skripsi suryani
TRANSCRIPT
1
A. Judul : Pengaruh Nilai-Nilai Nasehat dalam Narit Maja
B. Latar Belakang Masalah
Sebagai sebuah masyarakat yang berbudaya, masyarakat Aceh mengenal
berbagai macam tradisi sastra, baik tradisi sastra lisan maupun tradisi sastra tulis.
Sebagaimana halnya dalam masyarakat lain di Nusantara, tradisi sastra lisan diduga
lebih dahulu berkembang daripada tradisi sastra tulis
Sastra Aceh telah berkembang seiring zaman perkembangan peradaban dan
sejarah dari abad ke abad, dan baru dikenal (disalin) pada abad ke 14, namun sastra
lisan telah berkembang sejak Aceh dikenal ada abad ke 9. Jika ditilik perbedaan sejarah
sangat jauh jangka panjang antara lisan dan tulisan. Namun,, belum tentu hal tersebut
benar, mengingat tidak ada satu sejarapun mencatat perjalanan sastra tersebut secara
detail dan rapi, kita hanya dihadapkan pada naskah Manuskrip Sejarah raja-raja Pasai
yang menggambarkan keberadaan Kesultanan Pasai.
Bisa disebutkan bahwa Aceh merupakan daerah pusat kebudayaan Islam sebab
dari negeri ujung Sumatera pada awal menyebarkan Islam di seluruh Nusantara, termasu
didalamnya Malaysia dan Pathani, paling tidak masih ditemukan di dua negara tersebut
karya-karya para ulama-ualam Aceh. Maka tak pelak, jika bumi Seuramoe Mekkah ini
banyak mewariskan beragam corak sastra Islami. Dari bumi serambi Mekkah juga asal
muasal pembaharuan sastra Melayu Indonesia. Yang berpengaruh dan membawa
perubahan terhadap sastra Melayu Indonesia. Daerah Aceh memiliki aset kekayaan
genre (cabang ) sastra klasik (classic literature).
2
Ciri-ciri umum karya sastra klasik adalah sama dengan ciri sastra lama yaitu:
a. bersifat anonim (tidak memiliki nama pengarang),
b. bercorak ragam lisan diceritakan dan dibicarakan dari mulut ke mulut,
c. bersifat turun temurun antar generasi ke generasi,
d. jika berupa puisi unsur ritma dan sajak lebih dominan.
Dalam ikon puisi lama menurut Razali Cut Lani dalam karyanya berjudul
Kesusastraan Aceh , dikenal beberapa jenis sastra classic yaitu: narit maja (peribahasa),
neurajah (mantra), hiem (teka-teki), dan panton (pantun). Semua genre sastra tersebut
merupakan jenis sastra tertua dan purba dalam sejarah perkembangan sastra Aceh.
Hadih maja merupakan puisi Iisan Aceh yang digunakan oleh penutur bahasa
Aceh dakm situasi resmi dan tidak resmi. Menurut Bakar, dkk. (1985:273), hadih maja
berarti ucapan-ucapan nenek moyang yang tidak berhubungan dengan agama, tetapi ada
kaitanznya dengan kepercayaan rakyat yang perlu diambil ibaratnya untuk menjamin
ketenteraman hidup atau untuk mencegah terjadinya bencana, seperti adat istiadat pada
suatu upacara, aturan-aturan berpantang, ucapan-ucapan mengenai moral, dan Iain-kin.
Sementara itu, Hasjmy (1995:539) menyebutkan bahwa hadih maja merupakan kata
atau kalimat berhikmat, sedangkan menurut AH (2004:199), hadih maja adalah nasihat
dan petuah nenek moyang yang mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan
keagamaan.
Tiga definisi di atas menyiratkan bahwa hadih maja merupakan representasi
kristalisasi nilai-nilai sosial budaya orang Aceh. Frasa kepercayaan rakyat dalam
3
definisi Bakar, dkk. (1985:87) menunjukkan bahwa hadih maja sangat mengakar
dalamm kehidupan orang Aceh jauh sebelum Islam 'membumi* di Aceh.
Patut diduga, sebelum Islam masuk ke Aceh, orang Aceh tampaknya sudah
memiliki sumber niki dan sumber hukum dalam kebudayaan mereka, salah satunya
adalah 'perkataan tetua, yaitu hadih maja. Karena itu, walaupun Islam menjadi agama
yang mengakar kuat dalam diri mereka, perkataan tetua tersebut tidak ditinggalkan sama
sekali, bahkan kemudian terjadi akulturasi yang padu dengan unsur Islam. Salah satu
indikasinya ditandai dengan digantinya istilah narit maja menjadi hadih maja, Kata maja
berarti nenek moyang atau dalam bahasa Aceh dikenal dengan istilah indatu.
Sebagai karya sastra tradisi, hadih maja memiliki daya hidup yang tinggi untuk
mempersatukan eksistensi etnis Aceh. Dakm hubungan ini, Ahmad (1994:64-73)
mengatakan bahwa semua karya sastra tradisi mencerminkan kehidupan yang
mempettahankan kerukunan hidup bersama di samping sebagai cerminan masyarakat
atau menjadi bayangan kehidupan sosial mereka. Karena itukh, hadih maja dipandang
sebagai produk sosial budaya etnis Aceh yang berhubungan dengan
konsttuksipengetahuan budaya mereka.
Berangkat dari permasalahan yang ada diatas maka penulis mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Nilai-Nilai Nasehat yang Terdapat
dalam Narit Maja”
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat nilai nasehat dalam narit maja?
2. Bagaimana pengaruh nilai-nilai nasehat yang terdapat dalam narit maja ?
D. Tujuan Penenlitian
Adapun yang menjadi dari tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Melihat nasehat nasehat yang terdapat dalam narit maja
2. Melihat pengaruh nilai-nilai nasehat yang terdapat dalam narit maja
E. Manfaat Penenlitian
Adapun yang menjadi manffat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui nasehat-nasehat yang terdapat dalam narit maja yang merupakan
salah satu sastra Aceh
2. Mengetahui pengaruh nilai-nilai nasehat yang terdapat dalam narit maja dalam
kehidupan sehari-hari
F. Landasan Teoritis
1. Nilai
Adalah sebuah keniscayaan bahwa manusia hidup dalam dua dunia, pribadi dan
masyarakat. Kehidupan pribadi lebih mengarah ke dalam segala sesuatu yang
5
berkaitan dengan diri sendiri (kebutuhan diri, sikap pribadi, pendidikan yang
berorientasi pribadi) yang kesemuanya itu berakumulasi pada identitas diri.
Nilai, menurut Milton Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh Chabib
Thoha (2006:60) nilai memiliki makna:
Suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan
dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau
mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
Dari pengertian ini bisa diketahui bahwa nilai merupakan suatu sifat dari
kepercayaan dalam masyarakat. Chabib Thoha (2006: 60) juga mengutip pendapat
J.R. Fraenkel yang mendefinisikan nilai sebagai berikut: A value is an idea a concept
about what some one thinks is important in life.
Dari pengertian yag dikemukakan oleh J.R. Fraenkel ini menunjukkan bahwa
nilai bersifat subyektif, artinya tata nilai pada masyarakat A belum tentu tepat
diterapkan untuk masyarakat B dikarenakan nilai diambil dari suatu hal yang
essensial dan penting bagi masyarakat tertentu.
Pengertian ketiga yang dikutip oleh Chabib Thoha 2006:61 adalah pengertian
nilai yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba.
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi atatu tidak disenangi.
Dari pengertian ini bisa dipahami bahwa nilai merupakan penghayatan suatu
kelompok akan suatu hal yang bersifat abstrak tanpa memerlukan bukti empiris.
Pengertian ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Frondizi yang dikutip oleh
6
Asmoro (2004:25) yaitu: nilai adalah kualitas yang tidak nyata (unreal quality),
kualitas yang dimiliki suatu objek tertentu yang disebut baik.
Dari beberapa pengertian yang tersebut diatas, maka nilai dapat disimpulkan
nilai adalah sifat dari kepercayaan masyarakat tertentu yang bersifat subyektif dan
membutuhkan penghayatan tanpa harus dibuktikan secara empiris
2. Nasehat
kata "nasehat" berasal dari bahasa arab, dari kata kerja "Nashaha" yang berarti
"khalasha", yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti "Khaatha",
yaitu menjahit dan dikatakan kata "nasehat" berasal dari "nashaha ar-rajulu tsaubahu"
(orang itu menjahit pakaiannya), apabila dia menjahitnya, maka mereka
mengumpamakan perbuatan penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang
dinasehatinya dengan jalan memperbaiki pakaiannya yang robek.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga disebutkan Nasehat mberarti ajaran
atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Menasihati
merupakan memberi nasihat (kepada). Menasihatkan berarti memberikan nasihat
kepada. Penasihat berarti orang yg memberi nasihat dan saran; orang yg menasihati.
(http://dedekahmadi.blogspot.com)
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman. "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad)
atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang
tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka menasehati kepada
Allah dan RasulNya (cinta kepada Allah dan RasulNya). Tidak ada jalan sedikit pun
7
untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (QS:At-Taubah 91).
Terjemahan dari hadits Nabi (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Abu Ruqoyyah
Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu’anhu, sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda: ”Agama itu adalah nasihat”. Kami (sahabat) bertanya:Untuk
siapa?” Beliau bersabda: ”Untuk Alloh, kitab-Nya, rosul-Nya, pemimpin-pemimpin
umat islam, dan untuk seluruh muslimin.” (http://Tirtakusuma2.wordpres.com)
Dari uraian yang ada diatas maka nasehat dapat kita katakan merupakan anjuran
untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang tidak tercela dan mengingatkan orang-
orang yang telah berbuat khilaf atau salah.
3. Narit Maja
Hadih Maja atau Nariet Maja ialah suatu perkataan atau pribahasa didalam
kehidupan masyarakat Aceh. Hadih Maja ini mengandung unsur filosofis, yang
digunakan sebagai nasehat/peringatan/penjelasan atau sindiran halus agar menjadi
pedoman didalam menjalani kehidupan (http://galeriabiee.wordprees.com/hadist-maja-
aceh).
Narit maja adalah tutur perkataan orang-orang tua zaman dahulu yang dapat
dijadikan nasihat, petunjuk, petuah, ajaran, dan larangan itu pada umunya berkaitan
dengan agama Islam, adat Istidat, pendidikan, dan kehidupan masyarakat
(http://agusbwaceh.blogspot.com)
Hadih Maja menjadi narit maja, sebab hadih berasal dari kata hadis yakni suatu
ucapan para Nabi saja, bukan ucapan manusia biasa. Narit maja ini menyiratkan bahwa
8
sebuah komunitas mestilah memiliki kaidah, hukum, konvensi, dan batasan-batasan
tertentu. Hal ini sangat berguna dalam rangka membangun sebuah kehidupan yang
harmonis. Narit maja ini juga digunakan untuk memberikan penekanan terhadap suatu
peristiwa atau poblematika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Narit maja dianggap bisa dikatan eufemisme guna menggantikan ungkapan
yangg dirasakan kasar. Meskipun masyarakat Aceh berpegang teguh pada tiga hal
yakni; Alquran, hadis, dan narit maja/hadis manja . Pada kenyataannya ucapan-ucapan
nenek moyang yang tidak berhubungan dengan agama, tetapi ada kaitannya dengan
kepercayaan rakyat yang perlu diambil ibaratnya untuk menjamin ketenteraman hidup
atau untuk mencegah terjadinya bencana, seperti adat istiadat pada suatu upacara,
aturan-aturan berpantang, ucapan-ucapan mengenai moral, dan Iain-kin (Bakar, dkk.
1985:273).
Di dalam perjalananya ada beberapa narit maja yang bertentangan dengan
norma-norma agama, susila, dan adat masyarakat Aceh, sehingga Adnan Hanfiah
mengganotasikan 52 narit maja. Sementara itu, Hasjmy (1995:539) menyebutkan bahwa
hadih maja merupakan kata atau kalimat berhikmat.
Sedangkan menurut AH (1994:199), hadih maja adalah nasihat dan petuah
nenek moyang yang mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan keagamaan. Karena
itu, hadih maja dipandang sebagai produk sosial budaya etnis Aceh yang berhubungan
dengan konsttuksipengetahuan budaya mereka.
Di Aceh saat ini, pemakaian narit maja ini telah hilang dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu penyebabnya, menurut hemat penulis dikarenakan karena pengaruh
9
budaya luar yang dianggap cocok untuk mentamsilkan sesuatu padahal di dalam narit
maja itu sendiri semuanya sudah ada. Selain itu, kurangnya publikasi dan rasa
keingintahuan masyarakat Aceh untuk membaca narit maja ini menjadi akar dari
hilangnya pemakaian narit maja.
Dari beberapa pendapat ahli yang ada diatas maka narit maja dapat dikatakan
adalah sebuah ungkaapan yang mengandung nasihat nilai-nilai agama, pendidikan,
budaya, nasehat dan hal-hal yang berkaitan pada kegiatan masyarakat pada umumnnya.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan kajian terhadap
narit maja. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif analistis.
Deskripsi analitis ini dilakukan dengan mendeskripsikan nilai-niali nasehat yang
kemudian disusun untuk dilakukan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis
berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasalal dari bahasa yunani,
analyein (‘ana’=atas, ‘lyein’=lepas,urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-
mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya
(Ratna; 2004:35).
Melalui penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan nilai-nilai nasehat
yang terdapat dalam narit maja, seteleh mengumpulkan data, menyusun, dan
mengklasifikasikannya langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dengan
menggunakan teori kritik sehingga akan didapatkan kesimpulan tentang nilai-nilai
nasehat dalam narit maja.
10
H. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini akan diambil dari beberapa bahan rujukan yang
mana didalamnya banyak terdapat narit maja
I. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumentasi , yaitu dengan mencari dan mengumpulkan sumber yang
relevan dan dapat dijadikan rujukan penelitian
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah memperoleh data yang lengkap maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis. Dalam penelitian ini akan dinalisis menggunakan
pendekatan structural, pendekatan structural yang digunakan untuk
menganalisis nilai-nilai nasehat yang terdapat dalam narit maja.
Berikut langkah kerja dalam penelitian ini :
1) Peneliti melakukan analisis dan deskripsi mengenai nila-nilai nasehat yang
terdapat dalam narit maja
2) Peneliti melakuakan analisis dan deskripsi pengaruh-pengaruh nilai-nilai
nasehat yang terdapat dalam narit maja
3) Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan telah
dianalisis. Langkah terakhir adalah merumuskan kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjawab masalah utama
11
dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh nilai-nilai nasehat yang
terdapat dalam narit maja.
Untuk memudahkan dalam penelitian, penulis membuat alur penelitian yang
merupakan kerangka berpikir penelitian dalam bentuk bagan, sebagai berikut :
Dalam menganalisis pengaruh nilai-nilai nasehat dalam narit maja, penulis melakukan
langkah-langkah penelitian. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menyebutkan narit maja
2. Menguraikan maksud yang terdapat dalam narit maja
3. Menganalisis nilai-nilai nasehat dan pengaruhnya yang terdapat dalam narit
maja tersebut.
Narit Maja
Studi Kepustakaan
Analisis dan Deskripsi Nilai-nilai Nasehat yang terdpat
dalam Narit Maja
Analisis dan Deskripsi Pengaruh Nilai-nilai Nasehat yang terdpat dalam
Narit Maja
Pengaruh Nilai-nilai Nasehat yang terdapat dalam Narit Maja
12
DAFTAR PUSTAKA
AH, Atabik dan Ahmad Zuhri Muhdlor. 2004. Kamus Komtemporer Arab-Indonesia Alasri. Yogyakarta: Yayasan Ali MaksumPondok Pesantren Krapyak
Ahmad, Ali. 1994. Pengantar Pengajian Kesusasteraan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Asmoro, Ahmadi. 2004. Filsafat Umum : Jakarta: Raja Grafindo
Bakar, Aboe, dkk. 1985. Kamus Aceh Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pendidikan Kebudayaan
Chabib Toha. 2006. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Jakarta: Pustaka Belajar
Hasjmy, AH. 1995. Putri P&hang dalam Hikayat Malem Dagang. Dalam LK Ara, Hasyim KS., dan Taufiq Ismail (Eds.), Seulamab A.ntologi Sastra Aceh
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra, Teori, Metode dan Teknik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar