penyebab penyalahgunaan obat batuk …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...2...
TRANSCRIPT
1
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN OBAT BATUK KOMIX
PADA REMAJA DESA MUNJAN
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
SANITA
NIM : 110569201045
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN OBAT BATUK KOMIX
PADA REMAJA DESA MUNJAN
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
Oleh
SANITA
NIM : 110569201045
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
3
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN OBAT BATUK KOMIX PADA REMAJA
DESA MUNJAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
SANITA
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2015
Abstrak
Masa depan bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda
bangsa ini. Munculnya fenomena kecenderungan kenakalan remaja terutama yang
masih berstatus sebagai pelajar akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang
mengkhawatirkan. Salah satu fenomena perilaku menyimpang adalah
penyalahgunaan obat batuk komix yang dilakukan oleh remaja Desa Munjan
Kabupaten Anambas. Untuk menganalisa penyebab penyalahgunaan obat batuk
komix di kalangan remaja desa Munjan, peneliti menggunakan teori differential
association oleh Shuterland.
Penelitian ini dilakukan terhadap delapan orang remaja desa Munjan yang
melakukan penyalahgunaan obat batuk komix serta terhadap keluarga dan aparat desa.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan pemilihan informan menggunakan teknik
purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan yaitu remaja desa
Munjan yang berusia 13-17 tahun yang melakukan penyalahgunaan obat batuk
komix, kemudian juga orangtua remaja.
Dari hasil penelitian ditemui penyebab penyalahgunaan obat batuk komix
pada remaja di desa Munjan adalah karena dua hal, yaitu proses mempelajari perilaku
teman bermain dan longgarnya kontrol terhadap jalannya nilai serta norma yang
berlaku dalam masyarakat. Dari proses mempelajari, informan mendapatkan
informasi mengenai cara, motivasi dan sikap perihal penyalahgunaan obat batuk
komix. Lemahnya kontrol terhadap nilai dan norma dikarenakan pekerjaan orangtua
yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan yang bekerja pada waktu malam
hari dengan waktu kerja yang relatif lama sehingga tidak sempat mengawasi dan
mengontrol aktifitas anak. Selain itu pengawasan yang dilakukan aparat desa dan
sanksi yang diberikan pada penyalahguna obat batuk komix tidak diterapkan secara
maksimal.
Kata Kunci : Perilaku Penyimpangan, Penyalahgunaan Obat, Remaja
4
ABSTRACT
The future of the Indonesian nation is determined by the younger generation
of this nation. The emergence of the tendency of the phenomenon of juvenile
delinquency mainly still a student lately become an alarming problem. One of the
phenomena of deviant behavior is Komix cough medicine abuse committed by
juveniles Village Munjan Anambas. To analyze the causes of cough medicine abuse
among teens Komix Munjan village, researchers used the theory of differential
association by Shuterland.
The research was conducted on eight Munjan village youth who committed
abuse of cough medicine Komix as well as on the family and village officials. This
type of research is qualitative and selection of informants using purposive sampling
technique with some predetermined criteria which Munjan village youth ages 13-17
who did Komix cough medicine abuse, then also the parents of teenagers.
From the research found the cause of cough medicine abuse among
adolescents in the village Komix Munjan is due to two things, the process of studying
the behavior of friends playing and lax control over the course of the values and
norms prevailing in society. From the study, informants to get information about
how, motivation and attitudes concerning drug abuse Komix cough. Lack of control
for the values and norms because of their parents' job is mostly fishermen who work
at night time with work time is relatively long so did not have time to supervise and
control the activities of children. Besides the oversight conducted by village officials
and the sanctions provided in Komix cough medicine abusers are not implemented to
the fullest.
Keywords: Deviation Behavior, Substance Abuse, Teen
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAK............................................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
1.1 Latar Belakang............ ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan .................................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan........................................................................................ 5
1.4 Tinjauan Pustaka....................... ........................................................................ 6
1.5 Metode Penelitian............................. ................... ............................................ 8
1.6 Hasil Penelitian ................................................................................................. 12
1.7 Penutup.............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
6
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN OBAT BATUK KOMIX
PADA REMAJA DESA MUNJAN
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
1.1 Latar Belakang
Munculnya fenomena kecenderungan
kenakalan remaja terutama yang masih
berstatus sebagai pelajar akhir-akhir ini
menjadi permasalahan yang
mengkhawatirkan baik dari perspektif
pendidikan, sosial, maupun budaya.
Kehidupan remaja yang ditandai oleh
berbagai macam kenakalan remaja, adalah
bukti lemahnya moralitas dan kepribadian
usia remaja. Di Indonesia selama dasawarsa
terakhir ini, menunjukkanadanya
kecenderungan yang semakin serius tentang
permasalahan remaja Indonesia khususnya
masalah sosial, budaya, dan moralitas.
Sebagai contoh, gambaran tentang
banyaknya remajaIndonesia mengalami
masalah sosial yang ditunjukkan dalam
bentuk perbuatan kriminal, asusila, dan
pergaulan bebas, masalah budaya dalam
bentuk kehilangan identitas diri, terpengaruh
budaya baratdan masalah degradasi moral
yang diwujudkan dalam bentuk kurang
menghormati orang lain, tidak jujur sampai
ke usaha menyakiti diri seperti
mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan
dan bunuh diri (Puspitawati, 2009, 2010)
Suatu fenomena dari kenakalan remaja
hingga sampai ke pelosok negeri atau
wilayah terluar yaitu Kabupaten Kepulauan
Anambas yang secara geografis mempunyai
255 buah pulau, termasuk di dalamnya 5
pulau yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga, yakni 26 pulau berpenghuni
dan 229 pulau belum berpenghuni dengan
wilayah laut 46.074 Km2. Pulau memperuk
adalah salah satu dari sekian banyaknya
7
pulau-pulau kecil di kabupaten Anambas
Provinsi Kepulauan Riau Indonesia. Pulau
kecil ini memiliki luas sekitar 1000 Ha
dengan ketinggian max 270an mdpl,
termasuk salah satu pulau tertimur di
Kabupaten Anambas.
Dipulau ini terdapat dua titik
perkampungan atau desa, secara
administrasi kependudukan sebenarnya
hanya satu yaitu Desa Munjan, dikatakan
dua desa dikarenakan salah satunya agak
berjauhan. Dibutuhkan satu jam perjalanan
jika menggunakan sampan boat nelayan
setempat, sementara jalur darat belum
tersedia dan pekerjaan sehari-hari
masyarakat dipulau ini pada umumnya
adalah nelayan.
Maraknya penyalahgunaan obat batuk
komix, dapat dilihat dari banyak
ditemukannya bungkusan obat batuk
tersebut ditempat-tempat yang biasa
dijadikan tempat berkumpulnya remaja. Di
tepi laut, di barisan batu-batu besar yang
tersembunyi, ratusan bungkus obat batuk
komix saset ditemukan. Bahkan, ditemukan
juga kemasan dalam bentuk box. Diduga,
obat Komix tersebut, tidak digunakan untuk
terapi pengobatan batuk. Namun,
disalahgunakan untuk mabuk oleh kalangan
remaja Desa Munjan.
Penyalahgunaan obat batuk komix
semakin menyebar diindikasikan dengan
kerapnya temuan-temuan dan kasus-kasus
remaja di masyarakat desa Munjan yang
semakin meningkat. Seringkali dijumpai
remaja desa Munjan dengan kondisi tubuh
yang terlihat lemas, mata merah, bicara tidak
terkontrol, berjalan sempoyongan yang
mirip dengan orang mabuk narkoba ataupun
minuman keras. Berdasarkan data dari
kantor Desa Munjan jumlah remaja yang
berusia 13-19 tahun sebanyak 192 orang.
Usia tersebut berada pada rentang
pendidikan SMP dan SMA. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 78 orang remaja desa
Munjan adalah pelaku penyalahgunaan obat
8
batuk komix. Remaja desa Munjan
menggunakan obat batuk komix dengan
tujuan mabuk biasanya pada saat malam
minggu, libur sekolah dan perayaan pesta
pernikahan atau perayaan pesta lainnya.
Dari sisi dampak yang lain bahwa
remaja Desa Munjan yang diduga
melakukan penyalahgunaan obat memiliki
kecenderungan mengalami penurunan
produktifitas seperti mereka yang biasanya
rajin dalam membantu orang tua sekarang
bermalas-malasan, suka menyendiri,
membatasi diri dalam bersosialisasi yaitu
hanya berinteraksi dengan kelompok
tertentu. Banyak para orang tua di Desa
Munjan mengeluhkan anaknya sering
membolos sehingga dipanggil oleh pihak
sekolah untuk dimintai keterangan.
Penyalahgunaan obat batuk komix ini telah
sampai ditahap yang meresahkan
masyarakat desa munjan, yang dimana saat
ini bukan hanya laki-laki yang melakukan
penyalahgunaan obat batuk komix ini,
melainkan perempuan juga turut ikut-ikutan.
Hal ini dilihat dari banyaknya kasus remaja
yang hamil diusia muda, dan kemudian
harus terpaksa dinikahkan meski dibawah
umur, dan juga adanya aduan warga yang
tidak senang setiap mengadakan acara selalu
dirusakkan oleh kelakuan anak remaja yang
mabok komix dengan mengganggu biduan
diacara tersebut sehingga acaranya menjadi
rusak. Sementara itu dikarenakan mabok
obat komix remaja juga menjadi jarang
pulang kerumah.
Penurunan produktifitas remaja
tersebut dikarenakan obat batuk komix
mengandung dektrometorfan yang
merupakan termasuk narkotika gologan III
(tiga). Narkotika yang mempunyai definisi
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai
9
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah di paparkan di atas, maka rumusan
masalah yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah “Apa penyebab
penyalahgunaan obat batuk komix pada
remaja di Desa Munjan, Kabupaten
Kepulauan Anambas?”
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada
penelitian ini ialah untuk mengetahui
penyebab penyalahgunaan obat batuk
komix pada remaja di desa Munjan,
Kabupaten Kepulauan Anambas.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian seharusnya dapat
memberikan manfaat baik bagi penulis
itu sendiri, maupun bagi pihak lain
terkait. Dilakukannya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Sebagai sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu sosial
pada umumnya dan ilmu
sosiologi khususnya di
Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjungpinang.
b. Hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan informasi
yang mendalam tentang
penyebab penyalahgunaan obat
batuk Komix pada remaja di
desa Munjan, Kabupaten
Kepulauan Anambas.
c. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi
bagi peneliti selanjutnya dan
dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan bagi peneliti yang
tertarik untuk melanjutkan pada
bidang yang sama.
10
1.4 Landasan Teori
1.4.1 Perilaku Menyimpang
Menurut James Vander Zanden (1979)
dalam Sunarto (2004;182), penyimpangan
merupakan perilaku yang oleh sejumlah
besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi. Meskipun
masyarakat telah berusaha agar setiap
anggota berperilaku sesuai dengan harapan
masyarakat, namun dalam tiap masyarakat
kita selalu menjumpai adanya anggota yang
menyimpang menjumpai adanya
penyimpangan atau nonkonformitas. Secara
sederhana dapat dikatakan suatu prilaku atau
tindakan itu menyimpang apabila menurut
anggapan sebagian besar masyarakat
(minimal disuatu kelompok atau komunitas
tertentu) perilaku atau tindakan tersebut
diluar kebiasaan, aturan atau nilai dan norma
yang berlaku (Budirahayu, 2009: 3).
(Budirahayu, 2009: 2004) dalam teori
asosiasi diferrensiasi sutherland terdapat
beberapa proporsi untuk mencari akar
permasalahan dan memahami dinamika
perkembangan perilaku sebagai berikut :
a. Perilaku menyimpang adalah hasil dari
proses belajar atau yang dipelajari.
b. Perilaku menyimpang adalah akibat
dari interaksi sosial yang melibatkan
proses komunikasi.
c. Penyimpangan seseorang akibat dari
pergaulan yang akrab, sedangkan
media massa hanya memainkan peran
sekunder.
d. Sebagai teknik-teknik penyimpangan
dan petunjuk khusus seperti motif,
dorongan, rasionalisasi, dan sikap-
sikap berperilaku menyimpang.
e. Terjadi pelanggaran terhadap norma-
norma yang sudah ada.
f. Menganggap lebih menguntungkan
untuk melanggar norma dari pada
tidak melanggar.
g. Terbentuknya asosiasi differensial
tergantung dari frekuensi, durasi,
prioritas, dan intensitas.
11
h. Proses mempelajari perilaku
menyimpang melalui kelompok atau
asosiasi yang juga menyimpang atau
sebaliknya.
i. Sementara perilaku menyimpang
merupakan pernyataan kebutuhan dan
nilai umum, akan tetapi hal tersebut
tidak dijelaskan oleh kebutuhan dan
nilai-nilai umum itu, sebab perilaku
yang bukan kejahatan juga merupakan
pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan
dan nilai-nilai yang sama.
1.4.2 Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan
individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi
menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa
remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15
tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada
perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-
laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria
masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-
21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun
(Thalib, 2010).
1.4.3 Penyalahgunaan obat
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia penyalahgunaan adalah proses,
cara, perbuatan menyalahgunakan;
penyelewengan. Dalam artian luasnya
adalah suatu kegiatan dimana seseorang
melakukan kegiatan yang menyalahgunakan
apapun itu diluar dari koridor yang
seharusnya.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik, dan
dengan cara deskrispsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
12
yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2012:6).
Penelitian kualitatif berupaya memberikan
jawaban secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang sesuai dengan
ruang lingkup judul penelitian.
Dengan demikian penelitian ini
untuk mengumpulkan data-data tentang
penyebab penyalahgunaan obat batuk komix
pada remaja di Desa Munjan, Kabupaten
Kepulauan Anambasberkaitan proses
mempelajari perilaku yang meliputi cara,
motivasi, sikap dan lemahnya kontrol.
Hasilnya diuraikan secara jelas tentang
gambaran dilapangan mengenai penyebab
penyalahgunaan obat batuk komix.
1.5.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa
Munjan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Adapun alasan dipilihnya lokasi ini adalah
sebagai berikut:
a. Terdapat fenomena
penyalahgunaan obat batuk
komix pada remaja desa Munjan
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Penyalahgunaan obat batuk
Komix sudah sampai pada tahap
yang meresahkan, hal ini ditandai
dengan dikeluarkannya aturan
batasan penjualan obat batuk
komix dalam bentuk edaran
Kepala Desa Munjan.
b. Telah terjadi beberapa kasus
Over Dosis penggunaan Obat
Batuk Komix pada Remaja Desa
Munjan.
1.5.3 Sumber Data
a. Data Primer, data primer
adalah sumber data yang secara
langsung memberikan data
kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2015:225). Data
yang diperoleh langsung dari
13
informan baik melalui observasi
maupun wawancara. Observasi
dilakukan melalui pengamatan
langsung pada objek penelitian.
Adapun yang menjadi fokus
pengamatan dalam penelitian ini
meliputi cara, perilaku, proses
dan sikap remaja
penyalahgunaan Obat batuk
Komix. Wawancara dilakukan
pada remaja pengguna obat
batuk Komix dan Orang tua
pengguna yang meliputi:
1) Proses mempelajari, yaitu
meliputi bagaimana remaja
mempelajari cara
menggunakan obat batuk
komix.
2) Motivasi, yaitu faktor yang
mendorong keinginan remaja
neggunakan obat batuk
Komix.
3) Sikap, yang meliputi perilaku
remaja pengguna
penyalahgunaan obat batuk
Komix dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Interaksi, meliputi interaksi
remaja dengan keluarga dan
lingkungan sekitar.
b. Data Sekunder, data sekunder
merupakan sumber data yang
tidak memberikan informasi
secara langsung kepada
pengumpul data. Sumber data
sekunder ini dapat berupa hasil
pengolahan lebih lanjut dari data
primer yang disajikan dalam
bentuk lain atau dari orang lain
(Sugiyono, 2015:225). Data ini
digunakan untuk mendukung
infomasi dari data primer yang
diperoleh baik dari wawancara,
maupun dari observasi langsung
14
ke lapangan. Data yang
diperoleh dari Instansi terkait
seperti dari kantor Desa Munjan,
KESBANGPOL Kabupaten
Kepulauan Anambas,
Puskesmas Pembantu Desa
Munjan, Petugas Keamanan
Desa Munjan dan media cetak.
1.5.4 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini
adalah remaja Desa Munjan yang secara
aktif menggunakan obat batuk komix
dengan tujuan mendapatkan seperti
menggunakan narkoba.Teknik
penentuan informan yang digunakan
adalah Purposive Sampling artinya
bahwa penetuan informan
mempertimbangkan kriteria-kriteria
tertentu yang telah dibuat terhadap
obyek yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Kriteria informan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Remaja yang menetap dan tinggal di
Desa Munjan
b. Berusia 13-17 tahun
c. Remaja yang menyalahgunakan obat
batuk komix hingga mengalami
mabuk
d. Orangtua remaja yang
menyalahgunakan obat batuk komix
hingga mengalami mabuk
e. Tokoh masyarakat dan aparat Desa
Munjan
1.5.5 Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk
mendekatkan peneliti ke orang-orang yang
ditelitinya dan ke situasi atau lingkungan
mereka yang sebenarnya. Dalam
pengamatan ini peranan pengamat secara
terbuka diketahui oleh umum karena itu
15
maka segala informasi termasuk rahasia
sekalipun dapat dengan mudah diperolehnya
(Moleong, 2012:177)
Observasi merupakan suatu cara yang
sitematis tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala alam dengan pengamatan dan
pencatatan, dilakukan secara langsung atau
mengadakan peninjauan dari dekat ke
tempat sumber data. Adapun alat yang
digunakan adalah berupa daftar pemeriksaan
(checklist) mengenai lapangan penelitian
dan dalam hal ini penulis hanya memberi
tanda terhadap jawaban yang benar atau
sesuai dengan kenyataan diapangan.
Beberapa informasi yang diperoleh
dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian
atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan
peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau
kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti penyebab
penyalahgunaan obat batuk komix pada
remaja, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut.
Observasi dilakukan di lokasi yang
menjadi tempat beraktifitas pengguna obat
batuk komix sehari-hari seperti keluarga,
tempat tinggal, dan lokasi yang menjadi
tempat berkumpulnya pengguna dalam
melakukan aktifitas penyalahgunaan obat
batuk komix. Observasi dalam penelitian ini
meliputi:
1. Prilaku dan sikap pengguna
2. Penampilan/Performance
3. Aktivitas pengguna
4. Interaksi pengguna
5. Kebiasaan lainnya
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Maksud mengadakan
wawancara adalah mengkosntruksi
mengenai orang, kejadian organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan
16
lain-lain kebulatan; merekosntruksi
merekonstruksi kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yang dialami masa lalu;
memproyeksikan kebulatan-kebulatan
sebagai yang diharapkan untuk dialami pada
masa yang akan datang, memverifikasi,
mengubah, dan memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi); dan
memverifikasi, mengubah dan memperluas
konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota (Moleong,
2012:186).
Cara yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yaitu dengan jalan
bertanya langsung kepada informan untuk
memperoleh informasi dari remaja. Untuk
mengetahui makna di balik tindakan, penulis
melakukan wawancara mendalam (indepth
interview). Informan dalam penelitian ini
adalah remaja pelaku penyalahgunaan obat
batuk komix dan keluarganya. Informan
ditentukan oleh kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan.
1.5.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles and Huberman. Analisis data
dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data yaitu reduksi data, penyajian
data, dan kesimpulan/verifikasi.
a. Reduksi data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono (2015:340),
mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih
17
jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini, peneliti
menjadikan Desa Munjan dan base
camptempat melakukan aktifitas
penyalahgunaan obat batuk komix sebagai
tempat penelitian. Kemudian dalam
mereduksi data, peneliti memfokuskan pada
penyebab pengguanaan obat batuk komix,
dengan mengategorikan pada aspek sumber
informasi, jenis, dan karakteristik kebutuhan
informasi.
b. Penyajian Data(Data Display)
Penyajian data dirancang untuk
menggabungkan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk yang padu dan mudah
dipahami. Menurut Sugiyono (2015:342),
dengan penyajian data maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang dipahami tersebut.
Bentuk penyajian data dalam penelitian ini
yaitu bentuk teks yang bersifat deskriptif.
c. Kesimpulan/ Verifikasi (Conclusion
Drawing/ Verification)
Menurut Sugiyono (2015:344),
kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak. Hal ini karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian di lapangan.
Kesimpulan merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran obyek dalam bentuk hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori
(Sugiyono, 2010:253). Kesimpulan-
kesimpulan diverifikasi dengan menguji
kebenaran, kekuatan, dan kecocokan makna-
makna yang muncul dari data untuk menguji
validitas makna-makna tersebut. Apabila
data display yang telah dikemukakan
18
sebelumnya telah didukung oleh data-data
yang mantap, maka dapat dijadikan
kesimpulan yang kredibel.
Analisa data adalah proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca serta diinterpretasikan
dalam menganalisi data, data dalam
penelitian ini menggunakan analisis
triangulasi yaitu mengumpulkan data
melalui wawancara serta melihat keabsahan
data yang diperoleh melalui catatan
dilapangan. Selanjutnya moleong
(2010:330) menyatakan bahwa “ triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Analisa data dilakukan terhadap semua data
yang diperoleh agar dapat memberikan
gambaran tentang penyebab penyalahgunaan
obat batuk komix pada remaja desa munjan
Kabupatem Kepulauan Anambas.
1.6 Hasil Penelitian
1.6.1 Penyalahgunaan Komix
Sebagai Proses Belajar dan
Dipelajari
Perilaku menyimpang merupakan
perilaku yang dipelajari dalam lingkungan
sosialsemua tingkah laku dapat dipelajari
dengan berbagai cara. Karena itu, perbedaan
tingkah laku yang conform dengan kriminal
adalah bertolak ukur pada apa dan
bagaimana sesuatu itu dipelajari (Santosa,
2011 : 81).
Sebagai makhluk sosial perilaku manusia di
pengaruhi oleh lingkungan dimana manusia
itu berada. Begitu juga dengan perilaku
remaja Desa Munjan yang terbentuk melalui
proses dengan lingkungan sosial dimana
remaja Desa Munjan tersebut berinteraksi.
Perilaku individu, dimana dalam penulisan
ini adalah Remaja Desa Munjan dengan
lingkungan sosialnya memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi. Melalui proses
interaksiremaja Desa Munjan melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan yaitu
19
dunia yang berada diluar individu
tersebut.Dalam proses belajar atau yang
dipelajari terhadap perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh remaja Desa Munjan
Kabupaten Anambas ini bahwa mereka
mengenal obat batuk komix yang
disalahgunakan adalah dari proses belajar
dan dipelajari dari lingkungan teman
bermain yang diterimanya.
Pada saat usia remaja, individu
lebih cenderung untuk bergaul dengan
teman sebayanya dan lebih banyak
menghabiskan waktu ddengan merka. Hal
ini dikarenakan teman sebaya adalah orang
yang tingkat umur dan kedewasaan yang
relatif sama (Santrock 2007 : 55). Teman
sebaya adalah lingkungan kedua setelah
keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan
individu. Melalui hubungan interpersonal
dengan teman sebaya, individu belajar
menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok masyarakat. Individu
ketika memasuki usia remaja lebih banyak
berada diluar rumah dengan teman sebaya.
Sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku teman sebaya lebih
besar pengaruhnya daripada keluarga.Hal ini
tidak terkecuali model pakaian, minat,
motivasi, serta tempat-tempat yang biasa di
jadikan tempat nongkrong. Didalam
kelompok sebaya, remaja berusaha
menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh
teman sebayanya tanpamempedulikan
sanksi–sanksi dunia dewasa. Kelompok
sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia
tempat remajadapat melakukan sosialisasi
dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa
melainkan oleh teman seusianya. Dalam
proses belajar atau yang dipelajari terhadap
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
remaja Desa Munjan Kabupaten Anambas
yang menggunakan obat batuk komix yang
disalahgunakan sehingga ada rasa penasaran
20
bagi remaja Desa Munjan ikut terpengaruh
untuk mencobanya
Kepercayaan dan kedekatan remaja
kepada teman bermain yang membentuk
kelompoknya sendiri akan membuat
kecendrungan anak untuk menirukan gaya
hidup dan kebiasaan dari kelompok
bermainnya, dan dari sinilah proses
penyerapan terhadap perilaku menyimpang
akan semakin cepat bagi perkembangan jiwa
remaja, apabila nilai yang dikembangkan
dalam kelompok sebaya adalah nilai yang
negatif, akan lebih berbahaya apabila
kelompok sebaya ini cenderung tertutup
(closed group), dimana setiap anggota tidak
dapat terlepas dari kelompok nya dan harus
mengikuti nilai yang dikembangkan oleh
pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku,
dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan
gaya hidup kelompoknya. Perasaan merasa
ingin sama dengan kelompok atau teman
bermain akan membuat remaja mudah
menirukan gaya atau sikap maupun perilaku
dari kelompoknya, termasuk dalam
penyalahgunaan obat batuk komix ini,
sebagian besar informan melakukan
penyalahgunaan obat batuk komix sebagai
bentuk dari meniru gaya teman-temannya
dan dianggap sebagai trend masa kini.
Proses dalam hal pembelajaran atau
yang dipelajari dari upaya mabuk dengan
obat batuk komix ini adalah dengan meniru
dari teman yang menggunakannya. Baik
cara menggunakan obat batuk tersebut agar
didapati efek mabuknya ataupun mengikuti
apa yang disebut trend bagi remaja Desa
Munjan bahwa jika melakukan perilaku
menyimpang yaitu dengan mabuk obat
batuk komix maka disebut remaja yang
“gaul” dan hal tersebut tidak bisa dipungkiri
pengaruh proses belajar dari teman
dirasakan sangat kental untuk mengikat dan
mempengaruhi pandangan remaja Desa
Munjan.Lingkungan teman bermain
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan sikap yang masih dalam masa
21
pertumbuhan dan mencari jati diri, rasa
penasaran dan ingin merasa sama dengan
teman
Remaja Desa Munjan lebih suka
bermain di pantai dan sekitarnya untuk
berkumpul dengan kelompok-kelompoknya.
Ada kelompok-kelompok tertentu dalam
perkumpulan remaja Desa Munjan, yang
suka olahraga biasanya ketika berkumpul
ada di lapangan voli ataupun lapangan bola
kaki dan suka bermain di tepi pantai namun
ada juga perkumpulan remaja yang berada di
bebatuan di sekitaran pantai yang lumayan
jauh sehingga sulit dideteksi dan diawasi apa
yang mereka lakukan dalam perkumpulan
tersebut. Sikap dan perilaku
lingkungan dan teman bermain sangat
berpengaruh terhadap perilaku
penyimpangan sosial, apa yang kita lihat,
yang kita dengar, dan yang menjadi
kebiasaan orang lain sering kali mendorong
kita untuk mengikuti perilaku menyimpang
seperti yang terjadi di lingkungan sekitar
kita. Hal ini sesuai dengan teori dari
Sutherland bahwa terjadinya perilaku
menyimpang akibat dari proses belajar dan
di pelajari yakni pengaruh ajakan temanyang
sering melihat perilaku-perilaku
menyimpang baik itu di lingkungan tempat
tingal maupun dalam lingkungan teman-
teman bermain mereka. Menurut salah
seorang informan dalam penelitian ini,
dalam aktivitas kesehariannya seringkali
melihat teman-teman sebaya mereka yang
sering meminum obat-obatan komik ini
sebagai minuman wajib ketika berkumpul.
Didapati bahwa remaja desa
Munjan jika bersama kawan-kawannya akan
sanggup maksimal mengkonsumsi obat
batuk komix sampai 10 kotak dan minimal
adalah 5 Kotak dan untuk responden
lainnya menjawab hampir serupa atas obat
batuk komix yang dikonsumsinya untuk
mabuk. Penyalahgunaan obat batuk komix
yang mendasari remaja Desa Munjan yang
di awali dari generasi sebelumnya hingga
22
sekarang ikut terpengaruh untuk berbuat
yang serupa. Informasi yang mengalir
karena kemudahan dalam penggunaan obat
batuk komix ini yang hanya tinggal
diminum saja akan memberikan efek mabuk
yang cukup signifikan. Demikian yang
didapati penulis bahwa setiap generasi
memberikan sebuah gambaran yang akan
diteruskan kepada generasi berikutnya.
Pemahaman yang cukup mendasar dari
proses penyalahgunaan obat batuk komix
tersebut dikarenakan cara penggunaannya
tidak sulit cukup diminum dalam dosis yang
banyak akan mendapatkan efek mabuk yang
diinginkan penggunanya. Paparan informasi
generasi terdahulu bisa disimpan oleh
generasi berikutnya disaat sudah mengetahui
bentuk dan cara yang relative mudah dalam
penggunaan obat batuk komix untuk mabuk.
Rasa yang dimiliki oleh sebagian remaja
Desa Munjan adalah Rasa penasaran untuk
mabuk dengan obat batuk komix. Rasa
penasaran yang dimiliki adalah apa efek
yang ditimbulkan setelah menggunakannya
dan yang lainnya adalah rasa penasaran
apakah komix tersebut bisa membuat
mabuk.
Remaja Desa Munjan pertama kali
meminum obat batuk komik ini hanya
karena ingin coba-coba sehingga kemudian
terbiasa dan ingin mengulangi tindakan
tersebut. Hal ini didorong oleh banyaknya
remaja-remaja yang menggunakan obat
batuk komik sebagai sarana untuk mabuk ini
sehingga muncul dorongan untuk mengikuti
apa yang dilakukan oleh teman mereka
sebagai proses pembelajaran dari apa yang
mereka lihat dalam lingkungan bermain
mereka. Menurut sebagian besar remaja
Desa Munjan merupakan sesuatu yang
memberikan kenyamanan.Faktor efek
relaksasi yang dimiliki oleh obat batuk
komix ini dirasakan penggunanya sebagai
ajang hiburan pada kegiatan tertentu
sehingga memungkinkan para pemakai
23
merasakan kenikmatan sesaat ketika
menggunakannya.
1.6.2 Aturan yang Longgar
Perilaku individu dibentuk oleh
lingkungan yang memiliki nilai serta norma
yang berlaku di dalamnya. Norma dan nilai
sosial masyarakat yang satu berbeda dengan
norma dan nilai sosial masyarakatyang lain.
Longgarnya kontrol terhadap pelaksanaan
nilai dan norma yang berlaku akan
berdampak pada perilaku dalam masyarakat.
Semakin longgar kontrol atas nilai dan
norma dalam masyarakat secara tidak
langsung turut menjadi salah satu penyebab
terjadinya perilaku menyimpang. Pada
penelitian ini diberikan pertanyaan
mengenai peraturan, kontrol orang tua
terhadap segala aktifitas remaja yang
menjadi inform penelitian. Informan
diberikan pertanyaan seputar kontrol
orangtua terhadap pergaulannya sehari-hari,
bagaimana komunikasi antara orang tua
dengan informan, dan juga mengenai
peraturan yang berada di Desa Munjan
tentang perilaku mabuk menggunakan obat
batuk komix yang dilakukan oleh remaja
yang berlarut-larut.
Sebagian besar informan mengaku
orangtuanya tidak memberikan aturan pada
anak untuk bepergian baik pada siang
maupun malam hari. Sisanya, informan yang
mengaku bahwa orangtua mereka
memberikan larangan-larangan dan
peringatan pada mereka dalam pergaulan,
mengaku bahwa hal itu hanya sekedar
peringatan belaka. Jadi, aturan tersebut
longgar sehingga mereka masih saja bisa
melakukan perilaku menyimpang
penyalahgunaan komix. Orangtua sekalipun
memberikan peringatan pada anaknya,
namun tidak secara tegas dan meyebabkan
anak masih bisa leluasa bepergian dan
mabuk menggunakan komix dengan teman-
temannya.
penyimpangan yang dilakukan oleh para
remaja di desa Munjan para aparat desa
24
menyerahkan seluruhnya kepada orangtua.
Sehingga ketika para remaja melakukan
tindakan yang tidak sesuai norma, aparat
desa tidak sepenuhnya bisa menindak lanjuti
anak-anak tersebut. Aparat desa hanya bisa
memberikan sanksi berupa cabut rumput di
sekitar kantor desa dan menasihati remaja
saja. Sehingga tidak ada sanksi yang
memberikan efek jera.
Bagian keamanan juga telah
menjalankan tugasnya sebagaimana
mestinya, namun ketika para remaja telah
ditangkap namun hanya diberikan nasihat
saja tentu itu bukan hal yang diharapkan
dapat menyelesaikan masalah ini. Dalam
permasalahan ini diharapkan ada sanksi
yang sesuai sehingga remaja tidak lagi
membuang-buang waktu untuk melakukan
tindakan yang tidak ada manfaatnya. Remaja
yang seharusnya belajar dan mempunyai
aturan waktu yang sesuai dengan ketentuan
tetapi malah dilanggar seenaknya.
Orangtua para remaja pelaku
penyimpangan juga terkesan cuek terhadap
prilaku anak-anaknya. Para orangtua
menganggap perhatian yang mereka lakukan
tanpa kontrol yang kuat sudah cukup untuk
tumbuh kembang anaknya. Pengawasan
orangtua juga sangat penting dalam hal ini
agar anak-anak tidak terus menerus
terjerumus ke jurang penyimpangan yang
lebih dalam lagi.
1.7 Penutup
1.7.1 Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan
suatu prilaku atau tindakan itu menyimpang
apabila menurut anggapan sebagian besar
masyarakat (minimal disuatu kelompok atau
komunitas tertentu) perilaku atau tindakan
tersebut diluar kebiasaan, aturan atau nilai
dan norma yang berlaku. Melalui penelitian
ini, didapatkan hasil bahwa penyebab
penyalahgunaan obat batuk komix pada
remaja desa Munjan antara lain sebagai
berikut:
25
1. Berdasarkan keterangan dari informan
penelitian bisa disimpulkan penyebab
penyalahgunaan obat batuk komix
adalah dikarenakan adanya proses
yang dipelajari teman sepermainan
dan adanya aturan yang longgar.
2. Informan mempelajari cara, motivasi
dan sikap dalam penyalahgunaan obat
batuk komix dari teman sepermainan
melalui interaksi. Bahwa perilaku
yang dilakukan oleh para remaja Desa
Munjan ini merupakan dorongan
untuk merasa bahagia dan mengetahui
cara serta sikap yang dilakukan oleh
teman-teman mereka yang akhirnya
menjadi contoh yang diikuti oleh
remaja Desa Munjan yang lainnya
3. Lemahnya kontrol dari orang tua
berkaitan dengan penyimpangan yang
dilakukan oleh para remaja di desa
Munjan disebabkan oleh kesibukan
dalam pekerjaan dan ketidakmampuan
menjalankan fungsi kontrol. Aparat
desa menyerahkan seluruhnya kepada
orangtua. Sehingga ketika para remaja
melakukan tindakan yang tidak sesuai
norma, aparat desa tidak sepenuhnya
bisa menindak lanjuti anak-anak
tersebut. Aparat desa hanya bisa
memberikan sanksi berupa cabut
rumput di sekitar kantor desa dan
menasihati remaja saja. Sehingga tidak
ada sanksi yang memberikan efek jera.
Sikap orangtua para remaja pelaku
penyimpangan juga terkesan cuek
terhadap perilaku anak-anaknya. Para
orangtua menganggap perhatian yang
mereka lakukan tanpa kontrol yang
kuat sudah cukup untuk tumbuh
kembang anaknya
1.7.2 Saran
Dalam upaya pencegahan perilaku
menyimpang terhadap kasus
penyalahgunaan komix ini, hendaknya
dilakukan penanganan guna mengatasi
26
perilaku menyimpang anak remaja Munjan
dalam penggunaan obat batuk komix
sebagai bahan yang dapat membuat mabuk.
Perilaku menyimpang di kalangan remaja
desa Munjan tidak ada habis-habisnya akan
tetapi setidaknya untuk meminimalisir
terjadinya perilaku menyimpang tersebut
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan
diantaranya yaitu:
1. Orang tua sebaiknya menjalankan
fungsi kontrol sehingga dapat
mengawasi tingkah laku anak dalam
berprilaku dan bergaul agar anak tidak
terjerumus kedalam perilaku
menyimpang.
2. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang membentuk kepribadian anak
didiknya hendaknya memberikan
pengetahuan tentang bahayanya
penggunaan obat-obatan yang
berlebihan termasuk penyalahgunaan
komix
3. Masyarakat juga diharapkan memiliki
peran dalam pengawasan tingkah laku
anak-anak serta menerapkan nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku agar
anak-anak remaja munjan tidak
terjerumus kedalam perilaku
menyimpang
4. Anak juga diharapkan memilih teman
bermain agar tidak terjebak kedalam
prilaku meyimpang.
5. Pemerintah melalui BPOM hendaknya
mengawasi peredaran obat-obatan
yang sering disalahgunaan oleh
masyarakat sehingga dapat
menimbulkan efek tidak baik bagi
kesehatan tubuh.
27
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. 2010. Kemenkes RI: Urbanisasi Jadi Masalah Kesehatan Paling Utama
di Dunia.
Ali, M. & Asrori, M.(2006). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara
Arif Muhammad. 2012. Penyalahgunaan Obat Dextromethorphan, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin : Makassar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Info POM :Mengenal Penyalahgunaan
Dekstrometorfan. BPOM RI: Jakarta.
Budirahayu, Tuti, 2009, Sosiologi Perilaku Menyimpang, Surabaya : PT. Revka Petra Media.
Bugin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Idrus, Muhammad 2009. Metode penelitian ilmu sosial (edisi kedua). Yogyakarta: Penerbit
Erlangga.
Kabalmay. 2002. Designing Qualitative Research. London (Edisi Bahasa Indonesia) : Sage
Publication
Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai
Pustaka
Moleong, Lexy. J 2010, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdaya
Santosa, Iman. 2011. Sociology the Key concepts. PT. Raja Grafindo: Jakarta
Soekanto, Soerjono.2004. Sosiologi Keluarga.Jakarta; PT. Rineka Cipta
Sugiyono, 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Syamsul Bachri Thalib (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana
Umar Tirtarahardja dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Fitramaya
28
Referensi Lain
Arif Muhammad Ammar NIM 09108241047 (skripsi Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya
Dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V Sd Negeri 1 Bedagas Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga), Universitas Negeri Yogyakarta, 2014
http://batampos.co.id/2016/03/16/pelajar-di-anambas-konsumsi-komix-untuk-mabuk-mabukan/
http://bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/humas/berita/12649/ancaman-narkotika-
golongan-iii,diakses tanggal 10 April 2016
http://www.kompasiana.com/phadli/jumlah-pengguna-narkoba-di_indonesia_55
3ded8d6ea834b92bf39b35
http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2015/06/Jurnal%20De
wi%20Anggreni%20(06-24-15-03-10-17).pdf
http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_pengguna_narkoba_di_ind
onesia_capai_5_juta_orang#sthash.cjQOlsjw.dpuf
Jonaidi, (eJournal Sosiatri-Sosiologi, 2013)
Kartini Kartono. 2010. Patologi Sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Masngudin. (2011). Kenakalan Remaja sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya dengan
Keberfungsian Sosial Keluarga: Kasus di Pondok Pinang Pinggiran Kota
Puspitawati, Herien. (2009). Keterkaitan Sistem Keluarga dan Sekolah terhadap Kenakalan
Pelajar. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Rima Melati, 2014, Jurnal, Perilaku Sosial Remaja Putri Penyalah Guna Narkoba Di
Perumahan Btn Manggar Balikpapan Timur, Universitas Mulawarman
Seger Waluyo.2011.Pengendalian Sosial Terhadap Perilaku Menyimpang Penyalahgunaan
Narkotika. Universitas Terbuka. Palangkaraya
Supardi, S., dan Raharni, 2006, Penggunaan Obat Yang Sesuai Dengan Aturan Dalam
Pengobatan Sendiri Keluhan Demam-Sakit kepala, Batuk dan Flu, Jurnal Kedokteran
Yarsi, Vol. 14, No. 1
29