solo pos

2
Solopos.com, SRAGEN – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merenggut nyawa satu orang di Sragen pada awal tahun 2015 ini . Dinas esehatan abupaten (D) Sragen meminta masyarakat mengantisipasi wabah DBD dengan men!aga kebersihan. Sementara itu" D men#atat sepan!ang 201$ sebanyak 12 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut. Penderita DBD yang meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 201& di mana ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD. epala Seksi (asi) Pengendalian Penyakit Bidang P2P' D Sragen" .. Sumiyati" saat ditemui wartawan di kantornya" amis (1512015)" mengon*irmasi satu orang meninggal dunia karena DBD pada awal 2015. Sumiyati tidak menyebut !umlah kasus DBD selama awal tahun dengan alasan semua kasus tengah dalam pemeriksaan. e nurutnya" peningkatan kasus DBD dan penderita yang meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan. +esadaran masyarakat untuk men#egah serangan DBD kurang sehingga dari tahun ke tahun ada peningkatan penderita yang meninggal dunia", tutur dia. Berdasarkan data D Sragen" !umlah kasus DBD pada 201$ melon!ak dibandingkan 201&. Pada 201$" ada 5-5 kasus DBD" s edangkan pada 201& hanya &/ kasus DBD. Sementara untuk 2015" D Sragen belum bisa memperkirakan apakah tren naik itu bertahan. 'ebih !auh" Sumiyati mengatakan masyarakat masih berpikir pragmatis dalam menangani  penyakit DBD" yaitu melalui pengasapan (  fogging ). Padahal pengasapan adalah alternati* terakhir untuk menangani penyakit tersebut. Dia menyatakan ada se!umlah kriteria yang harus dipenuhi untuk mengambil tindakan  pengasapan. +Pengasapan tidak bisa sembarangan. da kriteriakriteria tertentu yang harus dipenuhi sebelum  fogging ", imbuh dia. Sumiyati men!elaskan masyarakat harus mempertimbangkan banyak hal sebelum meminta  fogging . al itu karena pengasapan berisiko !ika dilakukan sembarangan. Salah satu risikonya adalah kemungkinan nyamuk penyebar DBD lebih resisten terhadap 3at  pengasapan. 4isiko lain yaitu an#a man keguguran bagi perempuan yang sedang mengandung. +a hapannya setelah ada kasus  suspect  DBD adalah melakukan penyelidikan epidemiologi 6P78 untuk mengetahui angka positi* !entik", tutur Sumiyati. Sedangkan anggota omisi 9: DP4D Sragen" ;athurrohman" meminta D Sragen meningkatkan penyuluhan untuk mendongkrak kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD. enurut dia" langkah paling tepat untuk menghadapi penyakit menular berbahaya seperti DBD adalah dengan pen#egahan.

Upload: m-maulana-shofri

Post on 03-Mar-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

Page 1: Solo Pos

7/21/2019 Solo Pos

http://slidepdf.com/reader/full/solo-pos 1/2

Solopos.com, SRAGEN – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merenggut nyawa satu

orang di Sragen pada awal tahun 2015 ini . Dinas esehatan abupaten (D) Sragen

meminta masyarakat mengantisipasi wabah DBD dengan men!aga kebersihan. Sementara itu"

D men#atat sepan!ang 201$ sebanyak 12 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Penderita DBD yang meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 201& di

mana ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD.

epala Seksi (asi) Pengendalian Penyakit Bidang P2P' D Sragen" .. Sumiyati" saat

ditemui wartawan di kantornya" amis (1512015)" mengon*irmasi satu orang meninggal

dunia karena DBD pada awal 2015.

Sumiyati tidak menyebut !umlah kasus DBD selama awal tahun dengan alasan semua kasus

tengah dalam pemeriksaan. enurutnya" peningkatan kasus DBD dan penderita yang

meninggal dunia tidak bisa dilepaskan dari rendahnya kesadaran masyarakat tentangkebersihan.

+esadaran masyarakat untuk men#egah serangan DBD kurang sehingga dari tahun ke tahun

ada peningkatan penderita yang meninggal dunia", tutur dia.

Berdasarkan data D Sragen" !umlah kasus DBD pada 201$ melon!ak dibandingkan 201&.

Pada 201$" ada 5-5 kasus DBD" sedangkan pada 201& hanya &/ kasus DBD. Sementara

untuk 2015" D Sragen belum bisa memperkirakan apakah tren naik itu bertahan.

'ebih !auh" Sumiyati mengatakan masyarakat masih berpikir pragmatis dalam menangani

 penyakit DBD" yaitu melalui pengasapan ( fogging ). Padahal pengasapan adalah alternati*

terakhir untuk menangani penyakit tersebut.

Dia menyatakan ada se!umlah kriteria yang harus dipenuhi untuk mengambil tindakan

 pengasapan. +Pengasapan tidak bisa sembarangan. da kriteriakriteria tertentu yang harus

dipenuhi sebelum  fogging ", imbuh dia.

Sumiyati men!elaskan masyarakat harus mempertimbangkan banyak hal sebelum meminta

 fogging . al itu karena pengasapan berisiko !ika dilakukan sembarangan. Salah satu

risikonya adalah kemungkinan nyamuk penyebar DBD lebih resisten terhadap 3at

 pengasapan.

4isiko lain yaitu an#aman keguguran bagi perempuan yang sedang mengandung.

+ahapannya setelah ada kasus  suspect  DBD adalah melakukan penyelidikan epidemiologi

6P78 untuk mengetahui angka positi* !entik", tutur Sumiyati.

Sedangkan anggota omisi 9: DP4D Sragen" ;athurrohman" meminta D Sragen

meningkatkan penyuluhan untuk mendongkrak kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD.

enurut dia" langkah paling tepat untuk menghadapi penyakit menular berbahaya sepertiDBD adalah dengan pen#egahan.

Page 2: Solo Pos

7/21/2019 Solo Pos

http://slidepdf.com/reader/full/solo-pos 2/2

+Dari pada seperti pemadam kebakaran" lakukan langkahlangkah antisipasi sebelum ada

ke!adian. D harus lebih masi* beker!a", kata dia.

Politikus Partai ebangkitan Bangsa (PB) tersebut menyatakan puskesmas harus proakti*

memantau kesehatan lingkungan masyarakat di wilayah masingmasing. Bila ada potensi

 penyakit menular" harus diambil langkah pen#egahan se#ara #epat dan tepat