traksi referat fixed

38
TRAKSI 1. Pendahuluan Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon (Styrcula, 1994 a and Osmond, 1990) dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan (Styrcula, 1994 a: 71). Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi isotonic dengan berat yang ditahan pada kaki 1

Upload: yusuf-brilliant

Post on 14-Apr-2016

332 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRAKSI Referat Fixed

TRAKSI

1. Pendahuluan

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak

dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah

menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian.

Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu

lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian

1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau

dewasa muda. Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang

dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur

adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges,

ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau

patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah

terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang

berlebihan.

Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir

menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon (Styrcula, 1994 a

and Osmond, 1990) dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi manual dan

tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan (Styrcula, 1994 a: 71). Pada tahun

1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi isotonic

dengan berat yang ditahan pada kaki tempat tidur pasien, tetapi akibat pertimbangan

praktek hal ini dilakukan hingga tahun 1829 ketika traksi berkesinambungan

diaplikasikan secara luas (Peltier, 1968: 1603).

Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi amerika merupakan orang

yang pertama mempromosikan dan menunjukkan traksi kulit yang lebih efektif tidak

hanya sebagai terapi dari fraktur melainkankan juga untuk menangani deformitas

panggul (Peltier, 1968: 1609). Hal ini merupakan aplikasi yang membuat perhatian

Gurdon Buck yang pada tahun 1861 melalui pengetahuannya terhadap kerja Crosby

mempunyai traksi kulit yang dinamakan nama dirinya sendiri. Hal ini tidak dilakukan

hingga pada tahun 1921 seorang ahli bedah Australia Hamilton Russel meluaskan

konsep traksi Buck dengan menggunakan doktrin Pott’s (1780) bahwa fraktur tungkai

harus ditempatkan pada posisi otot yang relaks dinamakan fleksi panggul dan lutut,

dengan mengembangkan traksi Hamilton Russel (Peltier, 1968: 1612). 26 tahun

1

Page 2: TRAKSI Referat Fixed

sebelumnya, pada bulan desember 1895, seorang professor German bernama Röntgen

mempublikasikan observasinya dengan ‘tipe baru X-Ray’ dimana dimulai era baru

dalam penelitian fraktur (Peltier, 1968:1613). Dengan menggunakan X-Ray untuk

menilai terapi fraktur, dunia ortopedi berhadapan dengan kenyataan dimana terapi

traksi Buck tidak memuaskan 100% pada semua kasus dan tahun 1907 Fritz

Steinmann secara sukses mengembangkan traksi skeletal dengan menggunakan pin

yang dimasukkan kedalam kondylus femur. (Peltier, 1968: 1615).

Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi hingga

1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi praktek yang

sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya pembedahan fraktur

dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih. Penggunaan

Traksi telah didokumentasikan melalui banyak literature : traksi digunakan untuk

mempromosikan istirahat/imobilisasi, dimana membuat managemen tulang dan

jaringan lunak menyembuh (Taylor, 1987; Dave 1995 and Redemann, 2002). Hal ini

menolong untuk mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi nyeri (Taylor,

1987; Dave, 1995 andOsmond, 1999). Osmond (1999) Menyatakan bahwa hal ini

mengurangi subluksasi atau dislokasi dari sendi dan Styrcula (1994a) serta Rosen,

Chen, Hiebert dan Koval (2001) memberikan kredit dalam penggunaan traksi dengan

reduksi tahanan yang dibutuhkan ketika melakukan reduksi fraktur selama

pembedahan. Akhirnya, traksi juga dikatakan untuk membantu pergerakan dan latihan

(Dave, 1995 and Redemann, 2002).

Traksi merupakan terapi fraktur ketika reduksi fraktur tidak dapat

dipertahankan dengan imobilisasi oleh gips dan bebat. (chapman’s, 2001). Tujuan

traksi dapat mempertahankan panjang suatu ekstremitas, mempertahankan

kesegarisan (aligment) maupun keseimbangan (stability) pada suatu patah tulang.

Dengan pemasangan traksi gerakan pada sendi dimungkinkan dengan sekaligus tetap

mempertahankan kesegarisan fragmen-fragmen patah tulang. Dengan traksi, kejang

otot-otot yang disebabkan penyakit pada tulang atau sendi dapat diatasi. Dengan traksi

suatu tungkai yang mengalami pembengkakan dapat ditinggikan sehingga

mengurangi pembengkakan.( Subroto Sapardan, 1994)

2

Page 3: TRAKSI Referat Fixed

Jenis-Jenis Traksi

Diagram 17. jenis-jenis traksi. ( Subroto Sapardan, 1994)

Kita dapat menggunakan traksi :

(1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau

(2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau,

(3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain.

Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan

untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa

minggu jika diperlukan.

Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut :

(1) memberi pengikat ke kulit(traksi kulit).

(2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire

melalui tulangnya (traksi tulang).

Kemudian menggunakan tali untuk mengikat pengikatnya, pin atau wire,

ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat

mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan

traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya.Salah satu

dari tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya

3

Page 4: TRAKSI Referat Fixed

dan menggerakkan sendinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi

membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan

mudah diatur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Dilengan hal ini

masih kurang nyaman, tidak meyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk

pasien. Untuk kesemua alasan ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan

pengecualian yang lebih jauh.

2. Definisi Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk

menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah

untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki

deformitas dan mempercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi

skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan. Prinsip

Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis,

atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang

berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada

hukum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995).

Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim

splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang

dimasukkan ke dalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond,

1999). Traksi mempunyai peran penting dalam menangani kasus-kasus Ilmu Bedah

Tulang. Traksi dapat digunakan untuk melakukan reposisi fraktur maupun

mempertahankan kedudukan yang telah dikoreksi (imobilisasi).10

Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga

tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,

diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam

arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan

4

Page 5: TRAKSI Referat Fixed

semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe dari mekanik untuk

traksi,dimana menggunakan. Kontertraksi dalam dua cara yang berbeda. Yang

pertama dikenal dengan traksi keseimbangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau

berlari. Disini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau dengan metode skeletal.

Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat

tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi untuk

menyediakan kontertraksinya (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and

Osmond, 1999).

3. Tujuan Traksi

1. Dapat mempertahankan panjang suatu ekstremitas, mempertahankan kesegarisan

(alignment) maupun keseimbangan (stability) pada suatu patah tulang.

2. Dengan pemasangan traksi gerakan pada sendi dimungkinkan dengan sekaligus

tetap mempertahankan kesegarisan fragmen-fragmen patah tulang.

3. Kejang otot-otot yang disebabkan penyakit pada tulang atau sendi dapat diatasi.

4. Suatu tungkai yang mengalami pembengkakan dapat ditinggikan sehingga

mengurangi pembengkakan.

4. Jenis-Jenis Traksi

A. Traksi kulit

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan

menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk,

membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya

digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). Traksi kulit menunjukkan dimana

dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui

jaringan lunak (Taylor,1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Hal ini bisa

dilakukan dalam cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit,

5

Page 6: TRAKSI Referat Fixed

splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and

Osmond, 1999).

Dikarenakan traksi kulit diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi

kekuatan tahanan traksi. Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan

(Taylor, 1987;Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Berat harus tidak melebihi

(3-4 kg) (Taylor,1987; Osmond, 1999 dan Redemann, 2002). Traksi kulit

digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen

temporer fraktur femur dandislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan

nyeri sebelum pembedahan(Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Dave, 1995).

Traksi kulit dapat untuk terapi definitif maupun sementara atau sebagai

pertolongan pertama. Tenaga traksi dilanjutkan pada tulang lewat fasia

superfisialis, fasia dalam (deep) dan/serta intramuskular. Tenaga traksi berlebih

dapat menimbulkan kerusakan kulit. Berat maksimum sebaiknya tidak melebihi

5 kg, tergantung dari besar atau kecilnya penderita dan dari usia penderita. Bila

digunakan beban maksimal sebaiknya hanya 1 minggu. Apabila kurang dari

beban tersebut, dan kulit penderita diperiksa 2 kali dalam seminggu, traksi kulit

dapat digunakan dengan aman selama 4-6 minggu.

Tenaga traksi digunakan pada area kulit. Traksi yang tersebar luas lebih

nyaman dan efisien. Dalam penanganan fraktur, tenaga traksi harus digunakan

hanya pada distal fraktur. Maksimum berat beban pada traksi kulit adalah 15lb

(6,7kg). (Stewart, John D.M, 1983).

Terdapat 2 metode penggunaan traksi kulit yang sering digunakan, yaitu

traksi kulit berperekat (adhesive) dan traksi kulit tidak berperekat (non-

adhesive). (Stewart, John D.M, 1983).

1. Traksi kulit berperekat (adhesive):

Cara pemasangan traksi kulit berperekat (adhesive)

Siapkan kulit :

1. Bersihkan, cukur rambut bagian tubuh yang akan dipasang traksi, cuci dan

keringkan.

6

Page 7: TRAKSI Referat Fixed

2. Cegah pemasangan pleister di atas tonjolan-tonjolan tulang. Jika terpaksa,

lindungi dengan pelapis gips (cotton wool, padding, lainnya) sebelum

melekatkan.

3. Mulai melekatkannya pada pergelangan tangan atau kaki, sisakan gulungan

traksi 2 inci diseberang ujung distal bagian tubuh yang sakit dengan tujuan

memberikan gerakan bebas pada kaki atau jari.

4. Pasang pleister perekat longitudinal sejajar pada sisi berlainan tungkai dan

jamin adanya jaringan kulit bebas diantaranya untuk mencegah efek

tourniquet.

5. Pakai elastis verban dengan kuat diatas lekatan traksi kulit

6. cek penyebaran dan tali traksi.

7. Ikatkan pada pemberat traksi

8. Tungkai ditopang untuk mencegah pembengkakan dan iritasi dari tumit.

(Stewart, John D., 1983 dan Subroto Saparda, 1994)

Gambar 18. Traksi kulit (Swiontkowski, 2006)

2. Traksi kulit tanpa perekat (non-adhesive).

Traksi kulit yang tanpa perekat sangat berguna pada kulit tipis ataupun pada

kulit atrofi atau ketika terdapat sensitifitaas terhadap traksi kulit yang berperekat.

Cara pemasangan traksi kulit tanpa perekat (non-adhesive) pada dasarnya sama

seperti pemasangan traksi kulit berperekat (adhesive).

7

Page 8: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 19. non-adhesive skin traction (Maher, A. Salmond, S., & Pellino, T, 2002).

3. Indikasi traksi kulit :

Indikasi traksi kulit antara lain : (Chairuddin, R, 2008)

Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler

humeri anak-anak.

Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan mobilisasi tidak dapat

dilakukan.

Pengobatan sementara pada fraktur sampai menunggu terapi definitive.

Fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya pada fraktur

suprakondiler humeri pada anak-anak.

Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi.

Untuk traksi pada kelainan tulang belakang seperti hernia nukleuhernia

nukleuss pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.

4. Kontraindikasi traksi kulit :

Pemasangan traksi kulit hendaknya tidak dilakukan pada keadaan-keadaan

beriku :

- Jika terdapat abrasi kulit

- Laserasi pada kulit

8

Page 9: TRAKSI Referat Fixed

- Gangguan sirkulasi seperti varises atau impending gangrene.

- Dermatitis

- Beban yang dibutuhkan lebih besar dari maksimal beban traksi kulit.

(Stewart,John D., 1983)

5. Komplikasi traksi kulit.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan traksi, yaitu:

- Timbul reaksi alergi pada traksi kulit berperekat

- Abrasi, ekskoriasi atau infeksi kulit

- Peroneal nerve palsy (Stewart, John D, 1983).

Berikut ini ringkasan cara pemasangan traksi kulit:

1. Siapkan kulit:

- Bersihkan

- Cukur rambut

- Cuci dan keringkan

2. Cegah pemasangan plester (perekat) di atas tonjolan-tonjolan tulang. Bila

terpaksa, lindungi dengan pelapis gips (cotton wool, padding) sebelum

melekatkan.

3. Pasang plester perekat longitudinal sejajar pada sisi yang berlainan tungkai

dan jamin adanya jaringan kulit bebas di antaranya untuk mencegah efek

tourniquet

4. Tungkai ditopang untuk mencegah pembengkakan dan iritasi dari tumit.10

B. Traksi Manual

Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara

langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Traksi ini menunjukkan tahanan

9

Page 10: TRAKSI Referat Fixed

doronganyang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena

melaluitangan mereka. Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan

untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama

pembedahan.Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada

kebutuhan secaratemporal melepaskan berat traksi (Taylor, 1987; Styrcula,

1994a and Osmond,1999). Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi

fraktur, dan pada keadaan emergency.

10

Page 11: TRAKSI Referat Fixed

C. Traksi skeletal

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan

sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke

dalam.Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung

kesekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam

tulang(Taylor, 1987; Styrcula, 1994a dan Osmond, 1999). Untuk melakukan ini

berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang

tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg

dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang (Styrcula, 1994a

and Osmond,1999).

Pada traksi tulang, pin metal atau kawat diletakkan melalui tulang. Hal ini

berarti tenaga traksi diaplikasikan langsung ke tulang. Traksi tulang jarang

digunakan pada penanganan fraktur bagian tubuh atas namun sering digunakan

dalam penanganan fraktur bagian tubuh bawah. Komplikasi serius pada traksi

tulang adalah osteomielitis. (Stewart, John D., 1983)

Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa.

Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga

reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak-

plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.

Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi

mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan

traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan

meninggikan kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur

pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal

sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan traksi Dunlop sisi

tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi.

a. Indikasi

11

Page 12: TRAKSI Referat Fixed

Indikasi umum untuk traksi skeletal pada ekstremitas bawah yaitu:

Fraktur vertical tidak stabil pada cincin pelvis ketika fiksasi eksternal tidak

dapat menjaga stabilitas vertical, dan ketika fiksasi internal pada bagian

posterior dari cincin pelvis tidak memungkinkan.

Fraktur pada asetabulum dengan perpindahan minimal ketika fiksasi interna

tidak diindikasikan, fraktur berpotensi tidak stabil, dan pasien merupakan

calon baik untuk terapi traksi.

Fraktur tidak stabil pada asetabulum ketika salah satu dari tulang local atau

kondisi jaringan lunak atau factor sistemik kontraindikasi fiksasi interna.

Fraktur panggul (basilar neck, intertrochanteric, or subtrochanteric) ketika

jaringan lunak local atau kondisi tulang atau kondisi sistemik kontraindikasi

operasi

Fraktur pada batang dan area suprakondilar femur dimana internal atau

eksternal fiksasi merupakan kontraindikasi.

Fraktur kominutif pada tibia ketika traksi merupakan kebutuhan untuk

menjaga kesegarisan (alignment) dan memudahkan gerakan dini, dan ketika

internal atau eksternal fiksasi tidak mungkin dikerjakan

Fraktur pada batang tibia dan fibula ketika keterlambatan dalam terapi inisial

atau pemendekan yang tidak dapat diterima dengan koreksi pembalut gips.

Fraktur kominutif pada distal tibia dan fibula dan sendi pergelangan kaki,

dimana gerakan dini pada sendi pergelangan kaki diinginkan dan internal atau

eksternal traksi merupakan kontraindikasi. (chapman’s, 2001)

12

Page 13: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 20. skeletal traksi (Swiontkowski, 2001)

b. Traksi tulang dapat berguna untuk: (Subroto Saparda, 1994)

- Reposisi

- Immobilisasi yang lama

c. Alat-alat untuk digunakan

- Kawat Kirschner (K-Wire)

- Pen Steinmann

- Kawat-kawat dan Pin-pin halus atau berulir sekrup (threaded)

Gambar . Kawat Kirschner (K-Wire) (Subroto Saparda, 1994)

13

Page 14: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 21. Pen Steinmann (Subroto Saparda, 1994)

Gambar 22. Kawat-kawat dan Pin-pin halus atau berulir sekrup (threaded)

(Subroto Saparda, 1994)

d. Panduan insersi pin atau kawat traksi

1) Inform concent.

Pemasangan pin atau kawat merupakan prosedur pembedahan, oleh karena

itu inform consent mutlak diperlukan. Pada inform consent harus terdapat

tanda tangan dan saksi.

2) Tentukan status struktur neovaskular sebelum pemasangan pin. Dalam

pemasangan pin memerlukan pengetahuan secara spesifik mengenai anatomi

dan lokasi struktur vital. Selalu mulai pemasangan pin pada sisi yang terdapat

struktur vital.

3) Persiapan kulit

Kulit harus bebas dari tanda-tanda infeksi. Kemudian lakukan asepsis dan

antisepsis pada daerah yang akan dipasang traksi.

4) Anestesia

Sulit ubtuk memperoleh anestesia yang cukup untuk mem-blok periosteum

secara komplit. Berikan anestesi pada jaringan kulit dan subkutan dengan

lidokain 1% pada sisi tubuh yang pertama kali dimulai pengeboran.

Kemudian turunkan ke daerah periosteum dengan memiringkan jarum dan

masukan lidokain disekitar area ini untuk prosedur anestesi.

Bor pin kurang lebih setengah dari dalamnya tulang, perkirakan dimana pin

akan keluar dan anestesi di sisi seberang sisinya. Pada kasus tertentu dimana

pin menembus 2 tulang seperti pada tibia dan fibula, kita tidak mungkin

untuk memberikan anestesi pada daerah antara 2 tulang tersebut, sehingga

kita harus memberi tahu kepada pasien bahwa akan terasa lebih sakit dalam

beberapa detik dan sakit akan berkurang saat pengeboran selesai. Jika

dilakukan pada departemen emergensi, sedasi bisa digunakan.

14

Page 15: TRAKSI Referat Fixed

5) Insisi kulit

Ketika prosedur dimulai lewatkan pin atau kawat melalui tusuk yang dibuat

dengan pisau no.11. Jika infeksi dengan abses terjadi, lakukan pemasangan

drain.

6) Pemasangan pin atau kawat

Pemasangan pin atau kawat dengan menggunakan bor tangan (hand drill)

lebih baik dari pada menggunakan alat bertenaga (power equipment).

Penggunaan alat bertenaga dapat menghemat waktu namun waktu banyak

dihabiskan untuk persiapan alat. Terdapat kecenderungan menggunakan

tenaga bor dengan kecepatan yang terlalu tinggi dan menggasilkan banyak

panas, dengan demikian dapat menyebabkan nekrosis tulang disekitar insersi

pin.

Pin yang lebih kecil dan rotasi bor tangan yang lebih pelan maka lebih cepat

pin dimasukkan. Bagian tubuh yang akan dimasukkan pin tidak boleh

bergeser karena dapat menyebabkan nyeri yang lebih lanjut.

7) Kawat atau pin traksi lebih baik ditempatkan pada metafisis, tidak pada

korteks tulang tebal.

Gunakan secara hati-hati untuk menjauhi kerusakan lempeng epifisis yang

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Pada pasien dengan tulang yang

imatur, pin harus dimasukkan dibawah kontrol fluoroskopi untuk menjauhi

physis.

8) Kawat traksi jangan menembus sendi karena dapat menyebabkan pyarthrosis.

(Swiontkowski, 2001)

e. Tulang – tulang yang sering digunakan untuk traksi skeletal : (Swiontkowski,

2001)

o Metakarpal.

o Distal radius dan ulna.

o Olekranon.

o Distal femur.

o Proksimal tibia.

15

Page 16: TRAKSI Referat Fixed

o Distal tibia dan fibula.

o Kalkaneus.

f. Traksi Pada Ekstremitas Atas

1) Dunlop’s (modified Dunlop’s) Skin Traction

Penderita terlentang (supine), bahu abduksi dan sedikit fleksi, siku dalam

fleksi.

- Modifikasi :

Dengan countertraction pada humerus.

- Kerugian :

Tidak dapat dilakukan bilamana terdapat luka-luka pada lengan. Bilamana

ada gangguan vaskuler → sirkulasi → bahaya.

2) Overbody atau Lateral Skeletal Traction (Overhead)

Traksi skeletal dengan pin lewat olecranon, siku 90º, bahu dalam fleksi

tanpa abduksi. Untuk mencegah tangan terlalu pegal – pakai bidai gips. Bisa

dengan menggunakan Shoulder Spica Cast.

Traksi skeletal merupakan traksi dengan tarikan langsung pada tulang.

Dapat dengan pembedahan dan secara langsung digunakan untuk keperluan:

1. Reposisi

- Patah tulang

16

Page 17: TRAKSI Referat Fixed

- Dislokasi

- Terutama yang sudah lama dan jaringan lunak sudah

mengalami kontraktur

- Memudahkan tindakan operasi yang direncanakan kemudian.

2. Imobilisasi yang lama

- Traksi kulit dibatasi oleh kekuatan kulit

- Gerakan sendi-sendi dapat lebih terjamin karena daerah-

daerah pemasangan traksi lebih kecil.9

Alat-alat yang Digunakan

1. Kawat Kirschner (K-wire), diameter 0,036-0,0625 inci.

Keuntungan:

- Pemasangan mudah

- Kerusakan jaringan sekeliling ringan

Kerugian:

- Mudah berputar kalau busur kurang baik

- Dapat memotong tulang osteoporotik

2. Pen Steinmann (Steinmann Pins), ukuran 5/65 sampai 3/16 inci (diameter)

Keuntungan:

- Kuat

- Stabil

Kerugian:

- Lebih banyak merusak jaringan

- Kerusakan tulang lebih besar karena lebih tebal

3. Kawat-kawat dan pin-pin halus atau berulir sekrup (threaded)

Tak berulir:

17

Page 18: TRAKSI Referat Fixed

Keuntungan:

- Lebih halus

- Tidak mudah patah

- Lebih mudah untuk dimasukkan

Kerugian:

- Dapat bergeser

Berulir sekrup:

Keuntungan:

- Tidak mudah bergeser

- Lebih baik untuk penggunaan jangka panjang

Kerugian:

- Lebih mudah patah

- Untuk kekuatan sama harus lebih kuat

4. Semua pen-pen atau kawat yang mempunyai ujung

- Tumpul dan agak sukar menembus tulang

- Ujung “Diamond-Shaped”, tajam dan lebih mudah menembus tulang.10

D. Traksi Ekstremitas Bawah

1. Traksi Kulit Buck’s Extension

Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan

pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit. Traksi

Buck digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang

dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan

mengurangi spasme otot (Styrcula,1994d and Redemann, 2002). Hal ini juga

bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur panggul dan lutut, fraktur

tidak berpindah asetabulum dan nyeri pinggang bawah bilateral.

Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi

alami, dimana melalaikan abduksi (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994d).

Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris

18

Page 19: TRAKSI Referat Fixed

dengan panjang aksis kakimelalui tali yang diikat di kaki dari perluasan

melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat.

Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan fraksi tetapi bertindak untuk

merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi.Kontertraksi dicapai

dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggiantertentu untuk

mencegah pasien terjatuh dar tempat tidur.

Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting

untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan

kontertraksi. Jika tempattidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk

mencegah pasien terdorong dari tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat

dan perlu untuk ditinjau ulang.

Tujuan utama penggunaan adalah untuk mengurangi spasme otot-otot

sekitar sendi panggul atau lutut. Jangan gunakan traksi ini untuk kelainan-

kelainan tulang punggung.5,10

Management nyeri merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri

dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10 dan pasien harus diberi analgetik

sebelum nyeri menjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah

ketakutan. Sama dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk

konstipasi tidak hanya menghasilkanimobilitas tetapi juga kombinasinya dengan

ambilan analgetik dan untuk pasien traksi terutama tantangan dalam nyeri,

ditambah dengan malunya mereka untuk membuka ususnya ditempat tidur

(Taylor, 1987; Winney, 1998 and Redemann, 2002).

Bahaya Traksi Kulit :

Distal oedema

Kerusakan vaskular

Peroneal nerve palsy

Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen

19

Page 20: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 3.11 Traksi Kulit Buck’s Extension5

2. Traksi Hamilton-Russel

a. Dapat digunakan untuk patah tulang panjang atau femur, terutama untuk

anak-anak dengan berat badan dari sekitar 20-30 kg dan patokan lain adalah

usia

b. Dapat digunakan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam keadaan

tertentu dengan pin lewat tibia distal

c. Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior untuk

mencegah penekanan terhadap fosa poplitea

d. Tali diikat pada sling dan pertama melewati suatu katrol di atas kepala

kemudia baru kesuatu katrol pada kaki tempat tidur, baru ke suatu katrol

pada papan telapak kaki yang melekat pada batang pemisah dan melalui

kerekan keempat pada beban

e. Dapat digunakan untuk patah tulang panggul atau femur, terutama untuk

anak-anak dengan berat badan dari 20 kg – 30 kg, patokan lain adalah usia.

20

Page 21: TRAKSI Referat Fixed

f. Dapat digunakan untuk pemasangan traksi kulit atau dalam keadaan tertentu

dengan pin lewat tibia distal.

g. Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior untuk

mencegah penekanan terhadap fossa poplitea.

Gambar 3.12 Traksi Hamilton-Russel5

3. Traksi Split Russel’s

a. Indikasi sama

b. Menggunakan dua katrol.10

21

Page 22: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 3.13 Traksi Split-Russel’s5

4. Traksi Charnley

a. Berguna untuk penggunaan traksi pada tungkai bawah, dan sangat

dianjurkan penggunaannya

b. Dengan menggunakan pin atau wire pada proksimal tibia kemudian pin atau

wire diliputi oleh gips tungkai pendek.5,10

Gambar 3.14 Traksi Charnley5

5. Traksi Skeletal Balanced-Suspension

22

Page 23: TRAKSI Referat Fixed

a. Melakukan traksi langsung pada tibia atau femur melalui pin atau wire

b. Tungkai diletakkan pada suatu Thomas Splint dengan atau tanpa suatu

Pearson Attachment

c. Pearson Attachment memungkinkan gerakan pada sendi lutut sehingga

berguna untuk mencegah kekakuan sendi

d. Dengan menggunakan kerekan pada Thomas Splint, tungkai dapat

mengambang bebas, dengan traksi pada tempat patah tetap berjalan.5,10

Gambar 3.15 Traksi Skaletal Balanced-Suspension5

6. Traksi Skeletal Terpaku (Fixed Skeletal Traction)

Digunakan untuk patah tulang femur sambil menunggu tindakan terapi

tetap, berupa fiksasi interna.10

23

Page 24: TRAKSI Referat Fixed

Gambar 3.16 Traksi Skaletal Terpaku5

7. Sistem Katrol Multiple

Dalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan, sehingga

mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol multiple seringkali digunakan pada

traksi pelvis dimana tahanan tinggi (biasanya lebih dari 40 kg) dapat diperlukan.

Jika triple dan dobel blok dgunakan dalam gambar hanya 405 atau 8 kg,

dibutuhkan untuk dapat mencapai 40 kg.Penaik turun katrol diperlukan.

8. Traksi Gallows

Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur.

Adapun Indikasi Traksi Gallow’s adalah:

Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg

Fraktur femur

Kulit harus intak

Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan

Dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa.

Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali

sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur. Secara umum

traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas

pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah

tarikansegaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

9. Komplikasi Traksi Skeletal:

24

Page 25: TRAKSI Referat Fixed

1. Infeksi

Terkenal dengan nama Pin Tract Infection. Dimana cara-cara

pemasangan dan perawatan harus betul-betul dikuasai dan bila timbul

sequester sebaiknya pin wire dicabut.

2. Distraksi.

Harus waspada dengan mengukur / membandingkan panjang tungkai

karena bahayanya (delayed union, non union).

3. Paralisa Syaraf

Hati-hati bila menggunakan beban berat serta harus adanya observasi

seksama.

4. Patahnya pin/kawat

Gunakan busur yang baik. Kegunaan diliputi pin dalam gips (kesatuan

Charnley).

5. Decubitus

6. Kongesti paru

7. Konstipasi

8. Anoreksia

9. ISK

10. Trombosis vena profunda

25

Page 26: TRAKSI Referat Fixed

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, arief.ed. (2000) kapita selekta kedokteran: bedah ortopedi. Fraktur, edisi ketiga,

jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta. 346.

2. Ellis, Harold. clinical anatomy. 11 ed. Blackwall. 2006

3. Netter, F. Atlas of Human Anatomy. 3th ed. ICON: New York. 2003

4. De jong. Buku Ajar Ilmu Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Ed 2. EGC: Jakarta. 2002. Hal 835-

54

5. Chapman, Michael W. Editors, 2001. Chapman's Orthopaedic Surgery, 3rd Edition, Fracture

Healing and Closed Treatment of Fractures and Dislocations. Lippincott Williams & Wilkins

6. Subroto Saparda, 1994. Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah ilmu Bedah: Fraktur.

Editor: Subroto Sapardan. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal 457-65

7. Swiontkowski. Manual of Orthopedics: Traction. 6th ed. Williams and Wilkins: New York.

p138-51

8. Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.

Jakarta:EGC.2005

9. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,

BagianBedah FKUI.

10. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New

York:Churchill Livingstone, 1989.

11. Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd

ed.Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983

12. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the

InjuredPatient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990

26