skripsi - digilib.uns.ac.id... · (upaya pembinaan eks wanita tuna susila melalui rehabilitasi ......

141
EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBINAAN EKS WANITA TUNA SUSILA (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi Sosial Di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta) SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Oleh: Sri Handayani D0102088

Upload: duongphuc

Post on 04-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBINAAN EKS WANITA TUNA SUSILA

(Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi Sosial Di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Oleh:

Sri Handayani

D0102088

Page 2: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

i

EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBINAAN EKS WANITA TUNA SUSILA

(Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi Sosial Di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Oleh:

SRI HANDAYANI

D0102088

Page 3: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

ii

PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing,

Drs. D. Priyo Sudibyo, M.Si NIP. 196205231988031001

Page 4: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. Agung Priyono, M.S.i ( ………….. ) NIP. 195504231981031002 Ketua

2. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( ………….. ) NIP. 196307301990032002 Sekretaris

3. Drs. D. Priyo Sudibyo, M.S.i ( ………….. ) NIP. 196205231988031006 Penguji

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Supriyadi, S.N, S.U NIP. 195504231981031002

Page 5: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini Ananda persembahkan kepada:

Ø Ibu dan Bapak tercinta yang telah

mencurahkan kasih sayang, perhatian,

kesabaran dan memanjatkan doa demi

Ananda

Ø Adik-adik tercinta atas doa dan dorongannya

Ø Keluarga besar dan sahabat-sahabat Ananda

yang telah memberikan dorongan dan

semangat yang tak putus-putusnya.

Ø My Soul…, atas kepedihan dan kebahagiaan

yang kau bagi.

Page 6: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

v

MOTTO

Bersandarlah kalian dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya sholat itu besar

(berat) kecuali pada orang yang khusuk.

(Al-Baqarah ayat 45)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Al-Insyroh ayat 6-8)

Page 7: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

segala berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “ EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBINAAN

EKS WANITA TUNA SUSILA (Upaya Pembinaan Melalui Rehabilitasi

Sosial PKW ‘Wanita Utama’ Surakarta).”

Akhirnya dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis

menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. D. Priyo Sudibyo, M.Si selaku pembimbing skripsi. Terima kasih atas

bimbingan, bantuan, waktu, dan kesabarannya.

2. Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Pembimbing Akademik.

3. Pihak Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta atas data dan

informasinya.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini penulis susun. Penulis menyadari bahwa dalam

skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik

yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

Page 8: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

vii

bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan

penyusunan skripsi ini.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Surakarta, April 2010

Penulis

Page 9: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………......... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..... iv

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………... v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiii

ABSTRAK ………………………………………………………………… xiv

ABSTRACT ………………………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ……………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah ………………………………………………… 11

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….... 11

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 12

E. Landasan Teori ……………………………………………………... 12

F. Kerangka Berpikir …………………………………………………. 42

G. Metode Penelitian …………………………………………………... 46

1. Jenis Penelitian ………………………………………………… 46

2. Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 46

Page 10: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

ix

3. Sumber Data ……………………………………………………. 47

4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 48

5. Teknik Sampling ………………………………………………. 50

6. Validitas Data ………………………………………………….. 50

7. Teknik Analisis Data …………………………………………… 50

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Letak Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta ..................... 52

B. Visi, Misi, Tujuan, Tugas Pokok dan Fungsi PKW “Wanita Utama” 54

C. Struktur Organisasi PKW “Wanita Utama” Surakarta ..................... 56

D. Keadaan Pegawai ............................................................................ 58

E. Bangunan di PKW “Wanita Utama” Surakarta ................................ 59

F. Kerja sama PKW “ Wanita Utama” Surakarta dengan Instansi ....... 60

G. Alat Peraga Pembinaan ..................................................................... 62

H. Kondisi Kelayan ................................................................................ 63

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Proses Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi

Sosial di PKW “Wanita Utama” Surakarta ....................................... 69

B. Bentuk- Bentuk Kegiatan Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial

di PKW “Wanita Utama” Surakarta ................................................. 75

C. Keefektifitasan Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial di PKW “

Wanita Utama” Surakarta ................................................................. 94

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Pembinaan Melalui

Rehabilitasi Sosial ............................................................................ 112

Page 11: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

x

BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ....................................................................................... 119

B. Implikasi ........................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Kelayan PKW “Wanita Utama” Tahun 2006-2010 .... 9

Tabel 2. 1 Jumlah Pegawai PKW “Wanita Utama” Berdasarkan Latar

belakang Pendidikan ............................................................... 58

Tabel 2. 2 Jumlah Pegawai PKW “Wanita Utama” Berdasarkan Golongan

Ruang ...................................................................................... 59

Tabel 2. 3 Kerja sama PKW “Wanita Utama” Tahun 2007-2008 ............ 61

Tabel 2. 4 Jumlah Kelayan PKW “Wanita Utama” Tahun 2007-2010 .... 63

Tabel 2. 5 Jumlah Kelayan Berdasarkan Asal Daerah Pengirim ............. 64

Tabel 2. 6 Jumlah Kelayan Berdasarkan Permasalahan .......................... 65

Tabel 2. 7 Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 66

Tabel 2. 8 Jumlah Kelayan Berdasarkan Agama ..................................... 67

Tabel 2. 9 Jumlah Kelayan Berdasarkan Status Perkawinan ................... 67

Tabel 2. 10 Jumlah Kelayan Berdasarkan Umur ....................................... 68

Tabel 3. 1 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Fisik, Hasil, Kondisi kelayan

dan Manfaatnya ........................................................................ 78

Tabel 3. 2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelayan Menjadi WTS ....... 82

Tabel 3. 3 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Mental Hasil, Kondisi

Kelayakan dan Manfaatnya ...................................................... 85

Tabel 3. 4 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Sosial, Hasil, Kondisi

Kelayakan dan Manfaatnya ...................................................... 89

Tabel 3. 5 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Keterampilan, Hasil, Kondisi

Kelayakan dan Manfaatnya ...................................................... 93

Page 13: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perspektif Efektivitas ............................................................ 31

Gambar 1. 2 Kerangka Berpikir ................................................................. 42

Gambar 1. 3 Skema Model Analisis Interaktif .......................................... 51

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PKW “ Wanita Utama” Tahun 2009 ..... 57

Gambar 3. 1 Bagan Proses Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial PKW

“Wanita Utama” Surakarta ................................................... 74

Page 14: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

xiii

ABSTRAK

SRI HANDAYANI, D0102088, Efektifitas Program Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi Sosial Di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2010, 124 halaman. Pembinaan melalui rehabilitasi sosial eks Wanita Tuna Susila (WTS) di PKW adalah salah satu program pemerintah untuk mengatasi fenomena WTS yang semakin meningkat akhir-akhir ini. Tujuan program ini adalah terbinanya para penyandang masalah tuna susila menjadi berkemampuan dan berkemauan untuk mengembalikan harga diri, kepercayaan diri dan tanggung jawab sosial dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar melalui pembinaan fisik, mental, sosial dan pelatihan ketrampilan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi dengan beberapa infoman yang terdiri dari beberapa kelayan yang telah dan sedang mengikuti program, petugas PKW, dan masyarakat sekitar. Sedang model analisis interatif yang digunakan dalam menganalisis data dan validitas diperoleh dengan cara triangulasi data. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan PKW “Wanita Utama” adalah bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbngan sosial dan bimbingan ketrampilan. Hasil kegiatan menunjukkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai ketrampilan yang diperoleh yang ditunjukkan dengan hasil keterampilan tersebut tetapi untuk pemanfaatanya belum menunjukkan hasil yang maksimal; mempunyai kemampuan untuk tidak kembali menjadi WTS; mempunyai kemampuan untuk hidaup berumah tangga dengan pasangan yang sah dan bertanggung jawab; tetapi sayangnya kurang dapat beriteraksi dengan masyarakat sekitar. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan di lapangan disimpulkan bahwa program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan untuk program selanjutnya. PKW hendaknya lebih meningkatkan profesionalitas untuk kegiatan rehabilitasi, khususnya kegiatan keterampilan, lebih meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal perencanaan program, penyediaan fasilitas, penyediaan trainer, pendanaan, maupun dalam hal pengawasan program. Juga perlu adanya kerja sama dengan ketua RT/ RW/ Desa/ Kelurahan/ Dinsos pengirim dan masyrakat setempat dalam hal pemantauan kelayan yang telah dibina.

Page 15: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

xiv

ABSTRACT

SRI HANDAYANI, D012088, The Effectiveness of Ex Sex Commercializing Women (Eks Wanita Tuna Susila) Rehabilitation Program (The Effort of Rehabilitating Ex Sex Commercializing Women by Social Rehabilitation at Panti Karya Utama Wanita “Wanita Utama” Surakarta), Script, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University of Surakarta, 2010, 124 pages.

Rehabilitating the ex sex commercializing women through Social Rehabiltating Program at Panti Karya Wanita (PKW) Surakarta is a government’s program to overcome the tends of increasing of sex commercializing women phenomenon in recent days. The goal of this program is to rehabilitate the ex sex commercializing women in order that they have will and ability in returning their pride back, their self confidence, and their social responsibility in undertaking their social function naturally through rehabilitation programs in all aspects, i.e. physically, mentality, social, and skill ability.

This research is using qualitative method. The type of this research is qualitative description, the data is collected by interview method, opening documents, and observing with some ‘informan’ (selected people) i.e. ‘kelayans’, who have passed the program and who are still in the program, PKW officers, and surrounding community. The used interatif analyze model in analyzing and validating the data is achieved by data triangulation method.

As the result of this research that the program of PKW “Wanita Utama” in rehabilitating kelayans is in all aspects, i.e. physically, mentality, social/humanity, and skill ability. The program has changed the attitude, behavior, and increasing in skill ability; they have ability to not come as sex commercializing women back; and having ability to build family legally and responsibly. Unfortunately, they’re still less in interaction with the surrounding community.

The conclusion, based on the analyzed data, the rehabilitation program through social rehabilitation in PKW “Wanita Utama” is fairly effective, so the improvements for the next program are still needed. PKW should increase their professionalism in rehabilitation program, especially in skill training program, such as making and increasing in cooperating with related institution regarding with program planning, facilities and trainer providing, funding, and program supervising. Also PKW should cooperate with Dinas Sosial (Dinsos) which sent the kelayans to PKW and the surrounding community in rehabilitated kelayans monitoring.

Page 16: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

1

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilakukan untuk

meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Pelaksanaan pembangunan suatu

bangsa memerlukan dukungan tersedianya sumber daya baik Sumber Daya

Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Kedua sumber daya

tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pembangunan. Tersedianya

SDM yang berkualitas baik akan mampu mengolah SDA yang secara efektif

dan efisien sehingga proses pembangunan berjalan lancar. Sebagaimana

dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2001: 48) bahwa manusia sebagai sumber

daya merupakan faktor sentral yang harus memberdayakan sumber daya

lainnya. Dalam kedudukannya sebagai faktor sentral itu berarti juga sumber

daya lainnya tidak dapat menjalankan fungsinya tanpa SDM. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Sondang P. Siagian (1996: 3) yang menyatakan

bahwa aset terpenting yang dimiliki oleh suatu bangsa adalah SDM negara

yang terdidik, terampil, berdisiplin, tekun, dan mau bekerja keras ternyata

dapat berhasil meraih kemajuan yang besar. Sumber daya non manusia dan

kekayaan tidak akan banyak artinya tanpa dikelola manusia secara baik. Oleh

karenanya SDM dapat dikatakan sebagai unsur yang menentukan proses

pembangunan.

Proses pembangunan membutuhkan adanya partisipasi dari seluruh

SDM, artinya bahwa dalam pembangunan tidak hanya memerlukan partisipasi

Page 17: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

2

dari suatu golongan atau sebagian masyarakat tertentu saja, tetapi

pembangunan juga memerlukan partisipasi dari golongan masyarakat yang

terpinggirkan yang salah satunya yaitu eks wanita tuna susila (WTS). Lepas

dari berbagai penyimpangan dan predikat negatif yang melekat pada dirinya,

sebenarnya dalam diri mereka masih terdapat potensi yang jika dilakukan

suatu usaha dan penanganan khusus maka mereka dapat dibina dan

diberdayakan secara optimal sehingga dapat menjadi SDM yang berkualitas

dan berperan dalam pembangunan.

Berbicara masalah wanita tuna susila berarti berbicara mengenai

prostitusi atau pelacuran. Dan berbicara masalah pelacuran sama saja dengan

membicarakan masalah yang paling purba di dunia. Hal ini terjadi karena

pelacuran merupakan “profesi” yang sangat tua usianya, setua usia kehidupan

manusia itu sendiri (Kartini Kartono, 1992: 199).

Menurut Soedjono (1984:14) istilah pelacuran dapat diartikan sebagai

penyerahan badan wanita dengan pembayaran kepada orang laki-laki guna

pemuasan nafsu seksual orang itu.

Pelacuran merupakan masalah sosial yang terjadi dan ada dalam

masyarakat dimanapun tempatnya, di negara berkembang atau di negara maju

dan tercanggih sekalipun. Masalah pelacuran atau ketunasusilaan disebut

sebagai masalah yang kompleks karena merupakan pelanggaran norma sosial,

agama, gangguan ketertiban dan kecenderungan meningkatnya penyimpangan

seksual. Kartini Kartono dalam Patologi Sosial mengungkapkan bahwa sejak

zaman dahulu, para pelacur selalu dikecam/dikutuk oleh masyarakat, karena

Page 18: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

3

tingkah lakunya yang tidak susila, dan dianggap mengotori sakralitas

hubungan seks. Mereka disebut sebagai orang-orang yang melanggar norma

moral, adat, dan agama.

Di Indonesia sendiri, awal mula praktek pelacuran tidak diketahui

dengan pasti. Namun yang pasti dari dulu sampai sekarang pelacuran masih

banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan wanita tuna

susila sebagai sosok yang lekat dengan prostitusi selalu ada hampir di setiap

daerah wilayah Indonesia.

Seperti halnya daerah lain, Solo juga tidak terlepas dari adanya

fenomena prostitusi. Bahkan sampai sekarang bagi sementara orang hidung

belang, memperbincangkan Solo tidak terlepas dari keberadaannya sebagai

“kota plesiran” dalam konotasi remang-remang menjurus ke perselingkuhan

seksual.

Kembali berbicara mengenai masalah prostitusi, sebenarnya memang

banyak faktor yang mendorong seseorang untuk terjun ke dalamnya.

Diantaranya adalah alasan yang mungkin klasik, yaitu kemiskinan, kondisi

ekonomi yang serba kekurangan memaksa melakukan pekerjaan asusila ini.

Tidak sedikit yang melakukannya karena frustasi, tidak harmonisnya rumah

tangga atau keluarga bahkan ada yang memang karena memang mencari

kepuasan.

Terlepas dari faktor pendorong tersebut, tapi yang jelas penyakit sosial

ini kian marak saja di Solo. Bagai dipupuk, jumlah wanita tuna susila semakin

berkembang sehingga jadilah Solo semakin terkenal dengan prostitusinya.

Page 19: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

4

Semenjak ditutupnya lokalisasi Silir dengan SK Wali Kota

No.462.3/094/1/1998 beberapa tahun yang lalu, bukannya menyelesaikan

masalah prostitusi di Solo, tetapi justru menimbulkan dampak yang cukup

luas. Pertama dari sisi wanita tuna susila, yaitu praktek-praktek yang semakin

bebas dalam melakukan transaksi baik di eks lokalisasi atau di luar eks

lokalisasi seperti di hotel, prostitusi berkedok salon dan panti-panti pijat.

Kedua, penutupan lokalisasi Silir yang tanpa dipersiapkan terlebih dahulu

dengan pemberian keterampilan sebagai modal mereka beralih profesi, tidak

akan dapat menyelesaikan masalah tetapi justru menimbulkan masalah baru

yang berkaitan dengan penyebaran penyakit menular seksual

(www.balitbangjateng.go.id). Dan tentu saja hal tersebut menambah

keresahan pada masyarakat.

Selain itu sistem hukum yang diberikan para aparat kepada wanita tuna

susila juga tidak membuat jera untuk kembali beraktivitas. Dapat dikatakan

tujuan awal dari pembukaan maupun penutupan Resosialisasi Silir telah gagal

karena tidak mampu meminimalkan pelacuran di Solo. Hal tersebut dapat

dilihat misalnya saja dari segi kuantitasnya yaitu yang mana sebelum dan

sesudahnya penutupan lokalisasi Silir jumlah wanita tuna susila tidak semakin

berkurang tetapi semakin bertambah.

Sedangkan dari segi kualitasnya, pembukaan maupun penutupan

Resosialisasi Silir itu juga membawa dampak negatif bagi para wanita tuna

susila itu sendiri yang mana setelah penutupan itu kesehatan reproduksi

mereka tidak termonitor lagi, sehingga ini jelas membuat kemungkinan lebih

Page 20: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

5

besar terancam tertular penyakt kelamin yang berbahaya. Lain halnya ketika

mereka waktu masih berada di Silir, kesehatan reproduksi mereka lebih

diperhatikan oleh petugas kesehatan di sana yang rutin memeriksa.

Pembukaan dan penutupan Resosialisasi Silir juga ternyata membuat

dampak negatif yang juga dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu yang salah

satunya adanya sebutan miring tentang tempat tinggal mereka yang

dikarenakan berada di kawasan pelacuran. Hal itu sangatlah jelas merugikan

mereka. Itupun belum termasuk dampak-dampak langsung yang dirasakan

karena pelacuran itu sendiri.

Fenomena wanita tuna susila memang bukan masalah yang baru dalam

kehidupan bangsa ini, tapi belakangan ini fenomena wanita tuna susila

menjadi begitu kontrofersial ketika jumlah wanita tuna susila dengan segala

kompleksitas permasalahannya meningkat pesat, apalagi semenjak krisis

multidimensi menerpa negara ini.

Meningkatnya jumlah wanita tuna susila belakangan ini, ternyata

diikuti pula dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi

oleh wanita tuna susila.Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,

dari 300 wanita tuna susila yang diteliti sampel darahnya ternyata ada 13

orang yang dinyatakan positif mengidap HIV (http://www.kompas.com).

Sementara itu di Pontianak sekitar 86,4 persen wanita tuna susila yang

tersebar di kota tersebut telah terinfeksi penyakit kelamin

(www.balikpapan.go.id). Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari

Page 21: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

6

permasalahan yang dihadapi oleh para wanita tuna susila, ada banyak masalah

yang dihadapi maupun ditimbulkan oleh wanita tuna susila.

Kita sadari bersama bahwa dengan melonjaknya kehidupan wanita

tuna susila dengan segala kompleksitas permasalahannya sangat berpengaruh

negatif terhadap kehidupan bangsa dan negara serta tentu saja akan

menghambat lajunya pelaksanakan pembangunan.

Fenomena wanita tuna susila ini memang dirasakan semakin kompleks

dan dilematis, baik dari penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.

Terlebih lagi dengan adanya pengaruh adanya industrialisasi dan globalisasi

yang sedang dan akan terjadi secara langsung maupun tidak langsung akan

membawa pengaruh pada peningkatan pertumbuhan dan populasi wanita tuna

susila serta lebih lanjut dapat menimbulkan keadaan yang membahayakan

bagi kehidupan sosial dan moral yang sehat. Menyadari akan hal itu maka

pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah wanita tuna

susila. Baik itu yang bersifat preventif, represif, rehabilitatif, maupun

penyaluran.

Satu dari sekian banyak upaya untuk mengatasi masalah wanita tuna

susila adalah melalui program pembinaan melalui rehabilitasi sosial wanita

tuna susila. Menurut Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah dalam

Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Sosial UPT Panti Karya Wanita (2002: 2),

rehabilitasi wanita tuna susila ini dilakukan dengan tujuan agar terbinanya

para penyandang masalah tuna susila menjadi berkemampuan dan

berkemauan untuk mengembalikan rasa percaya diri, harga diri, dan tanggung

Page 22: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

7

jawab sosialnya, agar mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara

wajar serta dapat hidup mandiri secara normatif sebagaimana layaknya

anggota masyarakat yang lainnya. Intinya rehabilitasi wanita tuna susila ini

bertujuan agar wanita tuna susila dapat berkarya sesuai dengan harkat dan

martabat wanita dan menjadi anggota masyarakat secara normatif.

Adapun asumsi yang melatarbelakangi perlunya rehabilitasi wanita

tuna susila ini adalah kedudukan dan keberadaan mereka sebagai warga

negara Indonesia. Secara tegas dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang

menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan dan

pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Wanita tuna susila secara hukum

adalah bagian dari warga negara Indonesia, mereka adalah warga negara yang

mempunyai kedudukan yang sama seperti penduduk lainnya, mereka berhak

memiliki penghidupan dan pekerjaan layak, dan merekapun berhak

mengenyam hasil pembangunan. Maka sudah sewajarnya jika mereka

mendapatkan pembinaan untuk kembali ke jalan yang benar, yang sesuai

dengan norma-norma yang berlaku di negara ini.

Selain hak dan kedudukannya sebagai warga negara, wanita tuna

susila secara umum tergolong ke dalam usia produktif. Menurut dr. Djuanda

dalam hasil penelitiannya sebagaimana dikutip oleh Simandjutak (1981: 54)

dari 893 wanita tuna susila yang diteliti 62,3 persen berusia antara 20-24

tahun dan 16,3 persen berusia antara 25-29 tahun. Ini berarti ada

kecenderungan bahwa mereka adalah tergolong usia produktif. Penduduk

dengan usia produktif adalah aset untuk pembangunan. Tapi bagaimana

Page 23: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

8

mungkin mereka akan ikut berpartisipasi dalam pembangunan jika mereka

tidak mengenal apa yang disebut norma dan etika dalam kehidupan di

masyarakat. Asumsi lainnya yang mendukung adalah PP Nomor 25 Tahun

2000 Bab 2 Pasal 2 Ayat 12 huruf c yang menyatakan adanya penetapan

pedoman pelayanan dan rehabilitasi serta bantuan sosial dan perlindungan

sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Di Kota Surakarta, upaya rehabilitasi sosial wanita tuna susila ini

beberapa waktu yang lalu dilakukan oleh pemerintah melalui dua cara.Yang

pertama melalui lokalisasi Silir dan yang kedua melalui Panti Karya Wanita

(PKW). Dan sebagaimana yang telah kitas ketahui bahwa lokalisasi Silir telah

ditutup maka cara yang kedualah yang sampai saat ini dilakukan oleh

pemerintah untuk merehabilitasi wanita tuna susila, yaitu melalui Panti Karya

Wanita (PKW), dengan nama PKW “Wanita Utama” Surakarta.

PKW “Wanita Utama” Surakarta ini adalah unit pelaksana teknis

Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah yang bertugas memberikan

pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik,mental, sosial,

mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi

serta pembinaan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu berperan aktif

dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan operasional dari pembinaan melalui

rehabilitasi sosial yang dilakukan PKW ini adalah: (1) memberikan

pembinaan terhadap tata kehidupan para wanita tuna susila dalam kehidupan

dan penghidupan secara normatif, (2) mengembangkan pemulihan kembali

harga diri, kepercayaan diri, tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan

Page 24: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

9

para wanita tuna susila agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Dari tahun 1971 sampai akhir tahun 2005, lebih dari 2500 orang

wanita tuna susila telah dibina di PKW ini. Berikut adalah jumlah para wanita

tuna susila yang dibina di PKW “Wanita Utama” dari tahun 2006-2010:

Tabel 1.1 Jumlah Kelayan PKW “Wanita Utama”

Tahun 2006-2010

No Tahun Jumlah Kelayan

(1) (2) (3) 1. 2006 120 2. 2007 140 3. 2008 140 4. 2009 160 5. 2010*) 80

Sumber: PKW “Wanita Utama” tahun 2010

Ket: *): Angkatan I

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nani Rahmani, selaku Kepala

Bagian Tata Usaha, bahwa para wanita tuna susila itu diperoleh diantaranya

dari hasil razia yang dilakukan DKRPP dan KB, Polri, dan Satpol PP dalam

operasi penyakit masyarakat, hasil motivasi petugas sosial, maupun atas

kesadaran sendiri serta penyerahan dari keluarga para wanita tuna susila.

Dari semua wanita tuna susila itu diperoleh diantaranya dari hasil razia

yang dilakukan DKRPP dan KB, Polri dan Satpol PP dalam operasi penyakit

masyarakat, hasil motivasi petugas sosial, maupun atas kesadaran sendiri

serta penyerahan dari keluarga para wanita tuna susila.

Page 25: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

10

Sebelum diterima secara resmi menjadi kelayan (WTS yang

memperoleh pelayanan rehabilitasi di panti) di PKW, seorang calon kelayan/

eks wanita tuna susila terlebih dahulu diidentifikasi diantaranya untuk

mengetahui latar belakang keluarga, potensi setiap kelayan, umur, tingkat

pendidikan, status perkawinan, dan status sosial ekonominya. Selain itu juga

diselidiki penyebab masuknya mereka ke dalam pelacuran.

Berdasarkan prasurvei yang telah dilakukan, setiap tahunnya proses

pembinaan melalui rehabilitasi ini terbagi dalam dua tahap (mulai awal tahun

2003), yang setiap tahapnya terdiri dari 55 kelayan. Dan pada awal tahun 2007

lalu kapasitas Panti Karya Wanita (PKW) “Wanita Utama” Surakarta menjadi

70 kelayan. Kemudian pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 80 kelayan.

Proses pembinaan dalam satu angkatan tersebut waktunya adalah enam bulan..

Dalam waktu enam bulan tersebut, para kelayan memperoleh pembinaan

berupa bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial kemasyarakatan

dan bimbingan keterampilan. Keterampilan tersebut meliputi: teori dan

praktek tata boga, teori dan praktek tata rias/salon, teori dan praktek tata

busana/menjahit. Dan keterampilan-keterampilan praktis lainnya yaitu bordir,

membatik, menyulam, dan lain-lain.

Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan para eks wanita tuna susila

dapat mengembangkan diri dan potensinya sehingga akan meningkatkan

percaya diri, harga diri, dan tanggung jawab sosialnya dalam masyarakat serta

dapat hidup mandiri secara normatif sebagaimana layaknya masyarakat

Page 26: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

11

lainnya. Hal tersebutlah yang menjadi inti dari Program Pembinaan Eks

Wanita Tuna Susila dapat untuk dikatakan efektif.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektifitas program pembinaan eks WTS melalui

rehabilitasi sosial yang dilakukan Panti Karya Wanita “Wanita Utama”

Surakarta?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi program pembinaan eks

WTS untuk tercapainya efektifitas?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui efektifitas upaya rehabilitasi sosial yang dilakukan

oleh Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta dalam membina

eks wanita tuna susila.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

rehabilitasi sosial.

2. Tujuan Fungsional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi yang

bersangkutan sebagai bahan masukan dalam melaksanakan pembinaan

terhadap eks wanita tuna susila.

Page 27: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

12

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1. Untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai upaya yang

dilakukan Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta dalam

pembinaan eks wanita tuna susila melalui rehabilitasi sosial.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak terkait dalam hal ini Panti Karya

Wanita “Wanita Utama” Surakarta terhadap pembinaaan eks wanita tuna

susila.

3. Untuk mengasah kemampuan penulis dalam merespon suatu masalah,

mengumpulkan data, dan informasi kemudian menganalisis secara

ilmiah.

E. Landasan Teori

Teori merupakan unsur penelitian yang paling besar peranannya dalam

suatu penelitian, hal itu dikarenakan melalui teori ilmiah inilah yang dapat

menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi fokus

perhatiannya. Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep,

konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Masri

Page 28: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

13

Singarimbun dan Sofyan Efendi, 1995: 37). Untuk itulah maka di bawah ini

akan diuraikan beberapa teori yang mendukung dan menjelaskan arahan

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Wanita Tuna Susila

a Pengertian Wanita Tuna Susila

Sebelum membicarakan mengenai apa itu efektivitas terlebih

dahulu akan dikemukakan konsep wanita tuna susila. Ada berbagai

istilah untuk atau sebutan wanita tuna susila. Dalam bahasa Inggris

wanita tuna susila disebut prostitue, sedang penamaan kasarnya adalah

sundal, balon, lonte (Kartini Kartono, 1992: 208). Ada pula yang

menyebut wanita tuna susila dengan pelacur. Baru pada tahun-tahun

60-an oleh beberapa pihak terutama petugas dari Dinas sosial

digunakan istilah eufemisme untuk memperhalus artinya, yaitu wanita

tuna susila dan belakangan ini ada istilah baru untuk menyebutnya

yaitu pekerja seks komersial. Dalam penelitian ini istilah yang

digunakan adalah eks wanita tuna susila yaitu WTS yang sedang

menerima pembinaan di panti dan tidak melakukan “profesinya” lagi.

Ada berbagai definisi tentang WTS. Menurut Kamus Umum

Bahasa Indonesia WTS adalah perempuan jalang, perempuan pelacur

(Poerwadarminto, 1987: 1104). Sedang menurut Kartini Kartono

(1992: 199), WTS atau pelacur adalah “Wanita yang tidak pantas

kelakuannya dan bisa mendatangkan mala/celaka dan penyakit baik

Page 29: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

14

kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya maupun kepada dirinya

sendiri”.

Peraturan Pemerintah Daerah DKI Jakarta Raya tahun 1967 dan

Peraturan Pemerintah Propinsi Jawa Barat sebagaimana dikutip oleh

Kartini Kartono menyebutkan bahwa WTS adalah wanita yang

mempunyai kebiasaan melakukan hubungan kelamin diluar

perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak (Dalam Kartini

Kartono,1992: 205-206). Sementara menurut Soedjono (1982: 112),

WTS atau wanita pelacur adalah:

“Wanita yang menjual dirinya kepada laki-laki dengan menerima bayaran atas service yang diberikannya, atau wanita yang mata pencaharian(nafkahnya) menyediakan diri bagi siapa saja yang menghendakinya (tanpa pilihan), dan atas kesediannya dia mendapat upah, uang, atau barang-barang yang diterimanya sebagai pembayaran”.

Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan KB

Kota Surakarta atau DKRPPKB mendefinisikan WTS atau wanita

pelacur adalah:

“Seseorang wanita yang mengadakan hubungan seksual (kelamin) dengan seseorang pria di luar perkawinan yang sah dengan sengaja atau berpengharapan upah sebagai balas jasa, sehingga menjadi kebiasaan dengan tanpa pertimbangan moral lagi”.

Dari batasan di atas kita dapat mengatakan bahwa WTS adalah

wanita yang mengadakan hubungan seksual (kelamin) dengan laki-laki

di luar perkawinan yang sah dan menjual dirinya kepada laki-laki

tersebut dengan sengaja dan menerima upah baik itu berupa uang

ataupun barang atas jasa yang diberikannya tanpa pertimbangan moral.

Page 30: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

15

Berbicara masalah WTS atau wanita pelacur maka mau tidak

mau kita akan berbicara masalah prostitusi atau pelacuran itu sendiri.

Ada banyak pihak yang yang mendefinisikan prostitusi atau pelacuran.

Profesor W. A. Bonger dalam tulisannya yang berjudul

“Maatshappelijke Oozaken der prostitutie” sebagaimana dikutip oleh

Kartini Kartono (1992: 205) mengatakan bahwa definisi prostitusi

adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan

perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.

Sementara Sarjana P. J. de Bruine Van Amstel (dalam Kartini

Kartono, 1992: 205) menyatakan prostitusi adalah penyerahan diri dari

wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran.

Dari dua definisi di atas kita dapat mengatakan bahwa prostitusi

berkaitan erat dengan:

1) Peristiwa penjualan diri sebagai profesi atau mata pencaharian

sehari-hari dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual secara

berulang-ulang atau terus menerus dewngan banyak laki-laki.

2) Adanya unsur ekonomi berupa pembayaran.

Menurut Kartini Kartono (1992: 229) WTS atau wanita pelacur

mempunyai ciri khas, yaitu:

1) Masih muda-muda, 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di

bawah 20 tahun yang terbanyak ialah 17-25 tahun. Pelacuran kelas

rendahan dan menengah acapkali memperkerjakan gadis-gadis

Page 31: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

16

prapuber berusia 11-15 tahun yang ditawarkan sebagai barang

baru.

2) Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh/

eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka itu sangat

memperhatikan penampilan lahiriah, yaitu: wajah, rambut,

pakaian,alat-alat kosmetik dan parfum yang merangsang.

3) Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak

hadir secara psikis, tanpa emosi atau afeksi, tidak pernah mencapai

orgasme, sangat provokatif dalam ber-coitus, dan biasanya

dilakukan secara kasar.

4) Bersifat sangat mobil, kerap berpindah dari satu tempat ke tempat

yang lain. Biasanya mereka menggunakan nama samaran dan

sering berganti nama, juga berasal dari tempat atau kota lain, bukan

kotanya sendiri agar tidak dikenal oleh banyak orang.

5) Pelacur-pelacur profesional dari kelas rendah dan menengah

kebanyakan berasal dari strata ekonomi dan strata sosial rendah.

Mereka itu pada umumnya tidak mempunyai keterampilan / skill

khusus dan kurang pendidikannya. Modal mereka hanyalah

kecantikan dan kemudaannya. Sedang pelacur-pelacur pada kelas

tinggi pada umumnya berpendidikan sekolah lanjutan pertama dan

atas, atau lepasan akademi dan perguruan tinggi yang beroperasi

secara amateur atau profesional.

Page 32: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

17

6) 60-80 % dari jumlah pelacur memiliki tingkat intelektual yang

normal. Kurang dari 5 % mereka yang lemah ingatan (feeble

minded). Selebihnya mereka ada pada garis yang tidak menentu

atau tidak jelas derajat intelejensinya.

Sedang menurut Soedjono (1982: 116), suatu ciri khusus dari

kebanyakan perempuan-perempuan pelacur ialah watak mereka yang

borok dan kotor, licik, jahat, penuh tipu muslihat dan pintar sekali

main sandiwara untuk menarik sebanyak mungkin tamu-tamunya.

b Faktor-Faktor Penyebab Orang Menjadi Wanita Tuna Susila

Ada berbagai alasan yang menyebabkan seorang wanita untuk

menjadi wanita tuna susila. Menurut Simandjuntak (1981: 30-41) ada

empat faktor yang menyebabkan seorang wanita melacurkan diri,

yaitu:

1) Faktor psykologis, yakni faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyimpangan-penyimpangan kejiwaan, seperti psykopat,

psykoneurosa dan psykhosa.

2) Faktor-faktor ekonomis, yakni faktor-faktor yang berhubungan

dengan sifat dasar manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari (sandang, pangan,papan)

3) Faktor sosial, yakni faktor-faktor yang berhubungan dengan proses

interaksi sosial dalam bentuk imitasi, sugesti, identifikasi, dan

simpati dalam lingkungan.

Page 33: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

18

4) Faktor-faktor lain, yakni faktor-faktor yang berhubungan dengan

pendidikan, faktor biologis dan lain-lain.

Sementara Kartini Kartono (1992: 234-237) menyatakan secara

terperinci motif-motif yang melatarbelakangi wanita terjun ke arena

pelacuran adalah sebagai berikut:

1) Untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup, mendapatkan

kesenangan, melakukan jalan pendek, kurang pengertian, kurang

pendidikan, dan buta huruf.

2) Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak teritegrasi dalam

kepribadian dan keroyalan seks.

3) Tekanan ekonomi dan faktor kemiskinan.

4) Aspirasi materiil yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan.

5) Kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior.

6) Rasa melit dan ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber

pada masalah seks, yang kemudian kecebur dalam dunia pelacuran.

7) Anak-anak gadis memberontak terhadap otoritas orang tua yang

menekankan banyak tabu dan peraturan seks. Juga memberontak

terhadap masyarakat, dan norma-norma susila yang dianggap

terlalu mengekang diri anak-anak remaja.

8) Bujuk rayu kaum laki-laki dan para calo terutama yang

menjanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji yang tinggi, namun

akhirnya gadis-gadis tersebut dengan kejamnya dijebloskan ke

dalam bordil-bordil dan rumah-rumah pelacuran.

Page 34: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

19

9) Banyaknya stimulus seksual dalam bentuk film-film biru, gambar

porno dan bacaan cabul.

10) Penundaan perkawinan jauh sesudah kematangan biologis,

disebabkan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan

staandar hidup yang tinggi.

11) Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga.

12) Pekerjaan sebagai pelacur tidak memerlukan keterampilan/skill,

tidak memerlukan intelejensi tinggi, mudah dikerjakan, asal yang

bersangkutan memiliki kecantikan, kemudaan, dan keberanian.

13) Kecanduan obat-obat bius.

14) Pengalaman traumatis.

15) Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun lebih

dahulu dalam dunia pelacuran

Dari sekian banyak alasan yang menyebabkan wanita menjadi

wanita tuna susila ternyata alasan atau faktor ekonomi adalah faktor

yang paling mendominasi atau menempati rating tertinggi. Ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Djuanda

sebagaimana dikutip oleh Simandjuntak (1981: 46) dari 893 orang

wanita tuna susila yang diteliti 48,3% alasan ekonomi, 44,5% alasan

seksual dan sisanya 7,2 % karena alasan lain.

Alasan-alasan di atas adalah alasan-alasan yang berasal dari

dalam diri wanita tuna susila (endogen) sedangkan alasan-alasan yang

Page 35: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

20

berasal dari luar (eksogen) yang juga memicu meningkatnya populasi

wanita tuna susila adalah:

1) Lemahnya dasar hukum yang bisa menindak para WTS. Dalam

KUHP tidak ada pasal yang melarang pelacuran dan juga tidak ada

larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasai-relasi seks

sebelum pernikahan atau di luar pernikahan, yang dilarang dan

diancam dengan hukuman ialah praktek germo (pasal 296 KUHP)

dan mucikari (pasal 506 KUHP) (Dalam Kartini Kartono, 1992:

232). Kalaupun ada peraturan daerah yang memuat maslah

penanganan pelacuran sanksinya sangat ringan. Hal inilah yang

membuat para WTS tidak jera.

2) Dekandensi moral, merosotnya normo-norma susila dan

keagamaan pada saat-sat orang mengenyam kesejahteraan hidup.

3) Industrialisasi dan globalisasi.

4) Krisis ekonomi. (Kartini Kartono, 1992: 207-208).

Intinya ada dua alasan yang menyebabkan fenomena wanita tuna

susila menjadi semakin marak, yang pertama alasan endogen yaitu

faktor yang berasal dari dalam diri wanita itu sendiri dan yang kedua

adalah faktor eksogen yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau

dari luar individu WTS tersebut.

c Jenis-Jenis Wanita Tuna Susila

Menurut Soedjono (1982: 124) pelacur atau WTS dapat

dikategorikan ke dalam berbagai tipe:

Page 36: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

21

1) Pelacur di bordil-bordil

2) Pelacur panggilan

3) Pelacur jalanan

Sedangkan dilihat dari tingkatan kelasnya ada beberapa tingkatan

pelacur, yaitu:

1) Pelacur kelas rendahan

2) Pelacur kelas menengah

3) Pelacur kelas tinggi

Apapun jenis dan kategori wanita tuna susila yang pasti

keberadaan dan profesinya itu telah menimbulkan dampak negatif

dalam berbagai bidang. Menurut Kartini Kartono (1992: 238-240), ada

beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacuran, yaitu:

1) Menimbulkan dan menyebarkan penyakit kulit dan kelamin.

Penyakit yang paling banyak terdapat ialah syphilis dan gonorrhoe

(kencing nanah). Terutama akibat syphilis, apabila tidak

mendapatkan pengobatan yang sempurna bisa menimbulkan cacat

jasmani dan rohani pada diri sendiri dan anak keturunan.

2) Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, Suami yang tergoda oleh

pelacur sering menjadi lupa pada fungsinya sebagai kepala

keluarga sehingga keluarga menjadi berantakan.

3) Mendemoralisir atau memberikan pengaruh demoralisasi kepada

lingkungan khususnya anak-anak muda remaja pada masa puber

dan adolensi.

Page 37: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

22

4) Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan narkotika.

5) Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, dan agama. Terutama

sekali menggoyahkan norma perkawinan, sehingga menyimpang

dari adat kebiasaan, norma hukum dan agama karena digantikan

dengan pola pelacuran.

6) Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain. Pada

umumnya wanita-wanita pelacur hanya mendapatkan upah

sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya, karena

sebagian terbesar harus diberikan kepada germo, calo-calo,

centeng-centeng, pelindung dan lain-lain. Dengan kata lain ada

sekelompok benalu yang memeras darah dan keringat para pelacur

ini.

7) Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, misalnya:

impotensi, anorgasme, nymfomania, ejakulasi prematur dan

sebagainya.

Sedang menurut Simandjuntak (1981: 55-59) akibat pelacuran ini

dikategorikan pada tiga hal:

1) Lapangan medis: artinya pelacuran mengakibatkan timbulnya

penyakit kulit dan kelamin.

2) Lapangan sosial ekonomi: artinya pelacuran dapat melumpuhkan

dan menhancurkan kehidupan sosial, menimbulkan degenerasi

yang parah, broken home, dan menimbulkan ketegangan sosial.

3) Lapangan moral: artinya pelacuran melahirkan demoralisasi.

Page 38: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

23

Pelacuran mutlak harus ditanggulangi tidak saja karena akibat-

akibat yang membahayakan tapi juga agar gejala ini tidak diterima

oleh masyarakat sebagai pola budaya, dengan kata lain pelacuran yang

dibiarkan tanpa dicegah dan ditanggulangi lambat laun dapat

dipandang sebagai hal yang normal, wajar, dan mungkin akan

melembaga sebagai hal yang wajar. Untuk itu pemerintah harus

berusaha terus untuk menanggulanginya. Baik itu dengan upaya yang

bersifat preventif, represif, rehabilitatif maupun penyaluran.

Untuk itulah penelitian ini yang akan menggambarkan upaya

pemerintah yang bersifat rehabilitatif yaitu mengenai program

pembinaan eks wanita tuna susila.

2. Efektivitas

a Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas biasanya ditekankan pada efeknya,

hasilnya, dan tanpa atau kurang memperdulikan pengorbanan yang

perlu diberikan untuk memperoleh hasil tersebut (Ibnu Syamsi, 1988:

2). Efektivitas juga dapat berarti upaya untuk menjamin terarahnya

usaha pada tujuan. Efektivitas lebih berkaitan dengan perencanaan

daripada pengawasan (Ndraha,1989: 34). Efektivitas dalam buku

“Organisasi Dan Manajemen” berarti pencapaian sasaran yang telah

disepakati atas usaha bersama (1994: 27). Sedangkan efektivitas

menurut Steers dipandang sebagai tujuan akhir oleh sebagian besar

organisasi. Efektivitas menurut pandangan Etzioni dalam Steers

Page 39: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

24

dipandang dari sudut pencapaian sasaran perusahaan pada tingkat

umum (Steers, 1985: 44). The Liang Gie memberikan pengertian

efektivitas sebagai suatu keadaan yang mengandung pengertian

mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki (The

Liang Gie, 1981: 36). Menurut Suwarno Handayaningrat, efektivitas

berarti pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang

telah ditentukan sebelumnnya. (1986: 6).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya.

Apabila dikaitkan dengan dengan suatu program dari sebuah

organisasi/ dinas maka efektivitas program menunjuk pada

kemampuan program untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Hal ini

senada dengan pendapat Henry bahwa efektivitas program menunjuk

pada tingkat pencapaian tujuan (dalam Samodra Wibawa, 1994: 64).

Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas Program Pembinaan eks

WTS adalah kondisi yang menggambarkan bahwa program kegiatan

telah menghasilkan akibat yang sesuai dengan sasaran.

b Kriteria- Kriteria Pengukuran Efektivitas

Terdapat beberapa indikator/kriteria yang dapat digunakan

sebagai tolak ukur dalam penilaian efektivitas organisasi. Henry,

Brian, dan White (dalam Samodra Wibowo, 1994: 65),

mengemukakan beberapa kriteria untuk mengukur efektivitas, yaitu:

Page 40: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

25

1) Waktu pencapaian

2) Tingkat pengaruh yang diinginkan

3) Perubahan perilaku masyarakat

4) Pelajaran yang diperoleh para pelaksana proyek

5) Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya.

Sementara itu, Richard M. Steers (1985: 206) mengemukakan

lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi, yaitu meliputi:

1) Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan, produktivitas,

kepuasan kerja)

2) Kemampuan berlaba

3) Pencarian sumber daya

Efektivitas organisasi menurut Price dalam Steers (1985: 53)

dapat dilihat dari:

1) Produktivitas

2) Konformitas

3) Semangat

4) Kemampuan adaptasi kelembagaan

Sedangkan menurut Schein masih dalam Steers (1985:53) ada

lima kriteria yang digunakan:

1) Komunikasi terbuka

2) Fleksibilitas

3) Kreativitas

Page 41: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

26

4) Komitmen

5) Keterikatan psykologi

Terlepas dari berbagai indikator/ kriteria yang dapat digunakan

sebagai tolak ukur dalam pengukuran tingkat efektivitas organisasi

tersebut, pada dasarnya semua kriteria tersebut mengarah pada tujuan

yang sama, yaitu memiliki keakuratan yang tinggi.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas, penelitian di

sini hanya akan mengambil beberapa kriteria yang dianggap sesuai

kondisi di lokasi penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk

menggambarkan efektivitas Program Pembinaan Eks WTS oleh Panti

Karya Wanita "Wanita Utama" Surakarta, meliputi:

1) Waktu pencapaian

Waktu pencapaian dalam hal ini adalah waktu yang

dibutuhkan suatu program untuk mencapai sasaran/ tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam hal ini PKW "Wanita Utama" di dalam

melakukan pelayanan pembinaan eks WTS melalui rehabilitasi

Sosial dilakukan selama enam bulan. Jangka waktu tersebut para

eks WTS/ kelayan yang dibina memperoleh bimbingan-

bimbingan,yang meliputi bimbingan mental, bimbingan fisik,

bimbingan sosial/ kemasyarakatan dan bimbingan keterampilan

yang diberikan oleh pihak panti. Dan sesudah melewati jangka

waktu enam bulan tersebut para kelayan seharusnya benar-benar

dapat memanfaatkan apa yang sudah diperoleh dari panti, dengan

Page 42: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

27

begitu setelah dia keluar dari panti dia bisa kembali ke masyarakat

secara normatif dan tidak kembali menjadi WTS lagi

2) Tingkat pengaruh yang diinginkan

Tingkat pengaruh yang diinginkan di sini mempunyai

maksud bahwa pelaksanaan suatu program itu mempunyai tujuan/

sasaran dan dalam proses pencapaiannya ada pengaruh-pengaruh

dari pelaksana program terhadap pihak yang ikut program.

Demikian juga program yang dilaksanakan PKW "Wanita Utama",

dalam setiap bimbingan pastinya atau seharusnya dapat

mempengaruhi para kelayan yang dibina. Sehingga para kelayan

dapat berubah sesuai dengan maksud dan tujuan program.

3) Komunikasi yang terbuka

Komunikasi yang terbuka di sini mempunyai maksud bahwa

dalam pelaksanaan program pembinaan eks WTS itu dalam

memberikan setiap bimbingan dikembangkan suatu komunikasi yang

terbuka/ komunikasi yang terjalin baik sehingga dapat menjadi

jembatan diantara pelaksana program/ pihak panti dengan yang

terkena program/ kelayan. Komunikasi yang terbuka ini dapat pula

menjadi jalan yang baik untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan

program.Salah satu bentuk komunikasi yang terbuka ini adalah adanya

penyampaian laporan/ hasil penilaian dari bimbingan yang telah di

peroleh kelayan. Dengan demikian komunikasi yang terbuka ini akan

sangat membantu dalam pencapaian tujuan program. Hal ini sejalan

Page 43: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

28

dengan pernyataan David A. Lee (2005: 22) tentang teknik pengukuran

suatu efektifitas pelaksanaan suatu program :

“Several types of effectiveness measures are worth noting as part of an evaluation are: activity or output indicators focus on the activities and processes assciated with a program and outcome indicators focus on the results of program and are closely tied to the goals and objectives a program.”

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini jika terdapat keadaan

yang baik pada ketiga indikator yang meliputi: waktu pencapaian,

tingkat pengaruh yang diinginkan, komunikasi yang terbuka, maka

program pembinaan eks WTS akan efektif.

Untuk selanjutnya, efektivitas organisasi perlu diukur/ adanya

suatu pengukuran. Menurut Stephen P.Robbins (1994: 58-68),

keefektifan organisasi dapat dilihat dari berbagai pendekatan,yaitu:

1) Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment Approach)

Bahwa keefektifan organisasi dinilai sehubungan dengan

pencapaian tujuan (ends) dari pada caranya (means). Organisasi

dikatakan efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan oleh

organisasi dapat tercapai

2) Pendekatan sistem

Keefektifan dinilai dari kemampuannya untuk memperoleh

masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluarannya,

dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangannya.

Page 44: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

29

3) Pendekatan konstituensi-strategi (strategic-Constituencies

Approach)

Organisasi dikatakan efektif apabila dapat memenuhi tuntutan dari

kontituensi yang terdapat dalam lingkungan organisasi tersebut.

Pendekatan ini menilai sejauh mana organisasi berhasil memenuhi

tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi

tempat bergantung organsasi untuk kelangsungan hidupnya di

masa depan.

4) Pendekatan nilai-nilai bersaing (Competing Values Approach)

Pendekatan ini mencoba mempersatukan sejumlah besar kriteria

mengenai efektivitas organisasi ke dalam model keempat. Kriteria

yang didukung adalah nilai-nilai untuk mengukur efektivitas

organisasi.

Sementara itu menurut H. Lubis(1987:87-88) ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran efektivitas

organisasi, yaitu:

1) Pendekatan Sumber (System Resources Approach)

Pendekatan sumber ini mengukur efektivitas dari sisi input, yaitu

dengan mengukur keberhasilan organisasi dalam mendapatkan

sumber-sumber tersebut dari lingkungan. Pendekatan ini

didasarkan pada teori mengenai keterbukaan system organisasi

terhadap lingkungan.

Page 45: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

30

2) Pendekatan Proses (Process Approach)

Pendekatan proses ini melihat kegiatan internal organisasi dan

mengukur efektivitas melalui berbagai indikator internal seperti

efisiensi ataupun iklim organisasi. Jadi pendekatan ini menganggap

efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi (kesehatan dari organisasi

internal). Pada organisasi yang efektif proses internal berjalan

dengan lancar, karyawan bekerja dengan kegembiraan serta tingkat

kepuasan kerja yang tinggi, kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan

dengan baik.

3) Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan sasaran ini dalam pengukuran efektivitas memuaskan

74 perhatian terhadap aspek output, yaitu dengan mengukur

keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output yang

direncanakan. Pendekatan ini dalam pengukuran efektivitas

dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur

tingkat keberhasilan organisasi tersebut. Dengan demikian

mencoba sejauhmana organisasi berhasil merealisasikan sasaran

yang hendak dicapai.

Mengingat bahwa efektivitas paling baik dipahami jika dilihat

secara keseluruhan sistem organisasi maka pendekatan-pendekatan

tersebut digunakan sebagai satu kesatuan yang utuh untuk

mendapatkan suatu hasil yang penelitian yang baik tentang efektivitas

organisasi. Namun karena terbatasnya waktu, tenaga, biaya, dan

Page 46: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

31

pemikiran maka penelitian ini lebih memfokuskan pada upaya untuk

mengetahui efektivitas program pembinaan eks wanita tuna susila

dilihat dari segi proses rehabilitasi sosial. Segi proses ini lebih

menyoroti pada pelaksanaan proses rehabilitasi sosial yang

dilaksanakan PKW “Wanita Utama” Surakarta. yang digunakan untuk

menggambarkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan atau

tugas apakah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi PKW “Wanita

Utama” Surakarta.

c Jenis- Jenis Efektivitas

Menurut James L. Gibson (1996: 30) untuk mencapai efektivitas

organisasi, membagi tiga perspektif efektivitas seperti tergambar di

bawah ini:

Gambar 1.1 Perspektif Efektivitas

Gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa efektivitas tingkat

dasar adalah efektivitas individual, yang menekankan pada kinerja

Efektivitas Individu

Sebab-sebab Kemampuan Keterampilan Pengetahuan Sikap Motivasi Stres

Sebab-sebab Keterpaduan Kepemimpinan Struktur Status Peran Norma-norma

Sebab-sebab Lingkungan Tehnologi Pilihan strategi Struktur Proses kultur

Efektivitas Organisasi

Efektivitas Kelompok

Page 47: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

32

tugas karyawan tertentu atau organisasi tertentu. Sementara efektivitas

kelompok secara sederhana adalah jumlah kontribusi seluruh anggota.,

dan efektivitas organisasi merupakan sinergi dari efektivitas individu

dengan efektivitas kelompok. Kemudian efektivitas masing-masing

dipengaruhi oleh variabel sebab-sebab pada tingkatan perspektif

efektivitas ( James L. Gibson, 1996:30 ).

Apabila efektivitas program telah tercapai maka organisasi

tersebut akan efektif atau dengan kata lain jika program yang dimiliki

oleh suatu instansi/organisasi dilaksanakan secara efektif maka

instansi/organisasi tersebut telah efektif dalam melaksanakan program

yang dimaksud.

3. Program Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan atau sasaran. Begitupun

organisasi milik pemerintah, yang salah satunya kedinasan yang juga

memiliki tujuan atau sasaran yang harus dicapai, namun tujuan tersebut

masih bersifat abstrak. Jadi untuk dapat mencapainya tersebut harus

diubah ke bentuk yang lebih operasional. Tujuan yang telah diubah

bentuknya menjadi lebih operasional disebut dengan program.

Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia (1994: 538) program

adalah ketentuan rencana dari pemerintah; acara; rencana; rancangan

(kegiatan).

Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai program pembinaan eks

WTS ini, alangkah lebih baik jika kita mengetahui definisi apa itu

Page 48: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

33

pembinaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), pembinaan

berasal dari kata “bina” yang berarti bangun. Pembinaan merupakan hal,

cara, atau hasil pekerjaan membina (membina adalah membina,

membangun, mengembangkan, menyempurnakan). Lebih lanjut definisi

tentang pembinaan juga dikemukakan oleh Tim Penyusun Kamus Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dimana pembinaan didefinisikan

sebagai proses perbuatan, cara membina (negara,dsb), pembaharuan,

penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau kemajuan,

peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,

berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian

ini yaitu pembinaan itu sendiri bisa berarti tindakan, proses atau

pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua, pembinaan itu bisa menunjukkan

kepada “perbaikan” atas sesuatu ( Miftah Thoha, 1993: 7).

Sehubungan dengan masalah keberadaan wanita tuna susila, maka

pembinaan adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini

Dinas Kesejahteraan Sosial Pemerintah Propinsi Jawa Tengah melalui

PKW “Wanita Utama” Surakarta terhadap eks WTS untuk

mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan melalui

pemberian bantuan, motivasi, bimbingan-bimbingan melalui rehabilitasi

sosial agar mereka kembali ke masyarakat secara wajar dan tidak lagi

menjadi sampah masyarakat.

Page 49: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

34

Dari pengertian pembinaan diatas maka dapat diketahui bahwa

pembinaan sangat diperlukan dalam mengatasi masalah wanita tuna susila.

Wanita tuna susila pada dasarnya adalah wanita yang mempunyai hak

untuk mengenyam kehidupan yang layak seperti wanita-wanita lainnya.

Mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Ada kecenderungan bahwa usia para WTS

itu adalah usia produktif, usia dimana potensi dan kemampuan mereka

dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya,

keluarganya, negara dan bangsanya. Mereka adalah aset untuk

pembangunan.

Para WTS dapat menjadi aset pembangunan dan memberikan

kontribusinya bagi pembangunan dengan syarat mereka hidup layaknya

penduduk lain yang mengetahui nilai dan norma-norma susila yang

berlaku dan membuat mereka dapat berkarya sesuai dengan harkat dan

martabat wanita dan menjadi anggota masyarakat secara normatif maka

diperlukan usaha pembinaan melalui rehabilitasi yaitu pemungsian serta

pemulihan kembali kemampuan fisik, sosial serta mental dari wanita

tersebut. Dengan ini diharapkan agar mereka benar-benar dapat berkarya

dari segi fisik, mental, dan sosial serta mempunyai bekal keterampilan,

sehingga nantinya mereka tidak lagi menjadi sampah masyarakat dan

dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.

Untuk mewujudkan harapan tersebut dalam rangka mencapai

efisiensi dan hasil guna yang optimal, program-program

Page 50: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

35

pembinaan/rehabilitasi harus dipilih, dipilah , dan dirumuskan sesuai

dengan kebutuhan aktual yang dapat diterima dan diperlukan di

masyarakat tempat dimana kelayan akan dikembalikan sehingga mampu

menjalankan fungsi sosialnya secara normal dan wajar selaras dengan

norma dan etika yang berlaku. Hal ini sejalan dengan pernyataan J.Robert

Flores (2004: 6), yaitu :

“Carefully matching a program to community needs will help ensure that the program is more readily accepted by other key players. Attention must also be given to matching a program to the targeted population. Many research-based programs are being implemented for populations for whom they were never intended, and for whom research has not proven their effectiveness”.

Program pembinaan eks wanita tuna susila ini dilakukan melalui

rehabilitasi sosial. Adapun pengertian rehabilitasi sosial adalah:

“Usaha penanggulangan pelacuran dengan mengembalikan keadaan dan kedudukan orang-orang yang terlibat dalam pelacuran agar mereka menjadi manusia yang berpribadi, berfungsi sesuai dengan situasi dan keadaan yang sehat, bermental kuat, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat.” ( Dinsos Propinsi Jateng, 1993/1994).

Tujuan dari rehabilitasi sosial ini adalah terbinanya para

penyandang masalah tuna susila menjadi berkemampuan dan berkemauan

untuk mengembalikan harga diri, kepercayaan diri, tanggung jawab sosial

dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar (Dinsos Prop Jateng,

1993/1994).

Proses pembinaan melalui rehabilitasi sosial terhadap wanita tuna

susila ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

Page 51: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

36

a Tahap Pendekatan Awal, meliputi:

1.) Orientasi dan konsultasi

2.) Identifikasi

3.) Motivasi

4.) Seleksi

b Tahap Penerimaan, meliputi:

1) Registrasi

2) Pengungkapan dan penelaahan masalah

3) Penempatan dan pelayanan rehabilitasi

c Tahap Bimbingan, meliputi:

1) Bimbingan Fisik

Bimbingan ini ditujukan untuk meningkatkan ketahanan fisik

dan kondisi kesehatan para kelayan. Untuk itu para kelayan diberi

bimbingan hidup sehat, antara lain melalui: olahraga/SKJ,

pelayanan kesehatan dan pemberian makanan bergizi.

2) Bimbingan Mental/Psikologis

Bimbingan ini ditujukan untuk membimbing dan

memperbaiki kondisi mental para kelayan, meningkatkan semangat

juang agar mereka tidak lekas menyerah oleh keadaan serta mampu

mengangkat harkat dan martabatnya sendiri nmenuju pada keadaan

yang lebih baik. Untuk itu para kelayan diberi bimbingan atau

pelajaran agama, etika, sopan santun dan budi pekerti.

Page 52: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

37

3) Bimbingan Sosial/ Kemayarakatan

Bimbingan ini ditujukan agar para kelayan dapat hidup

bermasyarakat dengan baik, untuk itu mereka diberi bimbingan

berupa P4, KB, PKK, Kamtibmas, dan kewirausahaan.

4) Bimbingan Keterampilan

Bimbingan ini dimaksudkan agar para kelayan nantinya dapat

hidup mandiri dalam masyarakat. Untuk itu mereka diberi

pendidikan keterampilan antara lain:menjahit, tata rias, memasak,

tata laksana rumah tangga, membordir dan lain-lain.

d Tahap Resosialisasi, meliputi:

1) Bimbingan Kesiapan dan peran serta mayarakat

2) Bimbingan sosial / hidup bermasyarakat

3) Bimbingan usaha / kerja

4) Penyaluran

e Tahap Bimbingan Lanjut, meliputi:

1) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat

2) Bimbingan pengembangan usaha

3) Bimbingan pemantapan usaha

Sejalan dengan program yang telah ditetapkan di atas, Dinas

Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah telah menetapkan Panti Karya

Wanita sebagai tempat untuk membina dan merehabilitasi para eks WTS.

Di wilayah Jawa Tengah ada dua daerah yang ditunjuk sebagai tempat

untuk membina dan merehabilitasi para eks WTS, yang pertama di Kendal

Page 53: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

38

dengan nama PKW “Wanodyatama” Kendal dan yang kedua di Surakarta (

tempat dilakukannya penelitian ini ) dengan nama PKW “Wanita Utama”

Surakarta.

4. Pengertian Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Permasalahan ketunasusilaan adalah masalah yang sangat

kompleks, maka Pemerintah Popinsi Jawa Tengah melalui Dinas

Kesejahteraan Sosial mempunyai misi dalam pembangunan bidang

Kesejahteraan Sosial dalam penanganan masalah tuna susila mendasarkan

kebijakan penanganan melalui sistem pelayanan dari dalam Panti dan

sistem luar Panti. Pelayanan melalui Panti untuk Wanita Tuna Susila

adalah Panti Karya Wanita.

Panti adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan

Sosial Propinsi Jawa Tengah sebagai lembaga/ kesatuan kerja yang

merupakan sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan sosial

berdasarkan Profesi Pekerjaan Sosial, berada dibawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial

Dalam Peraturan Daerah propinsi Jawa Tengah No. 1 Tahun 2002

pasal 15 ayat (1) disebutkan bahwa:

“Panti Karya Wanita adalah panti rehabilitasi sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan, dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Panti Karya Wanita

“Wanita Utama” Surakarta adalah tempat, asrama yang bertugas

Page 54: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

39

memberikan pelayanan dari rehabilitasi sosial dan resosialisasi serta

pembinaan lanjut bagi para eks WTS agar dapat menjalankan fungsi

sosialnya secara wajar dan menjadi anggota masyarakat secara normatif.

5. Efektivitas Program Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila

Berdasarkan pengertian tentang efektivitas serta pembinaan eks

wanita tuna susila yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan

disini mengenai pengertian efektivitas program pembinaan eks wanita

tuna susila, yaitu “tingkat keberhasilan upaya yang dilakukan dalam

rangka membina eks wanita tuna susila melalui rehabilitasi sosial dengan

tujuan memfungsikan kembali serta memulihkan kembali kemampuan

fisik, sosial, serta mental dari mereka dan memberikan mereka bekal

keterampilan sehingga mereka dapat benar-benar berkarya dan hidup

wajar di masyarakat, sebagaimana layaknya masyarakat yang lain.”

Program Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila melalui rehabilitasi

sosial di Panti Karya Wanita memilki tujuan umum, yaitu:

“Terbinanya para penyandang masalah tuna susila menjadi berkemampuan dan berkemauan untuk mengembalikan rasa percaya dirio, harga diri dan tanggung jawab sosial dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar” (Kanwil Dinsos).

Sedangkan tujuan operasionalnya adalah sebagai berkut:

a. Memberikan pembinaan terhadap tata kehidupan para WTS dalam

kehidupan dan penghidupan secara normatif melalui pembinaan fisik,

mental, sosial/ kemasyarakatan, keterampilan praktis, resosialisasi dan

pembinaan lanjut.

Page 55: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

40

b. Mengembangkan pemulihan kembali harga diri, kepercayaan diri,

tanggung jawab sosial, kemampuan dan kemauan para wanita tuna

susila, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Namun demikian sebelum pencapaian tujuan akhir dari program

pembinaan terlebih dahulu dicapai sasaran atau tujuan antara , sebab

sasaran atau tujuan antara merupakan prasyarat untuk tercapainya sasaran

atau tujuan akhir.

Menurut Kanwil Dinsos Propinsi Jawa Tengah dikatakan bahwa

rehabilitasi sosial dapat dikatakan berhasil apabila:

a. Para kelayan (WTS yang dibina) tidak ada niat dan tidak lagi

menjalankan profesi sebagai WTS

b. Para kelayan mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat,

bertingkah laku dan bersikap wajar sesuai dengan norma masyarakat

yang berlaku

c. Para kelayan memahami, memiliki dan menguasai suatu keterampilan

kerja tertentu yang dapat digunakan untuk mendapatkan mata

pencaharian yang layak dan manusiawi bagi dirinya dan atau

keluarganya

d. Para kelayan mampu bermasyarakat atau berumah tangga dengan

pasangan yang sah dan ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan

keluarganya

Page 56: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

41

Intinya bahwa pembinaan eks WTS melalui rehabilitasi sosial ini

dapat dicapai apabila wanita-wanita tersebut telah menunjukan

kesungguhan dan kemauan yang dihasilkan dari sikap dan perilaku yang

benar. Mereka akan mampu menolong dirinya sendiri dan keluar dari

permasalahannya sebagai WTS setelah mereka sadar bahwa mereka perlu

menampilkan sikap dan perilaku yang benar untuk mencapai kehidupan

yang normatif.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa suatu kenyataan bahwa

WTS merupakan suatu sub kultur yang memiliki sikap dan perilaku yang

berbeda dengan masyarakat umum. Sikap para WTS ini sangat

dipengaruhi oleh kebebasan yang mereka cari di dunia pelacuran.

Kebebasan dari norma-norma agama, norma-norma hukum, norma-norma

susila, norma-norma perkawinan, dan segala peraturan yang mengikat

mereka. Kebebasan ini serng diartikan kepada perilaku-perilaku yang oleh

masyarakat dianggap menyimpang.

Sikap dan perilaku WTS yang menyimpang dan cenderung negatif

itu telah membuat mereka menolak untuk menjalin hubungan dengan

kelompok lain yang hidup secara normatif. Akhirnya mereka membentuk

kelompok sendiri sebagai bagian dari strategi mereka untuk melindungi

diri. Stereotif negatif yang mencap mereka sebagai “sampah masyarakat”

bukan lagi hal yang aneh buat mereka.

Dengan rehabilitasi inilah sikap dan perilaku mereka harus berubah

sebab perubahan sikap dan perilaku tersebut nantinya akan mendorong

Page 57: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

42

mereka untuk mampu beradaptasi, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya dan berbekal dengan keterampilan yang mereka

peroleh mereka mampu melepaskan diri dari profesi yang oleh masyarakat

dianggap sebagai “sampah masyarakat”, serta lebih jauh lagi mereka

mampu hidup berumah tangga dengan pasangan yang sah dan ikut

bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarganya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sikap

dan perilaku yang diwujudkan dengan kemampuan mereka beradaptasi

dan beriteraksi dengan lingkungan, kemampuan mereka memahami,

menguasai dan memanfaatkan keterampilan yang mereka peroleh di PKW,

kemampuan mereka melepaskan diri dari pekerjaan sebagai WTS, dan

kemampuan mereka untuk hidup berumah tangga dengan pasangan yang

sah adalah target antara untuk mencapai tujuan program. Oleh karena itu,

upaya pembinaan eks WTS melalui rehabilitasi sosial oleh PKW “Wanita

Utama”Surakarta dapat dikatakan berhasil/ efektif apabila kelayan mampu

beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan,kemampuan kelayan

memahami, menguasai dan memanfaatkan keterampilan yang diberikan.

F. Kerangka Berpikir

Sebagaimana kita ketahui keberadaan WTS sebagai bagian integral

dari masyarakat dan sebagai warga negara, tidak selayaknya diabaikan

begitu saja. Para WTS ini perlu dibina agar keberadaan mereka yang

dipandang sebagai "sampah masyarakat" itu bisa berubah menjadi aset

Page 58: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

43

pembangunan dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi

pembangunan dengan syarat mereka hidup layaknya masyarakat lain

dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Adapun salah satu upaya pembinaan yang dilakukan oleh

pemerintah adalah dengan memberikan pembinaan melalui pelayanan

rehabilitasi sosial yang diselenggarakan di panti-panti. Upaya rehabilitasi

tersebut mencakup beberapa kegiatan bimbingan. Adapun kegiatan

bimbingan yang dilaksanakan PKW "Wanita Utama" Surakarta antara lain

bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial/ kemasyarakatan,

bimbingan keterampilan, bimbingan resosialisasi serta bimbingan lanjut.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan para eks WTS nantinya

mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat secara normatif.

Mereka mampu mengembalikan harga diri, kepercayaan diri, tanggung

jawab sosial, kemauan dan kemampuan mereka, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan dan

penghidupan masyarakat.

Pembinaan eks WTS yang diselenggarakan PKW "Wanita Utama"

Surakarta, tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-

faktor tersebut bisa berasal dari intern (respon/ tanggapan kelayan,

pembimbing/ pegawai, sarana dan prasarana) maupun ekstern

(masyarakat).

Upaya pembinaan eks WTS melalui rehabilitasi sosial ini perlu

diketahui efektif tidaknya. Untuk mengetahui keefektifan maka perli

Page 59: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

44

adanya suatu penilaian terhadap proses pelaksanaan kegiatan bimbingan

tersebut dengan melihat dari beberapa indikator antara lain yaitu waktu

pencapaian, tingkat pengaruh yang diinginkan, dan komunikasi yang

terbuka. Dengan demikian dapat diketahui apakah pembinaan melalui

rehabilitasi sosial itu efektif atau tidak. Hasil dari penilaian tersebut dapat

dijadikan rekomendasi untuk lebih meningkatkan program pembinaan di

PKW.

Berdasarkan teori dan asumsi di atas maka kerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 60: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

45

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

Eks WTS

PKW "Wanita Utama"

Upaya Pembinaan melalui Rehabilitasi Sosial: 1. Pendekatan Awal 2. Penerimaan 3. Rehablitasi Sosial di

dalam panti: -Bimbingan Fisik -Bimbingan Mental -Bimbingan Sosial/ Kemasyarakatan

-Bimbingan Keterampilan

4. Resosialisasi 5. Pembinaan Lanjut

Faktor yang mempengaruhi rehabilitasi

sosial 1. Faktor Intern

a. Respon/ tanggapan kelayan

b. Petugas/ pegawai PKW

c. Sarana dan prasarana

2. Faktor Ekstern a. masyarakat

Diketahui efektif/ tidaknya upaya pembinaan terhadap

eks WTS/ kelayan

Penilaian proses pembinaan rehabilitasi

sosial 1. Waktu pencapaian 2. tingkat pengaruh yang

diinginkan 3. komunikasi yang

terbuka

Page 61: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

46

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Teknik Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif. Adapun metode yang digunakan

adalah deskriptif analitis. Metode ini digunakan untuk menilai efektivitas

program pembinaan melalui rehabilitasi di PKW "Wanita Utama"

Surakarta. Namun demikian keterangan-keterangan yang bersifat

kuantitatif tetep dipergunakan.

Teknik penelitian yang digunakan yaitu lebih menitikberatkan

pada penelitian lapangan (field reserch) yang bermaksud untuk

mengetahui permasalahan yang ada di lokasi penelitian. Namun demikian

penelitian ini juga tidak mengesampingkan studi kepustakaan (library

reserch) terutama dalam menyusun kerangka teori.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Karya Wanita "Wanita Utama"

Surakarta, dengan pertimbangan sebagai berikut

a. PKW "Wanita Utama" Surakarta, merupakan UPT yang bertanggung

jawab kepada Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah yang

bertugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada eks WTS.

b. PKW "Wanita Utama" Surakarta adalah panti yang tidak hanya

melakukan pembinaan untuk eks WTS yang berasal dari Surakarta

saja melainkan untuk eks WTS se-wilayah Jawa Tengah.

c. Dimungkinkan didapatkannya data yang diperlukan dalam penelitian

ini.

Page 62: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

47

3. Sumber Data

Menurut Lofland and Lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain(Lexy J. Maleong, 2005:157).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian. Sumber data ini

merupakan sumber dari pihak yang pertama kali memberikan data

kepada peneliti, yang diperoleh dengan melakukan observasi dan

wawancara. Dalam penelitian ini akan melakukan wawancara

dengan:

1) Kepala Panti Karya Wanita (PKW) ”Wanita Utama” Surakarta:

hal ini digunakan untuk mengetahui semua kegiatan yang ada di

panti.

2) Petugas PKW "Wanita Utama" Surakarta: hal ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi tentang bentuk-bentuk kegiatan

rehabilitasi eks wanita tuna susila dan berbagai kendala yang

dihadapi.

3) Eks WTS atau Kelayan: dalam penelitian ini eks WTS yang

dijadikan sumber dat adalah eks WTS yang sedang dan pernah

mengikuti kegiatan pembinaan di PKW "Wanita Utama"

Page 63: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

48

Surakarta, hal ini untuk mendapatkan informasi tentang manfaat

program yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan program.

4) Masyarakat sekitar Panti Karya Wanita"Wanita Utama":hal ini

dilakukan untuk mengetahui tenteng pendapat mayarakat sekitar

terhadap keberadaan PKW dan eks WTS serta kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan oleh panti tersebut.

b. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung,

misalnya dari catatan atau dokumen-dokumen dan buku-buku yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Data ini bisa digunakan

sebagai pendukung atau melengkapi data primer. Adapun data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku referensi,

penelitian-penelitian sejenis dan dokumen yang berasal dari lokasi

penelitian yang berupa laporan-laporan baik laporan triwulan

maupun laporan tahunan.

4. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan

dalam penelitian ini dimana masing-masing teknik mempunyai kelebihan

dan kekurangan sendiri-sendiri, sehingga penggunaan beberapa teknik

pengumpulan data secara bersama-sama diharapkan akan dapat saling

melengkapi satu sama lain. Adapun teknik pengumpulan data yang

dimaksud sebagai berikut:

Page 64: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

49

a. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan

mendalam tentang berbagai aspek dalam penelitian ini. Alasan

pemilihan terhadap teknik ini karena penelitian ini lebih

mengandalkan kekuatan kedalaman informasi yang di dapat dan

menghindarkan dari bias informasi.Wawancara dapat dilakukan

secara formal maupun informal sehingga data yang diperoleh cukup

lengkap dan mendalam.

b. Observasi

Untuk memperoleh data dilapangan maka peneliti akan

melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Peneliti

mengumpulkan keterangan dengan melihat, mengamati, kalau perlu

merekam dan mencatat perilaku dan ucapan-ucapan dari informan

yang relevan.

c. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui buku-

buku, arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian

dan sebagai data pendukung analisis yang di peroleh di lokasi

penelitian yang berupa dokumen dan laporan dari bagian tata usaha

dan bagian pelayanan rehabilitasi.

Page 65: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

50

5. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik non random sampling

dengan jenis purposive sampling. Artinya, peneliti memilih informan yang

dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan

mengetahui permasalahan secara mendetail.

6. Validitas Data

Validitas data akan membuktikan apa yang diamati peneliti

sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di dalam kenyataan di lokasi

penelitian dan apakah penjelasan yang diberikan tentang deskripsi

permasalahan yang sebenarnya atau tidak.

Untuk menjamin validitas data yang akan diperoleh dalam

penelitian ini maka peningkatan validitas akan dilakukan dengan cara:

Triangulasi data yaitu dalam pengumpulannya, peneliti menggunakan

beberapa sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang

sama. Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan

dikontrol dari sumber berbeda.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data secara kualitatif dengan menggunakan model analisis data

interaktif . Teknik tersebut meliputi 3 hal yaitu:

a. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan,

dan abstraksi data kasar yang dilaksanakan selama berlangsungnya

Page 66: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

51

proses penelitian dan mengatur data sedemikian sehingga dapat

ditarik kesimpulan akhir.

b. Sajian data

Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat penyajian data,

maka peneliti akan dapat mengerti apa yang terjadi serta

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa oleh

tindakan lain yang berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan

Dari sajian data yang telah tersusun, maka selanjutnya

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ketiga komponen tersebut

aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data

menggunakan proses siklus. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.3 Model Analisis Interaktif

Sumber: HB. Sutopo. ( 2002: 97 )

Pengumpulan data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Sajian Data

Page 67: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

52

52

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Letak Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Pada mulanya lokasi tempat didirikannya Panti Karya Wanita “Wanita

Utama” Surakarta, dikenal oleh masyarakat Surakarta dan sekitarnya dengan

sebutan “Wangkung” (dibuang dan dikungkung) sebagai tempat penampungan

bagi orang-orang yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial seperti:

gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak-anak nakal, termasuk pula

Wanita Tuna Susila (WTS).

Lokasi PKW “Wanita Utama” Surakarta terletak di Kalurahan Pajang,

No. 642, Kotamadya Surakarta. PKW ”Wanita Utama” ini didirikan diatas

tanah seluas 3599 m² dengan status milik negara. Letak PKW yang strategis

yakni tepat dipinggir jalan Dr. Radjiman dan dekat dengan Pasar Jongke

sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi.

Sejak tanggal 11 April 1957, penanganan permasalahan sosial tersebut

diatas dilakukan secara lebih serius dan profesional oleh Kantor Dinas Sosial

Kodya Dati II Surakarta, yang lokasinya dibagi tiga yaitu untuk menampung

orang lanjut usia, cacat netra dan WTS. tempat penampungan dan pendidikan

bagi Wanita penyandang tuna susila diberi nama “Pamardi Wanita” dimana

para WTS tersebut ditampung dan diberi pendidikan mental, pendidikan sosial

dan ketrampilan untuk kemudian dikembalikan kepada masyarakat atau

keluarga.

Page 68: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

53

Pada tahun 1963 keadaan keuangan negara mengalami kemerosotan yang

serius sehingga biaya rehabilitasi tidak terjangkau lagi oleh Pemerintah

Daerah, sebagai akibatnya sasana “Pamardi Wanita” terpaksa ditutup.

Kemudian pada tahun 1966 sampai tahun 1967 digunakan Departemen

Pertahanan dan Keamanan untuk menampung tahanan politik wanita

(Gerwani). Tidak lama kemudian pada tahun 1969 oleh Dinas Sosial diajukan

kepada Pemerintah Pusat sebagai Proyek rehabilitasi Wanita Tuna Susila

kembali.

Sejak tanggal 11 September 1971, secara resmi Panti Pendidikan Wanita

Tuna Susila diberi nama Panti Pendidikan “Wanita Utama” Surakarta yang

dikelola langsung oleh Kanwil Depsos Propinsi Jawa Tengah, sekaligus

dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta pegawainya. Berdasarkan Surat

Keputusan (SK) Menteri Sosial RI No. 41/HUK/Kep/XI/79. pada tanggal 1

November 1979 namanya diubah menjadi sasana Rehabilitasi Wanita “Wanita

Utama” Surakarta. Kemudian berdasarkan SK Menteri Sosial RI No.

22/HUK/95 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Panti maka pada

tanggal 24 April 1995 namanya diubah lagi menjadi Panti Sosial Karya

Wanita “Wanita Utama” Surakarta dengan status Panti tipe B.

Dengan adanya likuidasi Departemen Sosial RI dan Pelaksanaan

Otonomi Daerah, maka mulai 5 Juli 2000, pengelolaan Panti diserahkan

kepada Pemerintah Propinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kesejahteraan Sosial.

Dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2002 namanya diubah

menjadi “Panti Karya Wanita ‘Wanita Utama’ Surakarta”.

Page 69: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

54

B. Visi, Misi, Tujuan, Tugas Pokok dan Fungsi Panti Karya Wanita

“Wanita Utama” Surakarta

1. Visi

Visi dari Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta adalah

“Profesionalisme Pelayanan Panti Menuju Kesejahteraan Sosial Kelayan”.

2. Misi

a. Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas kehidupan manusia

b. Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam

penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

c. Menciptakan jaringan kerja dengan instansi atau lembaga dunia usaha

terkait

d. Membina dan mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial berdasarkan Standart Pelayanan Rehabilitasi Sosial Sistem Panti

e. Mengembangkan manajemen pelayanan dan administrasi pekerjaan

sosial sistem panti

f. Menciptakan kondisi lingkungan sosial yang mampu mendorong

kelayan untuk memulihkan harga diri, percaya diri agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

3. Tujuan

Tujuan pelaksanaan pelayanan sosial panti adalah mewujudkan:

a. Pulihnya harga dan kepercayaan diri serta timbulnya kemandirian

maupun tanggung jawab terhadap masa depan diri dan keluarga eks

Wanita Tuna Susila (WTS).

Page 70: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

55

b. Terbinanya tata kehidupan dan penghidupan eks WTS yang

memungkinkan untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

4. Tugas Pokok

Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta mempunyai tugas

memberikan pelayanan sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental,

sosial, pelatihan ketrampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi

para penyandang masalah Tuna Susila agar mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat.

5. Fungsi Panti

a. Pelaksanaan penyusunan Rencana Operasional Pelayanan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Tuna Susila.

b. Pelaksanaan pengkajian dan analisis teknis Operasional Pelayanan

PMKS Tuna Susila.

c. Pelaksanaan Kebijakan Teknis Pelayanan PMKS Tuna Susila.

d. Pelaksanaan Identifikasi dan Registrasi Calon Kelayan.

e. Pelaksanaan Pemberian Penyantunan, Bimbingan dan Rehabilitasi

Sosial terhadap PMKS Tuna Susila.

f. Pelaksanaan Penyaluran dan Pembinaan Lanjut.

g. Pelaksanaan Evaluasi Proses Pelayanan Panti dan Pelaporan.

h. Pelayanan Penunjang Penyelenggaraan Tugas Dinas.

i. Pengelolaan Ketatausahaan.

Page 71: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

56

C. Struktur Organisasi Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Sesuai dengan struktur organisasi dan tata kerja panti sosial yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam Perda No.1 Tahun

2002, Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta sebagai Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah dengan tipe

B mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: Kepala Panti, Staf Tata

Usaha, Staf Penyantunan, Staf Rehabilitasi dan Penyaluran serta Jabatan

Fungsional. Adapun tugas dari masing-masing kepala dan staf adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Panti

Berkewajiban untuk memimpin dan mengarahkan anak buah (melakukan

fungsi-fungsi manajemen) agar bekerja dengan rasa tanggung jawab dan

jiwa pengabdian. Disamping itu kepala juga bertanggungjawab terhadap

keadaan kelayan dan keadaan panti secara keseluruhan termasuk kegiatan-

kegiatan dalam proses pemberian pelayanan rehabilitasi.

2. Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, keuangan,

kepegawaian, penyediaan data dan penyusunan laporan rumah tangga.

3. Seksi Penyantunan

Mempunyai tugas menyiapkan bahan-bahan/ segala kebutuhan kelayan

mulai dari kebutuhan sehari-hari (keperluan mandi), bahan untuk praktek

ketrampilan, dsb, dalam rangka pemberian pelayanan rehabilitasi di Panti

Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta.

Page 72: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

57

4. Seksi Rehabilitasi dan Penyaluran

Mempunyai tugas dalam memberikan pelayanan rehabilitasi dan

mempersiapkan penyaluran kerja dari para kelayan.

5. Koordinator Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas memberikan pembinaan/bimbingan kepada kelayan

sesuai dengan bidang tugas masing-masing (Agama, Olah Raga,

Ketrampilan, paramedis, dll).

Adapun bagan struktur organisasi Panti Karya Wanita “Wanita Utama”

Surakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKW “Wanita Utama” Surakarta

Sumber: PKW “WU” Surakarta tahun 2009

KEPALA PANTI

KASIE PENYANTUNAN

KOORD JABATAN

FUNGSIONAL

KASIE REHABILITASI DAN PENYALURAN

KASUBAG TATA USAHA

Page 73: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

58

D. Keadaan Pegawai

Para pegawai Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta merupakan

pegawai Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial

Propinsi Jawa Tengah, dengan pegawai seluruhnya berjumlah 43 pegawai

ditambah 2 orang tenaga honorer yaitu petugas keamanan dan tukang kebun.

Berikut data pegawai Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

menurut latar belakang Pendidikan.

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

L P Jumlah No. Latar belakang pendidikan

Σ % Σ % Σ % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Sarjana 8 44,42 9 36 17 39,53 2. Sarjana Muda - 0 4 16 4 9,30 3. SLTA 8 44,44 11 44 19 44,18 4. SLTP 2 11,11 - 0 2 4,65 5. SD - 0 1 4 1 2.32

Jumlah 18 100 25 100 43 100 Sumber data: PKW “WU” tahun 2009

Dari Tabel 2.1 di atas, diketahui bahwa pendidikan tertinggi pegawai

PKW adalah Sarjana( S1), tetapi sebagian besar pegawai adalah berlatar

belakang pendidikan SLTA yaitu sebesar 44,18 % dari keseluruhan jumlah

pegawai, yang mana sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Sedangkan

pendidikan terendahnya lulusan SD yaitu seorang perempuan.

Sedangkan data pegawai menurut Golongan Ruang dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Page 74: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

59

Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Berdasarkan Golongan Ruang

L P Jumlah No. Gol./ Ruang Σ % Σ % Σ %

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pembina (IV / a ) - 0 1 3,84 1 2,32 2. Penata TK. I ( III / d ) 5 29,41 3 11,53 8 18,60 3. Penata (III / c ) 2 11,76 6 23,07 8 18,60 4. Penata Muda TK. I(III / b) 2 11,76 9 34,61 11 25,58 5. Penata Muda ( III / a ) 4 23,53 3 11,53 7 16,27 6. Pengatur TK. I ( III / d) 1 5,88 3 11,53 4 9,30 7. Pengatur ( II / c ) 2 11,76 - 0 2 4,65 8. Pengatur Muda ( II / a ) 1 5,88 - 0 1 2,32 9. Juru TK. I ( I / d ) - 0 1 3,58 1 2,32

Jumlah 17 100 26 43 100 Sumber data: PKW “WU” tahun 2009

Dari tabel 2.2, pegawai PKW berdasarkan golongan ruang sebagian besar

adalah Penata Muda TK I (III/ b) yang berjumlah sekitar 11 orang (25.58 % )

dimana perempuannya lebih besar (9 orang) dari pada laki-lakinya yang hanya

2 orang.

E. Bangunan di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta

Bangunan atau gedung yang ada di Panti Karya Wanita “Wanita Utama”

Surakarta terdiri atas tiga bangunan utama: gedung induk, gedung aula, dan

kios kerja. Di dalam gedung induk selain terdapat ruang kerja kepala panti,

ruang kerja bagi sub seksi penyantunan, ruang kerja seksi urusan tata usaha

dan ruang kerja bagi kelompok jabatan fungsional, juga terdapat asrama bagi

kelayan. Ada juga sebuah ruangan tempat tinggal bagi ibu asrama yang tidak

lain adalah salah satu kelayan.

Page 75: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

60

Jumlah kamar bagi kelayan seluruhnya ada delapan kamar yang dibagi

untuk 7 kelompok, dimana masing-masing kamar dilengkapi dengan empat

tempat tidur susun satu, sebuah almari pakaian yang diberi penyekat untuk

masing-masing kelayan, satu meja tulis dengan kursinya dan satu cermin hias.

Di dalam gedung dilengkapi dengan ruang MCK (mandi, cuci, kakus), satu

tempat cuci pakaian masal. Ada juga satu ruang dapur dengan tempat mencuci

alat masak tersendiri, satu ruang makan bersama dengan tujuh meja dan kursi

panjang yang digunakan untuk tujuh kelompok tersebut, satu ruang kesehatan,

satu gudang, satu ruang komputer, serta satu ruang kamar petugas keamanan

dan tukang kebun.

Sebuah gedung utama lain yaitu gedung aula yang disamping berfungsi

sebagai aula juga merupakan ruang pendidikan dan ketrampilan menjahit, tata

boga dan salon. Selain itu juga terdapat kios kerja yaitu ruangan untuk

menyimpan hasil ketrampilan/ kerajinan tangan kelayan. Kios kerja ini dibagi

menjadi tiga yaitu untuk jurusan menjahit, memasak dan salon.

Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta juga memiliki sebuah

masjid sebagai sarana ibadah bagi kelayan dan pegawai dan juga memiliki

halaman yang cukup luas yang berfungsi sebagai tempat olah raga dan juga

sebagai tempat parkir. Selain itu juga terdapat satu rumah dinas.

F. Kerjasama Panti Karya Wanita “Wanita Utama”Surakarta dengan

Instansi Lain

Pelaksanaan program pembinaan melalui rehabilitasi sosial terhadap eks

WTS, PKW “Wanita Utama” Surakarta di samping bekerja sama dengan

Page 76: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

61

Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi dan kota/ kabupaten lain juga menjalin

hubungan kerjasama dengan instansi lain ataupun organisasi sosial

kemasyarakatan yang relavan dengan pemberian materi pembinaan/ pelatihan.

Demikian juga dalam hal praktek belajar kerja (PBK) bagi kelayan yang sudah

selesai mengikuti pembinaan.

Selama ini pihak PKW “Wanita Utama” Surakarta telah menjalin

hubungan kerjasama dengan beberapa pihak. Berikut adalah pihak-pihak yang

ikut bekerjasama dalam program pembinaan dari tahun 2007-

2009,diantarannya yaitu: (Lihat Tabel!)

Tabel 2. 3 Kerjasama PKW “Wanita Utama” Surakarta

Tahun 2007-2009

No. Instansi/ lembaga sosial masyararakat

Bentuk kerjasama

(1) (2) (3)

1 Departemen Agama Kota Surakarta

Pemberian bimbingan mental (pendidikan agama dan baca tulis Al Qur’an) secara rutin

2 Gereja Kristen Indonesia Coyudan

Pemberian bimbingan mental (pendidikan agama) secara rutin

3 Pondok Sobron Pajang Bimbingan mental secara rutin(pendidikan agama dan baca tulis Al Quran) secara rutin

4 Polsek Laweyan Bimbingan sosial (kesadaran hukum) secara insidental

5 Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Bimbingan fisik (pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan ) dan bimbingan sosial (pencegahan AIDS) secara rutin dan insidental

6 Puskesmas Pajang Pemeriksaan dan pengobatan kelayan yang sakit secara rutin dan insidental

7 RSU dr. Moewardi Pemeriksaan kesehatan secara insidental 8 PKK Kota Surakarta Bimbingan sosial (PKK dan Tata laksana

Rumah Tangga) secara insidental 9 FPOK FKIP UNS Bimbingan fisik (olahraga) secara

insidental

Page 77: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

62

10 Salon Modissa Bimbingan ketrampilan (salon) dan PBK secara insidental

11 PT. Batik Danar Hadi Surakarta

Bimbingan ketrampilan (membatik dan jahit) secara insidental

12 Konveksi Kerten Mulyo Kartasura

Bimbingan ketrampilan (menjahit) secara insidental

13 BP7 Colomadu Bimbingan mental (P4) dan Bimbingan sosial (kesadaran hukum) secara rutin

Sumber data: PKW “WU” Surakarta

G. Alat Peraga Pembinaan

Alat peraga pembinaan merupakan sarana pelengkap bagi materi

pembinaan selama program berlangsung. Adapun pembinaan yang diberikan

meliputi: pembinaan fisik, pembinaan mental, pembinaan sosial serta

pembinaan ketrampilan.

Untuk pembinaan fisik yang meliputi olah raga, pemeriksaan badan dan

pengetahuan kesehatan serta gizi, alat peraga terdiri dari seperangkat alat olah

raga bola voli, bulu tangkis, tenis meja, gambar-gambar tentang kesehatan dan

gizi, termometer, penimbang badan, dan alat ukur tekanan darah. Untuk

pembinaan mental meliputi: pendidikan agama, pendidikan budi pekerti, iqro’,

dan alat-alat peraga lain yang disesuaikan menurut kebutuhan agama masing-

masing yang dianut oleh kelayan. Untuk pembinaan sosial materi yang

diberikan meliputi: pendidikan kependudukan/ Keluarga Berencana (KB),

kemasyarakatan, pendidikan kesadaran hukum/ kedisiplinan/ Kamtibmas,

pengetahuan PKK, kewiraswastaan, berhitung, Kejar Paket A, pengetahuan

transmigrasi/ lingkungan hidup, hubungan antar manusia, dan bimbingan

pencegahan AIDS. Sedangkan untuk pembinaan ketrampilan yang terdiri dari

tiga jurusan tata boga, menjahit, dan salon. Alat peraganya antara lain sebagai

Page 78: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

63

berikut: tata boga; kompor minyak, kompor gas, mixer, blender, panci, oven,

alat potong, parut kelapa, panci presto, dan gilingan es; menjahit: mesin jahit,

gunting, alat pengukur dan mesin obras; salon: gunting rambut, hair dryer,

jepit rambut, roll rambut, sisir, bak keramas, steamer, kursi untuk cuci muka,

dan rak dorong.

H. Kondisi Kelayan

PKW “Wanita Utama” Surakarta ditinggali para kelayan yang

sebelumnya berprofesi sebagai penjual cinta instan alias WTS. Menurut pihak

PKW sampai akhir tahun 2008 PKW “Wanita Utama” telah membina lebih

dari 2500 wanita tuna susila sejak panti ini berdiri. Berikut adalah jumlah eks

WTS/ kelayan yang dibina dari tahun 2007-2009 (Lihat tabel!)

Tabel 2. 4 Jumlah Kelayan PKW ”Wanita Utama” Surakarta

Tahun 2007-2009

No.

Tahun Jumlah Kelayan

(1) (2) (3)

1 2007 140 2 2008 140 3 2009 160

Jumlah 440 Sumber data: PKW “W U” Surakarta

Dari tabel 2.4 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam setiap tahunnya PKW

menerima kelayan terbagi dalam dua tahap, yang masing-masing tahapnya

terdiri dari 70 orang (tahun 2007 dan 2008). Tetapi untuk tahun 2009, pihak

PKW mulai menerima 80 orang untuk tiap tahapnya. Dari 440 orang kelayan

tersebut tidak semua orang baru, ada sebagian kecil yang kembali menghuni

Page 79: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

64

kembali PKW “ Wanita Utama” ada sekitar 3 % (13 orang) yaitu 8 orang di

tahun 2008 dan 5 orang di tahun 2009.

Kelayan sebanyak 440 orang tersebut berasal dari berbagai kota di Jawa

Tengah, yang sebagian besar masuk karena terkena operasi tertib (razia) yang

dilakukan oleh kepolisian bersama Dinas Kesejahteraan Sosial setempat.

Kelayan terbesar berasal dari daerah Surakarta yaitu 47,72 % (210 orang) dan

yang terkecil berasal dari daerah Yogyakarta,dan Sragen masing-masing

sebesar 0,22 % (1 orang). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 2. 5 Jumlah Kelayan Berdasarkan Asal Daerah Pengirim

Tahun 2007-2009

Tahun No Asal Daerah Pengirim 2007 2008 2009

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (7) 1 Cilacap 15 23 32 70 2 Banjarnegara 11 11 14 36 3 Boyolali 5 3 - 8 4 Grobogan 2 - - 2 5 Yogyakarta - 1 - 1 6 Magelang - 14 - 14 7 Purwodadi - 5 6 11 8 Klaten 18 4 4 26 9 Surakarta 47 61 102 210 10 Sukoharjo 15 10 - 25 11 Kudus 2 - - 2 12 Pemalang 6 1 - 7 13 Sragen 1 - - 1 14 Jepara 1 - 2 3 15 Wonogiri 7 - - 7 16 Karanganyar 5 6 - 11 17 Tegal 5 1 - 6

Jumlah 140 140 160 440 Sumber data: PKW “WU” Surakarta, tahun 2007-2009

Page 80: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

65

Tabel 2.5 tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2007-2009, Surakarta

adalah kota yang paling banyak mengirimkan WTS untuk dibina di PKW. Hal

tersebut dapat kita lihat dari jumlah pengiriman yaitu sebanyak 210 orang.

Meningkatnya jumlah WTS belakangan ini, pastinya ada banyak faktor

yang melatarbelakangi mereka terjun ke dunia pelacuran. Latar belakang

permasalahan mereka, secara sederhana dapat dikategorikan menjadi lima

kategori, yaitu lingkungan sosial, broken home, biologis, gangguan

psikologis,dan tekanan ekonomi tentunya.

Untuk tahun 2007-2009, latar belakang ekonomi yang menjadi penyebab

tertinggi di dalam pemilihan pekerjaan sebagai WTS, yaitu sebesar 80,90 %

atau 356 orang (Lihat Tabel!).

Tabel 2. 6 Jumlah Kelayan Berdasarkan Permasalahan

Tahun 2007-2009

Tahun No Permasalahan 2007 2008 2009

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Lingkungan Sosial 8 10 13 31 2 Broken Home 2 5 4 11 3 Biologis 11 13 17 41 4 Gangguan Psikologi - - 1 1 5 Tekanan Ekonomi 119 112 125 356

Jumlah 140 140 160 440 Sumber data: PKW “WU” Surakarta, tahun 2007-2009

Faktor penyebab tekanan ekonomi ini merupakan alasan yang sangat

klasik sekali. Alasan inilah yang mendasari mereka terjun ke pelacuran.

Mereka terdesak kebutuhan yang semakin lama semakin besar, tetapi tidak

ada penghasilan sama sekali. Dengan begitu mereka yang keimanannya tidak

kuat maka terjerumuslah mereka ke dalam dunia pelacuran.

Page 81: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

66

Dilihat dari latar belakang pendidikannya, kelayan yang tidak tamat SD/

DO SD adalah yang menempati urutan pertama/ terbanyak. Untuk lebih

lengkapnya mengenai pendidikan para kelayan dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 2. 7 Jumlah Kelayan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2007-2009

Tahun No Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Buta Huruf 33 20 31 84 2 DO SD 51 41 34 126 3 SD 40 38 46 124 4 DO SMP 5 8 10 23 5 SMP 8 20 22 50 6 DO SMA/ SMK - 1 3 4 7 SMA/ SMK 3 12 14 29

Jumlah 140 140 160 440 Sumber data: PKW “WU” Surakarta, tahun 2007-2009

Tabel 2.7 di atas menunjukkan bahwa kelayan yang tidak tamat SD/ DO

SD menempati posisi pertama dari keseluruhan yaitu sebesar 28,63 % (126

orang). Hal tersebut dikarenakan tekanan ekonomi yang mengharuskan

mereka tidak melanjutkan pendidikannya, dan akhirnya mengambil jalan

pintas untuk mendapatkan uang/penghasilan, dengan kerja sedikit hasil

lumayan besar yaitu dengan menjadi WTS.

Pendidikan yang rendah dan kesadaran moral serta agama yang rendah

membawa mereka ke dunia pelacuran. Dari 440 orang kelayan tersebut, 408

orang beragama Islam (92,72 %) dan sisanya adalah Kristen/ Katolik yaitu

sebanyak 32 orang (7,27 %). (Lihat Tabel!)

Page 82: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

67

Tabel 2.8 Jumlah Kelayan Berdasarkan Agama

Tahun 2007-2009

Tahun No Agama 2007 2008 2009

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Islam 133 129 146 408 2 Kristen/ Katolik 7 11 14 32

Jumlah 140 140 160 440 Sumber: PKW “WU” Surakarta, Tahun 2007-2009

Hidup yang tidak disertai keimanan membuat kelayan merasa bebas

melakukan hal apapun meskipun itu dilarang oleh agama. kesucian diri dan

sakralnya perkawinan bahkan mereka koyak-koyak karena terlanjur terjun ke

dunia pelacuran.

Hal tersebut terbukti dengan status dari kelayan yang sudah menikah/

kawin menempati urutan pertama yaitu sebesar 45.45 % atau sebanyak 200

orang dan 126 orang masih lajang/ belum kawin serta 114 orang adalah

janda.(Lihat Tabel!)

Tabel 2. 9 Jumlah Kelayan Berdasarkan Status Perkawinan

Tahun 2007-2009

Tahun No Status 2007 2008 2009

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Belum Kawin 54 40 32 126 2 Kawin 55 65 80 200 3 Janda 31 35 48 114

Jumlah 140 140 160 440 Sumber data: PKW”WU” Surakarta, tahun 2007-2009

Dari tabel 2. 9 tersebut, sangat disayangkan ternyata status kawin tidak

menghalangi kelayan dulu untuk berprofesi sebagai WTS. Mereka tidak

Page 83: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

68

memandang sakralnya perkawinan mereka. Mereka menghalalkan segala cara

untuk memenuhi tuntutan hidup mereka. Hal tersebut tambah ironis karena

profesi sebagai WTS yang dulu mereka jalani, selain keinginan sendiri

ternyata ada yang didukung oleh suami mereka.

Kemudian selanjutnya dari 440 kelayan tersebut, kelayan terbesar

berumur antara 31-35 tahun yaitu sebanyak 103 orang (23,41 %) dan terendah

berumur di atas 40 tahun yaitu sebanyak 48 orang (10,91 %). Untuk lebih

jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 10 Jumlah Kelayan Berdasarkan Umur

Tahun 2007-2009 Tahun No Umur

2007 2008 2009 Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 15 s.d. 20 tahun 22 17 12 51 2 21 s.d. 25 tahun 28 25 20 73 3 26 s.d. 30 tahun 21 26 30 77 4 31 s.d. 35 tahun 37 32 34 103 5 36 s.d. 40 tahun 19 23 46 88 6 Diatas 40 tahun 13 17 18 48

Jumlah 140 140 160 440 Sumber data: PKW “WU” Surakarta, tahun 2007-2009

Page 84: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

69

69

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Proses Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi Sosial di

PKW “Wanita Utama” Surakarta

Program pembinaan sosial eks wanita tuna susila adalah salah satu

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah

pelacuran yang marak saat ini. Untuk melaksanakan program ini, PKW

“Wanita Utama” Surakarta menjadi unit pelaksana teknis kantor wilayah

Dinas Sosial Jawa Tengah.

Sebagian besar kelayan yang dibina oleh PKW “Wanita Utama”

Surakarta hampir berasal dari hasil operasi tertib/ razia para WTS jalanan

yang dilakukan oleh Satpol PP, Dinas Sosial,dan Polri.

Sebelum diterima secara resmi menjadi kelayan di PKW, seorang

calon kelayan terlebih dahulu diidentifikasi untuk mengetahui latar belakang

keluarga, potensi setiap kelayan, umur, tingkat pendidikan, agama, status

perkawinan, dan status sosial ekonominya. Selain itu juga diselidiki penyebab

masuknya mereka ke dalam praktek pelacuran. Proses identifikasi ini

merupakan tahap pendekatan awal yang dilakukan oleh PKW “Wanita

Utama” terhadap kelayan. Setelah diidentifikasi, kelayan kemudian di

asramakan dan siap untuk mendapatkan pembinaan di PKW “Wanita Utama”

Surakarta. (Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Ibu Endang tanggal 30

Maret 2009)

Page 85: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

70

Dalam proses penerimaan kelayan yang dilakukan PKW ”Wanita

Utama” Surakarta, ada kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kelayan, antara

lain sebagai berikut :

1. Wanita tuna susila berusia 17-35 tahun

2. Sehat jasmani dan tidak berpenyakit menular

3. Sehat rohani dalam arti tidak sakit ingatan/ tuna laras

4. Bersedia tinggal di asrama dan memenuhi ketentuan yang berlaku

dalam panti

5. Wajib mengikuti program bimbingan selama 6 (enam) bulan atau

maksimal 1 tahun

(Sumber: Leaflet PKW “Wanita Utama” tahun 2009)

Setelah mereka resmi menjadi kelayan, PKW “Wanita Utama”

Surakarta memberikan pembinaan meliputi: bimbingan fisik, bimbingan

mental, bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan. Kegiatan tersebut

dilaksanakan selama enam bulan dan secara garis besar dibagi dalam 3 tahap

pembinaan, yaitu tahap I (Tahap Dasar), tahap II (Tahap Penjurusan), tahap III

(Tahap Peningkatan).

Dalam tahap dasar setiap kelayan memperoleh jadwal dan bimbingan

pelatihan yang sama, karena tahap ini merupakan tahap penyesuaian dan

adaptasi bagi kelayan. Baik adaptasi dengan kehidupan panti, dengan petugas

maupun dengan sesama kelayan yang lain. Tahap dasar ini juga mulai diamati

bakat, minat, dan potensi yang ada pada kelayan untuk kepentingan pemilihan

jurusan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini, prosentase pembinaan

Page 86: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

71

terbesar adalah masalah mental yaitu sebesar 60%, pembinaan keterampilan

sebesar 40%, dan sisanya 10% pembinaan yang lain. Pemberian jam

pembinaan mental yang besar pada awal program ini memberi petunjuk bahwa

memperbaiki mental dari eks WTS merupakan kegiatan pertama dan paling

utama. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Ibu Anik T, selaku Kasie

Penyantunan:

“Pembinaan mental porsinya lebih besar dan itu memang yang paling utama dari semua pembinaan bimbingan . Masalahnya, yang rusak dari WTS itu khan mentalnya, kalau mentalnya baik semiskin apapun dia, dia pasti tidak akan terjerumus. Bimbingan lainnya hanyalah pendukung dari bimbingan mental.’’ (Hasil wawancara dengan Drs. Mustofa tanggal 30 Maret 2009) Pada tahap II, pembinaan mental prosentase pembinaan mental turun

menjadi 40%, karena pada tahap ini pembinaan mulai digeser ke arah

pemberian materi keterampilan dengan penggalian minat, bakat, dan potensi

kelayan.dengan prosentase naik menjadi 50%.

Sedangkan pada tahap III, pembinaan mental mendapat bagian 30%,

pelatihan keterampilan 60%,dan sisanya 10% bimbingan lainnya. Dalam tahap

ini kemampuan kelayan dipersiapkan untuk melakukan Praktek Belajar Kerja

(PBK) yang bekerja sama dengan instansi lain. (Disimpulkan dari wawancara

dengan Drs. Mustofa selaku Kasie Rehabilitasi dan Penyantunan tanggal 30

Maret 2009).

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bentuk-bentuk kegiatan

pembinaan fisik, mental, sosial dan keterampilan akan dipaparkan pada bagian

tersendiri.

Page 87: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

72

Waktu pembinaan di PKW “Wanita Utama” Surakarta dilaksanakan

pada pagi hari, sore hari dan malam hari. Pembinaan pagi dilaksanakan mulai

pukul 08.00 WIB sampai 13.00 WIB. Pembinaan sore hari dimulai pukul

16.00 WIB sampai pukul 17.30 WIB dan pembinaan malam hari dimulai

pukul 19.00 WIB dan berakhir pukul 20.30 WIB.

Selain memperoleh pembinaan berupa materi pelajaran dan

keterampilan, selama tinggal di PKW para kelayan juga dilatih kerjasama,

kedisiplinan serta tanggung jawab terhadap tugas rutin di panti. Untuk itu

sesuai dengan pembagian kelompok tiap kamar dan bagian tugas dari panti

diselesaikan, para kelayan dibagi dalam tujuh kelompok, yang masing-masing

kelompok dibimbing oleh dua orang karyawan panti.

Adapun tugas rutin yang harus diselesaikan oleh masing-masing

kelompok adalah: membersihkan ruang kantor, ruang pendidikan, WC/ kamar

mandi, ruang makan serta piket dapur. Maksud piket dapur adalah tugas untuk

memasak dan menyiapkan makanan kecil serta minuman bagi karyawan

selama jam kantor. Tugas rutin tersebut dilaksanakan secara bergilir selama

seminggu oleh masing-masing kelompok. (Hasil wawancara dengan Ibu

Endang tanggal 2 April 2009)

Selama mengikuti pembinaan, para kelayan tidak diperbolehkan

meninggalkan panti, kecuali memperoleh ijin dari pimpinan panti dengan

waktu yang telah ditentukan, mengingat mereka masih dalam proses

pembinaan.

Page 88: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

73

Mengenai pembiayaan hidup sehari-hari seperti makan, minum,

keperluan mandi dan rias serta mencuci mereka memperoleh santunan dari

PKW. Adapun anggarannya diambil dari biaya rutin dan APBD.

Setelah pembinaan selesai dilakukan, pihak panti kemudian melakukan

penyaluran, mereka ada yang dikembalikan pada keluarga, dirujukkan pada

suami, diserahkan pada Dinas kesejahteraan sosial asal kelayan, dicarikan

kerja dan dinikahkan.

Dari laporan bagian penyaluran 3 tahun terakhir sebagian besar

dikembalikan kepada keluarga dan suami mereka masing-masing. Hanya

sedikit yang bisa dibantu PKW dalam mencari pekerjaan, yaitu untuk kelayan

yang benar-benar setelah pembinaan itu sangat terampil dan menguasai

keterampilan yang diberikan oleh panti dan tentunya berkemauan untuk

menjadi manusia yang lebih baik lagi. Dari tahun 2007 sampai tahun 2009,

PKW hanya dapat mencarikan 7 kelayan pekerjaan. Tapi sayangnya ada 2

orang yang yang dicarikan pekerjaan tapi kemudian tidak dimanfaatkan.

Alasannya karena tempatnya berada di Surakarta, sedangkan dia berada di luar

kota, sedangkan yang kelayan yang satunya setelah beberapa saat bekerja dia

tidak ada kecocokan dengan orang yang bekerja di sana. (Disimpulkan dari

hasil wawancara dengan Drs. Mustofa, tanggal 26 Desember 2009). Sebelum

mereka secara resmi keluar dari panti mereka mendapakan bantuan modal

kerja yang biasanya berupa peralatan yang sesuai dengan pilihan jurusan yang

dipilih mereka.

Page 89: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

74

Jika digambarkan, proses pembinaan melalui rehabilitasi sosial

tersebut adalah seperti bagan ini:

Bagan 3.1 Proses Pembinaan Melalui Rehabilitasi di PKW “Wanita Utama”

Surakarta

WTS Jalanan

PKW Wanita Utama

Operasi Tertib/ Razia

Program Pembinaan Rehabilitasi Wanita Tuna Susila 1. Bimbingan Fisik 2. Bimbingan Mental 3. Bimbingan Sosial/ Kemasyarakatan 4. Bimbingan Keterampilan

Penyaluran: Dikembalikan pada keluarga, diserahkan Dinas Sosial,

dirujuk pada suami dinikahkan, dicarikan kerja.

Page 90: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

75

B. Bentuk-Bentuk Kegiatan Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial di PKW “Wanita Utama” Surakarta

PKW “Wanita Utama” Surakarta dalam membina eks wanita tuna

susila melaksanakan berbagai kegiatan rehabilitasi sosial. Kegiatan-kegiatan

tersebut dari tahun ke tahun adalah sama sesuai dengan petunjuk teknis yang

diberikan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah yang meliputi: bimbingan fisik,

bimbingan mental, bimbingan sosial/ kemasyarakatan, bimbingan

keterampilan.

Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Bapak Drs.Mustofa selaku

KaSie Rehabilitasi dan Penyaluran saat diwawancarai:

“Dari tahun ke tahun pembinaan di sini belum mengalami perubahan-perubahan Mbak, pembinaannya masih selalu bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan terus.” (Wawancara dilakukan tanggal 4 April 2009) Berikut adalah penjelasan dari berbagai bimbingan tersebut:

1. Bimbingan Fisik

Bimbingan fisik ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan

kondisi kesehatan kelayan agar mereka mampu menyerap materi pembinaan

dengan baik. Ini dilakukan mengingat kondisi/ kesehatan kelayan yang pada

saat pertama datang, rata-rata dalam keadaan tidak begitu baik/ sehat. Seperti

pernyataan dua orang petugas PKW berikut ini:

“Saat pertama kali mereka datang, mereka terkesan jorok, tidak sopan, tidak punya etika, pakaian seronok, make up tebal, genit dan pemarah. Selama kurang lebih sebulan mereka memberontak, mungkin karena terbiasa hidup bebas dan tidak diatur-atur, sukanya marah-marah, maki-maki petugas dan seperti itulah. Kesehatan mereka cukup buruk, mungkin waktu di jalan tidak dirasa tapi setelah masuk panti baru ketahuan kalau mereka menderita penyakit.” (Wawancara dengan Ibu Endang tanggal 4 April 2009)

Page 91: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

76

“Benar, pas mereka pertama kali kesini mereka nggak sopan,

enggak punya etika, enggak punya malu, nggak takut malah terkesan genit. Ada yang marah-marah, maki-maki, pokoknya parah Mbak. Kesehatannya juga kurang baik” (Wawancara dengan Ibu Anik T tanggal 4 April 2009)

Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam bimbingan Fisik yang

dilakukan PKW “Wanita Utama” adalah meliputi: olah raga, pemeriksaan

kesehatan, penyuluhan kesehatan serta pengetahuan tentang gizi.

Materi kegiatan bimbingan ini dilaksanakan selama 2 jam, yang setiap

jam latihannya 45 menit, berarti selama 90 menit setiap minggunya. Begitu

pula pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan gizi serta penyuluhan kesehatan

diberikan selama 2 jam juga.

Kegiatan olah raga dilakukan pada hari Rabu dan Jumat setiap

minggunya. Pada hari Rabu, biasanya melakukan jenis olah raga yang berupa

permainan seperti: bola volley, kasti, basket dan lain-lainnya. Sedangkan

pada hari Jumat biasanya olah raga senam bersama-sama petugas PKW.

Mengenai pemeriksaan kesehatan, ada petugas dari Dinas Kesehatan

kota Surakarta yang datang ke PKW setiap minggunya. Berikut ini penuturan

Mawar(bukan nama sebenarnya) mengenai pemeriksaan kesehatan:

“Setiap minggu sekali, saya dan temen-temen diperiksa oleh Dinas Kesehatan Mbak. Kami diperiksa darah, ditensi, kalau ada yang sakit biasanya langsung dikasih obat. Atau kalau enggak kami di bawa Puskesmas.” (Wawancara dengan Mawar tanggal 9 April 2009) Begitu pula dengan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi, ada

beberapa petugas dari Dinas Kesehatan yang memberikan penyuluhan kepada

kelayan. Materi yang diberikan adalah mengenai: pengertian gizi, fungsi gizi,

Page 92: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

77

gizi untuk kesehatan, gizi untuk pertumbuhan, kecerdasan membutuhkan gizi,

gizi untuk daya tahan tubuh, gizi untuk produktivitas, dasar-dasar menyusun

menu dan sebagainya.

Disamping bimbingan fisik, untuk menjaga kondisi kelayan agar

dalam keadaan baik, setiap kelayan diberikan jatah makan 3 kali sehari

ditambah snack dengan menu yang dikonsultasikan dengan Dinas Kesehatan.

Selain itu kelayan juga setiap bulannya mendapat jatah sabun mandi, pasta

gigi, bedak, sabun cuci, sampo, pembalut dan lain-lain.

Beberapa kelayan menyatakan bahwa bimbingan fisik tersebut telah

memberikan hasil dan manfaat yang cukup berarti kepada mereka. Berikut ini

hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa kelayan tentang hasil dan

manfaat bimbingan fisik bagi mereka:

“Waktu di Panti dulu, saya dapat bimbingan fisik seperti olah raga, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan dari petugas di sana. Manfaatnya bayak Mbak. Kondisi saya selama di sana baik, saya jarang sakit ,soalnya makannya teratur dan bergizi. Apalagi setiap minggunya diperiksa sama dokter. Jadi kalau ada yang sakit cepet ketahuan, kan WTS resiko keserang penyakit kelaminnya lumayan besar. Selain itu saya jadi bisa senam poco-poco. Saya juga mengerti sdikit-sdikit masalah gizi.” ( Wawancara dengan Nanik (bukan nama sebenarnya), tanggal 25 April 2009)

“Manfaatnya bimbingan fisik, ya...banyak Mbak, saya bisa sehat makannya teratur, bersih, jadi tau soal makanan bergizi. Dan yang kerasa banget badan saya jadi segeran karena rutin berolah raga. Terus badan saya juga selalu diperiksa dokter.” (Wawancara dengan Susi (bukan nama sebenarnya), tanggal 26 Maret 2009)

“Banyak banget manfaatnya, yaitu badan saya sehat terus, makannya terjamin meski kadang tidak sesuai selera. Saya jadi seneng olah raga, padahal dulu sama sekali ga suka,”

Page 93: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

78

(Wawancara dengan Nisa (bukan nama sebenarnya),tanggal 26 Maret 2009) Dari berbagai penuturan mereka dapat disimpulkan manfaat yang

diperoleh dari bimbingan fisik adalah badan selalu sehat, karena makannya

teratur dan bergizi, kondisi badan selalu diperiksa dokter, rutin berolahraga

sehingga jarang sakit. Selain itu mereka tahu dan mengerti tentang gizi dan

kesehatan.

Berdasarkan laporan kegiatan PKW “Wanita Utama”, untuk tiga tahun

terakhir diketahui ada 7 orang yang menderita sakit kelamin, dan sisanya

hanya penyakit ringan seperti batuk, demam flu, dan penyakit ringan lainnya.

Secara sederhana bentuk-bentuk kegiatan fisik, hasil dan manfaat yang

dirasakan kelayan dari kegiatan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3. 1 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Fisik, Hasil,

Kondisi Kelayan dan Manfaatnya

Hasil dan Kondisi kelayan Bentuk/ Jenis Kegiatan

Sebelum Program Sesudah Program

Manfaat

(1) (2) (3) (4) Olah raga · Jarang/ tidak olah

raga · Rutin olah raga · Rutin berolah raga

· Badan sehat Pemeriksaan kesehatan

· Kondisi fisik kurang baik

· Sering mengeluh sakit

· Jarang/ tidak pernah periksa

· Kondisi fisik baik · Tidak menderita

penyakit akut · Secara rutin

diperiksa

· Kelayan tidak saki-sakitan

· Penyakit cepat terdeteksi dan mendapat penanganan medis

Pemberian jatah makanan

· Makannya tidak teratur

· Makan teratur sehari 3 kali + snack

· Menu dikonsultasikan Dinas Kesehatan

· Kelayan sehat · Makan teratur · Jarang sakit

Penyuluhan tentang gizi dan kesehatan

· Kurang paham masalah gizi

· Tahu dan mengerti masalah gizi dan kesehatan

· Tahu dan mengerti tentang gizi dan kesehatan

Page 94: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

79

2. Bimbingan Mental

Kegiatan bimbingan mental terdiri dari: dinamika kelompok,

bimbingan perorangan, P4, pendidikan budi pekerti, serta pendidikan agama

dan BTA(Baca Tulis Al-Qur’an. Tujuan dari bimbingan ini adalah utuk

membimbing dan memperbaiki mental/ psikologis para kelayan,

meningkatkan semangat untuk tidak mudah menyerah oleh keadaan serta

mampu mengangkat harkat dan martabat diri mereka sendiri kepada

kehidupan yang lebih baik/ layak. Adanya bimbingan mental ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa permasalahan paling utama dan paling

sulit untuk diperbaiki dalam diri WTS adalah berkaitan dengan kondisi

mental. Dimana mental kebanyakan mereka telah terkondisi untuk

memperoleh uang dengan mudah tanpa harus bekerja keras atau secara

mudahnya mereka terbiasa untuk hidup malas. Mengingat akan hal itu maka

bimbingan mental teramat penting peranannya dalam mengembalikan mereka

ke arah yang benar. Secara nyata memang hasil dari bimbingan mental ini

tidak mudah dilihat. Karena disamping merupakan bagian dari pribadi orang,

juga setiap saat dapat berubah. Semua tergantung pada kesadaran diri pribadi

yang bersangkutan. Namun demikian perubahan ini setidaknya dapat dilihat

dari cara mereka berpakaian, beribadah, berbicara dan bertingkah laku. Seperti

yang dikemukakan oleh Bapak . Mustofa :

“Pembinaan mental bukan pekerjaan yang mudah, ini menyangkut kepribadian seseorang apalagi manusia kadang berubah-ubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil dari pembinaan mental ini memang sulit untuk dilihat karena yang tahu mereka sendiri. Tapi setidaknya itu bisa dilihat dari tingkah laku dia sehari-hari, cara berpakaian, cara bicara, sama intensitas ibadah dia”

Page 95: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

80

(Wawancara dengan Bapak Mustofa tanggal 26 Maret 2009)

Seperti kita ketahui ada banyak faktor yang menyebabkan seorang

wanita menjerumuskan dirinya sebagai wanita tuna susila. Untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi mereka (kelayan) terjun ke dunia

pelacur dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut ini :

“Saya sudah menikah Mbak, dah sembilan tahun malah. Semenjak krisis ekonomi keadaan rumah tangga saya kacau. Suami saya di PHK, sedangkan saya hanya pengangguran, sementara kebutuhan semakin meningkat, selain itu anak saya udah SD yang butuh biaya sekolah. Eh sudah miskin, malah suami saya kawin lagi dan jarang pulang lagi. Saya kesel, cemburu, marah ngeliat suami kayak gitu, akhirnya saya coba jadi pelacur, awalanya sih sedih tapi gimana lagi saya nggak bisa kerja apa-apa Mbak.”

(Wawancara dengan Ratna (bukan nama sebenarnya)n tanggal 24 November 2009)

Dari penuturan Ratna di atas dapat diketahui bahwa latar belakang ia

masuk ke dalam dunia pelacuran karena tekanan ekonomi, meskipun ternyata

faktor tersebut bukan menjadi penyebab satu-satunya ia terjun sebagai WTS.

Masih ada hal yang lain yaitu sakit hati terhadap sikap dan kelakuan suami

yang selingkuh.

Seorang kelayan lain yang bernama Arnita (bukan nama sebenarnya)

yang mengaku sudah tidak gadis lagi karena ketagihan bermain cinta,

menuturkan sebagai berikut:

“Saya jadi WTS karena coba-coba awalnya. Nggak tahu Mbak semenjak saya sudah menstruasi, saya pingin banget tidur sama laki-laki, pernah sih minta dikawinkan sama Bapak tapi dilarang karena waktu itu saya berumur 15 tahun. Ibu-ibu disini bilangnya saya ‘tegangan tinggi’ Mbak, susah sembuhnya, tapi ya namanya juga manusia ya Mbak, saya pengen normal juga, sampai akhirnya saya kena razia terus dimasukin ke Panti ini.” (Wawancara tanggal 24 November 2009)

Page 96: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

81

Penuturan Arnita yang jelas itu memperlihatkan bahwa latar belakang

ia terjun ke dunia pelacuran karena dia mengalami hyperseks.

Berbeda dengan Arnita, Silla (bukan nama sebenarnya) menuturkan

latar belakang ia terjun ke menjadi WTS karena sakit hati pada pacar:

“Saya dulu kuper (kurang pergaulan) Mbak, sekali punya pacar saya malah saya disakitin, saya pernah tidur sama dia Mbak untungnya saya nggak hamil, tapi beberapa bulan setelah itu dia mutusin saya karena saya nggak becus ngeladenin dia, dia malah nikah sama orang lain. Ngeliat itu saya sakit hati Mbak, akhirnya saya turun ke jalan pengen ngebuktiin kalau saya becus, di jalan pelanggan saya banyak Mbak, tapi untungnya sekarang saya udah insyaf Mbak.” (Wawancara tanggal 24 November 2009) Dari penuturan Silla tersebut, jelas diketahui bahwa gangguan

psikologis karena sakit hati sama pacar membuat Silla menjerumuskan diri ke

dunia pelacuran.

Satu lagi pengalaman hidup yang melatarbelakangi kelayan terjun

menjadi WTS dituturkan oleh Mawar (bukan nama sebenarnya) asal Jepara:

“Saya sudah pernah nikah dua kali lho Mbak, tapi anak saya meninggal waktu umur 8 bulan. Saya sudah jadi WTS selama 6 tahunan, mulanya saya jadi WTS karena lihat bapak dan ibuk bertengkar, terus cerai dan bapak kawin lagi. Keadaan ekonomi pas-pasan karena ibuk cuma bakul (pedagang) kecil di jalan raya. Ibuk kawin lagi sama laki-laki genit yang suka godain saya, saya kabur dari rumah karena nggak tahan sama ibuk dan bapak. Pertama sih diajak temen, katanya kerja gituan gampang asal berani saja, saya nyoba, sampai jadi profesional gini, untung saya ketangkep Mbak, kalau nggak mungkin saya nggak eling-eling (ingat-ingat) Mbak sama Gusti Alloh.” (Wawancara tanggal 25 November 2009) Perceraian orang tua, disusul pelecehan seksual dan bujukan temen

yang membuat Mawar merelakan kehidupannya yang wajar menjadi pelacur.

Page 97: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

82

Secara sederhana faktor/ motivasi yang melatarbelakangi kelayan

menjadi WTS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 2 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kelayan Menjadi WTS

No Latar belakang/ permasalahan Identifikasi (1) (2) (3) 1 Faktor Ekonomi · Krisis ekonomi (harga kebutuhan

meningkat) · Suami pengangguran · Terkena PHK

2 Gangguan Psikologi · Disakiti dan dendam dengan pacar · Disakiti, cemburu dan dendam pada

suami · Pelecehan seksual (diperkosa)

3 Lingkungan sosial · Diajak teman 4 Broken Home · Orang tua cerai 5 Hyperseks · Seks yang abnormal

Dari beberapa macam latar belakang tersebut, pihak PKW mempelajari

dan mengetahui pengaruhnya serta potensi yang dimiliki mereka. Dan

akhirnya menafsirkan seluruh kondisi dan menentukan rencana pemberian

pelayanan melalui treatment-treatment yaitu bimbingan mental, sosial, dan

latihan keterampilan, budi pekerti (kepribadian), integrasi masyarakat, dan

kamtibmas untuk mereka.

Mengingat betapa rapuhnya kondisi mental para kelayan dulunya maka

PKW kemudian menempatkan bimbingan mental sebagai bimbingan dengan

porsi yang cukup banyak pada awal bimbingan.

Materi yang diberikan untuk bimbingan budi pekerti yaitu mengenai:

pengertian tentang budi pekerti, ruang lingkup tata karma, berkomunikasi dan

prinsip-prinsip bertatakrama, hal-hal yang positif dan negatif dari pergaulan,

hal-hal yang simpatik dalam pergaulan, dan masih banyak materi lainnya lagi.

Page 98: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

83

Materi-materi tersebut yang diberikan memang bukan hal yang baru bagi

kelayan, tapi hal itu tetap diberikan untuk mengingatkan kelayan.

Untuk materi pendidikan agama dalam hal ini agama Islam, materinya

adalah mengenai: iman kepada Allah, thoharoh dan shalat, Islam di masa

modern dan kebutuhan tentang agama, fiqih dan thoharoh, Islam sebagai

agama universal, datangnya hari kiamat, arti taqwa secara syariat,

menghormati orana lain, tajwid dan metode membaca Al Qur’an, dan lain-

lain. Sementara untuk yang beragama Kristen,materinya meliputi: pengakuan

iman rosul, arti dosa, doa pribadi, doa bapa kami, doa yang dijawab Tuhan,

rintangan-rintangan doa, pertobatan,dan lain-lainnya.

Untuk materi P4 materinya meliputi: Pancasila sebagai pandangan

hidup bangsa, Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, proses lahirnya

UUD 1945, P4 dalam era globalisasi dan lain sebagainya.

Sementara untuk dinamika kelompok dan bimbingan perorangan ini

cenderung bersifat psikologis, materinya biasanya berupa permainan

membangkitkan solidaritas, latihan diskusi, motivasi dalam kelompok, dan

permainan membangkitkan suasana belajar. Beberapa kelayan sering datan

kepada petugas dan mengkonsultasikan beberapa masalahnya. Kedekatan

kelayan dan petugas membuat suasana kekeluargaan dapat tercipta.

Bimbingan mental yang diberikan kepada kelayan telah banyak

merubah diri kelayan. Para kelayan banyak yang sadar akan kekeliruannya di

masa lalu dan berniat tidak kembali lagi ke dunia pelacuran. Seperti penuturan

Mawar(bukan nama sebenarnya):

Page 99: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

84

“Sekarang saya mau insyaf, saya nggak bakalan balik lagi jadi pelacur, sudah cukup segini aja pengalaman pahit ini. Saya pengen normal, pengen nikah sama laki-laki yang baik-baik dan bantu-bantu suami dengan keterampilan yang saya peroleh ini.” (Wawancara dengan Mawar, tanggal 9 April 2009) Mengenai hasil dan manfaat yang diperoleh kelayan dari bimbingan

mental ini, berikut hasil wawancara dengan beberapa kelayan:

“Selama disini, saya benar-benar merasa beragama Mbak, shalat, ngaji, tahu sopan santun, tahu kalau yang saya lakukan dulu itu dosa besar. Ya sebenarnya dulu saya tahu itu dosa, tapi dulu saya nggak begitu perhatikan, yang penting uang. Bener-bener ini membuat saya insyaf Mbak, mudah-mudahan.” (Wawancara dengan Vinta (bukan nama sebenarnya) tanggal 9 April 2009)

“Akhirnya saya sadar dari masa lalu saya yang gelap dulu Mbak sekarang saya rajin shalat, ngaji, nggak berpakaian seksi lagi. Niatnya setelah keluar dari sini saya akan berjilbab, Insya Allah nggak akan kerja menjual diri lagi, sekarana bener-bener takut dosa” (Wawancara dengan Sari (bukan nama sebenarnya) tanggal 9 April 2009)

“Dulunya saya bener-bener kurang ajar Mbak, pas datang kemari nggak tahu sopan santun, menor, genit, pokoknya yang jelek-jelek deh, tapi alhamdulillah saya sadar dan tobat, apalagi terus-terusan diberi pelajaran agama, jadi semakin menjadi manusia yang baik dan normal” (Wawancara dengan Siska (bukan nama sebenarnya) tanggal 9 April 2009) Dari berbagai penuturan para kelayan tersebut, bimbingan mental ini

membuat mereka insyaf, sadar dan tobat dan tidak ingin kembali ke dunia

pelacuran lagi.

Secara sederhana bentuk-bentuk kegiatan Bimbingan Mental, hasil dan

manfaatnya dab perubahan kondisi kelayan dapat dilihat pada tabel 3. 2

berikut ini:

Page 100: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

85

Tabel 3. 3 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Mental, Hasil,

Kondisi Kelayan dan Manfaatnya

Hasil dan Kondisi kelayan Bentuk/ Jenis Kegiatan

Sebelum Program Sesudah Program

Manfaat

(1) (2) (3) (4) Dinamika kelompok

· Malas melakukan kerja rutin

· Egois

· Akrab · Solidaritas tinggi

· Meningkatkan rasa kekeluargaan

· Solidaritas tinggi Bimbingan perorangan

· Enggan konsultasi dengan petugas

· Mau berkonsultasi dengan petugas

· Masalah terungkap

· Mendapat saran Pendidikan agama

· Jarang/ tidak pernah beribadah

· Rutin beribadah · Antusias mengikuti

kegiatan agama

· Rutin beribadah (shalat, puasa, mengaji)

Baca Tulis Al Quran

· Jaranng/ tidak pernah membaca Al Quran

· Tidak bisa membaca Al Quran

· Rutin membaca Al Quran

· Bisa membaca Al Quran

· Kelayan dapat membaca Al Quran

Pendidikan budi pekerti

· Tingkah laku tidak sopan

· Bicara tidak sopan · Pakaian tidak sopan · Pemberontak · Melakukan profesi

sebagai WTS · Hidup malas, bebas,

dan tidak teratur

· Tingkah laku sopan · Bicara sopan · Pakaian sopan · Tidak pemberontak · Tidak lagi berprofesi

sebagai WTS · Hidup teratur

· Tahu etika dan sopan santun

· Berpakaian sopan · Bicara sopan · Berjilbab

P4 · Tidak paham P4 · Tidak paham P4 · Kurang mendapat manfaat

3. Bimbingan Sosial/ kemasyarakatan

Bimbingan sosial/ kemasyarakatan adalah bimbingan yang bertujuan

untuk mengarahkan para kelayan kepada tata kerukunan dan kebersamaan

hidup bermayarakat, sehingga dapat menimbulkan kesadaran tanggung jawab

sosial para kelayan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Materi pembinaan sosial meliputi materi pelajaran: kependudukan/

KB, pendidikan kesadaran hukum, pengetahuan transmigrasi/ lingkungan

Page 101: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

86

hidup, hubungan antar manusia, bimbingan sosial pencegahan AIDS,

pengetahuan PKK, kewiraswastaan dan kesenian.

Materi kesadaran hukum bertujuan menanamkan tanggung jawab dan

kewajiban kelayan sebagai warga negara Indonesia. Melalui materi ini juga,

kelayan diberi pengetahuan dan pengertian tentang peraturan-peraturan

perundangan yang telah mereka langgar sebagai akibat profesi sebagai WTS.

Tidak hanya itu, karena melalui pendidikan kesadaran hukum juga diajarkan

mengenai tugas, hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga masyarakat dan

warga negara. Sehingga diharapkan semua itu dapat menggugah kesadaran

para kelayan untuk berpikir lebih luas dan jauh kedepan, tidak hanya untuk

kepentingan sendiri tetapi kepentingan orang lain. (Disimpulkan dari hasil

wawancara dengan Bapak Mustofa, tanggal 11 Mei 2009).

Materi lain dari bimbingan sosial yaitu, materi pelajaran

kewiraswastaan. Materi ini bertujuan agar para kelayan mampu mengelola

usaha maupun penghasilan dari pekerjaan yang akan mereka tekuni nantinya.

Untuk materi bimbingan sosial pencegahan AIDS bertujuan

mengetahui secara lebih jauh mengenai resiko terserangnya penyakit ini maka

para kelayan melakukan tes pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan

mengingat beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa WTS mempunyai

resiko yang besar untuk terkena AIDS, sebab mereka melakukan hubungan

seks secara bebas.

Materi tata laksana rumah tangga dan PKK meliputi: pengertian tata

laksana rumah tangga, sumber-sumber pendapatan dalam rumah tangga,

Page 102: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

87

praktek memasak, tugas-tugas wanita, tata cara menata ruang dan masih

banyak lagi materi yang dberikan. Kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu PKK

dan Dharma Wanita dibantu petugas.

Kelayan juga mendapatkan bimbingan sosial/ kemasyarakatan

mengenai pengetahuan transmigrasi dan lingkungan hidup. Adapun materi

mereka terima mencakup: pengetahuan transmigrasi, jenis-jenis transmigrasi,

pelaksanaan transmigrasi, hak transmigrasi, pembinaan khusus bagi calon

transmigran, syarat-syarat-syarat untuk mengikuti transmigrasi transmigrasi

dan lain-lain.

Sementara materi mengenai KB dan kependudukan meliputi: arti KB,

tujuan KB, mengenal program KB, pengantar awal kependudukan,

perkembangan penduduk Indonaesia, cara-cara KB tradisional, jenis-jenis alat

kontrasepsi, dan lain-lainnya.

Kegiatan lainnya yang termasuk bimbingan sosial kemasyarakatan

adalah kesenian, pada materi ini kelayan diperkenalkan: tanda-tanda birama,

fungsi kesenian dalam kehidupan sehari-hari, kesenian sebagai hiburan untuk

menyalurkan bakat/ minat, kesenian utuk mempertahankan kebudayaan dan

kesenian untuk memupuk jiwa seni.

Hasil dan manfaat dari kegiatan tersebut telah dapat dirasakan oleh

kelayan, berikut penuturan dari seorang kelayan yang bernama Warni(bukan

nama sebenarnya):

“Bimbingan sosial ini memberi manfaat banyak buat saya, disamping keterampilan. Disini saya mulai mengerti bahwa ternyata hidup menjadi manusia itu ternyata banyak aturannya, tapi semua dapat membuat kita senang.”

Page 103: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

88

(Wawancara dengan Warni(bukan nama sebenarnya) tanggal 9 April 2009).

Sedangkan kelayan yang lain yang bernama Nanik (bukan nama

sebenarnya) menuturkan sebagai berikut:

“Pelajaran kemasyarakatan yang saya terima dulu di Panti benar-benar dapat saya rasakan sekarang Mbak, meskipun kadang masih ada yang menyindir saya karena dulu WTS, tapi saya sekarang tabah, itu akibat yang harus saya terima tapi saya bersyukur tidak seperti dulu lagi. Saya sekarang bantu-bantu tetangga saya di warung makan, kebetulan jurusan saya masak. Gotong royong juga saya sekarang suka.” (Wawancara dengan Nanik (bukan nama sebenarnya) tanggal 23 Mei 2009) Dari pengakuan dua kelayan di atas menunjukkan bahwa pembinaan

sosial terutama tentang hidup bermasyarakat sangat membantu mereka untuk

hidup di masyarakat. Disamping itu pelajaran bermasyarakat juga memberikan

mereka kesadaran bahwa hidup bermasyarakat harus dapat menyesuaikan diri

dan tidak boleh tersinggung. Lebih-lebih apabila individu tersebut telah

mendapat kesan yang negatif dari masyarakat.seperti mereka.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Panti, penerapan

kedisiplinan terhadap kelayan telah terlaksana dengan baik. Meskipun tidak

tertutup kenyataan bahwa masih ada satu dua kelayan yang masih harus

dipaksa atau diingatkann mengenai tugas dan tanggung jawab atau

kewajibannya Terutama dalam mengikuti pelajaran dalam kelas.

Tidak jauh berbeda dengan materi P4 dan budi pekerti beberapa

kelayan juga mengeluh merasa bosan dengan pelajaran yang isinya cuma

ceramah saja. Mereka menganggap materi-materi tersebut lebih cocok untuk

anak sekolahan. Seperti penuturan Mawar:

Page 104: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

89

“Saya berpikir apakah besok di luar PKW ini masyarakat mau menerima saya lagi dan saya bisa seperti yang saya harapkan, pelajaran-pelajaran seperti kamtibnas, kesadaran hukum, transmigrasi. Emang penting Mbak, tapi mendingan keterampilan yang nantinya bisa bener-bener dimanfaatkan. Pelajaran sekolahan bikin bosen Mbak ,bikin ngantuk.” (Wawancara dengan Mawar, tanggal 21 Agustus 2009) Secara sederhana bentuk-bentuk kegiatan, hasil, manfaat, dan

perubahan kondisi kelayan sebelum dan sesudah program bimbingan sosial

terngkum dalam tabel 3. 4 berikut ini:

Tabel 3. 4 Bentuk-bentuk Kegiatan Bimbingan Sosial, Hasil,

Kondisi Kelayan dan Manfaatnya

Hasil dan Kondisi kelayan Bentuk/ Jenis Kegiatan

Sebelum Program Sesudah Program

Manfaat

(1) (2) (3) (4) Keluarga Berencana

· Belum paham · Sedikit paham · Mengetahui cara KB yang benar

Kesadaran Hukum/ Kamtibmas/ kedisiplinan

· Tidak disiplin · Disiplin · Hidup disiplin (bangun jam 4.30, mengerjakan tugas rutin,dll)

Transmigrasi · Tidak paham · Tidak paham · Kurang bermanfaat Hubungan antar manusia

· Sulit berinteraksi · Berusaha berinteraksi

· Sadar interaksi dan adaptasi dengan masyarakat cukup sulit

Pencegahan AIDS · Belum paham · Sedikit paham · Tahu AIDS dan akibatnya

PKK · Belum paham · Sedikit paham · Menerapkan pengetahuan PKK khususnya yang berupa keterampilan

Kewirausahaan · Belum paham · Sedikit paham · Tahu cara berwirausaha yang benar dan menguntungkan

kesenian · Bisa menyanyi tapi asal

· Bisa menyanyi dengan benar

· Bisa menyanyi dan menggunakan tape karaoke

· Teori kesenian kurang bermanfaat, sulit dipahami

Page 105: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

90

4. Bimbingan Keterampilan

Bimbingan yang diberikan meliputi menjahit/ tata busana, memasak/

tata boga, salon/tata rias, dan keterampilan lainnya seperti keterampilan

tangan, membatik, menyulam, membordir, mandi lulur, rias penganten dan

home industri. Adapun tujuan pemberian keterampilan ini agar kelayan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga pada akhirnya mereka

dapat membuka usaha sendiri dari keterampilan yang dimilikinya atau sebagai

bekal untuk mencari pekerjaan dalam upaya mewujudkan kemandirian dalam

hidup bermasyarakat.

Untuk jenis keterampilan memasak yang diberikan adalah meliputi:

praktek membuat putu ayu,tahu broseri, misoa mahkota, klepon, agar-agar ubi,

stick cumi-cumi, tahu telur, donat, tahu lapis, semar mendem, bolu zebra,

carang gesing, bolu sakura, cake roti tawar, wedang ronde,dan lain-lainnya.

Untuk keterampilan menjahit materi yang diberikan: pengetahuan

dasar mesin dan cara-cara menjahit, evaluasi dasar menjahit, pengambilan

ukuran pakaian, macam-macam ukuran, menggambar pola dasar wanita,

menggambar macam-macam lengan dan kerah, menggambar pola rok,

menggambar pola blus, menjahit rompi, dan lain-lain.

Untuk kap salon, materi yang diberikan meliputi: pengertian dan

pengenalan alat, praktek memotong rambut, praktek pembagian rambut dan

cara membuat lulur tradisional, praktek sanggul jawa, praktek make up,

Page 106: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

91

praktek semir rambut, teori dan praktek facial, praktek semir rambut, praktek

creambath, praktek pangkas dasar,dan lain-lain.

Sedangkan untuk materi keterampilan-keterampilan lainnya

dipaparkan sebagai berikut:

· Mandi lulur

Materinya: teori mandi lulur, bahan-bahan untuk membuat lulur, praktek

membuat lulur dan praktek mandi lulur.

· Rias pengantin

Materinya: teori tentang tata rias penganten, teori dan praktek

menggambar paes pengantin, teori dan praktek merias wajah dan

menyanggul dan teori dan praktek memakai pidih.

· Menyulam

Materinya: teori dan praktek dasar menyulam, teori macam-macam tusuk

hias, praktek dasar oplikasi, teori dan praktek menyulam taplak meja,dan

lain-lain

· Keterampilan tangan:

Materinya: membuat tas dari benang filamine, praktek membuat dompet

dari benang nilon, praktek memasang dasi, membuat keset, membuat alas

gelas/ tatakan dan lain-lain.

· Membatik

Materinya: teori singkat sejarah singkat batik, istilah-istilah batik,

pembatikan pola kembang, peralatan membatik, bahan-bahan untuk

membatik, pencelupan warna dasar, dan lain-lain.

Page 107: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

92

· Bordir

Materinya: pengenalan alat border, membuat dasar-dasar border, dan

membordir.

Setelah kelayan dianggap memahami dan menguasai keterampilan

tersebut, nantinya kelayan akan melakukan praktek belajar kerja (PBK). PBK

ini dilakukan dengan kerja sama instansi lain yang terkait, dengan sistem

magang. Beberapa tempat yang dijadikan tempat PBK kelayan antara lain PT.

Batik Danar Hadi untuk jurusan menjahit, salon Pasifik Makamhaji dan kios

kerja PKW untuk jurusan salon dan untuk jurusan memasak PBK menerima

pesanan serta membuat aneka makanan kecil untuk dititipkan di kantin dan

warung-warung depan panti sendiri. (Disimpulkan dari wawancara dengan

Bapak Mustofa, Ibu Anik T, dan Ibu Endang pada tanggal 11 Mei 2009))

Menurut penuturan beberapa kelayan bimbingan keterampilan ini telah

memberikan manfaat yang besar bagi mereka. Berikut penuturan beberapa

kelayan tentang hasil dan manfaat dari bimbingan tersebut:

“Sebenarnya sebelum saya masuk sini, saya sudah bisa sedikit cara menjahit, tapi masalah potong memotong pola dan bikinnya yang susah. tapi setelah di sini saya mulai bisa Mbak, jahitan saya rapi banget.”

(Wawancara dengan Ira, tanggal 13 Agustus 2009)

“Sebelum ke sini saya belum bisa apa-apa, makanya dulu saya jadi WTS, tapi sekarang saya sedikit-sedikit bisa bikin keterampilan. Bisa bikin bunga dari plastik, bikin figura, bikin tali rambut, terutama potong rambut dan rias muka. Saya pingin buka salon kecil-kecilan setelah keluar dari sini Mbak.”

( Wawancara dengan Ratna,tanggal 19 Agustus 2009)

“ Saya merasakan setelah disini saya sekarang bisa membuat bermacam-macam kue, kalau sayur bening dari dulu juga bisa, tapi

Page 108: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

93

kalau kue kan masih bener baru buat saya Mbak. Niatnya setelah keluar dai sini saya pengin jualan aja, mudah-mudahan ada modalnya.” ( Wawancara dengan Santi, tanggal 19 Agustus 2009) Dari penuturan-penuturan di atas kita dapat melihat bahwa pada

umumnya para kelayan menguasai keterampilan yang diberikan, walaupun

tidak maksimal, namun sedikitnya kelayan telah memahami dan menguasai

keterampilan tersebut untuk dimanfaatkan kelak di masyarakat.

Secara sederhana bentuk-bentuk kegiatan bimbingan keterampilan,

hasil, kondisi kelayan dan manfaatnya dapat dilihat pada tabel 3. 5:

Tabel 3. 5 Bentuk-Bentuk Kegiatan Bimbingan Keterampilan Hasil,

Kondisi dan Manfaatnya

Hasil dan Kondisi kelayan Bentuk/ Jenis Kegiatan

Sebelum Program Sesudah Program

Manfaat

(1) (2) (3) (4) Memasak · Bisa sedikit

memasak tapi tidak terampil

· Bisa memasak dan terampil

· Dapat membuat aneka macam masakan dan kue.

· Menjualnya di warung dan kios kerja

· Menambah penghasilan

Menjahit · Tidak terampil · Terampil · Dapat menjahit · Membantu kelayan

lain menjahitkan baju

Kap salon · Belum bisa · bisa · Bisa memotong rambut

· Bisa praktek sanggul · Bisa memake up,dll

Mandi lulur · Tidak bisa · Bisa · Tahu bahan membuat lulur dan membuatnya

· Bisa praktek mandi lulur

Rias penganten · Tidak bisa · Bisa · Bisa merias wajah penganten

· Dapat menambah

Page 109: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

94

penghasilan Menyulam · Tidak bisa · Bisa · Bisa menyulam

· Dapat menambah penghasilan

Membatik · Tidak bisa · Bisa · Bisa membatik Bordir · Tidak bisa · Bisa · Bisa membordir

· Bisa menambah penghasilan

C. Keefektifan Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial di PKW “Wanita Utama” Untuk mengetahui efektif tidaknya program pembinaan eks WTS

melalui rehabilitasi sosial di PKW “Wanita Utama” Surakarta, penelitian ini

menggunakan indikator: waktu pencapaian, pengaruh yang diinginkan, dan

komunikasi yang terbuka.

Berikut Uraiannya:

1 Waktu Pencapaian

Waktu yang diperlukan untuk proses pembinaan di PKW “Wanita

Utama” Surakarta ini sekitar 6 (enam) bulan. Dalam kurun waktu tersebut

para kelayan harus mengikuti semua kegiatan bimbingan yang PKW sudah

tentukan. Waktu sekitar 6 (enam) bulan ini sudah dirasa cukup untuk

menguasai semua materi dari semua bimbingan. Mengingat materi sudah

terjadwal dan terperinci pembagian jam latihannya. Selain itu

pengasramaan kelayan turut mendukung pencapaian waktunya. Lain

halnya bila mereka tidak di asramakan, pasti akan memakan waktu yang

lama. (Disimpulkan dari wawancara Bapak Istanto, selaku Kepala PKW

“Wanita Utama”, tanggal 20 Agustus 2009)

Page 110: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

95

Berikut adalah pembagian jumlah latihan masing-masing

kelompok materi pembinaan selama 6 bulan secara terperinci adalah :

1. Bimbingan Fisik

a. Olah raga : 40 jam latihan/ bimbingan

b. Pemeriksaan badan : 40 jam latihan/ bimbingan

c. Penyuluhan gizi dan kesehatan : 40 jam latihan/ bimbingan

Jumlah : 120 jam latihan/ bimbingan

2. Bimbingan Mental/ Psikologi

a. Dinamika kelompok : 40 jam latihan/ bimbingan

b. Bimbingan perorangan : 40 jam latihan/ bimbingan

c. P4 : 40 jam latihan/ bimbingan

d. Pendidikan agama : 160 jam latihan/ bimbingan

e. Baca Tulis Al Quran : 40 jam latihan/ bimbingan

Jumlah 320 jam latihan/ bimbingan

3. Bimbingan Sosial/ Kemasyarakatan

a. Kependudukan/ KB : 12 jam latihan/ bimbingan

b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat : 28 jam latihan/ bimbingan

c. Pendidikan kesadaran hukum : 40 jam latihan/ bimbingan

d. Pengetahuan PKK : 40 jam latihan/ bimbingan

e. Human Relation : 12 jam latihan/ bimbingan

f. Bimbingan sosial pencegahan AIDS : 40 jam latihan/ bimbingan

Jumlah 172 jam latihan/ bimbingan

Page 111: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

96

4. Bimbingan Keterampilan

a. Menjahit : 160 jam latihan/ bimbingan

b. Salon : 160 jam latihan/ bimbingan

c. Memasak : 160 jam latihan/ bimbingan

d. Keterampilan lainnya : 444 jam latihan/ bimbingan

Jumlah 924 jam latihan/ bimbingan

Keterangan : 1jam latihan/ bimbingan = 45 menit

Dalam waktu enam bulan itu para kelayan sebagian besar sudah

bisa memahami dan menguasai bimbingan-bimbingan yang Panti berikan.

seperti penuturan-penuturan beberapa kelayan berikut ini:

“Saya selama enam bulan di sini, sudah banyak menerima bimbingan dan pelatihan Mbak, yaitu fisik, mental, sosial, macam-macam keterampilan dan bahkan magang.” (Wawancara dengan Ratih (bukan nama sebenarnya), tanggal 29 November 2009)

“Waktunya cukup banget Mbak, bahkan selama lima bulan aja saya dah dapat semua bimbingan, itu karena semua terjadwal dari dan kami harus mengikutinya bahkan sampai malam.” (Wawancara dengan Siti (bukan nama sebenarnya), tanggal 29 November 2009)

Dari penuturan-penuturan tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu

yang diperlukan selama enam bulan itu kelayan sudah mendapatkan

semua bimbingan yang diberikan oleh Panti, sehingga dapat dikatakan

proses pembinaan tersebut berjalan efektif.

2 Tingkat pengaruh yang diinginkan

Indikator yang kedua ini mempunyai maksud apakah selama

kelayan mengikuti semua bimbingan yang diberikan dapat mempengaruhi

Page 112: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

97

kelayan untuk berubah menjadi seperti yang diinginkan pihak Panti,

tentunya seperti yang menjadi tujuan program pembinaan rehabilitasi

sosial. Berikut adalah efektifitas pembinaan dilihat dari tujuan program:

a. Kelayan tidak ada niat dan tidak lagi menjalani profesi sebagai WTS

Program pembinaan rehabilitasi sosial ini dapat efektif manakala

kelayan yang telah dibina tidak kembali lagi ke dunia pelacuran dan dapat

hidup di masyarakat secara wajar dan memperoleh pekerjaan yang layak

atau paling tidak kelayan sudah tidak mempunyai niat untuk kembali

menjadi wanita tuna susila. Seperti pernyataan Drs. Mustofa berikut ini :

“Program juga dipandang efektif, kalau kelayan yang dibina di sini tidak lagi jadi WTS lagi, atau paling tidak mereka sudah tidak lagi punya niat kembali menjadi WTS lagi, kami memang cukup sulit untuk memantau itu, apalagi kelayan kan tidak seluruhnya datang dari Solo, dari banyak daerah Jateng ini. Kalaupun ada yang kembali paling hanya sekitar 3 % saja. Kami jarang bahkan hampir tak pernah menerima kembali kelayan yang sudah dibina kemudian dikembalikan lagi, program ini cukup efektif kok Mbak” (Wawancara tanggal 3 Desember 2009)

Untuk mengetahui keberhasilan program ini dilihat dari kembali atau

tidaknya kelayan ke dunia pelacuran. Kita dapat melihatnya dari beberapa

kasus yaitu : kehidupan Nanik, Santi, dan Ratih yang bekas kelayan

angkatan I tahun 2009. Mereka memutuskan untuk mengembalikan hidup

mereka yang kotor karena berprofesi sebagai pelacur ke kehidupan yang

wajar yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Berikut penuturan

ketiga kelayan tersebut:

“Dulu saya memang pelacur Mbak, tetapi itu dulu sekarang saya sudah jadi orang yang bener-bener, saya insyaf Mbak. Masak sudah capek-capek ngikutin rehabilitasi di Panti saya masih ngelacur, malu

Page 113: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

98

dong Mbak, lagian saya sadar kok kalau perbuatan saya itu salah. Pendidikan Agama yang diajarkan disana sadah menyadarkan saya.” (Wawancara dengan Nanik, tanggal 23 November 2009)

“Siapa yang mau jadi WTS tho Mbak, wong itu juga kepaksa, tapi untungnya saya bias insyaf, kalau enggak ketangkep razia dulu, terus kalau enggak dimasukin ke PKW ini mungkin saya masih jadi WTS, ada hikmahnya Mbak.” (Wawancara dengan Santi, tanggal 24 November 2009)

“Sekarang saya sudah nikah, punya suami yang bener, punya anak jangan sampai saya balik jadi WTS, enggak enak Mbak. Saya sudah bisa bantu-bantu suami, nih nerima potong rambut, meskipun enggak banyak tapi kan halal.” (Wawancara dengan Ratih tanggal 30 November 2009)

Tidak jauh berbeda dengan pernyataan tiga mantan kelayan di atas,

beberapa kelayan angkatan II 2009 yang baru saja dilepas oleh PKW

“Wanita Utama” pada tanggal 26 Desember 2009 pun menuturkan hal

yang sama, mereka berniat untuk insyaf dan tidak kembali lagi menjadi

WTS. Berikut hasil wawancara dengan mereka:

“Saya seneng sekali Mbak, bisa shalat bareng-bareng. Apalagi bareng sama masyarakat di sini, mudah-mudahan saya bisa begini terus. Apalagi tadi imamnya bilang kalau bulan puasa semua dosa kita bisa diampuni, saya pengen Allah juga ngampuni saya, Mbak.”

( Wawancara dengan Melati tanggal 26 November 2009)

“Mulai sekarang saya mau insyaf, saya enggak bakalan balik lagi jadi pelacur, sudah cukup segini aja pengalaman pahit ini. Saya pengin normal, pingin nikah sam laki-laki yang baik-baik dan bantu-bantu suami dengan keterampilam yang saya peroleh.”

(Wawancara dengan Mawar tanggal 26 November 2009)

“Mbak tanggal 26 Desember 2009 besok, saya dan temen-temen disini boleh keluar dari PKW, mudah-mudahan keluar dari sini saya tidak kembali menjadi WTS lagi, doain ya Mbak.” (Wawancara dengan Citra tanggal 26 November 2009)

Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa dalam beberapa

kasus kelayan tidak lagi menekuni profesi sebagai WTS (Nanik, Santi dan

Page 114: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

99

Ratih) dan kelayan lainnya yang dibina pada tahun 2009 berniat untuk

tidak kembali lagi menjadi WTS. Keinginan untuk tidak menjadi WTS

tersebut dibuktikan dengan perubahan tingkah laku, cara bicara, cara

berpakaian, rutinitas dan intensifitas melakukan ibadah dan juga

keseriusan mereka dalam menjalankan program.

b. Kelayan mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat, bertingkah

laku dan bersikap wajar sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku

Dalam indikator keberhasilan ini, penulis membaginya kedalam tiga

kategori, yaitu:

1) Kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan sesama kelayan

Mengenai interaksi dan proses adaptasi diantara sesama kelayan, rata-

rata kelayan tidak mengalami kesulitan, sebab kelayan dalam satu lokasi

yang sama, yaitu di asrama PKW “ Wanita Utama” Surakarta. Meskipun

dalam pembagian kamar dan pelaksanakan keterampilan mereka

dikelompok-kelompokkan tetapi mereka tetap akrab. Sebab kemampuan

bergaul mereka cukup tinggi. Oleh karena itu mereka sudah mengenal satu

sama lain dan terbiasa berinteraksi. Apalagi hampir seluruh kegiatan-

kegiatan pembinaanpun dilakukan bersama-sama. Seperti dikemukakan

Ibu Anik T :

“Mereka cukup akrab, kami menanamkan rasa kekeluargaan diantara mereka dan pada dasarnya mereka mudah bergaul kok, makanya proses interaksi dan adaptasi antara sesama kelayan tidak begitu sulit.” (Wawancara tanggal 27 November 2009)

Page 115: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

100

Beberapa kasus memang pernah terjadi salah seorang kelayan

bertengkar dengan kelayan lainnya. Namun demikian hal tersebut sangat

jarang terjadi, kalaupun terjadi pihak PKW dan kelayan lainnya tidak

bakal berdiam diri. Mereka selalu mengingatkan antara satu dengan yang

lainnya.

“Pernah saya bertengkar dengan yang lain, biasa salah paham, saya waktu itu tersinggung karena dikatakan macam-macam. Itu terjadi waktu makan, saking marahnya saya lempar piring sama gelas saya, tapi enggak kena. Untung waktu itu ada temen-temen yang melerai dan ibu-ibu di sini. Saya dan temen saya itu kemudian dinasehatin dan sekarang dah baikan kok Mbak, pokoknya kita saling mengingatkan, wong sama-sama kelayan kok.”

( Wawancara dengan Wati tanggal 23 November 2009) Keakraban lainnyapun dapat dilihat ketika kelayan dilepas oleh PKW

“Wanita Utama” Surakarta pada tanggal 26 Desember 2009. Mereka

saling berpelukan dan tidak sedikit yang mengucurkan air mata. Ada

kesedihan terpancar dimata mereka, dan itupun dituturkan Anita yang

berasal dari Semarang.

“Saya sedih Mbak, harus pisah sama temen-temen, kami disini seperti sudah saudara sendiri, sama-sama satu nasib memiliki masa lalu yang buruk.”

(Wawancara tanggal 26 Desember 2009)

2) Kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan petugas

Berkaitan dengan interaksi antara kelayan dengan para petugas pada

saat program berjalan dapat dikatakan sangat memuaskan. Meskipun pada

saat pertama kali kelayan datang, para kelayan sering marah-marah dan

memaki-maki petugas. Mungkin mereka merasa diatur-atur dan di awasi.

Berikut penuturan petugas di bagian penyantunan :

Page 116: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

101

`“Pertama mereka datang, mereka terkesan, mereka terkesan jorok, tidak sopan, tidak punya etika, pakaiannya seronok, make upnya tebal, genit dan pemarah. Awalnya 0-1 bulan mereka memberontak, mungkin karena terbiasa hidup bebas dan tidak diatur-atur, kerjanya marah-marah, maki-maki pada petugas dan seperti itulah.”

(Wawancara dengan Ibu Endang tanggal 4 April 2009)

Hal serupa pun dikemukakan oleh Ibu Ani T :

“Betul Mbak, pas pertama mereka kesini mereka nggak sopan, nggak punya etika, nggak punya malu, nggak takut, malah terkesan genit. Ada yang marah-marah, memberontak, dan maki-maki petugas.”

(Wawancara tanggal 4 April 2009) Dua peristiwa yang dituturkan kedua petugas tadi terjadi ketika

pertama kelayan datang, tetapi setelah lama mereka bergaul dengan

petugasm mereka bahkan menganggap para petugas seperti keluarga

sendiri. Hal ini terlihat penulis sendiri ketika seorang kelayan dengan

manjanya meminta pembalut wanita kepada Ibu Ani T. dan terakhir

penulis lihat sendiri ketika mereka dilepas dari PKW untuk dikembalikan

ke daerah masing-masing. Intinya proses interaksi dan adaptasi kelayan

dengan petugas tidak terlalu banyak kendala dan berjalan dengan sangat

memuaskan.

3) Kemampuan berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar

Sementara itu berkaitan dengan interaksi dan adaptasi dengan

masyarakat sekitar baik pada saat program berjalan maupun pasca

program nampaknya kurang memuaskan. Sebagian masyarakat terlanjur

melekatkan stereotif negatif kepada kelayan sebagai sampah masyarakat,

akibatnya beberapa kelayan enggan dan memilih untuk tidak berinteraksi

Page 117: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

102

dan beradaptasi dengan mereka. Seperti penuturan salah seorang bekas

kelayan tahun 2007 yang penulis temui di salon “Maria”depan PKW “

Wanita Utama” tempat dia bekerja:

“Waktu saya tinggal di PKW sama sekarang tempat saya tinggal, sikap masyarakat pada saya tetap aja kadang negatif, kurang suka kayaknya. Dulu waktu saya masih di Panti, pernah saya jalan-jalan di sekitar Panti digodain orang-orang sekitar situ, mereka bilang gini ‘Mbak, ntar malem ya…biasa’. Kesel juga sih, tapi mau diapakan wajar merekas seperti itu. Sudah terlanjur jelek, makanya terus saya malas buat ngobrol sama masyarakat.”

(Wawancara dengan Nanik tanggal 26 Desember 2009) Hal serupa dikemukakan juga oleh Melati :

“Ya, memang ada masyarakat yang juga baik kok Mbak sama kita, seperti yang suka tarawih sama kuliah Subuh di sini, mereka mau ngajak ngobrol meskipun seperlunya, tapi kayaknya sebagian besar sungkan dan enggan. Mungkin mereka gimana gitu sama kita.”

(Wawancara tanggal 26 November 2009)

Kurang memuaskannya interaksi dan adaptasi para kelayan dengan

masyarakat memang tidak dipungkiri oleh Sartini (bukan nama

sebenarnya) salah seorang masyarakat sekitar yang tinggal depan PKW

“Wanita Utama” Surakarta.

“Disamping mereka (kelayan) jarang keluar dari Panti, ya kami emang ngerasa gimana ya, apalagi tempat ini kan sudah dikenal dengan sebutan wangkung, jadi kami ya kurang akrab. Tapi mereka sering kok maen volley sama masyarakat sini. Mungkin tergantung masyarakatnya aja. Ada yang ngerasa nggak apa-apa ada yang enggan juga”

( Wawancara tanggal 26 Desember 2009) Kekurangakraban antara kelayan dengan masyarakat sekitar, memang

cukup beralasan. Kelayan tidak tahu dan tidak kenal dengan masyarakat

sekitar Panti. Selain itu masyarakat sudah terlanjur melekatkan asumsi

Page 118: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

103

negatif pada mereka meskipun sebenarnya mereka telah berusaha besar

untuk terbebas dari hal negatif tersebut. Disamping itu ada peraturan yang

tidak memperbolehkan setiap kelayan keluar masuk panti dengan

sesukanya. Ketidakbebasan para kelayan untuk keluar masuk panti ini

didasarkan pada pengalaman yang pernah bahkan sering terjadi bahwa

mereka yang meminta ijin untuk keluar (seringnya alasan untuk belanja

atau membeli makanan) sering menggunakan kesempatan ijin yang

diberikan untuk meninggalakan Panti dan tidak kembali lagi (kabur).

Kejadian tersebut terutama terjadi pada awal masa rehabilitasi, untuk itu

Panti memberikan pengawasan yang sangat ketat terhadap kelayan yang

ingin minta ijin keluar Panti (disimpulkan dari wawancara dengan Ibu

Endang dan Ibu Ani T tanggal 4 April 2009).

Untuk mengatasi kesulitan kelayan mengadakan hubungan interaksi

dengan masyarakat sekitar, dilakukan beberapa kegiatan sebagai usaha

melakukan resosialisasi oleh PKW, misalnya dengan mengadakan

pertandingan bola volley bersama, tarawih bersama, kuliah subuh

bersama, dan buka bersama.

c. Kelayan memahami, menguasai dan memanfaatkan keterampilan yang

diperoleh

Keberhasilan pemberian materi pelatihan keterampilan dapat dilihat

apabila kelayan mampu memahami, menguasai dan memanfaatkan

keterampilan tersebut, minimal untuk dirinya lebih jauh untuk

Page 119: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

104

kehidupannya di masyarakat. Hal tersebut seoerti diungkapakan oleh Drs.

Mustofa sebagai berikut:

“Mengenai keberhasilan program keterampilan, ini sangat mudah dilihat dari kemampuan kelayan untuk memahami, menguasai, dan memanfaatkan keterampilan yang telah diperolehnya. Dan menurut pengamatan kami kelihatannya materi bimbingan keterampilan ini mudah diterima kelayan, pasalnya kelayan bisa langsung mempraktekkan ilmunya itu. Yang masak bisa masak, yang jahit bisa jahit, yang salon bisa motong rambut dan merias. Kelayan biasanya senang kalau sudah mempraktekkanya. Kelayan dinilai memahami dan menguasai keterampilan bisa dilihat dari produk jadinya. Kalau yang masak dari hasil masakannya, yang jahit dari jahitannya, yang salon dari hasil make-upannya misalnya. Semakin banyak kelayan menguasai keterampilan itu maka program ini boleh dinilai telah berhasil, meskipun dalam pemanfaatanya di lapangan ketika keluar dari sini tidak dapat dinilai 100 % dimanfaatkan, tergantung modal dan kesempatan apalagi penerimaan masyarakat kepada mereka.”

( Wawancara tanggal 29 November 2009)

Pernyataan serupa pun dijelaskan oleh Ibu Endang, salah seorang

petugas petugas dibagian penyantunan, sebagai berikut:

“Penguasaan keterampilan memang merupakan salah satu indikator keberhasilan materi ini. Apabila kelayan sudah menguasai keterampilan itu dengan sungguh-sungguh, maka kelayan akan dengan mudah memanfaatkan keterampilan tersebut untuk hidupnya, minimal mungkin untuk dirinya dan keluarganya, maksimal untuk mencari kerja dilapangan kerja nanti. Seperti kelayan di kelompok dua itu lho Mbak, yang namanya Santi (bukan nama sebenarnya) dia sudah mahir sekali membuat prol tape, hasilnya baik dan rasanya cukup enak. Ibu-ibu di sini sering menyuruhnya membuat prol tape, bahannya sudah disediakan dia yang mengerjakan dan nantinya suka dikasih uang jasa lah. Inilah indikator keberhasilan program lho, Mbak.” (Wawancara tanggal 4 Desember 2009)

Dari dua pernyataan tersebut jelas terlihat bahwa penguasaan

kelayan terhadap materi keterampilan adalah salah satu indikator untuk

menilai keberhasilan program. Dan untuk melihat sejauhmana kelayan

Page 120: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

105

dapat memahami, menguasai dan memanfaatkan keterampilan tersebut

dapat dilihat dari produk jadinya.

Untuk mengetahui sejauh mana para kelayan memahami, menguasai,

dan memanfaatkan materi keterampilan yang diperolehnya. Berikut ini

penuturan salah seorang kelayan bernama Ira yang memberikan

pengakuan sebagai berikut:

“Sebenarnya sebelum saya masuk sini, saya udah bisa jahit sedikit-sedikit. Cuma urusan motong dan bikin pola yang sedikit susah. Tapi sekarang setelah saya mengikuti program ini, saya sudah lancer bikin pola, misalnya cara ngukur panjang tangan, krah, panjang badan, dan besar badan saya sudah bisa.” ( Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)

Sebuah pengakuan yang hampir sama juga diungkapkan oleh

seorang kelayan bernama Wita yang mengambil jurusan memasak, sebagai

berikut:

“Saya merasa disini saya bisa mengerjakan pekerjaan yang berguna. Saya jadi bisa memasak Mbak. Selain bisa masak sayur, saya sekarang bisa membuat kue seperti: arem-arem, carang gesing, sus vanilla, bolu zebra dan lain-lain. Pokoknya banyak banget. Saya seneng kalau hasilnya bagus kayak bulan kemaren, kuenya enak saya enggak nyangka. Prakteknya sih rame-rame, tapi puas kalau hasilnya bagus, pengennya sih saya bisa jualan kue kalau keluar besuk dari sini.”

(Wawancara tanggal 14 Agustus 2009)

Penuturan serupa dikemukakan oleh oleh Ayu , seorang kelayan

yang mengambil jurusan menjahit, sebagai berikut:

“Selain saya belajar jadi manusia yang bener, insyaf dan jadi wanita baik-baik, disini saya juga belajar jahit. Kalau disuruh membuat baju atau rok, saya belum lancar banget, tapi kalau disuruh memperbaiki rok, mengecilkan baju saya sering disuruh temen-temen Mbak.Kata temen-temen jahitan saya lumayan rapi.” (Wawancara tanggal 15 Agustus 2009)

Page 121: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

106

Menyinggung soal pemanfaatan keterampilan tersebut untuk menjadi

bekal dalam membuka usaha sendiri atau menjadi bekal dalam mencari

pekerjaan di lapangan kerja, memang belum sepenuhnya dapat terlihat.

Mereka hanya bisa berharap setelah keluar dari PKW bisa mendapatkan

pekerjaan yang layak dan menggunakan keterampilan itu sebagai

modalnya.Bagaimanapun modal, kesempatan dan penerimaan masyarakat

akan ikut menentukan keberhasilan program ini, seperti penuturan Ibu

Endang :

“Para kelayan ini bisa memanfaatkan keterampilan di lapangan kerja memang sangat tergantung pada beberapa hal, seperti: modal, kesempatan dan penerimaan masyarakat, karena kadang masyarakat masih sering mencemooh mereka dan tidak mau menghargai hasil karya mereka.” (Wawancara dengan Ibu Endang, tanggal 15 November 2009)

Untuk membuktikan penuturan Ibu Endang tersebut, ternyata

beberapa kelayan menyatakan hal yang sama. Modal, penerimaan

masyarakat dan kesempatan sangat menentukan tindak lanjut dari

bimbingan keterampilan. Seperti penuturan beberapa kelayan berikut ini:

“Pengennya setelah keluar dari sini, saya tidak jadi WTS lagi. Saya mau cari kerja yang bener Mbak. Kalau bisa sih pengin terima pesanan kue-kue gitu, tapi masalahnya saya nggak punya modal besar. Terus takut masyarakat nggak percaya dengan hasil karya saya.” (Wawancara dengan Warni tanggal 15 November 2009)

“Ya ampun Mbak, buka salon lumayan besar, modalnya dari mana, ini aja saya dah bersyukur. Pertama kali motong rambut, tetangga saya nggak percaya kalau saya bisa motong rambut. Yang penting saya sudah insyaf deh Mbak.” (Wawancara dengan Vera tanggal 1 November 2009)

Dari laporan bagian penyaluran tahun 2007-2009 kelayan sebagian

besar dikembalikan kepada keluarga dan suami mereka masing-masing.

Page 122: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

107

Hanya sedikit yang bisa dibantu PKW dalam mencari pekerjaan. Pada

tahun 2007 ada tiga orang , tahun 2008 ada dua orang, tahun 2009 ada dua

orang. Mereka dicarikan kerja karena melihat prestasi dan hasil

keterampilan mereka juga dilihat dari kemampuan keluarga. Tapi

sayangnya ada dua kelayan yang dicarikan pekerjaan tapi kemudian tidak

dimanfaatkannya, alasannya karena tempatnya di Surakarta sedangkan dia

dari luar kota dan tidak adanya kecocokan rekan kerja. (Disimpulkan dari

hasil wawancara dengan Drs. Mustofa pada tanggal 26 Desember 2009).

Program bimbingan keterampilan ini boleh dinilai cikup berhasil dan

cukup efektif, beberapa kelayan yang diwawancarai menyatakan

memahami dan menguasai keterampilan. Bahkan ada yang sanggup

memanfaatkannya untuk menjadi bekal mereka mencari uang. Berikut ini

penuturan mereka saat diwawancara:

”Karena dulu jurusan yang saya ambil salon, ya saya sekarang terima potong rambut, lumayan sih. Kadang ada juga yang menyuruh saya make up, tapi kebanyakan yang potong rambut. Tempatnya ya di sini, sederhan saja, maklum kecil-kecilan.” (Wawancara dengan Vera tanggal 1 November 2009)

“Seperti yang Mbak lihat, sekarang saya jualan, punya warung kecil-kecilan, disamping menjual kebutuhan sehari-har, saya juga menjual kue buatan saya, kadang saya juga titipkan di warung yang lain, lumayan nambah-nambahuang dapur.” (Wawancara dengan Rahmi tanggal 29 Oktober 2009)

“Saya sebenarnya pengen banget kerja di konveksi, tapi belum ada kesempatan. Sekarang saya ya seringnya bantu-bantu jahitin baju tetangga di sini. Awalnya mereka nggak percaya kalau saya bisa jahit. Nggak besar sih dapatnya tapi cukuplah.” (Wawancara dengan Endy tanggal 3 November 2009)

Page 123: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

108

Pemahaman dan penguasaan dan pemanfaatan keterampilan tersebut

ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan dan yang dimiliki oleh kelayan,

minat dan bakat dari kelayan itu sendiri dan tidak kalah pentingnya

kemampuan instruktur/pembina dalam memberikan materi juga ikut

menentukan program tersebut. Kelayan akan mudah memahami dan

menguasai keterampilan manakala kelayan benar-benar serius, benar-benar

memiliki minat dan bakat yang besar terhadap keterampilan tersebut. Seperti

penuturan Drs. Mustofa :

“Kadang kala ada kelayan yang sulit untuk memahami materi yang diberikan, setelah diselidiki ternyata kelayan tersebut memang tidak mempunyai dasar yang kuat terhadap kegiatan tersebut. Biasanya ini terjadi pada keterampilan menjahit, karena keterampilan ini memerlukan teori yang sedikit berhitung, sementara kelayan buta huruf, ini yang sering menjadi sulit.” (Wawancara dengan Drs. Mustofa tanggal 15 Novermber 2009)

d. Kelayan mampu bermasyarakat atau berumah tangga dengan pasangan

yang sah dan ikut bertanggungjawab terhadap kesejateraan keluarganya

Dalam indikator ini, norma perkawinan dijadikan sebagai dasar untuk

memberikan kesadaran kepada kelayan. Tidak dipungkiri dari tahun 2007-

2009 kelayan dengan status kawin mempunyai porsi paling besar. Ini

menandakan bahwa norma perkawinan ternyata bisa dikoyak-koyak demi

profesi sebagai pelacur. Kelayan tidak bisa disalahkan begitu saja disini, posisi

suami pun ikut menentukan. Bahkan tidak jarang suami pun ikut merelakan

istrinya menjadi pelacur demi sejumlah uang, namun bagaimanapun

perkawinan tetep dijadikan filter untuk meredusir peningkatan jumlah WTS

saat ini. (Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Ibu Endang dan Ibu Ani

Page 124: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

109

T, tanggal 5 Desember 2009). Untuk membuktikan apa yang dinyatakan oleh

kedua petugas penulis melakukan wawancara dengan beberapa kelayan

tentang kehidupan rumah tangga mereka ketika mereka berprofesi sebagai

WTS dan belum masuk ke PKW. Hasilnya dapat dilihat dari pernyataan

kelayan dibawah ini:

“Karena kebutuhan keluarga yang banyak, ditambah suami yang tidak bekerja, akhirnya terpaksa saya jadi WTS. Saya enggak cerai sama suami saya tapi suami saya enggak peduli, yang penting bisa makan dan mencukupi kebutuhan keluarga.” (Wawancara dengan Siska tanggal 25 November 2009)

“Saya sudah menikah Mbak, sembilan tahun yang lalu, tapi keadaan rumah tangga saya kacau semenjak suami saya di PHK, sedangkan saya pengangguran, sementara kebutuhan rumah tangga semakin mahal, apalagi anak saya sekarang sudah sekolah SD Mbak. Sudah miskin, suami saya malah kawin lagi sama perempuan lain, kalau pulang bawaannya marah-marah. Barang –barang banyak yang dijual buat menuhin kebutuhan rumah tangga. Saya kesel, cemburu, marah ngeliat suami saya kayak gitu, akhirnya saya coba jadi pelacur, awalnya sih sedih, tapi gimana lagi saya nggak bisa kerja apa-apa Mbak.” (Wawancara dengan Ratna tanggal 24 November 2009) Untuk mengetahui kemampuan kelayan untuk berumahtangga dengan

pasangan yang sah dan ikut bertanggung jawab akan kesejahteraan

keluarganya, penulis melihatnya dari banyaknya perkawinan yang dibantu dan

diproses oleh PKW bekerjasama dengan KUA dan Pengadilan Agama kota

Surakarta dan juga dilihat dari banyaknya kelayan yang dirujukan kepada

suaminya masing-masing setelah keluar dari PKW.

Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 PKW “Wanita Utama”

Surakarta membantu proses pernikahan 5 orang kelayan. PKW juga

mengembalikan 97 orang kelayan kepada suami mereka masing-masing.

Page 125: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

110

(Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Bapak Drs. Mustofa tanggal 26

Desember 2009)

Bukti nyata kelayan mampu hidup berumah tangga dengan pasangan

yang sah adalah kasus yang dialami dalam kehidupan rumah tangganya Nanik,

Santi, dan Ratih. Ketiganya dapat berumah tangga dengan pasangan yang sah.

Suami Nanik dan Santi seorang buruh pabrik dan suami Ratih seorang

pedagang. Mereka membantu suami mereka masing-masing dengan

keterampilan yang mereka peroleh dari PKW. (Disimpulkan dari wawancara

dengan Nanik, Santi dan Ratih )

Untuk mengetahui kemampuan kelayan yang berstatus belum kawin

dan janda untuk menikah dan berumahtangga dengan pasangan yang sah, kita

dapat melihatnya dari kesungguhan mereka untuk tidak lagi bekerja sebagai

WTS. Karena ini merupakan kunci untuk keberhasilan program. Jika mereka

telah insyaf yang mereka perlihatkan dengan tingkah laku yang benar dan

beretika maka kesempatan mereka untuk mendapat suami yang sah dan ikut

bertanggung jawab terhadap keluarga akan terbuka lebar, meskipun itu semua

berpulang pada kehendak Tuhan. Seperti pernyataan seorang kelayan berikut

ini:

“Mulai sekarang saya mau insyaf, saya enggak bakalan balik lagi jadi pelacur, sudah cukup segini aja pengalaman pahit ini. Saya pingin normal, pingin nikah sama laki-laki yang baik-baik dan bantu-bantu suami dengan keterampilan yang saya peroleh di sini.” (Wawancara dengan Mawar tanggal 9 April2009)

Page 126: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

111

Jika dilihat dari data-data di atas jelas kiranya ada perubahan yang

cukup berarti sebelum dan sesudah kelayan mengikuti program, terutama

menyangkut masalah rumah tangga dan perkawinan.

3 Komunikasi yang terbuka

Komunikasi yang digunakan oleh PKW “Wanita Utama” dalam

membina para kelayan adalah bersifat kekeluargaan. Pihak Panti tidak

menganggap para eks WTS itu sebagai seseorang yang harus dihukum

karena dulunya melakukan kesalahan. Tetapi justru mereka “merangkul”

para eks WTS untuk berubah baik.

Bentuk-bentuk komunikasi antara lain dengan pendekataan-

pendekatan persuasif terhadap setiap kelayan, dengan menganggap para

kelayan seperti keluarga. Ini berguna untuk memotivasi mereka untuk

serius mengikuti berbagai bimbingan. selain itu agar terjalin keterbukaan

pada setiap kelayan. Keterbukaan itu di wujudkan antara lain adanya

diskusi-diskusi, pemberitahuan/ laporan tes pelatihan yang diberitahukan

kepada kelayan. Sehingga apabila ada yang merasa kurang paham dapat

bertanya.(Disimpulkan dari wawancara Bapak Mustofa,tanggal 20

Agustus 2009). Berikut penuturan beberapa kelayan:

“Petugas-petugas disini baik-baik Mbak, saya selalu curhat apa aja ke pembimbing saya. Misalnya saya kurang paham dalam mengikuti bimbingan, saya pasti tanya dan ibuknya antusias lagi menjelaskan.” (Wawancara dengan Ernita, tanggal 20 Agustus 2009)

Page 127: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

112

“Dulu waktu awal-awal masuk ke panti ini, saya ga betah Mbak saya nangis terus. Tapi setelah Bu Endang selalu memotivasi saya, saya mulai bersemangat tuk menata hidup saya lebih baik” ( Wawancara dengan Ira, tanggal 13 Agustus 2009)

“Setiap tes pelatihan, kami mendapatkan laporan nilai kami Mbak. sehingga kami tau kesalahan pengerjaan dan dapat kami perbaiki lagi kemudian” (Wawancara dengan Tari, tanggal 14 November 2009) Dari berbagai penuturan-penuturan tersebut dapat disimpulkan

komunikasi yang PKW lakukan cukup efektif. Meskipun program ini

belum sepenuhnya mengubah total para kelayan, namun secara proses

program ini telah menumbuhkan kesadaran/ keinginan dari diri kelayan

untuk hidup ke arah yang lebih baik. Semua tidak bisa terwujud dalam

waktu yang singkat, perlu waktu dan proses yang panjang untuk benar-

benar mengubah mereka menjadi wanita mandiri, berharkat, dan

bermartabat. Dari data yang terkumpul memberikan petunjuk bahwa

tujuan dari program ini dapat tercapai.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial

Berhasil tidaknya pelaksanaan rehabilitasi sosial dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor ini baik yang berasal dari dalam( intern) maupun

dari luar (ekstern). Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor tersebut,

antara lain:

1. Faktor Intern yang mempengaruhi efektifitas pembinaaan

a. Respon /tanggapan kelayan

Page 128: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

113

Respon kelayan dalam mengikuti pembiaan rehabilitasi sosial

sangat menentukan keberhasilan dari efektifitas pembinaan

rehabilitasi itu sendiri. Tanpa adanya respon dari kelayan, kegiatan

pembinaan rehabilitasi yang diselenggarakan tidak ada artinya.

Selama ini respon kelayan dalam mengikuti kegiatan pembinaan

rehabilitasi di PKW “Wanita Utama” dikatakan cukup bagus. Pada

umumnya mereka merasa senang mengikuti pembinaan tersebut,

meskipun awalnya sebagian besar mereka perlu diberi motivasi

yang lebih, mengingat mereka waktu datang ke sini sebagian besar

dari paksaan yaitu dari razia.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Bambang S, berikut

ini:

“ Memang sebagian besar dari mereka perlu dimotivasi, tidak hanya sekali bahkan sampai berulang kali. Hal ini mereka menganggap Panti ini sebagai “penjara” bagi mereka mula-mulanya. Tapi setelah mengikuti pembinaan, kebanyakan mereka kemudian merasa senang karena diurusi dan diberi ketarampilan yang berguna bagi mereka kemudian” ( Wawancara tanggal 28 November 2009) Berikut penuturan beberapa kelayan mengenai tanggapan

mereka selama rehabilitasi sosial.

“Awalnya saya ogah-ogahan dsini,Mbak. Tapi kemudian saya tertarik mengikuti pembinaan. Di sini saya senang karena mendapatkan berbagai keterampilan yang berguna setelah keluar dari sini.” ( Wawancara dengan Silla tanggal 29 November 2009)

“Respon temen- temen disini umumnya cukup bagus Mbak. Yaa…lama-lama khan sadar akan masa depan bahwa mereka perlu bimbingan –bimbingan seperti ini, yang dapat berguna dalam kehidupan keluar kelak”

Page 129: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

114

( Wawancara dengan Silla tanggal 28 November 2009) Dari penuturan-penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa

pada umumnya kelayan mengikuti bimbingan-bimbingan dalam

rehabilitasi karena termotivasi akan memperoleh bekal untuk masa

depan mereka. Sehingga mereka merasa senang dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan selama bimbingan. Hal ini tentunya kerupakan

respon positif yang dapat mendukung keberhasilan pelaksaan

rehabilitasi sosial.

b. Petugas/ Pegawai/ Pembimbing

Pelaksanaan rehabilitasi sosial juga tidak lepas dari peran

pembimbing/ petugas. Pembimbing/ petugas dalam suatau lembaga

rehabilitasi harus senantiasa aktif dalam memberikan dorongan,

arahan dan bimbingan, disamping juga harus mampu

menstransformasi ilmunya kepada para kelayan. Dalam hal ini

pembimbing di PKW “Wanita Utama” mempunyai peran penting

dalam membangun rasa percaya diri dan semangat untuk

senantiasa optimis sehingga mereka merasa rehabilitasi yang

mereka jalani merupakan kegiatan yang berguna bagi mereka yang

akhirnya terdampak pada kesungguhan mereka dalam mengikuti

segala kegiatan bimbingan.

Selain itu, mengingat latar belakang kelayan yang berbeda-

beda maka dilakukan pendekatan tersendiri untuk membimbing

masing-masing kelayan dalam penyampaian materi sebisa mungkin

Page 130: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

115

tidak kaku atau terlalu formal. Hal ini untuk menciptakan suasana

yang lebih akrab.Sebagai mana hal yang diungkapkan Ibu Anik T:

“Dalam memberikan materi biasanya kami para petugas, tidak membeda-bedakan mereka. Bahkan kadang kala saya guyon utuk menghidupkan suasana agar tidak pada bosan.” (Wawancara pada tanggal 28 November 2009)

Hal tersebut diiyakan juga oleh Bapak Mustofa:

“Iyaa Mbak, kadang emang harus begitu. Biasannya mereka kemudian semangat mengikuti bimbingan.” (Wawancara pada tanggal 28 November 2009)

c. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang juga ikut berperan

dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial di PKW “Wanita Utama”

Surakarta. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia terdiri dari

sarana dan prasarana asrama atau kebutuhan tempat tinggal untuk

aktifitas kelayan sehari-hari, serta sarana dan prasarana untuk

kegiatan bimbingan/pembelajaran. Sejauh ini untuk sarana dan

prasarana/ fasilitas yang disediakan dalam asrama seperti tempat

tidur, kamar mandi, mushola, ruang makan,dan sebagainya sudah

cukup memadai. Hal ini di akui oleh Wati seorang kelayan berikut

ini:

“Saya rasa untuk saran dan fasilitas yang disediakan dalam asrama ini sudah baik, yaa…lumayan lengkap.Semua sudah disediakan disini dan gratis lagi.”

(Wawancara pada tanggal 1 Desember 2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh Tari, seorang kelayan,

berikut ini:

Page 131: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

116

“Untuk fasilitas asrama disini cukup memadai, Mbak. Kebutuhan sehari-hari juga disediakan panti secara gratis.” (Wawancara, tanggal 21 Januari 2010)

Sedangkan untuk sarana dan prasarana kegiatan bimbingan

atau pembelajaran di PKW “Wanita Utama” meliputi ruang kelas,

ruang praktek alat-alat penunjang praktek bimbingan keterampilan,

PKK, kesenian serta buku-buku penunjang. Penyediaan sarana/

fasilitas-fasilitas tersebut sangat diperlukan untuk menunjang

kelancaran proses kegiatan bimbingan, misalnya saja untuk

peralatan praktek sangat mendukung agar kelayan lebih mudah

mengerti dan memahami materi bimbingan yang diajarkan.

Sebagaimana diungkapkan oleh seorang kelayan yaitu Silla

seorang kelayan, berikut ini:

“Sarana dan prasarana untuk praktek keterampilan terutama keterampilan memasak sangat penting seperti oven yang sangat menunjang untuk praktek membuat kue. Hal ini merupakan kebutuhan pokok untuk kelayan yang memilih jurusan memasak. Untuk sarana dan prasarana tersebut disini lumayan lengkap namun sebagian diantaranya ada yang sudah rusak.” (Wawancara tanggal 9 Pebruari 2010)

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana

untuk kegiatan praktek bimbingan cukup memadai, hanya saja

perlu adanya perbaikan untuk menjaga kualitas dari sarana

tersebut.

2. Faktor Ekstern yang mempengaruhi efektifitas pembinaan

Faktor ektern yang mempengaruhi dalam pelaksaan rehabilitasi

sosial adalah masyarakat, dalam hal ini masyarakat sekitar panti.

Page 132: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

117

Faktor ini dirasa kurang memuaskan karena masyarakat sudah

terlanjur melekatkan stereotif negative terhadap dengan men”cap”

para WTS sebagai sampah masyarakat. Sebagai akibatnya para

kelayan sebagian besar merasa enggan dan memilih untuk tidak

berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan kekurangakraban

tersebut memang beralasan. Hal tersebut juga didukung juga

dengan adanya peraturan dari PKW yang tidak membolehkan para

kelayan ini keluar masuk panti seenaknya. Seperti yang

diungkapkan Ibu Endang:

“Anak-anak di sini tidak boleh keluar masuk panti seenaknya, kalaupun boleh hanya untuk alasan tertentu misal menitipkan makanan di warung, beli bahan masakan di pasar yang deket dan lain-lain Itupun yang kami ijinkan adalah anak-anak yang bisa kami bener-bener percayai.” (Wawancara tanggal 25 November 2009) Berikut penuturan dari dari beberapa kelayan dalam

menanggapi masyarakat:

“Saat saya keluar panti untuk mengantar titipan kue di warung depan panti, yaa ampuuuun…Mbak. Orang-orang sekitar yang beli di sana itu seperti jijik banget lihat saya, pandangan mereka sinis. Kalau ibuknya yang jual sih baik. Yang beli itu lho!” (Wawancara dengan Ira,tanggal 12 Desember 2009)

“Kalau saya lain lain Mbak, saya justru digodain oleh cowok-cowok yang kebetulan nongkrong di bengkel deket panti. Yaa ampun…ternyata orang yang mau tobat bener, ada aja yang tidak percaya ” (Wawancara dengan Susi tanggal 12 Desember 2009) Namun demikian, masih ada juga masyarakat berpikiran baik/

positif dan mendukung sekali adanya pembinaan di PKW ini.

Page 133: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

118

Berikut penuturan Rahma seorang pelanggan dari salon “

Maria”depan PKW:

“Saya setuju sekali bila mereka dibina Mbak, mereka bisa berubah menjadi baik kok kalo mereka punya niat yang sungguh-sungguh.” (Wawancara tanggal 20 Desember 2009) Dari berbagai penuturan tersebut dapat disimpulkan bahwa

faktor masyarakat kurang dapat memuaskan untuk mempengaruhi

pembinaan di PKW. Namun demikian masih ada sebagian yang

mendukung pembinaan ini.

Page 134: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

119

119

BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektifitas program pembinaan

eks WTS Melalui Rehabilitasi Sosial di PKW “Wanita Utama” Surakarta

dapat ditarik kesimpulan:

1. Bentuk-bentuk pembinaan rehabilitasi sosial eks WTS yang dilaksanakan

PKW ”Wanita Utama” Surakarta adalah bimbingan fisik, bimbingan

mental, bimbingan sosial/ kemasyarakatan, dan bimbingan keterampilan.

Pelaksanaan berbagai bimbingan tersebut berjalan sesuai dengan jadwal

yang tetapkan.

2. Pelaksaan kegiatan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini berjalan secara efektif dan dilihat secara nyata. Berdasarkan

pengamatan dan pernyataan yang disampaikan oleh petugas dan kelayan dapat

diketahui bahwa bimbingan fisik ini para kelayan keadaannya sehat,makan

teratur, dan mengetahui tentang ilmu gizi.

b. Bimbingan Mental

Untuk bimbingan ini kurang dapat dilihat secara nyata. Namun

berdasarkan pengamatan dan pernyataan yang disampaikan oleh

petugas/kelayan dapat diketahui bahwa pembinaan ini cukup efektif dan telah

mampu menumbuhkan kesadaran untuk kembali menempuh hidup yang

secara wajar/masyarakat lain. Melalui pembinaan mental/ psikologis sedikit

Page 135: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

120

demi sedikit juga telah berhasil mengubah kebiasaan hidup bebas dan tidak

teratur yang selama menjalani profesi sebagai WTS.

c. Bimbingan Sosial

Untuk hasil dari bimbingan sosial, dapat dikatakan kurang efektif, karena

secara nyata penerapan bimbingan tersebut kurang memberikan hasil,

terutama menyangkut interaksi dan adaptasi dengan masyarakat, kelayan

masih sukar/ kesulitan berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar

karena belum sepenuhnya menerima kelayan sebagai bagian dalam

masyarakat. Masyarakat masih menerapkan stereotip negatif pada negatif pada

kelayan, disamping itu ada peraturan yang melarang kelayan keluar dari panti

secara bebas, akibatnya mereka tidak mengenal masyarakat sekitar.

Bimbingan ini juga kurang efektif karena materi sebagian besar dari ceramah,

meskipun bimbingan ini tidak dipungkiri mampu menciptakan disiplin pada

kelayan.

d. Bimbingan Ketrampilan

Bimbingan ini dapat dinilai efektif karena kelayan mampu memahami/

menguasai keterampilan yang diberikan oleh panti. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil kerajinan dan yang pamerkan di kios kerja, sedangkan penitipan

makanan kecil di kantin.

3. Dari hasil kegiatan rehabilitasi sosial tersebut di atas, dapat dikatakan

bahwa program pembinaan eks WTS yang dillaksanakan PKW “Wanita

Utama” secara umum dapat dikatakan cukup efektif dan cukup berhasil.

Hal ini terlihat dari indikator sebagai berikut:

Page 136: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

121

a. Waktu pencapaian

Waktu yang diperlukan PKW “Wanita Utama” Surakarta dalam

membina para kelayan adalah 6 (enam) bulan. Selama kurun waktu

tersebut para kelayan telah mengikuti dan menguasai kegiatan pembinaan

yang diselenggarakan panti.Tidak hanya itu sebagian besar kelayan

memahami dan menguasai apa yang panti berikan melalui berbagai

bimbingan. Dengan demikian dapat dikatakan efektif.

b. Pengaruh yang diinginkan

Pengaruh disini adalah pengaruh dari PKW “Wanita Utama” untuk

mengubah kelayan agar sesuai dengan apa yang diharapkan panti yaitu

agar mereka berubah ke arah yang baik yang sesuai dengan tujuan

program pembinaan melalui rehabilitasi sosial. Dari hasil penelitian ada

perubahan-perubahan ke arah yang baik meskipun ada satu indikator yang

sulit terwujud. Namun secara garis besar dapat dikatakan efektif.

c. Komunikasi yang terbuka

Komunikasi yang dilakukan pihak PKW merupakan komunikasi

bersifat kekeluargaan.dan terbuka. Pihak panti menganggap semua

kelayan keluarga sendiri. Bentuk-bentuknya antara lain adalah diskusi-

diskusi, pelaporan hasil tes para kelayan yang selalu di beritahukan

kelayan, dan hubungan kekeluargaan yang terjalin antara petugas dan

kelayan yang baik. Dengan adanya komunikasi ini maka pembinaan

berjalan efektif.

Page 137: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

122

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan rehabilitasi sosial

adalah faktor intern (respon kelayan, petugas/ pegawai/pembimbing) dan

ektern (masyarakat). Semuanya mempengaruhi baik mendukung maupun

menghambat

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Teori yang digunakan untuk mengkaji efektifitas program lebih

menekankan pada pendekatan hasil dan kurang menekankan pada proses.

Oleh karenanya untuk penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan

teori yang lebih menekankan pada pendekatan proses sehingga nantinya

akan diperoleh analisa yang lebih dalam dan komprehensif.

2. Implikasi Metodologis

Kelemahan dari metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah terletak pada sample (informan) dan teknik pengumpulan data

(wawancara dan observasi). Peneliti hanya melakukan wawancara dan

observasi dengan informan yang berada dalam satu lokasi (Surakarta)

sementara populasi tersebar hampir di seluruh Jawa Tengah. Karenanya

untuk penelitian lebih lanjut hendaknya teknik pengumpulan data tertama

wawancara dan observasi melibatkan informan yang dapat mewakili setiap

daerah kelayan. Sehingga nantinya diperoleh informasi yang lebih

mendalam dan komprehensif.

Page 138: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

123

3. Implikasi Kebijakan

a. Bagi Pembuat Kebijakan

Perlu adanya perencanaan bersama dalam menentukan

format kegiatan pembinaan rehabilitasi sosial WTS yang

melibatkan WTS secara langsung dan mempertimbangkan situasi,

kondisi minat serta bakat kelayan. Selain itu pemerintah juga

seharusnya membuat kebijakan juga terhadap para pemakai jasa

dari pada WTS.

b. Bagi PKW “Wanita Utama”

1) Perlu adanya perhatian yang khusus bagi yang buta huruf

maupun memiliki keterlambatan berpikir, juga kelayan yang

lebih tua agar mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk

mengikuti pembinaan.

2) Perlu adanya peningkatan penanganan untuk kegiatan

rehabilitasi khususnya bimbingan keterampilan

3) Perlu adanya koordinasi antara pelaksana PKW, Dinsos

Propinsi, Dinas Sosial setempat, Kepolisian serta dinas-dinas

terkait, dan masyarakat sekitar. Koordinasi yang dilakukan

bisa dalam bentuk perencanaan program, penyediaan

fasilitas, penyediaan trainer, pendanaan maupun penwasan

program.

4) Perlu adanya kerja sama antara PKW dengan RT/ RW/ Desa/

Kelurahan/ Dinas sosial asal kelayan setelah keluar PKW.

Page 139: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

124

c. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat memberikan kesempatan

kepada eks WTS untuk berubah dengan sungguh-sungguh dan

memberikan kepada WTS untuk berkarya secara wajar serta

membuktikan kesungguhan mereka untuk menjadi

warga/masyarakat yang baik.

Page 140: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

125

DAFTAR PUSTAKA

B. Simandjutak. 1981. Beberapa Aspek Patologi Sosial. Bandung: Alumni.

D. Soedjono. 1984. Phathologi Sosial. Bandung: Alumni.

Gibson. 1994. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga

Hadari Nawawi. 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi Profit yang Komperatif. Yogyakarta : Gajah Mada University.

H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

H. Lubis dan Martani Husaeni. 1987. Teori Organisasi (suatu pendekatan makro). Surakarta: UNS Press.

Ibnu Syamsi. 1988. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bina

Aksara. Kartini Kartono. 1992. Phatologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

Lexy J. Maleong. 2000. Penelitian Kualitatif .Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi.1995. Metode Penelitian

Survai.Yogyakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Poerwadarminto. 1987. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerjemah Jusuf Udayana. Jakarta: Aufcan.

Samodra Wibowo,dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Grafindo

Persada. Sondang P. Siagian. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara. Steers, Richard M. 1985. Efektifitas Organisasi, terjemahan Magdalena

Jamin. Jakarta: Erlangga. Suwarno Handayaningrat.1986. Pengantar Ilmu Administrasi dan

Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Talizuduhu Ndraha. 1989. Konsep Administrasi dan Administrasi di

Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara

Page 141: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id... · (Upaya Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila Melalui Rehabilitasi ... program pembinaan melalui rehabilitasi sudah cukup efektif tetapi perlu ada perbaikan

126

The Liang Gie. 1981. Efisiensi Kerja Bagi Pembangunan Negara. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sumber Lain:

Jurnal ”Successfull Program Implementation Lesson from Blueprint”oleh J. Robert Flores tahun 2004

Jurnal ”Analyzing the Effectiveness of Commuter Benefit Program”,

sponsored by Federal Transit Administration tahun 2004 Laporan Tahunan Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta tahun 2007-

2009 Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Sosial UPT PKW “Wanita Utama” tahun

2002 Perda Propinsi Jawa Tengah No. 1 Tahun 2002 Pasal 2 Ayat 1

www.balikpapan.go.id

www.balitbangjateng.go.id

www.kompas.com