skripsie-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/374/1/erma... · 2016. 2. 18. · fakultas : tarbiyah...
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI PENDIDIKANDALAM TRADISI “GREBEG”
MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO
KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh :
ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH
NIM 111 10 187
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433
Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Erma Nahdliyatul Futihah
NIM : 1110187
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : PAI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 10 November 2014
Penulis
Erma Nahdliyatul Futihah
111 10 187
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433
Salatiga 50721
Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GREBEG MAULUD
DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO
KABUPATEN TEMANGGUNG
DISUSUN OLEH
ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH
111 10 187
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 D
esember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Sri Guno Najib C.M.A
Penguji I : Drs. Taufiqul Mu‟in, M.Ag
Penguji II : Rovi‟in, M.Ag
Penguji III : Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433
Salatiga 50721
Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
NOTA DINAS
Salatiga, 24 Desember2014
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan pembimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Maulud Bentisan
Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung
Tahun 2014
Nama : Erma Nahdliyatul Futihah
NIM : 11110187
Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang Munaqosah.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Pembimbing Skripsi
Sukron Ma‟mun, S.Hi, M.Si
NIP. 19790416 200912 1001
ABSTRAKS
Judul : Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Malud Bentisan
Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung
Tahun 2014
Nama : Erma Nahdliyatul Futihah
NIM : 11110187
Latar belakang pembuatan skripsi ini untuk membuktikan ada tidaknya
nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Grebeg Bentisan.Dalam tradisi grebeg
bentisan terdapat beberapa rangkaian acara yang memiliki banyak unsur
pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu pembacaan tahlil dan doa untuk para
arwah orang-orang bentisan yang sudah meninggal pada umumnya dan pada
khususnya pembacaan doa di tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa
bentisan yaitu simbah Kyai Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh
yang mencetuskan nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan
islam yaitu berbakti kepada orang tua. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas
maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna
mengetahui maksut, tujuan, dan nilai-nilai pendidikan dari upacara Tradisi Grebeg
yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dan
masyarakat Desa Bentisan pada khususnya. Di mana masyarakat yang berdomisili
di Desa Bentisan dan sekitarnya beranggapan bahwa pelaksanaan dari kegiatan
tradisi grebeg tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan.Dalam merumuskan
permasalahan tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran
yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok
masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan
pembahasan yang tidak ada relevansinya.Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg
Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?, 2). Ritual apa saja yang
terdapat dalam prosesi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten
Temanggung?, 3). Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi
grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi, digunakan untuk mengamati tradisi grebeg.Metode wawancara
digunakan untuk menggali informasi tentang bentuk tradisi grebeg. Kemudian
metode yang terakhir adalah metode dokumentasi, dokumen yang diperoleh dalam
hal ini adalah berupa kumpulan dari beberapa pengamatan langsung kelokasi
penelitian, yang dikumpulkan bermacam-macam dari berbagai sumber, berupa
dokumen foto atau dokumen penting tentang sejarah dan lain-lainya yang
berhubungan dengan tradisi grebeg Bentisan.
Hasil dari penelitian ini terdapat tiga nilai pendidikan dalam upacara
tradisi Gebeg Bentian Tiga tersebut yaitu: 1). Nilai pendidikan sosial terdapat
dalam : gotongroyong, pemberian sedekah, kebersamaa.2). Nilai pendidikan
Agama Islam terdapat dalam beberapa ritual yaitu: doa, sedekah, berbakti kepada
orang tua, cinta kepada Allah lewat wali-walinya. 3). Nilai pendidikan
kebudayaan terdapat dalam ritual-ritual adat dan pakaian adat yang digunakan
ketika arak-arak.
MOTTO
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-Baik Manusia Adalah Orang Yang
Paling Bermanfaat Bagi Manusia”
PERSEMBAHAN
Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkankepada:
1. Ayahanda (Khoeroni) dan Ibunda (Siti Sholihah). Semoga ananda dapat
mengukir“bahagia” pada hari-hari bapak dan ibu selanjutnya setelah kisah
berat danpanjang terlampui, tidak lupa Ayahanda (Badrodin) dan Ibunda
(Sholiyah) dengan doa restu bapak ibu sekalian juga karya ini ada.
2. Seorang sahabat penyayang pelindung pengasih dan pemberi ketentraman
mas Mahrosin yang memberikan inspirasi serta penguat hati ketika lemah
dan yang selalu membangkitkan “semangat dalam lelah” dalam perjalanan
penyelesaian skripsi ini.
3. Kakak-kakakku mbak ely,mas mahbub dan kakak iparku mas shoim.
Yangselama ini tak pernah berhenti menanamkan semangat dan
mencurahkankepeduliannya selama ini.
4. Sahabat-sahabatku di pondok Al Falah (mbak umi, mbak chunul, dek epy,
dek riyana, dek uzi, mbak indah, mbak rizka, mbak ulin, mbakkhanif)
canda, tawa kalian menjadi pelipur lelahdalampenulisan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang Maha
Rahman dan Maha Rahim, tempat memohon pertolongan dan ampunan, tempat
berlindung dari segala kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa
diberi petunjuk oleh-Nya, maka tidak ada yang mampu menyesatkan dan barang
siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kehadirat Rasulullah Saw,
keluarga, sahabat, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran , penulis sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan
yangmelelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan
ucapanterima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantudalam proses ini. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis
sampaikan kepada:
1. Ayahanda Khoeroni dan ibunda Siti Sholihah tercinta yang telah
mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi
keberhasilan studi penulis.
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga
3. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PAI.
5. Bapak Sukron Ma‟mun. S.Hi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Ghufron M,Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
7. Seluruh Dosen STAIN Salatiga dan para stafnya yang telah memberikan
ilmu dan bantuannya bagi penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
8. Bapak K.H. Zoemri RWS beserta ibu Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al
Falah yang telah membina, mendidik, dan mencurahkan ilmunya serta doa
kepada penulis selama studi di ponpes.
9. Bapak Miftahudin, S.Ag, selaku kepala Desa Sukomarto yang telah
memberikan berbagai informasi serta ijin penelitian bagi penulis.
10. Mas mahrosin yang senantiasa setia menemani, yang selalu bersedia untuk
direpotkan dan sahabat pendengar yang bijak ketika penulis mengeluarkan
keluh-kesahnya.
11. Kakak-kakak tercinta mas mahbub, mbak ely, mas shoim, yang tiada henti
mengingatkan agar terus semangat dari awal hingga akhir penulisan skripsi
ini.
12. Teman-teman seperjuangan mbak umi, mbak indah, mbak rizka, mbak
ulin, mbak khanif, maz arifin yang selalumensupport penulis untuk tidak
bosan-bosan berusaha menjadi lebih baik.
13. Teman-teman dan adik-adik Pondok Al Falah suka duka kita hidup bersama.
14. Seluruh warga masyarakat Bentisan atas kerjasamanya dan doanya skripsi ini
dapat selesai tepat waktu.
15. Teman-teman se-Tarbiyah angkatan 2010 dan seluruh pihak yang tidakbisa
penulis sebutkan satu persatu di sini yang telah memberikan bantuandan
dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do‟a
semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholih dan mendapatkan
balasan berlipat dari-Nya. Serta proses yang selama ini penulis alami semoga
bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang
Maha Sempurna.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu
menyempurnakan baik dari segi substansial (isi) maupun metodologi.Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua
pihak guna kesempurnaan skripsi ini.Dan penulis berharap semoga tulisan ini
mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Salatiga, 24 Desember 2014
Penulis
Erma Nahdliyatul futihah
111 10 187
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………….. ii
PENGESAHAN ………………………………………………………… iii
NOTA PEMBIMBING ……………………………………………….... iv
ABSTRAK ……………………………………………………………… v
MOTTO …………………………………………………………………. vii
PERSEBAHAN …………………………………………….................. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN .………….………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………... 7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 7
D. Kegunaan Penelitia ………………………………………….. 8
E. Penegasan Istilah ……………………………………………. 8
F. Landasan Teori ……………………………………………… 11
G. Metode Penelitian …………………………………………… 13
H. Prosedur Pengumpulan Data ………………………............. 17
I. Analisis Data ………………………………………………… 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………… 21
A. Grebeg ……………………………………………………….. 21
1. Pengertian Grebeg ……………………………………….. 21
2. Sejarah Grebeg …………………………………………… 21
B. Pendidikan ……………………………………………………. 24
1. Pengertian Pendidikan ……………………………………. 24
2. Tujuan Pendidikan ………………………………………... 26
3. Subjek Pendidikan ……………………………………….. 28
4. Objek Pendidikan ………………………………………… 35
5. Metode …………………………………………………… 37
6. Media …………………………………………………….. 40
7. Evaluasi ………………………………………………….. 41
8. Bentuk-bentuk Pendidikan ………………………………. 42
BAB III PAPARAN DATA ...……………..…………………………. 45
A. Paparan Data ………………………………………………… 45
1. Gambaran Umum Lokasi ………………………………... 45
2. Sejarah Desa Bentisan …………………………………… 46
3. Kependudukan …………………………………………… 47
4. Kondisi Geografis ……………………………………….. 47
5. Kondisi Sosial, Agama dan Budaya …………………….. 48
B. Temuan Penelitian….……………………………………….. 49
a. Grebeg Bentisan ………………………………………….. 49
b. Waktu Diadakanya Grebeg ………………………………. 50
c. Tempat-tempat Upacara ………………………………….. 50
d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg …………… 53
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………… 55
A. Sejarah Tradisi Grebeg ………………………………………… 55
B. Prosesi Tradisi Grebeg …………………………………………. 58
C. Nilai-nilai Pendidkan Dalam Tradisi grebeg ………………….. 61
1. Nilai Pendidikan Sosial ……………………………………. 62
2. Nilai Pendidikan Agama Islam……………………………... 69
3. Nilai Pendidikan Kebudayaan ……………………………… 89
BAB V PENUTUP ……………………………………………………... 95
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 95
B. Saran …………………………………………………………….. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
PAPARAN HASIL WAWANCARA
FOTO-FOTO
NOTA PEMBIMBING
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
DAFTAR NILAI SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelum datangnya agama Hindu dan Budha di Jawa, orang Jawa
telah mengenal suatu keyakinan yang bersifat sinkritisme, yaitu Animisme
dan Dinamisme.Di sinilah akar permasalahanya dari keyakinan orang Jawa
hingga saat ini, sedangkan ajaran Hindu dan Budha hanya sebagai pewarna
saja.Dan masuknya agama-agama wahyu termasuk agama Islam ternyata
tidak mematikan keyakinan dan paham ini.Ia tetap berjalan secara pasang
surut mengikuti perubahan waktu dan perkembangan zaman. Hal itu
terwujud dalam bentuk kepercayaan adanya danyang-danyang yang berarti
hantu penjaga (rumah, pohon, dan sebagainya) di tempat-tempat tertentu
dan percaya adanya dewa-dewa yang menguassai tempat-tempat di bagian
bumi ini.
Agama dan budaya dua sisi yang tidak bisa dipisahkan tetapi sering
menimbulkan pertentangan.Masuknya Islam ke tanah Jawa sendiri
melalaui jalur budaya, penyebar agama Islam tidak menghilangkan budaya
yang telah melekat dimasyarakat, sehingga menimbulkan fenomena
budaya baru yaitu campuran antara kejawen dengan Islam.Hal ini dapat
dicontohkan dengan budaya pewayangan dari wali songo sebagai salah
satu media dakwah Islam, jadi wayang memang merupakan seni pentas
yang paling jitu menjadi sarana hiburan yang sekaligus wasilah
memasyarakatkan nilai-nilai budaya Jawa yang dipandang luhur.Dalam
pertunjukan wayang diekpresikan tatakrama feodal yang halus yang
berlaku di keraton (Simuh, 1999: 119).Melalui seni masyarakat Jawa
tertarik dan menyukainya sebagai hiburan pada jaman dahulu mereka juga
mendapatkan makna yang disampaikan oleh wali melalui pertunjukan
wayang tersebut.
Menurut Koentjaraningrat (1984:5), “kebudayaan itu mempunyai
paling sedikit tiga wujud, ialah :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagi benda-benda hasil karya manusia”.
Wujud pertama bersifat abstrak, dalam artian tak ada bukti
kongkrit, tak dapat diraba atau difoto.Wujud kedua bersifat tentang pola
tingkah laku manusia dan bias diobservasi, difoto dan didokumentasikan.
Sedangkan wujud ketiga adalah merupakan seluruh total dari hasil
aktivitas pembuatan dan karya-karya manusia dalam masyarakat, hal ini
dapat berwujud benda-benda atau hal-hal yang berwujud dan dapat diraba.
Ada dua faktor yang menyebabkan keyakinan atau paham kejawen
ini masih berlangsung sampai sekarang ini, yaitu :
1. Faktor intern
Hal ini tidak terlepas dari sikap hidup orang Jawa yang telah
meyakini betul dengan nilai-nilai dalam tradisi kejawen. Kejawen
merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan agama pendatang, Hindu,
Budha, Islam dan Kristen, kejawen (sinkretisme) adalah percampuran
Hindu-Budha-Islam, meskipun berupa percampuran namun ajaran kejawen
masih berpegang pada tradisi Jawa asli sehingga dapat dikatakan
mempunyai kemandirian sendiri, orang Islam tradisional menganggap
kejawen adalah merupakan kelengkapan utama dalam kehidupan sehari-
hari. Belum lengkap dalam menjalankan agama Islam tanpa dicampuri
dengan nilai-nilai ajaran kejawen, kalangan orang jawa masih banyak
melakukan ritual-ritual kuno seperti ciri magis pewayangan, pengorbanan
kerbau atau hewan tertentu bahkan ketika mereka sudah menyatakan
keislamannya. Karena mereka menjalankan agama hanya sebatas pada
pelaksanaan syariat rukun islam yang lima. Sedangkan mereka butuh
ketenangan batin dan media atau sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Faktor Ekstern
Hal ini banyak diwarnai oleh perjalanan sejarah Jawa.Selain
didalam buku horoskop Jawa (primbon) disebutkan adanya larangan keras
untuk mantuatau menggelar hajatan (pernikahan) di bulan Suro pada hari
Senin dan Selasa.Atau pada tanggal 6, 11, 13, 14, 17, 18, 27 yang mereka
sebut sebagai tanggal-tanggal naas atau sial.Paham kejawenjustru
dikokohkan oleh Islam yang diajarkan oleh para Walisongo, antara lain
tawassul. Pengkultusan orang-orang tertentu, larangan menyembelih
hewan tertentu (misalnya sapi) karena untuk menghormati ajaran agama
Hindu dan lain sebagainya (Koentjaranigrat, 1994:334-335).
Kebudayaan mempunyai berbagai bentuk dan beberapa
unsur.Salah satu unsur di antara unsur-unsur atau nilai yang ada dalam
kebudayaan adalah sistem religi atau kepercayaan.Dari unsur yang berupa
sistem religi tersebut, dapat berwujud sistem keyakinan dan gagasan dari
tuhan, dewa-dewa, roh para leluhur dan sebagainya.Hal ini dimaksudkan
agar manusia memiliki kemantapan, keseimbangan dalam kehidupan
lahiriyah maupun batiniyah.Sistem religi atau kepercayaan yang
merupakan pondasi dan pegangan hidup masyarakat dapat diaktualisasikan
atau diwujudkan dalam bentuk upacara yang dilaksanakan dalam
masyarakat setempat guna memperingati, memuliakan terhadap roh para
leluhur yang oleh masyarakat tersebut dianggap dapat mendatangkan
pengaruh kepada manusia yang masih hidup.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk
dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang
tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina
manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural
dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara
proses mentransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan.
Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan
mendukung antara satu sama lainnya.
Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu
meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita
bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha
untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari
sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan
nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai
budaya tersebut tetap terpelihara (Hasan Langgulung:1998).
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan
dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun
sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi
sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat,
dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin
terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada
generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan
mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu
dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal
tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan
hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut
tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama
lainnya.
Dalam tradisi grebeg bentisan terdapat beberapa rangkaian acara
yang memiliki banyak unsur pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu
pembacaan tahlil dan doa untuk para arwah orang-orang bentisan yang
sudah meninggal pada umumnya dan pada khususnya pembacaan doa di
tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa bentisan yaitu simbah Kyai
Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh yang mencetuskan
nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan islamyaitu
berbakti kepada orang tua seperti yang telah disabdakan nabi Muhammad
Saw:
النسان عن أب ىري رة رضى الله عنو ان رسول الله صلى الله عليو وسلم قال : إذا مات اه ان قطع عملو إلا من ثلث صدقة جارية او علم ي نت فع بو او ولد صالح يدعو لو )رو
ابوداود(
“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari
tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak
shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR Abu Daud).
Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu
keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui
maksud, tujuan, dan nilai-nilai pendidikan dari upacara Tradisi Grebeg
yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dan
masyarakat Desa Bentisan pada khususnya. Dimanamasyarakat yang
berdomisili di Desa Bentisan dan sekitarnya beranggapan bahwa
pelaksanaan dari kegiatan tradisi grebeg tersebut mengandung nilai-nilai
pendidikan.Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul
skripsi “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI “GREBEG”
MAULUD DI DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO
KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014”.
B. RumusanMasalah
Dalam merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya
sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian,
sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pada pokok masalah. Hal ini
dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang
tidak ada relevansinya . Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo
Kabupaten Temanggung?
2.Bagaimanakah prosesi tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo
Kabupaten Temanggung?
3.Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg di dusun
Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan Untuk:
1. Mengetahi sejarah tradisi di dusun grebeg Bentisan Sukomarto Jumo
Kabupaten Temanggung.
2. Bagaimanakah prosesi tradisi di dusungrebeg Bentisan Sukomarto
Jumo Kabupaten Temanggung.
3. Mengetahui nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi
grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi Akademik, memperkaya khasanah pengetahuan terkait dengan nilai
pendidikan/edukasi dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo
Kabupaten Temanggung.
2. Bagi Masyarakat, sebagai sumbangan informasi bagi segenap masyarakat
yang beragama Islam untuk tetap menjaga nilai-nilai pendidikan yang
terdapat dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten
Temanggung.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan
dan sikap ilmiah serta sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih
lanjut.
Praktik nilai-nilai pendidikan itu dapat diterapkan setelah penelitian ini
terlaksanakan.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan pengertian dan penafsiran judul di
atas dan membatasi ruang lingkup pembahasan dan penelitian ini, maka
perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:
1. Nilai
Nilai adalah prinsip atau hakikat yang menentukan harga
atau nilai dan makna bagi sesuatu, atau sesuatu yang tidak terbatas
(Abdul Aziz, 2009: 119).
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting/berguna bagi
kemanusiaan misal, budaya yang dapat menunjang kesatuan
bangsa harus dilestarikan (kamus umum bahasa Indonesia,
1982:677)
2. Pendidikan
Pendidikan adalah hidup.Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu. (Redja Mudyahardjo,
2010:3).
Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:204)
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tatalaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan.
3. Tradisi
Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:959).Tradisi
adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang
masih di jalankan dalam masyarakat.
Berdasarkan kepada kepercayaan terhadap nenek moyang
dan leluhar yang mendahului.Tradisi berasal dari kata “traditium”
pada dasarnya berarti segala sesuatu yang di warisi dari masa lalu.
Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material,
kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang di wariskan
dari sesuatu generasi ke generasi berikutnya.seperti misalnya adat-
istiadat,kesenian dan properti yang
digunakan.http://tasikuntan.wordpress.com
4. Grebeg
DenysLombard dalam (Santoso, 2010:9) menegaskan
bahwa grebeg adalah kelanjutan dari suatu ritual kuno yang telah
terbukti ada sejak abad ke-14 yang berfungsi untuk memulihkan
kepaduan kerajaan.
Grebeg atau garebeg adalah upacara sesajen yang
bertujuan mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, diadakan 3
kali setahun yaitu (1) grebeg maulud untuk memperingati lahirnya
nabi Muhammad Saw; (2) grebeg besar untuk mengenang tokoh
legendaris Islam Hasan dan Husain; (3) grebeg puasa sebagai
pernyataan syukur atas berakhirnya bulan puasa Ramadhan
(Soemarjan, 1981:33). Dalam skripsi ini penulis akan membahas
grebeg yang diadakan dibulan maulud untuk memperingati (haul)
pembuka desa dan memperingati lahirnya nabi Muhammad Saw.
F. Landasan Teori
Kehidupan manusia dan alam dipengaruhi oleh dinamika
perkembangan yang pesat dan disadari oleh manusia modern.Kesadaran
tersebut merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar secara
kritis menilai kebudayaanya.Evaluasi ini secara praktis mendorong
manusia menyusun kembali peradabannya. Usaha untuk menilai proses
perkembangan budaya ternyata selalu diajukan dalam setiap lingkungan
kebudayaan dan dalam setiap tahap perkembangan. Selain itu ada
kecenderungan bahwa budaya semakin berkembang menuju ke suatu
dunia yang oleh Kluckhohn (1999) disebut “dunia yang secara
antropologis peka”. Hal demikian berarti manusia dewasa ini semakin
sadar akan unsur-unsur persamaan dan perbedaan dalam eksistensi sebagai
manusia, antara manusia yang hidup pada zaman dulu dan sekarang
dengan kebudayaannya sendiri-sendiri ternyata ada hubungan timbal balik
serta ada kesamaan unsur sekaligus perbedaanya (kluckhohn 1999).
Begitu pula dengan sekaten yang mengalami perkembangan sejak
awal mulanya hingga sekarang.Perkembangan bertolak dari perubahan
yang dalam hal ini terletak pada perbedaan nuansa perayaan sekaten yang
semakin komersil dengan penunjukkan jati dirinya sebagai ajang promosi
niaga dan pariwisata sehingga perkembangan terkesan cenderung kearah
materialistic. Konsekuensi yang timbul yaitu pudarnya makna asli yang
sacral dari sekaten itu sendiri sehingga dalam beberapa tahun ini sebagian
masyarakat yang dating berkunjung nyaris tidak mengetahui apa makna
essensial-sesungguhnya dari upacara perayaan sekaten karena fokus
mereka tertuju hanya pada pameran saja.
Menurut Ragil Pamungkas (2006:31-32), “Dalam Agama Islam
tidak mengajarkan sesembahan terhadap benda-benda selain hanya kepada
Allah Swt. Akan tetapi setelah Islam masuk di tanah Jawa, para Walisongo
tidak menghilangkan budaya-budaya asli orang Jawa melainkan para
Walisongo memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam upacara atau ritual
tersebut dengan mengganti keberadaan sesaji dengan penyajian baru
seperti menu tumpeng dan kenduri”. Contoh dari ritual-ritual asli Jawa
yang telah dimasuki ajaran-ajaran Islam diantaranya seperti upacara
:Mitung Dino, Patang Puluh Dino, Nyatus, Mendak, Nyewu, dan lain-lain.
Acara-acara tersebut yang dulunya ketika belum dimasuki ajaran Islam
hanya diisi dengan acara ritual yang berisi slametan, makan bersama,
bahkan bakar kemenyan, kemudian setelah Islam datang dan melalui
dakwah para wali, kemudian acara tersebut sedikit-demi sedikit dimasuki
ajaran islam dengan di isi dengan bacaan-bacaan kalimat tahlil, tahmid,
serta bacaan-bacaan yang terdapat dalam Al Qur‟an dan Al Hadis.
Upacara tradisi merupakan bagian dari adat istiadat yang
merupakan salah satu upaya masyarakat Jawa untuk menjaga
keharmonisan dengan alam, dunia roh, sesamanya, sebagai perwujudan
dari itu, masyarakat Indonesia sekarang ini masih memiliki
keanekaragaman hasil kebudayaan. Hal tersebut masih tercermin dengan
dilakukanya beberapa upacara tradisional, diantaranya : upacara jamasan
pusaka, sekaten, upacara tabuhan, upacara grebeg, dan lain sebagainya.
Dalam agama Islam, Nabi Muhammad merupakan Rosul pembawa
ajaran Islam di muka bumi, sehinggah hari kelahirannya diperingati oleh
umat Islam.Karena Nabi Muhammad sebagai pembawa kebenaran. Selain
itu dalam ajaran Islam disebutkan bahwa orang harus selalu bersyukur atas
segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah (QS,14:7). Oleh sebab itu,
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, masyarakat bentisan
mengemasnya dalam bentuk upacara tradisional.Salah satu budaya
tradisisonal yang hingga saat ini tetap dipertahankan keberadaanya adalah
upacara tradisi Grebeg di Desa Sukomarto.Pada dasarnya upacara tradisi
ini merupakan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Mihammad
Saw.Upacara tersebut sebagai wujud rasa syukur atas diutusnya Nabi
Muhammad Saw dan syukur atas nikmat rizki, kesehatan, serta keberkahan
hidup yang telah Allah berikan.Maka upacara tersebut diadakan setiap
tahun sekali dalam penyelenggaraan grebeg perayaan grebeg ini diadakan
pada bulan maulud.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada
mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertantangkan dengan pengamatan kualitatif.Mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secarafundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Tailor
(2010:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati, penelitian kualitatif berupa deskriptif kata-kata atau lisan
sehingga atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian
kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak
menggunakan perhitungan.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan, pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua,
metode ini menyajikan scara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy,
2015:15).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul
data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan
data-data di lapangan, sedangkan instrument penelitian data yang
lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan
berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat di gunakan untuk
menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai
instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran meneliti secara
langsung sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus
yang di teliti, sehinnga keterlibatan peneliti secara langsung dan
aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak
dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Dusun Bentisan adalah salah satu desa di kecamatan Jumo
kabupaten Temanggung Profinsi Jawa Tengah. Desa Bentisan
terletak 15 km barat laut dari pusat kota temanggung, dapat
ditempuh kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan
bermotor, jalan menuju daerah ini berupa jalan aspal dan sebagian
masih jalan berbatu yang ditata rapi sehingga mudah untuk
mengaksesnya, sepanjang jalan akan menemui pemandanganyang
kebanyakan adalah area persawahan baik padi sayuran-sayuran dan
ketika musim kemarau sawah-sawah akan ditanami tembakau.
Mayoritas mata pencaharian warga Bentisan adalah bertani.Penulis
memilih desa ini sebagai obyek penelitian karena penulis sendiri
adalah warga asli desa tersebut, sehingga memudahkan bagi
penulis untuk menyelesaikan karya ini dan mudah untuk mengorek
berita-berita/info yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian
ini. Selain itu grebeg bentisan terbilang unik karena adanya
perpaduan tradisi Jawa dengan tradisi Islam yang sangat apik
didalamya sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah dalam
tradisi grebeg ini terdapat nilai-nilai pendidikanya ataukah tidak.
4. Sumber data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah data
kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, tata, atau gambar
(Sugiono, 2003: 14-15).Data kualitatif yang di maksud dalam
penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai pendidikan
dan grebeg.Oleh karena itu, data yang di perlukan adalah data
sekunder dan data primer.Data sekunder yaitu data yang bersumber
dari pihak ke dua baik berupa catatan, laporan, foto-fotoatau
lainnya.Dalam penelitian ini, data sekunder yang di maksud adalah
dokumen.Data primer yaitu data yang bersumber dari pihak ke dua,
yakni hasil wawancara yang bersumber dari bpk.Kepala desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama serta warga masyarakat yang
menjadi pengunjung acara grebeg tersebut.
H. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi biasa di artikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian, (Hadari Nawawi, 1990: 100). Peneliti berusaha
untuk mengamati dan mendengarkan dalam rangka mengamati dan
mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban,
mencari bukti terhadap fenomena social keagamaan (perilaku,
kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu)
selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena
tersebut guna penemuan dan alalisis. Metode observasi digunakan
untuk mengamati tradisi grebeg Bentisan di Desa Sukomarto
Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.
b. Metode Wawancara
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan
bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Jadi,
“wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan
pula” (Hadari Nawawi, 1990:111).Ciri utamanya adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara penulis dengan sumber
informasi.Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi
tentang bentuk tradisi grebek Bentisan di Desa Sukomarto
Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.
Sumber berita yang akan diwawancarai oleh penulis
beberapa masyarakat Bentisan diantaranya adalah pencetus tradisi
grebeg, kepala Desa, tokoh masyarakat, warga Bentisan dan
sekitarnya yang bisa memberikan sumber berita untuk
menyelesaikan penelitian ini.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen yang ada.Dengan metode ini dapat
diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian
(Rumidi, 2004:131).Dokumen yang diperoleh penulis dalam hal ini
adalah berupa kumpulan dari beberapa pengamatan langsung
kelokasi penelitian.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan bermacam-macam
dari berbagai sumber, bisa berupa dokumen foto proses tradisi
grebeg berlangsung, bisa juga berupa dokumen penting tentang
sejarah dan lain-lainya yang berhubungan dengan tradisi grebeg.
I. Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data
merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan lainya. Untuk meningkatkanpemahaman
penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagai temuan
bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna”.
Sedangkan Menurut Imam Suprayogo dan Tabroni (2001:192),
“kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah
peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan data yang dapat dianalisis”. Kegiatan-kegiatan analisis
selama penulisan mengumpulkan data meliputi :
a. Menetapkan fokus penelitian.
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul.
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-
temuan pengumpulan data sebelumnya.
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka
pengumpulan data berikutnya; dan
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap
menganalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi,
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi
dat, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi), (Milles,1992:16-
18).
Secara garis besar, teknik analisis data dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut.Setelah data dirasakan cukup, selanjutnya data
tersebut ditelaah dan diseleksi.Jika terdapat data yang tidak diperlukan,
data tersebut direduksi.Setelah data baru hasil reduksi baik, selanjutnya
ditarik suatu kesimpulan, yang merupakan hasil akhir atau jawaban
terhadap judul.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Grebeg
1. Pengertian Grebeg
Menurut sejarah kata Grebeg berasal dari kata “gumebreg”
yang berarti riuh, ribut, dan ramai.Tentu saja ini menggambarkan
suasana grebeg yang memang ramai dan riuh.(Aditya Surya dalam
Santoso, 2010:23).
Grebeg atau garebeg adalah upacara sesajen yang bertujuan
mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, diadakan 3 kali setahun
yaitu (1) Grebek maulud untuk memperingati lahirnya nabi
Muhammad Saw; (2) Grebek besar untuk mengenang tokoh legendaris
Islam Hasan dan Husain; (3) Grebeg puasa sebagai pernyataan syukur
atas berakhirnya bulan puasa Ramadhan (Soemarjan, 1981:33).
Inti dari upacara grebeg ini sebetulnya seperti selamatan yaitu
makan bersama, hanya saja dalam bentuk besar dan dihadiri oleh
masyarakat.Untuk keperluan ini disediakan nasi dan lauk pauk
(dibentuk gunungan).Gunungan dipromosikan dari kraton ke Masjid
besar, disembahyangi oleh penghulu dan kemudian dibagi kepada
hadirin, groneman dalam (Santoso, 2010:24).
2. Sejarah Grebeg
Munculnya tradisi-tradisi kejawen yang berbau Islami tidak
terlepas dari peran penyebar agama Islam di Jawa yaitu wali sanga
tidak terkecuali tradisi grebeg ini.Pada awalnya grebeg merupakan
upacara yang berwujud pertunjukan Jawa-Islam dengan misi dakwah.
Kesenian yang ditampilkan antara lain shalawatan, kubrosiswo,
samporahan, dan dziba‟an yang diiringi gamelan rebana dan terbang.
Upacara itu digelar satu minggu dengan ditandai keluarnya Gamelan
(gong) dari keraton untuk dibunyikan di Masjid Agung.Mengingat
upacara ini dianggap suci dan sakral, pengunjung yang hendak melihat
disaratkan mencuci kaki dan membaca kalimat syahadat.
(www.Joglo.com)
Sedangkan pada mulanya grebeg diperkenalkan kepada
masyarakat Jawa oleh salah satu anggota wali sanga, yaitu Sunan
Kalijaga yang hidup pada zaman kerajaan Islam Demak yang didirikan
oleh Raden Patah (abad ke-XV).Upacara grebeg ini sudah ada sejak
abad ke XII di jaman Kerajaan Majapahit.Sesudah jatuhnya kerajaan
tersebut, Keraton Demak pernah menghentikan upacara ini.Hal ini
sempat membuat kecewa rakyat karena mereka sudah terbiasa dengan
upacara Grebeg. Kemudian Sunan Kalijaga, salah seorang wali sanga
yang terkenal amat bijaksana mengusulkan kepada Sultan Demak
untuk menghidupkan kembali Grebeg, dengan tujuan untuk
menyebarkan agama Islam dan pada saat itu dibunyikan Gamelan di
dekat Masjid sehingga banyak rakyat yang datang. Sunan Kalijaga
seorang Wali yang berwibawa dan sangat ramah dalam menyebarkan
agama Islam tidak pernah mejelek-jelekan kepercayaan lain termasuk
kepercayaan masyarakat setempat yang dulunya masih memeluk
agama Hindu dan Budha. Sejak saat itu hingga sekarang Grebeg selalu
menarik perhatian banyak orang. (Suryonegoro, 2001:81-82)
Diantara para wali sanga, sunan kali jaga sangat terkenal
sebagai seorang wali yang berjiwa besar, ulama, pemimpin, dan
filosof. Kaum cendekiawan dan bangsawan simpatik kepada beliau
karena caranya menyiarkan agama Islam disesuaikan dengan tata cara
budaya masyarakat setempat waktu itu. Disamping itu, beliau juga
seorang wali yang kritis dan kreatif. Terbukti dengan inisiatifnya
membuat wayang kulit yang mengisahkan cerita Hindu dari Hindia
yang kemuadian dimodifikasi mejadi cerita yang syarat akan unsur
islam kemudian digunakan oleh sunan kalijaga sebagai media dakwah
menyebarkan agama Islam. Hal itu dilakukan karena pertimbangan
bahwa masyarakat jawa pada waktu itu masih banyak yang
berkepercayaan agama nenek moyang Hindu dan Budha, atu dengan
kata lain masyarakat masih memegang teguh tradisi adat istiadat lama.
Tradisi Grebeg apabila didaerah solo disebut dengan tradisi
perayaan sekaten, yang dahulunya diadakan oleh sunan Kalijaga
bertujuan untuk menarik minat masyarakat Jawa pada saat itu yang
masih banyak memeluk agama nenek moyang serta agama Hindu dan
Budha.Rangkaian acara dalam sekaten dimulai dari membaca dua
kalimat syahadat. Untuk mengikuti acara sekaten tersebut penduduk
diharuskan dalam keadaan suci sehingga harus bersuci/wudlu terlebih
dahulu, kemudian membaca dua kalimat syahadat atau dalam bahasa
arabnya syahadatain sebagai syarat memeluk agama islam. Istilah dua
kalimat syahadat yang diucapkan sebagai syahadatain ini karena orang
Jawa susah dalam pengucapanya kemudian berangsur-angsur berubah
menjadi syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah sekaten sampai
sekarang.
Acara sekaten saat itu dimeriahkan dengan pertunjukan pentas
seni tradisional, yaitu pertunjukan pentas wayang dengan lakon
punokawan dengan senjata ampuh jimat kalimosodo (dua kalimat
syahadat).(Santoso, 2010:26) dan pada saat ini acara sekaten
kebanyakan ditambah dengan adanya acara pasar malam.
Munculnya beberapa tradisi jawa yang telah diwarnai oleh
unsur islam tak luput dari campur tangan penyebar agama Islam
sendiri di Jawa, Wali Sanga adalah tokoh agama Islam yang
menyerukan kebenaran Islam di Jawa dengan metode penyampuran
budaya Jawa dengan unsur Islam sebagai media dakwahnya, berikut
ini kita akan membahas bagaimana proses Islamisasi di pulau Jawa.
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaibani, pendidikan adalah: proses mengubah tingkahlaku
indifidu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya,
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai
profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Menurut Hasan Langgunung, pendidikan adalah: suatu
proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau
orang yang sedang dididik.
Menurut Ahmad Fuat Al Ahwani pendidikan adalah
pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap
masyarakat.Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan
falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada
hakikatnya mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata.
Menurut Ali Halil Abul Ainain Pendidikan adalah program
yang bersifat kemasyarkatan dan oleh karena itu, setiap falsafah
yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang
dianut oleh masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta
kekuatan peradaban yang mempengaruhinya yang dihubungkan
dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan
disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya.
Makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa tujuan
pendidikan diambil dari tujuan masyarakat, dan perumusan
operasionalnya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan
disekitar tujuan pendidikan tersebut terdapat atmosfer falsafah
hidupnya.dari keadaan yang demikian itu, maka falsafah
pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat berbeda dengan
falsafah pendidikan yang etrdapat pada masyarakat lainya, yang
disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan
hidup yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut.
Naquib Attas (1992:53), mendefinisikan pendidikan
menurut Islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-
tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan Islam
adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan Tuhan dalam
kehidupan ini.
2. Tujuan Pendidikan
Menurut Jalaludin, secara garis besar tujuan pendidikan
dapat dilihat dari tujuh dimensi utama:
1) Dimensi hakikat penciptaan manusia pendidikan bertujuan untuk
membimbing perkembangan peserta didik secra optimal agar
menjadi pengabdi kepada Allah yang setia.
2) Dimensi tauhid pendidikan bertujuan untuk upaya pembentukan
sikap takwa.
3) Dimensi moral pendidikan bertujuan untuk manusia sebagai
pribadi yang bermoral.
4) Dimensi perbedaan individu pendidikan bertujuan untukuntuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secra
optimal, dengan tidak mengabaikan adanya factor perbedaan
individu serta menyesuaikan pengembangannya dengan kadar
kemampuan dari potensi yang masing-masing
5) Dimensi social pendidikan bertujuan untukpembentukan manusia
social yang sebagai dasar perilaku
6) Dimensi professional pendidikan bertujuan untuk membimbing dan
mengembangkan peserta didik sesuai dengan bakatnya masing-
masing, dengan demikian diharapkan mereka dapat memiliki
keterampilan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, hingga
keterampilan itu dapat digunakannya untuk mencari nafkah sebagai
penopang hidupnya.
7) Dimensi ruang dan waktu pendidikan bertujuan untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik seccara
optimal agar mereka mampu menopang keselamatan dan
kesejakteraan hidup di dunia dengan perintah syariat Islam.
Materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai menurut S.Nasution (1991:69-71).Dalam
menetapkan materi pelajaran, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Ditulis secara garis besar.
3) Urutan sesuai dengan urutan tujuan
4) Berkesinambungan antara materi
5) Disusun secara hierarkis
Materi pelajaran mana yang harus dipilih, tentu tidak
semua bahan atau materi diberikan mengingat keterbatasan waktu
dan pertimbangan-pertimbangan lain, seperti kemampuan
siswa.Menetapkan materi, memperhatikan tujuan pengajaran,
urgensi kurikulum nilai kegunaan, dan terbatasnya sumber
bahan.Dalam menentukan materi pelajaran kita harus ingat bahwa
materi tersebut tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan hadis.
Jika perlu para pendidik unsur-unsur Islami dalam materi pelajaran
yang akan diajarkan.
3. Subjek Pendidikan
Yang dimaksud subjek disini adalah pendidik atau
guru.Hamalik (2004:36-38) dalam bukunya menyebutkan bahwa
guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai
kahlian khusus. Profesi, maka harus memenuhi criteria
professional, (hasi lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan
UPI Bandung 1973) sebagai berikut :
1) Fisik
- Sehat jasmani dan rohani
- Tidak mempunyai cacat tubuh yang menimbulkan ejekan/
cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik
2) Mental/kepribadian
- Berkepribadian/berjiwa Pancasila
- Mampu mengayati GBHN
- Mencintai bangsa dan sesame manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik
- Berbudi pekerti luhur
- Berjiwa kreatif, dapat meamnfaatkan rasa pendidikan yan gada
secara maksimal
- Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa
- Mampu mengembangkan kretivitas dan tanggung jawab yang besar
akan tugasnya
- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi
- Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
- Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
- Ketaatannya akan disiplin
- Memiliki sense of humor
3) Keilmiahkan/pengetahuan
- Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi
- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan
dalam tugasnya sebagai pendidik
- Memahami, menguasai, seta mencintai ilmu pengetahuan yang
akan diajarkan
- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain
- Sering membaca buku-buku ilmiah
- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi
- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar
4) Keterampilan
- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar
- Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan
structural, interdisipliner, fungsional, behaviour, dan teknologi.
- Mampu menyusun garis besar prohram pengajaran (GBPP)
- Mampu memecahkan dan melaksanakan tekik-teknik mengajar
yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan
- Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
- Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan
luar sekolah
Subjek atau pendidik hendaknya memenuhi persyaratan
yang tersirat maupun dalam Alquran dan hadis.Hal ini penting
karena pendidik membawa beban berat untuk membina para siswa
tidak salah jalan di kemudian hari.Maka untuk memenuhi tujuan
ini pendidik harus memperhatikan dirinya sendiri atau instropeksi
diri sendiri.
Guru yang ideal adalah guru yang dapat menempatkan
dirinya sebagai seorang yang „digugu’dan
‘ditiru’(Moh.Roqib,2009:36). Hal ini, berarti guru haruslah orang
yang memiliki kepribadian, ia tidak menguasai sejumlah
pengetahuan tetapi juga berbagai sumber nilai-nilai kehidupan,
yang bermaanfaat bagi siswa. Guru juga harus dapat berintraksi
dengan masyarakat.
Guru juga harus memiliki beberapa
kompetensi.Kompetensi guru berarti sejumlah kemampuan
(pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) yang harus dimiliki oleh
sorang guru. Atau jelasnyabahwa guru hendaknya memiliki
kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang guru :
Menurut A.Samana (1999:51-69) Kompetensi guru sangat
banyak, tetapi dapat dikelompokkan menjadi :
1) Kompetensi kepribadian (atau personal)
Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang
mencerminkan tindak-tanduk guru pada umumnya. Seorang
pendidik harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan para
peserta didiknya
2) Kompetensi professional
Seorang guru harus mempunyai sikap professional
terhadap bidang pekerjaan yang dimilikinya yaitu mampu
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Seorang pendidik juga
diharapkan mampu membimbing dan memotivasi peserta didiknya.
3) Kompetensi sosial
Seorang guru harus mampu menempatkan dirinya
ditengah-tengah masyarakat yang mengharapkan dirinya untuk
selalu mempunyai kemampuan “mengajar”.Seorang pendidik
diharapkan mampu membantu anak didiknya dalam mencari nilai-
nilai hidup dan mengembankan kepribadiannya serta
pengetahuannya di tengah masyarakat.
4) Kompetensi pedagogi
Seorang guru harus memiliki intelektual yang baik yaitu :
mempunyai pengetahuan yang tentang apa yang akan diajarkan,
mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan
pengajaran yang hendak dicapai, menguasai metode mengajar,
memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa menyangkut
bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi.
Sedangkan menurut Nashih Ulwan (1981) seorang
pendidik harus memiliki lima kriteria, yaitu :
1) Bertakwa kepada Allah
2) Ikhlas
3) Berilmu
4) Santun, lemah lembut
5) Punya rasa tanggung jawab
Berbeda dengan pendapat di atas, Abu Bakar Ahad AS
Sayyid berpendapat bahwa seorang pendidik harus mempunyai
beberapa kepribadian, yaitu :
1) Mengenakan busana muslim bagi pendidik muslimah
2) Hendaklah memelihara jenggot bagi pendidik laki-laki
muslim„peliharalah jenggotmu dan rapikan kumismu.
3) Memulai pembicaraan dengan Basmalah dan Salawat Nabi „setiap
perkara yang penting tidak dimulai dengan Basmalah atau
Hamdalah, maka terputuslah barokah dari Allah.
Lebih lanjut menurut Zahara Idris, bahwa para pendidik
adalah mereka yang memiliki criteria sebagai berikut :
1. Mempunyai pengetahuan yang bulat, up to date, tentang apa yang
akan diajarkan
2. Mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan
pengajaran yang hendak dicapai
3. Memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa
menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi
4. Menguasai metode mengajar
Menurut Athiyah Al-Abrasyi (1975:136-137), seorang
guru harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Zuhud, tidak mementingkan materi (tidak materialistik), dan
mengajar karena mencari keridaan Allah
2) Bersih, yaitu berusaha membersihkan diri dari berbuat dosa dan
kesalahan secara fisik, serta membersihkan jiwa dari sifat-sifat
tercela dengan cara membersihkannya syirik, sifat ria, dengki,
maupun permusuhan
3) Ikhlas, antara lain dengan cara menyesuaikan antara perkataan
dan perbuatan, serta tidak malu mengatakan secara jujur,
bahwa saya tidak tahu terhadap masalah yang belum ia ketahui
4) Suka pemaaf, yaitu memiliki sifat pemaaf yang tinggi
5) Berperan sebagai bapak bagi siswa
6) Menguasai materi pelajaran
Pendapat yang lain lagi datang dari Abd al-Rahman al-
Nahlawi (1992:164). Tokoh ini mengemukakan bahwa syarat
seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti :
1) Harus memiliki sifat robbani
2) Menyempurnakan sifat rabbani dengan keihklasan
3) Memiliki rasa sabar
4) Memiliki kejujuran dengan menerangkan apa yang diajarkan
dalam kehidupan pribadi
5) Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kajian
6) Menguasai variasi serta metode mengajar
7) Mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan
tempatny (proposisi) sehingga ia akan mampu mengontrol diri
dan siswa
8) Memahami dan menguasai psikologis anak dan
memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual
dan kesiapan psikologisnya
9) Mampu mengasai fenomena kehidupan, sehingga memahami
berbagai kecenderungan dunia beserta dampak yang akan
ditimbulkan bagi peserta didik
10) Dituntut memiliki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik
4. ObjekPendidikan
Yang dimaksud objek dalam sistem pembelajaran adalah
peserta didik.Peserta didik merupakan sasaran sekaligus sebagai
subjek pendidikan.Oleh sebab itu dalam memahami hakikat peserta
didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri
umum peserta didik (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 2003:106-128).
Setidaknya secara umum peserta didik memiliki lima ciri, yaitu :
1) Peserta didik sedang dalam keadaan berdaya, maksudnya ia
dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan,
kemauan, dan sebagainya.
2) Mempunyai kemauan untuk berkembang ke arah dewasa.
3) Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
4) Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya
dengan potensi-potensi dasar ynag dimiliki secara individu.
Diharapkan perkembangan potensi peserta didik akan
sejalan dengan fitrahnya yang hakiki,yaitu makhluk yang memiliki
potensi untuk berkembang dan dikembangkan, dengan tujuan
akhirnya adalah agar dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang
setia.
1) Konsep Al Insan (Djamaluddin Darwis, 1996:99-106).
a) Khalifah/potensi politik
Manusia adalah makhluk yang diangkat sebgai khalifah
Allah. Adapun tugas pokok manusia sebagai khalifah adalah untuk
mewujudkan kemakmuran dan untuk mewujudkan kebahaiaan
dalam kehidupan di bumi ciptaan tuhan-Nya
b) Manusia yang memiliki hidayat
Kemampuan dasar yang berbentuk potensi ini secara
umum disebut sebgai hidayah, yang terdiri atas :
- Ghozirah yang di dalamnya terhimpun sejumlah unsur seperti
insting/fitrah, dorongan ingin tahu, harga diri, seksual,
mempertahankan diri dari dorongan primer lainnya, yang pada intinya
merupakan dorongan manusia untuk mempertahankan hidup
- Hissiyah potensi yang berperan sebagai alat kominkasi. Potensi
inderawi ini dapat ditumbuhkembangkan melalui latihan-latihan yang
teratur dan terencana, terprogram, serta berkesinambungan sesuai
dengan tujuan agama.
- Aqliyah potensi intelek. Dengan menggunakan akal manusia dapat
meningkatkan kualitas dirinya hingga dapat menjadikan
lingkungannya bermanfaat.
- Diniyah potensi agama. Potensi ini dapat ditumbuh kembangkan
dengan cara pemberian informasi tentang norma-norma agama,
pembentukan sikap dan pelatihan-pelatihan rutin yang
berkesinambungan, terutama dalam pelaksanaan ibadat.
2) Konsep manusia sebagai Al Nas homosocius/potensi social
Potensi ini adalah potensi manusia dalam kedudukannya
sebagai makhluk social, wujudnya berupa kecenduerungan untuk
bergaul dan menjalin hubungan antar sesama manusa (Ismail
Thoib, 2008:10)
3) Konsep manusia sebagai Al Basr fisiologis/fitrah ekonomi/fitrah
seni/mempertahankan hidup dan fitrah melangsungkan hidup (Ismail
Thoib, 2008:9)
Potensi ini dimaksud sebagai daya manusia untuk
mempertahankan hidupnya dalam upaya memenuhi kebutuhan
jasmani demi kelangsungan hidup.
5. Metode
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pelajaran. Menurut Syaiful Bahri (2000:184-206). Jenis-jenis
metode mengajar antara lain :
1) Metode ceramah adalah penuturan materi pelajaran secara lisan.
2) Metode tanya jawab atau dialog metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat lalu
lintas dua arah, pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa.
3) Metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan
unsure-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
keputusan bersama.
4) Metode tugas atau resitasi adalah pemberian tugas yang bisa
dilaksanakan di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan di
temapt-tempat lain. Kemudia siswa yang telah melaksanakan tugas
memberikan laporan yang disebut resitasi.
5) Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menjadikan
siswa dapat bekerja dalam situasi kelompok, baik kelompok besar
maupun kelompok kecil.
6) Metode demonstrasi atau eksperimen adalah metode mengajar
dimana guru memberikan demonstrasi di depan kelas.
7) Metode problem solving adalah metode mengajar dimana para
guru memberikan suatu permasalahan dana siswa diharapkan
mencari jalan keluarnya.
8) Metode sistem regu adalah metode mengajar diamna guru
membagi siswa dalam regu dan diharapkan belajar dan bekerja
bersama regu yang telah terbentuk tersebut.
9) Metode latihan atau drill adalah metode mengajar diamana guru
memberikan latihan-latihan soal kepada siswa.
10) Metode karyawisata adalah metode mengajar dimana guru
mengjaka siswa berkarya wisata ke tempat-temapt yang
berhubungan dengan materi pelajaran.
11) Metode manusia sumber atau resource person adalah metode
mengajar dimana guru mendatangkan ahli adalam bidangnya untuk
menerangkan langsung kepada siswa.
12) Metode simulasi adalah meotde mengajar diama guru menciptakan
koalisi tertentu seperti yang ada di kehidupan nyata untuk tujuan
pembelajaran
13) Metode sosiodrama adalah metode mengajar dimana guru
menugaskan siswa untuk mengadakan survey di masyarakat secara
langsung.
14) Metode survey masyarakat adalah metode mengajar dimana guru
menugaskan siswa untuk mengadakan survey di masyarakat secara
langsung.
Penggunaan metode mengajar dilaksanakan secara selektif
dan variatif. Artinya disesuaikan dengan banyak pertimbangan
(tujuan, materi, kemampuan guru dan siswa), dan penggunaannya
tidak sendiri-sendiri, artinya dalam satu proses belajar mengajar
dapat digunakan banyak metode mengajar, dengan pertimbangan
efektivitas pengajaran. Sebetulnya menentukan metode mengajar
juga erat kaitannya denga meodel, strategi, pendekatan dan juga
teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
6. Media
Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
atau media pembelajaran dapat disebut juga sebgai sarana fisik
untuk menyampaikan isi atau materi pembelajran. Dengan kata lain
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa,
sehingga terjadi proses belajra (Usam.M.Basyiruddin,2002:12).
Media pembelajaran dibagi tiga, yaitu :
1) Media audio adalah media yang menghasilkan suara, contoh :
kaset, tape recorder, dan radio.
2) Media visual adalah media yang memperlihatkan rupa atau bentuk.
Media visual bisa disebut juga sebagai alat perasan. Media visual
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Media visual dua dimensi.
- Media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan, contoh :
gambar di atas kertas karton, gambar yang diproyeksikan dengan
opaque projector, grafik, diagram poster, gambar cetak dan lain-lain.
- Media visual dua dimensi pada bidang trasparan, contoh : slaid,
lembar transparan untuk OHP
b) Media visual tiga dimensi, contoh : benda asli, model, contoh
barang, dan alat tiruan sederhana.
c) Media audio visual : adalah media yang menghasilkan rupa dan
suara dalam satu unit, contoh : film bersuara, video, dan televise
(Usman.M.Basyiruddin, 2002:28-32)
7. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk
predikat pada tingkat kinerja akademik yang dicapai siswa. Jenis
instrumen evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Tes, dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Tes tulis
- Tes objektif (B/S, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan
lain-lain)
- Tes subjektif atau esai (terbatas dan tak terbatas)
b) Tes lisan (tes lisan kelompok maupun individu)
c) Tes tindakan (baik kelompok maupun perorangan)
2) Non tes, untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat,
perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. Jenisnya antara lain :
a) Observasi
b) Wawanara
c) Skala penilaian
d) Check list dan lain sebagainya
8. Bentuk-Bentuk Pendidikan
Bentuk-bentuk pendidikan meliputi formal, nonformal,
dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan formal yang
disebut perdidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang
pendidikan yang telah baku, misalnya SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK, dan bangku Perkuliahan. pendidikan nonformal
lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke
masyarakat. Pendidikan informal adalah satu fase pendidikan yang
berada disamping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal,
dan informal adalah ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit
dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti
terujudnya keluaran perndidikan yang berupa sumber daya manusia
sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan.
Disamping itu dalam pendidikan itu sendiri, mulai dari
pengetian, tujuan, dasar, materi, metode, subjek, dan objek
pendidikan tersebut adalah serangkaian satu kesatuan yang saling
menyertai satu dengan yang lainnya. Begitu pula di dalam tradisi
upacara grebeg sendiri merupakan suatu upacara bersama tentunya
tidak lepas dari rangkaian pendidikan tersebut dengan kata lain di
dalam upacara grebeg, mulai dari perlengkapan upacara, prosesi
serta hal-hal lain yang ada dalam upacara tersebut, sudah pasti
mengandung nilai-nilai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari
serangkaian upacara tersebut, namun nilai-nilai itu tidak langsung
tampak seperti pendidikan itu sendiri.Nilai-nilai pendidikan dalam
tradisi ini, kita bisa melihat hal-hal yang terdapat di dalam tradisi
tersebut. Hali ini dapat di buktikan mengapa sebagian besar prosesi
upacara melibatkan banyak orang yang saling gotong royong untuk
mesukseskan acara Grebeg tersebut, ini merupakan suatu bentuk
pembelajaran bahwa kita hidup sebagai mahluk sosial selalu
berdampingan satu dengan lainya tak akan akan bisa hidup tanpa
bantuan orang lain. Untuk itu kita diajarkan untuk saling
menghormati, menghargai eksistensi orang lain dan menyadari
bahwa semua orang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing
yang harus diselesaikan dalam hidupnya.
Upacara grebek berakhir di depan pendopo makam
Simbah Sayyid Abdurrahman dari sebelum gunungan sendiri
dibagikan ada proses doa dan dibagikan. Hal ini membuktikan
bahwa upacara tradisi grebeg maulud merupakan suatu bentuk
pendidikan ada pendidikan sosial dan pendidikan Islam.
Pendidikan dalam kontek ini adalah suatu bentuk pendidikan yang
di visualkan dengan simbolik, di antaranya: arsitektur, pakaian,
musik atau gamelan, dan nyanyi-nyanyian.
BAB III
PAPARAN DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi
Desa Sukomarto merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan
Jumo. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 4 Km dan dari Ibu Kota
Kabupaten sekitar 21 Km. Desa ini mempunyai luas wilayah 186,75 Ha
yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian. Penduduk
Desa Sukomarto berjumlah 2.360 jiwa termasuk kategori masyarakat
Agraris Religius.
Desa Sukomarto mempunyai potensi sumber daya alam yang
cukup besar di antaranya tersedianya lahan pertanian yang sangat subur
untuk tanaman pangan dan hortikultur.Desa ini juga mempunyai potensi
yang cukup bagus di bidang peternakan terutama ternak itik (bebek
bentisan) sangat terkenal dikalangan masyarakat Temanggung dan ternak
sapi, juga sangat berpotensi di bidang perikanan.
Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya
akan budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang
berkembang di kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain
berupa kegiatan ziarah kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi,
bersih deso, sodaqoh tolak balak, sadranan, khoul, kirim doa dan
tumpengan. Sedangkan kesenian yang ada di Desa Sukomarto berupa
Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen,
Mauludan, Rebana, dan Ringgitan.
2. Sejarah Desa Bentisan
Bentisan adalah nama salah satu dusun di Desa Sukomarto
Kecamatan Jumo. Konon ceritanya ketika zaman Sultan Trenggono
Raja Demak, telah datang seorang Habaib (keturunan Rasul) yang
berasal dari Hadramaut Yaman Selatan sekaligus beliau adalah
seorang Ulama yang mempunyai kharisma dan ilmu tinggi, datang ke
wilayah Kedu Temanggung. Selanjutnya beliau singgah di Dusun
Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Masyarakat Bentisan
Sukomarto menyebutnya dengan nama “ Simbah Kyai Tuan Sayyid
Abdurrahman “. Beliau dipercaya masih kerabat dekat dengan Raden
Rahmat (Sunan Ampel) Surabaya.Beliau datang ke wilayah
Temanggung ini dalam rangka menyebarkan agama Islam yang saat itu
wilayah Karesidenan Kedu diperkirakan masih menjadi pusat
kebudayaan Hindu.Salah satu media dakwah yang beliau gunakan
adalah lewat pendekatan budaya serta media pertanian dan
perternakan.Sayyid Abdurrahman juga diyakini seorang waliyullah
yang mempunyai karomah yang sangat besar. Nama Bentisan
diperkirakan berasal dari bahasa Arab “ Baitu Sani “ artinya tempat
tinggal yang kedua. Oleh karena itu masyarakat Bentisan memaknai
bahwa Bentisan adalah tempat tinggal yang kedua bagi Sayyid
Abdurrahman.Orang jawa saat itu belum bisa berbahasa Arab dengan
baik sehingga nama Baitu Tsani menjadi Bentisan.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Sukomarto pada tahun 2014 adalah 2.226
jiwa terdiri dari 1.103 laki-laki dan 1.123 wanita. Tersebar di enam Dusun
yaitu: Wangangsuko, Gembiro, Toyomerto, Tampingan, Senet, dan Dusun
Bentisan. Terpecah menjadi enam rukun tetangga dan empat rukun warga,
menempati pemukiman seluas 11.10 ha/m2.
4. Kondisi Geografis
Desa Sukomarto terletak sekitar 23 km dari kota Kabupaten dan 4
km jarak ke kota Kecamatan. Bentisan sendiri adalah Dusun yang letaknya
paling selatan, disebelah barat berbatasan Dengan dusun Toyomerto
sebelah selatan terbentang sungai Guntur yang airnya mengalir deras
pengairi area persawahan, sebelah timur dan utara merupakan area
persawahan yang subur. Lokasi Bentisan berada di dataran rendah dengan
lahan sawah subur yang luas.
Tanah di Sukomarto relatif subur ditambah dengan kesediaan air
yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk
budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau.Lahan
persawahan yang luasnya mencapai 167 he/m2 mejadikan tani sebagai
mata pencaharian hampir seluruh warga bentisan.
5. Kondisi Sosial, Agama, dan Budaya
Masyarakat pedesaan memiliki jiwa sosial yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, begitu juga dengan
masyarakat Bentisan memiliki jiwa sosial yang tinggi, memiliki kehidupan
bermasyarakat yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang
dapat menimbulkan konflik. Masyarakat hidup bersama, bekerja sama, dan
berhubungan erat satu sama lain, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.
Dengan kata lain rasa kekeluargaan masyarakat Desa Bentisan lebih
kental.
Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya akan
budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang berkembang di
kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain berupa kegiatan ziarah
kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi, , bersih deso, sodaqoh tolak
balak, sadranan, khoul, kirim doa dan tumpengan. Sedangkan kesenian
yang ada di Desa Sukomarto berupa Kuda Lumping, Warokan, Kubro
Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen, Mauludan, Rebana, dan Ringgitan.
Pendidikan yang di peroleh warga sebagian besar SD dan masih
ada dari warga yang masih belum tamat SD. Lambat-laun warga
memikirkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka sehingga
mereka menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang lebih tinggi
minimal sampai SMP yang merupakan program wajib belajar Sembilan
tahun dari pemerintah. Walaupun mereka menganggap bahwa pendidikan
formal penting tapi juga tidak mengesampingkan pendidikan agamanya
sehingga sebagian besar anak mereka bersekolah dan diasramakan
dipondok pesantren, sehingga nilai-nilai Ahlaq dan budaya Islam warga
bentisan masih tetap terjaga dengan baik.
Warga Bentisan sebagian besar menganut paham Ahlissunan
Waljamaah mereka termasuk warga yang taat dan sangat religius.Mereka
juga aktif dalam kegiatan organisasi ke NU an, ibu-ibu mengikuti
muslimat, kaum muda-mudi mengikuti IPNU IPPNU dan juga ansor.
Tradisi-tradisi ke NU an juga sering dilakukan seperti tahlilan,
dzibaan/berjajen, manaqiban dan tradisi-tradisi lain yang diikuti bersama
sehingga memepererat tali persaudaraan antar warga.
B. Temuan Penelitian
a. Grebeg Bentisan
Grebeg Bentisan adalah perwujudan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rizki yang
melimpah dari berbagai usaha warga Bentisan, berkah kesehatan dan
kesejahteraan hidup, disamping itu budaya Grebeg bisa menumbuhkan
rasa persatuan dan kesatuan, masyarakat mempunyai rasa dekat dan
memiliki antara satu dengan yang lainya, melestarikan budaya dan adat
tradisional secara turun temurun menjadikan jatidiri kita sebagai
Bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi dan berbudi pekerti.
Lewat even pegelaran budaya tersebut menumbuhkan potensi
ekonomi kerakyatan, akan timbul sebuah semangat untuk lebih maju
dalam mensejahterakan keluarga dari berbagai sektor yang ada
khususnya sektor pertanian yang merupakan icon yang akan
dipamerkan dalam prosesi Grebeg, hasil panen petani akan diarak dan
kemudian dibagikan kepada pengunjung. Selain itu menurut Kepala
Desa Bentisan Bpk. Miftahudin, S. Ag beliau mengatakan adanya
budaya Grebeg ini untuk mempersiapkan Desa Sukomarto sebagai
Desa Wisata Budaya Religi.
b. Waktu Diadakanya Grebeg
Dari hasil wawancara penulis dengan warga desa Bentisan
yaitu Bpk. Rosin waktu diadakanya grebeg ini adalah setiap bulan
maulud yaitu bulan ke tiga dari penanggalan Hijriyah. Sebagai
patokan kapan hari akan diadakan grebeg yaitu hari jum‟at di
minggu ke dua dari bulan maulud.
c. Tempat-Tempat upacara
Serangkaian upacara Grebeg berpusat di tiga tempat, yakni di
area komplek wisata religi “Makam Sayyid Abdurrahman“ Dusun
Bentisan Desa Sukomarto, Balai Desa Sukomarto, dan Lapangan Desa
Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Komplek
makam Sayyid Abdurrahman merupakan tempat utama dalam prosesi
Grebeg, area makam ini berbentuk persegi panjang, bangunan paling
utara adalah makam Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, sebelah
selatanya adalah taman dan sekaligus digunakan untuk para peziarah
untuk berziarah memanjatkan doa ketika acara grebeg area ini
digunakan sebagai panggung untuk acara pengajian akbar.
Sebelah selatanya lagi ada pendopo yang biasanya oleh para
peziarah digunakan untuk Sholat atau beristirahat sejenak, bangunan
pendopo ini didominasi dengan ukiran batu yang melambangkan
beberapa hewan kesukaan yang dipelihara oleh Simbah Tuan Sayyid
Abdurahman ketika masa hidupnya ada beberapa hewan yang diukir
pada dinding pendopo diantaranya burung, kuda,. Di depan pendopo
ini Kepala Desa menyebarkan sedekah sejumlah mata uang logam,
ambang pintu depan pendopo digunakan untuk upacara ritual
penerimaan gunungan selamatan hasil bumi oleh Kepala Desa dan
pemuka agama yang kemudian memanjatkan doa bagi keselamatan,
kesentosaan serta kesejahteraan seluruh rakyat. Selain itu, tempat ini
digunakan pula untuk penyambutan terhadap tamu-tamu penting
diantaranya Habib Muhammad Bin Ali Bin Agil dari Ampel Surabaya
beliau adalah keturunan dari Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman,
pemuka agama, pemuka masyarakat, sesepuh desa dan beberapa
pegawai pemerintahan. Tempat ini sekaligus merupakan tempat akhir
prosesi perayaan upacara Grebeg yang ditandai dengan pembagian
gunungan hasil bumi pada masyarakat.
Bangunan paling selatan dari area komplek Makam ada
sebuah kolam yang dulunya merupakan tempat bersuci dan sampai
sekarang air dalam kolam tersebut masih ada, konon air tersebut
mempunyai khasiat menyegarkan melepas capek dan juga bisa
digunakan untuk penyembuh dari sakit tentunya semua itu atas ijin
Allah lewat karamah beliau Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman.
Pengunjung boleh mengambil air tersebut bebas tanpa harus
membelinya.
Balai desa dan Lapangan desa merupakan dua tempat yang
lokasinya berdekatan hanya terpisah oleh jalan yang merupakan jalan
utama menuju dusun Bentisan, balai desa digunakan untuk pergelaran
budaya yang didatangkan dari beberapa desa di Kabupaten
Temanggung, pergelaran budaya yang ditampilkan diantaranya Kuda
Lumping, Warokan, Kubro Siswo / Dayaan, dan Wayang Kulit.
Pentas seni ini dilaksanakan di hari kelima dalam rangkaia Grebeg
Bentisan.
Lapangan desa merupakan tempat yang luas, biasanya
digunakan untuk olahraga warga khususnya olahraga sepak bola,
ketika Grebeg lahan ini digunakan sebagai areal perlombaan, beberapa
lomba yang diadakan untuk memeriahkan Grebeg diantaranya : Panjat
Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang), Tarik Tambang (Kategori
usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan 30 tahun ke atas untuk
Perempuan), Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi
peserta pria harus pakai sarung dan serban), Pidato Pasrah Manten,
Tarik Suara, dan Karya Tulis. Lomba ini diadakan dihari ke tiga yaitu
sebelum hari dilangsungkanya kirap arak-arakan dari balai desa
menuju area makam Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman. Pemenang
lomba akan mendapatkan sejumlah penghargaan dari panitia Grebeg.
d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg
1. Bersih Diri / Sesuci
Falsafahnya: seorang pemimpin harus mau membersihkan
dirinya dari berbagai kotoran baik lahir maupun batin (jasmani
maupun rohani) dalam hal ini dilakukan dengan cara berwudhu.
2. Ziarah Makam
Falsafahnya:
a). Seorang pemimpin harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan
para pendahulu sehingga terobsesi untuk selalu meneruskan
dan melestarikan perjuangan para pendahulunya.
b). Mengingatkan kepada para pemimpin bahwa semua manusia
pasti akan mati sehingga para pemimpin agar hati-hati dalam
semua perilaku dan langkahnya.
3. Siram Bumi
Menyiramkan air ke bumi dengan harapan agar kebutuhan
air di bumi ini dicukupi oleh yang Maha Kuasa sehingga Bumi
menjadi Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi.
4. Siram Gunung
Menyiramkan air ke gunungan mengandung permohonan
agar semua hasil bumi terhindar dari berbagai penyakit dan
dicukupi airnya.
5. Pati Geni
Menyiramkan air kepada kerumunan manusia untuk
mematikan aura panas dan aura jahad yang menyelimutinya
dengan harapan semua masyarakat diberi ketenangan, ketentraman,
dan kedamaian.
6. Idin / Tabur Uang
Menyebarkan uang receh dalam jumlah banyak kepada
para pengunjung grebeg dalam acara puncak sebelum pembagian
tumpeng hasil bumi, tabur uang ini dilakukan dengan tujuan
sedekah.
7. Hastungkoro / Do‟a
Memohon keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan
kesuksesan warga masyarakat Desa Bentisan dan semua
masyarakat yang hadir dalam acara grebeg.
8. Penyajian Tumpeng dan Gunungan
Acara terakhir dari sederet upacara adat grebeg yaitu
membagikan sedekah hasil bumi kepada semua pengunjung dan
kemudian dinikmati/dimakan bersama-sama dengan harapan
mendapatkan berkah yang melimpah untuk kehidupan selanjutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisis ini bersumber dari hasil wawancara dengan
Kepala Desa Bentisan dan orang-orang yang memegang kendali upacara Grebeg
Bentisan serta masyarakat Bentisan yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen
yang ada. Mengaju pada fokus penelitian ini, maka penulis akan sajikan berikut:
A. Sejarah Tradisi Grebeg
Pada awalnya Grebeg merupakan upacara yang berwujud
pertunjukan Jawa-Islam dengan misi dakwah.Grebeg diperkenalkan
kepada masyarakat oleh salah satu anggota wali songo, yaitu Sunan
Kalijaga yang hidup pada zaman kerajaan Islam Demak (abad ke-
XV).Di antara para wali songo, Sunan Kalijaga sangat terkenal sebagai
seorang wali yang berjiwa besar, ulama, pemimpin, dan filosof. Kaum
cendekiawan dan bangsawaan simpatik kepada beliau karena cara
menyiarkan Islam disesuaikan dengan tata cara budaya masyarakat
setempat waktu itu. Disamping itu, beliau juga seorang wali yang kritis
dan kreatif.Terbukti dengan inisiatifnya mengarang cerita-cerita
wayang yang dikombinasikan dengan ajaran agama Islam. Hal ini
dilakukan oleh pertimbangan bahwa masyarakat jawa pada waktu itu
masih tebal kepercayaanya terhadap agama nenek moyang, atau
dengan kata lain masyarakat masih memegang teguh tradisi adat
istiadat lama. (kompas, 29 April 2005)
Dari situlah asal muasal tradisi Grebeg ada, Di Bentisan
sendiri tradiri Grebeg masih dibilang baru, pada tahun 2011 pertama
kali Grebeg diadakan di Bentisan, menurut salah satu tokoh
masyarakat Bentisan Bpk. Rosin mengatakan kenapa grebeg ini baru
diadakan karena sudah sangat kritisnya kepedulian masyarakat untuk
memelihara tradisi-tradisi dari nenek moyang yang mengandung nilai-
nilai kehidupan, selain itu karena baru ditemukanya nasab dari makam
Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman dan juga faktor lain karena
pemerintah desa yang dulu tidak memperhatikan adanya makam wali
yang penuh karamah tersebut. Diadakan Grebeg ini untuk
mengabadikan tradisi kebaikan yang dilakukan oleh pembuka Desa
Bentisan yaitu Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman.Konon
ceritanya ketika zaman Sultan Trenggono Raja Demak telah datang
seorang Habaib (keturunan Rosul) yang berasal dari Hadramaut
Yaman Selatan sekaligus beliau adalah seorang Ulama yang
mempunyai kharisma dan ilmu tinggi ke wilayah kedu Temanggung.
Selanjutnya beliau singgah di Dusun Bentisan Desa Sukomarto
Kecamatan Jumo. Masyarakat Bentisan Sukomarto menyebutnya
dengan nama “ Simbah Kyai Tuan Sayyid Abdurrahman “. Beliau
dipercaya masih kerabat dekat dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel)
Surabaya.Beliau datang ke wilayah Temanggung ini dalam rangka
menyebarkan agama Islam yang saat itu wilayah Karesidenan Kedu
diperkirakan masih menjadi pusat kebudayaan Hindu.Salah satu media
dakwah yang beliau gunakan adalah lewat pendekatan budaya serta
media pertanian dan perternakan.Hingga saat ini masyarakat
Sukomarto mempercayai bahwa Bebek Bentisan adalah peninggalan
dari Sayyid Abdurrahman yang juga diyakini seorang waliyullah yang
mempunyai karomah yang sangat besar. Nama Bentisan diperkirakan
berasal dari bahasa Arab “Baitu Sani“ artinya tempat tinggal yang
kedua. Oleh karena itu masyarakat Bentisan memaknai bahwa
Bentisan adalah tempat tinggal yang kedua bagi Sayyid Abdurrahman.
Dalam menyebarkan agama Islam Sayyid Abdurrahman
menggunakan media budaya pertanian dan peternakan. Di antara
warisan adat dan budaya yang saat ini masih lestari adalah sesuci atau
bersih diri, selametan dengan memberikan makan kepada orang
banyak, shodaqoh kepada orang-orang yang membutuhkan,
permohonan kepada sang kholik untuk penyembuhan, dijauhkan dari
penyakit, tolak balak, mengusir aura jahat dan angkara murka, minta
agar tanah jadi subur gemah ripah loh jinawi dan masyarakat tentram,
adem ayem, damai lewat media air yang dikasih doa-doa.
Tradisi lain yang dilakukan oleh Sayyid Abdurrahman adalah
memberikan sodaqoh berupa makanan kepada masyarakat dan
menyebarkan uang receh kepada orang-orang yang membutuhkan.
Tradisi ini hingga saat ini masih lestari dan dilakukan oleh masyarakat
Bentisan Sukomarto dengan tujuan sebagai tolak balak, minta
keselamatan, dan agar diberi rejeki yang berkah melimpah.Berangkat
dari tradisi, budaya, dan adat yang saat ini masih lestari di Bentisan
Desa Sukomarto maka dikemas dalam sebuah even yang besar yaitu “
Grebek Budaya Religi Bentisan “. Kegiatan ini dikemas dalam rangka
memadukan antara budaya adat dan agama.
B. Prosesi Tradisi Grebeg
Rangkaian Acara Tradisi Grebeg bentisan
1. Tanggal 8 Maulud 1435 H
Kegiatan Sholawat maulud serentak tingkat Desa Sukomarto
2. Tanggal 9 Maulud 1435 H
a. Khoul massal dan zikir akbar ( Obyek Wisata Religi Makam
Sayyid Abdurrahman )
1). Khoul Massal dipimpin oleh KH. Nasruddin (Pengasuh PP.
ROMAKANTE Rowo Malebo Kandangan Temanggung).
2). Zikir Akbar dipimpin oleh Habib Muhammad Bin Ali Bin
Agil dari Ampel Surabaya
b. Tahlil kubro (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid
Abdurrahman ).
Tahlil Kubro akan dipimpin oleh KH Muhammad Shodiq
Mubasyir (Katib Syuriah PC NU Kabupaten Temanggung).
c. Pengajian akbar (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid
Abdurrahman).
Pengajian Akbar akan diisi Tausiyah oleh KH Muhammad
Yusuf Chudhori (GUS YUSUF dari Tegalrejo Magelang) dan
KH. DRS. Ahmad Ikhsan Khadhor, MA (Rois Syuriah PC NU
Kota Semarang).
3. Tanggal 10 Maulud 1435 H
Kegiatan Lomba–lomba (Balai desa dan lapangan Desa
Sukomarto):
a. Panjat Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang)
b. Tarik Tambang (Kategori usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan
30 tahun ke atas untuk Perempuan).
c. Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi
peserta pria harus pakai sarung dan serban).
d. Pidato Pasrah Manten
e. Tarik Suara
f. Karya Tulis
4. Tanggal 11 Maulud 1435 H
a. Acara inti kirap budaya religidari Balai desa menuju ke
komplek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman).
b. Lomba balapan bebek bentisan (lokasi Dusun Bentisan)
c. Pentas seni (Depan Balai desa Sukomarto)
1). Kubro Siswo “ Wahyu Mustika Aji “ dan Dayakan
2). Kuda Lumping “ Eko Sri Widodo “
3). Warokan (Warok Suro Menggolo dan Warok Suro Dento)
4). Rebana
Dibawah ini kami sajikan susuna acara kirap budaya Grebek :
Susunan Acara Kirap Budaya Grebek
Dusun Bentisan, Desa Sukomarto
Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung
Minggu, 11Maulud 1435 H
NO WAKTU KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN
1 Jam 07.00
– 09.00
WIB
-Gendingan/
Kerawitan
- Persiapan Kirap
Depan Balai
Desa
Sukomarto
2
Jam 09.00
– 11.00
WIB
- Prosesi Kirap
Budaya Religi
Depan Balai
Desa s/d Lokasi
Wisata
Makam Sayyid
Abdurrahman
Alunan gending dan
krawitan mengiringi
prosesi kirap hingga
selesai
C. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg
Dari hasil wawancara dengan Bpk. Kepala Desa Sukomarto Bpk.
Miftahudin grebeg Bentisan memiliki beberapa nilai pendidikan, Nilai-
3
Jam 11.00
– 12.00
WIB
Upacara Ritual
Adat
- Bersih Diri /
Sesuci
- Ziarah Makam
- Siram Bumi
- Siram Gunung
- Pati Geni
- Hastungkoro
- Sambutan
Bupati/Wabup
-Penyerahan
Tropi
- Idin /Tabur
Uang
- Penyajian
Tumpeng dan
Gunungan
Lokasi Wisata
Religi Makam
Sayyid
Abdurrahman
Setelah upacara adat
selesai maka tamu
undangan dimohon
untuk menuju ke
tempat yang sudah
disediakan
nilai pendidikan tersebut diantaranya: pendidikan Islam, pendidikan
Sosial, pendidikan kebudayaa kesemuanya akan kita jabarkan dibawah ini:
1. Nilai Pendidikan Sosial
Sebuah Pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat
menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu
bersosialisasi dalam masyarakat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi,
kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan sosial
merupakan salah satu jenis pendidikan yang harus diberikan kepada
seseorang, agar mereka menjadi masyarakat yang tanggap, peduli dan suka
menolong orang lain. Karena dengan menolong orang lain akan
meringankan beban orang yang terkena kesusahan.
Pengertian sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang
mempunyai arti masyarakat (Agus Suyanto. 1983:248). Kata sociates dari
kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti
hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sedang
menurut Abdullah Nashih Ulwan, yang dimaksud dengan pendidikan
sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab
sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada
akidah Islamiyyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam,
agar di dalam masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab
yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana .
Nilai-nilai pendidikan sosial, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu suatu hal yang berguna dan dibutuhkan bagi kehidupan
manusia yang terdapat dalam masyarakat, yang mengatur hubungan antar
manusia yang satu dengan yang lainnya.Sehubungan dengan itu nilai-nilai
tersebut haruslah merupakan esensi-esensi, yang terkandung dalam suatu
barang serta perbuatan-perbuatan (Louis O. Kaffsoff 1996:345).
Menurut Ngalim Purwanto tujuan pendidikan sosial ialah:
membentuk manusia yang mengetahui dan menginsyafi tugas
kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat;
dan membiasakan anak-anak berbuat mematuhi tugas kewajiban sebagai
anggota masyarakat dan sebagai warga Negara (Ngalim
Purwanto.2000:171).
Abdullah Nashih Ulwan berpendapat, bahwa tujuan pendidikan
sosial, ialah agar manusia terbiasa menjalankan perilaku sosial yang
utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulia dan bersumber pada akidah
Islamiyyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar ditengah-
tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang
baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang
bijaksana”.
Dari tujuan pendidikan sosial tersebut dapat dipahami bahwatujuan
dari pendidikan sosial adalah untuk membentuk manusia yang memiliki
kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggungjawab sosial serta bersikap
toleran sehingga keharmonisan akan terjadi di antara sesama manusia,
dapat berjalan dengan selaras dan harmonis dalam kehidupan
bermasyarakat. Tujuan pendidikan demikian ini diarahkan pada
pembentukan manusia yang mempunyai sifat sosial dalam perilakunya.
Pendidikan sosial bertujuan untuk membentuk individu yang menyadari
dan menginsyafi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dari berbagai
golongan dalam masyarakat di manapun ia berada dan mewujudkannya
dengan berperilaku sosial yang baik, etis dan sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
Dengan cara demikian diharapkan agar individu yang merupakan
bagian dari masyarakat mengerti akan kewajiban-kewajibannya dalam
masyarakat. Sehingga apabila dalam masyarakat membutuhkan
bantuannya, untuk cepat tanggap dalam melaksanakan tugasnya
tersebut.Dengan adanya pendidikan sosial juga diharapkan agar individu-
individu tidak lagi bersikap egois, dengan tidak mau melihat orang-orang
yang ada di sekitarnya yang sedang mengalami kesusahan.Kita tidak boleh
menutup mata apabila melihat orang yang memerlukan uluran tangan kita,
karena kita diajarkan untuk saling tolong menolong terhadap sesama.
Pentingnya pendidikan sosial ditanamkan di dalam masyarakat
karena dalam kehidupan ini banyak terjadi hal-hal yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Pendidikan sosial ini melibatkan
bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka
akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang
dapat meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan mengerjakan
ajaran-ajaran agama-Nya yang mendorong pada produksi, menghargai
waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ikhsan,
mementingkan orang lain, tolong menolong, setia kawan, menjaga
kemaslahatan umum, cinta tanah air, dan lain-lain lagi bentuk akhlak yang
mempunyai nilai sosial (Ramayulis Tuanku Khatib. 2001:92). Karena
dengan pendidikan sosial orang akan memperhatikan dirinya sendiri dalam
berbuat untuk orang lain, tidak akan semena-mena bila dalam keadaan
berkecukupan karena sudah menerima pendidikan sosial.
Adapun pentingnya pendidikan sosial menurut Al Ustadz Hasan
Hafidz, dan kawan-kawan adalah :
1. Mempersiapkan anak agar dapat melakukan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, yakni agar ia mempunyai kecakapan atau ketrampilan.
Misalnya, masyarakat butuh akan tenaga guru, dokter, insinyur,
pedagang, tukang kayu/ tukang batu dan lain-lain. Pendidikan di sini
berarti memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dari beberapa segi.
2. Mempersiapkan anak untuk mampu berkecimpung di tengah-tengah
masyarakat dengan mau menerima kenyataan yang ada, baik itu
masyarakat kecil, keluarga, sekolah, teman sejawat atau masyarakat
lainnya.
3. Membekali anak dengan ide-ide yang sehat (baik) dan kebiasaan
kebiasaan yang mulia untuk dapat hidup di masyarakat serta
meningkatkan kemampuannya berinteraksi sosial sehingga menjadi
teladan bagi masyarakatnya, berakhlak mulia, menjaga keluarga,
berpegang teguh pada tingkah laku yang baik, berdisiplin, tolong
menolong, mendahulukan kepentingan umum, bertanggungjawab,
menjunjung tinggi norma-norma dan undang-undang yang berlaku.
4. Memberikan pengertian pada anak tentang hak-hak dan kewajiban
kewajiban yang harus dijaga dan dilaksanakan.
5. Meningkatkan kehidupan bernegara dan membina generasi penerus
yang bertanggungjawab dan mempunyai nasionalisme yang tinggi
dengan membekali budaya bangsa, menjunjung tinggi cita-cita luhur
bangsa dan negaranya, menanamkan dan menumbuh suburkan rasa
harga diri, jiwa bebas dan merdeka.
6. Mengenalkan pada anak tentang problem-problem ekonomi, sosial dan
kesehatan masyarakat sekitar serta menanamkan kecenderungan,
kemauan dan kemampuan untuk memecahkan problem-problem
tersebut secara baik dan efisien.
7. Mempelajari situasi dan kondisi masyarakat, menunjukkan kebaikan
kebaikannya dan bagaimana cara melestarikannya. Di samping itu juga
kejelekan/ kekurangan-kekurangannya dan bagaimana mengatasinya,
mengikuti perubahan-perubahan sosial dan mengadakan pengabdian
masyarakat demi perbaikan dan peningkatan tarap hidup/ kehidupan
masyarakat (Al Ustadz Hasan Hafidz, dkk:23-24).
Dari paparan uraian tersebut di atas, pendidikan sosial menjadi
sangat penting dan diperlukan dalam membangun masyarakat yang sadar
akanlingkungan sekitarnya. Melalui pendidikan sosial diharapkan, dapat
mendidik dan membentuk manusia yang mengetahui dan menginsyafi
tugas dan kewajibannya terhadap berbagai golongan masyarakat dan
membiasakannya berperilaku sosial yang baik sebagai anggota
masyarakat, dan sebagai warga negara mengetahui dan menginsyafi tugas
dan kewajibannya untuk dilaksanakan terhadap anggota masyarakat yang
lain merupakan ciri utama dari suatu pendidikan sosial. Dengan melihat
betapa pentingnya pendidikan sosial, maka kita harus mendidik anak
secara baik dan mempersiapkannya untuk dapat hidup di masyarakat dan
mengarahkan kepribadiannya untuk berkehidupan sosial yang baik, serta
meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama agar mereka tidak merasa
hina karena adanya perbedaan ekonomi.
Demikian penjabaran tentang pendidikan sosial, selanjutnya nilai-
nilai pendidikan sosial apa saja yang ada dalam tradisi Grebeg Bentisan
dibahas diantaranya :
1. Gotongroyong meliputi dalam kegiatan mempersiapkan acara
Grebeg mulai dari awal pembentukan panitia, acara inti
termasuk dalam acara inti arak-arakan tiga gunungan besar
berisi hasil bumi, seratus tumpeng, berikut ingkung bebek,
yang diarak dari balai desa menuju depan pendopo makam
Syeh Sayid Abdurrahman. Sampai acara selesai dan melakukan
kegiatan bersih-bersih bersama.
2. Pemberian sedekah/sodaqoh berupa makanan kepada
masyarakat dan menyebarkan uang receh kepada orang-orang
yang membutuhkan. Merupakan tradisi yang dilakukan oleh
Sayyid Abdurrahman,tradisi ini hingga saat ini masih lestari
dan dilakukan oleh masyarakat Bentisan Sukomarto. Untuk
melestarikan tradisi tersebut masyarakat Desa Sukomarto
melaksanakan upacara adat dalam bentuk Grebek budaya religi
setiap Bulan Mulud. Pemberian sedekah sendiri sebenarnya
merupakan nilai pendidikan agama Islam tapi apabila ditelusuri
secara jauh hikmah dari pemberian sedekah yaitu untuk berbagi
rasa kebahagian terhadap orang lain dan meringankan beban
orang lain merupakan sebuah nilai sosial.
3. Kebersamaanadalah salah satu kata yang mempunyai makna
serta arti yang sangat indah, siapapun orangnya bila mendengar
kata “kebersamaan” pasti tersentuh hatinya, pasti ingin
merasakan arti sebuah “kebersamaan”. Kenapa kebersamaan itu
begitu bermakna, karena dengan kebersamaan apapun yang kita
dambakan jelas akan terwujud. Sebuah Keluarga yang berjalan
diatas kebersamaan insya Allah akan mencapai apa yang di
cita-citakan, Negara yang didirikan dan dibangun atas dasar
kebersamaan pasti akan tercapai apa yang menjadi tujuannya,
jelas dengan adanya sebuah kebersamaan semua yang
didambakan oleh manusia akan tercapai, tidak ada satupun
manusia didunia akan berhasil mencapai tujuannya tanpa
adanya kebersamaan.
Apapun yang menjadi dasar dari kebersamaan itu baik
dilaksanakan secara ikhlas maupun terpaksa, atau dengan
tujuan yang bermanfaat maupun mudhorat. Sebagai contoh
seorang pemimpin dalam sebuah kelompok tanpa didukung
oleh anggotanya, takkan berhasil memimpin kelompok
tersebut, sebuah team olah raga takkan pernah menang tanpa
adanya kekompakan bahkan sekelompok orang yang ingin
berbuat jahat tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan
jahatnya bila tanpa adanya kebersamaan. Begitu juga acara
tradisi Grebeg ini tidak akan berlangsung dengan baik tanpa
adanya kebersaan antara warga Desa Bentisan.
2. Nilai Pendidikan Agama Islam
Pengertian Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation
(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god)
(tunduk kepada kehendak Allah). Kata aslama ini berasal dari kata salima
yang berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa (Abuddin Nata.
2002:32). Pengetian Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan Islam,
yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta
sejalan pula dengan misi ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian
dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk
kepada Tuhan. Islam dengan misi yang demikian itu ialah Islam yang
dibawa oleh seluruh para Nabi, dari sejak Nabi Adam As. Hingga Nabi
Muhammad SAW. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur‟an:
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik. (Qs.
Ali Imron:67)
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan
kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan
Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. Al Baqoroh:136)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, terlihat bahwa Islam
merupakan misi yang dibawa oleh seluruh para Nabi, yaitu misi suci, agar
manusia patuh dan tunduk serta berserah diri kepada Allah Swt.
Pengertian Islam sebagai agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan
Tuhan untuk umat manusia, melalui RasulNya, Muhammad Saw. Islam
dalam pengetian agama ini, selain mengemban misi sebagaimana dibawa
para Nabi sebagai mana tersebut diatas, juga merupakan agama yang
ajaran-ajaranya lebih lengkap dan sempurna dibandingkan agama yang
dibawa oleh para Nabi sebelumnya hal ini sejalan dengan firman Allah
Swt.
………
….
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. (Qs. Al Maidah:3)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-
orang yang rugi. (Qs. Ali Imron:85)
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam.visi, misi, tujuan, proses belajar
mengajar, pendidik, peserta didik hubungan pendidikan dan peseta didik,
kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan
aspek atau komponen pendidikan lainya didasarkan pada ajaran Islam.
Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam, atau pendidkan yang Islami
(Abuddin Nata. 2010:36)
Secara umum pendidikan Islam belum memiliki rumusan yang
disepakati oleh seluruh ahli pendidikan Islam. Konferensi international
pendidikan Islam pertama (firs world conference on muslim education)
yang diselenggarakan oleh King Abdul Aziz University Jeddah pada tahun
1977, belum berhasil merumuskan definisi yang jelas dan disepakati
tentang pengertian pendidikan menurut Islam pada bagian rekomendasi,
para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian atau definisi
pendidikan menurut Islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung
dalam istilah ta‟lim, tarbiyah, dan ta‟dib (Ahmad Tafsir. 1992:28).
Menurut Naquib Attas (1992:53), istilah Ta‟dib merupakan istilah
yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan ilmu pendidikan.
Istilah tarbiyah menurut pendapatnya dianggap terlalu keras.Karena
pendidikan menurut penjelasannya berasal dari kata kerja adabun yang
berarti pengenalan atau pengakkuan tentang hakekat bahwa pengetahuan
dan wujud bersifat teratur secara herakhis sesuai dengan berbagai tingkat
dan derajat mereka.Demikian itu serta dengan kapasitas dan potensi
jasmaniah, intelektual maupun rohaniah seseorang.
Berdasarkan pengetahuan ini, al-Atas mendefinisikan pendidikan
menurut Islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat
yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan Islam adalah usaha agar
manusia mengenali kedudukan Tuhan dalam kehidupan ini.
Pendidikan yang didefinisikan Ridha (1953:261) adalah al-ta’lim.
Menurutnya, pendidikan dalam Islam itu adalah al-ta’lim yang merupakan
proses transisi berbagi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya
batasan dan ketentuan tertentu. Transisi ilmu pengetahuan itu dilakukan
secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis
nama-nama segala sesuatu yang diajarkan oleh Allah kepadanya.
Selain Ridha yang juga mengatakan bahwa pendidikan Islam itu
identik dengan al-ta’lim adalah Abd.Al-Fata Jalal (1977:17) menurutnya,
at-ta‟lim memiliki makna doktrinasi pengetahan, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab, dan penanaman amanah. Sehingga terjadi tazkiyah al-
nafs (penyucian diri atau pembersihan diri) dari manusia dari segala
kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam kondisi yang
memungkinkan untuk menerima al hikmah serta mempelajari segala apa
yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa at-ta’lim mencakup fase bayi dan anak-anak.
Secara terminologis, para ahli pendidikan memiliki cara yang
beragam dalam memberikan makna al-tarbiyah, diantaranya adalah :
a. Menurut Athiyah Al-abrasi (1995:8), adalah upaya mempersiapkan
individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaanh hidup, cinta
tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematika dalam berpikir,
tajap perasaan, giat dalam berkreasi, toleran pada yang lain, berkompetensi
dalam mengungkap bahasa tulis dan lisan, serta terampil berkreativitas.
b. Menurut Al-barusawi (1997:13), al-tarbiyah adalah proses pemberian
nafsu dengan berbagai kenikmatan, pemeliharaan hati nurani dengan
berbagai kasih sayang, bimbingan jiwa dengan hukum-hukum syari‟ah,
serta pengerahan hati nurani dengan berbagai etika kehidupan dan
penerangan rahasia hati dengan hakekat pelita.
c. Menurut Al-Ghalayani (1994:185), al-tarbiyah adalah penanaman etika
yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi
nasehat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi
jiwa yang mantap yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta
akan kreasi dan berguna bagi tanah airnya.
Kata al-tarbiyah mempunyai pengertian pendidikan Islam yang
memberikan penekanan di masa anak-anak dan juga mencakup dalam hal
pemeliharaannya, terutama pemberian nafkah, mencukupi kebutuhan
hidupnya dan lain-lain.Artinya mensejahterakan kehidupan pada
anak.Kemudian ta’lim merupakan pendidikan yang memfokuskan pada
transformasi keilmuan, baik berupa sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial,
pengetahuan budaya ataupun ilmu-ilmu keagamaan.Sedangkan
pembentukan perilaku seseorang lebih ditekankan pada pengertian
pendidikan yang diambil dari kata ta’dib. Dengan kata lain, pendidikan
seseorang sehingga ia menjadi beradab, mempunyai sopan santun dan
berakhlak mulia.
Merujuk uraian di atas tentang pendidikan dan uraian yang
mendukungnya, baik secara langsung atau tidak langsung, maka
pendidikan adalah proses bimbingan dari seseorang kepada orang lain agar
ia berkembang secara maksimal, sesuai dengan ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Sunnah serta mengembangan
pemahaman kedua sumber tersebut berdasarkan kepada pikiran (ra’yu)
dan ijtihad
Tujuan pendidikan Islam diharapkan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang ada dalam Al-qur‟an dan Hadis. Peranan tujuan sangat penting sebab
menentukan arah proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan Islam
dirumuskan dari nilai-nilai filososfis yang rangka dasarnya termuat dalam
filsafat pendidikan Islam.Seperti halnya dasar pendidikanya maka tujuan
pendidikan Islam juga identic dengan tujuan Islam itu sendiri. Mohammad
Athiya El-abrosyi (1975:22-25) seorang Ulama muslim membagi tujuan
pendidikan Islam menjadi 4 yaitu:
a. Untuk membantu pembentukan ahlaq yang mulia.
b. Sebagai persiapan untuk kehidupan dunia dan ahirat.
c. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan
menumbuhkan keinginan untuk mengetahui (curiousity) atas
segala hal, serta memungkinkan pelajar untuk mengkaji
berbagai ilmu.
d. Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknis agar ia
dapat mencari rezeki didunia dan hidup dengan mulia,
disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
Pentingnya pendidikan Agama Islam untuk manusia adalah sebagai
berikut:
a. Agama merupakan sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena
moral sangatlah penting dalam kehidupan.Moral adalah mustika hidup
yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada
hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini
sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada
binatang buas sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan
perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal
baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau
halal haram tidak lagi dihiraukan.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan
“bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak
telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.
Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu,
sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi
mendorong manusia kepada kebiadapan”
Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang
dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh
berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara
yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah
(dengan sebenar-benar iman) ( Ali `Imran: 110)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama
dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh
manusia, karena agama bersumber dari agama.Dan agama menjadi
sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan
kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan
dalam agama.
b. Agama merupakan petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa
yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi
tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa
kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal,
dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan
mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga
untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah
kebenaran.
Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau semuanya
oleh manusia.Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran baru dalam
filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan
pula”.Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia.
Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur
juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu
pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil).Segala
sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara
manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu”
(an-Nisa‟: 105)
c. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Ibnu Khaldum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada
sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya.
Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang
berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat
Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai
mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang
gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang
tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang
membatasinya.
Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika
masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda
tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.
d. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka
maupun di kala duka
Hidup manusia di dunia yang fana ini kadang-kadang suka tapi
kadang-kadang juga duka.Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga
bukan neraka.Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada,
dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi.Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah
rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.Firman Allah Swt:
Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan
yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian (al-Ambiya‟:35).
Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil
sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini.Misalnya dikala suka, orang
mabuk kepayang dan lupa daratan.Bermacam karunia Tuhan yang ada
padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat
manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung
duka.Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang
berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan
kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan
merasa tidak berguna bagi orang lain.
Demikianlah penjelasan tentang pendidikan Agama Islam mulai
dari pengertian pendidikan Agama Islam, tujuan pendidikan, dan
pentingnya pendidikan Agama Islam bagi manusia. Kemudian penulis
akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan Agama Islam apa saja yang ada
dalam rangkaian tradisi Grebeg Bentisan, diantaranya sebagai berikut:
1. Ritual Doa
Ritual doa ini dilakukan diahir sebelum pembagian gunungan hasil
bumi. Pengertian doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai
kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan
yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam
menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang
hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan.
Itulah pengertian doa secara syar‟i yang sebenanya.
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan
sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Bahkan
Al-Qur‟an banyak menyebutkan pula bahwa tadharru’ (berdoa dengan
sepenuh hati) hanya akan muncul bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan
tadharu‟ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah
akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam
keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam
kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur‟an Allah telah
menegaskan :
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya,
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).
Al-Qur‟an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang
taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah
dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam.
Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan
berulangkali dipanjatkan. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Al-
Qur‟an, diantaranya :
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu‟) dan suara
yang lembut.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi
sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-Ar‟af : 55-56).
Berdoa haruslah secara terus menerus dan yakinlah bahwa doa
yang kita minta pasti akan Allah berikan karena Allah SWT telah berjanji
untuk mengabulkan doa para hamba- Nya.
………..
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku
perkenankan bagimu………" (QS. Al- Mukmin: 60)
Doa juga bagian bagian dari ibadah adalah bahwa kedudukan doa
dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan masjid. Doa adalah
tiang penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan.
Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap
Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan yang
disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih
keselamatan abadi.
keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa.
1. Allah menyertai hamba-nya yang berdoa. Muhammad Rosulullah saw.
bersabda, "Sesungguhnya Allah berfirman: “Aku selalu dalam
persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika
ia berdoa kepada-Ku. (HR. Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra)
2. Doa senjata orang mukmin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,
"Doa adalah senjata orang mukmin, dan tiang agama, serta cahaya
langit dan bumi". (HR. Hakim dari Ali bin Abi Tholib ra.)
3. Doa datangkan keselamatan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,
"Janganlah engkau merasa lemah untuk berdoa, sebab sesungguhnya
tidak seorang pun yang binasa selama ia tetap berdoa". (HR. Ibnu
Hiban dan Hakim dari Anas ra.)
4. Doa menolak bencana, dan menolak tipu daya musuh. Muhammad
Rosulullah saw. bersabda,"Doa berguna terhadap apa saja yang telah
menimpa seseorang, dan hal-hal yang belum turun kepadanya.
Sesungguhnya bencana pasti akan turun, dan akan ditemui oleh,
doa. Lalu keduanya selalu bersaingan sampai hari kiamat". (HR.
Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra.) Maksudnya, bencana senantiasa
mengintai manusia, dan semua itu dapat ditolak hanya dengan doa.
2. Sedekah
Sedekah yang dilakukan dalam tradisi Grebeg ini adalah setiap
kepala keluarga harus membuat nasi tumpeng beserta ingkung ayam bebek
yang akan diarak dan dibagikan kepada semua pengunjung.
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan
yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata.Sedekah dalam
pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-
tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum
Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang
dimaksud adalah firman Allah SWT:
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka
kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An
Nisaa:114)
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah,
berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping
sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus
seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal
menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk
kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi
wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang
kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia
mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum
sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah
kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda
dengan zakat.Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam
dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan
atau diberitakan kepada umum.Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW
dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu
kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat
kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya
lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah
diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
3. Berbakti kepada orang tua (birul walidain)
Sebagai seorang anak wajiblah bagi kita untuk berbakti kepada
kedua orang tua kita, karena lewat merekalah kita ada didunia ini kita
hidup dengan berkecukupan tanpa harus mencari nafkah sendiri, mereka
yang mengajarkan tentang bagaimana cara kita hidup didunia ini. Untuk
itu tidaklah berlebihan bila Allah sangat memurkai orang yang berbuat
durhaka kepada kedua orang tua.
Al Qur‟an dan hadis banyak sekali yang membahas tentang
keharusan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua, saking
harusnya kita berbakti kepada orang tua sehinggah adab kita sopan santun
kita kepada orang tua diajarkan dalam Al Qur‟an:
Artinya: dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen
sehingga ia datang setelah proses penghambaan kepada Allah Subhanahu
Wata’ala?? Al-Quran Kembali menjawab
………
“Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan………”(Al-Ahqaf: 15)
Berbuat baik kepada kedua orang tua terutama kepada ibu, ini
bukanlah sebuah diskriminasi, mendahulukan seorang ibu dari seorang
ayah dalam berbakti, bukan berarti kita mengenyampingkan peran seorang
ayah dalam kehidupan berumah tangga, akan tetapi berpijak pada sisi
rasional, seorang ibu memiliki pengorbanan yang lebih besar ketimbang
bapak dalam mengurus sang anak mulai dari proses kehamilan, persalinan,
menyusui dan merawat anaknya, bahkan pengorbanan seorang ibu bukan
saja pada materi melainkan jiwa dan raganya apalagi saat melahirkan sang
anak.
Karena banyak faktor yang membuat seorang ibu harus lebih
dihormati, begitu juga Islam dalam memuliakan kaum wanita, dikuatkan
dalam sebuah hadits perihal keutamaan berbakti kepada seorang ibu.
ى الله عنو قال : جاء رجل إل رسول الله صلى الله عليو وسلم ف قال عن أب ىري رة رض ك ?من أحق الناس بسن صحابتى ,يارسول الله ك قال ث ?قال ث من ,قال ام قال ام
ك ?من قال اب وك ,من قال ث ,قال ام
Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata:“Seseorang
datang kepada Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam dan berkata, „Wahai
Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?‟ Nabi
shalallaahu „alaihi wasallam menjawab:„Ibumu!‟ Dan orang tersebut
kembali bertanya, „Kemudian siapa lagi?‟Nabi shalallaahu „alaihi
wasallam menjawab, „Ibumu!‟Orang tersebut bertanya kembali,
„Kemudian siapa lagi?‟Beliau menjawab, „Ibumu.‟Orang tersebut bertanya
kembali, „Kemudian siapa lagi,‟ Nabi shalallahu „alaihi wasallam
menjawab, „Kemudian ayahmu.‟”(HR. Bukhari dan Muslim).
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi setiap
manusia terutama bagi seorang Muslim. Lantas Bagaimana cara berbakti
kepada orang tua yang sudah meninggal? Bagi sebagian dari kita yang
orang tuanya masih ada mungkin lebih mudah untuk menunjukan baktinya
kepada mereka. Tapi bagaimana jika mereka telah tiada?.Doa merupakan
cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal yang dapat
dilakukan oleh seorang anak. Doa seorang anak yang sholeh dikatakan
sebagai salah satu hal yang amat bermanfaat bagi orang tua. Nabi
Muhammad Saw menjelaskan tentang doa anak yang sholeh bagi orang
tua yang telah meninggal dunia merupakan amal yang tidak terputus bagi
orang tuanya.
عن أب ىري رة رضى الله عنو ان رسول الله صلى الله عليو وسلم قال : إذا مات النسان لو )رواه ان قطع عملو إلا من ثلث صدقة جارية او علم ي نت فع بو او ولد صالح يدعو
ابوداود(
“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga
perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh
yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR Abu Daud).
Oleh karena itu, didalam tradisi Grebeg ada ritual Haul masal yang
ditujukan untuk mendoaakan para arwah orang-orang yang telah
meninggal.Dan juga dikhususkan untuk Simbah Sayid Abdurrahman salah
satu wali Di Desa Bentisan.
4. Cinta kepada Allah lewat wali-waliNya
Kita mengenal Wali Allah sebagai orang yang dikeramatkan, dan
mampu melakukan hal hal yang luar biasa. Di Pulau Jawa kita mengenal
Wali Songo , sembilan orang kyai yang menyebarkan agama Islam di
Pulau jawa yang dikenal mencapai tingkatan para wali. Masing masing
wali mempunyai karomah sendiri-sendiri.seperti Sunan Bonang yang
menciptakan buah atap (kolang kaling) menjadi butiran emas dihadapan
Raden Mas Said (Sunan Kalijaga) yang hendak merampoknya. Sunan
Kalijaga membuat tiang utama Masjid Demak dalam semalam dan lain
sebagainya.
Tingkat kewalian yang terdapat dalam diri seseorang mukmin
sesuai dengan tingkat keimanannya. Para wali Allah yang paling tinggi
tingkat kewaliannya adalah para nabi, dan diantara para nabi yang paling
tinggi tingkat kewaliannya adalah para rasul, dan diantara para rasul yang
paling tinggi tingkat kewaliaanya adalah Rasul ulul azmi, dan diantara
rasul ulul azmi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah Rasulullah
Muhammad Saw. Maka barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan
dekat dengan-Nya (mengaku sebagai wali Allah), tetapi ia tidak mengikuti
sunah Rasulullah Muhammad Saw, maka sebenarnya ia bukanlah wali
Allah tetapi musuh Allah dan wali setan.
Dalam tradisi Grebeg terdapat ritual Khaul Massal dilakukan untuk
mengirim doa bagi para leluhur dan punden di Desa Sukomarto. Punden
dan Aulia‟ yang ada di Desa Sukomarto antara lain Simbah Tuan Sayyid
Abdurrahman, Simbah Kyai Muhammad Dahlan, Simbah Kyai Mubarok,
Simbah Kyai Suko, Kyai Suro Menggolo, Kyai Suro Dento, Kyai Abdul
Basyar.
Melalui khaul ini masyarakat mengharapkan berkah dari beliau-
beliau wali yang ada Di Desa Sukomarto, dan sebagai wujud rasa bahagia
dan cinta kita, karena para wali-wali tersebutlah maka agama Islam bisa
masuk Di Desa Sukomarto.Dengan adanya rasa cinta tersebut diharapkan
besok ketika dihari kiamat kita bisa dikumpulkan bersama beliau-beliau
para wali-wali Allah, kemudian masuk surga bersama-sama dengan
mereka. Ini berdasarkan sebuah hadis bahwa besok dihari kiamat orang
akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang ia cintai:
عثمان بن أب وإسحاق بن إب راىيم )قال إسحاق : أخبنا . وقال عثمان : حدث نا حدث نا عن عبد الله قال : جاء رجل إل رسول الله صلى الله ,عن أب وائل ,( جرير عن الأعمش
ا ي لحق بم !: يارسول الله عليو وسلم ف قال قال ?كيف ت رى ف رجل أحب ق وما ولم "المرء مع من أحب "رسول الله صلى الله عليو وسلم
Usman bin Abi Syaibah Ishaq Wa Ibrohim bercerita kepadaku (ishaq
berkata: berilah kabar kepadaku wahai usman, dan Usman Berkata: Jarir
bin Asmak bercerita kepadaku, dari Abi Wail dari Abdullah, ia
berkata:Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang
seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu
dengan mereka? Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab:
Seorang akan bersama orang yang dicintai(Hadits Shahih Muslim : 2640-
165)
Dari hadis diatas telah jelas menjelaskan bahwa seseorang akan
bersama yang dicintainya. Bukti cinta warga Bentisan bukan hanya dengan
khaul (mengirim doa) tetapi juga dengan melestarikan kebiasaan baik
beliau-beliau seperti bersedekah dan lain-lain.
3. Nilai Pendidikan Kebudayaan
Menurut Geertz dalam (Irwan Abdullah. 2010:1) mengatakan
bahwa kebudayaan merupakan system mengenai konsepsi-konsepsi yang
diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat
berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan.
Budaya merupakan identitas suatu bangsa, maka budaya dijadikan
sebagai satu aset yang perlu dijaga keberadaanya. Budaya juga merupakan
tolok ukur peradaban sebuah bangsa.Nilai-nilai keluhuran yang dimiliki
bangsa inilah yang perlu dijunjung tinggi.Indonesia merupakan negara
pluralis yang di dalam negara terdapat banyak adat istiadat atau budaya.
Berkembang atau tidaknya suatu budaya tergantung kepada masarakat
setempat, dan pemerintah merupakan pengawas yang diharapkan mampu
memfasilitasi suatu masyarakat medengan budaya yang ada di dalamnya.
Dalam suatu budaya, ada beberapa cirri-ciri khusus yang dapat digunakan
untuk mendeskripsikan budaya tersebut.Makanan khas, kesenian, hingga
pandangan hidup yang ada di dalamnya.Dan semuanya itu harus dipelajari
oleh generasi muda sehingga budaya yang ada masih mampu eksis di
tengah cepatnya perubahan yang ada di dunia ini.
Kebudayaan adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai
harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai
generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya
memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.Oleh sebab itu,
sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa,
hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
Salah satunya mari kita kembali mengenal budaya atau kesenian asli atau
tradisional., Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan
kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian
tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa
harus tertindas proses modernisasi.Salah satunya tradisi Grebeg yang
mencakup banyak budaya dan kesenian-kesenian asli Indonesia khususnya
Jawa didalamnya.
Istilah kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik yang
jelas, seperti halnya budaya Jawa yang menunjuk pada suatu tradisi yang
hidup disebuah pulau yang disebut Jawa, demikian halnya budaya Bali
yang secara langsung membawa pikiran kita ke Pulau Dewata.Batas-batas
fisik telah menjadi dasar dalam pendefinisian keberadaan suatu
kebudayaan, khususnya pada saat sesuatu yang bersifat fisik masih
dianggap paling penting dan menentukan.(Irwan Abdullah. 2010:3) karena
itulah kebudayaan sebagai identitas kita sebagai warga Negara Indonesia
yang mempunyai kebudaya ketimuran yang penuh sopan santun.Jangan
samapai budaya timur tercampur oleh adanya budaya barat.Oleh karena itu
perlu dipertahankan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas
bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke
Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Salah satunya dengan
melestarikan adanya tradisi Grebeg Bentisan ini.
Nilai-nilai pendidikan kebudayaan dalam tradisi Grebeg Bentisan
terdapat dalam perlengkapan tradisi Grebek dan ritual-ritual yang
dilakukan dalam tradisi Grebeg. Perlengkapan yang digunakan diantaranya
kostum tradisional Jawa dan baju muslim, dua kostum berbeda itu
menggambarkan perpaduan tradisi Jawa dan Islam. Perlengkapan lainya
tumpeng nasi uduk dan endog kamal (telur asin) yang melambangkan
benih (wiji-Jawa) untuk beramal ibadah yaitu rasa iman dan taqwa.Nasi
uduk melambangkan harus mengikuti ajaran Rasulullah Saw.Hal ini
mengandung arti bahwa rasa iman dan taqwa merupakan dasar amal
ibadah manusia yang harus sesuai dengan ajaran-ajaran Rasulullah Saw.
(Santoso. 2010:117)
Upacara ritual adat dalam tradisi grebeg diantaranya:
1. Bersih Diri / Sesuci
Falsafahnya: Seorang pemimpin harus mau membersihkan
dirinya dari berbagai kotoran baik lahir maupun batin ( jasmani
maupun rohani ) dalam hal ini dilakukan dengan cara berwudhu.
2. Ziarah Makam
Falsafahnya:
a. Seorang pemimpin harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan
para pendahulu sehingga terobsesi untuk selalu meneruskan
dan melestarikan perjuangan para pendahulunya.
b. Mengingatkan kepada para pemimpin bahwa semua manusia
pasti akan mati sehingga para pemimpin agar hati-hati dalam
semua perilaku dan langkahnya.
3. Siram Bumi
Menyiramkan air ke bumi dengan harapan agar kebutuhan
air di bumi ini dicukupi oleh yang Maha Kuasa sehingga Bumi
menjadisubur makmur gemah ripah loh jinawi.
4. Siram Gunung
Menyiramkan air ke gunungan mengandung permohonan
agar semua hasil bumi terhindar dari berbagai penyakit dan
dicukupi airnya.
5. Pati Geni
Menyiramkan air kepada kerumunan manusia untuk
mematikan aura panas dan aura jahad yang menyelimutinya
dengan harapan semua masyarakat diberi ketenangan, ketentraman,
dan kedamaian.
6. Idin / Tabur Uang
Menyebarkan uang receh dalam jumlah banyak kepada
para pengunjung grebeg dalam acara puncak sebelum pembagian
tumpeng hasil bumi, tabur uang ini dilakukan dengan tujuan
sedekah.
7. Hastungkoro / Do‟a
Memohon keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan
kesuksesan warga masyarakat Desa Bentisan dan semua
masyarakat yang hadir dalam acara grebeg.
8. Penyajian Tumpeng dan Gunungan
Acara terakhir dari sederet upacara adat grebeg yaitu
membagikan sedekah hasil bumi kepada semua pengunjung dan
kemudian dinikmati/dimakan bersama-sama dengan harapan
mendapatkan berkah yang melimpah untuk kehidupan selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
hasil penelitian sebagai berikut:
Tradisi grebeg Bentisan berawal dari adanya seorang mubaligh
yang menyebarkan agama islam didesa Bentisan yaitu Simbah Tuan
Sayyid Abdurrahman, beliau mengajarkan Islam dan memberikan
kebiasaan/tradisi-tradisi kebaikan kepada masyarakat bentisan dari situ
kemudian diadakanlah tradisi grebeg ini untuk mengabadikan dan
melestarikan budaya baik beliau.
Rangkaian Acara Tradisi Grebeg bentisan
1. Tanggal 8 Maulud 1435 H
Kegiatan Sholawat maulud serentak tingkat Desa Sukomarto
2. Tanggal 9 Maulud 1435 H
d. Khoul massal dan zikir akbar ( Obyek Wisata Religi Makam
Sayyid Abdurrahman )
1). Khoul Massal dipimpin oleh KH. Nasruddin (Pengasuh PP.
ROMAKANTE Rowo Malebo Kandangan Temanggung).
2). Zikir Akbar dipimpin oleh Habib Muhammad Bin Ali Bin
Agil dari Ampel Surabaya
e. Tahlil kubro (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid
Abdurrahman ).
Tahlil Kubro akan dipimpin oleh KH Muhammad Shodiq
Mubasyir (Katib Syuriah PC NU Kabupaten Temanggung).
f. Pengajian akbar (Obyek Wisata Religi Makam Sayyid
Abdurrahman).
Pengajian Akbar akan diisi Tausiyah oleh KH Muhammad
Yusuf Chudhori (GUS YUSUF dari Tegalrejo Magelang) dan
KH. DRS. Ahmad Ikhsan Khadhor, MA (Rois Syuriah PC NU
Kota Semarang).
3. Tanggal 10 Maulud 1435 H
Kegiatan Lomba–lomba (Balai desa dan lapangan Desa
Sukomarto):
g. Panjat Pinang (terdiri dari 7 buah pohon pinang)
h. Tarik Tambang (Kategori usia 50 tahun ke atas untuk Pria dan
30 tahun ke atas untuk Perempuan).
i. Lari Maraton (untuk semua umur dengan ketentuan bagi
peserta pria harus pakai sarung dan serban).
j. Pidato Pasrah Manten
k. Tarik Suara
l. Karya Tulis
4. Tanggal 11 Maulud 1435 H
d. Acara inti kirap budaya religidari Balai desa menuju ke
komplek Wisata Religi Makam Sayyid Abdurrahman).
e. Lomba balapan bebek bentisan (lokasi Dusun Bentisan)
f. Pentas seni (Depan Balai desa Sukomarto)
1). Kubro Siswo “ Wahyu Mustika Aji “ dan Dayakan
2). Kuda Lumping “ Eko Sri Widodo “
3). Warokan (Warok Suro Menggolo dan Warok Suro Dento)
4). Rebana
Grebeg sendiri diadakan satu tahun sekali yaitu dibulan maulud.
Tradisi ini memiliki banyak nilai-nilai pendidikan diantaranya:
1. Nilai pendidikan sosial
Dalam grebeg ini terdapat nilai sosial yaitu Gotong royong, kebersamaan
dan, terdapat ritual Pemberian sedekah/sodaqoh yang memiliki nilai sosial
didalamnya.
2. Nilai pendidikan Agama Islam
Dalam grebeg ini terdapat nilai pendidkan agama yaitu dalam ritual doa,
sedekah, berbakti kepada orang tua, dan mencintai Allah melalui wali-
walinya.
3. Nilai pendidikan Kebudayaan
Nilai-nilai pendidikan kebudayaan dalam tradisi Grebeg Bentisan terdapat
dalam perlengkapan tradisi Grebek dan ritual-ritual yang dilakukan dalam
tradisi Grebeg.
B. Saran
Budaya adalah sebuah identitas Negara, dengan beragamnya
budaya yang dimiliki Indonesia diharapkan bagi generasi muda dan
penerus cita-cita bangsa untuk merawat dan mencintai budaya kita ini,
khususnya bagi warga masyarakat Bentisan, Desa Sukomarto, Jumo, Kab.
Temanggung sebagai pemilik tradisi Grebeg bentisan untuk senantiasa
menjaganya dan melaksanakanya setiap tahunnya agar kebudayaan ini
tetap jaya menjadi kebanggaan bangsa dan sebagai jati diri Negara ini.
Untuk pemerintah khususnya pemerintahan Kabupaten
Temanggung agar lebih memperhatikan keberlangsungan adanya tradisi
grebeg ini, karena adanya tradisi ini sebagai peluang besar menjadi icon
wisata budaya yang dimiliki temanggung.
Diharapkan adanya studi tentang nilai-nilai pendidikan dalam
tradisi Grebeg Bentisan ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan
penelitian lebih lanjut dari pembahasan topic masalahsehingga dapat
digambarkan lebih lengkap dalam skala yang lebih luas.