skripsi studi perencanaan kapasitas gardu traksi …

66
INSTITUT TEKNOLOGI PLN SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI KLENDER UNTUK OPERASIONAL KERETA REL LISTRIK (KRL) LINTAS JATINEGARA-BEKASI DISUSUN OLEH: INDAH SARI 2016 11 131 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TENAGA LISTRIK DAN ENERGI TERBARUKAN INSTITUT TEKNOLOGI-PLN JAKARTA, 2020

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

SKRIPSI

STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI KLENDER

UNTUK OPERASIONAL KERETA REL LISTRIK (KRL) LINTAS

JATINEGARA-BEKASI

DISUSUN OLEH:

INDAH SARI

2016 11 131

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TENAGA LISTRIK DAN ENERGI TERBARUKAN

INSTITUT TEKNOLOGI-PLN

JAKARTA, 2020

Page 2: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

i

Page 3: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

ii

Page 4: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

iii

Page 5: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

Dr. Ir. Pawenary, M.T.,IPM.,MPM Selaku Pembimbing I

Muchamad Nur Qosim, ST., MT Selaku Pembimbing II

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

Terimakasih yang sama, saya sampaikan kepada:

1. Bapak Usup petugas dari unit LAA Daop 1

2. Bapak Legowo petugas dari unit LAA Daop 1

3. Bapak Fery selaku petugas lintas PT KCI

Yang telah mengijinkan melakukan pengambilan data pada Daop 1 lintas

Jatinegara-Bekasi PT. KAI (Persero).

Jakarta, 24 Juli 2020

Indah Sari

201611131

Page 6: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika IT-PLN, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Indah Sari

NIM : 2016 11 131

Program Studi : S1 Teknik Elektro

Fakultas : Tenaga Listrik dan Terbarukan

Jenis Karya : Skripsi

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non- exclusive royalty

free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Studi Perencanaan Kapasitas Gardu Traksi Klender Untuk Operasional Kereta Rel

Listrik (KRL) Lintas Jatinegara-Bekasi

Besera perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non

ekslusif ini Institut Teknologi - PLN berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, memplubikasikan

skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan

sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal: 24 Juli 2020

Yang menyatakan

Indah Sari

Page 7: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

vi

Studi Perencanaan Kapasitas Gardu Traksi Klender Untuk

Operasional Kereta Rel Listrik (KRL) Lintas Jatinegara-Bekasi

Indah Sari, 201611131

Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Pawenary, M.T., IPM.,MPM dan

Muh Nur Qosim, ST., MT.

ABSTRAK

Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan transportasi masal yang sangat digemari masyarakat, karena harganya yang murah juga cepat, sehingga setiap tahunya mengalami kenaikan penumpang yang mencapai 12,55% pada tahun 2017 ke-2018 persentase tersebut setara dengan 320 juta jiwa pertahun. Hal tersebut membuat KRL yang beroperasi harus ditambah dengan di dukung headway kereta yang semakin dipersempit, khususnya untuk lintas Jatinegara-Bekasi yang saat ini memiliki headway 11 menit, namun dalam kondisi sebenarnya headway mencapai 14 menit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan studi perencanaan kapasitas gardu traksi. Parameter daya dukung gardu traksi klender yang digunakan adalah berdasarkan penyempitan headway dari 11 menit yang saat ini diterapkan menjadi 9,5 menit dan 8 menit. Perhitungan yang harus dilakukan yaitu menghitung perubahan beban maksimum dalam satu jam yang harus disuplai oleh transformator, sehingga akan diketahui kapasitas daya yang diperlukan untuk mensuplai beban kereta. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut beban mengalami kenaikan setiap dilakukan penyempitan headway. Pada gardu traksi Klender saat ini mampu mensuplai dalam headway 11 menit, ketika headway dipersempit menjadi 9,5 menit gardu traksi klender masih mampu menyuplai beban yang terhitung dan saat di persempit menjadi 8 menit, beban terhitung mencapai 91%. Kesimpulan yang didapat yaitu gardu traksi Klender dapat dilakukan penambahan jumlah kereta dengan headway 9,5 menit dengan prosentase pembebanan 80%.

Kata Kunci: Headway, Kapasitas Gardu, Gardu Traksi KRL

Page 8: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

vii

Study On Planning Power Capacity Of Klender Traction

Substations For Operational Electric Train (KRL)

Indah Sari, 2016 11 131

Under The Guidance Of Dr. Ir. Pawenary, M.T.,IPM.,MPM and

Muh Nur Qosim, ST., MT.

ABSTRACT

Electric Train (KRL) is a mass transportation that is very popular with the public, because the price is cheap and fast, so that every year there is an increase in passengers reaching 12.55% in 2017 2018 the percentage is equivalent to 320 million people per year. This makes the operating KRL’s have to be supplemented with the support of the increasingly narrower train headway, especially for the Jatinegara-Bekasi route, which currently has a headway of 11 minutes, but in actual conditions the headway reaches 14 minutes. To meet these needs, a traction substation capacity planning study is needed. The carrying capacity parameter of the Klender Traction Substation used is based on the narrowing of the headway from 11 minutes which is currently being implemented to be 9.5 minutes and 8 minutes. The calculation that must be done is to calculate the change in the maximum load in one hour that must be supplied by the transformer, so that the power capacity needed to supply the train load will be known. Based on the results of these calculations the load increases every time the headway is narrowed. At the current Klender traction substation is able to supply in 11 minutes headway, when the headway is narrowed to 9.5 minutes the Klender traction substation is still able to supply the calculated load and when it is narrowed down to 8 minutes, the calculated load reaches 91%. The conclusion is that the Klender traction substation can add the number of trains with a headway of 9.5 minutes with a loading percentage of 80%.

Keywords: Headway, Substation Capacity, KRL Traction Substation

Page 9: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

viii

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................................. v

ABSTRAK.............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………….. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................... 2

1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 2

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 3

1.2.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 3

1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................................. 3

1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5

2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 6

2.2.1 Kereta Api Listrik ................................................................................. 6

2.2.2 Sistem Elektrifikasi KRL ...................................................................... 9

2.2.3 Gardu Traksi Listrik ........................................................................... 11

2.2.4 Sistem Saluran Atas (LAA) ................................................................ 13

2.2.5 Pantograf ........................................................................................... 14

2.2.6 Sistem Propulsi KRL .......................................................................... 16

Page 10: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

ix

2.2.7 Inverter pada KRL ............................................................................. 17

2.2.8 Sistem Proteksi.................................................................................. 17

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 19

3.1 Perancangan Penelitian ........................................................................... 19

3.2 Teknik Analisis ......................................................................................... 22

3.2.1 Menentukan Total Daya pada Kereta KRL ........................................ 22

3.2.2 Menentukan Kapasitas Gardu Traksi ................................................ 23

3.2.3 Menghitung Beban Maksimum Beban Gardu Traksi ......................... 23

3.2.4 Menghitung Kapasitas Daya Berdasarkan Headway ......................... 25

3.2.5 Menentukan Kapasitas Daya Gardu Traksi Yang Dibutuhkan ........... 25

3.2.6 Menentukan Resistansi Kawat Penghantar Jaringan LAA ................ 26

3.2.7 Menentukan Rugi Rugi Kawat Penghantar Jaringan LAA ................. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 29

4.1 Tinjauan Umum Sistem Kelistrikan Pada Kereta Rel Listrik ..................... 29

4.2 Data dan Spesifikasi Kereta Rel Listrik .................................................... 29

4.3 Menghitung Kapasitas Daya Gardu Traksi ............................................... 31

4.3.1 Jarak Pengisian Antar Gardu Traksi .................................................. 31

4.3.2 Kapasitas peralatan Gardu Traksi ......................................................... 32

4.4 Menghitung Resistansi Penghantar Jaringan LAA ................................... 36

4.5 Menghitung Rugi-rugi Kawat Penghantar Jaringan LAA .......................... 38

4.6 Pembahasan ............................................................................................ 38

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 44

5.1 Simpulan .................................................................................................. 44

5.2 Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 46

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 47

LAMPIRAN ........................................................................................................... 48

Page 11: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

x

DAFTAR TABEL Hal

Tabel 2.1 Standar Tegangan Pada KRL…………………………………….. 7

Tabel 4.1 Berat Total Beberapa Jenis Kereta……….………..…………..... 30

Tabel 4.2 Konsumsi Daya Kereta KRL……………..……………………….. 30

Tabel 4.3 Jarak Antar Gardu Traksi………………………..………………… 31

Tabel 4.4 Kapasitas Peralatan Gardu Traksi………………………..……… 32

Tabel 4.5 Perbandingan Daya Terpasang Dengan Perhitungan……….... 35

Tabel 4.6 Data Penghantar jaringan LAA……………….………………….. 36

Page 12: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

xi

DAFTAR GAMBAR Hal

Gambar 2.1 Bagian-Bagian KRL…………………………………………….. 8

Gambar 2.2 Rangkaian KRL 12 SF…………………………………………. 8

Gambar 2.3 Rangkaian KRL 10 SF…………………………………………. 9

Gambar 2.4 Elektrifikasi KRL……….………..……………………………… 10

Gambar 2.5 Diagram Gardu Traksi…………………………………………. 12

Gambar 2.6 Sistem Penyuplaian Dua Sisi Gardu Traksi…………………. 12

Gambar 2.7 Susunan Kawat Pada Jaringan Catenary…………………… 13

Gambar 2.8 Susunan Kawat Pada Jaringan Catenary LAA……………… 14

Gambar 2.9 Pantograf Single Arm atau Tipe Z……………………………. 15

Gambar 2.10 Pantograf Double Arm atau Diamond Shaped…………….... 16

Gambar 3.1 Flowchart………………………………………………………… 21

Gambar 3.2 Jarak Suplai Gardu Traksi…………………………………….. 24

Gambar 4.1 Lokasi Gardu Traksi Terhadap Stasiun……………………… 38

Gambar 4.2 Single Line Diagram Gardu Traksi…………………………… 39

Page 13: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

xii

DAFTAR LAMPIRAN Hal

Lampiran 1 Single Line Diagram……………………………………………… 48

Lampiran 2 Suplai Gardu Traksi Menuju LAA………..……………………… 49

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi………………………………………. 50

Page 14: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kereta rel listrik (KRL) adalah kereta yang menggunakan energi listrik

sebagai suplai tegangan kerjanya. Operasional KRL memerlukan daya listrik

yang akan di suplai dari sebuah gardu traksi menggunakan kawat konduktor yang

membentang dibagian atas sepanjang rute KRL tersebut yang disebut dengan

sistem catenary atau listrik aliran atas (LAA).

KRL merupakan transportasi masal yang sangat digemari masyarakat,

karena harganya yang murah juga cepat, namun dengan seiring berjalannya

waktu jumlah penumpang mengalami kenaikan disetiap tahunnya. Lonjakan

penumpang yang mencapai 12,55% pada tahun 2017 ke-2018 persentase

tersebut setara dengan 320 juta jiwa pertahun. Hal tersebut membuat KRL yang

beroperasi harus ditambah. Penambahan jumlah Kereta tersebut harus di

dukung dengan waktu tunggu antar kereta yang semakin singkat. Hal ini

mengakibatkan kapasitas gardu tidak mencukupi atau melebihi batas

kapasitasnya, hal ini dapat diindikasikan dengan banyaknya jumlah trip circuit

breaker (HSCB) sebagai pengaman gardu terhadap beban lebih dan arus

gangguan hubung singkat.

Kereta rel listrik atau KRL menggunakan 1500 VDC sebagai tegangan

kerjanya, namun untuk mendapatkan tegangan kerja yang diperlukan melalui

beberapa proses diantaranya, suplai catu daya dari gardu PLN sebesar 20 kV

AC diturunkan oleh transformator penurun tegangan (step down transformer)

menjadi 1200 V AC, kemudian disearahkan oleh penyearah (silicon rectifier) dari

tegangan AC menjadi DC, dari proses ini maka didapat tegangan 1500 V DC dari

hasil konversi tersebut dialirkan menuju kereta dengan menggunakan pantograf.

Selain melalui penyearah, aliran daya juga melewati transformator bantu 20 kV/6

kV yang digunakan untuk keperluan persinyalan, kemudian dari transformator 6

kV diturunkan menjadi 380 V sebagai tegangan kontrol. Sistem kelistrikan pada

KRL meliputi suplai tenaga listrik ke LAA, komponen jaringan LAA, motor

penggerak, sistem kontrol persinyalan dan sistem proteksi untuk sistem

kelistrikanya.

Page 15: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

2

Seiring dengan berjalanya waktu jumlah KRL yang telah tersedia saat ini di

provinsi DKI Jakarta ternyata masih belum mampu untuk mengurai kemacetan

yang ada, bahkan dengan jumlah yang ada sekarang pihak PLN sebagai

penyedia listrik kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik yang

dibutuhkan untuk operasional KRL tersebut. Untuk mengatasi jumlah

penumpang yang akan terus melonjak, direktur utama PT. KCI memutuskan

untuk melakukan penambahan jadwal perjalanan KRL.

Berdasarkan keputusan direktur PT. KCI diatas, maka perlu diketahui

berapa banyak jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan

penambahan jadwal perjalanan tersebut, dan untuk memenuhi kebutuhan listrik

tersebut maka perlu mengetahui tentang “Studi Perencanaan Kapasitas Gardu

Traksi Klender Untuk Operasional Kereta Rel Listrik (KRL) Lintas Jatinegara-

Bekasi”.

1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Sistem kelistrikan KRL yaitu menggunakan sistem gardu traksi yang

berfungsi menyalurkan listrik menuju kereta melalui jaringan listrik aliran atas.

Dalam penelitian ini akan membahas perencanaan perhitungan kapasitas daya

gardu traksi sebagai suplai tenaga listrik hingga penyaluran tenaga listrik menuju

KRL dengan menggunakan pantograf, tidak termasuk suplai arus kereta KRL

setelah melewati pantograph, serta menentukan resistansi penghantar listrik

aliran atas dan rugi-rugi pada penghantar jaringan listrik aliran atas. Penelitian

akan dilakukan pada gardu traksi Klender yang menyuplai KRL jalur Jatinegara-

Bekasi.

Page 16: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

3

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ruang lingkup pada penelitian

ini yaitu sistem elektrifikasi pada gardu traksi KRL yang meliputi:

1. Perhitungan kapasitas gardu traksi yang digunakan untuk menyalurkan

listrik menuju KRL jalur Jatinegara-Bekasi.

2. Perbandingan daya gardu traksi eksisting dan kebutuhan daya yang

terpakai untuk mensuplai KRL.

3. Perhitungan rugi rugi pada penghantar listrik aliran atas (LAA).

1.2.3 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana memperhitungkan kapasitas daya gardu traksi untuk suplai

tenaga listrik KRL jalur Jatinegara-Bekasi?

2. Bagaimana perbandingan antara gardu traksi eksisting dengan kebutuhan

daya suplai KRL sesuai perhitungan?

3. Berapa nilai resistansi pada penghantar listrik aliran atas dan rugi rugi pada

penghantar listrik aliran atas?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka tujuan

penulisan skripsi ini dalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami kapasitas daya pada gardu traksi untuk suplai

KRL jalur Jatinegara-Bekasi.

2. Mengetahui kondisi aktual antara gardu traksi eksisting (gardu traksi yang

tersedia) dengan daya yang dibutuhkan untuk suplai KRL.

3. Mengetahui rugi-rugi pada penghantar listrik aliran atas (LAA).

Page 17: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

4

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik, menghasilkan

laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam mengetahui

sistem kelistrikan yang ada di KRL bagi masyarakat umum.

2. Dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran khususnya yang

berkaitan dengan sistem kelistrikan KRL.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data acuan bagi peneliti berikutnya

terkait kapasitas gardu traksi listrik yang digunakan pada KRL jalur

Jatinegara-Bekasi.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pembahasan penelitian

tersebut, maka sistematika penulisannya adalah sebagai berikut. Bab satu berisi

pendahuluan, yang akan dikemukakan tentang latar belakang penelitian,

permasalahan penelitian yang meliputi identifikasi masalah, ruang lingkup

masalah, dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan. Bab dua berisi landasan teori, dalam bab ini akan dikemukakan

tentang tinjauan pustaka, landasan teori meliputi sistem elektrifikasi pada KRL

secara umum. Bab tiga berisi metode yang digunakan untuk menghitung

kapasitas daya gardu traksi untuk suplai KRL. Bab empat berisi hasil dan

pembahasan meliputi perhitungan kapasitas daya gardu traksi Klender untuk

suplai KRL jalur Jatinegara-Bekasi. Bab lima berisi penutup meliputi kesimpulan

dan saran.

Page 18: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Peneliti meninjau beberapa penelitian sebelumnya yang mempelajari

sistem kelistrikan kereta rel listrik yaitu menggunakan sistem gardu traksi yang

berfungsi menyalurkan listrik menuju kereta melalui jaringan listrik aliran atas

(LAA).

Berdasarkan peraturan mentri perhubungan nomor PM. 13 Tahun 2011

tentang perkereta apian, mendefinisikan “Kereta Rel Listril (KRL) merupakan

kereta yang mempunyai penggerak sendiri yang menggunakan sumber tenaga

listrik”.

Muhammad Ridwan, ST (2013), dalam jurnal “Engineering & Instalasi

Sistem PT Ren Railway System”, mendefinisikan kereta rel listrik (KRL)

merupakan kereta yang sumber daya utamanya menggunakan listrik. Daya

Listrik yang dibutuhkan oleh KRL ini akan disuplai menggunakan kawat

konduktor yang membentang di bagian atas sepanjang rute KRL tersebut yang

disebut dengan sistem catenary atau LAA (Listrik Aliran Atas).

Ava Rizkinda Putri (2018), dalam jurnalnya yang berjudul “Analisa Daya

Gardu Traksi Kranji Pada Pengoperasian Kereta Bandara Soekarno-Hatta”,

bahwa untuk pengoperasian kereta bandara dengan headway 8,5 menit dan 3

menit gardu traksi Kranji masih mampu untuk mecukupi kebutuhan tersebut.

Hidayani, ST (2017), dalam penelitianya yang berjudul Sistem Suplai

Tenaga Listrik Untuk Krl Commuterline Antara Daerah Bebas Tegangan Pada

Gardu Traksi Bojong Indah, bahwa sistem penyaluran listrik untuk kereta rel listrik

Commuter line yang disuplai oleh PT PLN persero pada rute Duri-Tangerang

terdiri dari 6 gardu traksi.

Page 19: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

6

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kereta Api Listrik

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga

gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya,

yang bergerak di rel. Kereta api umumnya terdiri dari lokomotif yang dikemudikan

oleh tenaga manusia yang disebut masinis dengan bantuan mesin dan rangkaian

kereta atau gerbong sebagai tempat pengangkutan barang dan atau

penumpang. Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas

sehingga mampu memuat penumpang atau barang dalam skala yang besar.

Angkutan kereta api adalah penyediaan jasa-jasa transportasi di atas rel

untuk membawa barang dan penumpang. Kereta api memberikan pelayanan

keselamatan, nyaman, dan aman bagi penumpang. Kereta api ditemukan pada

sekitar tahun 1800 dan mengalami pekembangan sampai tahun 1860 (Salim,

2004). Pada mulanya dikenal kereta kuda yang hanya terdiri dari satu kereta

(rangkaian). Kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu

rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi (rel). Kereta jenis

ini yang kemudian dinamakan sepur atau yang lebih dekenal dengan kereta api.

Terdapat beberapa jenis kereta api menurut tenaga pengggeraknya antara lain:

1. Kereta Api Uap

Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap air yang

dihasilkan dari ketel uap yang dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara

ataupun minyak bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai

kereta api.

2. Kereta Api Diesel

Kereta api diesel adalah jenis kereta api yang digerakkan dengan mesin

diesel dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada dua

jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel hidrolik dan kereta api

diesel elektrik.

3. Kereta Api Rel Listrik

Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta rel yang bergerak

dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta rel listrik terutama

Page 20: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

7

digunakan di kawasan Jabotabek, dan merupakan kereta yang melayani

para komuter, komuter yaitu orang yang menggunakan KRL sebagai

transportasi berpergian.

Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan kereta yang menggunakan tenaga

listrik dalam menggerakkan motornya. Pada Kereta Rel Listrik (KRL) dua macam

sumber listrik dapat digunakanyaitu sumber DC sebesar 600 V, 750 V, 1500 V,

dan 3000 V, sedangkan untuk kereta sumber AC sebesar 15 kV dengan frekuensi

16,7 Hz dan 25 kV dengan frekuensi 50 Hz (50163, 2017). Tabel berikut ini

merupakan standar BS EN 50163 dan IEC 60850 tentang tegangan standar KRL

(IEC, 2007):

Tabel 2. 1 Standar Tegangan pada KRL

Sistem

elektrifikasi

Tegangan

rendah

tidak

permanen

Tegangan

rendah

permanen

Tegangan

nominal

Teganga

tinggi tidak

permanen

Tegangan

tinggi

permanen

600 VDC 400 V 400 V 600 V 720 V 800 V

750 VDC 500 V 500 V 750 V 900 V 1 kV

1500 VDC 1000 V 1000 V 1500 V 1800 V 1,95 kV

3000 VDC 2 kV 2 kV 3 kV 3 kV 3 kV

15 KVAC;

16,7 Hz

11 kV 12 kV 15 kV 17,25 kV 18 kV

25 KVAC;

50 Hz

17,5 kV 19 kV 25 kV 27,5 kV 29 kV

Page 21: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

8

Untuk menyalurkan sumber listrik ke kereta digunakan piranti bernama

pantograf. Terdapat 2 tipe pantograf yang biasa digunakan pada KRL yaitu

diamond-shaped dan single-arm, kedua tipe ini memiliki fungsi sama untuk

mengalirkan listrik dari sumber diatas ke konverter kemudian diteruskan ke motor

sehingga KRL berjalan. Pantograf harus selalu kontak secara kontinyu dengan

konduktor sumber, disamping itu pantograf harus aerodinamis karena dipakai

pada kecepatan yang relatif tinggi terus-menerus.

Gambar 2. 1 Bagian-Bagian KRL (Hartono, 2012)

Pantograf digunakan untuk mengalirkan listrik KRL menuju converter lalu

dihubungkan ke motor KRL sehingga kereta dapat bergerak. Pada

pengoperasian KRL terdapat beberapa jenis kereta dengan stamformasi (SF)

yang berbeda-beda. Stamformasi adalah banyaknya jumlah kereta yang

tersambung dalam satu train set atau keseluruhan rangkaian kereta. Beberapa

jenis kereta yang ada dalam satu rangkaian KRL terdiri dari:

1. Trailer (T) : Kereta gandengan (tanpa penggerak).

2. Trailer Cabin (TC): Kereta gandengan dengan kabin masinis.

3. Motor (M) : Kereta dengan penggerak motor traksi

Gambar 2. 2 Rangkaian KRL 12 SF (Putri, 2018)

Page 22: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

9

Gambar 2.2 merupaka susunan rangkaian KRL dengan 12 stamformasi

yang terdiri dari 2 trailler car (Tc) dengan kabin masinis, 6 motor car (Mc) dan 4

trailler car (Tc) tanpa kabin.

Gambar 2. 3 Rangkaian KRL 10 SF (Putri, 2018)

Gambar 2.3 merupakan susunan KRL dengan 10 SF yang terdiri dari 2

trailler car (Tc) dengan kabin masinis, 6 motor car (Mc) dan 2 trailler car (Tc)

tanpa kabin. Trailer Car merupakan gerbong tanpa motor traksi dan motor car

merupakan gerbong dengan motor traksi.

KRL berjalan berdasarkan sistem propulsi atau penggerak motor traksi.

Terdapat dua jenis motor traksi yang digunakan pada KRL yaitu motor traksi AC

dan motor traksi DC. Yang membedakan dari kedua jenis motor traksi ini ialah

cara pengendalian kecepatannya. Motor traksi AC dikendalikan berdasarkan

frekuensi, sementara untuk motor traksi DC dikendalikan oleh tegangan yaitu

dengan cara membatasi tegangan dengan rheostat. Beberapa keuntungan

sistem elektrifikasi pada kereta api diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kereta listrik umumnya lebih ringan dari pada versi bertenaga sendiri seperti

traksi diesel.

2. Percepatan lebih cepat karena usaha traksi lebih besar.

3. Pada lokomotif terdapat rem regeneratif yang berperan sebagai generator

yang mengirim arus ke pasokan sistem.

4. Menghasilkan emisi karbon yang sedikit jika dibanding dengan kereta rel

diesel.

2.2.2 Sistem Elektrifikasi KRL

Elektrifikasi adalah suatu proses pemberian tenaga listrik kepada mesin-

mesin listrik, salah satunya pada motor traksi penggerak KRL. Sistem elektrifikasi

pada listrik aliran atas KRL terdapat dua jenis, pertama sistem elektrifikasi DC:

Page 23: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

10

750 VDC, 1500 VDC dan 3000 VDC, kedua sistem elektrifikasi AC: 15000VAC

dan Frekuensinya16 Hz.

Gambar 2. 4 Elektrifikasi KRL (Graha, 2005)

Pada gambar 2.2 (a) menunjukkan sistem elektrifikasi AC. Pada sistem ini

listrik AC langsung disuplai dari transformator menuju jaringan katenari, tanpa

melewati DC substation (gardu traksi DC). Sedangkan pada gambar 2.2 (b)

menunjukkan sistem elektrifikasi DC. Pada sistem ini listrik DC disuplai menuju

jaringan katenari, melalui DC substation (gardu traksi DC) untuk disearahkan

terlebih dahulu dikarenakan sumber tegangan masih dalam bentuk AC.

Operasional KRL memerlukan daya listrik yang akan di suplai dari sebuah

gardu traksi menggunakan kawat konduktor yang membentang dibagian atas

sepanjang rute KRL tersebut yang disebut dengan sistem catenary atau listrik

aliran atas (LAA) kemudian diterima oleh pantograf. Listrik aliran atas (LAA)

adalah salah satu jenis jaringan listrik arus searah yang terdiri dari gardu traksi

dan jaringan listrik saluran atas (catenary) yang dibangun dengan sedemikian

rupa sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan daya listrik dari sumber ke

beban yaitu KRL, beban yang ada pada KRL meliputi motor listrik, AC/pendingin,

kipas angin, lampu, papan iklan dan lain sebagainya.

Kereta rel listrik menggunakan 1500 VDC sebagai tegangan kerjanya,

tegangan tersebut diperoleh melalui beberapa proses diantaranya, suplai catu

Page 24: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

11

daya dari gardu PLN sebesar 20 kV AC diturunkan oleh transformator penurun

tegangan (step down transformer) menjadi 1200 V AC, kemudian disearahkan

oleh penyearah (silicon rectifier) dari tegangan AC menjadi DC, dari proses ini

maka didapat tegangan 1500 V DC dari hasil konversi tersebut dialirkan menuju

kereta dengan menggunakan pantograf. Selain melalui penyearah, aliran daya

juga melewati transformator bantu 20 kV/6 kV yang digunakan untuk keperluan

persinyalan, kemudian dari transformator 6 kV yang digunakan untuk keperluan

persinyalan, kemudian dari transformator 6 kV diturunkan menjadi 380 V sebagai

tegangan kontrol. Sistem kelistrikan pada KRL meliputi suplai tenaga listrik ke

LAA, komponen jaringan LAA, motor penggerak, sistem kontrol persinyalan dan

sistem proteksi untuk sistem kelistrikanya (Saputra).

2.2.3 Gardu Traksi Listrik

Listrik Aliran Atas atau LAA adalah suatu sistem yang terdiri dari gardu

traksi dan jaringan katenari yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari sumber

ke beban, yaitu kereta rel listrik (KRL) sehingga KRL dapat bergerak. Gardu traksi

merupakan salah satu bagian dari instalasi listrik aliran atas (LAA). Gardu traksi

berfungsi mensuplai daya dengan tegangan 1500 VDC sebagai sumber tenaga

KRL. Dimana sumber daya utama berasal dari suplai daya PLN dengan tegangan

20 KV AC yang kemudian tegangan tersebut diturunkan oleh transformator

penurun tegangan 20 kV/1,2 kV lalu disearahkan menggunakan silicon rectifier

untuk menghasilkan daya listrik dengan tegangan 1500 V DC. Output dari gardu

traksi berupa tegangan 1500 V DC kemudian disalurkan melalui jaringan

catenary yang terhubung langsung dengan KRL. Pada gambar dibawah ini

menunjukkan diagram gardu traksi secara garis besar.

Page 25: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

12

Gambar 2. 5 Diagram Gardu Traksi (PT KAI, 2016)

Sistem penyuplaian daya untuk listrik aliran atas menggunakan sistem

penyuplaian dua sisi. Sistem ini menyuplai daya untuk KRL dengan

menggunakan 2 gardu traksi yang bersebelahan dalam satu petak jalan/petak

jalan lain yang terhubung dengan interkoneksi secara parallel, sehingga

diperoleh total kapasitas daya yang sesuai dengan kebutuhan operasional KRL.

Gambar 2. 6 Sistem Penyuplaian Dua Sisi Gardu Traksi (Graha, 2005)

Pada gambar 2.6 diperlihatkan sistem penyuplaian daya dengan

menggunakan sistem penyuplaian 2 sisi, yaitu dari gardu traksi A dan B

menyuplai daya untuk KRL secara paralel. Tegangan negatif dari rel dialirkan ke

penyerah/rectifier gardu traksi A dan B. Pada saat terjadi gangguan yang

menyebabkan gardu traksi tidak dapat beroperasi, maka gardu traksi lain

(disebelahnya) bisa digunakan untuk mencatu daya KRL pada petak jalan itu.

Page 26: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

13

Pada gardu traksi listrik terdapat unit-unit peralatan utama seperti, Load

Break Switch (LBS), Vacum Circuit Breaker (VCB), High Speed Circuit Breaker

(HSCB), transformator tenaga, Silicon rectifier (SR), dan negative panel. Pada

gardu listrik juga terdapat unit-unit peralatan pendukung, seperti remote control,

linked Breaking Device (LBD), panel tegangan rendah, dan baterai (Puspitasari

& Putra, 2019).

2.2.4 Sistem Saluran Atas (LAA)

Saluran listrik aliran atas (overhead contact atau LAA) adalah saluran

konduktor listrik untuk mentransmisikan dan mensuplai daya dari gardu listrik

traksi ke motor listrik pada KRL melalui gawai pengumpul arus (pantograf).

Dimana saluran konduktor ini harus selalu berada didekat pantograf dan harus

selalu menempel untuk mensuplai daya secara kontinyu, tidak terputus dan

dengan kualitas yang baik. Pada perkeretaapian, sistem jaringan kelistrikan

aliran atas disebut sebagai sistem catenary.

Saluran kontak atas berbeda dengan saluran distribusi Iistrik umum,

karena:

1. Titik beban berpindah-pindah dan beban itu sendiri berfluktuasi dengan tajam

karena bekerjanya motor.

2. Daya listrik disuplai ke KRL dengan gawai pengumpui arus (pantograf) dan

konduktor saluran kontak (trolley wire).

Gambar 2. 7 Susunan Kawat Pada Jaringan Catenary (PT KAI, 2016)

Page 27: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

14

Pada gambar 2.7 menunjukkan beberapa susunan kawan jaringan catenary yang

terdiri dari:

1. Kawat Trolley, digunakan sebagai konduktor arus listrik dan sebagai saluran

kontak dengan pantograf pada KRL.

2. Kawat Messenger, digunakan untuk memikul beban kawa trolley atau disebut

juga sebagai kawat pemikul.

3. Kawat Feeder, digunakan sebagai penyulang daya ke kawat trolley.

4. Kawat Hanger, digunakan untuk menggantung kawat trolley dan untuk

mempertahankan kedudukan lurus kawat trolley.

Gambar 2. 8 Susunan Kawat Pada Jaringan Catenary Listrik Aliran Atas (Saputra)

Pada gambar 2.8 menunjukkan susunan kawat pada jaringan katenari

yang ada diatas rel di salah satu jaringan katenari di Jabodetabek.

2.2.5 Pantograf

Pantograf merupakan perangkat pada KRL yang berfungsi untuk

mengumpulkan arus listrik dari saluran udara yang akan disalurkan ke KRL.

Pantograf terletak di atap kereta. Pada tahun 1903, pantograf ditemukan oleh

John Q. Pantograf buatannya berbentuk seperti berlian dan masih digunakan di

lokomotif kereta sampai sekarang. Pantograf merupakan pengembangan dari

Trolley Pole yang digunakan pada bus dan trem. Apabila dibandingkan dengan

Trolley Pole, pantograf memiliki efisiensi yang lebih tinggi karena pantograf

mampu digunakan pada kecepatan tinggi. Pantograf tipe asimetris atau tipe Z

Page 28: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

15

sering digunakan pada kereta berkecepatan tinggi seperti TGV. Dalam proses

kerjanya, pantograf tidak terlepas dari kawat LAA. Selain TGV, KRL juga

menggunakan pantograf tipe Z.

Pada kawat LAA terdapat sebuah kabel atas yang mengalirkan listrik

(catenary) dan kabel bawah yang menjadi tempat bertemunya contact shoes dan

LAA atau disebut dengan contact wire. Contact wire inilah yang akan

menyediakan arus listrik untuk KRL. Pantograf dapat menempel pada kawat LAA

dan akan keatas ketika ditekan oleh sistem pneumatik. Pantograf akan turun jika

tekanan pneumatik hilang. Rel kereta berfungsi sebagai ground (penetralisir).

Pada perkembangannya, pantograf banyak digunakan pada KRL. Hampir

seluruh lokomotif listrik dan KRL di dunia, dengan alasan dapat digunakan pada

voltase yang besar yakni 1500-25000V. Berdasarkan lengannya, pantograf

terbagi menjadi dua, yaitu single arm atau tipe Z dan double arm atau tipe berlian.

Masing-masing pantograf memiliki keuntungan masing-masing. Untuk tipe

berlian, lebih berat untuk diangkat karena menggunkaan sistem pneumatik. Akan

tetapi, memiliki dua buah contact shoes sehingga lebih kuat. Sedangkan untuk

tipe Z, lebih ringan karena menggunakan per.

Gambar 2. 9 Pantograf Single Arm atau Tipe Z (Ilham, 2019)

Page 29: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

16

Gambar 2. 10 Pantograf Double Arm atau Diamond Shaped (Ilham, 2019)

Pantograf tipe berlian digunakan pada KRL Rheostatik dan Tokyo Metro

6000 dari Jepang, sementara pantograf tipe Z digunakan pasa KRL BN-Holec

dari Belgia dan KRL INKA Bombardier.

2.2.6 Sistem Propulsi KRL

Sistem propulsi merupakan sistem penggerak dengan menggunakan motor

traksi baik AC maupun DC yang berfungsi sebagai penggerak KRL. Beberapa

komponen penyusun sistem propulsi pada KRL diantaranya:

1. Pantograf sebagai penyalur aliran listrik dari LAA ke KRL

2. Circuit Breaker (CB) sebagai pemutus aliran listrik apabila terjadi kesalahan

atau gangguan

3. Kapasitor berfungsi sebagai penyimpan energi didalam medan elektrik

dengan mengumpulkan ketidakseimbangan energi didalam medan elektrik,

serta sebagai filter guna memperhalus gelombang tegangan keluaran

4. Inverter VVVF IGBT sebagai pengubah listrik DC satu fasa menjadi listrik

AC tiga fasa, serta sebagai kontrol kecepatan motor dengan memvariasikan

tegangan input dan frekuensi motor. Tegangan output inverter bervariasi,

sedangkan tegangan input inverter bersifat konstan

5. Motor traksi AC sebagai penggerak, suplai tegangan tiga fasa diperoleh dari

inverter VVVF IGBT.

Page 30: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

17

2.2.7 Inverter pada KRL

KRL memperoleh aliran listrik dari listrik aliran atas (LAA) berupa tegangan

DC, untuk dapat menginduksi motor traksi AC maka digunakan inverter sebagai

pengubahnya. Tegangan DC diubah menjadi tegangan AC oleh inverter agar

motor traksi dapat bergerak. KRL menggunakan inverter sistem Variable Voltage

Variable Frequency (VVVF). Inverter VVVF ini selain jadi pengubah tegangan,

juga berfungsi sebagai kontrol motor traksi. Hasil keluaran dari VVVF berupa

tegangan dan frekuensi yang berubah-ubah, yang mana tegangan dan frekuensi

tersebut digunakan sebagai pengontrol kecepatan motor traksi. Sebagai contoh,

motor traksi memiliki spesifikasi tegangan 380 V, dengan frekuensi 50 Hz dan

putaran 3000 rpm. Artinya, jika suatu motor induksi diberi tegangan 380V dan

frekuensi 50 Hz maka akan menghasilkan kecepatan 3000 rpm. Sementara

dalam aplikasinya KRL tidak akan melaju dengan kecepatan konstan 3000 rpm

sepanjang waktu, melainkan ada kondisi-kondisi tertentu seperti saat berhenti,

kecepatan maksimal, kecepatan rendah, akselerasi dan deselerasi sehingga

dibutuhkan kecepatan dibawah maupun diatas 3000 rpm. (Hidayani, 2017)

2.2.8 Sistem Proteksi

System proteksi pada KRL terdapat 2 jenis yaitu:

1. Sistem Proteksi Pada Gardu Listrik Traksi

Untuk membatasi suatu operasi, di dalam gardu listrik terdapat beberapa

alat pengaman yang sifatnya untuk memproteksi segala hal yang sifatnya

dapat membahayakan jaringan atau gardu itu sendiri. Alat pengaman itu

berupa pemutus otomatis yang dilengkapi dengan rele-rele proteksi yang

dapat diatur sebelumnya. Disisi tegangan AC misalnya gardu listrik

dilengkapi dengan rele-rele tegangan dan arus lebih, tegangan dan arus

lemah (under voltage/ current), dll yang dapat memberikan sinyal kepada

pemutus otomatis untuk trip apabila terjadi suatu operasi yang melebihi

pengaturan rele-rele tersebut.

Disisi tegangan DC terutama disisi keluaran 1500 V untuk penyulangan ke

jaringan aliran atas, gardu listrik dilengkapi pemutus otomatis yang dikenal

Page 31: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

18

dengan nama HSCB (High Speed Circuit Breaker). Alat ini dilengkapi

dengan rele-rele proteksi yang akan memberikan sinyal kepada HSCB

untuk trip apabila ada operasi abnormal, misalnya beban lebih (overload),

tegangan lebih (over voltage), tegangan jatuh (under voltage), dan yang

melewati pengaturan rele-rele proteksi.

2. Sistem Proteksi Pada Saluran Atas

Sistem proteksi pada saluran atas meliputi:

a. Sistem proteksi terhadap sambaran langsung, yaitu kawat tanah saiuran

atas (overhead ground wire) yang diletakkan pada ujung tiang jaringan

LAA dan terbentang sejajar dengan kawat fasa, digunakan untuk

melindungi kawat fasa dari sambaran petir.

b. Sistem proteksi terhadap gangguan tegangan lebih, yaitu penangkal petir

(lightning arrester) pada kondisi normal berfungsi sebagai isolator, tetapi

bila timbul surja berfungsi sebagai konduktor untuk membuang tegangan

lebih yang ada pada kawat yang dideteksi. Pada prinsipnya lightning

arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir sehingga tidak

menimbulkan flashover yang dapat merusak peralatan. Lightning

arrester diletakkan di atas kawat penyulang (feeder wire).

c. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat, yaitu peralatan

pembumian (grounding equipment) merupakan saluran yang langsung

dihubungkan ketanah yang berfungsi untuk membuang arus lebih akibat

gangguan.

Page 32: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan Penelitian

Merupakan penjelasan tentang karakteristik utama dari penelitian yang

berupa penelitian eksploratif, eksplainatif, deskriptif kuantitatif, dan deskriptif

kuantitatif. Skripsi ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode

kuantitatif dengan menggunakan analisis data dan memanfaatkan teori yang ada

sebagai bahan pendukung. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk

mengetahui sistem kelistrikan KRL dengan menentukan kapasitas daya gardu

traksi sebagai suplai tenaga listrik hingga penyaluran tenaga listrik menuju KRL

dengan menggunakan pantograf, serta resistansi penghantar listrik aliran atas

dan rugi-rugi pada penghantar jaringan listrik aliran atas.

Berikut ini merupakan urutan kegiatan penelitian yang akan dilakukan :

1. Studi Literatur

Dalam tahapan ini penulis akan melakukan studi mengenai permasalahan

yang diangkat dengan menggunakan literatur berupa buku buku di perpustakaan

ataupun jurnal jurnal online yang terdapat di internet.

2. Studi Bimbingan

Selain melakukan studi dengan menggunakan literatur yang sudah ada,

penulis juga akan melakukan studi dalam bentuk bimbingan kepada dosen

pembimbing skripsi.

3. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, penulis akan mengumpulkan data-data untuk melakukan

penelitian sebagai berikut:

a. Data peralatan pada gardu listrik meliputi lokasi gardu traksi, jarak antar

gardu traksi, kapasitas daya gardu traksi eksisting dan spesifikasi gardu

traksi yang ada di PT.KAI DAOP 1, data tersebut digunakan untuk

menentukan kapasitas gardu traksi.

Page 33: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

20

b. Data terkait spesifikasi kereta yaitu meliputi jenis kereta KRL dan berat

kereta KRL, kebutuhan daya motor traksi dan peralatan bantu KRL dan

grafik perjalanan kereta (Gapeka), data tersebut diperlukan untuk

menghitung kebutuhan daya listrik pada kereta KRL.

c. Single Line Diagram dari gardu traksi KRL.

4. Pengolahan Data

Dalam tahap ini, penulis telah mendapatkan data data yang dibutuhkan

dalam penelitian yang kemudian data data ini akan diolah, dianalisa dan

dievaluasi untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan. hasil

sesuai yang diinginkan.

5. Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini, penulis telah mendapatkan tujuan akhir penelitian.

Kemudian akan disusun laporan sehingga didapatkan hasil penelitian yang utuh.

Untuk membantu dalam penyusunan penelitian ini, maka perlu adanya

susunan kerangka kerja (framework) yang jelas tahapan-tahapannya. Kerangka

kerja ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyelesaian

masalah yang akan dibahas. Adapun kerangka kerja penelitian yang digunakan

seperti terlihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Page 34: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

21

Gambar 3. 1 Flowchart

Page 35: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

22

3.2 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

statistik deskriptif. Dimana dalam penelitian ini akan dilakukan pengkajian

terhadap data-data teknis yang didapat dari PT KAI. Data data selanjutnya

kemudian diolah yang nantinya akan di deskripsikan pada saat penganalisaan

data.

Pada lintas Jatinegara-Bekasi terdapat 4 gardu traksi yaitu Gardu Traksi

Jatinegara, Gardu Traksi Klender, Gardu Traksi Cakung dan Gardu Traksi Kranji.

Gardu tersebut menyuplai kebutuhan listrik antar stasiun, dimana gardu traksi

Jatinegara menyuplai daya dari stasiun Jatinegara hingga stasiun Klender,

Gardu Traksi Klender menyuplai daya dari stasiun Klender - Stasiun Buaran -

Stasiun Klender Baru hingga stasiun Cakung, gardu traksi Cakung menyuplai

daya dari Stasiun Cakung hingga Stasiun Kranji, dan Gardu Traksi Kranji

menyuplai daya dari Stasiun Kranji hingga Bekasi. Parameter daya dukung gardu

traksi yang digunakan adalah berdasarkan penyempitan headway dari 11 menit

yang saat ini diterapkan menjadi 9,5 menit dan 8 menit. Namun dalam keadaan

sesungguhnya kereta sering mengalami keterlambatan hingga headway

mencapai 14 menit. Dalam skripsi ini dibatasi hanya meninjau dari sisi gardu

traksi Klender saja.

3.2.1 Menentukan Total Daya pada Kereta KRL

Kereta KRL merupakan beban utama yang harus di suplai oleh gardu traksi,

sehingga perlu diketahui total konsumsi daya dan arus yang digunakan. Pada

penelitian ini sudah diketahui daya traksi motor kereta, daya generator kereta,

dan daya untuk motor driver air compressor kereta, semua daya tersebut

dijumlahkan sehingga total daya pada kereta dapat ditulis:

∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑀 + 𝑔𝑒𝑛 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 + 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝐷𝐴𝐶

Keterangan:

Total Daya = Total daya yang dibutuhkan kereta kW

Daya TM = Daya traksi motor kW

Gen Utama = Daya generator kereta kW

Page 36: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

23

Motor DAC = Daya motor driven kW

3.2.2 Menentukan Kapasitas Gardu Traksi

Dalam penentuan kapasitas gardu traksi KRL terdapat hal-hal yang perlu

diperhatikan yaitu:

1. Persyaratan umum kapasitas gardu traksi pada KRL harus cukup untuk

menanggung beban kereta KRL yang direncanakan.

2. Tegangan jatuh tidak sampai mengganggu operasional KRL, misalkan

pada kondisi:

a. Gerakan normal dari mesin dan perlengkapan pendukung KRL harus

tetap terjamin walau sampai kemungkinan tegangan jatuh maksimum.

b. Tegangan jatuh tidak boleh menyebabkan keterlambatan atau

temperature tinggi yang membahayakan motor penggerak KRL.

3. Konfigurasi sistem disyaratkan bila terjadi hubungan pendek atau

gangguan yang terjadi pada saluran listrik aliran atas (LAA), maka

kegagalan dapat segera dideteksi kemudian dilanjutkan dengan pemutusan

hubungan sistem lain agar sistem lain tidak terganggu.

Perhitungan kapasitas dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas daya

gardu traksi yang dibutuhkan dalam mensuplai beban kereta KRL yang

beroperasi pada lintas saat ini. Perhitungan awal yang harus dilakukan adalah

menghitung beban maksimum dalam satu jam yang harus disuplai oleh

transformator, kemudian dari perhitungan tersebut dapat dihitung kapasitas daya

pada gardu traksi.

3.2.3 Menghitung Beban Maksimum Beban Gardu Traksi

Adapun Langkah-langkah untuk menghitung beban maksimum, yaitu:

1. Menghitung jarak suplai gardu traksi (D)

Sebelum melakukan perhitungan kapasitas daya, maka harus diketahui

terlebih dahulu jarak pengisian masing-masing gardu. Jarak pengisian

Page 37: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

24

gardu traksi (D) merupakan jarak antara titik tengah interval antar gardu

traksi satu dengan lainnya, rumus yang digunakan yaitu1:

Gambar 3. 2 Jarak Suplai Gardu Traksi

𝐷 = ½ (B − A) + ½ (C − B)

Keterangan:

D= Jarak suplai gardu traksi

(B-A) = Jarak gardu B sampai A

(C-B) = Jarak gardu C sampai gardu B

2. Menghitung rasio konsumsi KRL, diasumsikan 50 Wh/ton-km

Maka beban maksimum dalam satu jam dapat dihitung dengan rumus2:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

Keterangan:

Y = Beban maksimum dalam satu jam (kW)

C = Susunan rangkaian (set)

D = Jarak suplai gardu traksi (kM)

H = Headway (menit)

N = Jenis track, single track atau double track

1 Saputra, A. (n.d.). Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi

Terhadap Kebutuhan KRL Jalur Depok-Jatinegara . Journal Of Electrical Power,

Instrumentation and Control Teknik Elektro – Universitas Pamulang .

2 Puspitasari, M. D., & Putra, F. W. (2019). Perhitungan Efektivitas Gardu Traksi Bojong

Gede Pada Lintas Jatinegara - Bogor . Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume III

Nomor 2 November 2019 .

Page 38: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

25

P = rasio konsumsi listrik kereta (Wh/ton-km)

W = Berat total kereta + penumpang (ton)

3.2.4 Menghitung Kapasitas Daya Berdasarkan Headway

Beban puncak adalah beban maksimum yang terpakai oleh konsumen pada

jam tertetu. Kapasitas daya berdasarkan headway dilambangkan dengan huruf

(Z1) dapat dihitung menggunakan rumus3:

𝑍1 = 𝑌 + 𝐶𝑚√𝑌

𝑍1 = 𝑌 + 1,7 × √𝐼𝑚𝑎𝑥 × √𝑌

Keteragan:

Z1 = Kapasitas daya berdasarkan headway (kW)

Y = Beban maksimum dalam satu jam (kW)

Cm = Faktor elektrifikasi (1,7 𝑥 √𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠)

Imaks = Arus maksimum kereta (A)

3.2.5 Menentukan Kapasitas Daya Gardu Traksi Yang Dibutuhkan

Kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan dilambangkan dengan huruf

(Zn) dapat dihitung menggunakan rumus4:

𝑍𝑛 =𝑍1

2,5

Keterangan:

Zn = Kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan (kW)

Z1 = Kapasitas daya berdasarkan headway (kW)

3 Dwiatmoko, H. (2016). Pengujian Fasilitas Operasi Kereta Api. Jakarta 4 Puspitasari, M. D., & Putra, F. W. (2019). Perhitungan Efektivitas Gardu Traksi Bojong Gede Pada Lintas Jatinegara - Bogor . Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume III Nomor 2 November 2019 .

Page 39: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

26

3.2.6 Menentukan Resistansi Kawat Penghantar Jaringan LAA

Perhitungan tahanan penghantar dilakukan untuk menghitung nilai tahanan

kawat penyulang, kawat messenger, kawat troli yang akan digunakan sebagai

konduktor untuk mengaliri tegangan listrik ke KRL dan menghitung tahanan rel,

rumus yang digunakan yaitu5:

𝑅𝑝 =𝜌𝑝 × 𝑙

𝐴𝑝

Keterangan:

Rp = Tahanan kawat penyulang per satuan panjang (Ω/m)

𝜌𝑝 = Tahanan jenis kawat (Ω mm2/m)

l = Panjang Konduktor (m)

Ap = Luas penampang kawat penyulang (mm2)

𝑅𝑚 = 𝜌𝑚 × 𝑙

𝐴𝑚

Keterangan:

Rm = Tahanan kawat messenger per satuan panjang (Ω/m)

𝜌𝑚 = Tahanan jenis kawat (Ω mm2/m)

l = Panjang Konduktor (m)

Am = Luas penampang kawat penyulang (mm2)

𝑅𝑡 = 𝜌𝑡 × 𝑙

𝐴𝑡

Keterangan:

Rt = Tahanan kawat troli per satuan panjang (Ω/m)

ρt = Tahanan jenis kawat troli (Ω mm2 /m)

5 Ilham, M. A. (2019). Studi Perencanaan Kapasitas pada 2 Gardu Traksi Untuk

Operasioal Mass Rapid Transit (mrt) Jakarta Fase 2 Bundaran HI-Kota. Jakarta: IT PLN.

Page 40: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

27

l = Panjang Penghantar (m)

At = Luas penampang kawat troli (mm2)

𝑅𝑟𝑒𝑙 = 𝜌𝑟𝑒𝑙 × 𝑙

2𝐴𝑟𝑒𝑙

Dimana:

Rrel = Tahanan rel per satuan panjang (Ω/m)

ρrel = Tahanan jenis rel baja (Ω mm2 /m)

l = Panjang konduktor (m)

Arel = Luas penampang rel (mm2)

3.2.7 Menentukan Rugi Rugi Kawat Penghantar Jaringan LAA

Karena beban pada KRL nilainya selalu berubah, maka menyebabkan rugi-

rugi pada jaringan LAA. Untuk menghitung rugi-rugi jaringan LAA, terlebih dahulu

menghitung arus total pada kereta. Untuk menghitung arus total dapat dilakukan

dengan persamaan6:

𝐼 = 𝑠

𝑣

Keterangan:

I = Arus total kereta (Ampere)

S = Kapasitas daya yang dibutuhkan (kVA)

V = Tegangan nominal (1.500V DC)

6 Puspitasari, M. D., & Putra, F. W. (2019). Perhitungan Efektivitas Gardu Traksi Bojong

Gede Pada Lintas Jatinegara - Bogor . Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume III

Nomor 2 November 2019 .

Page 41: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

28

Rugi-rugi pada jaringan LAA dapat ditentukan dengan rumus sebagai

berikut7:

𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 𝐼2𝑅

Keterangan:

Plosses = Rugi-rugi jaringan LAA (Watt)

I = Arus beban (Ampere)

R = Resistansi penghantar jaringan LAA (Ω/m)

7 Hidayani. (2017). Studi Sistem Suplai Tenaga Listrik Untuk KRL Commuter Line

Antara Daerah Bebas Tegangan pada Gardu Traksi Bojong Indah. Jakarta: STT-PLN.

Page 42: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Umum Sistem Kelistrikan Pada Kereta Rel Listrik

Suplai tenaga listrik pada gardu traksi KRL berasal dari suplai PLN terdekat

di wilayah gardu traksi tersebut. Pada rute Jatinegara hingga Bekasi terdiri dari

4 Gardu traksi, yaitu Gardu Traksi Jatinegara, Gardu Traksi Klender, Gardu

Traksi Cakung dan Gardu Traksi Kranji. Setiap gardu memiiki tanggung jawab

suplai masing-masing, dimana gradu traksi Jatinegara bertanggung jawab untuk

menyuplai daya dari stasiun Jatinegara hingga stasiun Klender, Gardu traksi

Klender bertanggung jawab untuk menyuplai daya dari stasiun Klender, Stasiun

Buaran, Stasiun Klender Baru, hingga stasiun Cakung, Gardu Traksi Cakung

bertanggung jawab untuk menyuplai daya dari stasiun Cakung hingga stasiun

Kranji, Gardu traksi Kranji bertanggung jawab untuk menyuplai daya dari stasiun

Kranji hingga Stasiun Bekasi.

Gambaran umum urutan suplai tenaga listrik KRL dimulai dari gardu traksi,

antar gardu traksi memiliki peralatan dan jenis beban yang hampir sama.

Tegangan input pada gardu traksi yaitu 20 kV AC berasal dari PLN, diturunkan

dengan transformator step down menjadi 6kV untuk persinyalan dan 1,2 kV AC

lalu diubah ke 1,5 kV DC dengan bantuan silicon rectifier. Kemudian tegangan

positif disalurkan kawat penyulang (feeder wire) menuju kawat troli atau kawat

kontak (trolley wire dan contact wire) untuk disalurkan catenary melalui pantograf

untuk mensuplai daya motor kereta KRL sehingga kereta bisa bergerak,

sedangkan tegangan negative dihubungkan pada rel, sehingga terhubung

kembali ke panel negative silicon rectifier.

4.2 Data dan Spesifikasi Kereta Rel Listrik

Untuk mengetahui perencanaan kapasitas gardu traksi operasional kereta

rel listrik (KRL) antara stasiun Jatinegara hingga Bekasi maka perlu mengetahui

beberapa spesifikasi dari rangkaian kereta tersebut untuk memudahkan dalam

menghitung perencanaan kapasitas gardu traksi. Terdapat beberapa jenis kereta

KRL yang digunakan yaitu kereta Seri Tokyo Metro 6000/7000 dan Seri JR 205.

Page 43: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

30

Tabel 4. 1 Berat Total Beberapa Jenis Kereta

No Jenis Seri SF Berat Total (ton)

1. Seri JR 205 12 569,4

2. Seri JR 205 10 467,84

3. Seri Tokyo Metro 6000/7000 10 495,68

4. Seri Tokyo Metro 6000/7000 8 389,32

Berat total kereta dihitung berdasarkan berat kosong kereta ditambah

jumlah penumpang kereta, dengan asumsi berat badan penumpang 60 kg/orang.

Perhitungan daya konsumsi kereta KRL dihitung berdasarkan jumlah traksi/motor

dikali dengan daya traksi/motor seperti pada gambar tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Konsumsi Daya Kereta KRL

No. Jenis Seri SF Daya

Traksi/Motor

Jumlah

TM/Set

Total Daya

TM (kW)

1. Seri JR 205 12 120 32 3840

2. Seri JR 205 10 120 24 2880

3. Seri Tokyo Metro

6000/7000

10 160 24 3840

4. Seri Tokyo Metro

6000/7000

8 155 16 2480

Jenis kereta yang sering digunakan yaitu seri JR 205 dengan 12 SF,

diketahui 2 daya generator utama sebesar 608 kW dan daya untuk 2 motor driven

air compressor sebesar 80 kW, sehingga perhitungan daya total dapat dihitung

dengan cara:

Page 44: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

31

∑ 𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑀 + 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑛. 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 + 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝐷𝐴𝐶

∑ 𝐷𝑎𝑦𝑎 = 3840 𝑘𝑊 + 608 𝑘𝑊 + 80 𝑘𝑊

∑ 𝐷𝑎𝑦𝑎 = 4528 𝑘𝑊

Besar arus yang dibutuhkan dapat dihitung dengan:

𝐼 = 4528 𝑘𝑊

1,5 𝑘𝑉= 3019 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

4.3 Menghitung Kapasitas Daya Gardu Traksi

Perhitungan kapasitas gardu traksi dilakukan dengan menghitung jarak

suplai gardu traksi, kemudian menghitung beban maksimum yang harus disuplai

oleh transformator, selanjutnya menghitung beban berdasarkan data-data yang

sudah didapat sebelumnya.

4.3.1 Jarak Pengisian Antar Gardu Traksi

KRL Jakarta lintas Jatinegara-Bekasi memiliki 4 gardu traksi, yaitu gardu

traksi Jatinegara, Klender, Cakung dan Kranji. Jarak antar gardu traksi digunakan

untuk menghitung jarak suplai gardu traksi. Jarak antar gardu traksi untuk lintas

Jatinegara-Bekasi dapat ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Jarak Antar Gardu Traksi

No Lokasi Gardu Traksi KM Awal KM Akhir Jarak (KM)

1. Jatinegara - Klender 11,450 15,150 3,700

2. Klender - Cakung 15,150 20,935 5,785

3. Cakung - Kranji 20,935 23,840 2,905

Page 45: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

32

Untuk menghitung jarak suplai Gardu Klender dilakukan dengan cara

menjumlahkan setengah dari jarak Gardu Klender ke Stasiun Jatinegara dan

jarak gardu Klender ke gardu Cakung, maka perhitungannya dapat dijabarkan

sebagai berikut:

KM Jatinegara = 11.450 (Sebagai Gardu A)

KM Klender = 15.150 (Sebagai Gardu B)

KM Cakung = 20.935 (Sebagai Gardu C)

𝐷 = 1

2(𝐵 − 𝐴) +

1

2(𝐶 − 𝐵)

= 1

2(15,150 − 11,450) +

1

2(20,935 − 15,150)

= 1,85 + 2,8925

= 4,7425 𝐾𝑀

4.3.2 Kapasitas peralatan Gardu Traksi

Untuk lintas Jatinegara-Bekasi mempunyai kapasitas yang berbeda beda

sesuai kebutuhan KRL yang beroperasi pada lintas wilayah tersebut. Tabel

berikut merupakan kapasitas gardu traksi untuk lintas Jatinegara-Bekasi.

Tabel 4. 4 Kapasitas Peralatan Gardu Traksi

No. Lokasi Gardu Traksi Daya PLN (kVA) Kapasitas SR (kW)

1. Jatinegara 7.000 6.000

2. Klender 5.540 4.000

3. Cakung 7.000 6.000

4. Kranji 5.540 4.000

Untuk lintas Jatinegara-Bekasi terdapat 4 gardu traksi menyuplai ke beban.

Sehingga beban maksimum yang dapat di suplai oleh transformator dari gardu

traksi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

Page 46: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

33

Dimana Y merupakan daya maksimum gardu traksi dalam satu jam. C

merupakan susunan rangkaian dimana menggunakan 2 set untuk 2 loop. D

merupakan jarak suplai dari gardu traksi KRL di dapat dari perhitungan diatas. H

merupakan headway dalam lintas Jatinegara-Bekasi memiliki headway sebesar

11 menit. N merupakan sistem track dalam perhitungan ini menggunakan double

track. P merupakan rasio konsumsi listrik kereta berdasarkan beberapa literatur

rasio konsumsi listrik kereta diasumsikan sebesar 50 Wh/ton-km, serta W

merupakan berat total kereta dalam kondisi penuh, berdasarkan tabel 4.1 berat

total kereta JR 205 menggunakan 12 stamformasi dengan kondisi berbeban yaitu

569,4 ton.

Headway adalah interval atau selang waktu antara saat dimana bagian

depan kereta api melalui titik (stasiun) sampai dengan saat bagian depan kereta

api berikutnya melalui satu titik (stasiun) yang sama dengan satuan menit/KA.

Headway diambil dari data perjalanan KRL pada lintas Jatinegara – Bekasi dari

data Gapeka 2020. Sehingga perhitungan pada gardu traksi Klender didasarkan

pada headway yang dapat dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Pada saat headway 14 menit:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

= 2 × 4,7425 ×60

14× 2 × 50 ×

569,4

1000

= 2.314,611 𝑘𝑊

Puncak beban maksimum dilambangkan dengan` huruf Z1, dapat dihitung

dengan rumus:

𝑍1 = 𝑌 + 𝐶𝑚√𝑌

Diketahui Cm = 1,7 × √𝐼𝑚𝑎𝑥 = 1,7 × √3109 = 94,789

Maka:

𝑍1 = 2.314,611 + 94,789√2.314,611

= 6.874,948 kW

Page 47: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

34

Selanjutnya dapat diketahui kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan

menggunakan rumus:

𝑍𝑛 =6.874,948

2,5= 2.749,97 𝑘𝑊

2. Pada saat headway 11 menit:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

= 2 × 4,7425 ×60

11× 2 × 50 ×

569,4

1000

= 2.945,869 𝑘𝑊

Puncak beban maksimum dilambangkan dengan huruf Z1, dapat dihitung

dengan rumus:

𝑍1 = 𝑌 + 𝐶𝑚√𝑌

Diketahui Cm = 1,7 × √𝐼𝑚𝑎𝑥 = 1,7 × √3109 = 94,789

Maka:

𝑍1 = 2.945,869 + 94,789√2.945,869

= 8.090,624 kW

Selanjutnya dapat diketahui kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan

menggunakan rumus:

𝑍𝑛 =8.090,624

2,5= 3.236,25 𝑘𝑊

3. Pada saat headway 9,5 menit:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

= 2 × 4,7425 ×60

9,5× 2 × 50 ×

569,4

1000

= 3.411,005 𝑘𝑊

Puncak beban maksimum dilambangkan dengan huruf Z1, dapat dihitung

dengan rumus:

𝑍1 = 𝑌 + 𝐶𝑚√𝑌

Page 48: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

35

Diketahui Cm = 1,7 × √𝐼𝑚𝑎𝑥 = 1,7 × √3109 = 94,789

Maka:

𝑍1 = 3.411,005 + 94,789√3.411,005

= 8.947,044 kW

Selanjutnya dapat diketahui kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan

menggunakan rumus:

𝑍𝑛 =8.947,044

2,5= 3.578,817 𝑘𝑊

4. Pada saat headway 8 menit:

𝑌 = 𝐶 × 𝐷 ×60

𝐻× 𝑁 × 𝑃 × (

𝑊

1000)

= 2 × 4,7425 ×60

8× 2 × 50 ×

569,4

1000

= 4.050,56 𝑘𝑊

Puncak beban maksimum dilambangkan dengan huruf Z1, dapat dihitung

dengan rumus:

𝑍1 = 𝑌 + 𝐶𝑚√𝑌

Diketahui Cm = 1,7 × √𝐼𝑚𝑎𝑥 = 1,7 × √3109 = 94,789

Maka;

𝑍1 = 4.050,56 + 94,789√4 050,56

= 10.083,312 kW

Selanjutnya dapat diketahui kapasitas daya gardu traksi yang dibutuhkan

menggunakan rumus:

𝑍𝑛 =10 083,312

2,5= 4.033,32 𝑘𝑊

Dari hasil semua perhitungan kapasitas daya dari Gradu Traksi Klender

dengan headway yang berbeda dengan menggunakan asumsi faktor daya 0,8

maka dapat dibandingkan daya yang terpasang dengan daya hasil perhitungan.

Page 49: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

36

Adapun perbandingan daya terpasang (eksisting) dengan daya perhitungan

pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4. 5 Perbandingan Daya Terpasang Dengan Perhitungan

No. Headway

(menit)

Daya Gardu Traksi Klender

Terpasang

(kVA)

Perhitungan

kW Cos ꝋ kVA

1. 14 5.540 2.749,97 0,8 3.437,463

2. 11 5.540 3.236,25 0,8 4.045,312

3. 9,5 5.540 3.578,82 0,8 4.473,525

4. 8 5.540 4.033,32 0,8 5.041,563

4.4 Menghitung Resistansi Penghantar Jaringan LAA

Perhitungan resistansi penghantar dilakukan untuk menghitung rugi-rugi

penghantar yang terdapat pada jaringan LAA. Dimana kawat penghantar yang

digunakan untuk kawat penyulang dan kawat troli menggunakan bahan yang

sama yaitu tembaga, sedangkan kawat messenger menggunakan baja.

Tabel 4. 6 Data Penghantar Jaringan LAA

No. Lintas Kawat

Penyulang

(mm2)

Kawat

Messenger

(mm2)

Kawat

Troli

(mm2)

Sistem

1. Jatinegara-

Bekasi

BC 2 × 300

𝑚𝑚2

St 90 mm2 Cu 110

𝑚𝑚2

Jepang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kawat penyulang berbahan BC

dengan hambatan jenis 0,017886 Ω mm2/m, kawat messenger berbahan St

Page 50: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

37

dengan hambatan jenis 0,178 Ω mm2/m, kawat troli berbahan Cu dengan

hambatan jenis 0,017886 Ω mm2/m.

Perhitungan tahanan penghantar dilakukan dengan cara menghitung nilai

kawat penyulang, kawat messenger, kawat troli yang akan digunakan sebagai

konduktor dan menghitung tahanan rel.

1. Tahanan Kawat Penyulang

𝑅𝑝 =𝜌𝑝 × 𝑙

𝐴𝑟=

0,017886 × 5,8

2 × 300= 1,73 × 10−4 Ω/𝑚

2. Tahanan Kawat Messenger

𝑅𝑚 = 𝜌𝑚 × 𝑙

𝐴𝑚=

0,178 × 5,8

90= 0,0115 Ω/𝑚

3. Kawat Troli

𝑅𝑡 = 𝜌𝑡 × 𝑙

𝐴𝑡=

0,017886 × 5,8

110= 9,43 × 10−3 Ω/𝑚

Setelah menghitung tahanan pada tiap penghantar, tahanan penghantar

pada LAA dapat dihitung dengan menjumlahkan tahanan penyulang, tahanan

messenger dan tahanan troli secara pararel, dapat dijabarkan seperti pada

berikut:

1

𝑅𝑠𝑢=

1

𝑅𝑝+

1

𝑅𝑚+

1

𝑅𝑡

=1

1,73 × 10−4+

1

0,0115+

1

9,43 × 10−3

= 0,597 × 10−4 Ω/𝑚

Perhitungan tahanan pada rel juga dilakukan karena rel merupakan media

untuk mengalirkan arus listrik ke panel negative gardu traksi dengan tahanan

jenis 0,156 Ω mm2/m dan memiliki 2 rel tiap lintasan.

𝑅𝑟𝑒𝑙 = 𝜌𝑟𝑒𝑙 × 𝑙

2𝐴𝑟𝑒𝑙=

0,156 × 5,8

2(6,934)= 6,525 × 10−5 Ω/𝑚

Sehingga tahanan pada jaringan LAA dapat dihitung dengan menjumlahkan

tahanan penghantar LAA dengan tahanan rel.

Page 51: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

38

𝑅 = 𝑅𝑠𝑢 + 𝑅𝑟𝑒𝑙

= 0,597 × 10−4 + 6,525 × 10−5

= 1,25 × 10−4 Ω/𝑚

4.5 Menghitung Rugi-rugi Kawat Penghantar Jaringan LAA

Pada jalur jaringan LAA, terdapat 2 jalur hulu dan hilir pada jaringan

catenary, sehingga total arus kereta yang telah dihitung harus dibagi dua, di

dapat 3019 A: 2 = 1509 A.

Rugi-rugi jaringan LAA dapat dijabarkan dengan perhitungan berikut:

𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 𝐼2 × 𝑅

𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 1.5092 × 1,25 × 10−4 = 284,6 𝑊 = 0,285 𝑘𝑊

4.6 Pembahasan

Gambar 4. 1 Lokasi Gardu Traksi terhadap Stasiun

Berdasarkan gambar 4.1 tersebut lintas Jatinegara-Bekasi terdapat 7

stasiun KRL yang listrik aliran atasnya di suplai oleh 4 gardu traksi yaitu gardu

traksi Jatinegara, gardu traksi Klender, Gardu Traksi Cakung, Gardu traksi Kranji.

Setiap gardu traksi memiliki tanggung jawab suplai LAA sendiri-sendiri, dimana

gardu traksi Jatinegara bertanggung jawab untuk menyuplai LAA dari stasiun

Jatinegara hingga stasiun klender, gardu traksi Klender bertanggung jawab untuk

menyuplai LAA dari stasiun Klender, stasiun Buaran, Stasiun Klender Baru

hingga stasiun Cakung, gardu traksi Cakung bertanggung jawab untuk menyuplai

Page 52: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

39

LAA stasiun cakung hingga stasiun kranji, gardu traksi Kranji bertanggung jawab

untuk menyuplai LAA dari stasiun Kranji hingga stasiun Bekasi. Gardu traksi

hanya menyuplai LAA, dan keperluan persinyalan, tidak untuk suplai daya

stasiun KRL.

Skema dalam gardu traksi data dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:

Gambar 4. 2 Single Line Diagram Gardu Traksi

Dari gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa perjalanan tegangan di mulai dari

tegangan 20 kV, masuk pada panel 20 kV, panel ini berfungsi untuk mengatur

input, output tegangan. Pada panel 20 kV terdapat beberapa peralatan bantu

yaitu:

1. Panel Incoming berfungsi untuk menerima tegangan input 20 kV dari PLN,

panel incoming dilengkapi dengan switch LBS (Load Break Switch). LBS

merupakan switch yang memiliki kemampuan dapat di-open saat kondisi

sistem berbeban, tegangan 20 kV dari PLN akan disambung menuju busbar

yang terhubung ke setiap panel 20 kV.

2. Panel Arreseter, berfungsi untuk memproteksi sistem gardu traksi dari

gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir baik secara langsung

ataupun tidak langsung.

Page 53: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

40

3. Panel Metering, berfungsi untuk mengukur semua parameter tegangan 20

kV, Pada parameter tersebut ditampilkan metering serta dikirimkan menuju

panel inter koneksi untuk ditampilkan pada displai panel VCP.

4. Panel Outgoing, berfungsi untuk memberikan output 20 kV menuju

transformator step down 20 kV/1,2 kV, 20 kV/380 V, dan 20 kV/6 kV. Panel

outgoing terdiri dari dua atau tiga panel, tergantung dari konfigurasi sistem

gardu traksi yang digunakan. Panel outgoing terdiri dari Panel Circuit

Breaker dan Panel LBS yang dirangkai seri dengna fuse.

Tegangan 20 kV kemudian diturunkan dengan bantuan transformator

penurun tegangan menjadi 1,2 kV, 380V dan 6 kV. Pada penurunan tegangan 20

kV menjadi 1,2 kV merupakan transformator utama dan memiliki daya yang

paling besar karena merupakan transformator utama untuk menyuplai tegangan

1500 VDC pada LAA. Hasil outgoing dari transformator tersebut selanjutnya

menjadi sumber input silicon rectifier. Silicon rectifier merupakan komponen

utama gardu traksi yang digunakan untuk menyearahkan tagangan 1200 VAC

menjadi 1500 VDC. Silicon Rectifier dilengkapi dengan arrester untuk tegangan

DC untuk melindungi rectifier dari sambaran petir pada jaringan LAA. Keluaran

Tegangan dari silicon rectifier ini berupa tegangan 1500 DC yang kemudian

dihubungkan menuju panel DC Switchgear. Pada panel DC Switchgear

merupakan panel yang berfungsi untuk mengatur input dan output tegangan

1500 VDC. Pada panel DC Switchgear terdapat beberapa panel seperti:

1. Panel negative, fungsinya untuk menerima input negative 1500 VDC dari

silicon rectifier dan memberikan output ke rel KRL. Panel ini menggunakan

switch tipe DS (Disconnecting switch) karena panel tersebut merupakan

tempat arus balik dari rel, sehingga panel negative tidak memerlukan

proteksi untuk memutus sambungan dari rectifier ke jalur rel secara cepat.

Panel dilengkapi dengan rele 64P yang berfungsi untuk mendeteksi

gangguan tanah (Ground Fault).

2. Panel main feeder, fungsinya untuk menerima input positif 1500 VDC dari

rectifier dan memberikan output ke busbar DC feeder. Panel ini

menggunakan switch tipe HSBC (High Speed Circuit Breaker) yang mampu

memutus sambungan dari rectifier ke jaringan LAA secara cepat jika terjadi

Page 54: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

41

kondisi fault pada sistem. Panel main feeder dilengkapi dengan relay

proteksi yang berguna untuk mendeteksi berbagai gangguan yang mungkin

terjadi pada jaringan LAA seperti over/under voltage, over current, short

circuit dan thermal overload dan juga berfungsi untuk memonitoring serta

merekam kondisi tegangan 1500 VDC.

3. Panel DC feeder, fungsinya untuk memberikan output positif 1500 VDC dari

busbar DC feeder ke LAA. DC feeder dilengkapi dengan HSCB dan rele

proteksi.

4. Panel bypass, berfungsi sebagai panel backup jika salah satu panel DC

feeder mengalami kerusakan atau sedang dalam kondisi maintenance.

Selanjutnya dari tegangan 20 kV diturunkan dengan bantuan transformator

step down menjadi 380 V. Transformator 20 kV/380 V merupakan transformator

yang berfungsi untuk menyuplai tegangan 380 V yang digunakan untuk sistem

kontrol gardu traksi. Transformator tersebut menurunkan tegangan 20 kV dari

panel outgoing 20 kV menjadi 380 V yang akan dihubungkan menuju input panel

AC/DC.

Selain itu transformator 20 kV AC di turunkan dengan menggunakan

bantuan transformator step down menjadi 6 kV AC, lalu tegangan 6 kV

dihubungkan menuju panel 6 kV.

Panel 6 kV terdiri dari beberapapanel seperti:

1. Panel incoming berfungsi untuk menerima input 6 kV dari transformator

20kV/6 kV dan memberikan output ke busbar panel 6 kV, panel incoming

dilengkapi dengan LBS.

2. Panel arrester berfungsi untuk memproteksi sistem gardu traksi dari

gangguan tegangan akibat petir. Sistem jaringan PDL (Power Distribution

Line) menggunakan saluran udara sehingga berpotensi oleh gangguan

petir.

3. Panel outgoing, berfungsi memberikan output tegangan 6 kV yang

digunakan untuk menunjang sistem jaringan PDL. Jaringan PDL

menggunakan jaringan tegangan 6 kV untuk setiap persinyalan dan pintu

perlintasan kereta api. Output tegangan 6 kV juga di salurkan menuju

Page 55: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

42

transformator step down 6 kV/380 V untuk kebutuhan daya rendah dan

kontrol gardu traksi, output 380 V juga diteruskan menuju panel AC/DC.

Panel AC/DC adalah panel yang berfungsi untuk mendistribusikan

tegangan rendah 380 VAC, untuk keperluan beban utility dan beban kontrol.

Panel AC/DC memiliki input tegangan 380 VAC, dari transformator 20 kV/380 V

yang bersumber dari PLN dan dari transformator 6 kV/380 V yang bersumber

dari jaringan PDL. Pada panel AC/DC terdapat COS (Change Over Switch) yang

akan mendeteksi kedua sumber input. Normalnya panel AC/DC disuplai dari

transformator 20 kV/380 V, namun jika sumber ini mengalamai gangguan, COS

akan mengganti input suplai menjadi dari transformator 6 kV/380 V. Jika sumber

dari transformator 20 kV/380 V sudah normal kembali, maka COS akan

mengganti kembali input suplai dari transformator tersebut. Output panel AC/DC

tegangan AC 380 V berfungsi untuk mensuplai peralatan seperti charger baterai,

exhaust fan, penerangan, serta soket listrik bangunan. Output tegangan AC 220

V berfungsi untuk mensuplai heater pada panel 20 kV, 6 kV, serta DC

Switchgear, panel VCP, dan panel fire alarm. Output tegangan DC 110 V

berfungsi untuk mensuplai rangkaian kontrol pada panel 20 kV, 6 kV, serta DC

Switchgear, panel interkoneksi, dan panel LBD.

Pada data pada tabel 4.7 dapat dilihat kapasitas daya gardu traksi eksisting

dengan kapasitas daya gardu traksi hasil perhitungan.

Tabel 4.7 Perbandingan Daya Gardu Terpasang Dan Terhitung

No. Headway

(menit)

Daya Gardu Traksi Klender

Terpasang

(kVA)

Perhitungan

kW Cos ꝋ kVA

1. 14 5.540 2.749,97 0,8 3.437,463

2. 11 5.540 3.236,25 0,8 4.045,312

3. 9,5 5.540 3.578,82 0,8 4.473,525

4. 8 5.540 4.033,32 0,8 5.041,563

Page 56: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

43

Dimana kapasitas daya gardu traksi eksisting merupakan daya tersedia

yang dapat disuplai oleh gardu traksi. Sedangkan kapasitas daya gardu traksi

hasil perhitungan merupakan daya terpakai oleh KRL berdasarkan perhitungan.

Kondisi aktual pada gardu traksi Klender yaitu daya yang terpakai prosentasenya

sebesar 73,02% atau 4.045,312 kVA dari 5.540 kVA daya yang tersedia. Hal ini

menunjukkan jika kapasitas daya gardu traksi eksisting pada gardu Klender

masih cukup untuk mensuplai kebutuhan daya KRL yang beroperasi saat ini

dengan headway 11 menit dengan spesifikasi kereta KRL tipe JR 205 dengan 12

SF. Namun pada kenyataan yang sebenarnya waktu tunggu antar kereta

(headway) tidak tepat 11 menit melainkan 14 menit, berdasarkan daya hasil

perhitungan didapat 3.437,463 kVA dibandingkan dengan daya yang tersedia

yaitu 5.540 kVA, maka pada gardu traksi Klender tersebut daya yang terpakai

prosentasenya sebesar 62,04%.

Jika dilakukan penyempitan headway menjadi 9,5 menit dan menggunakan

kereta yang sama yaitu JR 205 dengan 12 SF, maka berdasarkan daya hasil

perhitungan didapat 4.473,525 kVA jika dibandingkan dengan daya yang tersedia

yaitu sebesar 5.540 kVA, maka gardu traksi klender masih mampu untuk

menyuplai kebutuhan tersebut dengan persentase pembebanan 80%.

Jika dilakukan penyempitan headway menjadi 8 menit dan menggunakan

kereta yang sama yaitu JR 205 dengan 12 SF, maka berdasarkan daya hasil

perhitungan didapat 5.041,563 kVA jika dibandingkan dengan daya yang tersedia

yaitu sebesar 5.540 kVA, maka gardu traksi klender masih mampu untuk

menyuplai kebutuhan tersebut dengan persentase pembebanan 91%.

Sistem jaringan pada listrik aliran atas menggunakan sistem jepang yaitu

menggunakan jenis kawat kontak tunggal (single trolly), dimana kawat

penghantar yang digunakan untuk kawat penyulang dan kawat troli

menggunakan bahan yang sama yaitu tembaga, sedangkan kawat messenger

menggunakan baja.

Berdasarkan perhitungan rugi rugi pada jaringan LAA di dapat hasil sebesar

0,285 kW. Semakin pendek jarak antara daerah bebas tegangan maka akan

semakin kecil pula rugi yang dihasilkan dan jika semakin jauh jarak antara daerah

bebas tegangan maka akan semakin besar rugi rugi yang dihasilkan.

Page 57: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

44

BAB V

PENUTUP 5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan studi perencanaan kapasitas gardu Traksi Klender

untuk operasi KRL lintas Jatinegara – Bekasi, maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Kapasitas daya gardu traksi pada Gardu Klender yang terpasang sudah

cukup ideal, dimana kapasitas daya gardu yang terpasang yaitu 5.540

kVA lebih besar dari kapasitas daya yang terhitung yaitu 4.045,3 kVA.

2. Gardu Traksi Klender masih mampu untuk mencukupi penyempitan

headway menjadi 9,5 menit dengan prosentase pembebanan yaitu 80%.

3. Headway yang diterapkan saat ini yaitu 11 menit, dengan kondisi real

time mencapai 14 menit, waktu tunggu atau headway berpengaruh pada

beban maksimum, semakin sempit headway maka beban semakin

besar.

4. Sistem jaringan LAA pada jalur Jatinegara-Bekasi menggunakan sistem

Jepang yang memiliki nilai tahanan sebesar 1,25 X 10-4Ω/m

5. Rugi-rugi penghantar jaringan LAA untuk rute Jatinegara-Bekasi

sebesar 0,285 kW.

Page 58: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

45

5.2 Saran

1. Sebaiknya headway kereta konsisten di 11 menit dan tidak sering

mengalami keterlambatan.

2. Diperlukan kajian lebih lanjut untuk menentukan transformator dan

komponen dukung gardu traksi lainya seperti penentuan kapasitas

HSCB, silicon rectifier dan lainya, agar operasi lebih optimal.

3. Dari hasil penelitian dapat dikembangkan lebih lanjut untuk

penggabungan operasional kereta bandara dan kereta KRL.

Page 59: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

46

DAFTAR PUSTAKA

50163, E. (2017). Railway Applications - Supply Voltages of traction systems.

Graha, A. (2005). Buku Pedoman Perencanaan Listrik Aliran Atas (LAA).

Bandung: PT. Kereta Api (Persero).

Hartono, A. (2012). Lokomotif dan Kereta Diesel di Indonesia. Jakarta: Ilalang

Sakti Komunikasi.

Hidayani. (2017). Studi Sistem Suplai Tenaga Listrik Untuk KRL Commuter Line

Antara Daerah Bebas Tegangan pada Gardu Traksi Bojong Indah.

Jakarta: STT-PLN.

IEC, 6. (2007). Railway Aplications - Supply Voltages of Traction System.

Ilham, M. A. (2019). Studi Perencanaan Kapasitas pada 2 Gardu Traksi Untuk

Operasioal Mass Rapid Transit (mrt) Jakarta Fase 2 Bundaran HI-Kota.

Jakarta: IT PLN.

PT KAI. (2016). Ketentuan Umum Instalasi Listrik Aliran Atas Arus Searah

dengan Tegangan 1500 V. Bandung: PT KAI.

Puspitasari, M. D., & Putra, F. W. (2019). Perhitungan Efektivitas Gardu Traksi

Bojong Gede Pada Lintas Manggarai - Bogor. Jurnal Perkeretaapian

Indonesia Volume III Nomor 2 November 2019 .

Putri, A. R. (2018). Analisa Daya Dukung Gardu Traksi Kranji Pada

Pengoperasian Kereta Bandara Soekarno-Hatta. Jurnal Perkeretaapian

Indonesia Vol II.

Saputra, A. (n.d.). Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu

Traksi Terhadap Kebutuhan KRL Jalur Depok-Manggarai . Journal Of

Electrical Power, Instrumentation and Control Teknik Elektro – Universitas

Pamulang .

Page 60: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

47

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

NIM : 2016-11-131

Nama : Indah Sari

Tempat/Tgl. Lahir : Boyolali, 26 April 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Progra Studi : Sarjana Strata-1

Alamat Rumah : Jl. Taruna no 83 Pulo Gadung, Pulo Gadung,

Jakarta Timur, 13260

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Jenjang Nama Lembaga Tahun Lulus

SD SDN 2 Kadipaten 2010

SMP SMPN 1 Andong 2013

SMA SMAN 1 Gemolong 2016

Demikian Daftar Riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jakarta, 24 Juli 2020

Indah Sari

Page 61: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

48

LAMPIRAN SINGLE LINE DIAGRAM

Page 62: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

49

LAMPIRAN SUPLAI GARDU TRAKSI MENUJU LAA

Page 63: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

50

Page 64: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

51

Page 65: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

52

Page 66: SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KAPASITAS GARDU TRAKSI …

53