skripsi strategi badan pendapatan daerah dalam
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STRATEGI BADAN PENDAPATAN DAERAH DALAM
INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN DI KOTA MAKASSAR
Disusun oleh:
SUPARMAN MAKMUR
Nomor Stambuk : 105610542715
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ii
STRATEGI BADAN PENDAPATAN DAERAH DALAM
INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN DI KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun dan diusulkan oleh
SUPARMAN MAKMUR
Nomor Stambuk : 105610542715
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iii
iv
iv
v
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Suparman Makmur
Nomor Stambuk : 105610542715
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan oleh orang lain atau
melakukan plagiat. Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademiki.
Makassar, 29 Oktober 2020
Yang Menyatakan.
Suparman Makmur
vi
vi
ABSTRAK
Suparman Makmur, Andi Rosdianti Razak, Hafis Elfiansyah Parawu.
Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak
Bumi Dan Bangunan Di Kota Makassar.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran serta penjelasan tentang Strategi
Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kota Makassar. Jenis penelitian ini menggunakan tipe penelitian
deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan strategi badan pendapatan daerah
intensifikasi pemungutan pajak khususnya PBB adapun informan dalam penelitian
ini ada 7 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Badan Pendapatan
Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Makassar sudah berjalan dengan cukup baik dan bereorentasi sepenuhnya kepada
strategi peningkatan pendapatan pajak dengan berlandaskan sikap dan perilaku
pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang baik dan penyuluhan
kepada masyarakat serta keinginan untuk memotivasi diri sendiri sehingga
tercapai sumberdaya yang mempunyai skill atau kemampuan yang dapat
mempengaruhi instansi dan juga pelayanan kepada masyarakat yang mudah dan
cepat, sehingga mempengaruhi kesadaran dan keinginan Wajib Pajak dalam
membayar pajak.
Kata Kunci: Strategi, Intensifikasi, Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..!
Puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul Fungsi
Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penggunaan Dana
Desa di Desa Batu Kede Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua pembimbing, Bapak Dr.
Andi Rosdianti Razak, M,Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Hafiz
Elfiansya Parawu, M,Si selaku pembimbing II yang penuh dengan kesabaran
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan mulai penyusunan
proposal hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Kepada para penguji yang senang tiasa memberikan masukan dan arahan.
2. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
viii
3. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA Ketua Program Ilmu Administrasi Negara
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse.,M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Kepada para informan yang telah bersedia membantu dalam peneitiaan skripsi
ini kepada Kepala Dinas Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar beserta
stafnya.
8. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Makmur dan Ibunda Yunani yang telah
berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, membiayai, mendidik dan
memberikan nasehat kepada penulis dengan limpahan kasih sayang. Do’a restu
dan pengorbanan yang tulus dan ikhlas yang telah menjadi pemacu yang selalu
mengiringi langkah penulis dalam perjuangan meraih masa depan yang
bermanfaat.
9. Teman-teman penulis khususnya Musabry, Ary Sulfahri, Alfin, Normaisa,
Elma beserta teman-teman seangkatan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
sahabat-sahabat kelas F.15 Ilmu Administrasi Negara yang tak sempat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi support system dalam
penyusunan skripsi ini.
ix
ix
Penulis menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna di
dunia ini, maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang ada
dalam penulisan skripsi ini.
Makassar, 29 Oktober 2020
Suparman Makmur
x
x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................i
Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................ii
Halaman Persetujuan ...........................................................................................iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................iv
Abstrak ................................................................................................................v
Kata Pengantar ....................................................................................................vi
Daftar Isi..............................................................................................................ix
Daftar Tabel ........................................................................................................xi
Daftar Gambar .....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep Dan Teori ..........................................................8
1. Teori Manajemen .......................................................................8
2. Konsep Strategi ..........................................................................9
3. Konsep Manajemen Strategi ......................................................17
4. Konsep Strategi Pemerintah .......................................................18
B. Konsep Intensifikasi .........................................................................20
C. Konsep Administrasi Perpajakan .....................................................21
D. Peneliti Terdahulu ............................................................................28
E. Kerangka Fikir..................................................................................29
F. Fokus Penelitian ...............................................................................30
G. Deskripsi Fokus Penelitian ...............................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian .............................................................35
B. Jenis dan Tipe penelitian ..................................................................35
C. Sumber Data .....................................................................................36
D. Informan Penelitian ..........................................................................36
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................37
F. Teknik Analisis Data ........................................................................38
G. Keabsahan Data ................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................41
B. Pembahasan ......................................................................................79
xi
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................88
B. Saran-Saran ......................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................90
LAMPIRAN .......................................................................................................92
xii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Informan Penelitian .................................................................36
Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan PBB Tahun 2017 - 2019 ..................51
Tabel 3. Kriteria Nilai Kontribusi .......................................................................52
Tabel 4. Terdaftar Sebagai Wajib Pajak .............................................................54
Tabel 5. Srategi Badan Pendapatan Daerah ........................................................55
xiii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pikir...................................................................................29
Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar ......48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang berkembang, yang memiliki pendapatan
dari berbagai sumber salah satunya yaitu berasal dari pemungutan pajak, baik
negara maupun pajak daerah yang menjadi sumber terbesar pendapatan negara
kita berasal dari pemungutan pajak. Meskipun pemungutan pajak merupakan
sumber terbesar untuk pendapatan kas negara dalam proses pemungutannya tidak
jarang sekali mengalami kendala dan masalah seperti masalah minimnya
pengetahuan masyarakat terhadap pemungutan pajak, masalah kesadaran
masyarakat untuk menjadi wajib pajak yang bijak dengan membayar pajak kepada
negara, serta masalah penunggakan pembayaran pajak dinegara kita ini sangatlah
banyak terjadi di beberapa tahun terakhir.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebebesar-besarnya kemakmuran rakyat ( UU No.28 tahun 2007).
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari
masyarakat guna membiyai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan
ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa
1
2
kemasa sesuai perkembangan masyarakat dan Negara, baik dalam dalam bidang
kenegaraan maupun dalam bidang sosial dan ekonomi.
Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapain tujuan
pembangunan nasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang
diperoleh dari sumber-sumber pajak maupum non pajak.
Pentingnya pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah
ditetapkan dalam berbagai produk undang-undang pemerintah, dalam neraca
APBN misalnya telah ditentukan penerimaan negara bersumber dari penerimaan
dalam Negeri dan penerimaan pembangunan. Penerimaan dalam negeri terdiri atas
penerimaan migas dan penerimaan yang berasal dari pajak. Penerimaan Negara
yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan oleh undang-undang sudah
menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pentingnya pajak tersebut
terutama untuk pembiyaan pembangunan, hal ini tidak lain karena warga Negara
sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang
dan pangan, juga membutuhkan sarana dan prasana, seperti jalan untuk
transportasi, taman untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan untuk
merasakan aman dan terlindungi Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum
tersebut untuk ketersediaanya hanya pemerintahlah yang bertanggung jawab
untuk memenuhinya (Kunarjo, 1993:125).
Pajak sebagai penerimaan Negara tampaknya sudah jelas bahwa apabila
pajak ditingkatkan maka penerimaan Negara pun meningkat, sehingga Negara
3
dapat berbuat lebih banyak untuk kepentingan masyarakat. Sebagai pemerataan
pendapatan masyarakat, kenyataan menunjukkan bahwa dikalangan masyarakat
masih banyak terdapat kesenjangan antara warga negara yang kaya dan yang
miskin. Pajak adalah salah satu alat untuk dapat meredistribusi pendapatan dengan
cara memungut pajak yang lebih besar bagi warga yang berpendapatan tinggi dan
memungut pajak yang lebih rendah bagi warga yang berpendapatan lebih kecil.
Berhubungan dengan hal ini, cara memungut pajak sebagaimana
dikemukakan oleh Kunarjo (1993:126) dapat dibagi tiga yaitu : (1) Progresif,
yaitu memungut pajak dengan persentase meningkat sesuai dengan cakupan
penerimaan yang makin meningkat. Dengan demikian secara relatif maupun
absolute kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi dibebani dengan pajak
yang besar. (2) Degresif, yaitu pemungutan pajak dengan persentase yang makin
menurun pada cakupan masyarakat yang pendapatannya makin meningkat. Pada
kategori ini, walaupun berpendapatan tinggi, maka dibebani pajak relatif lebih
kecil tetapi secara absolute jumlahnya lebih besar. (3) Proporsional, yaitu
membagi pajak dengan persentase yang sama pada setiap tingkat pendapatan. Ini
berarti bahwa secara relatif seluruh masyarakat wajib pajak dibebani dengan
persentase sama tetapi secara absolute kelompok berpendapatan tinggi dibebani
pajak yang lebih besar.
Jenis pajak yang diperhitungkan pada sisi penerimaan dalam APBN antara
lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, bea masuk, cukai, ekspor, pajak
bumi dan bangunan, pajak lainnya dan penerimaan bukan pajak. Khususnya untuk
pajak bumi dan bangunan sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan
4
daerah. Objek yang dikenakan pada pajak bumi dan bangunan ini adalah nilai jual
objek pajak bumi dan bangunan. pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
dilakukan pembagian sebagaimana diatur oleh undang-undang yaitu bagi
pemerintah kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat.
Salah satu pajak yang menjadi potensi sumber pendapatan negara kita
yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang masuk dalam kategori Pajak Negara.
Sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilimpahkan dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kota sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor: 213/pmk.07/2010, nomor: 58 tahun
2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah . Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu
iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai
hak, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan
(Rahman, 2011:41).
Pemerintah Kota setiap tahunnya mempunyai target dalam penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi tidak
selalu target tersebut terealisasi dengan sempurna. Terkadang juga realisasi
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) jauh dibawah target yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kota.
Pemerintah perlu melakukan intensifikasi pemungutan pajak agar dapat
meningkatkan penerimaan negara atau daerah, khususnya intensifikasi sektor
Pajak Bumi dan Bangunan. Peningkatan penerimaan dari sektor pajak ini akan
5
lebih efektif perolehannya jika ada peran serta aktif dari masyarakat. Untuk
meningkatkan peran serta aktif dari masyarakat maka dirubahlah sistem
pemungutan pajak yang semula Official Assesment menjadi sistem Self
Assesment. Sistem Self Assesment memberikan kepercayaan kepada masyarakat
untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang. Tujuan sistem
tersebut diharapkan pelaksanaan administrasi perpajakan lebih rapi, terkendali,
sederhana dan mudah dipahami oleh wajib pajak. Untuk itu kantor pajak dianggap
perlu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya membayar
pajak agar tidak terdapat tunggakan lagi.
Menurut Chaizi Nasuha menyatakan bahwa intensif tidaknya pemungutan
pajak (Self Assessment) dapat diukur melalui tingkat kepatuhan Wajib Pajak
dalam menjalankan kewajiban pajaknya, dimana ada beberapa aspek yang
menjadi tolak ukuryakni aspek psikologis dan aspek yuridis. Aspek psikologis
lebih melihat kepada sampai sejauh mana aparat pajak/dinas terkait dalam
melakukan tugasnya sebagai penyuluh, pelayan, dan pengawas. Aspek yuridis
diukur dari sampai sejauh mana kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
Pada tahun 2018 target Intensifikasi pemungutan pajak bumi dan bangunan
di kota makassar mengalami penurunan hal ini di sebabkan oleh banyak faktor
antara lain kurangnya pemhaman masyarakat terhadap arti dari pajak bumi dan
bangunan dalam pembiayaan pembangunan, kurang nya bukti nyata dari pajak
yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kurang giatnya
aparat dalam melakukan penagihan dan sikap apatis dari masyarakat itu sendiri
6
dalam membayar pajak khusunya pajak bumi dan bangunan selain dari itu kadang
kala wajib pajak sulit dijangkau karena tidak lagi berdomisi di daerah tersebut.
Berkaitan dengan fenomena diatas mengenai kasus penunggakan Pajak
Bumi dan Bangunan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
keintensifan pemerintah Kota Makassar dalam melakukan pemungutan khususnya
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan . Penelitian dan analisa ini dikembangkan
dalam bentuk skripsi dengan judul “Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam
Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kota Makassar”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Strategi Badan Pendapatan Daerah
Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitan ini adalah
sebagai berikut: Untuk menganalisis Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam
Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar dalam intensifikasi pemungutan pajak
bumi dan bangunan;
7
b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi Kantor Badan Pendapatan
Daerah di kota atau kabupaten lain dalam intensifikasi pemungutan pajak
bumi dan bangunan.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang dimiliki oleh
perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar;
b. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan referensi bagi
para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian;
c. Sebagai salah satu sumber referensi dalam diskusi, seminar, maupun
pengkajian terkait Strategi Dinas Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan;
d. Sebagai salah satu sumber data, informasi dan referensi tambahan dalam
Ilmu Administrasi Negara.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Teori
1. Teori Manajemen
Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) manajemen merupakan
suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan
pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. (Hasibuan, 2007: 2) senada dengan Manulang
mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Malayu S.P
Hasibuan mendefenisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari tiga pendapat ahli di atas,
manajemen memiliki kata kunci “perencanaan”, “pengarahan”, “pengendalian”,
“sumber daya”, dan “tujuan”.
Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) berpendapat bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan manajemen menurut Massie (Arsyad, 2002: 1) merupakan suatu
proses dimana kelompok secara kerjasama mengerahkan tindakan atau kerjanya
9
untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut diantaranya mencakup teknik-
teknik yang digunakan oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau
aktifitas orang lain menuju tercapainya tujuan bersama.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, kepemimpinan, pengendalian dan pengawasan melalui pemanfaatan
sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
2. Konsep Strategi
Pengertian strategi ada beberapa seperti yang dijelaskan bebrapa ahli dalam
bukunya masing-masing yang tentunya memiliki pandangan yang berbeda namun
memiliki makna yang tentunya sama. Sebelum menguraikan pengertian strategi
pemerintah, maka terlebih dahulu perlu dipahami pengertian strategi itu. Kata
“strategi” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang memiliki
arti sebagai Komandan militer.
Menurut J. Winardi (2003:12), strategi sebagai sebuah rencana atau
semacam arah rangkaian tindakan tertentu didalam suatu organisasi merupakan
pedoman atau kelompok pedoman untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai
10
sebuah rencana, strategi memiliki dua karakteristik esensial, yaitu disusun
sebelum rangkaian tindakan tertentu diilaksanakan dan dikembangkan secara
sadar dengan tujuan tertentu. Seringkali strategi dinyatakan secara eksplisit, dalam
dokumen-dokumen yang dikenal sebagai rencana-rencana, tetapi adakalanya
strategi tidak dinyatakan secara formal, meski hal itu jelas tercantum dalam benak
orang-orang ysng berkepentingan.
Selama bertahun-tahun lamanya penggunaan kata strategi berlanjut hanya
sebatas dalam konteks militer dan politik, sebagaimana sumber pemahamannya
berasal sehingga “strategi” justru tidak terjadi. Namun sesudah perang dunia ke II,
Von Neuman dan Morgenstern mencabut lepas makna strategi dari konteks yang
sebelumnya, melalui teori (Desminth.2010:54) dan kemudian
memperkenalkannya kedalam lingkup kehidupan organisasi swasta yang
berorientasi laba ataupun organisasi publik. Memasuki perkembangan zaman saat
ini, ternyata konsep strategi beranjak tumbuh sedemikian pesatnya hingga tidak
pernah diambil sebelumnya, yang sayangnya malah mengantar dampak
terbentukya pandangan buruk di dalamnya. Untuk sementara waktu kekuatan dari
konsep strategi justru memudar dengan cepat dibawah pengaruh mencuatnya
interprestasi terhadapnya.
Menurut (Morrisan,2008:152), mendefinisikan strategi sebagai: penentuan
jangka panjang perusahaan dan memutuskan atau menetapkan arah tindakan serta
mendapatkan sumber-sumber yang ditentukan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan. Berfikir strategis merupakan tindakan untuk memperkirakan dan
membangun tujuan masa depan yang ingin di capai, menentukan kekuatan apa
11
saja yang bisa membantu atau akan menghalangi tercapainya tujuan, serta
merumuskan rencana atau mencapai keadaan yang diinginkan.
Menurut Siagian (2015: 53), semua upaya dalam pencapaian tujuan dari
berbagai sasaran organisasi membutuhkan strategi yang mantap dan jelas.
Dilingkungan bisnis strategi pada umumnya didefenisikan sebagai “pernyataan
sadar oleh manajemen tentang bidang-bidang bisnis apa yang akan ditekuni oleh
organisasi dan dalam kegiatan apa organisasi akan maju dan bergerak dimasa
yang akan datang.
Menurut (Hamim, 2009:73-74) strategi diartikan sebagai rencana para
manager yang berorintasi kepada masa depan dengan berinteraksi dengan
lingkungan persaingan guna mencapai sarana organisasi. Strategi mencerminkan
kesadaran organisasi mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus bersaing,
siap melawan, dan untuk maksud apa. Strategi akan memaksimalkan keunggulan
kompetitif organisasi dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Banyak
organisasi profit maupun non profit mempunyai strategi yang akan ditetapkan,
inkremental, atau intuitif, yang tidak pernah diartikulasikan atau dianalisis.
Strategi diperlukan untuk organisasi secara keseluruhan, untuk tiap unit kerja
dan untuk tiap fungsi dalam organisasi. Strategi secara keseluruhan adalah
perencanaan permainan manager yang muncul dari pola tindakan yang sudah
direncanakan. Tidak ada satu strategi yang berlaku untuk segala situasi.
Keberhasilan dan kegagalan organisasi memang bukan hanya ditentukan semata-
mata oleh strategi yang jitu, masih banyak faktor lain yang menentukan
keberhasilan, tetapi membuat dan menyiapkan strategi yang sudah matang berarti
12
telah menyelesaikan 60% persoalan. Pernyataan strategi ini adalah kunci
keberhasilan untuk menghadapi perubahan lingkungan, dan memberi kesatuan
arah untuk semua anggota organisasi. Jika konsep strategi tidak jelas, maka
keputusan yang diambil akan berifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka dan
tidak memperdulikan keputusan yang lain.
Menurut (Hamim, 2009:74) strategi adalah suatu rencana terpadu,
menyeluruh, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan-keunggulan
stratejik dari perusahaan pada tantangan-tantangan lingkungan. Strategi didesain
untuk menjamin tercapainya objekti-objektif dasar dari perusahaan melalui
pelaksanaan yang seperlunya oleh organisasi. Berdasarkan penyataan mengenai
strategi diatas, maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya strategi merupakan
sarana pada dasarnya strategi merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai
sasaran. Pencapaian sasaran utama organisasi dapat dicapai dengan menjalankan
strategi yang tepat. Strategi yang tepat merupakan rencana yang bersifat menyatu,
menyeluruh dan terpadu dengan mengeitkan berbagai keunggulan strategi
perusahaan dengan tantangan lingkungan. Pemahaman mengenai konsep strategi
sebagai suatu kesatuan rencana yang menyeluruh dan terpadu yang dibutuhkan
oleh organisasi dalam mencapai sasarannya.
Makmur (2013:44) memberikan pengertian strategi adalah gagasan pemikiran
rasional yang disusun secara sistematik yang sesuai dengan hasil pengamatan
yang digunakan dalam suatu organisasi. Strategi merupakan cara terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi. Strategi dibutuhkan setiap saat dalam menghadapi
13
dinamika organisasi setiap persaingan dinamika organisasi selalu dimenangkan
oleh organisasi yang menggunakan cara dan tindakan yang strategis.
Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-
tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi
menjadi suatu kesatuan yang utuh, strategi diformulasikan dengan baik akan
membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan
menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan, strategi yang baik disusun
berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan
dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata
musuh (Quinn 1999).
Adapun aturan dasar dalam merumuskan strategi yang pertama harus
menjelaskan dan menginterprestasikan masa depan tidak hanya masa sekarang,
lalu arahan strategi harus bisa menentukan rencana lalu strategi harus berfokus
pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata pada pertimbangan keuangan,
kemudian ini diaplikasikan dari atas kebawah. Lalu strategi harus mempunyai
orientasi eksternal dan juga fleksibilitas sangat esensial lalu strategi harus
berpusat pada hasil jangka panjang (goldworthy dan ashley 1996).
Yunus (2012:36) menyatakan strategi merupakan keseluruhan dari lingkup
gagasan yang digunakan untuk dimanfaatkan dengan baik dalam mewujudkan
tujuan organisasi. Bagi organisasi strategi merupakan instrumen penting di dalam
mengelola organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Karena itu, strategi selalu
bersentuhan dengan kebijakan, target sasaran dan program yang dimiliki
organisasi dalam mewujudkan tujuannya.
14
Dalam Salusu (2006:104-105)tipe-tipe strategi menurut Kooten meliputi:
1. Corporate Strategi (Strategi Organisasi)
Strategi ini berhubungan erat dengan perumusan Misi, Tujuan, nilai-nilai
dan inisiatif-inisiatifstrategi yang baru. Dan pembatasan-pembatasan
dibutuhkan yaitu mengenai apa yang dilakukan dan untuk siapa atau
sasarannya. Secara umum strategi organisasi adalah penetapan sasaran
jangka panjang yang bersifat mendasar bagi sebuah organisasi.
Robbins (Kusdi, 2009:87). “pengertian strategi dalam konteks organisasi
yaitu penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang bersifat
mendasar terhadap suatu organisasi, yang dilanjutkan dengan penetapan
rencana aktivitas dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan guna
mencapai berbagai sasaran tersebut”.
2. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi tersebut memberi perhatian pada keterlibatan strategi dari program
tertentu. Lalu apa dampaknya apabila suatu program tertentu dijalankan atau
diperkenalkan (apa dampaknya bagi sasaran organsasi).
3. Resouce Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya)
Fokus perhatian strategi sumber daya ini yaitu memaksimalkan sumber daya
esensial yang tersedia untuk meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
Sumber daya ini dapat berupa keuangan, tenaga, tekhnologi dan sebagainya.
4. Institusional Strategi (Strategi Kelembagaan)
Strategi institusional ini memusatkan perhatian pada pengembangan
kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
15
Strategi tidak hanya ada satu, oleh karena itu teori tentang strategi dan tipe-
tipe strategi ini saling menopang sehingga menjadi satu kesatuan yang kokoh
yang mampu menjadikan organisasi bisa bertahan dalam kondisi lingkungan yang
tidak menentu, dan mampu memberikan hasil maksimal bagi suatu organisasi.
Strategi disusun dan diimplementasikan demi mencapai berbagai tujuan yang
telah ditetapkan, sekaligus mempertahankan dan memperluas aktivitas organisasi
pada bidang-bidang baru dalam rangka merespons lingkungan (misalnya
perubahan permintaan, perubahan sumber pasokan, fluktuasi kondisi ekonomi,
perkembangan tekhnologi baru, dan aktivitas-aktivitas para pesaing).
Dalam merumuskan dan mempersiapkan perencanaan strategi, organisasi
diharuskan:
1. Menentukan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang akan dicapai. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi merupakan keputusan
mendasar yang dinyatakan secara garis besar sebagai acuan operasional
kegiatan organisasi terutama dalam pencapaian tujuan akhir organisasi.
2. Mengenali lingkungan dimana organisasi mengimplementasikan interaksinya,
terutama suasana pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh organisasi
kepada masyarakat.
3. Melakukan berbagai analisis yang bermanfaat dalam positioning organisasi
dalam percaturan memperebutkan kepercayaan pelanggan.
4. Mempersiapkan semua faktor penunjang yang diperlukan terutama dalam
mencapai keberhasilan operasional organisasi.
16
5. Menciptakan sistem umpan balik untuk mengetahui efektifivitas pencapaian
implementasi perencanaan strategi.
David (2005:19) mengemukakan bahwa dalam perencanaan strategi terdapat
tiga tahap penting yang harus ada dilakukan di dalam suatu organisasi. Hal
tersebut juga dapat ditetapkan di organiasi pemerintah daerah dengan
menyesuaikan konteks organisasi, yaitu (1) perumusan strategi (2) Implementasi
strategi (3) evaluasi strategi: Tahap Perumusan strategi antara lain yaitu
menetapkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi
organisasi dari sudut pandang external, menetapkan kelemahan dan keunggulan
yang dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka
panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang
akan dicapai.
Tahap Implementasi strategi memerlukan suatu keputusan dari pihak yang
berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan,
membuat kebijakan,memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan. Tahap
Evaluasi strategi adalah tahap terakhir dalam manjemen strategi. Para manajer
sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah diformulasikan
tidak berjalan denngan baik. Evaluasi strategi memiliki tiga aktifitas yang
mendasar, yaitu mereviw faktor-faktror internal dan external yang menjadi dasar
untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah selanjutnya
untuk memperbaiki.
17
Dari beberapa teori strategi diatas yang dapat saya simpulkan bahwa strategi
merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar dan dibuat oleh
manajemen tertinggi kemudian di implementasikan oleh seluruh jajaran organisasi
itu dalam rangka pencapaian tujuan dari strategi itu sendiri. Strategi organisasi
merupakan perencanaan jangka panjang yang memberikan arah kemana
organisasi itu diarahkan.
3. Konsep Manajemen Strategi
Manajemen strategi adalah proses yang berkesinambungan mulai dari
perumusan strategi, dilanjutkan dengan pelaksanaan kemudian bergerak ke arah
suatu peninjauan kembali dan penyempurnaan strategi tersebut, karena keadaan di
dalam dan di luar perusahaan dalam suatu organisasi yang selalu berubah.
Manajemen strategi adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah
pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk
membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi adalah suatu
cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran dan
membuat kesimpulan strategi. Manajemen strategi adalah untuk merencanakan
suatu arah bagi perusahaan (Freeman, 1995:52).
Ibrahim (adhyana:2011) Manajemen strategi adalah suatu prespektif baru
yang mengamati tentang pentingnya organisasi untuk memberikan lebih banyak
perhatian pada perumusan strategi dan perubahan lingkungan. Strategi organisasi
yang tepat untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang berubah sangat
penting bagi keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
18
Menurut Umar (1999:86) manajemen strategi sebagai suatu seni dan ilmu
dalam hal pembuatan, penerapan, dan evaluasi keputusan-keputusan strategi
antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya pada
masa mendatang.
4. Konsep Strategi Pemerintah
Setelah memahami pengertian strategi yang telah dikemukakan di atas,
maka konsep strategi pemerintah yang dimaksud adalah kemauan dari suatu
organisasi pemerintah untuk menjalankan metode atau cara yang terbaik dalam
melakukan tindakan organisasi.
Nawawi (2008:28) konsep strategi pemerintah merupakan cara terbaik
dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kebijakan, target sasaran dan
program kerja yang dimiliki oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan
organisasi.
Pengertian strategi pemerintah dilihat dari pemaknaan, maka istilah yang
disebut dengan grand strategi atau strategi tingkat tinggi yaitu seni yang
memanfaatkan semua sumber daya untuk mencapai sasaran yang dimiliki oleh
instransi pemerintah. Stelah itu, dikenal adanya istilah strategi modern yang
memperkenalkan teori game dalam strategi modern adalah pertalian perilaku
dengan berbagai kepentingan dalam pengambilan keputusan untuk memenangkan
sebuah persaingan melalui policy, goal target and program (Tucker, 2015:145).
Salusu (2005:87) menyatakan teori game sesungguhnya merupakan teori
strategi. Teori ini memiliki dua atribut yaitu keterampilan dan kesempatan yang
digunakan untuk memberikan konstribusi pada setiap situasi strategi. Situasi
19
strategi yang dimaksud adalah suatu interaksi antara dua atau lebih masing-
masing melakukan tindakan pada harapan yang tidak dapat dikontrol sebagai
sebuah performance. Atas teori ini maka strategi pemerintah merupakan strategi
peran yang harus dimainkan untuk mewujudkan tujuan organisasi sesuai sarapan
dan kontrol dan kontrol publik atas strategi yang digunakan.
Memahami konsep strategi pemerintah seringkali terasa tidak mudah.
Strategi digunakan pemerintah sesuai defenisi peruntukannya. Menurut Barry
(2009:17) strategi pemerintah adalah kerangka atau rancangan yang
mengintegrasikan kebijakan, target sasaran dan program dalam organisasi.
Strategi merupakan aktualisasi rancangan tentang apa yang ingin dicapai atau
hendak dicapai tentang apa, bagaimana, siapa, kenapa, berapa lama dan manfaat
apa yang ingin dicapai dalam suatu arah masa depan bagaimana mewujudkan
keadaan yang diinginkan sebagai sebuah rute yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk mengeluarkan strategi kebijakan, strategi target sasaran dan
strategi program.
Menurut Paul (2015:10) perencanaan strategi di sektor publik tidak dilihat
hanya sebagai alat analisis untuk kerangka perumusan strategi tetapi juga
mencakup kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai efektivitas. Namun
menurut (Paul, 2015:5) perencanaan strategi didefenisikan sebagai suatu proses
yang sistematis untuk mengelola liasi-lembaga arah masa depan dalam kaitnya
dengan lingkungan dan tuntutan pemangku kepentingan external, termasuk
perumusan strategi, analisis kekuatan dan kelemahan, identifikasi pemangku
kepentingan lembaga, pelaksanaan tindakan dan masalah manajemen.
20
Memahami hal diatas maka dalam hal ini strategi yang dilakukan di sektor
pemerintah adalah upaya pemilihan strategi yang dilakukan pemerintah guna
mencapai tujuan dimasa yang akan datang dengan menganalisa situasi dan kondisi
Negara di masa sekarang dan masa yang akan datang.
B. Konsep Intensifikasi
Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan
pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam
administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.
Intensifikasi adalah keniscayaan bagi fiskus, baik untuk pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Keniscayaan untuk selalu dilakukan sebagai respon atas
naluri yang sangat manusiawi dari wajib pajak, yaitu kalau bisa membayar sedikit
(atau bahkan kalau bisa tidak usah membayar) kenapa harus membayar lebih.
Naluri yang pada gilirannya menimbulkan upaya-upaya penghindaran pajak, baik
melalui celah-celah peraturan perpajakan dengan tax planning, maupun upaya
dengan melawan hukum seperti penyelundupan dan penggelapan pajak.
Suatu hal yang harus selalu dicermati oleh fiskus, karena memang tidak
mudah menyadarkan siapapun untuk secara suka rela merogoh koceknya dalam-
dalam untuk membayar pajak yang dengannya tidak mendapat imbalan apapun
secara langsung. Dengan intensifikasi, fiskus mencermati apakah wajib pajak
telah
melaporkan seluruh obyek pajak yang ada padanya dengan jumlah yang
sebenarnya. Titik beratnya adalah masalah teknis pemungutan pajak. Secara
21
umum dilakukan dengan penyuluhan, dengan beragam cara dan melalui berbagai
media.
Secara khusus untuk wajib pajak tertentu, bisa dalam bentuk himbauan,
konseling, penelitian, pemeriksaan dan bahkan penyidikan apabila terdapat
indikasi adanya pelanggaran hukum. Kegiatan intensifikasi pajak dilakukan
dengan mengoptimalkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak yang telah terdaftar
sebagai Wajib Pajak. Sasaranya adalah orang atau badan yang telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tentunya.
C. Konsep Administrasi Perpajakan
Menurut pendapat Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan
proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan pada
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang lebih ditentukan sebelumnya.
Administrasi menurut pendapat A. Dunsire yang telah dikutip oleh Donovan dan
Jackson (1991) dikemukakan kembali oleh Yeremias T. Keban yaitu bahwa:
“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi,
mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan
melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan,
pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan
kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang
kerja akademik dan teoritis.”
Mengutip pendapat Trecker, administrasi merupakan suatu proses yang
dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan
dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi dan kerjasama.
22
Definisi-definisi di atas menunjukkan beberapa batasan istilah administrasi yang
secara langsung menepis anggapan bahwa administrasi selalu diartikan sebagai
kegiatan ketatausahaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas,
membuat laporan administratif, dan sebagainya. Mengutip Chandler and Plano,
dalam The Public Aministration Dictionary, definisi administrasi adalah proses
dimana keputusan dan kebijakan di implementasikan.
Menurut Ensiklopedi perpajakan yang ditulis oleh Sophar Lumbantoruan,
“administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur
pengenaan dan pemungutan pajak. Mengenai peran administrasi perpajakan,
Liberty Pandiangan mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan
untuk merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan Negara sebagaimana
amanat APBN.
De Jantscher (1997) seperti dikutip Gunadi, menekankan peran penting
administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di
berbagai negara berkembang, kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap
baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau
mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu
melaksanakannya. Menurut Carlos A. Silvani (1992) seperti dikutip Gunadi,
administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:
a. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers). Artinya sejauh
mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan mengambil tindakan
terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak
walau seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan untuk
23
menjadi Wajib Pajak. Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan
akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Penerapan sanksi yang tegas
perlu diberikan terhadap mereka yang belum mendaftarkan diri sebagai
Wajib Pajak padahal sebenarnya potensial untuk itu.
b. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Menyikapi Wajib Pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT), atau disebut juga stop filing taxpayers,
misalnya dengan melakukan pemeriksaan pajak untuk mengetahui sebab-
sebab tidak disampaikannya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut. Kendala
yang mungkin dihadapi adalahterbatasnya jumlah tenaga pemeriksa.
c. Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak
lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundangundangan.
Keberhasilan sistem self assessment yang memberi kepercayaan
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sangat tergantung
dari kejujuran Wajib Pajak. Tidak mudah untuk mengetahui apakah Wajib
Pajak melakukan penyelundupan pajak atau tidak. Dukungan adanya bank
data tentang Wajib Pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat
diperlukan.
d. Penunggak pajak (delinquent tax pavers). Dari tahun ke tahun tunggakan
pajak jumlahnya semakin besar. Upaya pencairan tunggakan pajak
dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif.
24
Apabila kebijakan perpajakan yang ada mampu mengatasi masalah-masalah
di atas secara efektif, maka administrasi perpajakannya sudah dapat dikatakan
baik sehingga Tax ratio akan meningkat. Dasar bagi terwujudnya suatu
administrasi pajak yang baik adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen
modern yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling, terdapatnya
kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga memudahkan Wajib
Pajak untuk melaksanakan kewajibannya, tersedianya Pegawai Pajak yang
berkualitas dan jujur serta pelaksanaan penegakan hukum yang tegas dan
konsisten.
Menurut Gunadi, dalam menilai seberapa baik kemampuan administrasi
perpajakan dalam mengumpulkan penerimaan, perlu diingat sasaran administrasi
pajak yakni meningkatkan kepatuhan pembayar pajak dan melaksanakan
ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal
dengan biaya optimal. Mengutip de Jantscher (1996) dikemukakan bahwa
“keadilan merupakan salah satu elemen yang dapat membantu meningkatkan
kepercayaan masyarakat atas sistem perpajakan dan selanjutnya meningkatkan
kepatuhan sukarela masyarakat pembayar pajak.” Setelah memperoleh
kepercayaan masyarakat serta pengertian dan dukungan rakyat banyak,
administrasi pajak baru dapat dianggap sehat (sound).
Toshiyuki (2001) seperti dikutip Gunadi menyatakan bahwa untuk
mencapai hal tersebut, disyaratkan beberapa kondisi administrasi perpajakan
seperti berikut: Pertama, administrasi pajak harus dapat mengamankan
penerimaan negara. Kedua, harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
25
transparan. Ketiga, dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai
ketentuan dan menghilangkan kesewenang-wenangan, arogansi, dan perilaku yang
dipengaruhi kepentingan pribadi. Keempat, dapat mencegah dan memberikan
sanksi serta hukuman yang adil atas ketidakjujuran dan pelanggaran serta
penyimpangan. Kelima, mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang
efisien dan efektif. Keenam, meningkatkan kepatuhan pembayar pajak. Ketujuh,
memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan pembangunan usaha yang sehat
masyarakat pembayar pajak. Kedelapan, dapat memberikan kontribusi atas
pertumbuhan demokrasi masyarakat.
1. Konsep Pajak
Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus
menerus dan berkesinambungan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan yang salah satu sumber
dananya berasal dari dalam negeri yaitu sektor pajak Beberapa ahli
mendefenisikan pajak sebagai berikut: Menurut Mardiasmo (2004:1), pajak adalah
iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
Menurut Waluyo dan Ilyas (2003:4), pajak adalah iuran kepada kas Negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran
26
umum yang berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, (1994) guru besar dalam Hukum
Pajak pada Universitas Padjajaran, Bandung, seperti dikutip oleh Safri Nurmantu,
yaitu: ”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari
sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
2. Konsep Reformasi Perpajakan
Menurut Gunadi reformasi perpajakan meliputi dua area, yaitu reformasi
kebijakan pajak (tax policy) yaitu regulasi atau peraturan perpajakan yang berupa
undang-undang perpajakan dan reformasi administrasi perpajakan. Reformasi
administrasi memiliki tujuan utama untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kedua, untuk
mengadministrasikan penerimaan pajak sehingga transparansi dan akuntabilitas
penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak setiap saat bias
diketahui. Yang ketiga, memberikan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat pengumpul pajak, kepada
Wajib Pajak, ataupun kepada masyarakat pembayar pajak.”
Mengenai reformasi administrasi, Gerald E. Caiden (1969) seperti dikutip
oleh Soesilo Zuhar, mengemukakan bahwa reformasi administrasi didefiniskan
sebagai: “the artificial inducement of administration transformation against
resistance.” Definisi dari Caiden ini mengandung beberapa implikasi: (1)
27
reformasi administrasi merupakan kegiatan yang dibuat oleh manusia (manmade)
tidak bersifat eksidental, otomatis maupun alamiah, (2) reformasi administrasi
merupakan suatu proses, (3) resistensi beriringan dengan proses reformasi
administrasi. Menurut Chaizi Nasucha, reformasi administrasi perpajakan adalah
penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu,
kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. Bird dan
Jantscer (1992) seperti dikutip Chaizi Nasucha, mengemukakan bahwa agar
reformasi administrasi perpajakan dapat berhasil, dibutuhkan: (1) struktur pajak
disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan, dan administrasi, (2) strategi
reformasi yang cocok harus dikembangkan, (3) komitmen politik yang kuat
terhadap peningkatan administrasi perpajakan.
Tanzi dan Pallechio (1995) dalam Ott (2001) seperti dikutip Chaizi Nasucha
berkenaan dengan elemen dasar reformasi administrasi perpajakan dinyatakan
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Komitmen politik yang berkelanjutan;
b. Staf yang mampu berkonsentrasi terhadap pekerjaan dalam jangka panjang;
c. Strategi yang tepat dan didefinisikan dengan baik karena tidak ada strategi
yang cocok untuk semua negara;
d. Pendidikan dan pelatihan pegawai;
e. Tersedia dana dan sumber daya lain yang cukup.
Chaizi Nasucha menambahkan bahwa “reformasi administrasi perpajakan
dapat dilaksanakan tanpa melakukan reformasi perpajakan, yaitu untuk
mensinergikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja
28
organisasi.” Lingkungan eksternal yang dimaksud adalah kebijakan fiskal, antara
lain item-item yang tidak dimasukkan dalam dasar pengenaan pajak,
pembelanjaan dan pelayanan publik. “Dalam ekonomi yang mulai berkembang,
administrasi perpajakan harus difokuskan kepada wajib pajak besar secara
maksimal dan memberikan kontribusi kepada wajib pajak kecil.” Dengan
mendasarkan pada teori Caiden (1991), menurut Chaizi Nasucha, empat dimensi
reformasi administrasi perpajakan, yaitu:
1) Struktur organisasi.
Mengutip Adiwisatra (1998), dijelaskan Chaizi Nasucha bahwa struktur
organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah
ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub
unit terpisah, pendistribusian wewenang diantara posisi administratif, dan
jaringan komunikasi formal.
2) Prosedur organisasi.
Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan
keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karier. Pembahasan dan
pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang
dilakukan secara teratur.
3) Strategi organisasi.
Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan
yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber
daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
29
dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu
sebagai pola arus keputusan yang bermakna.
4) Budaya organisasi.
Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan
nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku
anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang
dimiliki oleh anggota organisasi.
D. Penelitian Terdahulu
1. Nama Nafila tahun 2013 dengan judul’’Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi
dan Bangunan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar’’ dengan
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini
menjelaskan tentang Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar, Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa intensifikasi pemungutan pajk bumi dan bangunan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Makassar sudah cukup baik atau efektif. Namun hendaklah
intensifikasi tersebut dapat ditingkatkan agar tujuan dari organisasi yaitu
meningkatkan penerimaan pajak dapat terpenuhi. Sementara untuk mengukur
intensifikasi pemungutan pajak Bumi dan Bangunan yaitu dengan melihat
tingkat kepatuhan wajib pajak yang diukur melalui aspek Psikologis dan aspek
yuridis. Aspek Psikologis terdiri dari Penyuluhan, Pelayanan dan Pemeriksaan.
Sedangkan Aspek yuridis terdiri dari pendaftaran WP, pelaporan SPT,
penghitungan pajak dan pembayaran pajak.
30
2. Nama Nursafitra M tahun 2019 dengan judul: “Strategi Peningkatan PAD
Melalui Intensifikasi dan Eksensifikasi Penerimaan Pajak Daerah Dan retribusi
Daerah Di Kabupaten Enrekang”. Dengan menggunakan jenis penelitian studi
khusus, penentuan informan dilakukan purposive sampling yaitu dengan
memilih 8 orsng yang di anggap respentative orang yang memberikan
informasi. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang strategi peningkatan
pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah
dan retribusi daerah di kabupaten Enrekang. Kesimpukan hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi pengingkatan pendapatan asli daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak dan retribusi daerah di
kabupaten Enrekang dilakukang dengan program intensifikasi yaitu aspek
kelembagaan, aspek ketata laksanaan, dan aspek personalinya sehingga dspst
disimpulkan bahwa upaya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi merupakan
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah.
3. Nama Juwita Sari tahun 2018 dengan judul ”Stratgei Peningkatan Penerimaan
Pajak Dalam Rangka Pelaksanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat”. Dengan menggunakan jenis penelitian
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini
menjelaskan tentang Stratgei Peningkatan Penerimaan Pajak Dalam Rangka
Pelaksanaan Pembangunan Daerah Di Kabupaten Mamuju. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa strategi utama berdasarkan analisi SWOT, hal-
hal yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak
31
adalah dengan melakukan perubahan struktur organisasi menjadi lebih efektif
dan efisien, pendataan secara berkala, dan sosialisasi dilakukan secara berkala.
Adapun upaya yang dilakukan tim SATGAS dinilai cukup baik, karena dapat
mengoptimalkan penagihan dan pendataan secara efektif.
E. Kerangka Pikir
David (2005:19) mengemukakan bahwa dalam perencanaan strategi terdapat
tiga tahap penting yang harus ada dilakukan di dalam suatu organisasi. Hal
tersebut juga dapat ditetapkan di organiasi pemerintah daerah dengan
menyesuaikan konteks organisasi, yaitu (1) perumusan strategi (2) Implementasi
strategi (3) evaluasi strategi: Tahap Perumusan strategi antara lain menetapkan
visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi
dari sudut pandang external, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang
dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka
panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang
akan dicapai.
Tahap Implementasi strategi memerlukan suatu keputusan dari pihak yang
berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan,
membuat kebijakan,memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan. Tahap
Evaluasi strategi adalah tahap terakhir dalam manjemen strategi. Para manajer
sangat penting untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah diformulasikan
tidak berjalan denngan baik. Evaluasi strategi memiliki tiga tiga aktifitas yang
32
fundamental, yaitu mereviw faktor-faktror internal dan external yang menjadi
dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah korektif.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini berfokus pada kegiatan Strategi Badan Pendapatan
Daerah Dalam Mengintensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Makassar, karena strategi sangatlah penting dalam setiap proses kegiatan dalam
suatu instansi atau organisasi. Maka dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
penelitian di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar dengan melihat strategi-
strateginya dalam mengintensifikasi atau meningkatkan pungutan pajak bumi dan
bangunan yang ada di Kota Makassar.
G. Deskriptif Fokus
Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar
Optimalisasi Strategi Badan
Pendapatan Daerah Dalam
Intensifikasi Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan
1. Penetapan target
2. Membuat kebijakan
3. Memotivasi pegawai
4. Pengalokasian sumber daya
33
1. Penetapan target yaitu menetapkan tujuan tahunan yang akan menjadi prioritas
dari Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar untuk direalisasikan demi
memaksimalkan pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kota Makassar.
Penetapan target nantinya akan mendorong atau menciptakan aktivitas-
aktivitas yang lebih teknis yang disusun oleh pimpinan di Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar. Penetapan target yang dimaksud adalah dengan
melakukan penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan.
2. Membuat kebiajakan, artinya Badan Pendapatan Daerah membuat atau
merumuskan atura-aturan atau program-program yang menjadi landasan bagi
Badan Pendapatan Kota Makassar untuk meningkatkan pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kota Makassar. Aturan-aturan yang dibuat oleh Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar memiliki sifat mengikat dan memaksa
untuk setiap orang, berbentuk perundang undangan atau program. Adapun
strategi dalam meningkatkan pendapatan pajak khusus PBB yaitu dalam
kaitannya membuat kebijakan terdapat 3 sub bagian yang pertama aspek
komunikasi, aspek disposisi atau sikap aspek, dan struktur birokrasi.
3. Memotivasi pegawai, yaitu sebuah bentuk dorongan positif yang ditujukan
kepada pegawai di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar agar mereka
terdorong dan memiliki semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Bentuk
motivasi disini bisa dalam bentuk penghargaan (reward) kepada pegawai yang
memiliki prestasi kerja atau memiliki disiplin kerja yang lebih baik dibanding
pegawai lain, serta bisa dalam bentuk kenaikan pangkat. Tujuannya agar
pegawainya bekerja dengan penuh semangat,ikhlas dan tidak bermain pajak,
34
oleh karena itu cara memotivasi pegawainya dengan memberikan sebuah
insentif dalam hal ini berbentuk materi.
4. Pengalokasian sumber daya, adalah aktivitas sentral yang dilakukan oleh
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yang memungkinkan eksekusi
terhadap strategi. Ada empat tipe sumber daya yang bisa digunakan untuk
meningkatkan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar yaitu,
sumber daya keungan, sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber
daya teknologi. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa implementasi
kebijkan pengelolaan seperti pembayaran PBB, sumber daya manusia sebagai
pelaksana kebijakan belum memadai khususnya sumber daya manusia dalam
keahlian menganalisis dan menetapkan potensi PBB sehingga pegawai
seringkali salah dalam menentukan jumlah objek pajak yang seharusnya
dibayar oleh masyarakat (wajib pajak), itu artinya proses implementasi
kebijakan mengalami kendala dalam hal ketersediaan sumber daya manusia
sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal. Maka
BAPENDA memberikan jalan keluar dengan cara menempatkan posisi kepada
pegawainya sesuai dengan kemampuan dan skil yang dimiliki Sehingga
kedepannya tidak ditemukan lagi kesalahan dalam menentukan jumlah objek.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini selama 2 (dua) bulan.
Terhitung sejak tanggal 09 maret s/d 09 mei 2020 Lokasi penelitian berada di
kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar karena peneliti melihat Strategi
Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan belum maksimal. Hal ini dilihat dari kurangnya kesadaran masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan, serta pelayanan Administrasi
berebelit-belit, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai tata cara
serta pentingnya membayar pajak untuk pembangunan Negara.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan untuk
mengetahui Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar. Adapun tipe penelitian ini adalah
tipe penelitian deskriptif Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini adalah
untuk menggambarkan secara deskriptif bagaimana strategi dinas pendapatan
daerah dalam intensifikasi pemungutan pajak bumi dan bangunan di kota
Makassar. Deskriptif digunakan untuk mengkaji permasalahan berdasarkan
fenomena actual dan factual yang terjadi di lapangan, sehingga penelitian ini tidak
hanya mengumpulkan data saja tetapi juga menganalisis data yang diperolrh
dilapangan.
35
36
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
1. Data primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan
dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan
Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kota Makassar.
2. Data Sekunder, yang diperoleh dari literatur dan dokumen serta data yang
diambil dari study berupa buku, literatur, serta tulisan karya ilmiah yang
mendukung.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian berjumlah 7 orang, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1
No Informan Jumlah
1 Kepala UPTD-PBB 1
2 Kepala Tata Usaha UPTD-PBB 1
3
Pegawai Staff Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar
3
4 Wajib Pajak 2
Total 7
Tabel informan penelitian
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan: (1)
Wawancara; (2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.
1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang terhadap
suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi
difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang terjadi
di kantor badan pendapatan daerah kota Makassar, khususnya permasalahan
mengenai Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar.
2. Wawancara
Dilakukan guna memperoleh data primer tentang Strategi Badan Pendapatan
Daerah Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Makassar.
3. Studi dokumentasi
Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian
terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun
berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa catatan-catatan
atau pengambilan gambar yang ada dilokasi penelitian untuk dijadikan
referensi sumber yang relevan dengan penelitian ini.
4. Media review
38
Melakukan review terhadap pemberitaan, baik cetak maupun on-line yang
berkaitan dengan Strategi Badan Pendapatan Daerah Dalam Intensifikasi
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunnan di Kota makassar.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi
data (data reduction), dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2)
Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan
kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna y.
Gambar 3.1:
Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20).
G. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan:
(1) Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan ketekunan peneliti; dan
(3) Triangulasi.
Data
Reduction
Data Display
Display
Conclusions:
Drawing/Verifying
Drawing/Verifying
Data Collection
Collection
39
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali
sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan
guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun
kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali
dan mendapatkan informasi yang tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, sehingga
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (a) Triangulasi
sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah
diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji
kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda; dan (3) Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas
data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi berbeda.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Kondisi Geografis Kota Makassar
Kota Makassar merupakan kota yang secara administratif sebagai ibu kota
provinsi Sulawesi Selatan, berada pada bagian barat pulau Sulawesi dengan
ketinggian, 0-25m dari permukaan laut. Kota Makassar secara geografis terletak:
508, 6, 19 " Lintang Selatan (LS) 1190 24' 17' 38" Bujur Timur (BT) Batas
administrasi wilayah Kota Makassar berbatasan dengan:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Gowa
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Secara administratif luas wilayah kota Makassar tercatat 175,77 km2 yang
meliputi 14 kecamatan dan terbagi dalam 143 kelurahan, 971 RW dan 4.789 RT
dimana Kecamatan Biringkanaya mempunyai luas wilayah yang sangat besar
48,22 km atau luas kecamatan tersebut merupakan 27,43 persen dari seluruh luas
Kota Makassar dan yang paling kecil adalah Kecamatan Mariso 1,82 km atau 1,04
persen dari luas wilayah Kota Makassar. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh
kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso,
Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kecamatan di kota
40
41
Makassar telah dikembangkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2015
tentang pembentukan Kecamatan Kepulauan Sangkarrang dalam wilayah Kota
Makassar. Kecamatan tersebut terdiri dari tiga kelurahan berasal daerah
kepulauan, yakni pulau Barrang Lompo, pulau Barrang Caddi, dan pulau
Kodingareng.
Dari gambaran sepintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar,
memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat
strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi,
Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien
dibandingkan daerah lain.
Adapun visi dan Misi wali Kota dibawah kepemimpinan IR.Moh. Ramdhan
Pomanto Dan DR. H. Syamsul Rizal MI, S.Sos, M.si dengan tahun kepemimpinan
2014-2019 yaitu:
Visi : “Mewujudkaan Kota dunia untuk semua, tata lorong bangun kota dunia”
1. Merekontruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtra standar dunia;
2. Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman kelas dunia;
3. Mereformasi tata pemerintah menjadi pelayanan public kelas bebas
korupsi.
b. Masyrakat sejahtera standar dunia
1. Menuju bebas pengangguran;
2. Jaminan social keluarga serba guna untuk semua;
3. Pelayanan kesehatan darurat gratis ke rumah 24 jam
4. Deposito pendidikan gratis semua bisa sekolah;
42
5. Sampah kita DIA tukar beras;
6. Training keterampilan gratis dan dana bergulir tanpa agunan;
7. Rumah kota murah untuk rakyat kecil;
8. Hidup hijau dengan kebun kota.
c. Kota nyaman kelas dunia
1. Atasi macet, banjir, sampah, dan masalah perkotaan lainnya;
2. Bentuk badan pengendali pembangunan kota;
3. Bangun waterfront City selamatkan pesisir dan pulau-pulau Makassar;
4. Bangun sistem transprostasi public kelas dunia;
5. Lengkapi infrastruktur kota berkelas dunia;
6. Bangun Birringkanal city dan depan ikon kota baru lainnya ;
7. Bangun teman tematik;
8. Tata total lorong
d. Pelayanan publik kelas dunia dunia bebas korupsi
1. Menuju PAD rp 1 triliun;
2. Insentif progresif semua aparat RT dan RW Rp 1 juta per bulan;
3. Kuota anggaran kelurahan Rp 2 miliar per kelurahan per tahun;
4. Pealayan publik langsung ke rumah;
5. Fasilitas pelayanan publik terpusat terpadu di kecamatan;
6. Pembayaran pajak dan retribusi tahunan online terpadu;
7. Bebas bayar internet di runsg public kota “Makassar Cyber City”
8. Bentuk Makassar incorporated dan Bank of Makassar.
43
2. Profil Kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
Badan Pendapatan Kota Makassar adalah Satuan Perangkat Daerah (SKPD)
pada Pemerintah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar, dimana Badan Pendapatan Daerah
mempunyai tugas membantu Walikota melakasanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang keuangan yang menjadi kewenangan daerah. Pelayanan
publik merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan birokrasi/pemerintah
kepada masyarakat. Pelakasanaan pelayanan publik dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan keinginan dan harapan
masyarakat. Dalam upaya penungkatan pelayanan kepada masyarakat,
BAPENDA telah melakukan berbagai hal dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada Wajib Pajak, antara lain: perbaikan gedung kantor, pembangunan loket
pembayaran yang nyaman, serta ruangan layanan informasi.
Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Kotamadya Tingkat II Makassar,
Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan Daerah dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Nomor 155/Kep/A/V/1973 tanggal
24 Mei 1973 terdiri beberapa Sub Dinas Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor
dan Sub Dinas Administrasi.
Dengan adanya keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Ujung
Pandang Nomor 74/S.Kep/A/V/1977 tanggal 1 April 1977 bersama dengan surat
Edaran Menteri Dalam Negri Nomor 3/12/43 tanggal 9 September 1975 Nomor
Keu/3/22/33 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung
Pandang telah disempurnakan dan di tetapkan perubahan nama menjadi Dinas
44
Penghasilan Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber-
sumber keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan, Dinas Pasar dan Sub Dinas
Pelelangan Ikan dan semua sub-sub Dinas dalam Unit Penghasilan Daerah yang
tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada unit kerja
Dinas Pendapatan Daerah Kota Madya Tingkat II Ujung Pandang, seiring dengan
adanya perubahan kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, secara
otomatis nama Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang berubah
menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
Kemudian Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar di tahun 2016 berubah
menjadi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar.
VISI
Terwujudnya pengelolaan pendapatan yang optimal online terpadu
MISI
1. Mewujudkan pengelolaan pada yang optimal berbasis IT secara terpadu
dan terintegrasi
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki
kompetensi dalam bidangnya
3. Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan
keuangan daerah
3. Jenis-Jenis Pelayanan Kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
Berdasarkan sistem informasi administrasi bagian umum dan kepegawaian
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar tahun 2019 bahwa ada beberapa jenis
45
pelayanan yang ada di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar, dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Pajak hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Bumi dan Bangunan
5. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
6. Pajak Reklame
7. Pajak Penerangan Jalan
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
4. Tugas Dan Fungsi serta Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah
Kota Makassar
1. Kepala Badan.
2. Bidang Pendaftaran dan Pendataan membawahi 3 sub bagian yaitu: a.
Sub Bidang Pendataan wilayah 1. b. Sub Bidang Pendataan Wilayah 2. c.
Sub Bidang Pengolahaan Data dan Informasi.
3. Bidang Pajak 1 dan Retribusi Daerah membawahi 3 sub bagian yaitu: a.
Sub Bidang Restoran Minerba dan Sarang Burung Walet. b. Sub Bidang
Reklame, Parkir dan Retribusi. c. Sub Bidang Penetapan, Pembukuan dan
Pelaporan Pajak dan Retribusi Daerah.
46
4. Sekretaris, membawahi 3 sub bagian yaitu: Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian Perencanaan dan
Pelaporan.
5. Bidang Pajak Daerah II membawahi 3 sub bagian yaitu: a. Sub Bidang
Hotel dan Air Bawa Tanah. b. Sub Bidang Hiburan dan Pajak Penerangan
Jalan. c. Sub Bidang Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Pajak.
6. Bidang Koordinasi, Pengawasan, dan Perencanaan membawahi 3 sub
bagian yaitu: a. Sub Bidang Koordinasi, Perencanaan dan Regulasi. b. Sub
Bidang Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. c. Sub Bidang
Pembinaan, Pengawasan dan Penindakan.
7. UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
47
48
5. UPTD PBB (Pajak Bumi Dan Bangunan)
Pajak Bumi Dan Bangunan merupakan pajak yang potensial yang
memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan Negara. Pajak Bumi dan
Bangunan merupakan salah satu pajak negara yang dalam pengelolaannya perlu
diadakan peningkatan dalam rangka penambahan kas penerimaan negara
berdasarkan keadaan dan potensi masyarakat serta melalui usaha-usaha kegiatan
pengelolaan yang baik dan professional.
Pihak PBB dalam hal ini BAPENDA sebagai organisasi yang melaksanakan
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan daerah yang berkoordinasi dengan
masing-masing kelurahan maupun kecamatan berusaha untuk memperoleh
pemasukan pajak dengan mengupayakan semua potensi yang ada dan didasarkan
pada wilayah kerja dari lokasi tersebut sehingga diperlukan kerja keras dari
personilnya agar semua potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Jadi
cara pemungutan pajaknya pihak PBB mengutus kolektor ke kelurahan yang
setiap hari melakukan penagihan dan pendataan, laporan yang diberikan dari tiap
kelurahan itu direkap oleh UPTD-PBB. Dan disamping itu masyarakat juga juga
bias membayar PBB melalui bank, akun ewallet maupun datang langsung ke
kantor Badan Pendapatan Derah di Kota makassar.
Sebelum memahami bagaimana cara menghitung pajak PBB kita perlu
memahami dasar pengenaannya Besarnya nilai PBB didasarkan pada dari Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) tanah atau bangunan terkait. NJOP adalah nilai
yang ditentukan oleh Kementerian Keuangan, dimana nilai NJOP di setiap daerah
berbeda-beda karena tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi, sebagaimana
49
nilai tanah dan bangunan pada umumnya. Adapun faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai NJOP Bumi dan Bangunan ialah:
a. Faktor yang mempengaruhi NJOP Bumi adalah lokasi, peruntukan,
pemanfaatan serta kondisi lingkungan di sekitarnya,
b. Faktor yang mempengaruhi NJOP Bangunan antara lain bahan baku atau
bahan bangunan yang digunakan, lokasi bangunan, rekayasa serta kondisi
lingkungan di sekitar bangunan.
Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Rumus perhitungan pajak PBB = tarif 0.5% dikali Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP)
Rumus NJKP = 40% x (Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) - NJOPTKP)
40% apabila lebih dari Rp 1.000.000.000,00, 20% apabila kurang dari nilai
tersebut.
NJOPTKP = Rp 12.000.000,00 Atau dengan kata lain, nilai PBB = 0,5% x
40% x NJKP
Adapun Visi Misi UPTD PBB (Pajak Bumi Dan Bangunan) yaitu:
VISI
“Mewujudkan Unit Pelaksana Teknis Badan Yang Menyelenggarakan Sistem
Administrasi Perpajakan Yang Modern, Akuntabel Dan Berorientasi Pada
Kepuasan Pelayanan Publik”
MISI
50
1. Meningkatkan Sistem Pengelolaan Pajak Berbasis Tekhnologi
2. Menerapkan Layanan Perpajakan Yang Transparan Sesuai Dengan
Prosedur Pekerjaan
3. Mengoptimalkan Seluruh Bentuk Pelayanan Dengan Sentuh Hati
KEBIJAKAN MUTU
UPTD Pajak Bumi Dan Bangunan Kota Makassar berkommitmen menjadi
institusi pelayanan public terbaik di Indonesia bagian timur dengan senantiasa
bekerja sesuai dengan standart dan prosedur kerja yang ditetapkan serta berusaha
melakukan perbaikan berkesinambungan dengan:
1. Menerapkan dan mengkomunikasikan sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 kepada seluruh jajaran dan proses kegiatan institusi, baik
internal maupun eksternal.
2. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan mutu kegiatan dan persyaratan lainnya.
3. Menetapkan tanggung jawab dan wewenang yang jelas pada seluruh
jajaran organisasi untuk menjamin terpeliharanya sistem manajemen mutu
4. Menjalin hubungan yang harmonis dengan stekholder pemerintah,
pelanggan, masyarakat, pegawai dan rekanan.
6. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Salah satu sektor perpajakan antara lain diperoleh dari Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu faktor
pemasukan bagi negara yang cukup potensial dan berkontribus terhadap
51
pendapatan daerah. Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi
suatu Negara, oleh sebab itu Berikut ini adalah gambaran perkembangan antara
target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Makassar tahun
2017-2019.
Tabel 2
Target dan Realisasi Penerimaan
Pajak Bumi & Bangunan (PBB)
Pada Tahun 2017-2019
Sumber : Sub Bagian Uptd PBB Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar,2020
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan di tahun 2017 hanya sebanyak 98% dari target realisasi yang telah
ditetapkan dan kemudian di tahun 2018 juga turun, yang dimana realisasi
penerimaan PBB hanya sebanyak 95% serta di tahun 2019 juga mengalami
penurunan, yaitu penerimaan PBB hanya sebanyak 77,43%, dari yang telah
ditetapkan.
BIRINGKANAYA
BONTOALA
MAKASSAR
MAMAJANG
MANGGALA
MARISO
PANAKKUKANG
RAPPOCINI
TALLO
TAMALANREA
TAMALATE
UJUNG PANDANG
UJUNG TANAH
WAJO
SANGKARRANG
KAWASAN PELABUHAN
PDTT
2018 155.000.000.000 147.431.840.645 95%
2019 215.000.000.000 166.485.077.131 77,43%
KECAMATAN TAHUN TARGET (RP) REALISASI (RP) PERSEN
2017 150.000.000.000 146.511.050.430,00 98%
52
Jadi dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak bumi dan
bangunan diatas mulai tahun 2017-2019 semuanya tidak mencapai target karena
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami ketidakstabilan terhadap
realisasi penerimaan yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan dalam
peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Kota Makassar dengan judul: Strategi Badan Pendapatan Daerah
Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar.
Tabel 3
Kriteria Nilai Kontribusi
Persentase
Kontribusi
Kriteria
0 – 10% Sangat kurang
10,10% - 20% Kurang
20,10% - 30% Cukup
30,10% - 40% Sedang
40,10% - 50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber: Sub Bagian Uptd PBB Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar,2020
Berdasarkan data diatas Diketahui jumlah persentase Kontribusi Pajak
Bumi dan Bangunan PBB dalam kurung 3 tahun terakhir dengan perhitungan
sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan PBB
Kontribusi PBB = x100%
Realisasi Pendapatan Daerah
Berdasarkan data system informasi administrasi bagian UPTD PBB Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar tahun 2020, bahwa setiap tahun jumlah wajib
53
pajak masing-masing Kecamatan yang telah mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak telah mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 jumlah wajib pajak yang
telah terdaftar yaitu 333.398. Pada tahun 2018 data jumlah wajib pajak meningkat
yaitu 341.062 dan pada tahun 2019 telah mengalami peningkatan yaitu 344,566
sehingga tiap tahun jumlah wajib pajak Pajak PBB terus menerus meningkat. Hal
ini menunjukkan tingkat jumlah wajib pajak sangat cukup tinggi dan berdampak
positif terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Tabel 4
Terdaftar Sebagai Wajib Pajak
TAHUN TERDAFTAR WAJIP PAJAK
2017 333.398
2018 341.062
2019 344.556
Adapun Kecamatan yang baru telah terdaftar pada tahun 2017 yaitu
Kecamatan Sangkarrang. Meskipun Kecamatan ini masih terbilang baru namun
ini telah membuktikan hasil yang bagus untuk kemajuan perolehan pendapatan
kedepannya sehingga jumlah wajib pajak di Kota Makassar akan terus menerus
meningkat seiring berjalannya waktu.
54
7. STRATEGI BADAN PENDAPATAN DAERAH (BAPENDA) DALAM
INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Tabel 5
Strategi Badan Pendapatan Daerah
NO STRATEGI
BAPENDA
LATAR BELAKANG MUNCULNYA STRATEGI
1 Penyuluhan Masih kurangnya pemahaman masyarakat wajip pajak
tentang pentingnya membayar pajak khususnya PBB
dalam pembiayaan pembangunan khususnya di Kota
Makassar, Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dapat
dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain pemberian
penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media
massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat.
2 Pelayanan Kurangnya bukti nyata dari pajak yang dibayarkan serta
kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan dan
sikap apatis dari masyarakat wajip pajak itu sendiri dalam
membayar pajak khususnya PBB. Upaya peningkatan
kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara
peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai
dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti
perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), dengan
upaya itu akan membuat wajib pajak lebih mudah untuk
melakukan pembayaran.
55
3 Pemeriksaan Pemeriksaan ini penting dilakukan guna menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah
dilaksanakan atas dasar sistem Pemungutan, hal tersebut
dilakukan dalam kegiatan untuk meningkatkan pelayanan
terhadap Wajib Pajak dalam hal Surat Pemberitahuan
(SPT) menunjukkan kelebihan pembayaran Pajak dan/atau
rugi, SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak tepat
waktu yang telah ditetapkan. Pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan bila terdapat bukti bahwa Surat Pemberitahuan
(SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak benar.
4 Aspek
Komunikasi
Dalam kebijakan pengelolaan terkait komunikasi atau
sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak bagi wajib
pajak belum dilakukan secara menyeluruh, karena masih
ada waarga selaku wajib pajak yang merasakan tidak
mendapatkan perhatian berupa sosialisasi secara langsung
dari pegawai Badan Pendapatan Daerah ataupun dari
masyarakat wajib pajak lainnya. Dampak dari Strategi ini
ialah membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak serta meningkatkan pendapatan pajak
khususnya PBB.
5 Apek
Disposisi/sikap
Merupakan suatu hal yang mempengaruhi implementasi
kebijakan dalam strategi pengelolaan PBB yang ada di
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. Hal tersebut
56
erat kaitannya dengan kecakapan dalam melaksanakan
kebijakan dan adanya komitmen yang dimiliki oleh
pelaksana program. mengenai disposisi atau sikap yang di
ambil tentu adanya kesepakatan dan kommitmen terlebih
dahulu yang dibangun sehingga semua jajaran menerapkan
semua unsur-unsur yang ada dalam penerapan kebijakan
pembayaran PBB, sehingga semua berjalan dengan baik
dan masyarakat terlayani.
6 Aspek Struktur
Birokrasi
Struktur Birokrasi erat kaitannya dengan Standar
operasional prosedur (SOP) yang dalam pelaksanaannya
dapat dipahami oleh pihak implementor atau pegawai,
sehingga masyarakat yang ingin membayar pajak
khususnya PBB di Badan Pendapatan Daerah memahami
proses-proses yang sesuai dengan SOP. Pada dasarnya
peraturan dan SOP dibuat untuk memudahkan kerja Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar dalam mengefektifkan
dan mengefisiensikan penerimaan pajak daerah.
Setelah ditemukan beberapa data berupa data primer dan sekunder
kemudian peneliti mendeskripsikan baik dari hasil penelitian, observasi,
wawancara maupun dokumentasi, dengan menganalisa temuan yang ada dan
memodifikasi teori yang ada kemudian membangun teori baru serta menjelaskan
tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian tentang Strategi Badan
57
Pendapatan Daerah dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kota Makassar.
Sebagaimana di jelaskan dalam teknik analisis data dalam penelitian,
peneliti menggunakan analisa kualitatif deskriptif (pemaparan) dan data yang
diperoleh peneliti baik melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dari pihak
pihak yang mengetahui tentang data-data yang di butuhkan oleh peneliti.
Berdasarkan beberapa teori bahwa strategi implementasi menurut David
(2005:19) bahwa dalam perencanaan strategi terdapat tiga tahap penting yang
harus ada dilakukan di dalam suatu organisasi namun peneliti hanya mendalami
tahapan-tahapan dalam Implementasi strategi saja yaitu Tahap Implementasi
strategi memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam
mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan,
memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga
strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan dengan baik.
Dari teori implementasi strategi diatas yang dapat saya simpulkan bahwa
strategi yang merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar dan
dibuat oleh manajemen tertinggi kemudian di implementasikan oleh seluruh
jajaran organisasi itu dalam rangka pencapaian tujuan dari strategi itu sendiri.
Strategi organisasi merupakan perencanaan jangka panjang yang memberikan
arah kemana organisasi itu diarahkan. Adapun sub tahapan strategi implementasi
menurut David (2005) ada 4 sub bagian yaitu sebagai berikut:
58
a. Penetapan target
Penetapan target yaitu menetapkan tujuan tahunan yang akan menjadi
prioritas dari Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar untuk direalisasikan demi
memaksimalkan pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kota Makassar.
Penetapan target yang dimaksud adalah dengan melakukan penyuluhan,
pelayanan dan pemeriksaan. Dengan adanya tujuan tahunan ini sangat penting
bagi peningkatan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang akan dilaksanakan
oleh Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar karena akan menunjukan dasar
pengalokasian sumber daya serta berguna dalam memonitor kemajuan dalam
mencapai tujuan jangka panjang.
Menurut bapak ID selaku Kepala Tata Usaha UPTD-PBB mengatakan
bahwa:
“Mengenai penetapan target atau tujuan tahunan itu pasti tidak lepas dari
apa yang menjadi visi misi kita dikantor ini yaitu seperti mewujudkan
pengelolaan PAD yang optimal, mewujudkan sumberdaya manusia yang
professional dan berkompeten di bidangnya serta memantapkan
koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah
serta memberikan penyuluhan dan pelayanan serta pemeriksaan yang
terbaik serta mengedepankan akuntabel dan transparansi kepada wajib
pajak mulai dari pendataan,penetapan pajaknya, penagihan pajaknya
sampai ke pembayaran pajaknya dan bukti pelunasannya, semua ini tidak
lain semata-mata untuk meningkatkan pendapatan pajak atau penerimaan
pajak khususnya di PBB ini. Mengenai pendataannya kita mengarah ke
konsep yang lebih baik seperti sekarang kita sudah menggunakan ITE
lagi untuk lebih mudah ada beberapa kita sudah kenakan ITE untuk
informasinya bahkan bayar pajak lewat ATM sudah bisa dan itu sudah
bagian tata kelola yang baik, anda mau bayar pbb tinggal datang ke Bank
BPD dan pembayarannya bisa di bank itu dan kedepannya kita mungkin
akan kerja sama dengan indomaret, alfamart sehingga semuanya kita bisa
online kan saja untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
rangka tata kelola yang baik kepada masyarakat serta semata-semata
meningkatkan penerimaan pajak khususnya PBB. (Wawancara dengan
ID tanggal 23 Maret 2020).
59
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan atau
penetapan target tahunan merupakan Langkah-langkah atau proses yang sudah
menjadi tujuan dalam pengelolaan pajak termasuk pada pajak Bumi dan
Bangunan di Kota Makassar yang tertuang dalam visi misinya. Dalam hal ini
kegiatan perencanaan yang dimaksud adalah berupa pendataan sebagai langkah
awal dan untuk pembayarannya sudah bisa di akses dengan mudah melalui
pembayaran via ATM serta untuk pembayaran pajak seperti PBB itu sudah bisa di
bayar di bank BPD dan itu sudah termasuk tata kelola yang baik.
1) Penyuluhan
Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dapat dilakukan melalui berbagai upaya,
antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media
massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat. Fakta yang dapat dilihat
sebelum peralihan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang bekerja sama dengan
Pemerintahan Daerah telah melakukan upaya penyuluhan pajak baik melalui
media elektronik maupun media cetak. Sesuai dengan hasil wawancara dari
beberapa informan baik dari aparatur maupun dari Wajib Pajak menyatakan hal
yang sama bahwa DJP bekerjasama dengan pemda (kecamatan dan uptd pbb
dispenda) telah melakukan penyuluhan tentang pajak.
Menurut Bapak AA selaku UPTD PBB Bapenda:
“Sejak awal tahun 2012 dari pihak aparatur pajak bekerja sama dengan
pihak uptd pbb telah melakukan penyuluhan, dengan memberikan
penjelasan secara umum tentang pentingnya melaksanakan kewajiban
sebagai Wajib Pajak dan juga memberikan bimbingan atau semacam
himbauan kepada Wajib Pajak agar lebih patuh dan tepat waktu dalam
melaporkan SPT-nya juga dalam membayar pajak. Biasanya penyuluhan
dilakukan dengan mendatangi instansi dan tiap kecamatan dan juga melalui
media online. (Wawancara dengan AA pada tanggal 23 Maret 2020)
60
Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak SR selaku staff UPTD PBB Bapenda
bahwa:
“Penyuluhan senantiasa kami lakukan dengan memberi himbauan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada Wajib Pajak untuk lebih
patuh dalam membayar pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan agar
timbul kesadaran dalam dirinya tentang pentingnya membayar pajak, semua
ini semata-mata untuk menarik lebih banyak pemasukan pajak utamanya
disektor PBB, dan untuk kota makassar yang lebih baik kedepannya baik itu
mengenai pembangunan infrastruktur di kota makassar dll. (wawancara
dengan SR pada tanggal 23 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan beberapa pernyataan
mengenai penyuluhan kepada masyarakat selaku Wajib Pajak yang telah
dilakukan sejak tahun 2012 oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sulselbarata
bersama dengan UPTD PBB Bapenda Makassar dan sampai saat ini penyuluhan
tersebut terus dijalankan agar meningkatkan pemasukan pajak utamanya di sector
PBB. Hal tersebut didukung pula oleh beberapa pernyataan Wajib Pajak. Seperti
yang dikatakan oleh AT selaku Wajib Pajak bahwa:
“Menurut saya penyuluhannya telah dilakukan secara optimal Kemudian
kalau saya lihat pegawai dari pajak maupun dispenda sangat ramah dalam
memberikan arahan dan bimbingan kepada masyarakat.” (wawancara
dengan AT tanggal 2 April 2020).
Selanjutnya Bapak DI selaku Wajib Pajak menyatakan bahwa:
“Penyuluhannya saya rasa sudah maksimal, Sebagian besar kita sudah selalu
melihat iklan layanan masyarakat oleh Direktorat Jenderal Pajak mengenai
pentingnya membayar pajak kemudian penyuluhan dari Bapenda itu sendiri
saya biasa mendengarnya di radio dan ada juga di media cetak online.”
(wawancara dengan DI tanggal 2 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penyuluhan
merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kesadaran Wajib Pajak
61
untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. Dengan melakukan penyuluhan Wajib
Pajak dapat diingatkan kembali untuk membayar pajak dengan tepat waktu.
Penyuluhan tidak hanya dapat dilakukan dengan penerangan secara langsung,
akan tetapi dengan memanfaatkan media massa dan media elektronik.
Berdasarkan keseluruhan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
mengenai penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan oleh DJP dan Bapenda
sendiri tentang membayar pajak kepada wajib pajak itu sudah dilakukan sejak
tahun 2012 sampai sekarang ini, baik melalu social media maupun terjun langsung
kemasyarakat dengan bekerjasama oleh pihak kecamatan yang ada di kota
makassar.
2) Pelayanan
Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah
memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas
pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai
pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.
Paradigma baru yang menempatkan aparat pemerintah sebagai abdi negara dan
masyarakat (wajib pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja
pelayanan publik.
Aparat Pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas pelayanan dengan
tujuan agar dapat meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib pajak. Upaya
peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas
dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur
seperti perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi
62
dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Maka Untuk mengetahui kualitas pelayanan
yang diberikan oleh aparatur pajak, penulis kemudian mencari tahu dengan
mewawancarai beberapa Wajib Pajak sebagai berikut:
Menurut Bapak DI sekalu pengunjung Wajib Pajak PBB di kantor Bapenda Kota
Makassar menyatakan bahwa:
“Pelayanan yang saya lihat di kantor pajak selama ini cukup memuaskan
dari infrastrukturnya seperti pengadaan ruang tunggu dan tempat duduknya,
namun dari segi pelayananya belum memuaskan pegawainya kurang ramah
dan lambat dalam menangani Wajib Pajak” (wawancara dengan DI tanggal
2 April 2020).
Selanjutnya menurut AT selaku Wajib Pajak PBB di kantor Bapenda Kota
Makassar dimenyatakan bahwa :
“Secara umum sikap dari pegawai pajak Bapenda cukup ramah, namun
kecepatan dalam menangani berkas Wajib Pajak masih kurang saya lihat,
karena sudah lama saya disini menunggu berkas saya selesai.” (wawancara
dengan AT tanggal 8 April 2020).
Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa terkait
pelayanan yang ada di kantor Bapenda itu sendiri khususnya wajib pajak yang
datang dalam mengurus maupun membayar pajak bumi dan bangunannya merasa
kurang puas dengan pelayanan yang diberikan, yaitu dengan penanganan berkas
Wajib Pajak yang masih terbilang cukup lama dan pegawainya yang terbilang
cukup ramah.
Menurut LN selaku Wajip Pajak PBB di kantor Bapenda Kota Makassar :
“Menurut saya prosedurnya mudah untuk dilakukan tidak ribet asalkan
syarat-syarat/ berkas yang dibutuhkan sudah kita penuhi maka bisa
diproses dengan waktu yang singkat, karena saya tahu dan mengerti bahwa
setiap orang bekerja disuatu organisasi atau kantor harus bekerja sesuai
prosedur yang ada. Jadi saya rasa bagus pelayanannya Ketika berkas kita
63
sudah sesuai dengan sayarat-syarat yang dibutuhkan.” (wawancara dengan
LN tanggal 8 April 2020).
Sejalan dengan pernyataan ibu IN Bagian staff pelayanan PBB bahwa :
“Dalam hal pelayanan kami sudah semaksimal mungkin dalam
memudahkan pengurusan baik itu berkas maupun proses pembayaran
oleh wajib pajak sendiri asalkan berkas-berkas yang diutuhkan itu ada
maka kami akan cepat memprosesnya lebih lanjut.” (wawancara dengan
IN tanggal 8 April 2020).
Berdasarkan beberapa dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa
terdapat keselarasan pendapat dengan pengunjung atau wajib pajak dengan
pegawai staff bagian pelayanan langsung kepada masayarakat, yaitu terdapatnya
prosedur yang mudah apabila wajib pajak sudah melengkapi syarat-syarat berkas
yang dibutuhkan.
Keseluruhan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa beberapa
pengunjung berpendapat mengenai pelayanan yang masih kurang atau dalam
artian masih rumit prosedurnya serta keterlambatan pengurusannya sampai kepada
kurangnya keramahan dari staff pelayanan PBB, namun disisi lain terdapat
pengunjung yang berpendapat sama atau selaras dengan pernyataan pegawai staff
pelayanan PBB yaitu bahwa sebenarnya pelayanannya tidak rumit dan cukup
cepat asalkan semua berkas yang dibutuhkan atau syarat-syaratnya terpenuhi baru
bisa di proses karena itu sudah menjadi prosedur kantor Bapenda.
Pelayanan yang baik merupakan salah satu kunci tercapainya peningkatan
kepatuhan Wajib Pajak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa peranan
aparatur pajak dalam Sistem Pemungutan Pajak adalah memberikan pelayanan
kepada Wajib Pajak, dilihat dari kenyataan pada Kota Makassar bahwa
Pemungutan yang dilakukan berjalan dengan intensif karena pelayanan yang
64
diberikan oleh aparatur memberikan dampak positif pada Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajibannya.
3) Pemeriksaan
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan
didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Tujuan dari pemeriksaan
adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan ini penting dilakukan guna menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan atas dasar sistem Pemungutan, hal
tersebut dilakukan dalam kegiatan untuk meningkatkan pelayanan terhadap Wajib
Pajak dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) menunjukkan kelebihan pembayaran
Pajak dan/atau rugi, SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak tepat waktu
yang telah ditetapkan. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan bila terdapat bukti
bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak
benar, adanya pengaduan dari masyarakat yang mengetahui kecurangan Wajib
Pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban pajaknya, maupun jika terdapat
indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Penagihan Pajak dimulai dengan adanya suatu pemeriksaan. Apabila pemeriksaan
sudah dilakukan, maka dikeluarkanlah surat ketetapan pajak. Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan merupakan tujuan utama dari
65
pemeriksaan pajak, sehingga bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya
tergolong masih rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan
terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya
menjadi lebih baik tingkat kepatuhannya.
Dari informasi yang penulis dapatkan bahwa bila Wajib Pajak tetap tidak mau
memenuhi kewajibannya dalam membayar Pajak, maka akan diberikan sanksi
pidana terhadapnya. Namun, sebelum itu dilakukan, maka dilakukan terlebih
dahulu pemeriksaan dan penyidikan pajak terhadap Wajib Pajak tersebut.
Pemeriksaan dan penyidikan pajak terhadap wajib pajak sangat perlu dilakukan
demi menambah devisa bagi keuangan negara yang sangat berperan terutama
dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Menurut bapak SR selaku staff UPTD-PBB menyatakan bahwa:
“Dalam pemeriksaan WP terbagi menjadi 3 jenis yaitu: korespondensi,
pemeriksaan kantor, dan pemeriksaan lapangan. Apabila dalam penelitian
SPT terdapat kesalahan tulis dan hitung, maka pemeriksa memberitahukan
kepada WP dengan surat. Namun, apabila terhadap SPT pajak yang diduga
diisi dengan tidak benar atau terdapat kesalahan pengisian, penyelesaian
dilakukan dengan cara pemeriksaan kantor, yaitu WP diminta untuk
membawa data yang dibutuhkan ke kantor pajak untuk diverifikasi.
Selanjutnya, untuk pemeriksaan yang efektif dilakukan pemeriksaan
lapangan yang dilakukan di tempat kegiatan usaha WP. (wawancera
dengan SR pada tanggal 10 April 2020).
Selanjutnya untuk jangka waktu pemeriksaan, bapak SR menyatakan bahwa:
“Untuk pemeriksaan kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat)
minggu dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) minggu dan untuk jenis
pemeriksaan lapangan, jenis ini terbagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
lapangan sederhana yang dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan sedangkan pemeriksaan
lapangan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan
dapat diperpanjang dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) bulan.
(wawancara dengan SR, tanggal 10 April 2020).
66
Berdasarkan hasil wawancara di menunjukkan bahwa pemeriksaan dilakukan
sebagai suatu tindakan pelaksanaan hukum (law enforcement) agar peraturan yang
dikeluarkan dilaksanakan dengan baik, dan merupakan alat pemerintah untuk
menguji kepatuhan Wajib Pajak baik formal maupun material. Dalam UU
Perpajakan menjelaskan bahwa dalam pengisian SPT Wajib Pajak harus
mengisinya dengan benar, jelas, dan lengkap. Ketika dalam pemeriksaan lembaran
SPT didapatkan kekurangan, maka Wajib Pajak wajib untuk melakukan
pembentulan sesuai dengan yang disampaikan oleh pemeriksa.
Dalam melakukan pemeriksaan aparat pajak harus betul-betul teliti karena
jangan sampai baik dalam pengisian maupun pengitungan pajak oleh petugas
terjadi kesalahan, sehingga kesalahan yang terjadi akan berdampak pada
kurangnya atau lebihnya pembayaran pajak oleh Wajib Pajak.
Menurut Bapak AA selaku UPTD PBB di bapenda Kota Makassar menyatakan
bahwa:
“Saya rasa masalah dalam pemeriksaan penghitungan pajak jarang terjadi
dikarenakan dari bapenda mendistribusikan pegawainya ke tiap kecamatan
di Kota Makassar itu memang ahli dalam bidangnya, namun kalau
kesalahan pengisian SPPT oleh wajib pajak itu sering terjadi, Untuk
menanganinya, dari pihak kami akan memberikan kesempatan kepada
wajib pajak untuk melakukan pembetulan.” (Wawancara AA pada tanggal
10 April 2020).
Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak
dalam mengisi SPT dan melakukan pembayaran Pajak juga sangat bergantung
dari kinerja aparat dalam melakukan tugas dan fungsinya. Dimana dalam hal ini
67
petugas dalam melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak harus melakukan
pendekatan agar si Wajib Pajak menjadi lebih patuh dalam menjalankan tugasnya.
Selanjutnya hasil dari wawancara Pak RL sebagai Wajib Pajak bahwa:
“Saya lihat kinerja dari pegawainya disini Bapenda sangatlah baik dan
cukup telaten, tidak ada keterlambatan dan pelayanannya sangat cepat”
(Wawancara tanggal 20 April 2020)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu AT selaku Wajib Pajak bahwa:
“Yang saya lihat di sini petugas pajaknya bersikap ramah. Kita dituntun
dalam pengisian SPT kemudian apabila ada kesalahan petugas pajaknya
akan menjelaskan dengan baik kesalahan saya apa.” (Wawancara tanggal
20 April 2020).
Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas dapat diketahui bahwa petugas
pajak dalam melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak telah dilakukan dengan
baik, karena dari petikan wawancara di atas adanya kepuasan dari Wajib Pajak
terhadap kinerja aparat pajak. Dengan adanya kerjasama yang baik dari aparat
pajak dan Wajib Pajak akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan
pajak.
Dari kesimpulan beberapa hasil wawancara diatas diketahui bahwa badan
pendapatan daerah BAPENDA Kota Makassar sudah menerapkan atau
menetapkan penetapan target yang menjadikan proses pemungutan pajak menjadi
lancar dan menjadikan wajib pajak sebagai titik tumpuan dalam meningkatkan
pendapatan atau pemasukan penerimaan pajak,yaitu dengan memberikan
Penyuluhan, Pelayanan dan Pemeriksaan yang baik dan konsisten. Wajib Pajak
harus memperlihatkan atau meminjamkan pembukuan, catatan-catatan, dan atau
dokumen yang diperlukan. Apabila dokumen tersebut tidap dapat diberikan atau
dipinjamkan Wajib Pajak, maka berdasarkan peraturan perundang-undangan,
68
pemeriksa dapat melakukan penyegelan terhadap ruangan yang diduga merupakan
tempat penyimpanan dokumen yang bersangkutan.
Aparat pajak dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluhan, pelayaan dan
pemeriksa sudah cukup baik, dan hal ini mengindikasikan Pemungutan berjalan
dengan Intensif karena dengan tingkat kedisiplinan petugas dalam melakukan
penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan akan menimbulkan kepatuhan wajib
pajak pun akan meningkat.
Dari segi proses, pelaksanaan pemungutan PBB di Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA) telah berjalan dengan intensif. Hal ini terlihat dari penyuluhan yang
telah dilakukan oleh aparat pajak pada beberapa Wajib Pajak, selain itu juga
dipasang iklan untuk menghimbau masyarakat Wajib Pajak agar taat membayar
pajak.
Dari segi pelayanan, masyarakat Wajib Pajak juga cukup puas terhadap kinerja
dari aparat pajak. Begitu pula pada proses pemeriksaan, dimana tingkat
kedisiplinan petugas dalam melakukan pemeriksaan sudah cukup baik. Fungsi
dari aparatur pajak dalam memberikan penyuluhan, pelayanan, dan pemeriksaan
merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lain, terutama dalam
hubungannya dengan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban
pajaknya.
b. Membuat Kebijakan
Membuat Kebijakan yang berkaitan dengan suatu tindakan yang mengarah
pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
69
seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang di inginkan. Seperti dalam hal ini tujuannya untuk meningkatkan
pemungutan pajak bumi dan bangunan di Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar.
Adapun strategi dalam meningkatkan pendapatan pajak khusus PBB yaitu
daalam kaitannya membuat kebijakan terdapat 3 sub bagian yaitu sebagai berikut:
1) Aspek Komunikasi
Aspek komunikasi merupakan aspek yang dapat menentukan keberhasilan
suatu kebijakan dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar dimana sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh
informan yang bernama Ibu LN selaku Wajib Pajak PBB yang menyatakan
bahwa:
“Menurut saya kebijakan pengelolaan seperti pembayaran PBB, untuk
kecamatan yang penerimaannya yang rendah sangat merasakan tidak
mendapatkan perhatian berupa sosialisasi secara langsung dari pegawai
Badan Pendapatan Daerah dan masyarakat/wajib pajak lainnya, itu
sebabnya banyak masyarakat yang tidak melakukan kewajibannya dalam
membayar PBB. Seharusnya Badan Pendapatan Daerah bekerjasama
dengan petugas lapangan di setiap kecamatan yaitu Camat, Lurah dan
Kepala Lingkungan untuk melakukan komunikasi berupa sosialisasi
kepada masyarakat. (Wawancara dengan LN, tanggal 20 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dalam kebijakan
pengelolaan terkait komunikasi atau sosialisasi tentang pentingnya membayar
pajak bagi wajib pajak belum dilakukan secara menyeluruh, karena masih ada
waarga selaku wajib pajak yang merasakan tidak mendapatkan perhatian berupa
sosialisasi secara langsung dari pegawai Badan Pendapatan Daerah ataupun dari
masyarakat wajib pajak lainnya.
70
Hal lain yang disampaikan Bapak SR selaku staff UPTD PBB berpendapat
bahwa :
“komunikasi antar pegawai dan pimpinan di Badan Pendapatan Daerah
sudah berjalan sesuai dengan instruksi dan menjalankan dengan SOP yang
ada, serta komunikasi atau sosialisasi kami dengan ke masayarakat baik itu
secara langsung maupun tidak langsung berjalan dengan baik dan sering
kami lakukan sehingga bertujuan untuk menarik pajak lebih banyak dan
masyarakat sadar dalam membayar pajaknya. (Wawancara dengan SR,
pada tanggal 20 April 2020).
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa komunikasi atau sosialisasi
yang dilakukan oleh badan pendapatan daerah sudah berjalan dengan baik dan
berkesinambungan.
Menurut pendapat Bapak RL selaku informan Wajib Pajak mengatakan bahwa :
“sosialisasi di kecamatan saya, biasa dilaksanakan oleh pihak kecamatan
tentang perlunya membayar pajak PBB dan saya selaku wajib pajak harus
sadar akan hal tersebut karena ini adalah taanggungjawab kita dalam
menikmati fasilitas infrastruktur yang ada Ketika ada membayar pajak, dan
pembayaran pajaknya juga sudah bagus tanpa kita datang langsung ke
kantornya, kita bisa membayar melalui bank maupun akun ewallet.
(Wawancara dengan RZ, pada tanggal 21 April 2020).
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa komunikasi atau
sosialisasi secara langsung sudah dilakukan dengan BAPENDA bekerja sama oleh
pihak kecamatan dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak serta meningkatkan pendapatan pajak khususnya PBB.
Dari hasil keseluruhan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
kebijakan BAPENDA dalam hal ini aspek komunikasi atau sosialisasi sudah
berjalan dengan cukup baik namun tidak keseluruhan daerah yang ada di kota
makassar karena dari beberapa peryataan informan Wajib Pajak di atas ada yang
71
mengeluhkan tentang sosialisasi sehingga di daerah mereka banyak yang tidak
membayar pajak, hal ini menjadi contoh bahwa dalam meningkatkan pendapatan
atau pemasukan di sector pajak khususnya PBB haruslah dengan metode-metode
atau strategi-strategi yang bagus sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai
dan juga dengan melihat survey karakter masyarakat setiap tahunnya agar dapat
dibentuk strategi-strategi yang bagus dan terarah.
2) Aspek Disposisi atau Sikap
Aspek disposisi atau sikap implementor merupakan suatu hal yang
mempengaruhi implementasi kebijakan dalam strategi pengelolaan PBB yang ada
di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. Hal tersebut erat kaitannya dengan
kecakapan dalam melaksanakan kebijakan dan adanya komitmen yang dimiliki
oleh pelaksana program. Semua unsur/komponen pemerintah baik
pemimpin/pegawai mendukung sepenuhnya program implementasi kebijakan
pengelolaan seperti pembayaran PBB.
Menurut pendapat Bapak AA selaku UPTD Pajak Bumi Bangunan mengatakan
bahwa:
“ mengenai disposisi atau sikap yang di ambil tentu adanya kesepakatan
dan kommitmen terlebih dahulu yang dibangun sehingga semua jajaran
menerapkan semua unsur-unsur yang ada dalam penerapan kebijakan
pembayaran PBB, sehingga semua berjalan dengan baik dan masyarakat
terlayani, begitu pula dengan masyarakat itu sendiri akan merasa terlayani
dengan baik . (wawancara dengan Bapak AA, pada tanggal 21 April 2020).
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa aspek disposisi atau aspek
sudah berjalan dengan baik dan masyarakat merasa terlayani dengan baik.
Hal serupa diungkapkan oleh Bapak RL selaku Wajib Pajak bahwa :
72
“Sikap dan perilaku pegawai disini sangat bagus dalam melayani, saya
merasakan itu sendiri bahwa mereka melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang di embannya betul-betul dengan baik dan terarah. (wawancara
dengan bapak RZ, pada tanggal 21 April 2020).
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sikap dan perilaku pegawai
sangat baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dan
terarah.
3) Aspek Struktur Birokrasi
Pada kantor Badan Pendapatan daerah Kota Makassar Struktur Birokrasi erat
kaitannya dengan Standar operasional prosedur (SOP) yang dalam
pelaksanaannya dapat dipahami oleh pihak implementor atau pegawai, sehingga
masyarakat yang ingin membayar pajak khususnya PBB di Badan Pendapatan
Daerah memahami proses-proses yang sesuai dengan SOP.
Menurut hasil wawancara dengan ibu II selaku Bagian staff pelayanan PBB
bahwa :
“Struktur Birokrasi dan kegiatan implementasi kebijakan dalam strategi
intensifikasi pembayaran pajak PBB diatur dalam perda no 2 tahun 2013
dan juga sebagai panduan SOP dalam pelaksanaan kebijakan sudah jelas
saya rasa, jadi adek baca saja semuanya sudah ada disitu. (wawancara
dengan II, tanggal 24 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa struktur birokrasi dan
kegiatan implementasi kebijakan dalam strategi intensifikasi pembayaran pajak
PBB sudah transparan.
Sejalan dengan pernyataan bapak ID selaku Tata Usaha UPTD-PBB mengatakan
bahwa :
“Pada dasarnya peraturan dan SOP dibuat untuk memudahkan kerja
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar dalam mengefektifkan dan
mengefisiensikan penerimaan pajak daerah, namun biasanya masih ada
73
juga masayarakat yang tidak mengikuti prosedur yang sudah di tetapkan,
dikarenakan mungkin mereka belum memahami apasaja bagian yang
harus disiapkan dalam pembayaran PBB. (wawancara dengan ID, pada
tanggal 24 April 2020).
Berdasarkan hasil wawnacara di atas menunjukkan bahwa struktur birokrasi dan
SOP sudah jelas dan prosedur sudah ditetapkan namun masih ada juga masyarakat
yang masih kurang paham dengan prosedur yang ada.
hal lain yang disampaikan oleh ibu LN selaku wajib pajak PBB mengatakan
bahwa :
“Struktur birokrasi di kantor badan pendapatan daerah kota makassar
sudah tertata dengan jelas, standar operasional prosedurnya juga sudah
jelas dan dapat dipahami, namun dalam pelaksanaannya saya lihat sering
tidak maksimal dikarenakan masih adanya masyarakat yang tidak
mengikuti prosedur yang sudah ada yaitu berkas yang dimasukkan dalam
pembayaran dan pendaftaran objek PBB seringkali tidak lengkap yang
disebabkan mungkin masih kurangnya informasi atau sosialisasi dari
pegawai yang ada, sehingga masyarakat yang ingin membayar PBB tidak
memahami proses-proses yang sesuai dengan SOP. (Wawancara pada
tanggal 24 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi
di kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar sudah jelas dan dapat
dipahami namun dalam pelaksanaannya tidak maksimal dikarenakan masih ada
masyarakat yang tidak mengikuti prosuder yang ada.
Dari hasil keseluruhan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
kebijakan BAPENDA dalam hal ini aspek komunikasi atau sosialisasi dan aspek
disposisi atau sikap dan Aspek Struktur Birokrasi sudah berjalan dengan baik
dikarenakan sikap dan perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dengan baik dan terarah. struktur birokrasi di kantor Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar sudah jelas dan dapat dipahami namun dalam
74
pelaksanaannya tidak maksimal dikarenakan masih ada masyarakat yang tidak
mengikuti prosuder yang ada.
c. Memotivasi Pegawai
Erat kaitannya dengan sebuah bentuk dorongan positif yang ditujukan
kepada pegawai di Badan Pendapatn Daerah Kota Makassar agar mereka
terdorong dan memiliki semangat dalam bentuk penghargaan/ (reward) kepada
pegawai yang memiliki prestasi kerja atau memiliki disiplin kerja yang lebih baik
dibanding dengan pegawai lain, serta bisa dalam bentuk kenaikan pangkat. Seperti
yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar bahwa dalam
memotivasi pegawai mereka mempunyai trik tersendiri atau strategi tersendiri
dalam membangun pegawainya bekerja dengan penuh semangat, ikhlas dan tidak
bermain pajak, oleh karena itu cara memotivasi pegawainya dengan memberikan
sebuah insentif dalam hal ini berbentuk materi. Berikut hasil wawancara yang
berkaitan dengan pemotivasian pegawai. Dalam pernyataan tersebut hasil
wawancara yang disampaikan oleh bapak ID selaku Tata Usaha UPTD-PBB
mengatakan bahwa:
” Kalau BAPENDA sendiri memang punya motivasi tersendiri untuk
bekerja yah, beda dengan dinas lain kami punya yang namanya insentif dari
segi materi yah, insentif itu adalah berupa bonus apabila kami mencapai
target. Kita punya target nih kalau tercapai dapat bonus, bonusnya berupa
uang dan memang tidak didapatkan oleh kantor lain selain kantor ini
khusus pengelolah pajak tujuannya itu untuk serius menagih pajak dan
tidak bermain pajak, karena istilahnya kalo banyak uang yang masuk
insyaAllah bonusnya juga besar.”(Wawancara pada tanggal 24 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi Pegawai
BAPENDA ini memiliki motivasi sendiri dalam bekerja ketika mereka mencapai
75
target maka mereka mendapatkan intensif atau bonus yang berupa uang sehingga
pegawai memilki semangat kerja dan tidak bermain pajak.
Hasil wawancara yang disampaikan oleh ibu NS selaku staff bagian umum dan
kepegawain mengatakan bahwa :
“Memberlakukan penaikkan jenjang karir untuk beberapa pegawai dengan
kinerja yang baik”. (Wawancara pada tanggal 24 April 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memotivasi
pegawai mereka memberlakukan kenaikan karir dan kinerja yang baik.
Dari hasil keseluruhan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
kebijakan BAPENDA dalam hal ini aspek memotivasi pegawai dengan cara
motivasi pegawainya sendiri dalam bekerja, ketika mereka mencapai target atau
memiliki kinerja yang baik maka mereka mendapatkan intensif atau bonus berupa
uang, karena istilahnya kalo banyak uang yang masuk maka bonus yang didapat
juga banyak tujuannya adalah agar pegawai serius menagih pajak sehingga tidak
bermain dengan pajak dan memotivasi dengan memberlakukan kenaikan jenjang
karir bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik.
d. Pengalokasian Sumber Daya
Sumber daya ini mencakup pada sumber daya manusia, Fasilitas yang
dijelaskan sebagai berikut yaitu Sumber daya Manusia (Staff) berkaitan dengan
kualitas dan kuantitasnya, Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan
keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya, Sedangkan
kuantitasnya berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah
mencakup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya sangat
76
berpengaruh terhadap keberhasilan, dengan rendahnya kinerja sumber daya
manusia suatu organisasi akan berjalan lambat.
Dan fasilitas atau sarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
dalam keberhasilan suatu organisasi. Fasilitas yang layak seperti gedung, tanah,
dan peralatan akan menunjang dalam keberhasilan organisasi. Dalam penelitian
yang telah dilakukan bahwa implementasi kebijkan pengelolaan seperti
pembayaran PBB, sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan belum
memadai khususnya sumber daya manusia dalam keahlian menganalisis dan
menetapkan potensi PBB sehingga pegawai seringkali salah dalam menentukan
jumlah objek pajak yang seharusnya dibayar oleh masyarakat (wajib pajak), itu
artinya proses implementasi kebijakan mengalami kendala dalam hal ketersediaan
sumber daya manusia sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang
maksimal. Masyarakat tidak dibebankan biaya tambahan dalam pembayaran PBB
karena masyarakat hanya membayar jumlah objek pajak yang sudah ditetapkan di
SPT.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dilakukan wawancara dengan NS mengenai
pengalokasian sumber daya bahwa:
“pengalokasian sumber daya manusia dalam kaitannya dengan seringnya
terjadi kesalahan dalam menentukan jumlah objek pajak yang seharusnya
dibayar oleh wajib pajak adalah instansi memberikan posisi yang sesuai
dengan keahlian maupun skil pegawai yang bersangkutan, hal ini tentunya
sangat mempengaruhi kinerja sumber daya yang ada contohnya ketika
seorang pegawai yang memiliki kemampuan pelayanan umum
77
ditempatkan dibagian keuangan tentu saja akan sangat berdampak terhadap
kinerja instansi yang bersangkutan.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka
pengalokasian sumber daya kuhususnya sumber daya manusia maka BAPENDA
memberikan posisi kepada karyawannya sesuai dengan kemampuan dan skil yang
dimiliki sehingga tidak ditemukan lagi kesalahan dalam menentukan jumlah objek
pajak yang seharusnya dibayar oleh masyarakat (wajib pajak).
Berdasarkan pernyataan diatas maka dilakukan wawancara dengan ibu LN
(masyarakat) mengenai pengalokasian sumber daya bahwa:
“Di Dinas Pendapatan Daerah ada beberapa pegawai yang memiliki
jurusan berbeda dengan posisinya, karena itulah sering kali terjadi
kesalahan dalam melakukan pelayanan”(wawancara pada tanggal 24 April
2020).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa
karyawan yang ditempatkan tidak sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka
pengalokasian sumber daya sudah berjalan dengan semestinya namun memiliki
kendala pada sumber daya manusia, maka BAPENDA menempatkan posisi
kepada pegawainya sesuai dengan kemampuan dan skil yang dimiliki Sehingga
kedepannya tidak ditemukan lagi kesalahan dalam menentukan jumlah objek
pajak yang seharusnya dibayar oleh masyarakat (wajib pajak) dan tentunya akan
meningkatkan kinerja pegawai dalam meningkatkan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kota Makassar.
78
B. PEMBAHASAN
1. Penerapan Target
Dengan adanya tujuan tahunan ini sangat penting bagi peningkatan
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang akan dilaksanakan oleh Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar karena akan menunjukan dasar pengalokasian
sumber daya serta berguna dalam memonitor kemajuan dalam mencapai tujuan
jangka panjang. Perencanaan atau penetapan target tahunan merupakan Langkah-
langkah atau proses yang sudah menjadi tujuan dalam pengelolaan pajak termasuk
pada pajak Bumi dan Bangunan di Kota Makassar yang tertuang dalam visi
misinya.
Dalam hal ini kegiatan perencanaan yang dimaksud adalah berupa
pendataan sebagai langkah awal dan untuk pembayarannya sudah bisa di akses
dengan mudah melalui pembayaran via ATM serta untuk pembayaran pajak
seperti PBB itu sudah bisa di bayar di bank BPD dan itu sudah termasuk tata
kelola yang baik. Penetapan target yang dimaksud adalah dengan melakukan
penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan yaitu:
a. Penyuluhan
Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dilakukan melalui berbagai upaya,
antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui
media massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat yang bekerja
sama dengan Pemerintahan Daerah, yang telah melakukan upaya penyuluhan
pajak baik melalui media elektronik maupun media cetak agar meningkatkan
pemasukan pajak utamanya di sektor PBB. Karena penyuluhan merupakan
79
salah satu faktor penting dalam menciptakan kesadaran Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajiban pajaknya, Dengan melakukan penyuluhan Wajib
Pajak dapat diingatkan kembali untuk membayar pajak dengan tepat waktu.
Penyuluhan atau sosialisasi ini dilakukan oleh DJP dan Bapenda sendiri
tentang membayar pajak kepada wajib pajak itu sudah dilakukan sejak tahun
2012 sampai sekarang ini, baik melalu social media maupun terjun langsung
kemasyarakat dengan bekerjasama oleh pihak kecamatan yang ada di kota
makassar.
b. Pelayanan
Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah
memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas
pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak
sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang
perpajakan. Seperti hasil wawancara di kantor BAPENDA menunjukkan
bahwa terdapat keselarasan pendapat dengan pengunjung atau wajib pajak
dengan pegawai staff bagian pelayanan langsung kepada masayarakat, yaitu
terdapatnya prosedur yang mudah apabila wajib pajak sudah melengkapi
syarat-syarat berkas yang dibutuhkan, akan tetapi beberapa pengunjung
berpendapat mengenai pelayanan yang masih kurang atau dalam artian masih
rumit prosedurnya serta keterlambatan pengurusannya sampai kepada
kurangnya keramahan dari staff pelayanan PBB, namun disisi lain terdapat
pengunjung yang berpendapat sama atau selaras dengan pernyataan pegawai
staff pelayanan PBB yaitu bahwa sebenarnya pelayanannya tidak rumit dan
80
cukup cepat asalkan semua berkas yang dibutuhkan atau syarat-syaratnya
terpenuhi baru bisa di proses karena itu sudah menjadi prosedur kantor
Bapenda.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa peranan aparatur pajak
dalam Sistem Pemungutan Pajak adalah memberikan pelayanan kepada
Wajib Pajak, dilihat dari kenyataan pada Kota Makassar bahwa Pemungutan
yang dilakukan berjalan dengan intensif karena pelayanan yang diberikan
oleh aparatur memberikan dampak positif pada Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajibannya.
c. pemeriksaan
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan
didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan ini penting dilakukan guna menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan atas dasar sistem Pemungutan,
hal tersebut dilakukan dalam kegiatan untuk meningkatkan pelayanan
terhadap Wajib Pajak dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) menunjukkan
kelebihan pembayaran Pajak dan/atau rugi, SPT tidak disampaikan atau
disampaikan tidak tepat waktu yang telah ditetapkan. Pemeriksaan ini juga
dapat dilakukan bila terdapat bukti bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) yang
81
disampaikan oleh Wajib Pajak tidak benar, adanya pengaduan dari
masyarakat yang mengetahui kecurangan Wajib Pajak tersebut dalam
memenuhi kewajiban pajaknya, maupun jika terdapat indikasi bahwa Wajib
Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Berdasarkan hasil wawancara di kantor BAPENDA menunjukkan bahwa
pemeriksaan dilakukan sebagai suatu tindakan pelaksanaan hukum (law
enforcement) agar peraturan yang dikeluarkan dilaksanakan dengan baik, dan
merupakan alat pemerintah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak baik
formal maupun material. Dalam UU Perpajakan menjelaskan bahwa dalam
pengisian SPT Wajib Pajak harus mengisinya dengan benar, jelas, dan
lengkap. Ketika dalam pemeriksaan lembaran SPT didapatkan kekurangan,
maka Wajib Pajak wajib untuk melakukan pembentulan sesuai dengan yang
disampaikan oleh pemeriksa. kepatuhan Wajib Pajak dalam mengisi SPT dan
melakukan pembayaran Pajak juga sangat bergantung dari kinerja aparat
dalam melakukan tugas dan fungsinya. Dimana dalam hal ini petugas dalam
melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak harus melakukan pendekatan
agar si Wajib Pajak menjadi lebih patuh dalam menjalankan tugasnya.
2. Membuat Kebijakan
Seperti dalam hal ini tujuannya untuk meningkatkan pemungutan pajak
bumi dan bangunan di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. Adapun strategi
dalam meningkatkan pendapatan pajak khusus PBB yaitu daalam kaitannya
membuat kebijakan terdapat 3 sub bagian yaitu sebagai berikut:
82
a. Aspek Komunikasi
Aspek komunikasi merupakan aspek yang dapat menentukan
keberhasilan suatu kebijakan dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. Dari hasil wawancara di dikantor
BAPENDA menunjukkan bahwa komunikasi atau sosialisasi secara
langsung sudah dilakukan dengan BAPENDA bekerja sama oleh pihak
kecamatan dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya
membayar pajak serta meningkatkan pendapatan pajak khususnya PBB.
Namun di sisi lain menunjukkan bahwa dalam kebijakan pengelolaan terkait
komunikasi atau sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak bagi wajib
pajak belum dilakukan secara menyeluruh, karena masih ada warga selaku
wajib pajak yang merasakan tidak mendapatkan perhatian berupa sosialisasi
secara langsung dari pegawai Badan Pendapatan Daerah ataupun dari
masyarakat wajib pajak lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kebijakan BAPENDA dalam
hal ini aspek komunikasi atau sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik
namun tidak keseluruhan daerah yang ada di kota makassar karena dari
beberapa peryataan informan Wajib Pajak ada yang mengeluhkan tentang
sosialisasi sehingga di daerah mereka banyak yang tidak membayar pajak,
hal ini menjadi contoh bahwa dalam meningkatkan pendapatan atau
pemasukan di sector pajak khususnya PBB haruslah dengan metode-metode
atau strategi-strategi yang bagus sehingga apa yang menjadi tujuan dapat
83
tercapai dan juga dengan melihat survey karakter masyarakat setiap
tahunnya agar dapat dibentuk strategi-strategi yang bagus dan terarah.
b. Aspek Disposisi atau Sikap
Aspek disposisi atau sikap implementor merupakan suatu hal yang
mempengaruhi implementasi kebijakan dalam strategi pengelolaan PBB
yang ada di Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar. Erat kaitannya
dengan kecakapan dalam melaksanakan kebijakan dan adanya komitmen
yang dimiliki oleh pelaksana program. Semua unsur/komponen pemerintah
baik pemimpin/pegawai mendukung sepenuhnya program implementasi
kebijakan pengelolaan seperti pembayaran PBB.
Dari penjelasan di atas sudah sesuai dengan apa yang di ada di kantor
BAPENDA itu sendiri, dan sudah menunjukkan bahwa sikap dan perilaku
pegawai sangat baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan
baik dan terarah, bahkan masyarakat juga sudah merasa terlayani dengan
baik.
c. Aspek Struktur Birokrasi
Pada kantor Badan Pendapatan daerah Kota Makassar Struktur Birokrasi
erat kaitannya dengan Standar operasional prosedur (SOP) yang dalam
pelaksanaannya dapat dipahami oleh pihak implementor atau pegawai,
sehingga masyarakat yang ingin membayar pajak khususnya PBB di Badan
Pendapatan Daerah memahami proses-proses yang sesuai dengan SOP.
Dari hasil wawancara di kantor BAPENDA dapat disimpulkan bahwa
dalam kebijakan BAPENDA dalam hal ini aspek komunikasi atau sosialisasi
84
dan aspek disposisi atau sikap dan Aspek Struktur Birokrasi sudah berjalan
dengan baik dikarenakan sikap dan perilaku pegawai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dengan baik dan terarah. struktur birokrasi di
kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar sudah jelas dan dapat
dipahami namun dalam pelaksanaannya tidak maksimal dikarenakan masih
ada masyarakat yang tidak mengikuti prosuder yang ada.
3. Memotivasi Pegawai
Sebuah bentuk dorongan positif yang ditujukan kepada pegawai di Badan
Pendapatn Daerah Kota Makassar agar mereka terdorong dan memiliki semangat
kerja dalam bentuk penghargaan/ (reward) kepada pegawai yang memiliki prestasi
kerja atau memiliki disiplin kerja yang lebih baik dibanding dengan pegawai lain,
serta bisa dalam bentuk kenaikan pangkat. Seperti yang dilakukan oleh Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar bahwa dalam memotivasi pegawai mereka
mempunyai trik tersendiri atau strategi tersendiri dalam membentuk pegawainya
bekerja dengan penuh semangat,ikhlas dan tidak bermain pajak, oleh karena itu
cara memotivasi pegawainya dengan memberikan sebuah insentif dalam hal ini
berbentuk materi.
Dari hasil wawancara di kantor BAPENDA ditemukan bahwa dalam
kebijakan BAPENDA dalam hal ini aspek memotivasi pegawai dengan cara
motivasi pegawainya sendiri dalam bekerja, ketika mereka mencapai target atau
memiliki kinerja yang baik maka mereka mendapatkan intensif atau bonus berupa
uang, karena istilahnya kalo banyak uang yang masuk maka bonus yang didapat
juga banyak tujuannya adalah agar pegawai serius menagih pajak sehingga tidak
85
bermain dengan pajak dan memotivasi dengan memberlakukan kenaikan jenjang
karir bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik.
4. Pengalokasian Sumber Daya
Sumber daya ini mencakup pada sumber daya manusia, Fasilitas yang
dijelaskan sebagai berikut yaitu Sumber daya Manusia (Staff) berkaitan dengan
kualitas dan kuantitasnya, Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan
keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya, Sedangkan
kuantitasnya berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah
mencakup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan, dengan rendahnya kinerja sumber daya
manusia suatu organisasi akan berjalan lambat.
Dan fasilitas atau sarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
dalam keberhasilan suatu organisasi, fasilitas yang layak seperti gedung, tanah,
dan peralatan akan menunjang dalam keberhasilan organisasi. Dalam penelitian
yang telah dilakukan bahwa implementasi kebijkan pengelolaan seperti
pembayaran PBB, sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan belum
memadai khususnya sumber daya manusia dalam keahlian menganalisis dan
menetapkan potensi PBB sehingga pegawai seringkali salah dalam menentukan
jumlah objek pajak yang seharusnya dibayar oleh masyarakat (wajib pajak), itu
artinya proses implementasi kebijakan mengalami kendala dalam hal ketersediaan
sumber daya manusia sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang
maksimal.
86
Maka BAPENDA memberikan jalan keluar dengan cara menempatkan
posisi kepada pegawainya sesuai dengan kemampuan dan skil yang dimiliki
Sehingga kedepannya tidak ditemukan lagi kesalahan dalam menentukan jumlah
objek pajak yang seharusnya dibayar oleh masyarakat (wajib pajak) dan tentunya
akan meningkatkan kinerja pegawai dalam meningkatkan pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kota Makassar.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan strategi dinas pendapatan dalam instensifikasi pemungutan pajak
bumi dan bangunan di kota makassar dilihat dari 4 sub implementasi.
Penetapan target mengenai penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan oleh
DJP dan Bapenda sendiri tentang membayar pajak kepada wajib pajak itu
sudah dilakukan sejak tahun 2012 sampai sekarang ini, baik melalu social
media maupun terjun langsung kemasyarakat dengan bekerjasama oleh pihak
kecamatan yang ada di kota makassar. Pembuat kebijakan aspek komunikasi
atau sosialisasi dan aspek disposisi atau sikap dan Aspek Struktur Birokrasi
sudah berjalan dengan baik dikarenakan sikap dan perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dan terarah. struktur
birokrasi di kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar sudah jelas dan
dapat dipahami namun dalam pelaksanaannya tidak maksimal dikarenakan
masih ada masyarakat yang tidak mengikuti prosuder yang ada. Memotivasi
Pegawai memotivasi pegawai dengan cara motivasi sendiri dalam bekerja
ketika mereka mencapai target maka mereka mendapatkan bonus berupa uang
karena istilahnya kalo banyak uang yang masuk banyak bonusnya dan
memotivasi dengan memberlakukan kenaikan karir dan kinerja yang baik.
Pengalokasian sumber daya penempatan posisi karyawan sesuai dengan
87
88
kemampuan atau skillnya sangat mempengaruhi kinerja instansi terutama
dalam peningkatan kinerja sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulakan bahwa strategi
pendapatan daerah dalam intensifikasi pemungutan pajak bumi dan bangunan
di kota makassar sudah berjalan dengan cukup baik.
B. Saran
Setelah memberikan Kesimpulan dari proses Intensifikasi Pemungutan PBB
di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar, Maka penulis juga memberikan
saran sebagai berikut :
1. Melihat Masih belum seimbangnya peningkatan jumlah Wajib Pajak dengan
Jumlah pelapor SPT, Maka Sebaiknya aparat pajak lebih memberikan
penyuluhan atau pembinaan tentang Pajak kepada Wajib Pajak, utamanya bagi
mereka yang belum memahami betul cara-cara pengisian SPT, dan juga bagi
mereka yang masih terlambat membayar pajak dan melaporkan SPT.
2. Karena semua tahapan kebijakan pemungutan PBB oleh daerah memerlukan
dukungan kualitas SDM, maka transfer knowledge perlu dilakukan terhadap
Pemda, mengingat pendidikan formalnya memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang tidak sedikit. Adapun pelatihan SDM komperehensif yang
dibutuhkan meliputi penilaian, dan pengolahan data dengan materi yang
didapatkan dengan biaya yang dapat dijangkau Pemda.
89
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2002. Pokok-Pokok Manajemen. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.
A, M, Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiar. Jakarta: Prenada Media.
Group. Asy’arie.
Adhyana, B. (n.d). Pengaruh Likuidis. Manajemen Aktifas. EPS dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan.
Barry, Bryan, 2009. Strategic Planning Workbook For Non Profit Organization.
Minneapolis: Amhers H. Wilder foundation.
Cameroon and Quinn. (1997).”Diagnosing And Changing Organisational
Culture: Based On Thr Competing Values Framework, Reading, Mass:
Addison Wesley”.
David, Freed R. 2005. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: Salemba Empat.
Freeman, R Edward, 1995, Manajemen Strategik, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Husein, Umar, 1999, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hanifah. 2013. jurnal Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar. Universitas hasanuddin
Joyce, Paul. 2015. Strategic Manajemen In Publik Sector. Newyrok: Reuledge 2
park Square.
Kunarjo. 1993. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan Edisi Kedua.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Makmur Hermanto, 2013. Pengantar Analisis Kebijkan Publik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Melayu S.P. Hasibuan, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta. Bumi
Aksara.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Andi.
Nawawi, Hadari, 2008. Dinamika Strategi Program dan Kebijakan Pemerintah
Dalam Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Ratminto & Winarsih.S.Atik. 2012. Manajemen Pelayanan. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
90
Rahman, Abdul. 2011, Intensifikaasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Kecamatan Soreang Kota ParePare: Unda
Ratminto dan Winarsih. Atik. 2012. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Safroni, 2012, Managemen dan Reformasi Pelayanan Publik Dalam Konteks
Birokrasi Indonesia(Teori, Kebijakan, dan Implementasi), Yogyakarta:
Aditya Media Publishing.
Siagian, Sondang P. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Tucker, Husdon, 2015. Goverment Strategic in Publick Administration The
Image. Jhon Wiley and Soon, Ohio-press.
Winardi. (2003). Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba
Emp
91
L
A
M
P
I
R
A
N
92
1. Wawancara Dengan Kepala UPTD-PBB
2. Wawancara Dengan Kepala Tata Usaha UPTD-PBB
93
3. Wawancara dengan Pegawai Badan Pendapatan Daerah
.
4. Wawancara Dengan Wajip pajak
5. Keadaan Ruangan UPTD-PBB
94
95
96
97
98
99
RIWAYAT HIDUP
SUPARMAN MAKMUR, Lahir pada tanggal 7 Maret
1997 dilingkungan Desa Tampo Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang. Anak tunggal dan merupakan buah
kasih dari pasangan Makmur dan Yunani.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 65
Tampo Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Anggeraja dan tamat
pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Anggeraja dan tamat pada tahun 2015.
Berkat usaha dan kerja keras yang disertai doa pada tahun 2015 penulis
berhasil lulus di jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu
(S1). Penulis sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Allah SWT bisa
menimba ilmu yang merupakan bekal dimasa depan. Saat ini penulis
berharap dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik dan
membahagiakan orang tua serta berusaha menjadi manusia yang berguna
bagi Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa dan Negara.