) Akibat perdarahan terhadap ibu dan janine. Tindakan yang mungkin

dilakukan.

Page 16: solusio plasenta2

Rasional : penderita mengerti dan menerima keadaannya serta

pederita menjadi kooperatif.