analisis strategi optimalisasi pendapatan asli …

22
1 Universitas Indonesia ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KABUPATEN BANYUWANGI Hafidz Al Faruqi 1 , Achmad Lutfi 2 1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email: [email protected], [email protected] Abstrak Tingginya pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi seharusnya menjadi potensi penerimaan bagi pemerintah daerah, termasuk penerimaan dari pajak hiburan. Namun, penerimaan pajak hiburan belum optimal jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki Banyuwangi. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk mengoptimalkan penerimaan dari pajak hiburan di Banyuwangi. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis implementasi pemungutan pajak hiburan serta strategi optimalisasi penerimaan pajak hiburan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Hasilnya adalah terdapat dua kendala yang dihadapi oleh Banyuwangi yakni kendala eksternal dan internal. Selain itu, terdapat dua strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak hiburannya, yakni melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Kata Kunci : Pajak Daerah, Kabupaten Banyuwangi, Strategi Optimalisasi, Pajak Hiburan ANALYSIS OF LOCAL REVENUE OPTIMIZATION STRATEGIES THROUGH AN INCREASE OF TAX ENTERTAINMENT REVENUES IN BANYUWANGI Abstract High growth in Banyuwangi tourism should be potential revenues for the local government, especially from entertainment tax. However, revenue from entertainment tax is not optimal, if compared to Banyuwangi’s potential. Therefore, it takes strategies to optimize revenues from entertainment tax. This study is focused on analyze the implementation of entertainment tax collection and entertainment tax revenue optimization strategies. This research was conducted with qualitative approach and qualitative data analysis techniques. The results are, there are two constraints faced by Banyuwangi called external and internal constraints. Besides, there are two strategies to optimize the entertainment tax revenue, through expansion and intensification. Keyword : Local Tax, Banyuwangi Regency, Optimization Strategy, Entertainment Tax Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

1

Universitas Indonesia

ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DI KABUPATEN

BANYUWANGI

Hafidz Al Faruqi1, Achmad Lutfi2

1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia

2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Tingginya pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi seharusnya menjadi potensi penerimaan bagi pemerintah daerah, termasuk penerimaan dari pajak hiburan. Namun, penerimaan pajak hiburan belum optimal jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki Banyuwangi. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk mengoptimalkan penerimaan dari pajak hiburan di Banyuwangi. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis implementasi pemungutan pajak hiburan serta strategi optimalisasi penerimaan pajak hiburan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Hasilnya adalah terdapat dua kendala yang dihadapi oleh Banyuwangi yakni kendala eksternal dan internal. Selain itu, terdapat dua strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak hiburannya, yakni melalui ekstensifikasi dan intensifikasi.

Kata Kunci : Pajak Daerah, Kabupaten Banyuwangi, Strategi Optimalisasi, Pajak Hiburan

ANALYSIS OF LOCAL REVENUE OPTIMIZATION STRATEGIES

THROUGH AN INCREASE OF TAX ENTERTAINMENT REVENUES

IN BANYUWANGI

Abstract

High growth in Banyuwangi tourism should be potential revenues for the local government, especially from entertainment tax. However, revenue from entertainment tax is not optimal, if compared to Banyuwangi’s potential. Therefore, it takes strategies to optimize revenues from entertainment tax. This study is focused on analyze the implementation of entertainment tax collection and entertainment tax revenue optimization strategies. This research was conducted with qualitative approach and qualitative data analysis techniques. The results are, there are two constraints faced by Banyuwangi called external and internal constraints. Besides, there are two strategies to optimize the entertainment tax revenue, through expansion and intensification. Keyword : Local Tax, Banyuwangi Regency, Optimization Strategy, Entertainment Tax

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 2: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

2

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Banyuwangi menjadi salah satu wilayah yang mengalami pertumbuhan sektor

pariwisata yang pesat. Dikutip dari banyuwangikab.go.id, dalam lima tahun terakhir, sektor

pariwisata di Banyuwangi terus mengalami pertumbuhan. Kunjungan wisatawan nusantara

melonjak 161% dari 651.500 orang pada tahun 2010 menjadi 1.701.230 orang di tahun 2015.

Adapun wisatawan mancanegara meningkat 210% dari kisaran 13.200 pada tahun 2010

menjadi 41.000 pada tahun 2015. Data wisatawan ini diverifikasi dari hotel dan pengelola

destinasi wisata. Pertumbuhan bisnis dan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah

penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308% dari hanya 7.826

penumpang pada tahun 2011 menjadi 110.234 penumpang pada tahun 2015 (“Banyuwangi”).

Seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Hotel di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015

No Tahun Jumlah Kunjungan %Pertumbuhan 1 2010 338.913 - 2 2011 444.906 31,3% 3 2012 496.541 11,6% 4 2013 546.548 10,1% 5 2014 569.255 4,2% 6 2015 600.266 5,4% Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan tabel di atas, terjadi kenaikan jumlah kunjungan tamu hotel setiap

tahunnya dari 2010 sampai 2015. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2011, yakni

sebesar 31,3%. Sementara pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun 2014, yakni sebesar 4,2%.

Dalam rangka mendukung sektor pariwisatanya, Pemerintah Banyuwangi telah

mengadakan berbagai festival dengan taraf nasional maupun internasional. Pada tahun 2014,

terdapat 23 festival yang diadakan oleh pemerintah Banyuwangi untuk menarik wisatawan

untuk berkunjung sementara pada tahun 2015 terdapat 36 Festival yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pertumbuhan yang terjadi di sektor pariwisata

memberikan dampak positif terhadap perekonomian Banyuwangi. Dikutip dari

banyuwangikab.go.id, pertumbuhan dari pariwisata memberikan dampak terhadap ekonomi

masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan per kapita Banyuwangi menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta pada tahun 2010 menjadi

Rp33,6 juta per kapita per tahun 2014 dan diprediksikan akan mencapai Rp38 juta pada tahun

2015 (“banyuwangi”). Selain itu pertumbuhan sektor pariwisata juga berpengaruh terhadap

produk domestik regional bruto (PDRB) yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 3: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

3

Universitas Indonesia

Pertumbuhan pariwisata juga memberikan potensi penerimaan yang besar bagi pemerintah

daerah Kabupaten Banyuwangi, salah satunya melalui penerimaan pajak daerah.

Salah satu sumber penerimaan pajak daerah di Banyuwangi adalah pajak hiburan. Di

dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 tahun 2011 tentang Pajak

Daerah, pajak hiburan sendiri dipungut atas penyelenggaraan hiburan berbayar.

Tabel 2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan di Banyuwangi Tahun 2010-

2015

Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan % 2010 Rp200.000.000 Rp408.007.628,50 204 2011 Rp350.000.000 Rp356.751.368,10 101,93 2012 Rp360.500.000 Rp387.943.569,00 107,61 2013 Rp370.500.000 Rp559.072.747,00 150,90 2014 Rp617.000.000 Rp785.242.592,00 127,27 2015 Rp901.500.000 Rp1.370.468.982,00 152,02 Sumber: Dinas Pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa target penerimaan pajak hiburan dari tahun

2010 sampai 2015 selalu mengalami kenaikan. Target penerimaan tersebut setiap tahunnya

selalu terealisasi dan selalu melampaui. Realisasi penerimaan terbesar jika dibandingkan

dengan target terjadi pada tahun 2015, yakni realisasi sebesar 152,02%. Dengan naiknya

sektor pariwisata ditambah dengan maraknya penyelenggaraan festival di Banyuwangi,

pendapatan pajak hiburan di Banyuwangi akan meningkat. Namun, peningkatan potensi

pendapatan dari pajak hiburan belum dapat sepenuhnya diperoleh oleh Pemerintah

Banyuwangi.

Target PAD Banyuwangi pada tahun 2015 senilai Rp 249 miliar hingga September

sudah tercatat Rp 247 miliar. Nilai ini diperkirakan mampu melampaui target PAD yang telah

ditentukan hingga mencapai 125 persen. Kepala Dinas Pendapatan (Dispenda) Banyuwangi,

Sudirman memaparkan, pencapaian 99,31 persen pada nilai PAD hingga September 2015

didapat dari sebelas jenis pajak dan retribusi daerah. Tiga sektor pajak yang mendominasi

yaitu dari pajak penerangan jalan sebesar Rp 36 Milyar, Pajak Bumi Bangunan (PBB) sebesar

Rp26 Milyar dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar Rp 26

Milyar. Sementara sektor pendapatan yang dinilai masih lemah sehingga perlu genjotan

pengoptimalan pada wajib pajak antara lain hotel, restoran, tempat hiburan, warung,

perumahan dan galian pasir (“bappeda”).

Banyuwangi memiliki potensi penerimaan yang besar sebagai dampak dari

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan disertai dengan penyelenggaraan berbagai

festival di sana. Namun, peningkatan potensi penerimaan yang terjadi belum sepenuhnya

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 4: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

4

Universitas Indonesia

dapat dioptimalkan oleh pemerintah Banyuwangi.Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas

mengatakan bahwa PAD yang selama ini diterima pemerintah daerah dinilai masih belum

seimbang dengan apa yang telah dicapai Banyuwangi.Dikutip dari website resmi Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi, Bupati Anas juga mengatakan bahwa PAD tersebut masih bisa

dinaikkan karena industri di pariwisata di Banyuwangi naik 1000 persen. (“banyuwangikab”)

Dengan naiknya jumlah wisatawan sekaligus maraknya festival di Banyuwangi, maka

jumlah pelayanan yang disediakan oleh pelaku industri hiburan termasuk di dalamnya

penyelenggara festival akan bertambah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya,

penyelenggaraan hiburan berbayar merupakan objek pajak hiburan.Namun, seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, pajak hiburan termasuk ke dalam sektor pendapatan yang masih

lemah dan masih harus dioptimalkan. Potensi penerimaan yang begitu besar seharusnya dapat

dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Jika potensi tersebut dapat

dimanfaatkan, maka PAD yang berasal dari pajak daerah Banyuwangi dapat meningkat dan

dapat digunakan oleh Pemerintah Banyuwangi untuk membangun infrastruktur atau

memperbaiki pelayanan kepada masyarakat Banyuwangi. Oleh karena itu dibutuhkan strategi

tertentu untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan di Banyuwangi. Dengan

demikian, pokok permasalahan yang ada di dalam karya ilmiah ini adalah 1) Bagaimana

implementasi pemungutan pajak hiburan di Kabupaten Banyuwangi; dan 2) Bagaimana

strategi optimalisasi penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Banyuwangi.

Tinjauan Teoritis

Davey (1988) mengatakan bahwa perpajakan daerah dapat diartikan sebagai berikut a)

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri; b) Pajak

yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh

Pemerintah Daerah; c) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah; dan

d) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat, tetapi hasil

pungutannya diberikan kepada , dibagihasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan

(opsen) oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan menurut Samudra (2005, hal.49), pajak daerah

merupakan pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh

daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Mardiasmo

(2003, hal.98) mengatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 5: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

5

Universitas Indonesia

Bird (2010) menyatakan bahwa pada prinsipnya, pajak daerah yang benar harus

memiliki lima kondisi berikut yakni 1) Pemerintah Daerah dapat memutuskan untuk

memungut pajak atau tidak; 2) pemerintah daerah juga dapat menentukan basis

pemajakannya; 3) pemerintah daerah juga dapat menentukan tarif pajak; 4) pemerintah

daerah juga merupakan pihak yang mengadministrasikan pajak tersebut; dan 5) pemerintah

daerah yang menyimpan penerimaan pajak terebut. Namun pada prakteknya, banyak pajak

daerah di berbagai negara di dunia hanya memenuhi satu atau dua kondisi di atas.

Salah satu jenis pajak daerah adalah pajak hiburan. Usman dan Subroto (1980)

berpendapat bahwa pajak hiburan atau dahulu disebut pajak tontonan berasal dari bahasa

Belanda yaitu “Vermakelijheidsblasting” yang artinya pajak atas pemberian hiburan dan

kesenangan. Purwanto dan Kurniawan (2004) menjelaskan bahwa objek pajak hiburan tidak

hanya dari tontonan saja, tepi seiring perkembangan sektor hiburan membuat objek pajak

hiburan telah berkembang pada objek hiburan lainnya, seperti musik hidup, pertunjukkan

temporer, kelab malam, diskotek, mandi uap, padang golf, taman hiburan, dan sebagainya.

Hasil penerimaan pajak hiburan merupakan pendapatan daerah yang harus disetorkan ke kas

daerah. Hasil penerimaan pajak hiburan tersebut diperuntukkan paling sedikit sepuluh persen

bagi desa di wilayah kabupaten yang bersangkutan. Bagian desa yang berasal dari pajak

kabupaten ditetapkan dengan memperhatikan aspek dan potensi antar desa (Siahaan, 2005,

hal.319)

Dalam pengelolaannya, pajak hiburan perlu untuk diadministrasikan melalui

admnisitrasi pajak. Administrasi pajak itu sediri dalam arti luas meliputi fungsi, sistem, dan

organisasi/kelembagaan. Nowak di dalam buku Haula Rosdiana (2012, hal. 104) menyatakan

bahwa administrasi pajak mengandung tiga pengertian, yaitu a) Suatu instansi atau badan

yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemungutan

pajak; b) Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi

perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan pajak; dan c) Proses

kegiatan penyelenggaraan pemungutan pajak yang ditatalaksanakan sedemikian rupa,

sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan dalam kebijakan perpajakan,

berdasarkan sarana hukum yang ditentukan oleh Undang-Undang Perpajakan dengan efisien.

Berkaitan dengan realisasi penerimaan, McMaster (1991) berpendapat bahwa tujuan

dari administrasi penerimaan daerah adalah semua wajib pajak harus membayar pajak atau

retribusi, jumlah yang dibayarkan benar, dan hasil penerimaan disimpan secara benar oleh

administrator. Hal tersebut berarti administrator harus dapat melakukan hal-hal berikut,

yakni:

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 6: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

6

Universitas Indonesia

a) Mengidentifikasi semua yang berkewajiban membayar pajak atau retribusi.

b) Menghitung kewajibannya secara benar.

c) Mengumpulkan pembayaran sesuai dengan perhitungannya.

d) Memeriksa siapa saja yang belum membayar dan menegakkan sanksi, dan

e) Mengontrol penerimaan bukti penerimaan dari administrator untuk memastikan

bahwa penerimaan tersebut masuk ke dalam rekening daerah.

Lutfi (2006) menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengadministrasian

pajak daerah dan retribusi daerah, pengadministrasian ini diharapkan dapat memastikan

setiap orang harus membayar pajak dan retribusi sesuai dengan jumlahnya serta seluruh

pendapatan yang diperoleh diadministrasikan dengan baik oleh lembaga di lingkungan

pemerintah daerah yang ditugaskan sebagaimana mestinya.

Untuk dapat menjalankan fungsi budgetair perpajakan, pemerintah harus melakukan

strategi dalam rangka mengoptimalkan penerimaan dari sektor perpajakan. Menurut Olsen

dan Eadie (dalam Bryson, 2005, hal. 4) perencanaan strategis adalah upaya yang didisplinkan

untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana

menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi mengerjakan hal

seperti itu. Andrew dalam Bryson (2005, hal. 27) menjelaskan bahwa strategi adalah pola

tujuan dan kebijakan yang menegaskan perusahaan dan bisnisnya. Seseorang melihat strategi

yang yang terbaik dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta

nilai-nilai manajemen senior, dan mengenali ancaman dan peluang eksternal dalam

lingkungan dan kewajiban sosial perusahaan.

Pendapat lain mengenai strategi bagi sektor publik dikeluarkan oleh Osborne dan

Gaebler. Osborne dan Gaebler (dalam Hughes, 1994) mengatakan bahwa perencanaan

strategis merupakan proses menganalisa keadaan terkini organisasi atau komunitas,

menetapkan tujuan, membangun strategi untuk mencapai tujuan tersebut, mengukur hasil dan

berbagai variasi yang meliputi berbagai langkah dasar. Dapat disimpulkan, bahwa

perencanaan strategis merupakan sebuah kegiatan proses yang akan membantu organisasi

dalam mencapai tujuannya (Hughes, 1994).

Di dalam bukunya, McMaster mengatakan ada tiga strategi yang dapat dilakukan

pemerintah. Pertama, pemerintah dapat meningkatkan penerimaan tambahan melalui berbagai

cara seperti meningkatkan user fees dan charges, meningkatkan pajak daerah,

memperkenalkan pajak dan retribusi baru, dan menjual aset seperti tanah yang tidak terpakai.

Strategi kedua, pemerintah dapat berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi

mereka melalui program peningkatan produktivitas, perencanaan dan penganggaran yang

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 7: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

7

Universitas Indonesia

lebih efisien, mengurangi beberapa program, menggunakan pendekatan yang lebih rendah

biaya, atau penghematan melalui penggunaan kontraktor swasta. Strategi ketiga, pemerintah

dapat mengurangi ruang lingkup kegiatan dengan penggunaan partisipasi swasta yang lebih

besar dalam penyediaan jasa swadaya dan mobilisasi sumber daya non pemerintah.

McMaster juga berpendapat ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah

untuk meningkatkan kemampuan finansial dan mempercepat pertumbuhan dari sumber

penerimaan yang mereka miliki sendiri, yaitu:

a) Memperbaharui dan menjaga sumber pajak daerah yang sudah ada, terutama pajak

properti.

b) Meningkatkan kemampuan administrasi pajak daerah, meninjau ulang pajak yang

sudah ada, mengintensifkan pemeriksaan, memperkenalkan sistem target pemungutan,

dan menggunakan metode berbasis komputerisasi.

c) Menghilangkan pajak yang tidak signifikan untuk berkonsentrasi pada pajak-pajak

yang memiliki penerimaan yang signifikan.

d) Meminta kepada pemerintah pusat untuk fleksibilitas dalam menentukan tarif pajak

e) Mencari sumber pajak daerah yang baru. (McMaster, 1991 hal. 2)

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian deskriptif.

Berdasarkan manfaat, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian murni, sedangkan

berdasarkan waktu penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian cross-sectional. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan studi

lapangan, melalui observasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan kepada kepala

seksi penagihan, pendataan, dan pengendalian operasional Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Banyuwangi, kepala bidang pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Banyuwangi, Kepala Sub Bidang Ekonomi BAPPEDA Banyuwangi, wajib pajak hiburan,

dan akademisi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Implementasi Pemungutan Pajak Hiburan di Banyuwangi

Banyuwangi sedang mengalami pertumbuhan pariwisata dalam beberapa tahun

terakhir. Pertumbuhan pariwisata tersebut terjadi karena Banyuwangi memiliki potensi

pariwisata yang begitu besar, seperti wisata alam, wisata budaya, dan kesenian. Selain itu,

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 8: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

8

Universitas Indonesia

pemerintah Banyuwangi juga memberikan perhatian khusus kepada sektor pariwisata

tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari arah pembangunan ekonomi Banyuwangi, yang

menjadikan sektor pariwisata sebagai pilar utama pembangunan. Berdasarkan hasil

wawancara mendalam dengan Bapak Ardian Setiyana Priyadini, S.T, Kepala Sub Bidang

Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyuwangi, disebutkan bahwa

pemerintah Banyuwangi menjadikan Pariwisata sebagai lokomotif utama dalam

pembangunan. Sektor-sektor yang mendukung pariwisata, seperti infrastruktur akan dibangun

dalam rangka mendukung pariwisata itu sendiri. Selain itu, sektor-sektor lain, seperti

pertanian, UMKM, perkebunan juga akan diarahkan kepada pariwisata, sehingga pada

akhirnya semua sektor akan mendukung pariwisata.

Pertumbuhan pariwisata berdampak kepada meningkatnya perekonomian masyarakat

dan menjadi potensi penerimaan tersendiri bagi pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat

memperoleh penerimaan berupa penerimaan pajak yang berasal dari sektor pariwisata, salah

satunya pajak hiburan. Pajak hiburan sendiri di Banyuwangi menjadi salah satu sumber

penerimaan pemerintah daerah, dengan dasar hukum peraturan daerah Kabupaten

Banyuwang Nomor 2 Tahun 2011 mengenai pajak daerah.

Salah satu penyebab tingginya potensi penerimaan pajak di Banyuwangi adalah

penyelenggaraan Banyuwangi Festival. Banyuwangi festival merupakan acara tahunan yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah Banyuwangi yang bertujuan untuk mendatangkan

wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk berkunjung ke Banyuwangi.

Penyelenggaraan Banyuwangi festival diharapkan dapat menambah lama kunjungan

wisatawan yang datang ke Banyuwangi. Selain Banyuwangi festival yang memang sudah

terjadwal, penyelenggaraan hiburan juga dapat dilakukan setiap minggunya tanpa terjadwal,

tergantung masyarakat. Selanjutnya, penyelenggaraan kegiatan insidental lainnya seperti

pertunjukkan musik dan olahraga juga sering dilaksanakan di Banyuwangi. Selain itu, masih

ada objek pajak hiburan yang bersifat tetap yang tersebar di seluruh kabupaten Banyuwangi,

seperti desa wisata Osing, Pemandian Taman Suruh, dan desa wisata Taman Sari. Oleh

karena itu, pemerintah daerah Banyuwangi memiliki potensi penerimaan yang begitu besar

dari pajak hiburan dan menetapkan target penerimaannya. Jika dilihat dari segi target,

penerimaan pajak hiburan di Banyuwangi selalu melampaui target sejak tahun 2010 hingga

tahun 2015.

Selanjutnya, di Banyuwangi sendiri potensi yang dimiliki oleh daerah belum bisa

dioptimalkan dengan baik. Masih terdapat potensi penerimaan di Banyuwangi yang belum

dapat dijangkau oleh Dispenda, meskipun Dispenda telah bekerja secara optimal. Selain itu,

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 9: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

9

Universitas Indonesia

penilaian dari DPRD Banyuwangi bahwa kinerja Dispenda belum optimal sehingga masih

banyak potensi penerimaan yang belum tercover oleh Dispenda. Target penerimaan selalu

tercapai, namun target tersebut belum menggambarkan potensi sesungguhnya yang dimiliki

Banyuwangi. Dapat disimpulkan bahwa target yang ditetapkan oleh pemerintah Banyuwangi

belum menggambarkan potensi yang sebenarnya dimiliki, sehingga penerimaan pajak hiburan

yang diperoleh pemerintah daerah belum optimal.

Prosedur Pemungutan Pajak Hiburan di Banyuwangi

Berdasarkan Peraturan Bupati No 23 Tahun 2014, Pajak hiburan dikenakan atas

penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Subjek pajak hiburan adalah orang

pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan. Wajib pajak hiburan adalah

orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian, pihak yang

memungut pajak hiburan adalah orang pribadi atau penyelenggara hiburan. dasar pengenaan

pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh

penyelenggara hiburan. Adapun tarif pajak hiburan ditetapkan bermacam-macam tergantung

jenis hiburannya itu sendiri. Dengan tarif terendah adalah 5% dan tarif tertinggi adalah 35%.

Pajak hiburan merupakan termasuk ke dalam self assessment. Itu berarti wajib pajak

sendirilah yang berkewajiban untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak

hiburannya. Prosedur yang harus dilalui wajib pajak hiburan yang menyelenggarakan hiburan

meliputi prosedur perhitungan pajak hiburan, prosedur penetapan pajak hiburan, prosedur

penyetoran pajak hiburan, dan prosedur pelaporan pajak hiburan. Jika merujuk ke Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2011 dan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 23 Tahun 2014,

maka wajib pajak hiburan wajib mendaftar dan mengisi formulir Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah (SPTPD). Lalu SPTPD tersebut harus disampaikan kepada Dinas Pendapatan daerah

paling lambat 10 hari sejak berakhirnya masa pajak, yakni satu bulan kalender, bagi wajib

pajak hiburan permanen, atau paling lambat 3 hari untuk hiburan insidental. Baru setelah

SPTPD disampaikan, Dispenda akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD),

selanjutnya SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lambat satu bulan setelah

diterbitkannya SKPD. Setalah melunasi pajak hiburan terutang, wajib pajak harus

melaporkan kembali kepada dinas pendapatan daerah. Seperti yang telah dijelaskan pada

gambar di bawah ini

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 10: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

10

Universitas Indonesia

Gambar 1 Prosedur Pemenuhan Kewajiban Pajak Hiburan Sumber: Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 28 Tahun 2014

Namun pada prakteknya, baik bagi wajib pajak hiburan insidental maupun permanen

tidak sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Wajib pajak hiburan

insidental akan memperkirakan berapa penerimaan dari hiburan yang akan diselengarakan,

mengisi formulir SPTPD dan menyampaikannya kepada Dispenda, Dispenda akan

menerbitkan SKPD kemudian wajib pajak akan melunasi pajak yang terutang dalam SKPD.

Sementara wajib pajak hiburan permanen juga akan mengisi formulir SPTPD di awal, dengan

membawa tiket masuk yang akan dijual. Selanjutnya tiket masuk tersebut akan diperforasi

sebagai bukti bahwa tiket masuk tersebut sudah dibayarkan pajak hiburannya. Disini terdapat

diskresi yang dilakukan oleh Dispenda. Amanat Undang-Undang seperti yang dijelaskan di

gambar di atas adalah SPTPD diisikan setelah masa pajak hiburan permanen berakhir,

ataupun bagi hiburan insidental setelah hiburan tersebut selesai, baru pajaknya akan dibayar.

Namun kenyataan yang terjadi adalah, pajak hiburan akan dibayarkan di awal, sehingga

menjadi prepaid tax, karena pelaporan SPTPD dilakukan di awal sebelum tiket masuk dijual.

Dengan demikian, sebelum tiket masuk tersebut dijual kepada pengunjung hiburan, pajak

hiburannya telah disetorkan oleh wajib pajak. Dispenda berlaku demikian untuk

Wajib Pajak Hiburan

Insidental

Wajib Pajak Hiburan

Permanen

Mengisi SPTPD dan

menyampaikan

maksimal 3 hari setelah

berakhir

Dispenda menerbitkan

SKPD

WP membayar pajak

terutang berdasar SKPD

Mengisi SPTPD dan

menyampaikan

maksimal 1 bulan setelah

berakhir masa pajak

Dispenda menerbitkan

SKPD

WP membayar pajak

terutang berdasar SKPD

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 11: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

11

Universitas Indonesia

mengamankan penerimaan pajak hiburannya, karena pajak akan diterima di awal ketika wajib

pajak ingin memperforasi tiket masuknya.

Kendala dalam Pemungutan Pajak Hiburan di Banyuwangi

Kendala Eksternal

Kendala eksternal adalah kendala yang datang dari luar lingkungan dinas pendapatan

daerah Kabupaten Banyuwangi. Kendala eksternal yang dihadapi Dispenda adalah

pemahaman wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, dan kondisi geografis. Kendala pertama

yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi adalah Rendahnya

Pemahaman Wajib Pajak.

Pajak hiburan merupakan pajak dengan sistem self assessment. Dengan demikian,

wajib pajak menjadi kunci utama di dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Wajib

pajaklah yang harus menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya.

Dalam sistem self assessment, wajib pajak harus proaktif untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya. Namun sebelum bisa sampai ke tahapan di mana wajib pajak memenuhi

kewajibannya, terlebih dahulu harus memiliki pemahaman untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya. Pemahaman wajib pajak merupakan kunci utama di dalam sistem ini, karena

tidak akan ada petugas pajak yang datang dan memberikan SKPD untuk dilunasi kepada

wajib pajak di awal seperti di dalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Akan tetapi, kondisi

yang terjadi di Banyuwangi adalah pemahaman masyarakat akan pajak hiburan masih rendah.

Sebanyak 30% dari jumlah wajib pajak di Banyuwangi yang datang ke Dispenda untuk

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sisanya sebesar 70% tidak datang ke Dispenda,

sehingga petugas pajak yang harus datang dan menagih pajak terhutangnya. Banyak

masyarakat di Banyuwangi yang masih belum memiliki pemahaman tentang pajak hiburan,

sehingga pada akhirnya petugas Dispenda yang harus bekerja lebih keras dengan datang

langsung ke WP tersebut dan memberikan SKPD untuk dibayar. Itu pun tidak semua wajib

pajak langsung kooperatif dengan membayar pajak sesuai dengan SKPD. Ada wajib pajak

yang harus sampai di datangi lebih dari sekali, baru wajib pajak tersebut akan melunasi

kewajban perpajakannya. Terkadang hal tersebut terjadi dengan jumlah hutang pajak yang

tidak signifikan, sehingga biaya menagih (collection cost) menjadi lebih besar dari

penerimaan pajaknya itu sendiri.

Kendala kedua yang dihadapi adalah rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak.

Banyak wajib pajak yang telah mengerti dan paham bahwa mereka memiliki kewajiban untuk

memungut dan menyetor serta melaporkan pajaknya, namun tidak melakukan kewajibannya

tersebut. Kondisi tersebut disampaikan oleh Bapak Candra, bahwa baru sebanyak 30% wajib

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 12: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

12

Universitas Indonesia

pajak di Banyuwangi yang patuh pajak. sisanya sebanyak 70% masih belum patuh sehingga

petugas Dispenda harus mendatangi wajib pajak yang belum patuh tersebut. Di lain sisi,

jumlah personel ataupun petugas pajak yang dimiliki Dispenda belum sepadan dengan jumlah

wajib pajak yang patuh. Dengan demikian Dispenda masih kewalahan dengan wajib pajak

yang belum patuh itu.

Kendala eksternal terakhir yang dihadapi oleh Banyuwangi adalah kondisi geografis.

Banyuwangi merupakan Kabupaten terluas di pulau Jawa, dan memiliki luas wilayah sebesar

5.782,50 km2, area kawasan hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72% dari total luas

wilayah. Selanjutnya, luas areal persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44%, luas areal

perkebunan sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%, luas daerah permukiman sekitar 127.454,22 ha

atau 22,04%, dan sisanya dipergunakan untuk jalan, ladang dan lain-lainnya. Oleh karena itu,

luas wilayah Banyuwangi yang demikian besar juga menjadi salah satu kendala yang harus

dihadapi Dispenda. Permasalahan luas wilayah juga disampaikan oleh Bapak Candra yang

mengatakan bahwa luas wilayah menjadi kendala bagi kami (Dispenda). Hal tersebut karena

kantor Dispenda sendiri berada di kota Banyuwangi yang berada di tengah-tengah kabupaten

Banyuwangi. Sementara, luas wilayah kerjanya meliputi daerah barat timur utara dan selatan

Banyuwangi. Permasalahan tersebut semakin parah dengan jumlah petugas pajak yang belum

memadai jika dibandingkan luas wilayah.

Kendala Internal

Kendala internal adalah kendala yang datang dari dalam lingkungan dinas pendapatan

daerah Kabupaten Banyuwangi. Kendala internal yang dihadapi oleh Dispenda adalah

keterbatasan sumber daya manusia, lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya koordinasi

antar lembaga. Kendala Internal pertama yang dihadapi oleh Dispenda adalah mengenai

keterbatasan sumber daya manusia. Pegawai dinas pendapatan kabupaten Banyuwangi

berjumlah 130 orang, terdiri dari 130 orang atau seluruh pegawai berstatus Pegawai Negeri

Sipil (PNS). jumlah pegawai terbanyak adalah pegawai dengan jabatan pelaksana yakni

sebanyak 113 orang. Seperti yang dijelaskan di tabel sebelumnya, bahwa pendidikan terakhir

paling banyak yang dimiliki oleh pegawai Dispenda adalah lulusan SLTA, ditambah fakta

bahwa petugas pelaksana merupakan jabatan struktural terbanyak di Dispenda. Dengan

demikian, sebanyak 130 pegawai Dispenda tersebut dengan pendidikan terakhir paling

banyak adalah SLTA harus menghadapi luas wilayah Banyuwangi yang seluas 5.782,50 m2

dan tersebar di 24 kecamatan terdiri dari 189 desa dan 28 kelurahan.

. Selain itu terdapat beberapa kualifikasi tenaga yang masih belum tersedia di dinas

ini, antara lain Pemeriksa Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Tenaga Juru Sita, dan Tenaga Penilai

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 13: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

13

Universitas Indonesia

Asset. Kurangnya jumlah pegawai tersebut semakin diperparah dengan cakupan luas wilayah

Banyuwangi yang amat luas seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Permasalahan lain

tentang sumber daya manusia yang dihadapi oleh Dispenda adalah belum memadainya

kualitas sumber daya manusia. Disebutkan di dalam rencana strategis Dispenda bahwa

kualitas SDM petugas pemungut pajak masih rendah. Hal ini disebabkan karena SDM yang

bertugas sebagai pemungut pajak daerah tidak memiliki pendidikan khusus terkait pajak

daerah. Dapat dilihat dengan susunan pegawai berdasarkan pendidikan sebelumnya, bahwa

jumlah pegawai yang mengenyam pendidikan melebih SLTA hanya sebesar 25% dari total

jumlah pegawai, atau hanya sebanyak 34 orang.

Kendala kedua yang harus dihadapi oleh Dispenda adalah lemahnya penegakan

hukum. Di dalam rencana strategis Banyuwangi 2016-2021, disebutkan bahwa ada beberapa

kualifikasi tenaga yang masih belum tersedia di dinas ini, antara lain Pemeriksa Pegawai

Negeri Sipil (PPNS), Tenaga Juru Sita, dan Tenaga Penilai Asset. Dengan demikian,

penegakan hukum yang dilakukan menjadi tidak optimal karena kurangnya instrumen yang

dimiliki oleh Dispenda. Dengan ketiadaan PPNS dan Juru Sita, Dispenda mengalami

kesulitan dalam penegakan hukum. Dalam kondisi normal, jika wajib pajak menolak untuk

membayar pajak maka Dispenda dapat menurunkan pemeriksa pajak untuk melakukan

pemeriksaan, lalu terbitlah SKPD. Jika wajib pajak tetap tidak mau membayar, maka

Dispenda dapat melakukan penyitaan melalui juru sita. Namun jika Dispenda tidak memiliki

juru sita dan PPNS, maka tidak ada pegawai Dispenda lain yang dapat melaksanakan fungsi

kedua posisi tersebut.

Permasalahan terakhir yang dihadapi oleh Dispenda adalah kurangnya koordinasi

antar lembaga. Dalam menjalankan tugasnya, Dispenda membutuhkan koordinasi dengan

dinas lainnya. Namun, masih ada beberapa pandangan dari dinas-dinas tertentu yang

mengutamakan dinasnya sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Mahendra bahwa masih ada

dinas atau instansi lain yang terkadang masih ada semacam pandangan bahwa ini dinasku,

jadi antar dinasmasih terkotak-kotak. Suatu waktu BPK pernah melakukan pemeriksaan di

Banyuwangi khusus untuk penerimaan daerah. Hasil temuan BPK adalah masih banyak wajib

pajak hotel, restoran, dan hiburan yang melaporkan penerimaannya ke Dispenda tidak benar.

Hal tersebut diketahui setelah BPK melakukan pemeriksaan dengan membandingkan

penerimaan wajib pajak yang dilaporkan ke Dispenda dengan penerimaan yang dilaporkan

wajib pajak tersebut ke KPP Pratama untuk memenuhi kewajiban pajak penghasilannya.

Padahal seharusnya Dispenda dengan KPP Pratama dapat berkerja sama bertukar informasi

sehingga masing-masing dapat mengamankan penerimaan pajaknya.

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 14: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

14

Universitas Indonesia

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 15: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

15

Universitas Indonesia

Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Hiburan di Banyuwangi

Ekstensifikasi

Upaya pertama yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi

adalah melalui ekstensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menjaring wajib pajak

baru. Banyuwangi masih memiliki potensi dari pajak hiburan yang belum digali dengan baik.

Padahal jika digali, penerimaan pajak hiburan akan semakin besar. Dalam rangka

mengoptimalkan potensi yang belum tergali tersebut, maka Dispenda melakukan upaya untuk

menjaring wajib pajak hiburan baru. Proses penjaringan wajib pajak baru, baik hiburan

insidentil maupun hiburan tetap, salah satunya dilakukan dengan melakukan pembaharuan

data melalui koordinasi dengan instansi/dinas lain yang juga berurusan dengan pariwisata.

Dinas terkait tersebut adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang selanjutnya akan

disingkat BPPT. Setiap usaha hiburan baru baik yang insidental maupun permanen jika akan

melakukan usaha di Banyuwangi harus mengurus perizinan ke BPPT. Dengan demikian,

BPPT otomatis akan mengetahui calon wajib pajak hiburan baru yang akan menjadi potensi

penerimaan bagi dinas pendapatan daerah. Sehingga dinas pendapatan nantinya akan

melakukan pendataan terhadap wajib pajak baru tersebut dengan berkoordinasi dengan

BBPT.

Cara lain yang dilakukan oleh dinas pendapatan adalah dengan melakukan

pengawasan rutin ke berbagai wilayah Banyuwangi dalam rangka menemukan adanya usaha

hiburan baru. Cara ini dilakukan untuk menjaring wajib pajak hiburan yang memiliki usaha

hiburan tetap/permanen. Sebelumnya dinas pendapatan akan berkoordinasi dengan BPPT

untuk mengetahui perizinan baru yang akan diajukan oleh pengusaha hiburan, namun dinas

pendapatan juga akan melakukan perngawasan langsung untuk mengantisipasi adanya usaha

hiburan baru yang belum berizin tetapi sudah mengadakan hiburan.

Intensifikasi

Strategi kedua yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi

adalah intensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara menogptimalkan pajak yang sudah

ada melalui berbagai cara, di antaranya adalah sosialisasi, penyempurnaan peraturan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengawasan, dan koordinasi dengan dinas lain.

Tujuan dari intensifikasi adalah pengoptimalan sumber penerimaan pajak yang sudah ada,

tanpa menambah jenis pungutan pajak yang baru.

Sosialisasi

Untuk menanggulangi permasalahan lemahnya pemahaman wajib pajak, maka

Dispenda memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi yang diberikan oleh

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 16: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

16

Universitas Indonesia

Dispenda dilakukan dalam beberapa cara yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman wajib pajak, sehingga tumbuh kesadaran untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya. Cara pertama yang dilakukan oleh Dispenda adalah datang menemui wajib

pajak langsung. Dispenda sendiri langsung turun ke lapangan untuk memberikan sosialisasi

kepada wajib pajak. Sosialisasi tersebut dilakukan bersamaan dengan pengecekan lapangan.

Selain itu dinas pendapatan juga melakukan sosialisasi dengan mengadakan acara Gathering

Pajak Daerah. Gathering pajak daerah merupakan acara yang diadakan dispenda, yang

bertujuan memberikan penghargaan kepada Wajib Pajak Daerah yang patuh, dan sekaligus

memberikan sosialisasi terkait peraturan perpajakan baru.

Cara kedua yang dilakukan oleh dinas pendapatan adalah menggunakan media

informasi. Radio menjadi salah satu pilihan Dispenda karena radio merupakan media yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat Banyuwangi. Semenjak tahun 2016, dinas

pendapatan Banyuwangi membuat iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di radio lokal

Banyuwangi. Iklan tersebut berupa sebuah percakapan antara beberapa orang mengenai

manfaat membayar pajak. Iklan radio tersebut ditayangkan dengan jadwal yang sudah

disepakati dengan pihak radio lokal. Selain menggunakan saluran radio, Dispenda juga

menggunakan media lainnya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Media lain

yang digunakan oleh Dispenda adalah media elektronik berupa website dan pemasangan

baliho.

Penyempurnaan Peraturan Perpajakan

Terdapat beberapa peraturan yang belum dimiliki oleh Banyuwangi, yang paling

utama adalah mengenai pemeriksaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemeriksaan

yang nantinya akan dilakukan oleh PPNS memiliki peranan yang sangat penting bagi sistem

self assessment. Pemeriksaan yang akan menjadi instrumen bagi Dispenda dalam menguji

kepatuhan wajib pajak hiburan. Namun untuk melaksanakan pemeriksaan dibutuhkan PPNS

dan peraturan daerah terkait pemeriksaan. Penyempurnaan peraturan akan menjadi salah satu

upaya yang dapat mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan di Banyuwangi. Peraturan

bupati tersebut akan menjadi dasar dilakukannya pemeriksaan, yang nantinya pemeriksaan

tersebut akan menjadi salah satu upaya yang ditempuh oleh Dispenda dalam mengamankan

penerimaan pajak.

Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Manusia

Kurangnya jumlah pegawai dinas pendapatan dapat diatasi dengan melakukan

penambahan personel petugas pajak. Hal tersebut sudah diagendakan oleh Dispenda di dalam

Rencana Strategis Dispenda. Untuk mengatasi permasalahan kualitas sumber daya manusia

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 17: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

17

Universitas Indonesia

yang belum memadai, maka Dispenda akan melakukan pelatihan-pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi pegawai Dispenda. Hal tersebut tertuang di dalam salah satu

strategi yang akan dilaksanakan oleh Dispenda, yakni sebagai berikut: Aktif mengirimkan

pegawai untuk mengikuti pendidikan perpajakan dan pengelolaan keuangan. Termasuk di

dalamnya adalah mengirimkan pegawai untuk mengikuti pelatihan menjadi pemeriksa

pegawai negeri sipil dan juru sita.

Pengawasan dengan Sampling

Sampling dilakukan dengan cara datang langsung ke tempat usaha wajib pajak

hiburan, lalu memeriksa kepatuhan mereka. Berbeda dengan pemeriksaan, sampling

dilakukan dengan cara melihat kepatuhan wajib pajak tersebut, seperti pemenuhan kewajiban

melakukan perforasi terhadap tiket masuk. Selain itu, petugas pajak juga menghitung berapa

jumlah pengunjung tempat hiburan tersebut, lalu membandingkan dengan laporan SPTPD

yang disampaikan oleh wajib pajak tersebut untuk menguji tingkat kewajaran pelaporannya.

Sampling dilakukan secara periodik terhadap wajib pajak tertentu untuk mengetahui

kewajaran pelaporan usahanya. Fungsi yang dijalankan di dalam melakukan sampling ini

adalah fungsi pengawasan. Pengawasan menjadi krusial dilakukan dalam sistem self

assessment, dalam menguji tingkat kepatuhan wajib pajak. Apalagi salah satu kendala yang

dihadapi oleh Dispenda adalah rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak daerah, termasuk

pajak hiburan. Oleh karena itu, pengawasan melalui mekanisme sampling tersebut dapat

menambah pemasukan melalui pajak hiburan.

Penegakan Hukum

Strategi lain yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi

adalah melalui penegakan hukum. Penegakan hukum yang dilakukan Dispenda bertujuan

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak hiburan. Selain itu, penegakan hukum diharapkan

juga dapat meminimalisasi perilaku oportunis yang dilakukan oleh wajib pajak hiburan,

dengan melakukan tax avoidance maupun tax evasion. Cara yang dilakukan dinas pendapatan

adalah melalui pemberian surat teguran, melakukan penindakan, dan memberikan sanksi.

Tahapan penegakan hukum yang pertama adalah melalui penerbitan surat teguran.

Dinas pendapatan akan memberikan surat teguran pertama ketika ketika wajib pajak sudah

memasuki jatuh tempo pembayaran hutang pajaknya. Surat teguran pertama tersebut

memiliki jatuh tempo dalam tujuh hari, di mana wajib pajak dapat melunasi hutang pajaknya.

Apabila wajib pajak belum melunasi hutang pajaknya setelah tujuh hari tersebut, maka

Dispenda akan menerbitkan surat teguran kedua dengan tempo yang sama selama tujuh hari.

Jika wajib pajak juga belum mau membayar hutang pajaknya setelah surat teguran yang

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 18: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

18

Universitas Indonesia

kedua, maka dinas pendapatan akan menerbitkan surat tagihan pajak daerah (STPD). Namun,

ketika wajib pajak yang bersangkutan tadi belum juga melakukan pelunasan hutang pajaknya,

maka dinas pendapatan akan melakukan penindakan.

Upaya penegakan hukum lain yang dilakukan dinas pendapatan adalah dengan

melalui pemberian sanksi. Sanksi sendiri diatur di dalam Peraturan Bupati nomor 23 Tahun

2014 mengenai pajak hiburan. Sanksi yang diterapkan oleh dinas pendapatan adalah sanksi

administratif berupa pengenaan bunga. Pengenaan bunga sebesar 2% per bulan akan

diberikan kepada wajib pajak yang mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang telah

terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Bupati; dan yang tidak membayar atau

kurang membayar pajak terutangnya setelah jatuh tempo, termasuk didalamnya kurang bayar

yang diakibatkan salah tulis dan salah hitung. Pemberian sanksi administratif tersebut sudah

diterapkan oleh Dispenda. hal tersebut diungkapkan oleh Candra yang mengatakan bahwa

penegakan sanksi yang dilakukan oleh Dispenda baru sebatas pemberian sanksi administratif.

Koordinasi dengan Dinas Lain

Strategi terakhir yang dilakukan oleh dinas pendapatan adalah memperkuat koordinasi

dengan instansi ataupun dinas-dinas terkait. Strategi tersebut dilakukan sebagai upaya untuk

mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Dispenda, yakni lemahnya koordinasi dengan

SKPD lain. Menyadari permasalahan tersebut, dinas pendapatan di dalam rencana

strategisnya memasukan upaya koordinasi sebagai salah satu strategi yang akan

dilakukannya. Dinas pendapatan akan menguatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam

upaya mengoptimalkan penerimaan pajak hiburannya. Bentuk koordinasi yang dilakukan

bermacam-macam dan dilakukan dengan beberapa instansi lain. Salah satu koordinasi yang

dilakukan dinas pendapatan adalah memeriksa usaha hiburan baru yang akan meminta izin

kepada BPPT. Oleh karena itu, dinas pendapatan akan berkoordinasi dengan BPPT terkait

dengan wajib pajak hiburan baru, sehingga dinas pendapatan nantinya akan melakukan

pendataan terhadap wajibpajak baru tersebut.

Koordinasi lain yang dilakukan oleh Dispenda adalah dengan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata. Dengan melaksanakan koordinasi dengan Disbudpar, maka dinas pendapatan juga

akan mengetahui potensi wajib pajak hiburan baru yang akan melaksanakan hiburan di

Banyuwangi. Selain itu, Disbudpar juga akan sering melakukan survey lapangan kepada

pengusaha hiburan yang ada di Banyuwangi. Dinas pendapatan akan turut serta di dalam

survey tersebut bersama Disbudpar, sehingga dinas pendapatan juga sekaligus dapat

memeriksa kepatuhan wajib pajak hiburan tersebut dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya.

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 19: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

19

Universitas Indonesia

Simpulan

Pemungutan pajak hiburan di Banyuwangi diadministrasikan oleh Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Banyuwangi. Wajib pajak hiburan sebagai pihak yang menyelenggarakan

hiburan bertindak sebagai pemungut pajak hiburan, lalu akan menyetorkan pajak hiburan

tersebut ke kas daerah. Tahapan pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak hiburan adalah

mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWPD, mengisi SPTPD, memperforasi tiket masuk,

menyetorkan ke kas daerah, dan melaporkan SKPD yang telah lunas. Ada dua kendala yang

dihadapi oleh dinas pendapatan dalam pelaksanaan pemungutan pajak hiburan, yakni kendala

internal dan eksternal. Lalu, untuk mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan di

Banyuwangi, dinas pendapatan memiliki dua strategi yang terbagi dalam dua cara, yakni

melalui ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.

Saran

Dari simpulan tersebut, maka penulis dapat memberikan saran kepada Dinas

Pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut, yakni a) Meningkatkan

sosialisasi kepada masyarakat, terutama wajib pajak hiburan untuk meningkatkan

pemahaman wajib pajak tentang kewajiban perpajakannya; b) Pemberian penghargaan

terhadap wajib pajak daerah yang patuh dapat dibuat berdasarkan kategori tertentu, sehingga

tidak hanya wajib pajak besar saja yang mendapatkan penghargaan; c) Meningkatkan kualitas

dan kuantitas pegawai dinas pendapatan, dengan melakukan pendidikan dan pelatihan dan

menambah jumlah petugas pajaknya; dan d) Melakukan peningkatan penegakan hukum,

dengan mengadakan petugas Pemeriksa Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Juru sita pajak.

Daftar Referensi

Buku Bird, R., & Oldman, O. (1975). Readings on Taxation in Developing Countries Third

Edition. Baltimore: John Hopkins University Press. Bryson, J. (2005). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Davey, K. (1988). Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-Praktek Internasional dan

Relevansinya bagi Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Devas, N., Binder, B., Booth, A., Davey, K., & Kelly, R. (1989). Keuangan Pemerintag

Daerah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hughes, O. (1994). Public Management & Administration. Hampshire: The Macmillan Press. Ismail, T. (2005). Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Departemen Keuangan

Republik Indonesia. Mardiasmo. (2003). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 20: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

20

Universitas Indonesia

McMaster, J. (1991). Urban Financial Management. Washington DC: Economic Development Institute of The World Bank.

Nurmantu, S. (2003). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor Indonesia. Purwanto, A., & Kurniawan, P. (2004). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia.

Malang: Bayumedia. Rosdiana, H., & Irianto, E. (2012). Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan Implementasi di

Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Samudra, A. (2005). Perpajakan Indonesia: Keuangan, Pajak, dan Retribusi. Jakarta: PT.

Hecca Mitra Utama. Siahaan, M. (2005). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Usman, B., & Subroto, K. (1980). Pajak-Pajak Indonesia. Bandung: Yayasan Bina Pajak. Jurnal Lutfi, Achmad. “Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah: Suatu

Upaya dalam Optimalisasi Penerimaan PAD.” Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi: Bisnis dan Birokrasi, Volume XIV, Nomor 1, (2006):6-9.

Supriadi, Dara Rizky et al. “Kontribusi Pajak Hiburan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Malang: Studi Kasus Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang.” Jurnal Perpajakan, Volume 1 No.1, (2015): 3.

Undang-Undang dan Peraturan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Kabupaten Banyuwangi. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Kabupaten Banyuwangi. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata

Cara Pemungutan Pajak Hiburan Publikasi Elektronik

“Pariwisata Naik 1000 persen, PAD Harusnya terus digenjot” http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/pariwisata-naik-1000-persen-pad-harusnya-terus-

digenjot.html diunduh pada 11 November 2015 pukul 13.00 WIB “Pemkab Banyuwangi Imbau Wajib Pajak Laporkan Hasil Pajak dengan Jujur” http://bappeda.banyuwangikab.go.id/web/news426-pemkab-banyuwangi-imbau-wajib-

pajak-laporkan-hasil-pajak-dengan-jujur diunduh pada 29 Februari 2016 pukul 01.00 WIB

“Tingkatkan PAD Sektor Wisata, Dispenda Akan Pasang Tapping Box” http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/tingkatkan-pad-sektor-wisata-dispenda-akan-pasang-tapping-box.html diunduh pada 29 Feburari 2016 pukul 01.05 WIB

“Pimpinan Dispenda Berjanji Data Ulang Wajib Pajak” http://dprd.banyuwangikab.go.id/news/detail/110/pimpinan-dispenda-berjanji-data-ulang-

wajib-pajak.html diunduh pada 29 Feburari 2016 pukul 01.10 WIB “Dispenda wajib data obyek pajak hotel,restauran dan tempat hiburan”

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 21: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

21

Universitas Indonesia

http://dprd.banyuwangikab.go.id/news/detail/92/dispenda-wajib-data-obyek-pajak-hotelrestauran-dan-tempat-hiburan.html diunduh pada 29 Feburari 2016 pukul 01.15 WIB

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016

Page 22: ANALISIS STRATEGI OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI …

22

Universitas Indonesia

Analisis strategi..., Hafidz Al Faruqi, FISIP UI, 2016