sni.doc
TRANSCRIPT
PERUBAHAN UTAMA DALAM TATA CARA KETAHANAN GEMPA
UNTUK BANGUNAN GEDUNG
1. Simpangan Batas
SNI 1726 Pasal 8 mengatur simpangan antar tingkat yang sangat lain dengan
SNI lama, yaitu diatur 2 simpangan (drift) yaitu : Kinerja Batas Layan
Struktur (UBC 1997 menyebut s) dan Kinerja Batas Ultimate Struktur (m).
Kinerja Batas Layan Struktur harus dihitung dengan syarat pemodelan di butir
2.7 akibat beban gempa nominal, sedangkan kinerja batas ultimate yang
merupakan penyimpangan inelastik maksimum akibat beban gempa renca
didapat dengan mengalikan s dengan suatu faktor pengali = 0,7 R.
2. Kompatibilitas Deformasi
1. Jenis Struktur untuk Daerah dengan Resiko Menengah
Untuk memikul gaya-gaya akibat gempa di daerah dengan resiko gempa
menengah yaitu wilayah gempa 3 dan 4 menurut SNI 2847 Pasal 23.2 (1(3)),
harus digunakan :
- Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
- Sistem Dinding Struktur Biasa (SDSB) atau Sistem Dinding Struktur
Khusus (SDSK).
2. Jenis Struktur untuk Daerah dengan Resiko Gempa Tinggi
Daerah dengan resiko gempa tinggi yaitu wilayah gempa 5 dan 6, sesuai SNI
2847 Pasal 23.2 (1(4)) untuk memikul gaya-gaya akibat gempa harus
menggunakan :
- SRPMK
- SDSK dan diafragma serta rangka batang sesuai dengan Pasal 23.2 sampai
dengan 23.8.
1
3. Kompatibilitas Deformasi
Deformasi kompatibiliti yang dituntut SNI 2847 Pasal 23.9 merupakan revisi
berdasarkan hasil observasi dari kejadian gempa di Northridge tahun 1994.
Semua elemen yang didesain bukan bagian dari Sistem Pemikul Beban Lateral
(SPBL) dituntut didesain dan atau didetail sesuai SNI 2847 Pasal 23.9 untuk
tetap dapat menahan beban gravitasi setelah elemen-elemen tadi mengikuti
deformasi dari SPBL akibat gaya gempa rencana. Deformasi yang dipilih
adalah simpangan sebesar .
4. Pemakaian Probabel Kekuatan Momen Max, Mpr
Untuk menaksir gaya geser rencana Ve yang bekerja di muka hubungan balok
kolom dari suatu SRPMK baik di ujung-ujung balok maupun di kolom harus
dicapai dengan menggunakan Mpr di muka hubungan balok kolom dengan
asumsi terjadi tegangan tarik tulangan memanjang sedikitnya 1,25 fy dengan
. Khusus untuk kolom (yang kenan beban aksial > Ag fc’/10), Mpr
adalah nilai momen balance dari diagram interaksi yang dipakai.
5. Pedoman Perhitungan Kuat Lentur Kolom pada SRPMK
Untuk menentukan nilai kuat lentur, SNI T15 Pasal 3.14.4 menetapkan
kombinasi rumus kuat lentur minimum dan gaya aksial yang bekerja. Dalam
gal ini SNI 2847 Pasal 23.4 hanya menentukan syarat , di
mana adalah jumlah kuat momen niminal kolom di atas dan bawah
muka hubungan balok kolom yang dihasilkan oleh diagram interaksi oleh
beban aksial berfaktor terkecil konsisten dengan arah beban lateral.
adalah jumlah kuat momen nominal dari balok-balok di muka hubungan balok
kolom.
6. Hubungan Balok Kolom dari SRPMK
Penentuan penulangan hubungan balok kolom di SNI 2847 Pasal 23.5
mengalami banyak penyederhanaan. Bila SNI T15 mencantumkan sampai 12
2
rumus untuk menentukan tulangan vertikal (Ajv) dan tulangan horisontal
(Ajh), maka di SNI 1726 Pasal 21.5 menentukan bagian dari tulangan
transversal di yang diteruskan ke dalam hubungan balok kolom tergantung
pada besar kuat geser nominal di hubungan balok kolom yang diciptakan oleh
jumlah balok melintang yang menyatu atau mengekang hubungan balok
kolom.
7. Pedoman Desain SRPMM
Pedoman desain SRPMM di SNI 2847 jauh lebih sederhana dari yang
ditentukan dalam desain struktur rangka dengan tingkat daktilitas 2 (terbatas)
di SNI 1746-1989. Prinsip yang dianut oleh SNI 2847 adalah, pertama semua
komponen struktur SRPMM tidak boleh runtuh oleh geser dengan menjamin
kuat geser komponen lebih kuat dari kuat lentur nominalnya, kedua, menjamin
tiap ujung komponen SRPMM baik balok maupun kolom tersedia cukup
pengekangan dengan s max tertentu.
8. Sambungan Las dan Sambungan Mekanis
Persyaratan baru untuk sambungan las dan sambungan mekanis telah
diperkenalkan dalam SNI 2847 Pasal 23.2. Dalam wilayah gempa 3 sampai 6,
sambungan las baja A615 M atau baja A706M tidak boleh digunakan dalam
daerah sendi plastis, juga tidak dalam jarak setinggi balok baik pada kedua sisi
sendi plastis maupun dalam joint.
Dua tipe sambungan mekanik didefinisikan dalam SNI 2847 Pasal 23.2(6).
Dalam sambungan Tipe 1, sambungan mekanik harus memenuhi persyaratan
SNI 2847 14.14(3(2)). Sedang dalam sambungan tipe 2 sambungan mekanik
harus sesuai dengan SNI 2847 14.14(3(2)) dan harus lebih kuat dari pada
tulangan yang disambungkan.
Di wilayah gempa 1 dan 2, sambungan Tipe 1 diizinkan boleh ditempatkan di
mana saja dalam elemen, namun untuk WG 3, 4, 5 dan 6 sambungan Tipe 2
ditentukan boleh diletakkan pada daerah yang kemungkinan terjadi sendi
plastis atau sejauh 2 kali tinggi balok dari muka kolom. Sambungan Tipe 2
boleh ditempatkan di lokasi mana saja.
3