skripsijdfdshgdshg

66
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare pada anak usia muda tampaknya makin sering dijumpai di berbagai negara tropis, khususnya di daerah perkotaan yang kotor dan padat (1) . Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70 – 80%) dari penderita ini adalah anak-anak (+ 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita (1–2 %) akan jatuh ke daam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50- 60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak meninggal setiap tahunnya. (2) Berdasarkan data profil kesehatan 2003, jumlah kasus diare di Jawa Tengah tahun 2003 berdasarkan 23

Upload: ujang-fauzan-zaini

Post on 14-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bacaan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit diare pada anak usia muda tampaknya makin sering dijumpai

di berbagai negara tropis, khususnya di daerah perkotaan yang kotor dan

padat(1). Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab

kunjungan Puskesmas, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab

utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannya

adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap

tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare

sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70 – 80%) dari

penderita ini adalah anak-anak (+ 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap

tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita

(1–2 %) akan jatuh ke daam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-

60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah

350.000 - 500.000 anak meninggal setiap tahunnya.(2)

Berdasarkan data profil kesehatan 2003, jumlah kasus diare di Jawa

Tengah tahun 2003 berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587

sedangkan kasus diare di rumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah

keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah

kematian sebanyak 54 orang (CFR = 0,13 %). Cakupan penemuan diare di

Jawa Tengah hanya sebesar 37,11 % dari target cakupan yang harus dicapai

yaitu sebanyak 1.154.031 kasus diare. Cakupan penemuan kasus diare yang

dilaporkan puskesmas terbanyak terdapat di Kab. Magelang (100,6 %)

sedangkan terendah di Kab. Karanganyar (1,3 %).(18)

Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi,

kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat

yang secara langsung atau tidak langsung memperngaruhi penyakit diare(4).

Berdasarkan pada penelitian yang berhubungan dengan kejadian diare

23

adalah : 1) faktor lingkungan yang terdiri dari jenis sumber air, kualitas air,

mikrobiologi air, jenis jamban keluarga, jarak jamban kurang dari 10 meter,

kepadatan hunian, 2) faktor perilaku higiene yang terdiri dari praktek cuci

tangan sebelum makan, dan berak sembarang tempat, 3) faktor biologis, cara

memasak/merebus air sebelum dihidangkan atau diminum, 4) faktor individu,

tidak tahan terhadap jenis makanan tertentu, 5) faktor psikis, stress mental,

panik, dan lain-lain.(2)

Di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan yang meliputi 16 desa, dari

data profil kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa kasus diare merupakan

10 besar penyakit dan menduduki urutan ketiga setelah malaria dengan

jumlah kasus sebanyak 584 kasus, dari golongan kurang dari 1 tahun terdapat

10 % kasus diare, dari golongan kurang dari 4 tahun 41 % kasus diare, lebih

dari 5 tahun 49 % kasus diare.

Penyakit diare juga sering diderita oleh anak SD. Di 2 SD Kecamatan

Tirto Kab. Pekalongan sendiri terdapat 32 kasus pada bulan Maret. Hal itu

dimungkinkan karena anak-anak pada jajan sembarangan. Anak usia sekolah

dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Tidak banyak anak yang

memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah

mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah

harga suatu barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini

berakibat digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan

biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah

mulai suka jajan sering terkena penyakit diare. Penyakit ini sering terjadi

pada anak usia sekolah termasuk anak usia sekolah dasar.(5)

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada 2 SD di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan”.

24

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada 2

SD di Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

diare di 2 SD Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan (sumber air,

kepemilikan jamban, gizi, imunisasi campak, kebiasaan jajan,

kebiasaan cuci tangan sebelum makan, tingkat pendidikan, status

pekerjaan, tingkat pendapatan perkapita).

b. Mendiskripsikan kejadian diare di 2 SD Kecamatan Tirto Kabupaten

Pekalongan.

c. Menganalisa hubungan sumber air dengan kejadian diare.

d. Menganalisa hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare.

e. Menganalisa hubungan status gizi dengan kejadian diare.

f. Menganalisa hubungan imunisasi campak dengan kejadian diare.

g. Menganalisa hubungan kebiasaan jajan dengan kejadian diare.

h. Menganalisa hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan

kejadian diare.

i. Menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare.

j. Menganalisa hubungan status pekerjaan dengan kejadian diare.

k. Menganalisa hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

diare.

D. Manfaat Penelitian

1. Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait untuk

menentukan kebijakan dalam program pemberantasan penyakit diare

tentang angka kesakitan diare terutama di SD Kecamatan Tirto Kabupaten

Pekalongan.

25

2. Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi dan ilmu pengetahuan bagi

masyarakat tentang perilaku sehat terutama dalam mencegah penyakit

diare.

E. Bidang Ilmu

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian dalam bidang ilmu

kesehatan masyarakat, khususnya dalam bidang pemberantasan atau

pengendalian diare.

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare

Yang dimaksud dengan diare adalah suatu penyakit dengan adanya

tanda-tanda perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya

(lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari).(4)

Secara garis besar diare dapat dibagi menjadi dua yaitu :1. Diare akut

Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja

yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan

langsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

2. Diare kronik

Diare kronik umumnya bersifat menahun, diare kronik sebagai diare yang

berlangsung 2 minggu atau lebih disertai kehilangan berat badan atau tidak

bertambahnya berat badan selama masa tersebut.(6)

B. Penyakit Diare

1. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi. Isi rongga usus yang berlebihan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk menyerapnya, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

27

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.

2. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

a. Kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa.

b. Gangguan gizi akibat kelaparan

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah.(7)

3. Penyebab Diare

Sebab-sebab timbulnya diare :

a. Gizi kurang baik yang menyebabkan tubuh menjadi

lemah

b. Infeksi usus

c. Infeksi usus disebabkan bakteri amoeba, cacing.

d. Infeksi luar usus seperti infeksi kantong kemih, campak

e. Malaria hiperfalsiparum dan keracunan makanan

f. Ketidakmampuan usus mencerna makanan

g. Alergi terhadap makanan tertentu dan efek samping yang

ditimbulkan oleh obat-obatan

h. Terlalu banyak makan buah-buahan mentah dan makanan

berlemak.(8)

4. Tanda dan Gejala Klinis

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang, kemudian timbul diare, tinja mungkin

cair mungkin mengandung darah/lendir, warna tinja menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya lecet karena tinja

menjadi asam.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah

kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dan dehidrasi.

5. Cara Penularan Diare

28

Cara penularan diare melalui kontaminasi pada makanan atau air dari

tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Kuman

pada kotoran juga dapat ditularkan langsung pada orang lain apabila

melekat pada tangan, dan tidak cuci tangan pada waktu mau makan.

Pemakaian air untuk keperluan sehari-hari minum (tidak dimasak), mandi,

cuci di sumber yang tercemar, berak di sembarang tempat sehingga akan

menularkan penyakit diare.

6. Pencegahan Diare

Dalam usaha agar tidak terserang penyakit diare maka upaya yang

dilakukan dapat berpedoman pada :

a. Air yang bersih

Gunakan sumber air minum yang bersih seperti air pipa, air pancuran dari mata air, sumur pompa tangan, air sumur gali yang baik, air hujan. Perhatikan membuat sumur hendaknya berjarak sedikitnya 10 meter dari jamban.

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya, air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapat air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare, yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. b. Makanan dan minuman yang dimasak

Sebelum memasak cucilah tangan dengan sabun, biasakanlah

memakan makanan dan minuman air yang telah dimasak. Minum air

mentah dan makan makanan yang tidak dimasak terlebih dahulu

adalah kebiasaan yang tidak baik. Jagalah agar anak-anak tidak

meminum air mentah. Panaskan sisa makanan yang akan dimakan

kembali terutama pada anak. Untuk buah-buahan dan sayuran yang

dimakan mentah cucilah terlebih dahulu dengan air bersih. Makanan

yang telah basi jangan dimakan lagi karena dapat menyebabkan

penyakit diare. Simpanlah makanan di tempat yang tertutup supaya

29

terhindar dari lalat. Cuci tangan dengan sabun sebelum memegang

makanan.

c. Buang Air Besar

Buang air besar di jamban atau di kakus yang sehat, jangan

sekali-kali buang air besar di sembarang tempat seperti di kebun atau

di kali.

d. Kebersihan Perorangan

Kita harus membiasakan cara hidup sehat sehari-hari, yaitu

kuku yang panjang sebaiknya dipotong dan selalu bersih terutama

bagi anak-anak.

Perilaku bersih yang paling penting adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan yang baik artinya membersihkan seluruh bagian

tangan dengan menggunakan sabun dan air yag cukup.

Kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mengubah kebiasaan tertentu (mencuci tangan dengan sabun) dapat

memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama

setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan, menyuapi

makanan anak, atau sebelum makan mempunyai dampak dalam

frekuensi kejadian diare.(14)

e. Menjaga Kebersihan Alat-alat Rumah Tangga

Jangan mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber

air lainnya. biasakanlah mencuci alat-alat makan dan minum dengan

sabun, letakkan di atas rak piring.

f. Makanan yang Bergizi

Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang mahal-

mahal. Tahu, tempe, ikan, daging, sayur, buah-buahan adalah

makanan yang bergizi, yang selalu ada dan terbeli oleh masyarakat.

Gizi kurang memiliki daya tahan kurang, sehingga lebih peka terhadap

penyakit.

30

Gizi kurang menghambat reaksi imunoklogis dan berhubungan

dengan tingginya angka kesakitan dan beratnya penyakit infeksi.

Infeksi dapat mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan,

muntah, dan diare.

g. Lingkungan yang Sehat

Jagalah supaya halaman rumah tetap bersih dari sampah serta

kotoran lainnya, buatlah jamban yang berjauhan dengan sumber air

minum, yaitu paling sedikit 10 m.

h. Status Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian

imunisasi campak juga akan mencegah diare.

Tujuan diberikannya imunisasi adalah membentuk kekebalan

tubuh anak agar mampu melawan berbagai gangguan bakteri dan virus

yang ada di sekeliling tempat hidupnya.

Pada umumnya tubuh anak tidak mampu melawan antigen yang

kuat. Antigen yang kuat adalah jenis kuman ganas atau virus yang

dikenal oleh tubuh. Karena itu, anak akan terjangkiti penyakit jika

tidak dapat menolaknya. Pada prinsipnya, reaksi pertama tubuh anak

tidak mampu membentuk anti bodi untuk melawan kuman tersebut,

apalagi dengan waktu yang cepat kuman atau antigen tersebut masuk

ke dalam tubuh dan menciptakan zat anti untuk melawan pertahanan

tubuh.

Dengan imunisasi, tubuh anak akan bereaksi dan anti bodinya

meningkat untuk melawan atigen yang masuk selanjutnya. Ketika

imunisasi, biasanya timbul demam dan panas.

C. Pengaruh Beberapa Faktor dengan Terjadinya Diare

1. Faktor Lingkungan

a. Sumber Air

Adalah sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air

guna keperluan sehari-hari. Ada 2 sumber air bersih yaitu sistem

perpipaan dan non perpipaan.

31

Sistem perpipaan adalah penyediaan air bersih yang dikelola

oleh PDAM dengan mengalirkan air bersih dari sumber air ke

konsumen dengan menggunakan pipa-pipa yang terbuat dari pralon

atau logam. Sarana air bersih non perpipaan adalah sarana penyediaan

air bersih selain perpipaan, contoh : sumur gali, sumur pompa tangan,

penampungan air hujan, mata air.

Air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare

lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapat air

bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare

yaitu dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

b. Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan

dengan sumber air minum, paling sedikit 10 m.

2. Faktor Karakteristik Individu

a. Status Gizi

Hubungan status gizi kurang dengan diare atau penyakit infeksi

membawa konsekuensi akan meningkatnya gizi kurang samapi gizi

buruk pada anak. Dampak negatif dari malnutrisi adalah kekurangan

zat besi dan rendahnya daya tahan tubuh baik selular maupun

humular. Selain itu, keadaan hati, enzim, pankreas, dan mukosa usus

pada anak-anak yang malnutrisi juga berpengaruh bagi timbulnya

diare pada anak. Pada anak malnutrisi serangan diare terjadi lebih

sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin

sering berat diare yang dideritanya.(2)

b. Kebiasaan Jajan

Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh

pada penyakit diare. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa

32

es atau kue-kue. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan

mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung

memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu

barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat

digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya

sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah

mulai suka jajan sering terkena penyakit diare.

c. Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian

imunisasi campak juga akan mencegah diare.

Tujuan diberikannya imunisasi adalah membentuk kekebalan

tubuh anak agar mampu melawan berbagai gangguan bakteri dan virus

yang ada di sekeliling tempat hidupnya.

Pada umumnya tubuh anak tidak mampu melawan antigen yang

kuat. Antigen yang kuat adalah jenis kuman ganas atau virus yang

dikenal oleh tubuh. Karena itu, anak akan terjangkiti penyakit jika

tidak dapat menolaknya. Pada prinsipnya, reaksi pertama tubuh anak

tidak mampu membentuk anti bodi untuk melawan kuman tersebut,

apalagi dengan waktu yang cepat kuman atau antigen tersebut masuk

ke dalam tubuh dan menciptakan zat anti untuk melawan pertahanan

tubuh.

Dengan imunisasi, tubuh anak akan bereaksi dan anti bodinya

meningkat untuk melawan antigen yang masuk selanjutnya. Ketika

imunisasi, biasanya timbul demam dan panas.

d. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

Kita harus membiasakan cara hidup sehat sehari-hari, yaitu

kuku yang panjang sebaiknya dipotong dan selalu bersih terutama

bagi anak-anak. Setiap kali selesai buang air besar kita harus mencuci

tangan dengan sabun. Setiap makan dan minum sebelumnya cucilah

33

tangan terlebih dahulu. Setiap cuci tangan atau mandi sebaiknya

menggunakan sabun.(14)

3. Faktor Karakteristik Ibu

a. Tingkat Pendidikan Ibu

Budaya masyarakat terutama kepercayaan dan kebiasaan yang

turun temurun masih sangat dirasakan besar pengaruhnya terhadap

daya tahan tubuh individu terhadap penyakit diare.

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare

berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu. Semakin tinggi

pendidikan ibu semakin rendah prevalensi terjadinya diare.

Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa

penyakit diare disebabkan karena bertambahnya kepandaian anak,

salah makan, masuk angin, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan

ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya informasi

atau memang karena faktor rendahnya tingkat pendidikan.(9)

b. Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan diare pada anak balita. Pada uji dua faktor pekerjaan ibu maupun keaktifan dalam organisasi sosial berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita.

Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi ibu yang memiliki balita. Jika akan berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan diharapkan dari kegiatan tersebut akan didapat informasi tentang diare. Pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna, diare pada anak balita terdapat 9,3% anak balita menderita diare pada ibu yang bekerja dan 12 % pada ibu yang tidak bekerja.(9)

c. Tingkat Pendapatan Perkapita

Yang sering dilakukan adalah melihat hubungan antara tingkat

penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun

pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada, mungkin tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat,

membayar transport dan lain sebagainya.

Di dalam keluarga yang besar dan miskin, anak-anak dapat

menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh

34

banyak orang. Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap

kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan, karena persediaan harus digunakan

untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat

membeli cukup makanan yang bernilai gizi tinggi atau tidak dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-

keluarga di negara berkembang sekitar dua pertiganya.(10)

35

D. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dibuat kerangka teori sebagai berikut :

Bagan : 2.1. Faktor yang Berkaitan dengan Kejadian Diare

= Variabel yang diteliti

Sumber : (2)

36

Kejadian diare pada anak SD

Faktor agent :- Kuman - Parasit - Virus

1. Status anak - Status gizi - Status

imunisasi campak

- Kebiasaan jajan

Personal higiene

Karakteristik Ibu - Tingkat

pendidikan- Status pekerjaan - Tingkat

Lingkungan- Sumber air - Kebersihan

jamban

Psikis - Stress- Beban

Makanan Minuman Kualitas makanan

Kualitas air yang digunaka

n

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara sumber air dengan kejadian diare.

2. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare

3. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian diare

4. Ada hubungan antara imunisasi campak dengan kejadian diare

5. Ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare

6. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan

kejadian diare

37

Kejadian diare pada anak SD

Variabel bebas

Variabel terikat

Sumber air

Kepemilikan jamban

Status Gizi

Campak

Kebiasaan jajan

Kebiasaan cuci tangan sebelum

Tingkat pendidikan

Status pekerjaan

Tingkat pendapatan keluarga

7. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare.

8. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian diare.

9. Ada hubungan antara tingkat pendapatan perkapita dengan kejadian diare.

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif korelatif yaitu penelitian yang bertujuan melakukan diskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor-faktor maupun efek. Metode yang digunakan adalah survei, observasi, pengukuran dan wawancara dengan pendekatan cross sectional, dimana pengambilan datanya antara variabel bebas dan terikat yang diteliti serta diukur pada waktu bersamaan.(13)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa dari 2 SD di

Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan yaitu MI Pacar dan SDN Pacar

dengan jumlah populasi 468 siswa pada bulan Maret 2006.

2. Sampel yang diambil dalam penelitian

Sampel adalah sebagian siswa dari 2 SD di Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan yang menderita diare. Besar sampel berdasarkan

pada rumus.

n =

n = besar sampel

N = besar populasi

z = standar deviasi normal 1,96 dengan CL 95%

d = derajat ketepatan yang digunakan adalah 90% = 0,1

p = proporsi target populasi adalah 50 % atau 0,5

q = proporsi tanpa atribut p – 1 = 0,5

Maka jumlah sampel yang diambil adalah 80 siswa.

Responden adalah Ibu dari siswa yang terambil sebagai sampel.

Teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik random

sampling

39

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel bebas

- Sumber air

- Kepemilikan jamban

- Status gizi

- Imunisasi campak

- Kebiasaan jajan

- Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

- Tingkat pendidikan

- Status pekerjaan

- Tingkat pendapatan keluarga

2. Variabel terikat

- Kejadian diare pada anak SD

Definisi Operasional

1. Sumber air

Sistem penyediaan air bersih adalah sarana yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan air guna keperluan sehari-hari. Sumber air bersih ada

2 sistem perpipaan dan non perpipaan.

Skala : nominal

2. Kepemilikan Jamban

Adalah kebiasaan dimana keluarga buang air besar.

Skala : nominal

3. Status Gizi

Keadaan kesehatan anak yang digambarkan dengan indeks berat badan

menurut umur menurut baku rujukan WHO-NCHS dengan menggunakan

Z score.

Skala : ordinal

4. Imunisasi Campak

Adanya kondisi nyata anak sudah mendapat diimunisasi campak yang

dibuktikan dengan catatan imunisasi pada KMS.

Skala : nominal

40

5. Kebiasaan jajan

Sesuatu yang dilakukan secara rutin oleh anak dalam memenuhi hasratnya

untuk membeli makanan yang disukainya.

Skala : nominal

6. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

Membiasakan cara hidup sehat sehari-hari, salah satunya dengan cuci

tangan. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah tindakan

seseorang sebagai upaya membersihkan tangan dari berbagai kotoran.

Skala : nominal

7. Tingkat Pendidikan Ibu

Adalah jenjang pendidikan sekolah formal yang pernah diselesaikan oleh

Ibu berdasarkan kelulusan pendidikan terakhir atau ijazah terakhir.

Skala : ordinal

8. Status Pekerjaan Ibu

Adalah kegiatan yang dilakukan oleh Ibu sehari-hari yang mendapatkan

upah atau penghasilan di luar rumah maupun di dalam rumah.

Skala : nominal

9. Tingkat Pendapatan Keluarga

Adalah jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga baik tetap dan tidak

tetap perbulan yang dikonversikan dalam dalam bentuk satuan rupiah.

Skala : ordinal

10. Kejadian diare

Adalah penderita mengalami berak 3 kali atau lebih dalam 1 bulan terakhir

yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang

melembek sampai mencair dalam 1 bulan terakhir.

Skala : nominal

41

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data ini diperoleh langsung dari anak SD dengan cara observasi,

wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan dengan menggunakan

alat bantu kuesioner, timbangan Dacin dengan ketelitian 0,1 kilogram

dengan kapasitas 100 kilogram.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait yang

diperlukan dalam menunjang penelitian ini yang berasal dari puskesmas

meliputi profil kesehatan puskesmas, data penderita penyakit diare.

E. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan responden dan hasil penelitian diolah dengan program komputer.

Data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah berikut :

1. Pengeditan (editing) untuk mengoreksi data-data yang telah diperoleh

yang dilakukan di tempat penelitian.

2. Pengkodean (coding) untuk memudahkan dalam pengolahan data.

Koding dilakukan dalam bentuk pemberian simbol-simbol tertentu untuk

setiap jawaban.

a. Sumber air

1) Perpipaan

2) Non perpipaan

b. Kepemilikan jamban

1) Ya

2) Tidak

c. Status Gizi

1) Gizi baik, bila > 2,0 SD

2) Gizi sedang, bila –2,0 SD s/d 2 SD

3) Gizi kurang, bila > -2,0 SD

4) Gizi buruk, bila > -3,0 SD

42

d. Imunisasi campak

1) Ya

2) Tidak

e. Kebiasaan jajan

1) Biasa jajan (frekuensi > 2 kali)

2) Tidak biasa jajan (frekuensi 2 kali)

f. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

1) Selalu (frekuensi 2 kali)

2) Tidak selalu (frekuensi < 2 kali)

g. Tingkat pendidikan ibu

1) SD

2) SLTP

3) SLTA

4) PT

h. Status pekerjaan ibu

1) Ibu rumah tangga

2) Buruh

3) Pedagang/jasa

4) PNS

5) Petani

i. Tingkat pendapatan keluarga

1) Kurang (Rp 500.000)

2) Tinggi (Rp > 500.000)

j. Kejadian diare

1) Diare

2) Tidak diare

3. Tabulating dilakukan untuk memasukkan data hasil penelitian.

Analisa dilakukan dengan bantuan komputer yang meliputi :

43

a. Analisa univariat

Analisa yang menggambarkan variabel bebas dan terikat dengan

distribusi frekuensi dalam bentuk prosentase dengan menggunakan

tabel.

b. Analisa bivariat

Analisa data yang digunakan dalam menganalisa hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji X2

(Chi Square).

Sebagai antisipasi jika tidak bisa digunakan analisa data

menggunakan uji Chi-square karena tidak memenuhi syarat yaitu ada

lebih dari 20% dari jumlah kolom yang memiliki nilai ekspektasi

kurang dari 5 maka akan digunakan continuity correction. Proses

perhitungan analisa data akan dilakukan dengan menggunakan

program komputer.

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Geografis dan Kependudukan

SD dan MI desa Pacar Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

merupakan daerah pinggiran kota dengan daerah lokasi kegiatan industri

pembuangan limbah tekstil dan batik, di desa ini banyak limbah kotoran

pada saluran-saluran sehingga rawan genangan air yang membawa

penyakit, khususnya kotoran yang bisa menimbulkan penyakit diare, suhu

udara sekitar 30-320 C. Terletak di sebelah utara Kabupaten Pekalongan,

dekat dengan kota dan dekat dengan Puskesmas Kecamatan. Jumlah siswa

di SD dan MI sekitar 468 pada tahun 2006, sedang jumlah penduduk di

desa Pacar sendiri sebesar 21.312 jiwa, laki-laki 104.644 dan perempuan

10.830.

Dalam menghadapi kesehatan tersedia fasilitas dari pelayanan

kesehatan berupa 1 buah puskesmas, 2 puskesmas pembantu dan beberapa

buah posyandu, dokter serta sedang pekerjaan penduduk desa Pacar terdiri

dari buruh petani, pedagang, pengusaha dan pegawai.

Jumlah kepala keluarga di desa Pacar 355 kepala keluarga,

keluarga miskin 113 kepala keluarga, sedangkan pendidikan di

masyarakat juga masih rendah yaitu pendidikan tinggi 5%, pendidikan

SLTA 20%, pendidikan SLTP 25% dan 50% adalah pendidikan SD

bahkan masih banyak yang tidak tamat SD.

Dengan masih adanya pendidikan yang rendah di kalangan bawah,

maka masyarakat masih banyak yang belum tahu masalah kesehatan

terutama di lingkungan anak-anak, seperti di SD dan MI ini.

Baik masyarakat, orang tua murid serta para penjual makan,

seperti khususnya kantin di sekolah masih banyak yang belum tahu akan

45

kesehatan dan kegiatan bermain anak juga masih banyak yang belum

diperhatikan sehingga penyakit diare sering dapat terjangkit walau masih

terkendalikan dan prosentasinya belum begitu parah. Jamban SD dan MI

masih memperihatinkan dan belum terawat, air bersih juga masih

menggunakan air sumur biasa dan tempat pembuangan sampah juga masih

berserakan belum tertib.

2. Analisa Univariat

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di 2 SD

Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare yang

dikaji dalam penelitian ini meliputi sumber air, dan kepemilikan

jamban, status gizi, status imunisasi campak, kebiasaan jajan, dan

kebiasaan cuci tangan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan

keluarga per bulan. Gambaran faktor-faktor tersebut seperti terlihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi responden menurut faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di 2 SD Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan tahun 2006

No Variabel Faktor-Faktor Frekuensi Persentase

(%)1 Sumber Air

- Perpipaan- Non Perpipaan

1664

20,080,0

Jumlah 80 100,02 Kepemilikan Jamban

- Ya- Tidak

6614

82,517,5

Jumlah 80 100,03 Status Gizi

- Baik (> 2,0 SD)- Sedang (-2,0 SD s/d 2,0

SD)

755

93,86,3

Jumlah 80 100,04 Imunisasi Campak

- Ya- Tidak

6614

82,517,5

46

No Variabel Faktor-Faktor Frekuensi Persentase

(%)Jumlah 80 100,0

47

Lanjutan tabel 4.1.

No Variabel Faktor-Faktor Frekuensi Persentase

(%)5 Kebiasaan Jajan

- Biasa jajan (> 2x)- Tidak biasa jajan ( 2x)

2159

26,373,8

Jumlah 80 100,06 Kebiasaan Cuci Tangan

- Selalu ( 2x)- Tidak Selalu (< 2x)

3545

43,856,3

Jumlah 80 100,07 Pendidikan Ibu

- SD- SLTP- SLTA- Perguruan Tinggi

621233

77,515,03,83,8

Jumlah 80 100,08 Status Pekerjaan Ibu

- Ibu rumah tangga- Buruh- Pedagang/Jasa- PNS

2834153

35,042,518,83,8

Jumlah 80 100,09 Tingkat Pendapatan Keluarga

- Tinggi ( Rp. 500.000)- Kurang (< Rp. 500.000)

5327

66,333,8

Jumlah 80 100,010 Kejadian diare

- Diare- Tidak Diare

1664

2080

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas responden

(80%) menggunakan sumber air dari non perpipaan. Sebanyak 82,5%

responden telah mempunyai jamban keluarga. Dilihat dari

karakteristik anak diketahui bahwa sebanyak 93,8% anak SD di lokasi

penelitian mempunyai status gizi yang baik. Anak SD sampel

penelitian telah mendapatkan imunisasi campak sebanyak 82,5%.

Anak-anak di kedua SD ini tidak mempunyai kebiasaan jajan

sebanyak 73,8%, dan sebanyak 56,3% dari mereka tidak selalu

mencuci tangan sebelum makan. Dilihat dari karakteristik orang tua

48

diketahui bahwa sebanyak 77,5% ibu mempunyai pendidikan SD.

Sebanyak 42,5% ibu mempunyai pekerjaan sebagai buruh. Adapun

tingkat pendapatan perkapita sebagian besar responden (66,3%)

berpenghasilan tinggi (>Rp.500.000,- per bulan)

b. Kejadian diare pada anak di dua SD di Kecamatan Tirto Kabupten

Pekalongan.

Hasil identifikasi kejadian diare di dua SD lokasi penelitian

menunjukkan bahwa dalam 1 bulan terakhir (Maret 2006) pada saat

penelitian dilakukan semua anak SD pernah menderita diare. Dilihat

dari kategori kejadiannya maka sebagian besar (80,0%) tidak

menderita diare. Distribusi kejadian diare tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.1.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menguji hubungan antara

variabel sebab dan variabel akibat. Uji yang digunakan dengan chi square,

hasil analisis uji bivariat diperoleh gambaran pada tabel 4.3 sebagai

berikut :

Tabel 4.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di 2 SD Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Variabel Kejadian diare

TotalX2 p valueDiare Tidak Diare

N % N % N %Sumber AirPerpipaanNon Perpipaan

016

025

1648

10075

1664

100100

3,926 0,048

Total 16 20 64 80 80 100Kepemilikan JambanYaTidak

79

8,811,2

595

73,86,2

6614

82,517,5

17,581 0,000

Total 16 20 64 80 80 100Status GiziBaikSedang

160

200

595

73,86,3

755

93,86,3

4,464 0,035

Total 16 20 64 80 80 100Lanjutan tabel 4.2.

49

Variabel Kejadian diare

TotalX2 p valueDiare Tidak Diare

N % N % N %Imunisasi campakYaTidak

88

1010

586

72,511,2

6614

82,517,5

11,953 0,001

Total 16 20 64 80 80 100Kebiasaan JajanBiasa JajanTidak Biasa

79

8,811,2

1450

17,562,5

2159

26,273,8

4,395 0,036

Total 16 20 64 80 80 100Kebiasaan Cuci TanganSelaluTidak selalu

016

020

3529

43,836,2

3545

43,856,2

13,413 0,000

Total 16 20 64 80 80 100Tingkat Pendidikan IbuSDSLTPSLTAPT

16000

20000

461233

57,5153,83,8

621233

77,5153,83,8

5,806 0,121

Total 16 20 64 80 80 100Status PekerjaanIbu RTBuruhPedagang/jasaPNS

5650

6,37,56,30

2328103

28,735

12,53,8

2834153

3542,518,83,8

2,615 0,455

Total 16 20 64 80 80 100Tingkat Pendapatan KeluargaTinggiKurang

97

11,28,8

4420

5525

5327

66,233,8

5,333 0,021

Total 16 20 64 80 80 100

a. Hubungan sumber air dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang menggunakan air bersih perpipaan, semuanya (100%) tidak

menderita diare. Sedang pada kelompok responden yang menggunakan

air bersih non perpipaan, sebanyak 75% tidak menderita diare dan

hanya 25% yang menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa

kejadian diare lebih banyak dialami oleh mereka yang menggunakan

air bersih non perpipaan.

50

Selanjutnya uji korelasi pada analisa ini digunakan uji hipotesis

Chi Square karena variabel sumber air mempunyai bentuk data

berskala nominal. Kemudian setelah dilakukan analisa, didapatkan

hasil perhitungan bahwa terdapat nilai ekspektasi (harapan) yang

nilainya kurang dari 5 pada tabel silang Chi Square 2x2 (terlampir)

sebesar 25%. Karena masih ada nilai ekspektasi yang kurang dari 5

lebih dari 20 % dari suluruh sel, maka digunakan Correction

Continuity.

Setelah dilakukan analisa, didapatkan bahwa nilai p = 0,048,

maka ternyata p < 0,05. Dari hasil analisa ini menunjukkan bahwa

hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotasis alternatif (Ha) diterima atau

dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sumber air

dengan kejadian diare.

b. Hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang memiliki jamban, sebanyak 89,4% tidak menderita diare dan

sebanyak 10,6% menderita diare. Sedang pada kelompok responden

yang tidak memiliki jamban, sebanyak 35,7% tidak menderita diare

dan 64,3% yang menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian

diare lebih banyak dialami oleh mereka yang tidak memiliki jamban.

Uji korelasi yang digunakan adalah Chi Square karena variabel

kepemilikan jamban mempunyai bentuk data berskala nominal.

Kemudian setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil perhitungan

bahwa terdapat nilai ekspektasi (harapan) yang nilainya kurang dari 5

pada tabel silang Chi Square 2x2 (terlampir) sebesar 25%. Hal ini

tidak memenuhi syarat untuk pemakaian chi square, maka selanjutnya

akan digunakan Continuity Correction.

Adapun setelah digunakan Continuity Correction pada analisa

data, didapatkan hasil p = 0,00 jadi p < 0,05. Hasil ini menyatakan

bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima

51

atau dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan antara

kepemilikan jamban dengan kejadian diare.

c. Hubungan status gizi dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang berstatus gizi baik, sebanyak 84,3% tidak menderita diare dan

sebanyak 15,7% menderita diare. Sedang pada kelompok responden

yang berstatus gizi sedang, sebanyak 50% tidak menderita diare dan

hanya 50% yang menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa

kejadian diare lebih banyak dialami oleh mereka yang berstatus gizi

sedang.

Sedangkan uji korelasi pada analisis ini digunakan Chi Square

karena variabel satus gizi mempunyai bentuk data berskala ordinal.

Hasil yang didapatkan nilai p = 0,035, hasil ini ternyata lebih kecil dari

nilai = 0,05. Hal ini menyatakan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak

dan hipotesa alternatif (Ha) diterima atau dapat diartikan terdapat

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian diare.

d. Hubungan imunisasi campak dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang telah melakukan imunisasi campak, sebanyak 87,9% tidak

menderita diare dan sebanyak 12,1% menderita diare. Sedang pada

kelompok responden belum melakukan imunisasi campak, sebanyak

42,9% tidak menderita diare dan hanya 57,1% yang menderita diare.

Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami oleh

mereka yang belum melakukan imunisasi campak.

Uji korelasi pada analisa ini digunakan Chi Square karena

variabel imunisasi campak mempunyai bentuk data berskala nominal.

Kemudian setelah dilakukan analisa, didapatkan hasil perhitungan

bahwa terdapat nilai ekspektasi yang kurang dari 5 pada tabel silang

Chi Square 2x2 (terlampir) sebesar 25%. Hal ini tidak memenuhi

syarat untuk pemakaian Chi Square, maka selanjutnya akan digunakan

Continuity Correction. Dari hasil penghitungan dengan Continuity

52

Correction, didapatkan p = 0,001, berarti nilai p < 0,05. Dengan

demikian maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha)

diterima atau dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan antara

imunisasi campak dengan kejadian diare.

e. Hubungan Kebiasaan Jajan Dengan Kejadian Diare.

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang biasa jajan, sebanyak 61,9% tidak menderita diare dan sebanyak

38,1% menderita diare. Sedang pada kelompok responden tidak biasa

jajan, sebanyak 86,4% tidak menderita diare dan hanya 13,6% yang

menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian tidak menderita

diare lebih banyak dialami oleh mereka yang biasa jajan.

Adapun uji korelasi pada analisa ini digunakan Chi Square

karena variabel kebiasaan jajan mempunyai bentuk data berskala

nominal. Hasil yang didapatkan nilai p = 0,036, hasil ini ternyata lebih

kecil dari nilai = 0,05. Hal ini menyatakan bahwa hipotesa nol (Ho)

ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima atau dapat diartikan

terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan

kejadian diare.

f. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Kejadian Diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang selalu mencuci tangan sebanyak seluruhnya (100%) tidak

menderita diare. Sedang pada kelompok responden yang tidak selalu

mencuci tangan, sebanyak 64,4% tidak menderita diare dan 35,6%

yang menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih

banyak dialami oleh mereka yang tidak selalu mencuci tangan.

Uji korelasi yang digunkan untuk menemtukan ada tidaknya

hubungan pada kedua variabel ini adalah Chi Square. Hasil yang

didapatkan nilai p = 0,000, hasil ini ternyata lebih kecil dari nilai =

0,05. Hal ini menyatakan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak dan

hipotesa alternatif (Ha) diterima atau dapat diartikan terdapat

53

hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci tangan dengan

kejadian diare.

g. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang pendidikan ibunya SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi

seluruhnya (100%) tidak menderita diare. Sedangkan pada kelompok

responden yang pendidikan ibunya SD, sebanyak 74,2% tidak

menderita diare dan hanya 25,8% yang menderita diare. Hal ini

menunjukkan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami oleh mereka

yang ibunya berpendidikan SD.

Selanjutnya uji korelasi pada analisa ini digunakan adalah Chi

Square karena variabel tingkat pendidikan ibu berskala ordinal.

Kemudian setelah dilakukan analisa, didapatkan hasil perhitungan

sebesar p = 0,121, hasil tersebut ternyata lebih besar dari nilai =

0,05, dengan df = 3. Hasil ini menyatakan bahwa hipotesa nol (Ho)

diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak atau dapat diartikan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

kejadian diare.

h. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kejadian Diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang ibunya bekerja sebagai PNS seluruhnya (100%) tidak menderita

diare. Pada kelompok yang ibunya bekerja sebagai pedagang/jasa

sebanyak 66,7% tidak menderita diare dan 33,3% menderita diare.

Sedang pada kelompok responden yang ibunya bekerja sebagai buruh

dan sebagai ibu rumah tangga 82,4% tdiak menderita diare dan 17,9%

yang menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih

banyak dialami oleh mereka yang ibunya bekerja sebagai pedagang.

Uji korelasi pada analisa ini digunakan Chi Square karena

variabel status pekerjaan mempunyai bentuk data berskala nominal.

Kemudian setelah dilakukan analisa, didapatkan hasil perhitungan p =

0,455, hasil tersebut ternyata lebih besar dari nilai = 0,05, dengan df

54

= 3. Hasil ini menyatakan bahwa hipotesa nol (Ho) diterima dan

hipotesa alternatif (Ha) ditolak atau dapat diartikan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kejadian

diare.

i. Hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian diare

Pada tabel 4.3. didapatkan bahwa pada kelompok responden

yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi sebanyak 88% yang tidak

menderita diare dan 12% yang menderita diare. Sedang pada

kelompok responden yang mempunyai tingkat pendapat tinggi

sebanyak 66,7% tidak menderita diare dan 33,3% yang menderita

diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih banyak dialami

oleh mereka mempunyai tingkat pendapatan keluarganya kurang.

Adapun uji korelasi pada analisa ini digunakan Chi Square

karena variabel tingkat pendapatan keluarga mempunyai bentuk data

berskala ordinal. Hasil yang didapatkan nilai p = 0,021, hasil ini

ternyata lebih kecil dari nilai = 0,05. Hal ini menyatakan bahwa

hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima atau

dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendapatan keluarga dengan kejadian diare.

B. Pembahasan

1. Hubungan Sumber Air Dengan Kejadian Diare

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara

sumber air dengan kejadian diare. Hasil tersebut sesuai dengan Norman

(1998) bahwa penyakit seperti diare, desentri, dan paratipus dapat

dipengaruhi oleh sumber air. Penggunaaan air minum dari sumber air

yang tercemar, dapat menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare.

Dan jika pipa-piapa air minum dan persediaan air kita disambung kurang

benar, berarti kita membuka diri sendiri terhadap banyak penyakit seperti

diare, desentri, paratipus dan lain sebagainya.

55

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

2. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare

Dari hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan yang signifikan

antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare. Pada umumnya

penularan diare adalah oral – fecal melalui makanan dan minuman yang

telah terkontaminasi oleh enteropatogen dan kontak langsung tangan

dengan penderita atau barang – barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat(22). Penularan melalui tinja penderita

dapat dipengaruhi oleh ada tidaknya jamban dan kondisi jamban. Jamban

yang baik sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit

10 m dan harus tertutup(23).

Keluarga yang tidak mempunyai jamban akan cenderung buang air

besar di sembarang tempat atau di WC umum yang kebersihannya kurang

terjaga. Hal ini lah yang menjadikan kuman diare dapat menyebar melalui

lalat yang biasanya hidup di tempat yang kebersihannya kurang terjaga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan kedua pendapat diatas bahwa

kepemilikan dan kondisi jamban dapat mempengaruhi kejadian diare.

3. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare

Setelah dilakukan analisa, didapatkan hasil bahwa ada hubungan

yang signifikan antara status gizi dengan kejadian diare. Hasil penelitian

serupa menunjukkan status gizi kurang berhubungan erat dengan status

gizi bayi dan anak. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering

frekuensi diare yang dideritanya(24).

Status gizi dapat mempengaruhi terjadinya diare karena pada status

gizi yang kurang baik khususnya karena faktor kekurangan protein dan

kalori bisa menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Karena daya tahan

tubuh turun, maka balita mudah terkena diare maupun penyakit infeksi

lainnya(20).

56

4. Hubungan Imunisasi Campak Dengan Kejadian Diare

Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan

antara imunisasi campak dengan kejadian diare. Tujuan diberikannya

imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh anak agar mampu melawan

berbagai gangguan bakteri dan virus yang ada di sekeliling tempat

hidupnya. Jadi dengan imunisasi, tubuh anak akan bereaksi dan anti

bodinya meningkat untuk melawan antigen yang masuk termasuk kuman

penyebab diare(20).

Perilaku seseorang dalam kesehatannya dapat menyangkut respon

terhadap penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan dan imunisasi.

Pemberian imunisasi akan menjadikan seseorang meningkat daya tahan

tubuhnya dan menghindarkannya dari penyakit(25).

5. Hubungan Kebiasaan Jajan Dengan Kejadian Diare

Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan jajan dengan kejadian diare. Jajanan yang

diperjualbelikan bisanya tidak mengindahkan pedoman dalam kesehatan.

Kurangnya penutupan dan keterbukaan makanan terhadap lalat, serangga

dan hama tidak hanya akan menyebabkan penyakit tetapi juga

pertimbangan nilai-nilai estetika(21).

Pemilihan bahan makanan yang digunakan pada pambuatan jajan

oleh produsen biasanya kurang terjamin mutunya selain itu cara

penyimpanan makanan tidak dilakukan dengan benar sehingga

mengakibatkan adanya kontaminasi dari bakteri dan virus panyebab

berbagai macacam penyakit. Penggunaan bahan pewarna makanan yang

tidak baik kwalitasnya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan(26).

6. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Kejadian Diare

Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare. Sesuai dengan

pendapat Sjamsunir Adam (1978) bahwa kita harus membiasakan cara

hidup sehat sehari-hari, yaitu dengan kuku yang panjang sebaiknya

dipotong dan selalu bersih terutama bagi anak-anak. Setiap kali selesai

57

buang air besar, kita harus mencuci tangan dengan sabun. Setiap makan

dan minum sebelumnya cucilah tangan terlebih dahulu. Setiap cuci tangan

atau mandi sebaiknya menggunakan sabun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Indan (2000) bahwa perilaku

cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan kejadian

diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat

menghindarkan diri dari diare. Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi

tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama

makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehinbgga tidak ada kuman

yang masuk ke dalam tubuh.

7. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Diare

Faktor pendidikan yang utama dalam terjadinya diare pada balita

yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor ini yang

mendasari sikap perilaku orang tua dalam mencegah atau menghadapi

diare pada balitanya(20).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare. Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Irwanto (2000)

di atas bahwa tingkat pendididkan ibu sangat mempengaruhi kejadian

diare.

Dalam hal ini dapat dikarenakan walaupun tingkat pendidikan

mereka rendah namun tingkat pendapatannya tinggi, sehingga dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga sudah dapat mencukupi baik dari

segi kualitas maupun variasi menu makanannya.

8. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kejadian Diare

Hasil penelitian didapatkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara status pekerjaan dengan kejadian diare. Hasil penelitian

ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Irianto

(1996) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare

diantaranya status pekerjaan ibu.

58

Pada penelitian ini prevalensi terjadinya diare paling banyak pada

ibu dengan status pekerjaan sebagai pedagang/jasa. Hal ini dikarenakan

pada ibu pedagang/jasa tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurus

rumah tangga, sehingga kebutuhan nutrisi keluarga terabaikan. Maka

anak-anak kurang mendapat perhatian dalam hal makanannya. Sehingga

kemungkinan anak mereka tidak mengkonsumsi makanan yang layak dan

akhirnya dapat meningkatkan kejadian diare.

9. Hubungan Tingkat Pendapatan Perkapita Dengan Kejadian Diare

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pendapatan per kapita dengan kejadian diare. Pada penelitian

didapatkan hasil yang selaras denag yang dikemukakan oleh Indan (2000)

dan Irwanto (2000) yang menyebutkan bahwa kejadian diare sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga.

Seseorang yang berpenghasilan rendah, biasanya pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang diperhatikan kualitasnya, hanya kuantitasnya

saja sehingga kualitas gizi pada anak bisa berkurang. Keluarga dengan

tingkat pendapatan yang tinggi akan lebih memperhatikan kualitas nutrisi

sehingga lebih sedikit menderita diare dibandingkan dengan keluarga

denga tingkat pendapatan yang rendah(20). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian ini bahwa prevalensi terjadinya diare lebih banyak pada

kelurga dengan tingkat pendapatan rendah.

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berkaitan

dengan kejadian penyakit diare pada 2 sekolah dasar di Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan, maka dapat disimpulkan :

1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian diare didapatkan sebagian

besar responden masih belum menggunakan sumber air dari perpipaan

(80%), keberadaan jamban (82,5%), status gizi yang baik (93,8%),

imunisasi campak (82,5%), tidak selalu melakukan kebiasaan jajan

(73,8%), tidak selalu mencuci tangan (56,3%), kebanyakan berpendidikan

SD (77,5%), dan pekerjaan sebagai buruh (42,5%), serta sebagian besar

berpenghasilan tinggi sebesar 66,3%.

2. Angka kejadian diare sebagian besar dikategorikan tidak menderita diare

sebesar 80%.

3. Ada hubungan yang bermakna sumber air dengan kejadian diare

4. Ada hubungan yang bermakna kepemilikan jamban dengan kejadian diare

5. Ada hubungan yang bermakna status gizi dengan kejadian diare

6. Ada hubungan yang bermakna imunisasi campak dengan kejadian diare

7. Ada hubungan yang bermakna kebiasaan jajan dengan kejadian diare

8. Ada hubungan yang bermakna kebiasaan cuci tangan dengan kejadian

diare

9. Tidak ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ibu dengan

kejadian diare

10. Tidak ada hubungan yang bermakna status pekerjaan dengan kejadian

diare

11. Ada hubungan yang bermakna tingkat pendapatan perkapita dengan

kejadian diare

60

B. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan

a. Ikut bekerja sama dengan penyedia sarana air bersih

(PDAM) dalam penyediaan air bersih sampai ke seluruh pelosok

wilayah terutama di wilayah Kabupaten Pekalongan

b. Meningkatkan pengawasan dengan melakukan kunjungan

dan peninjauan home industry terutama industri makanan untuk

mengontrol kualitas makanan yang diproduksi.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Tirto

Perlu lebih aktifnya tenaga kesehatan di daerah untuk memberikan

penyuluhan dan penyampaian informasi tentang kesehatan terutama

penyakit diare baik pada waktu dilaksanakannya acara-acara

kemasyarakatan maupun melalui posyandu. Sehingga diharapkan

informasi mengenai kesehatan tersebut dapat dijangkau ke seluruh pelosok

daerah, dimana tidak harus mengandalkan peran serta kader kesehatan di

posyandu tetapi tenaga kesehatan harus juga aktif terjun ke daerah-daerah.

Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat diare di wilayah tersebut.

3. Bagi Masyarakat (Kader Kesehatan) Desa Pacar

Diharapkan masyarakat lebih pro aktif dalam menyikapi kebutuhan

akan kesehatannya dimana kesehatan tidak hanya ditunjang dari satu dua

faktor saja tetapi banyak faktor guna menunjang kesehatan pada diri

seseorang tersebut, misalnya faktor sumber air dan kebiasaan dalam

mencuci tangan.

4. Bagi Guru di SDN Pacar dan MI Pacar

Diharapkan setiap sekolah bisa menyediakan tempat untuk

mencuci tangan, demikian pula diharapkan setiap 1 minggu sekali

mengadakan pemeriksaan kuku.

61

DAFTAR PUSTAKA

1. Jellieffe.D.B. 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Mira T.Windy : Bumi Aksara. Jakarta.

2. Balai Penerbit FKUI. 2003. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta. 3. Widjaja, M.C. Menguasai Diare dan Kracunan Pada Balita. Kawan Pustaka. 4. Depkes RI 1994. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare di

Puskesmas. Jakarta. Ditjen PPM PLP.5. Anies, Mengatasi Gangguan Kesehatan pada Anak-anak. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.6. Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta. 7. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit, Buku Kedokteran EGC.8. Depkes RI 1985. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare untuk Kader

Pembangunan Desa Pramuka dan Dokter Kecil. Jakarta : Depkes RI.9. Joko Irianto, Sri Soewati Soesanto, Inswiarsih, Sri Irianti, Anthena Anwar.

1996. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare pada Anak Balita. Buletin Kesehatan 23 : 2-3.

10. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rieneka Cipta.

11. Puskesmas Tirto. 2005. Profil Puskesmas, Puskesmas Tirto. 12. Enoch M, Jumadias, Purnama A. 1987, Hubungan Pergeseran Pola

Penyapihan Bayi dan Anak dengan Tingkat Pendidikan Ibu. Medika 10, Jakarta.

13. Soekidjo Notoatmodjo, 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta.

14. Sjamsunir Adam, 1978. Hygiene Perseorangan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

15. Tim Pengembangan SDM Yayasan Pendidikan Haster Bandung. 1996. Pedoman Kesehatan dan Perawatan Anak, Bandung : CV. Roner Jaya.

16. Ali Khomsan, 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

17. Declan Wash. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

18. http://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/Profile2003/bab4.htm.15April 2006.19. Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta : CV. Alfa Beta.20. Irwanto. 2002. Diare Akut Pada Anak dalam Soegijanto, Soegeng. Ilmu

Penyakit Anak Diagnosa Dan Pelaksanaan. Jakarta : Salemba Medika.21. Norman W. Desrosier. 1998. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI

Press.22. Rusepno Hasan. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.23. Indan Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti.

62

24. Peter Anugerah. 1995. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut. Jakarta : EGC.

25. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

26. Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Bidang Kesehatan Tahun 2010. Jakarta : Depkes RI.

63

KUESIONER PENELITIANKEJADIAN DIARE PADA 2 SD

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DI KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

Nomor Responden : …………………….

A. Identitas Responden

1. Nama anak :

…………………………………………

2. Tanggal lahir :

…………………………………………

3. Umur : ……………… th

4. BB : ………………..

5. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

6. Nama ibu responden : …………………………………………

7. Umur Ibu : ……………… th

8. Alamat :

…………………………………………

…………………………………………

9. Keadaan lingkungan

a. Apa sumber air bersih yang digunakan ?

1. Sumur gali (non perpipaan)

2. Perpipaan

b. Apakah keluarga memiliki jamban ?

1. Ya

2. Tidak

c. Jika tidak memiliki dimanakah Adik BAB ?

1. Jamban umum

2. Sungai

3. Kebun

64

10. Karakteristik individu

a. Apakah Adik diimunisasi campak ?

1. Ya

2. Tidak

b. Apakah selalu dibawakan ibu bekal dari rumah

untuk di makan di sekolah ?

1. Ya

2. Tidak

c. Apakah Adik selalu mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan ?

1. Ya

2. Tidak

d. Apakah Adik sering jajan ?

1. Ya

2. Tidak

e. Jajan apa yang sering dikonsumsi Adik ?

1. Es

2. Ciki

3. Permen

4. Makanan ringan lain

11. Karakteristik Ibu

a. Apa pekerjaan ibu sehari-hari

1. Ibu rumah tangga

2. Buruh

3. Pedagang/jasa

4. PNS

5. Petani

b. Apa pendidikan / ijazah terakhir ibu ?

1. SD

2. SLTP

3. SLTA

65

4. PT

12.Pendapatan Keluarga

a. Pendapatan ayah

1. Tetap : ………………………

2. Sampingan : ………………………

Jumlah : ………………………

b. Pendapatan ibu

1. Tetap :

………………………

2. Sampingan :

………………………

Jumlah : ………………………

c. Pendapatan anggota keluarga lain

1. Tetap : ………………………

2. Sampingan : ………………………

Jumlah : ………………………

13.Kejadian diare

Apakah Adik mengalami diare dalam satu bulan terakhir ?

1. Ya

2. Tidak

66