solusi penyalahgunaan obat sebagai masalah sosial

9
SOLUSI PENYALAHGUNAAN OBAT SEBAGAI MASALAH SOSIAL TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Muhammad Fajar Said Husainy Rizki Aji Ardiansyah Teknik Komputer dan Informatika D3 Semester-5, Angkatan 2010 Politeknik TEDC Bandung 2012

Upload: fajar-sany

Post on 05-Dec-2014

1.162 views

Category:

Education


10 download

DESCRIPTION

Tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar semasa semester-V di Politeknik TEDC Bandung.

TRANSCRIPT

SSOOLLUUSSII PPEENNYYAALLAAHHGGUUNNAAAANN OOBBAATTSSEEBBAAGGAAII MMAASSAALLAAHH SSOOSSIIAALL

TTUUGGAASS MMAATTAA KKUULLIIAAHHIILLMMUU SSOOSSIIAALL DDAANN BBUUDDAAYYAA DDAASSAARR

MMuuhhaammmmaadd FFaajjaarr SSaaiidd HHuussaaiinnyyRRiizzkkii AAjjii AArrddiiaannssyyaahh

TTeekknniikk KKoommppuutteerr ddaann IInnffoorrmmaattiikkaa DD33SSeemmeesstteerr--55,, AAnnggkkaattaann 22001100PPoolliitteekknniikk TTEEDDCC BBaanndduunngg

22001122

KATA PENGANTAR

Puja puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi Allah SWT atas segala

rahmat dan karunianya. Shalawat serta salam selalu tetap tercurah limpahkan kepada

junjungan alam, baginda nabi besar Rasulullah Muhammad SAW.

Alhamdulillah, makalah ini yang berisi tentang “Solusi Penyalahgunaan Obat Sebagai

Masalah Sosial” dapat terselesaikan, walaupun masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangannya. Penyalahgunaan obat merupakan masalah sosial yang ada di dalam

kehidupan manusia. Pembahasannya tidak akan habis, karena berhubungan dengan

manusia yang bersifat abstrak. Oleh karena itu di dalam makalam ini, pembahasannya

dirangkum menjadi singkat. Disertai dengan upaya untuk menghentikan kebiasaan buruk

dalam menyalahgunakan obat-obatan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungannya dalam proses pengerjaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat

berguna bagi yang membacanya.

DAFTAR ISI

Pendahuluan ________________________________________________ 1

Bab II: Isi ____________________________________________________ 2

Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat _________________________ 2

A. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif ____________________ 2

B. Pemanfaatan Modal Sosial ___________________________________ 3

C. Pemanfaatan Institusi Sosial __________________________________ 3

1. Organisasi Masyarakat _________________________________ 3

2. Organisasi Swasta ____________________________________ 4

3. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial ______________ 4

4. Kerjasama dan Jaringan _______________________________ 4

D. Upaya Penanggulangan Masalah ______________________________ 4

Bab III: Penutup ______________________________________________ 6

1

BAB IPENDAHULUAN

Penyalahgunaan obat merupakan penyimpangan pada tingkat individu, sumber

permasalahannya dapat berasal dari faktor individual. Beberapa latar belakang masalah dari

faktor sosial ini adalah:

Pertama, urbanisme, penjelasan yang berasal dari alasan karakteristik dan

kehidupan perkotaan yang negatif. Apabila karakteristik dan gaya hidup perkotaan yang

negatif ini masuk melalui proses sosialisasi, maka akan lebih mudah mendorong seseorang

melakukan penyimpangan sosial, termasuk penyalahgunaan dan kecanduan obat.

Kedua, melalui proses transmisi budaya. Melalui cara ini dapat dijelaskan mengapa

seseorang menjadi jahat, sedangkan orang lain tidak. Padahal berasal dari karakteristik

sosial yang sama, misalnya masyarakat urban. Seseorang belajar untuk menjadi kriminal,

begitu juga menjadi pemakai dan pecandu obat melalui proses transaksi. Sederhananya,

bahwa anggapan kriminal itu baik, tumbuh dan berkembang melalui hubungan dengan orang

lain dalam proses interaksi sosial.

Ketiga, melalui realita perbedaan sub-budaya. Dalam hal ini, penggunaan obat

merupakan suatu kebiasaan yang terintegrasi ke dalam sub-budaya tertentu. Dari uraian

tentang ketiga sumber masalah melalui proses sosialisasi tersebut, tampak bahwa walaupun

sama-sama merupakan sumber masalah dari faktor individu, perbedaannya dengan

pandangan biologis dan psikologis adalah bahwa teori sosialisasi lebih menitikberatkan pada

kekuasaan faktor eksternal yang mendorong individu berperilaku menyimpang. Sumber dan

latar belakang masalah penyalahgunaan obat dari tingkat masyarakat, pada umumnya

menggunakan pandangan struktural yang di dalamnya terkandung perbedaan nilai dan

kepentingan.

2

BAB IIISI

PENANGANAN MASALAH BERBASIS MASYARAKATSikap yang terjadi pada masyarakat terhadap masalah sosial dapat berupa tindakan

kolektif untuk melakukan perubahan dalam bentuk tindakan rehabilitatif atau bahkan

mengantisipasi agar kondisi yang tidak diharapkan tersebut terkendali. Demikian, upaya

penanganan masalah sosial oleh masyarakat tidak semata-mata tindakan reaktif yang

bersifat kekejutan pada saat munculnya masalah, apalagi jika respon tersebut baru muncul

setelah masalah sosial berkembang menjadi krisis moral. Dalam hal ini, kondisi yang disebut

sebagai masalah sosial merupakan salah satu bentuk realitas sosial yang dapat

menimbulkan penderitaan. Idealnya, upaya untuk mengatasi masalah dan penderitaan itu

datang dari masyarakat melalui cara mengembangkan dirinya. Sehubungan dengan hal itu

dikatakan bahwa upaya pelayanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi

atau hubungan timbal balik antara 3 pihak.

A. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif

Penyakit masyarakat dianggap sebagai masalah sosial. Maka upaya pemecahan

masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya rehabilitatif

kepada individu penyandang masalah. Pemecahan masalah justru akan lebih efektif

melalui bekerjanya sistem sosial yang menempatkan kondisi masalah sosial sebagai

umpan balik dan mampu mengolah serta memanfaatkannya untuk melakukan

pemecahan masalah secara melekat.

Masyarakat dapat melakukan upaya perbaikan, penyembuhan dan penanganan

masalah sosial secara mandiri melalui bekerjanya mekanisme dalam sistem sosialnya.

Dalam praktik kehidupan sosial, bekerjanya mekanisme kontrol sosial ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu kontrol pasif dan aktif. Kontrol pasif dalam bentuk

dorongan internal warga masyarakat agar berprilaku sesuai nilai dan norma, serta

menghindari yang sebaliknya. Bentuk kontrol pasif ini berfungsi untuk membangun

keberaturan dalam sistem sosialnya. Sedangkan bentuk yang kedua, kontrol sosial aktif

yang merupakan proses untuk mengimplementasikan tujuan dan nilai yang sudah

disepakati. Kontrol ini berupa proses yang berkelanjutan, dimana nilai diterapkan dan

keputusan diambil dalam kehidupan bersama.

3

B. Pemanfaatan Modal SosialMasyarakat pada dirinya memiliki modal sosial ini. Perbedaannya terletak pada besar

kecilnya dan variasi kandungannya. Perbedaan lain juga terletak pada identifikasinya,

ada masyatakat yang modal sosialnya sudah banyak teridentifikasi dan dimanfaatkan,

sementara dalam masyarakat lain masih banyak belum dioptimalkan. Pemanfaatan

modal sosial guna penanganan masalah sosial oleh masyarakat dapat dilihat dari

beberapa bentuk. Dalam bentuk tindakan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup,

pemberian jaminan sosial kepada warga masyarakat dan minimalisasi serta

penyelesaian konflik sosial. Dalam watak yang lebih operasional, modal sosial dapat

diidentifikasikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif,

saling percaya, asas timbal balik dan jaringan sosial. Keberadaan moral sosial terutama

apabila dikelola dengan baik dapat digunakan untuk memelihara integrasi sosial dalam

masyarakat, termasuk yang kondisinya sudah semakin kompleks dengan variasi

kepentingan yang kompleks pula. Kesemuanya itu merupakan modal sosial yang dapat

memberi pengaruh pada usaha meminimalisasi potensi konflik sosial.

C. Pemanfaatan Institusi SosialDalam menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan sosial guna

memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial, yaitu asosiasi sukarela yang dapat

meliputi kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela kuasi

pemerintah dan lembaga nonprofit kuasi pemerintah. Lingkungan rumah tangga dan

tetangga yang berasal dari keluarga dan solidaritas bertetangga. Pasar, berupa usaha

bisnis yang bersifat privat. Negara, berupa pelayanan yang diselenggarakan oleh negara.

Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya adalah

dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai organisasi

sosial yang ada, serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi dan

potensi usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifesto, sehingga akan

memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial.

Melalui berbagai upaya tersebut, maka kontribusi masyarakat dalam penanganan

masalah sosial dapat lebih dioptimalkan.

1. Organisasi MasyarakatMasyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai

pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan agama,

dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Sebagai organisasi yang

berbasis pranata dalam masyarakat, institusi ini biasanya kuat eksistensinya

termasuk pola kepemimpinannya dan dapat mengikat serta melibatkan mayoritas

4

warga masyarakat dalam komunitas tertentu. Perlu dilakukan dalam

pengembangannya bukan mengubahnya menjadi organisas yang bersifat formal,

melainkan tetap mempertahankan ikatan dan polalokal yang ada, termasuk pola

kepemimpinannya. Sambil memfasilitasi tampilnya tenaga pengelola yang

mempunyai kemampuan manajerial.

2. Organisasi SwastaBagi organisasi swasta ini, untuk melakukan dan memberikan pelayanan sosial yang

tidak semata-mata berorientasi keuntungan kepada lapisan masyarakat bawah.

Perusahaan swasta yang berorientasi profit dan memiliki usaha di luar bidang

pelayanan sosial, sebetulnya juga dapat melakukan usaha sampingan dalam bentuk

kegiatan pelayanan sosial dan bantuan sosial.

3. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan SosialOrganisasi dan mekanisme kerjanya, semestinya dikembalikan pada watak dan sifat

pelayanan sosial yang cenderung mementingkan proses dan bersifat humanis

dibanding hasil fisik. Demikian pelayanan sosial yang diberikan lebih mengutamakan

pengembangan kapasitas penyandang masalah. Bagi organisasi masyarakat lokal,

walaupun jangkauan pelayanan sosial yang diberikan terbatas oleh ikatan lokalitas

atau kekerabatan, tetapi efektivitasnya sudah lebih teruji dan memang sudah

mengakar dalam realitas kehidupan masyarakat. Organisasi swasta baik yang

langsung melakukan usaha kesejahteraan sosial maupun yang memberi bantuan

atau menjadi donatur organisasi pelayanan sosial yang ada perlu terus diberi

perangsang.

4. Kerjasama dan JaringanDalam rangka optimalisasi kontribusi masing-masing dan mewujudkan hubungan

yang sinergis, perlu dijajagi berbagai kemungkinan kerja sama antar organisasi

pelayanan sosial yang ada. Keberadaan semacam forum komunikasi cukup relevan

dalam rangka membangung komitmen bersama, pertukaran informasi dan melihat

kemungkinan hubungan sinergis dan saling mengisi.

D. Upaya Penanggulangan MasalahCara penanganan masalah, yaitu pertama disebut Alcoholic Anonymous yang

dikembangkan oleh Milton A. Maxwell, model ini memang secara eksplisit menyebutkan

teori asosiasi diferensial sebagai landasannya. Alcoholic Anonymous dapat dianggap

sebagai contoh klasik program rehabilitasi yang berorientasi pada proses belajar melalui

sosialisasi individu.

5

Kedua, merupakan model yang dikembangkan oleh Volkman dan Cressy melalui

prinsip rehabilitasi, yaitu Admission, maksudnya tidak semua pecandu obat secara

otomatis diterima dalam kelompok; Indoctrination, bahwa rehabilitasi berarti

mempengaruhi anggota untuk mengadopsi nilai dan sikap tertentu dalam hal ini adalah

sikap anti penyalahgunaan obat, kecanduan dan anti mabuk.

Ketiga, Group Cohesion, maksudnya melalui kelompok yang kohesif dimungkinkan

hubungan saling mempengaruhi satu terhadap yang lain khususnya dalam hal ketaatan

terhadap norma kelompok sosial.

Keempat, Status Ascription yang maksudnya baik anggota kelompok yang

merupakan pecandu obat maupun yang bukan, meraih status dalam kelompok

berdasarkan tingkat penampilannya yang anti penyalahgunaan dan anti mabuk.

Kelima, Synanon yang maksudnya sebagai mekanisme efektif untuk rehabilitasi

melalui kelompok. Penanganan masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat juga

sering dilakukan dengan mengefektifkan sarana pengendalian sosial, termasuk di

dalamnya melalui peraturan hukum yang bersifat represif.

6

BAB IIIPENUTUP

Masalah dasar penyalahgunaan obat bermula dari alkohol. Mabuk membuat

seseorang menelantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan peranan sosialnya.

Kebiasaan mabuk mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan. Karena kecanduan

merupakan proses penyalahgunaan dan pemakaian yang berlebihan sehingga dapat

mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya. Dalam pengentasan penyalahgunaan

obat, bahwa dalam masyarakat yang semakin berkembang, lebih dibutuhkan inisiatif

kreatifitas dan kompetensi masyarakat sendiri untuk melaksanakan pembangunan. Sehingga

sulit diharapkan dari para penyandang masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat.