solusio-plasenta
DESCRIPTION
solutio plasentaTRANSCRIPT
SOLUSIO PLASENTA
1. PENGERTIAN
Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh
plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan
sebelum lahirnya anak.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22
minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau
seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak
(menurut buku obstetric patologi 2002).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana
plaesnta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas
atau terlepas sebelum kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta
adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal dari uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan
dengan usia kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas
500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam
desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin
AB,2006)
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada
korpus uteri sebelum bayi lahir. dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.
Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau
hanya rupture pada tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)
2. KLASIFIKASI
1) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas
dari tempat perlengkatannya.
b) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas
dari tempat perlengketannya.
c) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan
dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
2) Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
a) Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma
atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus
marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b) Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan
sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus
agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal normal,tidak
ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut
mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan
lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terus-menerus
dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin
masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus
dengan stetoskop ultrasonic, terdapat fetal distress, hipofibrinogenemi
(150 – 250 % mg/dl).
d) Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,
terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah
meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin
telah meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,
perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok
ibu, perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)
3) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a) Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b) Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc, hipersensitifitas uterus atau
peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
c) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok maternal
sampai kematian janin dan koagulopati.
4) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
b) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus,
sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan
retroplasental.
c) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam, uterus tetanik.
5) Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a) Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b) Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus
tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian,perdarahan >1000 ml, terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
3. ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor
yang berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1) Hipertensi esensial atau preeklampsi.
2) Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3) Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup, tendangan anak yang sedang
di gendong.
4) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5) Uterus yang sangat kecil.
6) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun).
7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
8) Mioma uteri.
9) Defisiensi asam folat.
10) Merokok, alcohol, dan kokain.
11) Perdarahan retroplasenta.
12) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gemely.
15) Factor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai
berikut :
1) Factor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum,glomerulonefritis
kronik,dan hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi
membuat pembuluh darah mudah pecah sehingga terjadi hematoma
retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
2) Factor trauma.
a) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin
yang banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
3) Factor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4) Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava
inferior, dan lain-lain.
5) Trauma langsung seperti jatuh,kena tendang dan lain-lain.
4. PATOFISIOLOGI
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta, pedarahan darah antara uterus dan
plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan di dapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan seluruh plasenta
lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput
ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot
uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire
(Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak trombosit akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga
pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi
anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil
yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau juga akan
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal, dan keadaan janin. Makin lama
penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin
hebat komplikasinya.
2) Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari
serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar, tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda
yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah
volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang
keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta
terutama berasal dari ibu, namun dapat juga berasal dari anak.
Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi
Keadaan umum penderita relative
lebih baik.
Plasenta terlepas sebagian atau
inkomplit.
Jarang berhubungan dengan
hipertensi.
Keadaan penderita jauh lebih
jelek.
Plasenta terlepas luas,uterus
keras/tegang.
Sering berkaitan dengan
hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan
janin.
Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi
darah umum
2. Terjadi penurunan tekanan
1. Tergantung pada luasnya
plasenta yang lepas dapat
menimbulkan asfiksia ringan
darah,peningkatan nadi dan
pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena terjadi pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis darah
sehingga fibrinogen makin berkurang
dan memudahkan terjadinya
perdarahan (hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan packapartum
setelah persalinan karena atonia uteri
atau gangguan pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal
dan terjadi emboli yang menimbulkan
komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat
dibelakang plasenta dapat
menyebabkan uterus menjadi
keras,padat dan kaku.
sampai kematian dalam uterus.
5. GEJALA
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan yang disertai nyeri.
b. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
c. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois).
d. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus uteri makin lama makin baik.
f. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
g. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
h. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
6. DIAGNOSIS
a. Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
b. Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
a) Perdarahan pervaginam (80%)
b) Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
c) Gawat janin (60 %)
d) Kelainan kontraksi uterus (35%)
e) Kelainan premature idiopatik (25%)
f) Dan kematian janin (15%)
c. Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
d. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio
plasenta antara lain :
a) Hitung sel darah lengkap
b) Fibrinogen
c) Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk
mengetahui terjadinya DIC
d) Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
e) Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di
dalam sirkulasi ibu
e. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi
plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih
dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat
teridentifikasi melalui USG.
f. Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio
plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar
dan lamanya) serta keahlian operator.
g. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan
hematoma retroplasenter.
h. Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium, yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus
yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
i. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
j. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta
previa adalah vasa previa, trauma vaginal, serta keganasan (jarang).
7. DIAGNOSIS BANDING SOLUSIO PLASENTA DAN PLASENTA
PREVIA
Solusio plasenta Plasenta previa
1.Kejadian
2.Anamnesa
3.Kesadaran
umum
Hamil tua
Impartu
Mendadak
Dapat trauma
Perdarahan dengan nyeri
Tidak sesuai dengan
perdarahan
Anemis
TD,nadi dan pernapasan
tidak sesuai dengan
hamil tua
perlahan,tampa disadari
tampa trauma
perdarahan dengan nyeri
sesuaidengan perdarahan
yang tampak
tidak ada
4.Palpasi
abdomen
5.Denyut
jantung janin
6.pemeriksaan
dalam
perdarahan
Dapat disertai dengan
preeklampsi/eklampsi
Tegang ,nyeri
Bagian janin sulit diraba
Asfiksia sampai kemtian
janin,tergantung lepasnya
plasenta
Teraba ketuban tegang
menonjol
lembek,tampa rasa nyeri
bagian janin mudah
diraba
asfiksia – meninggal bila
Hb <5 gr%
teraba jaringan plasenta
Sumber : Manuaba,2004
8. KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya
dengan criteria :
a. Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah.
Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, kegagalan pembekuan
darah menambah bertanya perdarahan.
Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
Utero renal reflex dan Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.
Kelainan susunan system saraf pusat
Retardasi pertumbuhan dan Anemi
9. CARA MELAKUKAN DETEKSI TERHADAP KEMUNGKINAN
SOLUSIO PLASENTA
1) amannesis, yakni : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-
tiba diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan
pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah. Pergerakan
anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (tidak bergerak
lagi). Kepala pusing,lemas,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan
anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Kadang0kadang ibu
dapat menceritakan trauma.
2) Perika pandang (inspeksi) : pasien tampak gelisah, pasien terlihat pucat,
sianosis dan keringat dingin,terlihat darah keluar pervaginam.
3) Pada saat palpasi : didapatkan hasil fundus uteri teraba naik karena
terbentukmya retroplasenta hematoma, uterus tidak sesuai dengan kehamilan:
uterus teraba tegang dank eras seperti papan disebut uterus in bois (wooden
uterus baik waktu his maupun di luar his), nyeri tekan terutama ditempat
plasenta, bagian-bagian janin sudah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4) Auskultasi sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar
biasanya di atas 140 x/menit, kemudian turun dibawah 100 x/menit dan
akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
5) Pada pemeriksaan dalam teraba servik biasanya lebih terbuka atau masih
tertutup. Kalau servik sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun diluar his, kalau ketuban sudah pecah dan
plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan
pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
6) Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi karena
pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan
pasien jatuh syok, nadi cepat dan kecil filiformis.
7) Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (+) dan reduksi (-),albumin (+) pada
pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit. Darah : hemoglobin (Hb)
anemi, pemeiksaan golongan darah, kalau bisa cross match tets.
8) Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plaseta lahir, maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung dibagian
plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah dibelakang
plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
10. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya adalah
anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
1) Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur
keseimbangan cairan
2) Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan
infuse dan transfuse darah segar
3) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot
Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine
lengkap,fungsi ginjal
4) Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5) Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea.
Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan
lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6) Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring
berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
7) Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis
ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan
kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan
rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok
berat hingga kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka
sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera
melakukan rujukan ke rumah sakit.
a. RUJUKAN
Dalam melakukan rujukan, bidan dapat memberikan pertolongan darurat
dengan :
1) Memasang infus
2) Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3) Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4) Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5) Mentyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm
pemberian pertolongan pertama.
Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan
/atau anak. Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak
akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio
plasenta pada nulipara).
b. PENATALAKSANAAN ASUHAN IBU DI KAMAR BERSALIN
Bidan yang bertugas dikamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam
menghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta, dapat melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
1) Observasi keadaan umum ibu sebelum partus/persalina :
a) Ukur tekanan darah,nadi,pernapasan setiap ¼ jam sekali
b) Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
c) Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar,periksa hemoglobin
d) Pasang infuse sesuai dengan keadaan umum ibu
e) Penyediaan darah secepatnya sebaiknya darah segar dengan
jumlah yang telah diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan
darah
f) Minta izin operasi
g) Dilakukan pemeriksaan terst pembekuan darah (COT:Clot
Observation Test)
2) Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan,yang
bertujuan untuk :
a) Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan
(Hemorhagi postpartum/HPP) dengan :
Memasang folley kateter (kolaborasi)
Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri
b) Mencegah infeksi
11. PENGELOLAAN
Setiap pasien yang dicurigai solusio plasenta harus dirawat di rumah sakit
kerena memerlukan monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun
persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi kurang dari 36 minggu atau taksiran
berat fetus kurang dari 2500 gr :
a) Solusio plasenta ringan dilakukan pengelolaan secara
Ekspektatif meliputi tirah baring
i. Sedative
ii. Mengatasi anemia
iii. Monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG
iv. Serta menunggu persalinan spontan
Aktif dengan mengakhiri kehamilan spontan :
i. Keadaan memburuk
ii. Perdarahan berlangsung terus
iii. Kontraksi uterus berlangsung
iv. Dapat mengancam ibu atau janin
v. Partus pervaginam (aminotomioksitosin infuse)
vi. Seksio sesarea bila pelvic skor <5 atau persalinan >6 jam
b. Sedang/berat
Resusitasi cairan
Atasi anemi (transfuse darahpartus pervaginam : bila diperkirakan
partus dapat berlangsung dalam 6 jam (amonotomi dan oksitosin)
Partus perabdominal : bila partus pervaginam diperkirakan tidak dapat
berlangsung dalam 6 jam
Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 37 minggu atau lebih/taksiran berat
fetus 2500 gr
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta ringan/sedang/berat : partus perabdominal bila persalinan
pervaginam diperkirakan berlangsung lama
a. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan,resusitasi caiarn dan transfuse darah.
b. Bila ada renjatan tidak teratasi,upayakan tindakan penyelamatan yang
optimal.
c. Bila renjatan tidak dapat teratasi pertimbangkan untuk paartus
perabdominal bila janin masih hidup atau bila persalinan diperkirakan
berlangsung lama.
12. TERAPI SPESIFIK
1) Terhadap komplikasi
a) Atasi syok
1) Infuse larutan NS/RL untuk restorasi cairan,berikan 500ml dalam
15 menitpertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. ( lihat cara
mengatasi syok)
2) Berikan transfuse dengan darah segar untuk memperbaiki factor
pembekuan akibat koagulopati.
b) Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan,dapat memperbaiki hemodinamika dan
mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetepi apabila syok
terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat)
umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
oliguria (produksi urin < 30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat
dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis.
Setelah restorasi cairan,lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan
tersebut dengan :
a. Furosemina 40 mg dalam 11kristloid dengan 40-60 tetesan per
menit.
b. Bila belum berhasil,gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan
permenit.
c) Atasi hipofibrinogenemia
Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan
terjadinya koagulopati.
a. Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai
fungsi pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar ambang
fibrinogen ).
Caranya sebagai berikut :
i. Ambil darah vena 2 ml,masukkan dalam tabung kemudian di
observasi,
ii. Genggam bagian tabung yang berisi darah,
iii. Setelah 4 menit,miringkan tabung untuk melihat lapisan
koagulasi di permukaan,
iv. Lakukan hal yang sama setiap menit,
v. Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit,
maka diperkirakan titer fibrinogen di anggap di bawah nilai
normal ( kritis ),
vi. Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung
dimiringkan,keadaan ini juga menunjukkan kadar fibrinogen di
bawah ambang normal,
b. Bila darah segar tidak dapat segera diberikan,berikan plasma beku
segar (15 ml/kgBB).
c. Bila plasma beku segar tidak tersedia,berikan kriopresipitat
fibrinogen.
d. Pemberian fibrinogen,dapat memperberat terjadinya koagulasi
diseminata intravaskuler yang berlanjut dengan pengendapan
fibrin,pembendungan mikrosirkulasidi dalam organ-organ
vital,seperti ginjal,glandula adrenalis,hipofisis dan otak.
e. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trombosit di
bawah 20.000,berikan konsentrat trombosit.
d) Atasi anemia
a. Darah segar merupakan bahaan terpilih untuk mengatasi anemia
karena disamping mengandung butir-butir darah merah,juga
mengandung unsure pembekuan darah.
b. Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih
dalam kondisi anemia berat,berikan packed cell.
2) Tindakan obstetric
Persalina di harapkan dapat terjadi dalam 3 jam,umumnya dapat
pervaginam.
1. Seksio sesarea
a) Seksio sesarea dapat dilakukan apabia :
a. Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
b. Janin hidup,gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak
dapat dilaksanakan dengan segera,
c. Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan
persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang
singkat.
b) Persiapan untuk seksio sesaria,cukup dilakukan penanggulangan
awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi ) dan segera lahirkan
bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk
menghentikan perdarahan.
a. Hematoma miometriun tidak mengganggu kontraksi uterus.
b. Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan
(koagulopati).
2. Partus pervaginam
a) Partus pervaginam dilakukan apabila :
a. Janin hidup dan pembukaan sudah lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun,Feryanto,Achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika
Maryunani,Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta :TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta