skripsi rosalina yulianingsih - digilib.uns.ac.id/penerapan... · teknik dan kejuruan fakultas...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MENGHITUNG DAN
MERENCANAKAN KONSTRUKSI BETON SISWA
KELAS XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
ROSALINA YULIANINGSIH K 1506045
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
ii
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MENGHITUNG DAN
MERENCANAKAN KONSTRUKSI BETON SISWA
KELAS XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA
Oleh:
ROSALINA YULIANINGSIH K 1506045
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik Dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Pendidikan Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada:
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. Suradji, M.Pd NIP. 19511013 197803 1 002
Pembimbing II,
Ernawati Sri Sunarsih, ST. M.Eng NIP. 19760512 200501 2 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skrispi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan
Pada hari : ................
Tanggal : ................
Tim Penguji Sripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Agus Efendi, M.Pd ...............................
Sekretaris : Taufiq Lilo Adi Sucipto, S.T., M.T ............................
Anggota I : Drs. Suradji, M.Pd ...............................
Anggota II : Ernawati Sri Sunarsih, ST. M.Eng ...............................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. DR. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Rosalina Yulianingsih. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN KONSTRUKSI BETON SISWA KELAS XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran menghitung dan merencanakan konstruksi beton ; (2) Mengetahui efektifitas penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta pada mata pelajaran menghitung dan merencanakan konstruksi beton.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dimulai dengan identifikasi permasalahan yang ada didalam kelas, perencanaan berupa penyusunan langkah-langkah pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) , pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, analisis dan refleksi untuk memperbaiki tindakan pada siklus I. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Data diperoleh melalui observasi afektif dan psikomotor siswa, wawancara, observasi performance guru, tes kognitif siklus I dan tes kognitif siklus II. Teknik analisa data menggunakan teknik analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 pada kompetensi dasar menghitung dan merencanakan konstruksi balok dan plat lantai. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian. Hasil belajar siswa ranah kognitif (Pra Siklus = 47,62% ; Siklus I = 66,67% ; Siklus II = 90,48%). Hasil belajar siswa pada ranah afektif (Pra Siklus = 57,36% ; Siklus I = 66,242% ; Siklus II = 79,88%). Hasil belajar siswa ranah psikomotor (Pra Siklus = 48,52% ; Siklus I = 60,28% ; 81,35%). Skor penilaian performance guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas (Siklus I = 2,25 ; Siklus II = 3,5). Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) efektif dalam meningkatakan hasil belajar siswa, ini terlihat dari proses pembelajaran yang berkualitas.
KATA KUNCI :Metode NHT, hasil belajar MMKB
vi
ABSTRACT
Rosalina Yulianingsih. THE NUMBERRED HEADS TOGETHER (NHT) METHOD OF COOPERATIVE MODEL APPLICATION IN IMPROVING THE LEARNING ACHIEVEMENT OF ARITHMETIC AND CONCRETE CONSTRUCTION PLANNING SUBJECTS IN THE TGB XI GRANDERS OF SMK NEGERI 5 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, July 2010.
The objectives of research are: (1) to find out the improvement of learning achivement of the TGB XI graders of SMK Negeri 5 Surakarta using the Numbered Heads Together (NHT) method of cooperative model application in arithmetic and concrete construction planning subject; and (2) to find out the effectiveness of Numbered Heads Together (NHT) method application in improving the learning achivement of the TGB XI graders of SMK Negeri 5 Surakarta in arithmetic and concrete constuction planning subjects.
This study belongs to a classroom action research done in two cycles: Cycle I is started by identifying the problem existing in the class, planning in the form of learning procedure development through the use of Numbered Heads Together (NHT) method of cooperative model, implementing the action, observation, evaluation, analysis and reflection to improve the action in cycle I. The subject of research was TGB XI graders of SMK Negeri 5 Surakarta in the school year of 2009/2010. The file obtained through the observation on students affective and psychomotor, interview, observation on teacher’s performance, cognitive test of cyle I and cognitive test of cycle II. Technique of analyzing file employed was an interactive analysis technique.
The result of research shows that the use cooperative learning model with Numbered Heads Together (NHT) method can improve the learning achievement of TGB XI graders of SMK Negeri 5 Surakarta in the school year of 2009/2010 in arithmetic and tile block and plat construction planning basic competence. It can be seen from the result of research. The students learning achievement in cognitive aspect (Pre-cycle = 47.62%; Cycle I = 66.67%; Cycle II = 90.48%). The students learning achievement in affective aspect (Pre-cycle = 57.36%; Cycle I= 66.242%; Cycle II = 79.88%). The students learning achievement in psychomotor aspect (Pre-cycle = 48.52%; Cycle I = 60.28%; Cycle II = 81.35%). The assessment score of teacher performance in teaching-learning activity within the classroom (Cycle I = 2.25; Cycle II = 3.5). The application of cooperative model with Numbered Heads Together (NHT) method is effective in improving the students’ learning achievement, it can be seen from the high-quality learning process.
vii
MOTTO
“ Allah mencinati seseorang yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka ia
mengerjakan dengan sempurna”
~ (HR. Baihaqi) ~
“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain) ”
~ (Terjemahan QS. Al Insyiroh : 70-71) ~
“Jadilah kalian orang-prang yang : atsbatuhum mauqiifan (yang paling kokoh atau sabar
sikapnya), arhabuhum shadram (yang paling lapang dadanya), a’maquhum fikran (yang paling
dalam pemikirannya), ausa’uhum nazharan (yang paling luas cara pandangnya), ansyaruhum
‘amalan (yang paling rajin amal-amalnya), aslabuhum tanzhiman (yang paling solid penataan
organisasinya),aktsaruhum naf’an (yang paling banyak manfaatnya)”
~ (KH. Rahmat Abdullah) ~
“Bukankah ketika anda dilahirkan, anda menangis sementara dunia tertawa dan bergembira,
jalani kehidupan dengan penuh makna agar ketika anda mati, dunia menangis sementara
anda berbahagia”
~ (Pepatah Sansekerta) ~
viii
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, syukurku untuk setiap titik
rahmat dan ampunan serta kasih sayang-Mu yang selalu menyertai disetiap hela nafas ini...
Karya ini dipersambahkan kepada :
1. Juariah dan Alm. Yasril, orang tuaku yang
kucintai, terima kasih atas segala do’a,
semangat, pengorbanan dan kesabaranmu,
kalian mutiara kehidupanku...
2. Adikku tersayang (Anastasha Dewi dan dik
Aulia Andani Putri, yang selalu membuat
bibir ini selalu tersenyum....
3. Agus Purwadi, pendamping hidupku yang
selalu memberikan motivasi dan
doanya...semoga aku tetap menjadi
bidadarimu di dunia dan menjadi bidadarimu
di akhirat...Amin....
4. Keluarga besar Bpk. Sutarno, yang selalu
ada ketika aku senang dan susah...
5. Sahabat-sahabatku (Jenifer Perdana, Wahyu
sintani, Fajar Ika dan Tya Anissa), pelita
dikala semangat mulai meredup, kalian
menguatkanku...
6. Teman-teman PTB angkatan 2006, terima
kasih atas kebersamaan ini,
SEMANGAT...!!!
7. Almamaterku UNS
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “penerapan model kooperatif dengan metode numbered heads
together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran menghitung
dan merencanakan konstruksi beton siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan
(TGB) SMK Negeri 5 Surakarta”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
banyak memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Bapak Drs. H. Suwachid, M.Pd, M.T, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
3. Bapak Drs. AG.Thamrin, M.Pd, M.Si, selaku Ketua Program Pendidikan
Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
4. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd, selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Suradji, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
6. Ibu Ernawati Sri S, ST., M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
7. Bapak Drs. Sudarto, MM., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Surakarta
yang telah memberikan ijin untuk penelitian di SMK tersebut.
x
8. Bapak Drs. Purwanto, S.T, selaku guru pada mata pelajaran MMKB pada
Program Keahlian Bangunan.
9. Kedua orangtua penulis, yang telah memberikan doa, dorongan serta motivasi.
10. Agus Purwadi, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi yang luar
biasa dalam meraih prestasi.
11. Teman – teman seperjuangan PTB angkatan 2006, dan semua pihak yang telah
mendukung terlaksana dan selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan didalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan dalam skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah ta’ala selalu membimbing kita semua.Amin.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Indentifikasi Masalah .................................................................................... 3 C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 3 D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4 F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR .......................................... 6 A. Kajian Teori .................................................................................................. 6
1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif ...................................... 6 2. Kajian Tentang Metode Numbered Heads Together (NHT)................... 11 3. Kajian Tentang Hasil Belajar .................................................................. 14 4. Hakekat Pembelajaran Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton ............................................................................................. 19 B. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 20 C. Hipotesis Tindakan ..................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 23 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 23
1. Tempat Penelitian .................................................................................... 23 2. Waktu Penelitian ...................................................................................... 23
Halaman
xii
B. Subyek Penelitian ........................................................................................ 23 C. Data dan Sumber Data ................................................................................ 24
1. Data Penelitian ......................................................................................... 24 2. Sumber Data ............................................................................................ 24 3. Instrumen Penelitian ................................................................................ 24
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 25
E. Validitas Data .............................................................................................. 27
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 29 G. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 30
H. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 30
1. Siklus I ..................................................................................................... 31 2. Siklus II .................................................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 39 A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian ........................................................ 39
1. Data Sekolah ............................................................................................ 39 a. Profil Sekolah .......................................................................................... 39 b. Struktur Organisasi ................................................................................. 40 c. Kurikulum yang pernah diberlakukan di SMK Negeri 5 Surakarta ........ 43 d. Bidang Studi dan Program Keahlian di SMK Negeri 5 Surakarta .......... 43 2. Data Siswa ............................................................................................... 44
B. Kondisi Awal Pembelajaran Kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta ....... 44 C. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 50
1. Siklus I ..................................................................................................... 51 2. Siklus II .................................................................................................... 62
D. Pembahasan Antar Siklus ............................................................................ 74 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................................... 23
A. Simpulan ..................................................................................................... 83 B. Implikasi ...................................................................................................... 83 C. Saran ............................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 85 LAMPIRAN ............................................................................................................... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 11
Tabel 2. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan ....................... 20
Tabel 3. Jadwal Penelitian.................................................................................... 23
Tabel 4. Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 27
Tabel 5. Indikator Keberhasilan Peningkatan Proses Belajar Siswa
(Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) ......................................... 30
Tabel 6. Susunan Jabatan di SMK Negeri 5 Surakarta ........................................ 40
Tabel 7. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Kemampuan Awal
(Pra Siklus) ............................................................................................ 45
Tabel 8. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif
Siswa Pra Siklus .................................................................................... 46
Tabel 9. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor
Siswa Pra Siklus .................................................................................... 48
Tabel 10. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Siklus I ............................................. 53
Tabel 11. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif
Siswa Siklus I ........................................................................................ 54
Tabel 12. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor
Siswa Siklus I ......................................................................................... 55
Tabel 13. Skor Setiap Aspek dalam Performance Guru setiap Pertemuan
pada Siklus I ........................................................................................... 56
Tabel 14. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Siklus II............................................ 65
Tabel 15. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif
Siswa Siklus II ....................................................................................... 66
Tabel 16. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor
Siswa Siklus II ....................................................................................... 67
Tabel 17. Skor Setiap Aspek dalam Performance Guru tiap Pertemuan
pada Siklus II ........................................................................................ 68
Tabel 18. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa (Capaian Ketuntasan) ...................... 75
Halaman
xiv
Tabel 19. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif
Siswa ...................................................................................................... 76
Tabel 20. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi
Psikomotor Siswa ................................................................................... 78
Tabel 21. Jumlah Skor setiap Aspek pada Performance Guru tiap
Pertemuan ............................................................................................... 78
Tabel 22. Jumlah Skor Setiap Aspek pada Performance Guru tiap
Siklus ...................................................................................................... 80
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ................................................................................ 22
Gambar 2. Skema Triangulasi ............................................................................... 28
Gambar 3. Model Analisis Interaktif .................................................................... 29
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian .................................................................. 38
Gambar 5. Diagram Persentase Nilai Kognitif Siswa Pra Siklus
(Capaian Ketuntasan Klasikal) .......................................................... 46
Gambar 6. Grafik Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif
Siswa Pra Siklus ................................................................................. 48
Gambar 7. Grafik Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor
Siswa Pra Siklus ................................................................................. 49
Gambar 8. Diagram Persentase Nilai Kognitif Siswa Siklus I
(Ketuntasan Klasikal) ......................................................................... 58
Gambar 9. Grafik Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif
Siswa Siklus I ..................................................................................... 59
Gambar 10. Grafik Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor
Siswa Siklus I ..................................................................................... 60
Gambar 11. Diagram Persentase Nilai Kognitif Siswa Siklus II
(Ketuntasan Klasikal) ......................................................................... 70
Gambar 12. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif
Siswa Siklus II .................................................................................... 71
Gambar 13. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor
Siswa Siklus II .................................................................................... 72
Gambar 14. Diagram Batang Capaian Ketuntasan Proses Belajar
Kognitif Siswa setiap Siklus ............................................................... 76
Gambar 15. Diagram Batang Persentase Rata-rata setiap Siklus pada
Observasi Afektif Siswa ..................................................................... 77
Gambar 16. Diagram Batang Skor Persentase Rata-rata setiap Siklus
pada Observasi Psikomotor Siswa ..................................................... 78
Halaman
xvi
Gambar 17. Diagram Batang Skor Rata-rata tiap Pertemuan pada
Observasi Performance Guru ............................................................. 80
Gambar 18. Diagram Batang Skor Rata-rata setiap Siklus pada
Observasi Performance Guru ............................................................. 81
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Instrumen dan Data Nilai Penelitian
Lampiran 1. Silabus ............................................................................................. 86
Lampiran 2. RPP Siklus I ..................................................................................... 88
Lampiran 3. RPP Siklus II ................................................................................. 108
Lampiran 4. Lembar Tugas 1 Siklus I ................................................................ 129
Lampiran 5. Kunci Jawaban Lembar Tugas 1 Siklus I ...................................... 130
Lampiran 6. Lembar Tugas 2 Siklus I ................................................................ 132
Lampiran 7. Kunci Jawaban Lembar Tugas 2 Siklus I ...................................... 133
Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Kognitif 1 Siklus I .................................................... 135
Lampiran 9. Tes Kognitif 1 Siklus I................................................................... 136
Lampiran 10. Kunci Jawaban Tes Kognitif 1 Siklus I ........................................ 137
Lampiran 11. Lembar Tugas 3 Siklus II .............................................................. 139
Lampiran 12. Kunci Jawaban Lembar Tugas 3 Siklus II ..................................... 141
Lampiran 13. Lembar Tugas 4 Siklus II .............................................................. 146
Lampiran 14. Kunci Jawaban Lembar Tugas 4 Siklus II ..................................... 148
Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif 2 Siklus II .......................................... 149
Lampiran 16. Tes Kognitif 2 Siklus II ................................................................. 150
Lampiran 17. Kunci Jawaban Tes Kognitif 2 Siklus II ........................................ 156
Lampiran 18. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Pra Siklus) .............................................................. 157
Lampiran 19. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Pra Siklus) .............................................................. 158
Lampiran 20. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif
Siswa (Pra Siklus) .......................................................................... 159
Lampiran 21. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Pra Siklus) .............................................................. 160
Lampiran 22. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif
Siswa (Pra Siklus) .......................................................................... 161
Halaman
xviii
Lampiran 23. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus I) .................................................................. 162
Lampiran 24. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus I) .................................................................. 163
Lampiran 25. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif
Siswa (Siklus I) .............................................................................. 164
Lampiran 26. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus I) .................................................................. 165
Lampiran 27.Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif Siswa
(Siklus I) ......................................................................................... 166
Lampiran 28. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus II) ................................................................ 167
Lampiran 29. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus II) ................................................................ 168
Lampiran 30. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif
Siswa (Siklus II) ............................................................................. 169
Lampiran 31.Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Afektif Siswa (Siklus II) ................................................................ 170
Lampiran 32.Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif
Siswa (Siklus II) ............................................................................. 171
Lampiran 33. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Pra Siklus) ....................................................... 172
Lampiran 34. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Pra Siklus) ....................................................... 173
Lampiran 35. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Pra Siklus) ....................................................... 174
Lampiran 36. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Pra Siklus) ....................................................... 175
Lampiran 37. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor
Siswa (Pra Siklus) .......................................................................... 176
xix
Lampiran 38. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus I) ........................................................... 177
Lampiran 39.Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus I) ........................................................... 178
Lampiran 40. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor
Siswa (Siklus I) .............................................................................. 179
Lampiran 41.Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus I) ........................................................... 180
Lampiran 42.Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor
Siswa (Siklus I) .............................................................................. 181
Lampiran 43. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus II) ......................................................... 182
Lampiran 44. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus II) ......................................................... 183
Lampiran 45. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor
Siswa (Siklus II) ............................................................................. 184
Lampiran 46. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah
Psikomotor Siswa (Siklus II) ......................................................... 185
Lampiran 47.Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor
Siswa (Siklus II) ............................................................................ 186
Lampiran 48. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran MMKB .................................................................... 187
Lampiran 49. Hasil Lembar Observasi Performance Guru dalam
Kegiatan Pembelajaran MMKB ..................................................... 191
Lampiran 50. Nilai Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ................................... 192
Lampiran 51. Daftar Nama Kelas Penelitian XI TGB SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 ............................................. 194
Lampiran 52. Daftar Kelompok Diskusi dengan Metode NHT Mata
pelajaran MMKB Siswa Kelas I TGB SMK Negeri 5
Surakarta Siklus I ........................................................................... 196
xx
Lampiran 53. Daftar Kelompok Diskusi dengan Metode NHT Mata
pelajaran MMKB Siswa Kelas I TGB SMK Negeri 5
Surakarta Siklus II .......................................................................... 196
Lampiran 54. Daftar Presensi Siswa SMK Negeri 5 Surakarta Tahun
ajaran 2009 / 2010 .......................................................................... 197
Lampiran 55. Pedoman Wawancara Guru ........................................................... 198
Lampiran 56. Pedoman Wawancara Siswa .......................................................... 200
Lampiran 57. Catatan Lapangan Hasil Wawancara ( Catatan
Wawancara ke- 1 ) ......................................................................... 203
Lampiran 58. Catatan Lapangan Hasil Wawancara ( Catatan
Wawancara ke- 2 ) ......................................................................... 206
Lampiran 59. Catatan Lapangan Hasil Wawancara ( Catatan
Wawancara ke- 3 ) ......................................................................... 209
Lampiran 60. Foto Dokumentasi Proses Pembelajaran Siswa
Kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta Siklus I dan II ................ 213
Lampiran 61. Foto Dokumentasi Wawancara ...................................................... 218
Lampiran Perijinan
Lampiran 62. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi (PA) ............................ 220
Lampiran 63. Surat Pengajuan Judul Sripsi ........................................................ 221
Lampiran 64. Surat Pengajuan Pembimbing I .................................................... 222
Lampiran 65. Surat Pengajuan Pembimbing II .................................................... 223
Lampiran 66. Daftar Hadir Kegiatan Seminar Skripsi ......................................... 224
Lampiran 67. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi (Ketua Jurusan
PTK) ............................................................................................... 226
Lampiran 68. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi (Pembantu
Dekan I) .......................................................................................... 227
Lampiran 69. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out (Kepsek) .................... 228
Lampiran 70. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out (DIKPORA) .............. 229
Lampiran 71. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMK Negeri 5
Surakarta ........................................................................................ 230
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan bangsa.
Harus disadari bahwa proses pendidikan selalu diarahkan untuk menyediakan atau
membentuk tenaga terdidik yang profesional bagi kepentingan bangsa Indonesia.
Pendidikan yang berkualitas merupakan hal yang penting dan merupakan dasar kualitas
manusia Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan melalui perbaikan-perbaikan baik sarana maupun prasarana
pendidikan.
Perbaikan pendidikan antara lain ditempuh melalui perbaikan metode yang
digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dalam proses belajar mengajar. Kenyataan di lapangan banyak
dijumpai gaya mengajar guru yang kurang bervariasi dan belum memanfaatkan
kemampuan secara maksimal. Anak didik cenderung pasif dan kurang terangsang untuk
berfikir kreatif. Guru kurang memperhatikan bahwa penggunaan metode yang kurang
tepat bisa jadi menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Seorang guru dituntut dapat
memilih metode yang tepat untuk mengajar, karena sebenarnya tidak ada metode yang
paling baik, setiap metode memiliki spesifikasi masing-masing. Suatu metode tertentu
mungkin efektif jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran tertentu, bukan berarti
metode itu efektif juga digunakan untuk menyampaikan pelajaran lain.
Kesulitan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan hitungan dapat dipecahkan
dengan menetapkan metode pembelajaran kooperatif (gotong royong). Pembelajaran
kooperatif menitikberatkan pada proses belajar dalam kelompok. Proses belajar dalam
kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman
mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemukan pada metode konvensional.
Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga
tercipta masyarakat belajar (learning community).
2
Proses pembelajaran di SMK Negeri 5 Surakarta kelas XI TGB masih
menggunakan metode konvensional yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan
belajar mengajar. Siswa pada umumnya hanya menghafal informasi yang diperoleh,
sehingga konsep yang tertanam tidak begitu kuat. Dari metode ini hasil yang dicapai
kurang optimal dan keaktifan siswa serta potensi yang ada pada diri siswa kurang
terlihat dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
mengajar yang dapat membuat siswa aktif menemukan dan membangun sendiri
pemahaman mereka terutama dalam mata pelajaran menghitung dan merencanakan
konstruksi beton.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas XI TGB SMK
Negeri 5 Surakarta, banyak ditemukan permasalahan yang dihadapi. Sebagaian besar
para siswa masih sering berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung sehingga dapat mengganggu para siswa lainnya. Selain itu
setiap guru mengajukan pertanyaan dijawab dengan serempak, hal ini menunjukkan
tidak adanya kepercayaan diri pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, dan
hanya sebagian kecil saja yang dapat aktif dan selebihnya pasif, serta sering didapati
siswa yang kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
Data penilaian di semester genap pada mata pelajaran produtif untuk pelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) pada kompetensi dasar
menghitung dan merencanakan konstruksi kolom, siswa yang nilainya kurang dari batas
nilai minimal 70 sebanyak 52.38%, sedangkan siswa yang lebih dari batas nilai minimal
70 sebanyak 47.62% dengan rata-rata kelas nilai 61,24. Batas nilai kelulusan mata
pelajaran produktif untuk Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
adalah 70.
Melihat permasalahan yang muncul dikelas tersebut, untuk mengoptimalkan
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, maka pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT). Metode NHT termasuk salah
satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Pada metode ini, siswa dalam satu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor. Pemberian nomor
dari tiap anggota kelompok, bertujuan jika guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa, tinggal menyebutkan salah satu nomor. Setiap anak dengan nomor
3
tersebut harus dapat menyampaikan aspirasi dari kelompok mereka masing-masing,
sehingga tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok sangat diperlukan
dalam metode ini. Setiap apa yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui
oleh masing-masing anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain. Dalam
hal ini pembelajaran dengan metode NHT merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menghitung
dan merencanakan konstruksi beton.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul “PENERAPAN MODEL KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN KONSTRUKSI
BETON SISWA KELAS XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Dalam proses belajar mengajar ada kemungkinan guru kurang memperhatikan
metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dan dapat diterima oleh siswa.
2. Rendahnya hasil belajar siswa, ada kemungkinan disebabkan pemilihan metode
pembelajaran yang kurang sesuai dengan suatu mata pelajaran tertentu.
3. Metode pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dimungkinkan
dapat meningkatkan hasil belajar secara maksimal pada mata pelajaran menghitung
dan merencanakan konstruksi beton.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada beberapa hal sebagai
berikut :
1. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dibatasi pada metode kooperatif Numbered Heads
Together (NHT). Metode NHT merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok
kepala bernomor dengan memanggil nomor secara acak. Metode ini melatih siswa
bertanggung jawab dalam diskusi kelompok.
4
2. Mata Pelajaran dan Materi Ajar
Mata pelajaran yang diterapkan adalah menghitung dan merencanakan
konstruksi beton, dengan materi pokok menghitung / merencanakan konstruksi balok
dan plat lantai.
3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta,
dengan jumlah siswa 21 anak yang terdiri dari 20 siswa laki – laki dan 1 siswa
perempuan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri
5 Surakarta pada mata pelajaran menghitung dan merencanakan konstruksi beton ?
2. Bagaimana efektifitas penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta pada mata
pelajaran menghitung dan merencanakan konstruksi beton ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah dan perumusan masalah yang ada, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered
Heads Together (NHT) pada mata pelajaran menghitung dan merencanakan
konstruksi beton.
2. Mengetahui efektifitas penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta pada mata
pelajaran menghitung dan merencanakan konstruksi beton.
5
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis :
Bagi Siswa
a. Menambah motivasi siswa dan partisipasi siswa meningkat dalam pembelajaran
menghitung dan merencanakan konstruksi beton.
b. Kualitas hasil belajar siswa dalam pembelajaran menghitung dan merencanakan
konstruksi beton meningkat.
c. Siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
Bagi Guru
a. Pemahaman guru mengenai proses pembelajaran meningkat.
b. Dengan kegiatan penelitian ini guru mampu meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
c. Memberikan masukan bagi guru atau referensi tentang model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Bagi Sekolah
a. Sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi di SMK Negeri 5 Surakarta.
b. Penelitian yang diadakan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya di program keahlian bangunan, yang selanjutnya
model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya.
Bagi Peneliti
Memperoleh dan menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan
peneliti khususnya terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan
relevan.
b. Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
Pada bab ini mengemukakan tentang kajian teori, kerangka berfikir, dan hipotesis
tindakan. Kajian teori adalah tinjauan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti. Kerangka berfikir berisi tentang kerangka konsep yang digunakan untuk
menjawab permasalahan yang diteliti. Kerangka berfikir disusun berdasarkan kajian
teori, sedangkan hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara yang akan dibuktikan
berdasarkan analisis data.
1. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran adalah konsepsi untuk
mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
atau cooperative learning mengutamakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran
kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif
lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif
ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif
diantara anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai
penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk
hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan
7
akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa
dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling
mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa
lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu
membangun hubungan interpersonal.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai
materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu
memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa
untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu
dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya : siswa bekerja dalam kelompok
kooperatif untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur
terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan,
masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin;
sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model
pembelajaran kooperatif yaitu :
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama
diantara anggota kelompok.
3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang
penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta
pemahaman dari materi yang diberikan.
4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak
informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
8
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
didasarkan pada paham konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
seseorang mengenai suatu benda, bukanlah tiruan benda itu, melainkan konstruksi
pemikiran seseorang mengenai benda itu. Tanpa keaktifan seseorang untuk mencerna
dan membentuknya maka seseorang tidak akan mempunyai pengetahuan. Model
kooperatif dapat digunakan dalam pengajaran dengan adanya pengelompokan.
Pengelompokan itu didasarkan pada:
1) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi.
2) Kemampuan belajar siswa tidak sama.
3) Adanya perbedaan minat setiap siswa.
4) Memperbesar partisipasi siswa.
5) Pembagian tugas atau pekerjaan.
6) Kerjasama yang efektif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
berupa prestasi akademik, toleransi dalam menerima keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar tersebut model pembelajaran
kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi dari peserta didik dalam struktur tugas
dan tujuan. Kooperatif berarti bekerjasama atau melakukan sesuatu bersama dengan
saling membantu dan bekerja sebagai kelompok. Sedangkan pembelajaran kooperatif
berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap kelompok
dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai suatu.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau
pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme. Hakikat teori
konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi-informasi baru yang
berbeda dengan skemata lama dan memperbaiki skemata yang dimilikinya jika tidak
sesuai lagi. Teori konstrukstivisme menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran
mereka sendiri, karena penekanannya pada siswa yang aktif maka strategi
pembelajarannya sering disebut pengajaran yang terpusat pada siswa (student centered
9
instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat pada siswa, peran guru adalah
membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan
memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat
bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian
tentang bagaimana kawannya belajar dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa
sebagai subyek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya dua tujuan pembelajaran penting, yaitu:
Hasil belajar akademik, dan penerimaan terhadap perbedaan individu. Dalam
pembelajaran kooperatif meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik yang
berhubungan dengan hasil belajar.
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, dan kelas sosial. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang bagi siswa dari latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif mengenai belajar saling menghargai satu sama lain. Disamping meningkatkan
nilai siswa yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
membuat siswa terbiasa untuk bekerja bersama. Pada pembelajaran kooperatif, kerja
sama merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran kooperatif tidak hanya
sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur yang membedakan antara pembelajaran
kooperatif dengan belajar kelompok yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah.
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
10
1) Saling ketergantungan positif
Tiap anggota dalam kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya
untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada
usaha setiap anggotanya.
2) Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar
tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3) Tatap muka
Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi
anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada
hasil pemikiran satu orang saja.
4) Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Ada beberapa alasan yang
mendasari dikembangkannya pembelajaran kooperatif, antara lain:
a) Meningkatnya kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b) Para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial,
dan pandangan-pandangan.
c) Mempermudah siswa melakukan penyesuaian sosial.
d) Terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau sifat egois.
f) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk menjaga hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
11
i) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.
j) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis
kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya (Nurhadi,
2004: 116).
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
yang diuraikan oleh Agus Suprijono (2009: 50) adalah sebagaimana terlihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3: Organize students info learning teams
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Assist team work and study
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Test on the materials
Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Periode recognition
Memberikan Penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2. Kajian tentang Metode Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu metode struktural dalam
pembelajaran kooperatif. Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam melihat kembali bahan yang
12
tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka
mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh
kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah 1 - Penomoran (Numbering)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam
tim memiliki nomor berbeda.
b. Langkah 2 - Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c. Langkah 3 - Berpikir Bersama (Heads Together)
Semua anggota kelompok mendiskusikan pertanyaan dari guru dan memastikan
setiap anggota mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut.
d. Langkah 4 - Pemberian Jawaban (Answering)
Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Tim terdiri dari siswa yang bervariasi, yaitu: ada yang berkemampuan tinggi,
berkemampuan sedang, dan berkemampuan rendah. Disini ketergantungan positif juga
dikembangkan, dan yang kemampuannya rendah terbantu oleh yang kemampuannya
lebih. Siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Siswa yang paling lemah diharapkan sangat antusias dalam
memahami permasalahan dan jawabannya.
Pembagaian kelompok pada metode NHT didasarkan pada :
a. Kemampuan
Siswa yang berkemampuan tinggi, masing-masing dipecah dan dimasukkan
kedalam kelompok yang berbeda. Begitu pula dengan siswa-siswa yang berkemampuan
sedang dan rendah, dibagi secara rata ke tiap kelompok tersebut.
b. Jenis Kelamin
Anggota-anggota dari tiap kelompok diusahakan terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda (pria dan wanita) agar kerjasama, hak dan tanggung jawab dari tiap anggota
kelompok dapat berjalan dengan baik.
13
c. Pengaturan dalam pembagian tugas
Pembagian tugas untuk tiap kelompok sama rata dan kelompok yang didasarkan
pada pembagian pekerjaan tersebut difungsikan agar tiap kelompok dapat menyelesaikan
bagian-bagian dari tugasnya pada waktu yang sama.
Metode Numbered Heads Together (NHT) pada dasarnya merupakan sebuah
varian diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok.
Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka. Adapun kelebihan dan kelemahan metode
Numbered Heads Together (NHT) yaitu:
1). Kelebihan:
a. Setiap siswa menjadi siap semua.
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2). Kelemahan:
a. Kemungkian nomor yang sudah dipanggil akan diulang oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Metode NHT termasuk kedalam metode diskusi, dimana suatu cara menyajikan
bahan pelajaran dengan menginstruksikan siswa (setelah dikelompok-kelompokkan) dan
memberikan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Suradji (2008: 60) menyatakan bahwa:
“Adapun tujuan pengajaran yang mungkin terwujud adalah bermacam-macam, misalnya terkuasainya bahan pelajaran, terbinanya kerjasama, terpupuk serta terpeliharanya persatuan, pelajar akan terlatih bagaimana cara memimpin, pelajar saling tolong-menolong, dan pelajar mendapat kesempatan dalam membuat rencana.”
14
3. Kajian tentang Hasil Belajar a. Belajar
Ada asumsi atau anggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan
atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi dari materi
pembelajaran. Belajar adalah proses memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan
dan sikap. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru. Belajar akan
lebih efekif apabila dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan dapat
menghayati objek pembelajaran secara langsung. Tetapi perlu diketahui pula bahwa
sistem lingkungan ini pun dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling
berinteraksi, antara lain tujuan pembelajaran, bahan kajian yang disampaikan oleh
guru, siswa, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode serta media pembelajaran
yang dipilih. Secara umum ada tiga tujuan pembelajaran, yaitu:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan.
2) Untuk menanamkan konsep dan pengetahuan.
3) Untuk membentuk sikap atau kepribadian.
Suatu kegiatan belajar ialah upaya mencapai perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Bahkan lebih luas
lagi, perubahan tingkah laku ini tidak hanya mengenai perubahan pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan minat, dan
penyesuaian diri. Pendeknya mengenai segala aspek organisasi atau pribadi seseorang.
Pada prinsipnya, dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu:
1) Melakukan persepsi terhadap stimulasi.
2) Menggunakan pengetahuan prasyarat.
3) Merencanakan respon.
4) Pelaksanaan respon yang dipilih.
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal
atau faktor-faktor. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu:
15
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan
menjadi dua golongan, dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:
a) Faktor non sosial
Kelompok faktor ini bisa dikatakan tidak terhingga jumlahnya, seperti:
keadaan udara, cuaca, tempat, alat-alat yang dipakai, dan masih banyak lagi.
Semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu
proses belajar secara maksimal.
b) Faktor sosial
Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia, baik manusia itu ada
(hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
Kehadiran seseorang ketika seseorang belajar, maka akan menggangu proses
belajar itu, misalnya jika murid di dalam satu kelas sedang mengerjakan ujian, lalu
terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas. Biasanya
faktor-faktor tersebut mengganggu konsentrasi sehingga perhatian tidak lagi dapat
ditunjukkan kepada hal yang dipelajari itu semata-mata.
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan ini pun dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Faktor fisiologis
Faktor fisiologi yang dimaksud adalah fungsi-fungsi jasmani tertentu
terutama fungsi-fungsi pancainderanya. Berfungsinya panca indera merupakan
syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.
b) Faktor psikologis
Perlu memberikan perhatian khusus kepada salah satu hal, yaitu hal yang
mendorong aktivitas belajar itu, hal yang merupakan alasan dilakukannya
perbuatan belajar. Terdapat beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar
adalah: (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (2)
adanya sifat kreatifitas yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;
(3) adanya keinginan mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
(4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, dengan kompetisi; (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
16
menguasai pelajaran; (6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar.
Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan sejumlah
kebutuhan-kebutuhan saja, yang tentu masih dapat ditambahkan lagi, kebutuhan-
kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan
(suatu kompleks) mendorong belajarnya anak. Belajar berlangsung bila perubahan-
perubahan berikut ini terjadi: penambahan informasi; pengembangan atau peningkatan
pengertian; penerimaan sikap-sikap baru; perolehan penghargaan baru; pengerjaan
sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari.
b. Hasil Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil dapat diartikan sebagai sesuatu
yang diadakan, dibuat, dijadikan, dan sebagainya oleh usaha dan pikiran.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari dalam diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri
siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor ini besar
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang ingin dicapai. Hasil belajar siswa di sekolah
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan lingkungan. Selain kemampuan, ada juga
faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan,
kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar
adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah tinggi
rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
instruksional. Berdasarkan teori Bloom, bahwa variabel yang utama dalam teori
belajar di sekolah, yaitu faktor pendekatan pembelajaran (approach to learning). Ini
berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan
metode pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu:
1) Faktor bakat belajar.
2) Faktor yang tersedia untuk belajar.
3) Faktor kemampuan untuk belajar.
17
4) Faktor kualitas pengajaran.
5) Faktor lingkungan.
Dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat
mendesain pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Tipe hasil belajar yang
dimaksud perlu nampak dalam perumusan tujuan pembelajaran sebab tujuan itulah
yang akan dicapai oleh proses pembelajaran. Dari berbagai pendapat yang ada dapat
diklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yaitu:
1) Memandang belajar sebagai proses.
2) Memandang belajar sebagai hasil.
3) Memandang belajar sebagai fungsi.
Menurut W.S. Winkel (2009: 280-285) : Tujuan pendidikan yang hendak
dicapai dapat diklasifikasikan menjadi tiga bidang, yaitu:
1) Ranah Kognitif (cognitive domain)
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Evaluasi (evaluation)
2) Ranah afektif (affective domain)
a. Penerimaan (receiving)
b. Partisipasi (responding)
c. Penilaian/ penentuan sikap (valuing)
d. Organisasi (organization)
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
3) Ranah psikomotor (psychomotoric domain)
a. Persepsi (perception)
b. Kesiapan (set)
c. Gerakan terbimbing (guided response)
d. Gerakan terbiasa ( mechanical response)
18
e. Gerakan kompleks ( complek respone)
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
g. Kreatifitas (creativity)
Hasil proses pembelajaran perlu nampak dalam perubahan perilaku, dalam
perubahan dan perkembangan intelektual serta dalam bersikap mempertahankan nilai-
nilai.
c. Hasil Belajar Kognitif
Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan
hafalan, tipe hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerapan, tipe hasil belajar
analisis, tipe hasil belajar sintesa, tipe hasil belajar evaluasi.
Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan pada otak, dalam perspektif psikologis kognitif, adalah sumber
sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan
ranah psikomotor (karsa). Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif
siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: (1) strategi
belajar memahami isi materi pelajaran; (2) strategi menyakini arti penting isi materi
pembelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung
dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif
ini, siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya
sendiri.
d. Hasil Belajar Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan
sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.
Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
Komponen afektif merupakan keyakinan individu dan penghayatan orang tersebut
tentang objek sikap apakah ia merasa senang atau tidak senang, bahagia atau tidak
bahagia. Sikap mempunyai tiga karakteristik: (1) intensitas yaitu kekuatan perasaan
terhadap objek; (2) arah terhadap objek apakah positif, negatif atau netral; (3) target
merupakan sasaran sikap, terhadap apa sikap ditunjukan.
19
e. Hasil Belajar Psikomotor
Belajar psikomotor menekankan keterampilan motorik yaitu bekerja dengan
benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Untuk
menjelaskan konsep tersebut digunakan contoh kegiatan berbicara, menulis, berbagi
aktivitas pendidikan jasmani, dan program-program keterampilan.
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu (perseorangan). Ada 6 tingkatan keterampilan,
yaitu: (1) gerak refleks; (2) keterampilan pada gerakan-gerakan sadar; (3) kemampuan
perspektual termasuk didalamnya membedakan visual; (4) kemampuan membedakan
auditif (suara), kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan; (5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks; (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga berdampak positif terhadap
perkembangan ranah psikomotor. Namun kecakapan psikomotor juga tidak terlepas
dari kecakapan afektif.
4. Hakekat Pembelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) merupakan salah
satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas XI TGB Program Keahlian
Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta. Pada mata pelajaran MMKB siswa harus benar-
benar mampu memahami dasar dari perhitungan tersebut dan guru dituntut mampu
menyampaikan materi dan memberikan proses pembelajaran yang tepat untuk
menumbuhkan minat dan hasil yang baik bagi siswa.
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) merupakan dasar
dari perhitungan struktur beton yang ada pada perkuliahan jurusan bangunan, sehingga
hambatan yang ada pada proses belajar mengajar untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa hendaknya dapat dipecahkan. Untuk memperoleh hasil dan tujuan yang
ingin dicapai pada proses pembelajaran guru dituntut dapat memberikan model
pembelajaran yang tepat salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif.
20
Dasar kompetensi kejuruan pada program keahlian bangunan, mata pelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) dapat terlihat pada tabel
dibawah ini.
B. Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil
belajar, salah satunya yaitu faktor pendekatan pembelajaran (approach to learning). Ini
berkaitan dengan upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran.
Metode mengajar erat hubungannya dengan proses pendekatan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar yang berbeda dapat menunjukkan hasil belajar yang
berbeda. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik masing-masing baik
Tabel 2. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan
MATA DIKLAT STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) Kelas XI TGB
1. Merencanakan kebutuhan bahan pembuatan konstruksi beton
1. 1. Mengklasifikasikan bahan beton
1. 2 Memahami standar mutu bahan pengikat
1.3 Memahami kelas / mutu bahan agregat
1.4 Memahami cara pengujian slump
1.5 Memahami standar kekentalan campuran beton
2. Menghitung dan merencanakan konstruksi beton
2.1 Mendiskripsikan kolom, balok, plat struktur gedung beton bertulang
2.2 Merencanakan / menghitung konstruksi :
a. Kolom
b. Balok
c. Plat lantai
d. Leufel
21
kelebihan maupun kekurangan. Dan setiap metode mengajar tidak dapat saling berdiri
sendiri, metode-metode tersebut akan saling bervariasi dengan metode yang lain karena
kelemahan metode yang satu dapat ditutupi oleh metode yang lain.
Metode pembelajaran yang masih konvensional lebih menitik beratkan pada peran
serta guru sebagai sumber belajar. Dengan keadaan seperti ini akan membentuk
kepribadian siswa yang kurang baik, terutama membentuk sikap siswa yang lebih pasif
sehingga mempengaruhi dalam hasil belajar. Metode ini menempatkan guru pada pusat
perhatian. Gurulah yang lebih banyak berbicara sedangkan murid hanya mendengarkan
atau mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Adanya variasi dalam strategi dan metode pembelajaran menuntut guru untuk
lebih dapat memperhatikan hal tersebut. Penggunaan model pembelajaran kooperatif
disertai metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menonjolkan pada
proses pembelajaran yang tidak sendirian, dalam artian setiap siswa dituntut untuk dapat
berkolaborasi dan bekerja sama baik dengan masyarakat, lingkungan, dan temannya
sendiri sesama siswa. Sedangkan metode pembelajaran NHT menonjolkan pada
pemberian nomor untuk setiap anggota dalam kelompok kecil yang telah terbentuk.
Adanya nomor ini akan memudahkan guru dalam memantau perkembanagn siswa
terhadap pemahaman materi MMKB yang akan diajarkan, selain itu untuk merangsang
keaktifan siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengungkapkan pendapat.
Kelompok subyek yang berasal dari kemampuan yang sama diharapkan dapat
menunjukkan hasil belajar yang berbeda setelah perlakuan, yaitu proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif yang disertai metode pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT). Dengan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif disertai
metode pembelajaran Numbered Heads Togerther (NHT) yang efektif berarti
pelaksanaan metode tersebut mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT) pada mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton
(MMKB), diharapkan dapat membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih
memahami penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pada uraian di atas, dapat digambarkan pola pemikiran yang menggambarkan
secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
22
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Diduga model kooperatif dengan
metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) di kelas XI
Teknik Gambar Bangunan (TGB) di SMK Negeri 5 Surakarta”.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Kondisi Awal
INPUT Hasil belajar siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta yang masih rendah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode NHT
1. Siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang.
2. Pemberian Nomor (numbering) pada setiap anggota kelompok. 3. Guru menyampaikan pertanyaan/tugas (questioning).
4. Setiap anggota dalam kelompok berpikir bersama (heads together).
5. Guru menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok dan siswa dengan nomor yang disebut harus menjawab(answering)
Pembelajaran Berkualitas
OUTPUT Hasil belajar siswa kelas XI TGB rerata kelasnya meningkat menjadi 70%
Guru belum menggunakan
pembelajaran kooperatif
PROCESS Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode NHT
OUT COME Guru dapat menerapkan metode NHT pada pembelajaran MMKB
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Surakarta yang
beralamat di Jl. LU. Adisucipto No.42 Telp. (0271) 713916 Surakarta Kode Pos 57143.
Pemilihan lokasi penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta, dengan
pertimbangan:
a) Dapat memonitor pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri 5 Surakarta seiring telah
dinaikannya standar kompetensi kelulusan di SMK tersebut.
b) Dapat memonitor supervisi dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK Negeri 5
Surakarta.
c) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta merupakan tempat melakukan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan dalam waktu 3 bulan mulai 17
Maret 2010 sampai 17 Mei 2010. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Jadwal Penelitian
No Nama Kegiatan Waktu Kegiatan
1 Pengajuan Judul 5 Februari 2010
2 Pembuatan Proposal 6 Februari 2010 – 2 Maret 2010
3 Seminar Proposal 9 Maret 2010
4 Perijinan Penelitian 15 Maret 2010 – 25 Maret 2010
5 Pelaksanaan Penelitian 26 Maret 2010 – 5 Juni 2010
6 Penulisan Laporan Penelitian 6 Juni 2010 – 20 Juni 2010
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 21 orang. Terdiri dari 20 siswa
23
24
laki – laki dan 1 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas XI TGB yaitu
karena peneliti pernah mengajar dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas
XI TGB sehingga mengetahui karakteristik belajar siswa.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri
dari catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi dengan
berpedoman pada lembar pengamatan (hasil belajar ranah afektif dan psikomotor siswa
serta performance guru), dan data dari penilaian hasil belajar siswa (aspek kognitif).
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang disajikan sebagai sasaran
penggalian dan pengumpulan data sertai nformasi. Sumber data tersebut meliputi:
1). Informan, dalam penelitin ini yaitu: Guru program keahlian bangunan, dan siswa
kelas XI TGB tahun ajaran 2009 / 2010 program keahlian bangunan.
2). Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian, yakni berbagai
kegiatan pembelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
3). Dokumen, yang berupa hasil tes siswa, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
buku pelajaran yang berhubungan dengan menghitung dan merencanakan konstruksi
beton, dan lembar penilaian.
3. Instrumen Penelitian
Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini, maka digunakan instrumen
sebagai berikut :
a. Silabus
Silabus disusun oleh peneliti sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan mengacu pada langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
25
b. Tes Hasil Belajar
Instrumen ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan
penguasaan konsep materi pembelajaran. Tes hasil belajar yang dilakukan adalah tes
kemampuan awal, pasca siklus I, dan pasca siklus II.
c. Lembar Observasi
Instrumen ini digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada aspek afektif
dan penilaian hasil belajar siswa ranah psikomotorik. Kisi-kisi penilaian ranah afektif
mengacu pada Winkel (2009: 282 – 283) yang terdiri dari penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup. Skor penilaian lembar observasi
afektif ialah :
1) Skor 3 untuk kategori tinggi
2) Skor 2 untuk kategori sedang
3) Skor 1 untuk kategori kurang
Kisi-kisi penilaian observasi psikomotorik mengacu pada Winkel (2009:
283-285) yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Aspek-aspek ini
dituangkan dalam pernyataan lembar obervasi kelompok. Skor penilaian lembar
obervasi psikomotorik ialah :
1) Skor 4 untuk kategori baik sekali
2) Skor 3 untuk kategori baik
3) Skor 2 untuk kategori cukup
4) Skor 1 untuk kategori kurang
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis data yang dipergunkaan dalam penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data terdiri dari:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data tentang
pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Sehingga didapatkan hasil
perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran.Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk memperoleh data tentang perhatian siswa terhadap materi
26
yang diajarkan oleh guru dan juga melihat tingkat efektifitas proses serta hasil
pembelajaran.
Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana peneliti
merancang bentuk instrument pengamatan yang akan dilakukan di dalam proses
pembelajaran beserta aspek-aspek yang akan diteliti. Hal ini akan sangat membantu
peneliti di dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam
bentuk lembar observasi tertulis yang memuat skala sikap siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran melalui diskusi kelompok dengan menggunakan metode
Numbered Heads Together (NHT). Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check (√)
pada pilihan yang tepat. Fokus dalam observasi adalah peran aktif siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu, lembar observasi disusun untuk mengukur
kinerja guru dalam pembelajaran.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara erat kaitannya dengan proses
observasi. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk
mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas (tak berstruktur) dan
dilakukan secara informan kepada guru dan siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak
ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara
dilakukan berulang kali untuk mendapat masukan yang mendalam pada setiap proses
pembelajaran yang dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran
selanjutunya.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara untuk
memperoleh konfirmasi dari siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) dan
mengenai penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT).
27
3. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam
proses pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah buku ajar yang digunakan,
silabus penelitian serta presensi siswa.
4. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan
terhadap tingkat penguasaan konsep pada kompetensi dasar menghitung dan
merencanakan konstruksi. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: Pasca siklus I untuk
mengetahui pencapaian konsep materi, pasca siklus II untuk mengetahui pencapaian
konsep yang belum dipahami..
Dari uraian di atas, teknik pengumpulan data yang meliput aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik dapat terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
No. Target Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data
1 Aspek kognitif Tes kemampuan awal, tes pasca siklus I, tes pasca siklus II
2
Aspek afektif
Lembar observasi siswa selama mengikuti pembelajaran dan diskusi di kelas
3 Aspek psikomotorik Lembar observasi siswa selama mengikuti pembelajaran dan diskusi di kelas
E. Validitas Data
Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini, merujuk pada pendapat
Hopskins (Wiriaatmadja, 2005: 168 – 171), yaitu :
a. Member Check, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi
yang diperoleh selama observasi atau wawancara yang dilakukan dengan cara
mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir
pembelajaran.
28
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara
kolaboratif.
c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dam metode pengumpulan
data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
d. Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap keabsahan temuan peneliti
kepada pakar profesional. Dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan
kepada pembimbing atau dosen.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data untuk menjaga validitasnya.
Teknik triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang
bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan
tidak hanya satu sudut pandang. Peneliti menggunakan triangulasi data (sumber) karena
dalam penelitian ini terdapat tiga sumber data, yaitu informan atau narasumber dengan
tingkatan berbeda (guru dan siswa), lokasi penelitian dan dokumen. Triangulasi data
mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa
sumber data yang berbeda sehingga apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih
teruji kebenarannya.
Triangulasi data dalam penelitian ini menggunakan observasi, pemberian tes
kognitif dan wawancara. Untuk lebih jelasnya, proses triangulasi data (sumber) dapat
dilihat pada gambar berikut:
Atau :
Gambar 2. Skema Triangulasi (Sumber H.B Sutopo, 2002: 80)
Data
Wawancara Informan
Content Analysis
Dokumen/ Arsip
Observasi Aktifitas
Data Wawancara
Informan 1
Informan 2
Informan 3
29
F. Teknik Analisis Data
Proses analisa dalam penelitian tindakan kelas, dilakukan sejak awal sampai
berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Pada penelitian tindakan kelas ini, teknik
analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Analisis diskriptif kualitatif
dilakukan dengan analisis interaktif. Analisis interaktif adalah analisis yang aktivitasnya
dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya, maupun dengan proses
pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah
pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara komponen analisis tersebut.
Proses analisis data dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan. Penyajian data dilakukan dalam mengorganisasi data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi. Sedangkan penarikan
kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang
tinggi. Dengan demikian analisis data dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak
tindakan–tindakan dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Penarikan simpulan/ verifikasi
Sajian Data Reduksi data
Gambar 3. Model Analisis Interaktif (Sumber : H.B Sutopo, 2002: 96)
30
G. Indikator Keberhasilan
Untuk mengukur keberhasilan dari tujuan penelitian di atas, dirumuskan
indikator yang dapat terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Indikator Keberhasilan Peningkatan Proses Belajar Siswa (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor)
Instrumen Indikator Target
1. Ranah kognitif
Capaian Ketuntasan
Rata-rata indikator kelas 70%
2. Ranah Afektif Rata-rata indikator kelas 70%
Lembar observasi afektif
1) Menunjukan kemauan 2) Mengakui kepentingan 3) Mematuhi peraturan 4) Ikut serta secara aktif 5) Menerima suatu nilai 6) Mengharrgai pendapat 7) Membentuk sistem nilai 8) Bertanggung jawab 9) Menunjukkan kepercayaan
diri 10) Menunjukan disiplin pribadi
3. Ranah Psikomotorik Rata-rata indikator kelas 70%
Lembar observasi Psikomotorik
1) Persepsi 2) Kesiapan 3) Gerakan Terbimbing 4) Gerakan Terbiasa 5) Gerakan Kompleks 6) Penyesuaian pola gerakan 7) Kreativitas
H. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan
target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan.
31
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengkaji tentang permasalahan dengan
ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan perilaku seseorang atau
kelompok tertentu, ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka
pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu dan pada umumnya
dilaksanakan secara kolaboratif antara guru dan peneliti senantiasa berupaya
memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga
dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan
hasil belajar MMKB siswa serta perolehan manfaat yang lebih baik.
Prosedur dan langkah – langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Rochiati Wiriaatmadja
(2007: 45) yang berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, tahap analisis,
tahap refleksi dan tahap tindak lanjut.
1. Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru yang mengampu mata
pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) serta wali
kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta.
2) Observasi pra tindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi
dilakukan dengan mengikuti pembelajaran Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton (MMKB) di kelas. Observasi diadakan di kelas XI TGB
3) Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar dan menetapkan alternatif
pemecahan masalah
4) Menyusun instrumen penelitian yang akan dilakukan dalam tindakan dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
5) Instrumen penelitian terdiri dari: Silabus mata pelajaran Menghitung dan
Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) dengan materi merencanakan /
menghitung konstruksi balok, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I,
lembar penilaian, soal tes kemampuan pasca siklus I, lembar observasi afektif
32
siswa, lembar observasi psikomotor siswa dalam proses belajar mengajar di kelas
dan lembar observasi performance guru.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanan tindakan adalah penerapan
model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
Pelaksanaan tindakan penelitian meliputi 2 siklus dengan masing-masing siklus dua kali
pertemuan. Siklus I terdiri dari dua kali tatap muka (masing – masing 3 x 45 menit).
Adapun tahapan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan ke- 1
Pada pertemuan ke- 1, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1). Menjelaskan indikator yang ingin dicapai dalam mata pelajaran Menghitung dan
Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB), berdasarkan silabus pembelajaran
yang telah disusun.
2). Guru bersama dengan siswa mendiskusikan tema yang ingin dikaji, tema dipilih
sesuai dengan kompetensi dasar yaitu “merencanakan/ menghitung konstruksi
balok”.
3). Guru menjelaskan materi pertemuan pertama secara garis besar meliputi balok
persegi bertulangan rangkap dan analisis balok bertulangan rangkap.
4). Guru memberikan pengarahan tentang metode Numbered Heads Together (NHT)
yang ingin diterapkan dan pembentukan kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen baik kemampuan akademik maupun latar
belakangnya. Setiap anggota dalam kelompok mendapat nomor dari guru. Siswa
diminta berdiskusi untuk mengerjakan lembar tugas 1 bersama kelompoknya.
5). Setiap kelompok mengadakan diskusi dan penelusuran terhadap tugas yang
diajukan oleh guru.
6). Guru memanggil satu nomor dari tiap kelompok dan siswa yang nomornya
disebut, melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.
7). Guru menunjuk nomor siswa dari kelompok yang berbeda untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain.
8). Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil diskusi secara bersama-sama.
33
9). Tiap siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka.
b. Pertemuan ke- 2
Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1). Guru mengulas materi sebelumnya yang belum dipahami siswa dalam
pembelajaran mengenai balok bertulangan rangkap dan analisis tulangan rangkap.
2). Guru menjelaskan materi pertemuan kedua secara garis besar mengenai
perhitungan balok bertulangan rangkap.
3). Guru mengarahkan siswa untuk membentuk diskusi kelompok pada pertemuan
kedua, dengan anggota kelompok diacak sesuai yang disebut oleh guru. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen baik kemampuan
akademik, maupun latar belakangnya. Setiap anggota dalam kelompok mendapat
nomor dari guru. Siswa diminta berdiskusi mengerjakan lembar tugas 2 bersama
kelompoknya.
4). Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil,
mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya didepan kelas. Kemudian
menerima tanggapan dari kelompok lain, selanjutnya guru menunjuk nomor yang
berbeda dikelompok lain secara acak untuk memberi tanggapan atau jawaban lain
dari kelompoknya jika ada perbedaan pada hasil perhitungannya.
5). Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil diskusi secara bersama-sama.
6). Tiap siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka.
7). Selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT), dilakukan penelitian kegiatan siswa melalui lembar observasi
afektif, lembar observasi psikomotor dan lembar observasi performance guru.
8). Guru mengadakan tes kemampuan kognitif Siklus I
9). Siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal selama 60 menit, kemudian
dikumpulkan.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
Fokus pengamatan adalah pada penerapan penggunaan model pembelajaran
kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) terhadap kualitas
pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi pencapaian konsep siswa (ranah
34
kognitif), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (ranah afektif) dan keterampilan siswa
dalam presentasi/kerja kelompok di dalam kelas (ranah psikomotorik) serta performance
guru dalam melaksanakan pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
4. Tahap Analisa dan Refleksi Tindakan
Siklus I dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar
dan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan
pelaksanaan tahap observasi dan evaluasi sebelumnya. Disini bisa terlihat apakah
penerapan metode Numbered Heads Togerther (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dengan baik atau tidak. Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah
diperoleh saat observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna
untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan.
Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan
tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan
berhasil.
Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan
kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang
diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi.
Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran
dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun
tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
Siklus II
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Hasil refleksi pada siklus I menjadi dasar untuk perencanaan pada siklus II.
Proses kegiatan belajar mengajar masih terpusat pada kegiatan siswa dan guru seperti
pada pelaksanaan siklus I. Langkah awal pada tahapan perencanaan tindakan siklus II
peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen penelitian
yang digunakan hampir sama pada siklus I, perbedaannya adalah rancangan
pembelajaran, lembar tugas siswa dan evaluasi tes siswa.
35
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran tindakan II merupakan kelanjutan dari tindakan I. Adapun
tahapan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan ke- 3
Pada pertemuan ke- 3, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1). Menjelaskan indikator yang ingin dicapai dalam mata pelajaran Menghitung dan
Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB), berdasarkan silabus pembelajaran
yang telah disusun.
2). Guru bersama dengan siswa mendiskusikan tema yang ingin dikaji, tema dipilih
sesuai dengan kompetensi dasar yaitu “merencanakan/ menghitung konstruksi
plat”.
3). Guru menjelaskan materi pertemuan ketiga secara garis besar meliputi jenis-jenis
perletakan plat dan perencanaan plat.
4). Guru memberikan pengarahan tentang metode Numbered Heads Together (NHT)
yang ingin diterapkan dan pembentukan kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen baik kemampuan akademik maupun latar
belakangnya. Setiap anggota dalam kelompok mendapat nomor dari guru. Siswa
diminta berdiskusi untuk mengerjakan lembar tugas 3 bersama kelompoknya.
5). Setiap kelompok mengadakan diskusi dan penelusuran terhadap tugas yang
diajukan oleh guru.
6). Guru memanggil satu nomor dari tiap kelompok dan siswa yang nomornya
disebut, melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.
7). Guru menunjuk nomor siswa dari kelompok yang berbeda untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain.
8). Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil diskusi secara bersama-sama.
9). Tiap siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka.
b. Pertemuan ke- 4
Pada pertemuan keempat, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
36
1). Guru mengulas materi sebelumnya yang belum dipahami siswa dalam
pembelajaran mengenai jenis-jenis perletakan plat dan perencanaan plat.
2). Guru menjelaskan materi pertemuan keempat secara garis besar mengenai
perhitungan plat satu arah.
3). Guru mengarahkan siswa untuk membentuk diskusi kelompok pada pertemuan
kedua, dengan anggota kelompok diacak sesuai yang disebut oleh guru. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen baik kemampuan
akademik, maupun latar belakangnya. Setiap anggota dalam kelompok mendapat
nomor dari guru. Siswa diminta berdiskusi mengerjakan lembar tugas 4 bersama
kelompoknya.
4). Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil,
mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya didepan kelas. Kemudian
menerima tanggapan dari kelompok lain, selanjutnya guru menunjuk nomor yang
berbeda dikelompok lain secara acak untuk memberi tanggapan atau jawaban lain
dari kelompoknya jika ada perbedaan pada hasil perhitungannya.
5). Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil diskusi secara bersama-sama.
6). Tiap siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka.
7). Selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT), dilakukan penelitian kegiatan siswa melalui lembar observasi
afektif, lembar observasi psikomotorik dan lembar observasi performance guru.
8). Guru mengadakan tes kemampuan kognitif Siklus II.
9). Siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal selama 60 menit, kemudian
dikumpulkan.
c) Tahap Observasi dan Evaluasi
Pengamatan (observasi) ditekankan pada proses pengumpulan data dalam
kegiatan pembelajaran siklus II menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya.
Pada tindakan II ini akan terlihat apakah keterlibatan dan efektifitas bisa lebih besar
dibandingkan pada siklus I.
d) Tahap Analisa dan Refleksi Tindakan
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, sehingga diketahui sampai
sejauh manakah implementasi pembelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi
37
Beton (MMKB) dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
Proses pembelajaran pada siklus II bisa terlihat apakah hasilnya lebih baik dari pada
siklus I. Berdasarkan hasil analisis, kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui
keberhasilan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode
Numbered Heads Together (NHT) akan dihentikan apabila indikator keberhasilan
penelitian yang telah ditetapkan sudah tercapai yaitu 70% siswa termotivasi dan
berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.
5. Tahap Tindakan Lanjut
Tahap ini diharapkan ada tindak lanjut guru tempat penelitian untuk melakukan
perbaikan pembelajaran secara terus-menerus, serta mengembangkan strategi
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Secara rinci urutan
masing-masing tahapan dapat digambarkan dalam skema (gambar 4).
38
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian
Dilanjutkan ke siklus III
Identisifikasi Permasalahan Mengungkapkan permasalahana dalam proses pembelajaran
Alternatif Pemecahan Penggunaan model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan metode Numbered Heads Togerther (NHT)
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I Pembelajaran menggunakan metode NHT
Pengamatan dan Pengumpulan Data I Analisis Data I
Refleksi I
Masalah Terselesaikan ?
Perencanaan Tindakan II
Tidak
Ya
Selesai
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan dan Pengumpulan Data II Analisis Data II
Refleksi II
Berhenti pada Siklus ini
SIKLUS II
SIKLUS I
Masalah Terselesaikan ?
Ya
Tidak
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian
Tempat penelitian berada di kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK
Negeri 5 Surakarta. Data sekolah dan kelas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Data Sekolah
a. Profil Sekolah
Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMK Negeri 5 Surakarta
Nomor Statistik Sekolah : 321036101002
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi Daerah : Pemerintah Kota Surakarta
Kecamatan : Laweyan
Desa/ Kelurahan : Kerten
Alamat Sekolah : Jl. LU. Adi Sucipto no. 42 Surakarta, kode pos 57143
No. Telepon : (0271) 713916
No. Faximile : (0271) 727068
Kepala Sekolah : Drs. Sudarto, MM.
NIP.19520607 197903 1 012
Status Sekolah : Negeri
Kelompok Sekolah : Teknologi dan Industri
Standar Sekolah : Akreditasi A
Tahun Berdiri : 1965
Tahun Perubahan : 1997
Kepemilikan Tanah : Pemerintah
Luas Tanah : 22.530 m2
Email dan Website : [email protected] dan www.smkn5solo.net
Program Keahlian : 1. Teknik Permesinan
2. Teknik Bangunan
39
40
3. Teknik Elektronika Industri
4. Teknik Mesin Otomotif
Sertifikasi ISO 9001-2000 : No. 01 100 065 (TUV Rheinland Group)
Tanggal dikeluarkan : 26 Juni 2006
Peserta didik di SMK Negeri 5 Surakarta khususnya di program keahlian
bangunan pada tahun 2009/2010 berjumlah 228 siswa yang terbagi menjadi 3 bidang
keahlian, yaitu Teknik Gambar Bangunan (TGB), Teknik Konstruksi Batu dan Beton
(TKB), dan Teknik Konstruksi Kayu (TKK). Jumlah peserta didik pada Bidang Keahlian
Teknik Gambar Bangunan (TGB) berjumlah 74 siswa, yang terdiri dari siswa kelas X
TGB sebanyak 29 orang, siswa kelas XI TGB sebanyak 21 orang, dan siswa kelas XII
TGB sebanyak 24 orang. Jumlah peserta didik pada jurusan Teknik Konstruksi Batu dan
Beton (TKB) berjumlah 72 siswa, yang terdiri dari siswa kelas X TKB sebanyak 30
orang, siswa kelas XI TKB sebanyak 21 orang, dan siswa kelas XII TKB sebanyak 21
siswa. Sedangkan jumlah peserta didik pada jurusan Teknik Konstruksi Kayu (TKK),
berjumlah 82 orang, yang terdiri dari siswa kelas X TKK sebanyak 30 orang, siswa kelas
XI TKK sebanyak 22 orang, dan siswa kelas XII TKB sebanyak 30 siswa. Dari jumlah
siswa diatas, diasuh oleh tenaga pengajar yang berjumlah 12 orang guru tetap dan 2
orang guru honorer sekolah.
Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
program keahlian bangunan untuk keperluan mereka. Diantaranya terdapat sebuah
perpustakaan, sebuah Lab SAS (Self Acess Study), sebuah Lab TIK, sebuah bengkel
kayu tangan, dua ruang gambar, sebuah bengkel kayu mesin, sebuah Koperasi Siswa
(KOPSIS), sebuah UKS dan kantin.
b. Struktur Organisasi SMK Negeri 5 Surakarta
Tabel 6. Susunan Jabatan di SMK Negeri 5 Surakarta No. J a b a t a n N a m a
1 Kepala Sekolah Drs. Sudarto, MM
2 Wakil Kepala Sekolah, a. Waka Kurikulum Drs. Widodo b. Waka Kesiswaan Drs. Supartin
41
c. Waka Ketenagaan Drs. Sunartono, MM d. Waka Hub. Industri Drs. Sriyadi, MM
3 TIM SMM ISO 9001 : 2008 a. QMR Drs. Yulisto b. DQMR Drs. Nuryanto c. Anggota Karseno, SPd
Zaenal Arifin,S.Sos I
4 Koordinator TU Sri Handayani
5 Perencanaan dan Pengembangan a. Koordinator Drs. Rahmad Darmono b. Anggota Drs. Bagyo Sucahyo, M.Pd.
Suhari, SPd
6 Ketua Program Keahlian a. Kaprog. Bangunan Drs. Purwanto, ST b. Kaprog TEI Edy Mugiyono, SST
c. Kaprog. TITL Drs. Sri Wahono d. Kaprog. Pemesinan Drs. Heru Purnanto e. Kaprog. Otomotif Sarman, SPd f. Koordinator GNA Drs. Jarot Mardiyanto
g. Koordinator BP Drs. Hermanto
7 Ketua Kompetensi Keahlian a. Kompetensi KeahlianTP/Kabeng Drs. Sukamto
b. Kompetensi TKB/Kabeng Drs. Suprapto c. Kompetensi TGB/Kabeng Drs. Sri Hardoyo
8 Staf Kurikulum a. Urusan KBM Praktek Lari, S.Pd
b. Urusan KBM Teori Sugiyoto, S.Pd c. Urusan Evaluasi Pendidikan Drs. Agus Imam AP d. Urusan Pengembangan KBM Drs. Cening Budiada e. Urusan Administrasi Drs. Haryanto f. Perpustakaan 1). Koordinator Natalia Kadarini, S.Pd
42
2). Anggota Dra. Nining Sumarsih g. SAS ( Self Acces Study ) & WEB 1). Koordinator Agus Maryanto, S.Kom 2). Anggota Fendi Prihantono, SPd
9 Staf Kesiswaan a. Pembina OSIS Sukidi, SPd b. Pembina STP2K Drs. Suharyono c. Bendahara Kesiswaan Ti Wahyuni Lelono, SSi d. Pembina Pramuka Dra. Umi Wahidatun e. Urusan Upacara Bendera Sumardi, SPd f. Pembina PMR dan UKS Agus Satyawan, S.PAk g. Pembina Kesenian Dra. JD. Dewi Tri U. h. Pembina Koperasi Siswa 1). Ketua Drs. Slamet, PD 2). Bendahara Dra. Endah Nuningsih
3). Sie Usaha Dra. Siti Nuriyah
10 Staf Ketenagaan a. Urusan Sarpras Drs. Sudarsono b. Urusan SDM Ma’sumah S Suci, SSi, MPd c. Adminstrasi Joko Susilo, SPd
Eko Sapto Nugroho, S.Pd
11 Staf Hubungan Industri a. Sekretaris Hub. Industri Slamet Priyadi, S.Pd. b. Bendahara Hub. Industri Tri Susilowati, S.Pd. c. Ketua Pokja PSG Nanang Supriyanto, S.Pd. d. Bursa Kerja Khusus Candra Denny KD, SPd 1). Koordinator Setyo Adi , SPd
2). Sekretaris Drs. Suteng Supriyantoro, ST 3).Bendahara Retnowatik, S.Pd. 4).Anggota Drs. Rahmad Darmono
e. Koordinator Bisnis Centre / Teaching Factory Drs. Suparjono, MM
f. Koordinator UPS Drs. Suprapto
43
12 Ketua Bengkel
a. Bengkel Elektronika Joko Wahyu Riyadi, S.Pd b. Bengkel Listrik Drs. Suharyatno c. Bengkel Mesin Perkakas Drs. Djoko Santoso d. Bengkel KB dan Lafalo Slamet, S.Pd e. Bengkel Mekanik Otomotif Mukri Hartanto, S.Pd
13 Ketua Laboratorium
a. Lab. Bahasa Dra. Sri Lasmini b. Lab Komputer Drs. Agus Supratman
c. Kurikulum yang Pernah Diberlakukan di SMK Negeri 5 Surakarta
SMK Negeri 5 Surakarta telah memberlakukan beberapa kurikulum selama
Proses Belajar Mengajar (PBM) dari tahun berdirinya sekolah. Kurikulum yang pernah
diberlakukan di SMK Negeri 5 Surakarta itu antara lain :
1. Kurikulum 1964
2. Kurikulum 1976
3. Kurikulum 1984
4. Kurikulum 1994
5. Kurikulum 1999
6. Kurikulum 2004 (hanya untuk program studi mesin)
7. Kurikulum Berbasis Kompotensi
8. KTSP
9. Kurikulum Spektrum
d. Bidang Studi dan Program Keahlian di SMK Negeri 5 Surakarta
Program studi yang ada di SMK Negeri 5 Surakarta ada empat macam Program
Keahlian, yaitu :
1. Program Keahlian Bangunan
a). Bidang Keahlian Teknik Konstruksi Kayu
b). Bidang Keahlian Teknik Konstuksi Batu dan Beton
c). Bidang Keahlian Teknik Gambar Bangunan
44
2. Program Keahlian Mesin
a). Bidang Keahlian TMO
b). Bidang Keahlian TPM
3. Program Keahlian Listrik
a). Bidang Keahlian TITL
b). Bidang Keahlian TPTL
4. Program Keahlian Elektronika
Bidang Keahlian TEI
2. Data Siswa
Penelitian ini menggunakan kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB) sebagai
subjek yang akan diteliti. Ruang kelas XI TGB selalu berpindah-pindah tergantung
dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari. Untuk mata pelajaran produktif (mata
pelajaran bidang keahlian) dilaksanakan diruang gambar atau ruang bengkel bangunan.
Sedangkan untuk mata pelajaran normatif adaktif dilaksanakan di ruang kelas atau ruang
TIK.
Pada saat mata pelajaran produktif, siswa kelas XI TGB menempati ruang
gambar. Ruang gambar kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta berukuran 12x9 m,
dengan lantai keramik berwarna putih serta dinding bercat. Ruang gambar kelas XI TGB
menghadap ke arah selatan. Pada deretan paling depan terdapat sebuah meja guru,
sebuah kursi guru dan sebuah vas bunga diatas meja. Diruang kelas ini terdapat satu
white board yang disebelahnya terdapat sebuah penggaris panjang, sebuah penggaris
siku, sebuah jangka dan busur yang kesemuanya terbuat dari kayu. Kelas ini memiliki
kursi siswa berjumlah 33 buah dengan meja gambar sebanyak 33 buah. Jumlah siswa XI
TGB sebanyak 21 orang, yang terdiri atas 1 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki.
B. Kondisi Awal Pembelajaran Kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB)
Kegiatan penelitian dimulai dari pelaksanaan observasi awal untuk
mengetahui gambaran umum mengenai kondisi sekolah penelitian dan keadaan awal
kelas XI TGB yang berkaitan dengan pembelajaran Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton (MMKB). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pra siklus dilaksanakan
bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Menghitung dan Merencanakan
45
Konstruksi Beton (MMKB) dan kualitas hasil belajar yang dapat dilihat dari kemampuan
afektif, psikomotorik, dan kognitif siswa selama pembelajaran berlangsung.
Kondisi awal kognitif siswa diketahui dengan memberikan tes kemampuan awal
sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT).
Tujuan pemberian tes kemampuan awal ini untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan awal yang dimiliki siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta dalam
memahami materi pada mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi
Beton (MMKB) dengan pokok bahasan merencanakan / menghitung konstruksi kolom.
Hasil belajar siswa untuk kemampuan awal sebelum tindakan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 7. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Kemampuan Awal (Pra Siklus)
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 11
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 10
3 Rerata kompetensi kognitif 61.24
4 Ketuntasan klasikal 47.62%
5 Tidak tuntas 52.38%
(Leger Nilai Ulangan Harian)
Hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa masih ada siswa yang mendapat nilai
tes kurang dari 70. Sebanyak 11 siswa belum mencapai ketuntasan. Sedangkan hanya 10
siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70. Nilai rerata kelas untuk
mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) adalah
61,24. Ketuntasan klasikal 47,62% dan ketidaktuntasan sebesar 52,38%. Berdasarkan
hasil tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode yang digunakan oleh
guru belum dapat memberikan hasil maksimal, dimana nilai rerata maupun ketuntasan
klasikal yang dicapai belum memenuhi nilai KKM yaitu 70.
Beberapa hal yang dapat diamati dalam proses pembelajaran sebelum
diterapkannya metode Numbered Heads Together (NHT) yang kiranya sangat
mempengaruhi hasil yang diperoleh adalah kebiasaan belajar dari setiap siswa. Dari
informasi yang didapat dari guru mata pelajaran, siswa sangat susah untuk melatih diri
mer
Me
sisw
ber
ker
pad
cap
Gam
sisw
dili
Tab
No
1
2
3
4
5
T
reka dengan
enghitung da
wa cenderun
rlangsung m
ras sehingga
da kualitas h
paian ketunta
mbar 5. DiaKla
Kondisi
wa. Data ha
ihat pada tab
bel 8. Persen
o.
1 Mengak
2 Menunj
3 Mematu
4 Ikut sert
5 Menerim
Tidak tunta52,38
n mencoba
an Merencan
ng hanya men
masih ada sis
daya konsen
hasil belajar
asan klasikal
agram Perseasikal)
i awal afekt
asil afektif p
bel di bawah
ntase Jumlah
Aspe
kui kepenting
ukkan kema
uhi peraturan
ta secara akt
ma suatu nila
as
Dia
mengerjakan
nakan Kons
ngikuti apa y
wa yang me
ntrasi siswa
r siswa. Da
l, divisualisa
entase Nilai
tif siswa (pr
ra siklus sep
ini:
h Skor setiap
ek
gan
ampuan
n
tif
ai
agram Nilai(Ketunta
n perhitunga
truksi Beton
yang disamp
encari perha
pun berkura
ata nilai kog
asikan pada d
Kognitif Si
a siklus) dik
perti terlamp
p Aspek pada
Pres
i Kognitif Siasan Belajar
an-perhitung
n (MMKB).
paikan oleh g
atian dengan
ang yang sec
gnitif kema
diagram beri
iswa Pra Si
ketahui deng
pir pada Lam
a Observasi A
sentase Jum
T
iswa Siklus r Siswa)
gan dalam m
Dengan ke
guru. Saat k
n cara menge
cara langsun
ampuan awa
ikut ini:
klus (Capai
gan mengob
mpiran 22,
Afektif Sisw
mlahSkor (%
53,97
57,94
44,44
53,44
58,2
Tuntas47,62
II
TT
mata pelajar
ebiasaan inil
kegiatan belaj
eluarkan sua
ng berpengar
al siswa unt
an Ketuntas
bservasi afek
hasilnya dap
wa Pra Siklus
%)Pra Siklu
TuntasTidak Tuntas
46
ran
lah
ajar
ara
ruh
tuk
san
ktif
pat
s
s
47
No. Aspek Presentase JumlahSkor (%)Pra Siklus
6 Menghargai pendapat 49,21
7 Membentuk sistem nilai 71,43
8 Bertanggung jawab 66,67
9 Menunjukkan kepercayaan diri 57,14
10 Menunjukkan disiplin pribadi 61,11
Jumlah 573,6
Rata-rata 57,36
Berdasarkan pada hasil observasi afektif siswa, rentangan nilai persentase pada
pra siklus berkisar antara 44,44% - 71,43%. Dengan nilai rata-rata sebesar 57,355%.
Indikator terendah sebesar 44,44% pada aspek 3 yaitu “mematuhi peraturan”. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa kurang mematuhi tata tertib dalam proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung. Adanya siswa berbicara dengan suara yang keras membuat
suasana kelas menjadi ramai, terlebih lagi karena siswa lain pun ikut bercanda dengan
suara keras pula. Konsentrasi siswa menjadi terpecah karena ketertiban siswa dalam
proses belajar berkurang. Ini mengakibatkan sewaktu siswa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, masih banyak yang kurang konsentrasi. Persentase tertinggi adalah
pada aspek 7 yaitu “membentuk sistem nilai” sebesar 71,43%. Hal ini menunjukkan
nilai-nilai yang tertanam dalam diri siswa untuk menghormati guru baik didalam kelas
maupun diluar kelas masih cukup tinggi, meskipun terkadang siswa masih ada yang
berbicara sendiri sewaktu guru menerangkan pelajaran.
Secara keseluruhan proses belajar afektif siswa masih rendah dan perlu adanya
usaha meningkatkan proses tersebut. Persentase skor setiap aspek pada observasi afektif
pra siklus dapat dilihat pada diagram berikut ini:
48
Gambar 6. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif Siswa Pra Siklus
Kondisi awal psikomotorik siswa pra siklus diketahui dengan mengobservasi
psikomotor siswa. Data hasil observasi psikomotor pra siklus seperti terlampir pada
Lampiran 37, hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa Pra Siklus
No. Aspek Presentase Jumlah Skor (%)
1 Persepsi 36,9
2 Kesiapan 42,06
3 Gerakan terbimbing 75
4 Gerakan terbiasa 40,47
5 Gerakan kompleks 42,85
6 Penyesuaian pola gerak 57,14
7 Kreatifitas 45,24
Jumlah 339,66
Rata-rata 48,52
53.9757.94
44.4453.44
58.249.21
71.4366.67
57.1461.11
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pasa Observasi Afektif Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif Siswa Pra Siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
49
Proses pembelajaran pada kondisi awal lebih sering didominasi oleh guru, siswa
masih terbiasa dengan model pembelajaran konvensional. Dalam proses belajar
mengajar, guru lebih banyak berceramah dan mengajar terlalu cepat. Sehingga siswa
kurang bisa menangkap materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Terlihat siswa sebelum
pelajaran dimulai, tidak mempersiapkan diri dengan belajar sebelumnya. Sehingga daya
aktif siswa masih rendah.
Berdasarkan pada hasil observasi psikomotor siswa, rentangan nilai persentase
pada pra siklus berkisar antara 36,9% - 75%. Dengan rata-rata sebesar 48,52%. Indikator
terendah sebesar 36,9% pada aspek “persepsi”. Ini menunjukkan tingkat persiapan siswa
masih sangat rendah. Persentase tertinggi berada pada aspek “gerakan terbimbing” yaitu
sebesar 75%. Ini menujukkan tingkat keaktifan siswa cukup tinggi. Ketika guru meminta
salah satu siswa untuk maju dan mengerjakan soal dipapan tulis, siswa terlihat berani
untuk maju tetapi harus sedikit dipaksa.
Secara keseluruhan proses belajar psikomotor siswa masih rendah dan perlu
adanya usaha meningkatkan proses tersebut. Sehingga pembelajaran didalam kelas bisa
berjalan dengan kondusif. Persentase skor setiap aspek pada observasi psikomotor pra
siklus dapat dilihat padadiagram berikut ini:
Gambar 7. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Pra
Siklus
36.942.06
75
40.47 42.8547.14
45.24
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Pra Siklus
1
2
3
4
5
6
7
50
Berdasarkan nilai kompetensi kognitif siswa pra siklus, dan hasil observasi
afektif serta psikomotor siswa, dilakukan tindakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehingga diharapkan tingkat pemahaman siswa menjadi lebih baik. Proses
pembelajaran siswa meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor dapat
diperbaiki dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang secara langsung dapat
dilakukan oleh siswa. Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan tindakan untuk
meningkatkan sekaligus memperbaiki proses belajar mengajar dikelas XI TGB.
Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT) mampu membentuk kerjasama siswa, merangsang siswa untuk mampu
dan mau mengungkapkan pendapatnya baik dalam bentuk pertanyaan maupun jawaban.
Sehingga terjadi interaksi yang kondusif dan interaktif antara siswa dan guru dalam
proses pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian yang diadakan dalam beberapa siklus, dilakukan sampai
tercapai proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar
kognitif, afektif, dan psikomotor dijadikan sebagai nilai awal pembanding terhadap
perubahan yang terjadi pada siklus I. Sedangkan hasil pengukuran yang terjadi pada nilai
kognitif, observasi psikomotor dan afektif siswa, serta observasi performance guru
dengan metode Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I dijadikan nilai awal
pembanding terhadap perubahan yang terjadi pada siklus II.
C. Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan pengamatan pembelajaran yang dilaksanakan pada pra siklus
terutama dalam hasil belajar siswa dan proses pembelajaran dikelas, dipergunakan
peneliti untuk mengambil tindakan.
Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian yang meliputi: 1)
Tahap perencanaan; 2) Tahap tindakan; 3) Tahap observasi; 4) Tahap refleksi. Jika
ternyata permasalahan belum dapat diatasi, perlu dilakukan tindakan selanjutnya pada
siklus berikutnya sampai masalah dapat diatasi. Pada penelitian ini dilaksanakan dua
siklus yang diuraikan berikut ini:
51
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Dalam rangka perbaikan hasil belajar Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton (MMKB) siswa, untuk siklus I ini dirancang dalam dua kali pertemuan
dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 x 45 menit. Instrumen yang disiapkan
untuk pembelajaran adalah silabus Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton
(MMKB), RPP, lembar tugas 1 dan 2 untuk diskusi kelompok. Selain itu dipersiapkan
pula lembar observasi afektif siswa, lembar observasi psikomotor siswa dan lembar
observasi performance guru.
b. Tahap Tindakan
Sebagai mana telah diuraikan dalam RPP, kegiatan pembelajaran pada siklus
I dirancang dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah
3x45 menit. Pelaksanaan siklus I, guru menerapkan metode Numbered Heads Together
(NHT). Guru memberikan materi pelajaran secara singkat mengenai balok bertulangan
rangkap, analisis balok bertulangan rangkap, dan perencanaan / perhitungan balok
bertulangan rangkap. Kegiatan selanjutnya lebih dipusatkan pada aktivitas diskusi siswa
dalam kelompok – kelompok yang sudah ditentukan. Setiap kelompok terdiri dari siswa-
siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap kelompok harus
mendiskusikan jawaban dari pertanyaan pada lembar tugas siswa, kemudian dilakukan
presentasi oleh tiap kelompok sesuai nomor yang dipanggil oleh guru. Setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan pertanyaan, pendapat ataupun
tanggapan atas hal-hal yang belum dipahami.
Skenario pembelajaran pada pertemuan ke- 1 pada tanggal 28 April 2010,
yaitu: Guru menjelaskan tentang indikator yang ingin dicapai serta mendiskusikan materi
yang ingin dipelajari yaitu “balok bertulangan rangkap dan analisis balok bertulangan
rangkap”. Kegiatan selanjutnya yaitu guru menjelaskan materi pertemuan pertama secara
garis besar sesuai RPP pertemuan ke- 1. Kemudian guru memanggil siswa untuk maju
dan menyelesaikan contoh soal yang diberikan oleh guru lalu siswa maju mencoba
menyelesaikannya. Setelah itu guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan jumlah
anggota tiap kelompok antara 4-5 siswa. Guru memberikan lembar tugas 1 (terlampir
seperti pada Lampiran 4) dan siswa berdiskusi mengerjakan tugas tersebut bersama
52
kelompoknya. Setelah waktu untuk mengerjakan tugas kelompok selesai, guru
memanggil beberapa nomor siswa secara acak dan nomor yang dipanggil maju untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok mereka didepan kelas. Kemudian guru
memanggil nomor lain secara acak dari kelompok yang berbeda untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan. Setelah diskusi
selesai, guru menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi mereka.
Pembelajaran pada pertemuan ke- 1 diakhiri dengan refleksi dan menarik kesimpulan.
Refleksi dilakukan untuk merenungkan hal-hal apa saja yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran. Penarikan kesimpulan dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa.
Dengan begitu siswa akan lebih paham apa saja yang telah dipelajari pada pertemuan ke-
1 ini.
Pertemuan ke- 2 pada tanggal 29 April 2010, diawali dengan mengulas
sedikit pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Guru dengan terbuka
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya bilamana ada hal-hal yang masih
belum paham. Setelah sudah tidak ada yang bertanya, guru menjelaskan indikator yang
ingin dicapai pada pertemuan ke- 2 yaitu “perencanaan / perhitungan balok bertulangan
rangkap”. Setelah itu, guru memberikan materi lanjutan mengenai perencanaan /
perhitungan balok bertulangan rangkap dan bentuk konstruksi balok secara garis besar
sesuai RPP pertemuan ke- 2. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan jumlah
anggota tiap kelompok antara 4-5 siswa. Guru memberikan lembar tugas 2 (terlampir
seperti pada Lampiran 6) dan siswa berdiskusi mengerjakan tugas tersebut bersama
kelompoknya. Setelah waktu untuk mengerjakan tugas kelompok selesai, guru
memanggil beberapa nomor siswa secara acak dan nomor yang dipanggil,
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok mereka didepan kelas. Kemudian guru
memanggil nomor lain secara acak dari kelompok yang berbeda untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan. Selama proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT)
berlangsung, dilakukan penelitian kegiatan siswa melalui lembar observasi afektif siswa,
lembar observasi psikomotor siswa dan lembar observasi performance untuk meneliti
kegiatan guru. Guru menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi mereka.
Setelah diskusi kelompok berakhir, siswa kembali ketempat duduk masing-masing.
53
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa pada materi balok
bertulangan rangkap, analisis balok bertulangan rangkap, perencanaan / perhitungan
balok bertulangan rangkap dan bentuk konstruksi balok, dengan menggunakan metode
Numbered Heads Together (NHT), dilakukan tes kognitif pasca siklus I. Tes diberikan
dengan model soal esai sebanyak dua soal (seperti pada Lampiran 9). Alokasi waktu
untuk melaksanakan kegiatan ini adalah 60 menit. Setelah waktu tes selesai, guru
menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban. Pembelajaran pada
pertemuan ke- 2 diakhiri dengan refleksi yang bertujuan untuk memberikan penguatan
kepada siswa didalam memahami materi. Kemudian secara bersama-sama, guru dan
siswa menarik kesimpulan dan pelajaran ditutup oleh doa.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Tahap observasi dan evaluasi terhadap siklus I dilaksanakan dengan
menggunakan tes kemampuan kognitif siswa, lembar observasi psikomotor siswa,
lembar observasi afektif siswa dan lembar observasi performance guru.
1). Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif atau evaluasi akhir pembelajaran diujikan kepada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi balok bertulangan rangkap, analisis balok
bertulangan rangkap, dan perencanaan / perhitungan balok bertulangan rangkap. Tes
diberikan dalam bentuk esai dengan jumlah dua soal. Setiap pertanyaan disesuaikan
dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Secara klasikal seperti terlampir pada
Lampiran 50, hasil yang didapatkan bisa disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 10. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Siklus I
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 7
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 14
3 Rerata kompetensi kognitif 67,90
4 Ketuntasan klasikal 66,67%
5 Tidak tuntas 33,33%
54
Hasil tes kognitif siswa menunjukkan bahwa siswa yang mendapt nilai tes
kurang dari 70, sebanyak 7 siswa. Sedangkan siswa yang mendapat nilai lebih besar atau
sama dengan 70, sebanyak 14 siswa. Nilai rerata kompetensi kognitif untuk mata
pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) adalah 67,90.
Dengan ketuntasan klasikal sebesar 66,67%.
2). Hasil Observasi Afektif Siswa Siklus I
Proses pembelajaran afektif yang terjadi pada siswa juga dilakukan dengan
observasi yang ditulis pada lembar observasi. Data observasi afektif siswa dalam
pelaksanaan tindakan pada siklus I seperti terlampir pada Lampiran 27, dapat disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif Siswa Siklus I
No. Aspek Presentase Jumlah Skor (%) Siklus I
1 Mengakui kepentingan 57,94
2 Menunjukkan kemampuan 67,46
3 Mematuhi peraturan 61,9
4 Ikut serta secara aktif 64,55
5 Menerima suatu nilai 66,14
6 Menghargai pendapat 69,84
7 Membentuk sistem nilai 70,63
8 Bertanggung jawab 68,25
9 Menunjukkan kepercayaan diri 69,84
10 Menunjukkan disiplin pribadi 65,87
Jumlah 662,42
Rata-rata 66,242
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat
dideskripsikan bahwa siswa belum bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Ini terlihat
pada saat siswa diminta membentuk kelompok diskusi untuk bergabung dengan anggota
kelompok masing-masing. Bahkan masih tampak siswa yang bercanda dengan suara
yang keras. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi
waktu yang tersedia sehingga mereka belum bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
55
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh setiap kelompok merupakan aplikasi
dari model kooperatif. Dimana mereka harus bekerjasama dalam kelompok agar tugas
yang diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik. Sikap tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas dan memahami materi, membuat guru harus merangsang setiap
siswa untuk aktif dengan cara menyebutkan nomor yang diberikan kepada siswa sebagai
identitas dalam kelompok, kemudian beberapa nomor yang dipanggil harus mewakili
kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi mereka. Guru juga memanggil beberapa
nomor untuk menanggapi jawaban dari perwakilan kelompok yang maju. Ini diharapkan
dapat merangsang siswa untuk lebih aktif.
Kegiatan ini sudah menunjukkan adanya aplikasi dari metode Numbered
Heads Together (NHT). Sejauh ini guru dan siswa sudah cukup baik melakukan kegiatan
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode
Numbered Heads Together (NHT).
3). Hasil Observasi Psikomotor Siswa Siklus I
Proses pembelajaran psikomotor yang terjadi pada siswa juga dilakukan dengan
observasi yang dituliskan pada lembar observasi. Data jumlah persentase skor untuk
setiap aspek yang diperoleh dari hasil observasi seperti terlampir pada Lampiran 42
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa Siklus I
No. Aspek Presentase Jumlah Skor (%) 1 Persepsi 44 2 Kesiapan 59,52 3 Gerakan terbimbing 76,19 4 Gerakan terbiasa 51,78 5 Gerakan kompleks 55,95 6 Penyesuaian pola gerak 60,71 7 Kreatifitas 73,81
Jumlah 421,96 Rata-rata 60,28
Hasil observasi menunjukkan bahwa persiapan tiap kelompok dalam diskusi
dan presentasi masih rendah. Ini terlihat masih banyak kelompok yang belum selesai
56
mengerjakan tugas ketika waktu untuk diskusi kelompok telah usai. Sehingga ketika
guru memanggil nomor dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mereka, siswa yang nomornya dipanggil masih melempar tanggung jawab
kepada anggota kelompoknya. Tetapi guru tetap memanggil nomor yang seharusnya
maju. Pada siklus I ini hampir semua kelompok belum selesai mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, sehingga guru sedikit membantu cara penyelesaian soal tersebut.
4). Hasil Observasi Performance Guru Siklus I
Observasi terhadap performance guru hasilnya dituliskan pada lembar
observasi. Skor tiap aspek pada pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 13. Skor Aspek dalam Performance Guru setiap Pertemuan pada Siklus I
No Aspek Skor
Pertemuan ke- 1
Skor Pertemuan
ke- 2
1 Penentuan media (alat bantu) mengajar 1 2
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
3 3
3 Menggunakan waktu pembelajaransecara efisien 2 3
4 Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 2 3
5 Menggunakan ekspresi lisan/ tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa 2 2
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode 2 2
7 mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran 2 2
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran 1 3
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 2 2
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri 2 3
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain 2 2
57
No Aspek Skor
Pertemuan ke- 1
Skor Pertemuan
ke- 2
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 3 3
Jumlah 24 30
Rata-rata tiap pertemuan 2 2,5
Rata-rata kedua pertemuan 2,25
Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke- 1 dan
ke- 2 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan motivasi dan
mengulas materi yang sebelumnya. Ketika guru menyampaikan materi masih terlihat
sedikit unsur konvensional namun pembelajaran tetap mengarahkan siswa agar menjadi
lebih aktif. Peran guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa sudah cukup baik.
d. Analisa
Berdasarkan tahap observasi maka dilakukan analisa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran pada siklus I. Hasil analisa pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat
diketahui dari:
1). Hasil Tes Kognitif Siswa
Penilaian ranah kognitif dilakukan dengan menggunakan tes kognitif yang
berupa soal-soal esai. Tujuan penilaian ranah kognitif adalah untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Hasil
evaluasi kognitif siklus I dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh siswa pada siklus I
cukup baik. Terlihat adanya peningkatan dari tes kemampuan awal.
Pada tes kognitif siklus I diberikan tes dengan jumlah 2 soal esai dengan
ketuntasan klasikal sebesar 66,67%. Ini berarti terdapat 14 siswa dari 21 siswa yang
mencapai batas minimal yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran produktif yaitu 70.
Sedangkan rerata kompetensi kognitif mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton (MMKB) mengalami peningkatan dari awal pembelajaran yaitu
sebesar 61,24 menjadi 67,90.
sisw
Lam
Gam
per
rata
kep
mem
sisw
ber
oleh
per
per
keg
dila
nom
“me
pad
Proses
wa dalam be
mpiran 50, d
mbar 8. Diag
2). Ha
Berdas
rsentase untu
a sebesar 66
pentingan”.
mahami ma
wa memperh
rtanya kepad
h beberapa
rtanyaan yan
rlu ditekank
giatan pemb
akukan den
mornya dis
embentuk si
Persen
da diagram b
s pembelajar
entuk nilai. K
dapat divisua
gram Persen
sil Observas
sarkan pada
uk setiap ind
6,24%. Indik
Hal ini m
ateri yang d
hatikan pelaj
da guru men
hal. Yaitu
ng mereka ta
kan kepada
elajaran. Se
ngan melem
ebutkan ol
istem nilai” s
ntase skor se
berikut ini:
Tidak Tunt33.33 %
Di
ran kognitif
Ketuntasan
alisasikan pa
ntase Nilai K
si Afektif Sis
a hasil obser
dikator berk
kator terenda
menunjukkan
disampaikan
jaran yang d
ngenai hal-h
siswa masih
anyakan sala
siswa agar
elain itu untu
mparkan pert
eh guru. P
sebesar 70,6
etiap aspek p
tas
agram Nila(Ketunta
dapat ditunj
hasil belajar
ada diagram
Kognitif Sisw
swa
rvasi afektif
kisar antara
ah sebesar 5
n bahwa si
guru untuk
disampaikan
al yang belu
h mempuny
ah. Oleh seb
lebih mem
uk meningk
tanyaan yan
Persentase
63%.
pada hasil o
i Kognitif Sasan Belajar
ukkan denga
r kognitif sis
berikut:
wa Siklus I (K
f siswa pada
57,94% - 70
7,94% pada
iswa kuran
k mereka. In
oleh guru. J
um dipaham
yai rasa taku
bab itu, pada
mpersiapkan
katkan keakt
ng harus d
tertinggi ad
observasi afe
T6
Siswa Siklusr Siswa)
an hasil ketu
swa seperti
Ketuntasan K
a siklus I, r
0,63%. Den
a aspek 1 ya
g menyada
ni terlihat d
Jarangnya si
mi sepenuhny
ut dan malu
a pembelajar
diri sebelu
tifan siswa b
dijawab oleh
dalah indik
ektif siklus I
Tuntas66.67 %
s I
untasan belaj
terlampir pa
Klasikal)
rentangan ni
ngan nilai ra
aitu “mengak
ari pentingn
dari kurangn
iswa yang m
ya, disebabk
u jika ternya
ran berikutn
um melakuk
bertanya dap
h siswa ya
kator 7 ya
I, dapat dilih
Tuntas
Tidak Tuntas
58
ajar
ada
ilai
ata-
kui
nya
nya
mau
kan
ata
nya
kan
pat
ang
aitu
hat
s
59
Gambar 9. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif Siswa Siklus I
3). Hasil Observasi Psikomotor Siswa
Berdasarkan pada hasil observasi psikomotorik siswa, rentangan nilai
persentase pada siklus I ini, berkisar antara 44% - 76,19%. Persentase terendah pada
proses belajar psikomotor siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam siklus I adalah pada aspek
“persepsi”. Ini menunjukkan tingkat persiapan siswa masih cukup rendah. Meskipun
dalam aspek persepsi, persentasenya masih rendah diantara aspek-aspek lainnya, tetapi
jika dibandingkan dengan observasi psikomotor siswa pra siklus terlihat adanya
peningkatan yaitu sebesar 36,9% menjadi 44%. Persentase tertinggi berada pada aspek
nomor 3 “gerakan terbimbing” yaitu sebesar 76,19%. Ini menunjukkan tingkat keaktifan
siswa tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, semangat siswa dalam diskusi
kelompok sudah cukup baik dalam artian siswa turut serta membangun kekompakan
dalam kelompok diskusi dan mampu beradaptasi pada situasi kelas saat pelajaran
berlangsung. Sehingga diharapkan diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk
memyempurnakan pemahaman siswa terhadap materi balok bertulangan rangkap,
analisis balok bertulangan rangkap, dan perencanaan/ perhitungan balok bertulangan
57.94
67.4661.9 64.55
66.14 69.84 70.63 68.25 69.8465.87
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pasa Observasi Afektif Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspwk Observasi Afektif Siswa Siklus I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
60
rangkap. Persentase skor setiap aspek pada observasi psikomotor siswa siklus I, dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 10. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Siklus I
4). Hasil Observasi Performance Guru Siklus I
Performance guru pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan
metode Numbered Heads Together (NHT) terlihat cukup baik. Pada tabel 13
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan performance guru. Poin tertinggi dalam
performance guru pada siklus I, berada pada aspek “pilihan cara-cara pengorganisasian
siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar” dan “ mengembangkan
hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi”. Sedangkan poin terendah dalam
performance guru siklus I, berada pada aspek “penentuan media (alat bantu) mengajar”.
Guru belum menerapkan penggunaan media bantu seperti LCD dan power point yang
seharusnya dapat meningkatkan keantusiasan/ ketertarikan siswa dalam proses
pembelajaran. Tetapi selebihnya terlihat adanya usaha guru untuk mengorganisir,
melibatkan siswa, mengembangkan hubungan yang baik sehingga mendorong terjadinya
tukar pendapat antar siswa, dan membantu menyadari kekuatan serta kelemahan diri
siswa dalam proses pembelajaran.
44
59.52
76.19
51.7855.95
60.71
73.81
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Siklus I
1
2
3
4
5
6
7
61
Meskipun model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif
yang mengharuskan siswa belajar mandiri namun guru masih membimbing setiap
langkah dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa seoptimal mungkin agar
tujuan pembelajaran tercapai. Penerapan model pembelajaran dengan metode Numbered
Heads Together (NHT) ini memungkinkan terdapat banyak kesempatan bagi guru untuk
berkomunikasi langsung dengan baik bersama siswa.
e. Refleksi
Pemahaman siswa terhadap materi setelah tindakan dapat dilakukan dengan tes
kognitif yang menunjukkan hasil capaian ketuntasan sebesar 66,67% dan ini belum
mencapai target minimal 70%. Berdasarkan evaluasi dan analisa diketahui bahwa
besarnya persentase proses belajar afektif siswa dari hasil observasi sebesar 66,24%,
yang berarti belum berhasil melampaui target 70%. Hasil observasi proses belajar
psikomotorik siswa menunjukkan persentase sebesar 60,28% dan ini belum mencapai
target yang diinginkan, yaitu sebesar 70%. Ini juga menunjukkan bahwa proses belajar
psikomotorik siswa masih jauh dari yang diharapkan dan perlu pembenahan. Hasil
observasi performance guru pada pertemuan ke- 1 dan ke- 2 menunjukkan rata-rata skor
2,25 artinya belum mencapai target 3,0.
Proses pembelajaran secara keseluruhan terlihat belum mencapai target minimal
yang ditentukan, sehingga masih perlu memaksimalkan perbaikan dan tindakan pada
siklus II agar dapat mencapai ketuntasan yang optimal.
Hasil analisa pelaksanaan tindakan menunjukkan pula adanya kekurangan pada
siklus I. Kekurangan tersebut berdasarkan hasil pembahasan ulang dengan guru yaitu:
Siswa kurang proaktif dalam kegiatan diskusi. Ketika guru memanggil nomor dari
beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, siswa yang
nomornya dipanggil masih melempar tanggung jawab kepada anggota kelompoknya.
Kemudian juga belum ada inisiatif dan rasa tanggung jawab dari siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi yang mereka kerjakan bersama kelompoknya.
62
2. Siklus II
Pembelajaran pada siklus II masih menggunakan materi yang berbeda yaitu
merencanakan / menghitung konstruksi plat, hanya saja ada sedikit perbaikan pada
proses pembelajaran. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan penelitian pada siklus II diawali dengan membuat rencana tindakan
yang disusun berdasarkan hasil analisa dan refleksi pada siklus I. Pada siklus II ini
dirancang dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 x
45 menit. Perencanaan tindakan diawali dengan penyusunan instrumen pembelajaran
untuk siklus II yaitu: Silabus mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi
Beton (MMKB), RPP dan lembar tugas 3 dan 4 untuk diskusi kelompok. Selain itu
dipersiapkan pula lembar observasi afektif siswa, lembar observasi psikomotor siswa,
lembar observasi performance guru serta pedoman wawancara.
Berdasarkan hasil refleksi pasca siklus I, maka revisi tindakan yang dapat
dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1). Menumbuhkan motivasi dalam diri siswa sebagai motor penggerak agar siswa aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran yang
digunakan. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru ialah mengarahkan
perhatian keseluruh siswa secara merata dan memberitahukan nilai perkembangan
hasil belajar siswa yang dicapai pasca siklus I.
2). Guru memberikan penjelasan dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti setiap
siswa dalam memberikan tugas agar pembelajaran dapat berjalan lancar.
3). Guru memberikan pendekatan dan mengarahkan perhatiannya ke seluruh kelompok
secara merata, sehingga fungsi guru sebagai motivator dan fasilitator dalam diskusi
dapat terlaksana dengan baik. Guru memberikan penguatan baik secar lisan melalui
kata-kata pujian, maupun dengan tindakan seperti acungan ibu jari pada semua siswa
agar siswa aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab.
4). Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan konsep yang telah
dipelajari, sehingga guru dapat mengetahui siswa yang sudah memahami dan
menguasi konsep materi. Pertanyaan ditujukan lebih dipusatkan kepada 7 siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
63
b. Tahap Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan
tindakan I yang masih menerapkan metode Numbered Heads Together (NHT). Sebagai
mana telah diuraikan dalam RPP, kegiatan pembelajaran pada siklus II dirancang dalam
2 kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah 3 x 45 menit.
Guru menjelaskan tema yang dikaji sesuai dengan kompetensi dasar yaitu
merencanakan / menghitung konstruksi plat. Guru menjelaskan materi pelajaran secara
singkat mengenai jenis-jenis perletakan plat dan perencanaan plat. Kegiatan selanjutnya
lebih dipusatkan pada aktivitas diskusi siswa dalam kelompok – kelompok yang sudah
ditentukan. Setiap kelompok terdiri dari siswa-siswa dengan kemampuan akademik yang
heterogen. Setiap kelompok harus mendiskusikan jawaban dari pertanyaan pada lembar
tugas siswa, kemudian dilakukan presentasi oleh tiap kelompok sesuai nomor yang
dipanggil oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan
pertanyaan, pendapat ataupun tanggapan atas hal-hal yang belum dipahami.
Tindakan perbaikan ini diawali dengan dialog antar guru dengan siswa yang
mengarah pada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Mengingat
pada siklus I belum didapatkan hasil yang maksimal, dimana setelah tes pasca siklus I
dilakukan masih ada sekitar 33,33% yang belum mencapai batas tuntas. Selain itu pada
siklus sebelumnya siswa kurang dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Guru
mengulas mengenai kekurangan-kekurangan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran
pada siklus I, diharapkan semua itu tidak terjadi lagi dan dapat diatasi pada siklus II ini.
Skenario pembelajaran dipertemuan ke- 3 pada tanggal 26 Mei 2010, yaitu:
Guru menjelaskan tentang indikator yang ingin dicapai adalah “memahami perletakan
plat”. Guru juga menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu: Jenis-jenis perletakan,
perilaku plat, jenis perletakan plat pada balok, dan perencanaan plat satu arah. Kegiatan
selanjutnya guru menjelaskan materi pertemuan ketiga secara garis besar. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang
dimengerti mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kemudian guru
membuat contoh soal dan memanggil beberapa siswa untuk maju dan menyelesaikan
contoh soal yang diberikan oleh guru. Setelah materi selesai dijelaskan, guru membagi
siswa menjadi 5 kelompok dengan jumlah dari tiap kelompok 4 – 5 siswa. Kemudian
64
guru memberikan lembar tugas 3 (seperti terlampir pada Lampiran 11) dan siswa
berdiskusi untuk mengerjakan tugas tersebut bersama kelompoknya. Setelah waktu
untuk mengerjakan tugas kelompok selesai, guru memanggil beberapa nomor siswa
secara acak dan nomor yang dipanggil maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompok mereka didepan kelas. Kemudian guru memanggil nomor lain secara acak dari
kelompok yang berbeda untuk memberikan tanggapan atau jawaban lain jika ada
perbedaan pada hasil perhitungan. Setelah diskusi selesai, guru menginstruksikan siswa
untuk mengumpulkan hasil diskusi mereka. Pembelajaran pada pertemuam ke- 3 diakhiri
dengan refleksi yang bertujuan untuk memberikan penguatan kepada siswa didalam
memahami materi. Setelah itu secara bersama-sama, guru dan siswa menarik
kesimpulan.
Pertemuan ke- 4 pada tanggal 27 Mei 2010, diawali dengan mengulas sedikit
materi yang lalu. Guru dengan terbuka memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya bilamana ada hal-hal yang masih belum dimengerti. Setelah sudah tidak ada
lagi yang bertanya, guru menjelaskan mengenai indikator yang ingin dicapai, yaitu
”perencanaan / perhitungan plat lantai”. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan materi
pada pertemuan keempat mengenai perhitungan plat dua arah secara garis besar. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
mengenai perhitungan plat dua arah. Setelah tidak ada siswa yang bertanya, guru
membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota dari tiap kelompok sebanyak 4 – 5
siswa. Kemudian guru memberikan lembar tugas 4 (seperti terlampir pada Lampiran 13)
dan siswa berdiskusi untuk mengerjakan tugas tersebut bersama kelompoknya. Setelah
waktu untuk mengerjakan tugas kelompok selesai, guru memanggil beberapa nomor
siswa secara acak dan nomor yang dipanggil, maju untuk mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompok mereka didepan kelas. Kemudian guru memanggil nomor lain
secara acak dari kelompok yang berbeda untuk memberikan tanggapan atau jawaban lain
jika ada perbedaan pada hasil perhitungan. Selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) berlangsung, dilakukan
penelitian kegiatan siswa melalui lembar observasi afektif siswa, lembar observasi
psikomotor siswa dan lembar observasi performance untuk meneliti kegiatan guru. Guru
menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi mereka. Setelah diskusi
65
kelompok berakhir, siswa kembali ketempat duduk masing-masing. Selanjutnya untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman siswa mengenai jenis-jenis perletakan,
perletakan plat pada balok, perencanaan/ perhitungan plat satu arah dan plat dua arah,
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT), dilakukan tes kognitif
pasca siklus II. Tes ini diberikan dengan model soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal
(seperti terlampir pada Lampiran 16). Alokasi waktu untuk melaksanakan kegiatan ini
adalah 60 menit. Setelah waktu tes sudah berakhir, guru menginstruksikan siswa untuk
mengumpulkan lembar jawaban. Pembelajaran pada pertemuan ke- 4 diakhiri dengan
refleksi yang bertujuan untuk memberikan penguatan kepada siswa didalam memahami
materi. Setelah itu secara bersama-sama, guru dan siswa menarik kesimpulan
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengamatan terhadap proses dan hasil
belajar siswa pada siklus II dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah
disusun. Hasil perolehan data dicatat dan dirangkum sebagai bahan pertimbangan pada
tahap analisa data. Tahap observasi dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan tes
kemampuan kognitif siswa, lembar observasi psikomotor siswa, lembar observasi afektif
siswa dan lembar observasi performance guru.
1). Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif atau evaluasi akhir pembelajaran diujikan kepada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi jenis-jenis perletakan, perilaku plat, jenis
perletakan plat pada balok, perencanaan / perhitungan plat satu arah, dan plat dua arah.
Tes diberikan dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 butir. Setiap
pertanyaan disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Secara klasikal
seperti terlampir pada Lampiran 50, hasil yang didapatkan bisa disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 14. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa Siklus II
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 2
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 19
3 Rerata kompetensi kognitif 79,82
66
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
4 Ketuntasan klasikal 90,48%
5 Tidak tuntas 9,52%
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru disesuaikan dengan materi
yang sedang dipelajari. Bentuk pertanyaan dalam tes berupa soal pilihan ganda sebanyak
20 butir, sedikit berbeda dengan bentuk dan jumlah soal pada siklus I.
2). Hasil Observasi Afektif Siswa Siklus II
Proses pembelajaran afektif yang terjadi pada siswa juga dilakukan dengan
observasi yang ditulis pada lembar observasi. Data observasi afektif siswa pada
pelaksanaan tindakan pada siklus II seperti terlampir pada Lampiran 32, dapat disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif Siswa Siklus II
No. Aspek Presentase Jumlah Skor (%) Siklus II
1 Mengakui kepentingan 72,22
2 Menunjukkan kemampuan 85,57
3 Mematuhi peraturan 81,75
4 Ikut serta secara aktif 88,89
5 Menerima suatu nilai 78,31
6 Menghargai pendapat 74,6
7 Membentuk sistem nilai 71,43
8 Bertanggung jawab 96,83
9 Menunjukkan kepercayaan diri 74,6
10 Menunjukkan disiplin pribadi 74,6
Jumlah 798,8
Rata-rata 79,88
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Siswa sudah berpartisipasi aktif terhadap kegiatan pembelajaran. Partisipasi siswa dalam
pembelajaran terlihat cukup maksimal. Penerapan pendekatan pembelajaran tersebut
cukup memberikan kebebasan kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan
67
mengoptimalkan potensi diri baik secara pribadi maupun kelompok melalui kegiatan
diskusi dan presentasi hasil diskusi yang telah mereka pelajari.
3). Hasil Observasi Psikomotor Siswa Siklus II
Data jumlah persentase skor untuk setiap aspek yang diperoleh dari hasil
observasi siklus II seperti terlampir di Lampiran 47, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 16. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa Siklus II
No. Aspek Presentase Jumlah Skor (%)
1 Persepsi 91,67
2 Kesiapan 71,83
3 Gerakan terbimbing 85,71
4 Gerakan terbiasa 67,85
5 Gerakan kompleks 78,57
6 Penyesuaian pola gerak 83,33
7 Kreatifitas 90,48
Jumlah 569,44
Rata-rata 81,35
Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajar psikomotor siswa dirasa
sudah mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan. Setiap kelompok melalui
perwakilannya sudah bersedia menyampaikan argumennya dalam diskusi dengan
kesadaran masing-masing.
4). Hasil Observasi Performance Guru Siklus II
Observasi terhadap performance guru hasilnya dituliskan pada lembar
observasi. Skor tiap aspek pada pertemuan ke- 3 dan ke- 4 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
68
Tabel 17. Skor setiap Aspek dalam Performance Guru tiap Pertemuan pada Siklus II
No Aspek Skor
Pertemuan ke- 3
Skor Pertemuan
ke- 4 1 Penentuan media (alat bantu) mengajar 3 3
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
4 4
3 Menggunakan waktu pembelajaransecara efisien 3 4
4 Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 3 4
5 Menggunakan ekspresi lisan/ tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa 4 4
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode 3 4
7 Mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran 2 3
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran 4 4
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 3 4
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri 4 4
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain
3
3
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 3 4
Jumlah 39 45
Rata-rata tiap pertemuan 3,25 3,75
Rata-rata kedua pertemuan 3,5
Hasil observasi performance guru pada pasca siklus II mengalami kenaikan jika
dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut ditunjukkan dari semua indikator yang
mengalami peningkatan. Kekurangan-kekurangan pada performance siklus I telah dapat
69
diperbaiki pada siklus II. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan apersepsi dan
pertanyaan untuk mengarahkan siswa menuju konsep perencanaan / perhitungan plat
lantai. Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memberikan bimbingan serta
pengarahan. Serangkaian kegiatan guru pada siklus II telah memperlihatkan upaya untuk
mengaktifkan siswa melalui pemberian stimulasi dan membangkitkan semangat siswa
dalam pembelajaran dengan model kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT) yang baik.
d. Analisa
Berdasarkan pelaksanaan pada tahap observasi sebelumnya, menunjukkan
bahwa proses pembelajaran berjalan lebih baik dari siklus-siklus sebelumnya. Hasil
analisa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode
Numbered Heads Together (NHT) dapat diketahui dari:
1). Hasil Tes Kognitif Siswa
Penilaian ranah kognitif dilakukan dengan menggunakan tes kognitif yang
berupa soal-soal obyektif. Tujuan penilaian ranah kognitif adalah untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh
guru. Hasil evaluasi kognitif siklus II dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh siswa
pada siklus II cukup baik. Terlihat peningkatan dari tes kemampuan pasca siklus I.
Pada tes kognitif siklus II diberikan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah 20
butir soal. Hasil tes kognitif siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketuntasan klasikal
pada siklus II ini adalah 90,48%. Ini berarti terdapat 19 siswa, dari 21 siswa yang
mencapai batas minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Sedangkan rerata
kompetensi kognitif mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton
(MMKB) mengalami peningkatan dari awal pembelajaran yaitu dari 61,24 dan 67,90
menjadi 79,82.
Proses belajar kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajar siswa
dalam bentuk nilai. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa seperti yang terlampir pada
Lampiran 50, dapat divisualisasikan pada diagram berikut ini:
Gam
per
rata
sist
baik
sew
sew
ber
con
96,
sisw
gur
kelo
dib
sikl
sisw
mbar 11. Dia
2). Ha
Berdas
rsentase untu
a sebesar 79
tem nilai”. M
k didalam k
waktu guru m
waktu guru m
rbicara sendi
ntoh soal yan
Persen
83%. Penye
wa. Siswa s
ru. Nilai yan
ompok suda
ahas dalam
lus II sudah
wa mengala
Tida9
agram Perse
sil Observas
sarkan pada
uk setiap ind
,88%. Indika
Meskipun sik
kelas maupu
menerangkan
menerangkan
iri, diinstruk
ng dibuat ole
ntase tertingg
bab tingginy
sudah bertan
ng cukup tin
ah bertangg
forum disk
h mengalami
ami peningk
ak Tuntas9.52 %
Dia
entase Nilai K
si Afektif Sis
hasil obser
dikator berk
ator terendah
kap siswa ter
n diluar kel
n pelajaran.
n, tetapi mas
ksikan oleh g
eh guru.
gi adalah pa
ya persentase
nggung jawa
nggi juga di
gung jawab
kusi kelas. S
i peningkata
atan sejalan
agram Nilai(Ketunta
Kognitif Sisw
swa
rvasi afektif
kisar antara
h sebesar 71
rhadap guru
as, tetapi m
Meskipun a
sih bisa diata
guru untuk
ada aspek 8
e dari aspek
ab untuk me
iberikan untu
dalam men
Secara umum
an dari siklu
n dengan ke
i Kognitif Siasan Belajar
wa Siklus II
f siswa pada
71,43% - 96
1,43% pada a
u baik, dalam
masih ada sis
da siswa yan
asi oleh guru
maju kedep
8, yaitu “ber
tersebut ada
engerjakan t
uk tanggung
ngerjakan tu
m semua asp
us I. Ini ber
ebiasaan pem
Tu90
iswa Siklus r Siswa)
I (Ketuntasan
a siklus II, r
6,83%. Den
aspek 7 yaitu
m artian men
wa yang be
ng masih be
u dengan car
an kelas dan
rtanggung ja
alah kebiasa
tugas yang
g jawab kelo
ugas yang
pek pada ob
rarti proses
mberian perl
untas0.48 %
II
T
T
n Klasikal)
rentangan ni
ngan nilai ra
u “membent
nghormati gu
rbicara send
erbicara send
ra: Siswa ya
n mengerjak
awab” sebes
an pola belaj
diberikan ol
ompok. Seti
diberikan d
bservasi afek
belajar afek
lakuan deng
Tuntas
Tidak Tuntas
70
ilai
ata-
tuk
uru
diri
diri
ang
kan
sar
ajar
leh
iap
dan
ktif
ktif
gan
71
model yang diterapkan. Sehingga kebiasaan belajar siswa lambat laun dapat berubah
dengan perlakuan yang diberikan oleh guru.
Persentase skor setiap aspek pada hasil observasi afektif siklus II, dapat dilihat
pada diagram berikut ini:
Gambar 12. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Afektif Siswa Siklus II
Aspek – aspek dalam observasi afektif juga dapat dilihat dari hasil wawancara
dengan siswa yang terlampir pada Lampiran 57. Hasil wawancara dengan siswa
menujukkan bahwa siswa memperhatikan pelajaran dan mengerjakan setiap tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa juga aktif dalam diskusi kelompok dan mau berusaha
menjawab pertanyaan guru dengan benar. Siswa menunjukkan kemauan dalam
memahami pelajaran, ini bisa dilihat dari keinginan siswa dalam kutipan jawaban atas
pertanyaan pada catatan wawancara ke- 1, yaitu “jadi menambah pengetahuan dan lebih
mengerti pelajaran”.
3). Hasil Observasi Psikomotor Siswa
Berdasarkan pada hasil observasi psikomotorik siswa, rentangan nilai
persentase pada siklus I ini, berkisar antara 67,85% - 91,67%. Dengan nilai rata-rata
sebesar 81,35%. Persentase tertinggi pada proses belajar psikomotor siswa dalam
72.2285.57 81.75
88.8978.31 74.6 71.43
96.83
74.6 74.6
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pasa Observasi Afektif Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspwk Observasi Afektif Siswa Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
72
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together
(NHT) dalam siklus II adalah pada aspek “persepsi” sebesar 91,67%. Ini menunjukan
kesiapan mengikuti pelajaran dengan menyiapkan materi yang akan dipresentasikan
cukup tinggi. Tanpa ada paksaan dari guru, setiap siswa perwakilan dari masing-masing
kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok masing-masing.
Sedangkan persentase terendah adalah pada aspek “gerakan terbiasa” dengan indikator
sebesar 67,85%. Namun secara umum siswa mampu merespon dan menjawab
pertanyaan ataupun tanggapan yang diajukan kepadanya. Siswa sudah merasa tidak
canggung dan malu-malu lagi untuk menyampaikan gagasan maupun pendapatnya
berkaitan dengan hasil tugas yang telah dikerjakannya. Kerjasama kelompok yang
terjalin baik, membuktikan siswa mampu membangun kekompakan dalam kelompok
diskusi. Kekompakan ini timbul dari mampunya siswa beradaptasi pada situasi kelas saat
pelajaran berlangsung dan diakhir pelajaran, siswa mampu menyusun kesimpulan dari
hasil diskusi.
Persentase skor setiap aspek pada observasi psikomotor siswa siklus II, dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 13. Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Siklus II
91.67
71.8385.71
67.8578.57 83.33 90.48
0102030405060708090
100
1 2 3 4 5 6 7
Pers
enta
se S
kor
(%)
Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa
Diagram Persentase Skor setiap Aspek Observasi Psikomotor Siswa Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
73
Aspek-aspek dalam observasi psikomotor juga dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan siswa yang terlampir pada Lampiran 58. Hasil wawancara pada
catatan wawancara ke- 1 dengan siswa menujukkan penyesuaian pola gerak dari siswa
dengan mengkomunikasikan hasil diskusi terlihat cukup memuaskan. Keaktifan anggota
kelompok juga menunjukkan gerakan terbimbing dari siswa yang sudah teratur ketika
diadakan diskusi.
4). Hasil Observasi Performance Guru Siklus II
Performance guru pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan
metode Numbered Heads Together (NHT) terlihat cukup baik. Pada tabel 17,
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan performance guru. Tingginya nilai
performance guru ditunjukkan dengan semakin tingginya poin rata-rata pada siklus II
yaitu 3,5, dibandingkan dengan rata-rata pada siklus II yang hanya sebesar 2,25. pesan
yang ingin disampaikan oleh guru dapat diterima baik oleh siswa dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT). Guru
lebih banyak bersifat sebagai motivator dan fasilitator. Guru membimbing dan
mengarahkan siswa seoptimal mungkin sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Skor aspek dalam performance guru pada setiap pertemuan menunjukkan angka
yang bervariasi dari pertemuan ke- 3 sampai pertemuan ke- 4. Peningkatan terlihat pada
aspek ke- 3, 4, 6, 7, 9, dan 12. Guru melaksanakan kegiatan dalam langkah-langkah
pembelajaran sesuai waktu yang direncanakan dan tidak ada waktu yang terbuang sia-
sia. Selain itu, guru juga menampung respon dan pertanyaan siswa untuk dibahas
bersama. Sikap adil terhadap semua siswa juga ditunjukkan oleh guru. Guru dinilai baik
karena guru memperbaiki kekurangan berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pasca
siklus I. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru memberikan bimbingan yang sangat
efektif untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa, karena situasi belajar yang
kondusif merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa setelah diadakan
pembelajaran dengan metode NHT, guru lebih terarah dalam mengajar. Guru juga selalu
merangsang siswa untuk bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti. Hasilnya guru
74
telah berhasil merangsang siswa sehingga dalam proses pembelajaran, siswa sudah
terespon sendiri untuk bertanya. e. Refleksi
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi setelah
tindakan, dilakukan tes kognitif yang menunjukkan hasil capaian ketuntasan sebesar
90,48% dan ini berarti telah mencapai target minimal 70%. Berdasarkan evaluasi dan
analisa diketahui bahwa besarnya persentase proses belajar afektif siswa dari hasil
observasi sebesar 79,88%, yang berarti berhasil melampaui target 70%. Hasil observasi
proses belajar psikomotorik siswa menunjukkan persentase sebesar 81,35%. Ini
menunjukkan bahwa proses belajar psikomotorik siswa telah berhasil melampaui target
yang diinginkan yaitu 70%. Hasil observasi performance guru pada pertemuan ke- 3 dan
ke- 4 menunjukkan rata-rata skor 3,5 artinya telah berhasil melampaui target minimal
yaitu 3,0. Proses pembelajaran secara keseluruhan terlihat telah mencapai target minimal
yang ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan.
Tindak lanjut berupa peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) setelah
penelitian. Sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi dalam upaya
meningkatkan proses belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
D. Pembahasan Antar Siklus
Pembahasan hasil penelitian meliputi hasil belajar siswa baik ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor pada pra siklus, siklus I dan II, serta performance guru pada
siklus I dan II. Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) pada siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada
siklus I. Perbandingan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II diatas
disajikan dalam data antar siklus berikut ini:
1. Hasil Tes Kognitif Siswa
Pemahaman siswa terhadap materi menghitung dan merencanakan konstruksi
balok dan plat lantai yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes
kognitif, sebagaimana tersaji pada tabel berikut ini :
75
Tabel 18. Nilai Kompetensi Kognitif Siswa (Capaian Ketuntasan)
Berdasarkan pada tabel 18, terlihat capaian ketuntasan belajar siswa semakin
mengalami peningkatan. Pada pra siklus, capaian ketuntasan hanya mencapai kurang
dari setengah jumlah siswa yang ada (47,62%), selanjutnya dengan memberikan
perlakuan terhadap siswa dengan model pembelajaran kooperatif dengan metode
Numbered Heads Together (NHT) menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar
19,05% yaitu menjadi 66,67%. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase
dibangdingkan siklus I yaitu menjadi 90,48%.
Data hasil tes kognitif untuk capaian ketuntasan klasikal dapat divisualisasikan
pada diagram sebagai berikut ini :
Gambar 14. Diagram Batang Capaian Ketuntasan Proses Belajar Kognitif Siswa setiap Siklus
47.62
66.67
90.48
52.38
33.33
9.52
0102030405060708090
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Pres
enta
se N
ilai K
ogni
tif S
isw
a (%
)
Capaian Jenis Siklus
Diagram Capaian Ketuntasan Proses Belajar Kognitif
Tuntas
Tidak Tuntas
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
Pra Siklus
Jumlah/nilai
Siklus I
Jumlah/nilai
Siklus II
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 11 7 2
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau
sama dengan 70 10 14 19
3 Rerata kompetensi kognitif 61,24 67,90 79,82
4 Ketuntasan klasikal 47,62% 66,67% 90,48%
5 Tidak tuntas 52,38% 33,33% 9,52%
76
2. Hasil Observasi Afektif Siswa
Observasi secara khusus dilakukan terhadap proses belajar afektif siswa yang
hasilnya dituliskan pada lembar observasi. Data hasil observasi afektif untuk seluruhnya
dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 19. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Afektif Siswa
No. Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Mengakui kepentingan 53,97 57,94 72,22
2 Menunjukkan kemampuan 57,94 67,46 85,57
3 Mematuhi peraturan 44,44 61,9 81,75
4 Ikut serta secara aktif 53,44 64,55 88,89
5 Menerima suatu nilai 58,2 66,14 78,31
6 Menghargai pendapat 49,21 69,84 74,6
7 Membentuk sistem nilai 71,43 70,63 71,43
8 Bertanggung jawab 66,67 68,25 96,83
9 Menunjukkan kepercayaan diri 57,14 69,84 74,6
10 Menunjukkan disiplin pribadi 61,11 65,87 74,6
Jumlah 573,6 662,42 798,8
Rata-rata 57,36 66,242 79,88
Hasil observasi yang menunjukkan kenaikan proses belajar afektif siswa pada
pra siklus ke siklus I dan menuju siklus II. Aktifitas siswa seperti menjawab pertanyaan
guru meningkat dan keterlibatan siswa dalam diskusi juga menunjukkan kemajuan.
Dengan pengkondisian yang dilakukan oleh guru, siswa mampu memanfaatkan waktu
belajar dengan baik. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui
aktifitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab,
berkomentar dan diskusi.
Persentase rata-rata perbandingan hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan
tindakan pada siklus I dan II, dapat divisualisasikan pada diagram berikut ini:
77
57.3666.242
79.88
0102030405060708090
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Pers
enta
se N
ilai A
fekt
if Si
swa
(%)
Jenis Siklus pada Observasi Afektif Siswa
Diagram Persentase Rata-rata tiap Siklus pada Observasi Afektif Siswa
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 15. Diagram Batang Persentase Rata-rata tiap Siklus pada Observasi Afektif Siswa
3. Hasil Observasi Psikomotor Siswa
Data hasil observasi proses belajar psikomotor siswa setiap aspek / indikator
untuk pra siklus, siklus I dan siklus II, seluruhnya dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 20. Persentase Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Psikomotor Siswa
No. Aspek Pra Siklus (%) Siklus I (%) Siklus II (%)
1 Persepsi 36,9 44 91,67
2 Kesiapan 42,06 59.52 71,83
3 Gerakan terbimbing 75 76,19 85,71
4 Gerakan terbiasa 40,47 51,78 67,85
5 Gerakan kompleks 42,85 55,95 78,57
6 Penyesuaian pola gerak 57,14 60,71 83,33
7 Kreatifitas 45,24 73,81 90,48
Jumlah 339,66 421,96 569,44
Rata-rata 48,52 60,28 81,35
78
48.5260.28
81.35
0102030405060708090
Pra Siklus Siklus I Siklus IIPers
enta
se N
ilai P
siko
mot
or S
isw
a (%
)
Jenis Siklus pada Observasi Psikomotor Siswa
Diagram Persentase Rata-rata pada Observasi Psikomotor Siswa
Pra SiklusSiklus ISiklus II
Berdasarkan pada tabel 20, dapat diketahui persentase rata-rata proses belajar
psikomotor siswa mengalami kenaikan seiring dengan perlakuan yang diberikan ditiap
siklus. Semua aspek dari tiap siklus mengalami kenaikan. Hal ini berarti proses belajar
psikomotorik siswa dalam diskusi maupun ketepatan waktu yang dipergunakan dalam
pembelajaran mengalami perbaikan. Pembelajaran pada akhir pertemuan di siklus II
lebih hidup dan bisa membangkitkan keaktifan siswa.
Persentase rata-rata perbandingan hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan
tindakan pada siklus I dan Siklus II, dapat divisualisasikan pada diagram berikut ini:
Gambar 16. Diagram Batang Persentase Rata-rata setiap Siklus pada Observasi
Psikomotor Siswa
4. Hasil Observasi Performance Guru
Data jumlah skor untuk setiap pertemuan diperoleh dari hasil observasi
performance guru untuk setiap pertemuan, dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 21. Jumlah Skor setiap Aspek pada Performance Guru tiap Pertemuan
No Aspek ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke- 4
1 Penentuan media (alat bantu) mengajar 1 2 3 3
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
3 3 4 4
79
No Aspek ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke- 4
3 Menggunakan waktu pembelajaransecara efisien 2 3 3 4
4 Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 2 3 3 4
5 Menggunakan ekspresi lisan/ tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa 2 2 4 4
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode 2 2 3 4
7 Mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran 2 2 2 3
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran 1 3 4 4
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 2 2 3 4
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri 2 3 4 4
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain 2 2
3
3
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 3 3 3 4
Jumlah 24 30 39 45
Rata-rata tiap pertemuan 2 2,5 3,25 3,75
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa performance guru semakin
terlihat meningkat seiring dengan pergantian siklus. Beberapa indikator mengalami
peningkatan sempurna. Ini menunjukkan guru senantiasa berusaha mendekatkan diri
terhadap anak didiknya dan dengan perlakuan seperti ini diharapkan mampu membentuk
psikologis anak menjadi lebih baik. Diharapkan siswa bisa lebih terbuka terhadap guru
dan berani mengungkapkan pendapat serta keluhan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dari proses ini siswa akan menjadi lebih mudah untuk belajar.
Rata-rata skor penilaian untuk performance guru dapat divisualisasikan pada
diagram berikut ini:
80
Data jumlah skor setiap aspek pada observasi performance guru setiap siklus,
dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 22. Jumlah Skor setiap Aspek pada Observasi Performance Guru tiap Siklus
No Aspek Siklus I Siklus II
1 Penentuan media (alat bantu) mengajar 1,5 3
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
3 4
3 Menggunakan waktu pembelajaransecara efisien 2,5 3,5
4 Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 2,5 3,5
5 Menggunakan ekspresi lisan/ tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa 2 4
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode 2 3,5
7 mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran 2 2,5
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran 2 4
Gambar 17. Diagram Batang Skor Rata-rata tiap Pertemuan pada Observasi Performance Guru
22.5
3.253.75
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Pertemuan ke- 1 Pertemuan ke- 2 Pertemuan ke- 3 Pertemuan ke- 4
Rat
a-ra
ta S
kor
Peni
laia
n Pe
rfor
man
ceG
uru
Pertemuan
Diagram Skor Rata-rata setiap Pertemuan pada Observasi Performance Guru
Pertemuan ke- 1Pertemuan ke- 2Pertemuan ke- 3Pertemuan ke- 4
81
2.25
3.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Siklus I Siklus II
Rat
a-ra
ta S
kor
Peni
laia
n Pe
rfor
man
ceG
uru
Siklus Ke-
Diagram Skor Rata-rata setiap Siklus pada Observasi Performance Guru
Siklus ISiklus II
No Aspek Siklus I Siklus II
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 2 3,5
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri 2,5 4
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain 2 3
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 3 3,5
Jumlah 27 42
Rata-rata tiap siklus 2,25 3,5
Berdasarkan tabel diatas, telah terjadi kenaikan persentase jumlah skor
sebesar 1,25 sepanjang siklus I dan II. Guru sebagai fasilitator semakin terlatih dalam hal
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Kemampuan berkomunikasi
guru secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap materi pelajaran.
Data pada tabel 22, dapat divisualisasikan dengan diagram persentase jumlah
rata-rata skor untuk setiap siklus seperti tampak pada diagram berikut ini:
Gambar 18. Diagram Batang Skor Rata-rata setiap Siklus pada Observasi Performance
Guru
82
Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh keaktifan siswa tetapi
tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan
didalam mengajar. Lembar performance guru digunakan untuk melihat profesionalitas
guru dalam pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh guru dapat digunakan untuk
perbaikan tersebut. Respon positif yang tercipta karena pembelajaran dengan metode
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu variasi belajar yang dapat
memberikan suasana baru dan menyenangkan.
Variasi kelompok yang berbeda dapat mengurangi rasa jenuh / bosan dalam
belajar. Pengelompokan siswa secara heterogen dan memberi kesempatan pada siswa
untuk saling belajar dan membelajarkan satu sama lain. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) ini memberikan dampak yang
berarti bagi siswa dimana setiap siswa dapat mengembangkan potensi diri, antara lain:
1. Tanggung jawab dalam diskusi kelompok
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
mengutarakan pendapat, saling bertanya dan menyelesaikan permasalahan yang timbul
selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa dapat mengembangkan
potensi diri antar sesama anggota kelompok. Didalam kerja kelompok akan timbul
tanggung jawab dari setiap anggotanya sehingga jika dihadapkan pada permasalahan
dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Kerjasama
Kerjasama yang ada disetiap kelompok terjalin dengan baik. Dengan ini
setiap siswa dalam anggota kelompok dapat bekerjasama dalam memecahkan masalah
dan menggali informasi.
3. Kesiapan Belajar
Kelebihan dari metode Numbered Heads Together (NHT) ialah kesiapan dari
siswa terlihat. Kesiapan ini terlihat sejalan dengan penerapan metode Numbered Heads
Together (NHT). Sehingga setiap siswa menjadi siap untuk menerima pelajaran baik
yang dijelaskan oleh guru ataupun dari hasil diskusi kelompok dapat diterima baik dan
menambah pemahaman siswa.
83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together
(NHT) pada mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
dengan kompetensi dasar menghitung dan merencanakan konstruksi balok dan plat lantai
dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan
(TGB) SMK Negeri 5 Surakarta, baik dalam hasil belajar ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Besarnya hasil belajar siswa terlihat pada perubahan setiap siklus dan rata-
rata indikator kelas sudah mencapai / melebihi rata-rata indikator kelas yang dijadikan
tolak ukur keberhasilan, yaitu 70%. Kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai
keterampilan di dalam mengajar sudah mengalami perbaikan. Ini terlihat dari
profesionalitas guru dalam pembelajaran. Respon positif ini tercipta karena pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together merupakan salah satu variasi belajar yang
dapat memberikan suasana yang efektif dan kondusif. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) memberikan dampak yang
berarti di dalam pembentukan rasa tangung jawab, kerjasama dan kesiapan belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together
(NHT) dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa kelas XI TGB. Ini terlihat dari
proses pembelajaran yang berkualitas sehingga hasil belajar siswa ikut meningkat.
2. Implikasi
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, dapat dikemukakan implikasi
praktis dan teoritis sebagai berikut:
1. Implikasi Praktis
a. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT) pada mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi
Beton (MMKB) dengan kompetensi dasar menghitung dan merencanakan konstruksi
balok dan plat lantai, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik
83
84
Gambar Bangunan (TGB) SMK Negeri 5 Surakarta, dapat memberikan motivasi
kepada guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi agar
tercipta proses pembelajaran yang efektif dan kondusif sehingga dari proses tersebut
didapat peningkatan demi peningkatan dalam kualitas dan hasil belajar siswa baik
dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode NHT pada mata pelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB) SMK
Negeri 5 Surakarta, dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya di Program Keahlian Bangunan agar dapat
menerapkan model-model pembelajaran kooperatif dengan metode yang bervariasi
dan disesuaikan dengan mata pelajarannya.
2. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan pengetahuan tentang
berbagai macam alternatif pembelajaran dan dapat digunakan sebagai dasar teori bagi
penelitian yang sejenis dan relevan.
3. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif di atas
dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada siswa hendaknya bisa lebih mempersiapkan diri sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung sehingga ketika mengikuti pelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif dengan metode NHT dapat dilaksanakan dengan baik,
lancar, dan interaktif.
2. Kepada guru sebagai fasilitator dan motivator mampu menerapkan pembelajaran
yang kondusif dan mampu mengikutsertakan siswa lebih aktif dala setiap kegiatan
belajar sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran terus meningkat.
3. Kepada peneliti selanjutnya apabila dalam penelitian ini masih banyak kekurangan
diharapkan peneliti selanjutnya mampu memperbaiki dengan menggunakan metode
yang berbeda. Namun apabila dalam penelitian ini sudah benar diharapkan peneliti
selanjutnya dapat menyempurnakannya.
85
DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2005. Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta:
Gramedia Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rienka Cipta Burhan Bangun. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Surakarta : Rajawali Press. Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Evin Tri Rahayu. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Diserati Metode
metode Numbered Heads Togerther (NHT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. (Skripsi, UNS)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta:
UNS Press Hamzah B. Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran Analisis Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara HB. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Robertus Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : PT.
Grasindo Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya Slavin, R. E. 1955. Cooperative Learning, Theory, Reserch and Practice. Boston : Allyn
and Bacon Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Suradji. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan
(UNS Press) W.S. Winkel. 2010. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Cipta
86
Lampiran 1. Silabus
NAMA SEKOLAH : SMK NEGERI 5 SURAKARTA MATA DIKLAT : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN KONSTRUKSI BETON (MMKB) KELAS/ SEMESTER : XI TGB / GENAP STANDAR KOMPETENSI : MENGHITUNG DAN MERENCANAKN KONSTRUKSI BETON ALOKASI WAKTU : 6 x 45 MENIT
KOMPETESI INDIKATOR MATERI KEGIATAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR
2.1 Merencanakan dan menghitung konstruksi
B. Balok
• Memahami analisis
tulanagan rangkap
pada balok
• Memahami
perencanaan /
perhitungan balok
bertulangan rangkap
• Tulangan memanjang
balok
• Balok persegi bertulangan
rangkap
• Analisis balok
bertulangan rangkap
• Perencanaan/perhitungan
balok bertulangan
rangkap
• Pendimensian balok
bertulangan rangkap
• Bentuk konstruksi balok
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
balok persegi bertulangan rangkap.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
analisis balok bertulangan rangkap.
• Guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
perencanaan/perhitungan balok
bertulangan rangkap.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
bentuk konstruksi balok.
• Guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
• Tes tertulis
• Tanya Jawab
• Diskusi kelompok
• Pengamatan
2
10
(20)
-
• Buku konstruksi
beton I
• Istimawan
Dipohusodo, 1994.
Struktur Beton
Bertulang
87
KOMPETESI INDIKATOR MATERI KEGIATAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU SUMBER
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR
2.1 Merencanakan dan menghitung konstruksi
C. Plat lantai
• Memahami perletakan
plat
• Memahami
perencanaan /
perhitungan plat lantai
• Jenis-jenis perletakan
• Perilaku plat
• Jenis perletakan plat pada
balok
• Perencanaan plat satu arah
• Perhitungan plat dua arah
• Gambar penulangan plat
dua arah
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
jenis-jenis perletakan.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
perletakan plat pada balok.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
perencanaan plat satu arah.
• Guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
• Guru menjelaskan kepada siswa tentang
perhitungan plat dua arah.
• Guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
• Tes tertulis
• Tanya Jawab
• Diskusi kelompok
• Pengamatan
2
10
(20)
-
• Buku konstruksi
beton I
• Istimawan
Dipohusodo, 1994.
Struktur Beton
Bertulang
Lampiran 2. RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SMK NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/ 2010
MATA PELAJARAN : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON (MMKB)
KELAS / SEMESTER : XI TGB/ GENAP
PERTEMUAN KE : 1 (SIKLUS I)
ALOKASI WAKTU : 3x45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON
KOMPETENSI DASAR : MERENCANAKAN/ MENGHITUNG KONSTRUKSI:
A. KOLOM
B. BALOK
C. PLAT LANTAI
D. LEUFEL I. INDIKATOR
Memahami analisis tulangan rangkap pada balok
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat merencanakan balok persegi bertulangan rangkap.
2. Siswa dapat mendimensi tulangan balok persegi bertulangan rangkap.
3. Siswa dapat menghitung dan mendimensi balok persegi bertulangan rangkap.
III. MATERI PEMBELAJARAN
1. Balok persegi bertulangan rangkap.
2. Analisis balok bertulangan rangkap.
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan awal (15 menit)
1. Mengkondisikan kelas (berdoa sebelum pelajaran dan penguasaan kelas awal).
2. Mengabsensi siswa.
88
89
3. Menumbuhkan motivasi belajar.
4. Memberikan kaitan materi pembelajaran (merencanakan/ menghitung konstruksi
balok) dengan pelajaran terdahulu.
5. memberikan batasan ruang lingkup pelajaran yang akan dibahas dengan
menjabarkan materi pendahuluan mengenai materi tersebut.
b. Kegiatan inti (1 jam 45 menit)
1. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang balok persegi bertulangan rangkap
secara garis besar.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti mengenai balok persegi bertulangan rangkap.
4. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai balok persegi
bertulangan rangkap.
5. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
6. Guru menjelaskan tentang analisis balok bertulangan rangkap.
7. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas mengenai analisis balok bertulangan rangkap.
9. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai analisis balok
bertulangan rangkap.
10. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
11. Guru memanggil beberapa siswa untuk maju dan menyelesaikan contoh soal
yang diberikan oleh guru.
12. Siswa maju dan mencoba menyelesaikan contoh soal tersebut.
13. Guru menugasi siswa untuk diskusi kelompok menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan proses:
a). Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
b). Guru memberikan nomor pada setiap anggota kelompok.
c). Guru memberikan lembar tugas 1 untuk diselesaikan oleh tiap kelompok.
90
d). Setiap anggota dalam kelompok diharuskan berpikir bersama.
e). Guru menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok dan siswa dengan
nomor yang disebut harus maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya.
f). Guru memanggil nomor dari beberapa kelompok untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan.
c. Kegiatan akhir (15 menit)
1. Memberikan kesempatan kepada anggota dari tiap kelompok untuk melengkapi
hasil pekerjaannya.
2. Siswa mengumpulkan hasil tugasnya.
3. Memberikan kisi-kisi mengenai pelajaran yang akan datang.
4. Guru memberikan penekanan ingatan kepada siswa, kemudian siswa dan guru
menarik kesimpulan bersama-sama.
5. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke- 1 ditutup dengan berdoa.
V. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
d. Penugasan
VI. SUMBER BELAJAR
1. Alat/ media
a. Ruang kelas
b. White board dan spidol
c. Buku dan alat tulis
d. Lembar untuk menulis hasil jawaban
2. Bahan dan sumber
a. Materi pembelajaran (terlampir )
b. Istimawan Dipohusod, 1994. Struktur beton bertulang
c. Buku konstruksi beton I
91
VII. PENILAIAN
Penilaian Bentuk
1. Teknik Tugas
2. Instrumen Hasil diskusi lembar tugas 1
3. Soal Terlampir (lampiran 4 dan 5)
Surakarta, April 2010
Guru Mata Diklat MMKB Mahasiswa Observer
Drs. Purwanto S.T Rosalina Yulianingsih NIP. 196611205 198803 1 005 NIM. K 1506045
92
PERENCANAAN BALOK PERSEGI
BERTULANGAN RANGKAP
I. Pendahuluan
balok bertulangan rangkap ialah balok-balok yang diberi tulangan, baik pada
daerah serat beton tarik maupun daerah serat beton tekan. Dengan dipasangkannya
tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih kuat dalam hal
menerima beban momen.
Pada praktek dilapangan, (hampir) semua balok beton bertulang selalu diberi
tulangan rangkap. Jadi, balok bertulangan tunggal itu secara praktis tidak ada
(jarang sekali dijumpai). Meskipun balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal
(yang dipasang sebagai tulangan-memanjang tarik), tetapi pada kenyataannya
selalu dipindahkan tulangan-memanjang tekan minimal 2 batang, yang masing-
masing dipasang pada bagian sudut balok beton yang menahan tekan. Tambahan
tulangan-memanjang tekan ini dimaksudkan selain dapat menambah kekuatan
beton untuk menerima beban yang berupa momen, juga berfungsi untuk
memperkuat kedudukan begel, karena antara tulangan – memanjang dan beugel
diikat dengan kawat lunak yang lazim disebut “bendrat”.
II. Tulangan Memanjang Balok
Tulangan memanjang balok ini dipasang dengan arah sejajar pada sumbu
balok, dan berfungsi untuk menahan beban kerja yanng berupa momen lentur.
Pada daerah balok dengan momen lentur besar, dipasang tulangan memanjang
yang lebih banyak daripada daerah dengan momen lentur kecil. Untuk keperluan
hitungan tulangan memanjang, perlu dijabarkan beberapa rumus pokok yang
membantu mempercepat proses hitungan.
Materi Pelajaran
93
Mn = Mn1+Mn2
= (As-As’).fy.(d-a/2)
dimana a = (As-As’).fy/(0,85.fc’.b)
= As’.fy.(d-d)
Anggap baja tulangan telah mencapai tegangan luluh (fy)
∑H 0 C . .
, ´ . .
, . .92,4 .
Menghitung Mn
Gaya tekan beton
= C (d - a/2)
= 0,85 . fc´ . a . b (d - a/2)
= 0,85 x 30 x 92,4.250 (570 - 92,4/2)
= 308,54 x 106 Nmm = 308,54 kNm
Gaya tarik tulangan baja:
= T (d-a/2)
= As.fy (d-a/2)
= 1472,6 x 400 (570 - 92,4/2)
= 308,54 kNm
Hitungan diatas berdasarkan asumsi bahwa tulangan baja telah mencapai regangan
luluh, dan mencapai regangan batas max 0,003. Asumsi tersebut harus kita periksa.
0,003
εs
c
d-c
94
• Hal ini dipengaruhi oleh letak garis netral yang ditentukan oleh regangan baja
tulangan, dan regangan tersebut dipengaruhi oleh jumlah tulangan tarik.
• Apabila jumlah baja tulangan sedemikian sehingga letak garis netral pada posisi
dimana akan terjadi bersamaan regangan luluh baja tulangan dan regangan beton
tekan maksimum (0,003), maka penampang disebut bertulangan seimbang.
• Apabila jumlah tulangan baja tarik lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mencapai keseimbangan regangan, maka disebut bertulangan lebih
(overreinforced). Hal ini akan menyebabkan beton mendahului mencapai
regangan maksimum (0,003) sebelum tulangan tariknya luluh dan apabila
penampang balok tersebut dibebani dengan momen yang lebih besar, maka
regangan maksimum terlampaui sehingga akan terjadi keruntuhan dengan beton
hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih
dahulu.
• Apabila suatu penampang balok mengandung jumlah tulangan, baja tarik
kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan →
bertulangan kurang (underreinforced).
Pada kondisi ini tulangan baja tarik akan mendahului mencapai regangan
luluhnya (tegangan luluhnya) sebelum beton mencapai regangan maksimum
(0,003), sehingga bertambahnya beban akan menyebabkan tulangan baja
memanjang cukup besar sehingga lendutan balok meningkat tajam dan
merupakan tanda awal dari kehancuran.
III. Balok Persegi Bertulangan Rangkap
Dalam pelaksanaan di lapangan, jarang sekali tulangan tunggal dipasang
pada balok. Selain digunakan untuk mengaitkan sengkang, penggunaan tulangan
rangkap bertujuan:
1. Meningkatkan besarnya momen yang bisa ditahan oleh balok.
2. Meningkatkan kekakuan penampang.
3. Untuk mengatasi terjadinya kemungkinan momen berubah arah.
Akan tetapi dengan pemasangan tulangan pada daerah tekan, dikhawatirkan
terjadinya tekuk yang mengakibatkan selimut beton akan mengalami pecah lepas,
95
sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlu dipasang tulangan sengkang
sepanjang tulangan tekan.
Asumsi 1 : Tulangan Tekan As’ leleh
gaya tekan beton dan terik baja
gaya tekan baja dan tarik baja
Mn2
(As’).fy.(d-a/2)
Kapasitas momen balok bertulangan rangkap
b
As1
As1=As-As´
εc´ 0,001
εs´
d´ c
d´
Ts1
0,85 . fc’
d=a/2 +
As2
Ts’ As’
( ) ( )
Ts1=As1.fy Z1=d-a/2
Ts2-As2.fy Z2=d-d’
Ts2
d d’ h
As
As´
( ) ( )
b
Mn = (Asfy – As’ fs’) (d- a/2) + As’ fs’(d-d’) Mu ≤ Ø Mn
96
Diagram Alir Analisis Balok Bertulangan Rangkap
Mulai
Data: b, d, d’,Mu, As, As’, fc’, fy
ρ=As/b.d ; ρ’=As’/b.d
ρmin=1,4/fy
ρ ≥ ρmin?
As terlalu kecil
1 2
Tidak ya
Tidak
ya
Tulangan tekan leleh Fs’ = fy
1 2
Perbesar Ukuran
ρ’(0,75 – β1) Tidak ya
A = (As . fy – As’. fs’) / (0,85. fc’. b) Mn = (As . fy – As’. fs’) (d - a/2) + As’ fs’(d – d’)
Mu ≤ Ø Mn
Selesai
97
Analisis tulangan rangkap
400 mm, h = 800 mm, d = 720 mm, d’ = 60 mm
fc’ = 25 MPa, fy = 400 MPa
Hitung : Mn ?
As = 5735,8 mm2;As’ = 1419,4 mm2
As = 5735,8 mm2;As’ = 3277,4 mm2
Jawab :
5735,8 mm2 ; ρ = As/bd = 1,991 %
1419,4 mm2 - ; ρ’ = As’/bd = 0,493 %-
= 4316,4 mm (ρ-ρ’)= 1,498 %
Tulangan minimum :
ρ min = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,35 %
1% > 0,35% (OK)
Tulangan tekan leleh : 0,85. · ′· ′
.600
600 0,85.0,85.25.60
400.720600
600 4001,1289 %.
1,498% > 1,1289% → jadi tul tekan meleleh, fs’ = fy
Tulangan maksimum : , . · 1 , . 0,85 2,709%.
Mn = · ′·, . ′·
, . , ., . .
203 .
= ( As . fy – As’ fs )( d – a/2 ) + As’. fs’ ( d – d )
= 172656 ( 720 – 203/2 ) + 1419,4. 400 ( 720 – 60 )
= 144,259 x 107 Nmm
= 144,259 Ton m
Tul As = 5735,8 mm2 ; ρ = As/bd = 1,991 %
As′ 3277,4 mm2
As 2458,4 mm2 ; ρ
As′/bd 1,138%′ 0,853 %
.
a
d
As’
As
b
h
98
• Cek tulangan minimum
ρmin = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,35 %
Øp = 1,991 % > 0,35 % (OK)
• Cek tulangan tekan leleh : 0,85. 1 · ′ · ′
.600
6000,85.0,85.25.60
400.720600
600 400 1,1289 %
(ρ - ρ’) = 0,853 % < 1,1289 % → jadi tulangan tekan belum meleleh, fs < fy
fs’= 600 1 0,8 · 1·fc′·d′���
600 1 0,85.0,85.25.600,00953.400.720
335,3
• Cek tulangan maksimum
ρ b = 2,709 % (dari hitungan a)
0,75 ρb + ′· ; = 0,75. 2,709 + 1,138 .335,3400
= 2,986 %
ρ = 1,991 % < 2,986 % (OK)
Hitungan Mn
α . ′. ′0,85. ′
5735,8.400 3277,4.335,30,85.25.400
Mn = (As . fy – As’. fs’) ( d – a/2) + As’. fs’ (d-d)
Mn = (5735,8.400 – 3277,4.335,3) (720 – 140/2) + 3277,4.3277,3 (720-60)
Mn = 150,229 x 10 Nmm
Mn = 144,229 Ton m
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SMK NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/ 2010
MATA PELAJARAN : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON (MMKB)
KELAS / SEMESTER : XI TGB/ GENAP
PERTEMUAN KE : 2 (SIKLUS I)
ALOKASI WAKTU : 3x45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON
KOMPETENSI DASAR : MERENCANAKAN/ MENGHITUNG KONSTRUKSI:
A. KOLOM
B. BALOK
C. PLAT LANTAI
D. LEUFEL
I. INDIKATOR
Memahami perencanaan / perhitungan balok bertulangan rangkap.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat merencanakan, menghitung dan mendimensi balok persegi bertulangan
rangkap sesuai jenis pekerjaan dan gambar di lapangan.
2. Siswa dapat menggambar penulangan rangkap sesuai dengan hasil jawaban.
III. MATERI PEMBELAJARAN
1. Perhitungan balok bertulangan rangkap.
2. Bentuk konstruksi balok.
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan awal (10 menit)
1. Mengkondisikan kelas (berdoa sebelum pelajaran dan penguasaan kelas awal).
2. Mengabsensi siswa.
100
3. Menumbuhkan motivasi belajar.
4. Memberikan kaitan materi pembelajaran (merencanakan/ menghitung konstruksi
balok) dengan pelajaran terdahulu.
5. memberikan batasan ruang lingkup pelajaran yang akan dibahas dengan
menjabarkan materi pendahuluan mengenai materi tersebut.
b. Kegiatan inti (1 jam 40 menit)
1. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang perhitungan balok bertulangan
rangkap secara garis besar.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti mengenai perhitungan balok bertulangan rangkap.
4. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai perhitungan balok
bertulangan rangkap
5. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
6. Guru menjelaskan tentang bentuk konstruksi balok.
7. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
8. Guru menugasi siswa untuk diskusi kelompok menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan proses:
a). Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
b). Guru memberikan nomor pada setiap anggota kelompok.
c). Guru memberika lembar tugas 2 untuk diselesaikan oleh setiap kelompok.
d). Setiap anggota dalam kelompok diharuskan berpikir bersama.
e). Guru menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok dan siswa dengan
nomor yang disebut harus maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya.
f). Guru memanggil nomor dari beberapa kelompok untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan.
101
g). Siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka dan kembali ke tempat duduk
masing-masing.
h). Guru memberikan tes kognitif I
i). Siswa mengerjakan tes kognitif I
c. Kegiatan akhir (10 menit)
1. Siswa mengumpulkan hasil tes kognitif I.
2. Memberikan kisi-kisi mengenai pelajaran yang akan datang.
3. Guru memberikan penekanan ingatan kepada siswa, kemudian siswa dan guru
menarik kesimpulan bersama-sama.
4. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke- 2 ditutup dengan berdoa.
V. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
d. Penugasan
VI. SUMBER BELAJAR
1. Alat/ media
a. Ruang kelas
b. White board dan spidol
c. Buku dan alat tulis
d. Lembar untuk menulis hasil jawaban
2. Bahan dan sumber
a. Materi pembelajaran (terlampir)
b. Istimawan Dipohusod, 1994. Struktur beton bertulang
c. Buku konstruksi beton I
102
VII. PENILAIAN
Penilaian Bentuk
1. Teknik Tugas 2 dan tes kognitif I, lembar observasi afektif, lembar observasi psikomotor
2. Instrumen Hasil diskusi lembar tugas 2, hasil tes kognitif I, hasil lembar observasi afektif, hasil lembar observasi psikomotor
3. Soal Terlampir (lampiran 6, 7, 9 dan 10)
Surakarta, April 2010
Guru Mata Diklat MMKB Mahasiswa Observer
Drs. Purwanto S.T Rosalina Yulianingsih NIP. 196611205 198803 1 005 NIM. K 1506045
103
Diagram Alir Perencanaan Balok Bertulangan Rangkap
Contoh 2 Perencanaan Balok Bertulangan Rangkap
Diketahui :
• b = 300 mm, h = 800 mm, d = 720 mm, d1 = 60 mm
• fc’ = 25 MPa, fy = 400 MPa
• Ø = 0,80
Diminta :
• Hitung tulangan, bila Mu = 120 Tm
Perencanaan Tulangan Rangkap
Tentukan Agar As’ leleh
Hitung : a = (ρ-ρ’) m d Mn1=(ρ-ρ’) b . d . fy . (d . a/2) Mn2= Mn – Mn1
ρ = (ρ – ρ2)
Tulangan : As = ρ.b.d As1= ρ’.b.d
Selesai
b
As’
As
h d
d’
Materi Pelajaran
104
Penyelesaian :
Mu = 120 Tm = 120 x 107 Nmm
Mn = Mu/Ø = 120 x 107/0,80 = 150 x 107 Nmm
Dari hitungan contoh sebelumnya
ρb = 0,027
ρ max = 0,020
ρ min = 0,0035
m = 18,823
Rn = Mn / (b.d2) = 150.107 / (400.7202) = 2,234
ρ = 1 1 . . ,
1 1 . , . ,
ρ = 0,023
ρ = 0,023 > ρ max = 0,020 → dipakai tulangan rangkap
Tentukan agar tulangan tekan meleleh : 1
1′
600600
118,823 0,85
72060
600600 400 0,0113
Ditentukan :
ρ – ρ’ = 0,015 > 0,0113
ρ – ρ’ = 0,015 < ρ max = 0,020 → (syarat tulangan lemah)
a = (ρ – ρ’) m . d = 0,015 . 18,823 . 720 = 203 mm
Mn1 = (ρ – ρ’) . b . d . fy . (d – a/2)
= 0,015. 400. 720. 400 (720 – 20 3/2)
= 106,877 x 107 Nmm
Mn2 = Mn – Mn1
= 150 . 107 – 106,877 . 107
= 43,123 x 107 Nmm
ρ = (ρ – ρ’) + ρ’ = 0,015 + 0,00566 = 0,02066
As (perlu) = ρ x b x d = 0,02066 . 400 . 720 = 5950,08 mm2
As’(perlu) = ρ’ x b x d = 0,00566 . 400 . 720 = 1630,08 mm2
105
Dipakai :
Tulangan Tarik = 10 D28 →As (ada) = n . ¼ . π . d2 = 10 . ¼ . π . 282 = 6150 mm2
6150 mm2 > 5950,08 mm2
Tulangan Tarik = 3 D28 →As’(ada) = n . ¼ . π . d2 = 3 . ¼ . π . 282 = 1845 mm2
1845mm2 > 1630,08 mm2
IV. Bentuk Konstruksi Balok
Balok adalah suatu struktur yang berfungsi untuk menahan / memikul
beban dari pelat lantai.
Tulangan – tulangan yang terdapat pada balok :
1. Tulangan pokok (utama) ialah tulangan yang memikul beban, terutama untuk
menahan gaya tarik atau gaya tekan yang terdapat pada setiap konstruksi beton.
2. Tulangan tarik disetiap penampangan balok. Untuk semua jenis baja, diameter
tulangan pokok minimal Ø 10 mm
Pemasangan tulangan 2 lapis sedapat mungkin dihindarkan.
3. Tulangan tambahan atau extra dapat dipasang apabila dianggap perlu misalkan
pada trap sisi balok yang tingginya dari 60 cm, diberi tulangan tambahan
memanjang Ø 8 mm atau lebih besar, supaya jarak masing – masing tulangan
pada sisi tersebut tidak lebih 30 cm. dan pada ujung balok baik berupa lurus
maupun berupa bengkokkan, untuk melengkapi jumlah tulangan pokok
maupun untuk melengkapi tulangan geser.
4. Tulangan beugel (tulangan pembalut) hanya didapat pada balok dan kolom
tulangan ini berfungsi untuk :
a. Memegang tulangan pokok.
b. Menahan gaya geser.
c. Apabila sengkang berfungsi untuk menahan gaya geser jaraknya harus ≤
2/3 x tinggi balok.
d. Pada konstruksi beton bertulang yang memikul gaya lentur, maka harus
dipasang sejumlah tulangan geser minimum.
5. Tulangan pertolongan atau montage biasanya terdapat pada balok beton
bertulangan tunggal gunanya untuk memudahkan pemasangan tulangan beugel.
106
6. Tulangan serong ialah tulangan yang berfungsi menahan gaya geser.
Balok
d = h – 1/2Øtul - Øskg - p
Sesuai dengan namanya penutup beton ini digunakan untuk melindungi baja
tulangan tujuannya :
a. Untuk menjamin penanaman tulangan dan lekatannya dengan beton.
b. Untuk menghindarkan
c. Untuk meningkatkan perlindungan struktur terhadap bahaya kebakaran.
Tebal Penutup Beton SKNI T15-03-1991
Dalam mm
Konstruksi Tidak Langsung Langsung
Lantai / dinding ≤ 116 = 20
>116 = 40
≤ 116 = 40
> 116 = 50
Balok Seluruh diameter = 40 ≤ 116 = 40
>116 = 50
Kolom Seluruh diameter = 40 ≤ 116 = 40
>116 = 50
• Untuk konstruksi beton yang dituang langsung dan selalu berhubungan
dengan tanah berlaku tebal penutup beton minimal sebesar 70 mm.
Jarak minimum tul utama = 25 mm
d h
b p
107
Diagram alir analisa balok persegi bertulangan rangkap
Mulai
Diberikan : b, d, As, fc, fy Es = 200000 MPa
ρ = As / b.d
ρ min = 1,4/fy
ρ ≥ ρ min
Tidak ya As terlalu kecil
Tidak ya
Tulangan tekan Leleh fs’ = fy
Fs = 600
ρb =
ρ ≤
a = (As . fy – as’. fs’) / (0,85. fc’. b) Mn = (As . fy – As’. fs’) x (d - a/2) + As’. fs’ (d-d’)
Mu Ø Mn
108
Lampiran 3. RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SMK NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/ 2010
MATA PELAJARAN : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON (MMKB)
KELAS / SEMESTER : XI TGB/ GENAP
PERTEMUAN KE : 3 (SIKLUS II)
ALOKASI WAKTU : 3x45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON
KOMPETENSI DASAR : MERENCANAKAN/ MENGHITUNG KONSTRUKSI:
A. KOLOM
B. BALOK
C. PLAT LANTAI
D. LEUFEL
I. INDIKATOR
Memahami perletakan plat
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat memahami jenis-jenis perletakan plat.
2. Siswa dapat memahami persyaratan dalam perencanaan plat.
3. Siswa dapat memahami perencanaan plat satu arah..
III. MATERI PEMBELAJARAN
1. Jenis-jenis perletakan.
2. Perilaku plat.
3. Jenis-perletakan plat pada balok.
4. Perencanaan plat satu arah.
109
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan awal (10 menit)
1. Mengkondisikan kelas (berdoa sebelum pelajaran dan penguasaan kelas awal).
2. Mengabsensi siswa.
3. Menumbuhkan motivasi belajar.
4. Memberikan kaitan materi pembelajaran (merencanakan/ menghitung konstruksi
plat lantai) dengan pelajaran terdahulu.
5. memberikan batasan ruang lingkup pelajaran yang akan dibahas dengan
menjabarkan materi pendahuluan mengenai materi tersebut.
b. Kegiatan inti (1 jam 45 menit)
1. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang jenis-jenis perletakan, perilaku
plat, dan jenis perletakan plat pada balok secara garis besar.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti mengenai jenis-jenis perletakan, perilaku plat, dan jenis
perletakan plat pada balok.
4. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai jenis-jenis perletakan,
perilaku plat, dan jenis perletakan plat pada balok.
5. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
6. Guru menjelaskan tentang perencanaan plat satu arah.
7. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas mengenai perencanaan plat satu arah.
9. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai perencanaan plat satu
arah.
10. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
11. Guru memanggil beberapa siswa untuk maju dan menyelesaikan contoh soal
yang diberikan oleh guru.
12. Siswa maju dan mencoba menyelesaikan contoh soal tersebut.
110
13. Guru menugasi siswa untuk diskusi kelompok menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan proses:
a). Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
b). Guru memberikan nomor pada setiap anggota kelompok.
c). Guru memberikan lembar tugas 3 untuk diselesaikan oleh tiap kelompok.
d). Setiap anggota dalam kelompok diharuskan berpikir bersama.
e). Guru menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok dan siswa dengan
nomor yang disebut harus maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya.
f). Guru memanggil nomor dari beberapa kelompok untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan.
c. Kegiatan akhir (15 menit)
1. Memberikan kesempatan kepada anggota dari tiap kelompok untuk melengkapi
hasil pekerjaannya.
2. Siswa mengumpulkan hasil tugasnya.
3. Memberikan kisi-kisi mengenai pelajaran yang akan datang.
4. Guru memberikan penekanan ingatan kepada siswa, kemudian siswa dan guru
menarik kesimpulan bersama-sama.
5. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke- 3 ditutup dengan berdoa.
V. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
d. Penugasan
VI. SUMBER BELAJAR
1. Alat/ media
a. Ruang kelas
b. White board dan spidol
111
c. Buku dan alat tulis
d. Lembar untuk menulis hasil jawaban
2. Bahan dan sumber
a. Materi pembelajaran (terlampir)
b. Istimawan Dipohusod, 1994. Struktur beton bertulang
c. Buku konstruksi beton I
VII. PENILAIAN
Penilaian Bentuk
1. Teknik Tugas 3
2. Instrumen Hasil diskusi lembar tugas 3
3. Soal Terlampir (lampiran 11)
Surakarta, April 2010
Guru Mata Diklat MMKB Mahasiswa Observer
Drs. Purwanto S.T Rosalina Yulianingsih NIP. 196611205 198803 1 005 NIM. K 1506045
112
KONSTRUKSI PLAT DAN BETON BERTULANG
a. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari kegiatan belajar 6 pada modul ini, diharapkan anda dapat :
1. Merencanakan dan menghitung tulangan plat lantai dan plat tangga.
2. Mengidentifikasikan fungsi utama dari setiap jenis pelat beton bertulang.
3. Menggambar penulangan pelat lantai dan pelat tangga beton bertulang sesuai
dengan hasil perhitungan.
b. URAIAN MATERI
1. Jenis – jenis Perletakan
Pada umumnya plat betoan bertulang dipakai sebagai lantai dan dinding
dari gedung – gedung, serta sebagai plat lantai (“decks”) dari jembatan. Untuk
bangunan gedung plat beton tersebut biasanya ditumpu oleh balok – balok secara
monolit (artinya plat dan balok dicor bersama – sama sehingga menjadi satu
kesatuan) seperti pada gambar (a) atau ditumpun oleh dinding–dinding bangunan
seperti pada gambar (b) tetappi bisa juga plat tersebut didukung oleh balok-
balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar (c) atau didukung oleh
kolom–kolom konstruksi secara langsung tanpa memakai balok dengan sistem
plat cendawan seperti pada gambar (d).
(a). plat ditumpu oleh balok monolit (b). Plat ditumpu oleh dinding
Materi Pelajaran
113
“sear connector”
(c). Plat ditumpu balok baja dengan (d). Plat ditumpu kolom secsra
sistem komposit langsung (plat cendawan)
2. Perilaku plat seperti balok.
Plat – plat beton bertulang terutama berperilaku sebagai bagian-bagian
konstruksi lentur, sehingga perencanaannya serupa dengan perencanaan balok.
Bahkan secara umum perencanaan ini agak lebih sederhana dari pada balok
karena: Tegangan-tegangan geser yang terjadi pada plat biasanya lebih rendah,
sehingga perhitungan tulangan geser jarang ditinjau, kecuali pada plat tersebut
terdapat beban terpusat yang berat. Pada hitungan plat jarang diperlukan tulangan
tekan.
3. Jenis perletakan plat pada balok.
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971, perletakan plat
pada balok dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu plat terjepit penuh,
plat terjepit elastis, dan plat terletak bebas. Agar lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 6.2
Balok tidak berputar Balok ikut berputar Balok dan plat tidak
monolit
114
Keadaan penuh dimungkinkan terjadi jika plat tersebut ditumpu oleh balok
monolit yang berukuran (relatif) besar, sehingga apabila plat berputar karena
mengalami lendutan akibat beban terlalu berat, kedudukan balok tidak ikut
berputar seperti tampak pada gambar (a). Keadaan plat terjepit elastis
dimungkinkan terjadi jika plat ditumpu oleh balok monolit tetapi pengukuran
(relatif) kecil, sehingga apabila plat berputar / berotasi karena mengalami lendutan
maka balok tersebut ikut berputar seperti pada gambar (b). Sedangkan untuk plat
terletak bebas akan terjadi jika hubungan antara balok dan plat tidak menjadi satu
kesatuan / tidak monolit, misalnya plat dicor diatas balok beton yang sudah lama
kering, lihat gambar (c). Disamping itu, PBI 1971 menyebutkan bahwa untuk plat
beton yang dijepit oleh tembok harus dianggap sebagai plat letak bebas.
4. Perencanaan Plat
a. Persyaratan untuk perencanaan
Pada prencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan baberapa ketentuan
sebagai berikut :
1. Tebal tipis lindungan beton bertgulang, (pasal 3.16.7 SKSNI T – 15 –
1991-03.
Untuk batang tulangan D ≥ 36, tebal lapis lindung = 20 mm.
Untuk batang tulagan D 44 – D 56, tebal lapis lindung = 40 mm.
2. Jarak bersih tulangan s (pasal 3.16.6-1 SKSNI T – 15 – 1991-03)
Jarak bersih tulangan pokok maupun bagi :
S ≥ D (dengan D adalah diameter tulangan deform, dalam aturan mm)
S ≥ 25 mm
Disarankan s ≥ (3/4) x diameter maksimal agregat
3. Jarak maksimal (as ke as) tulangan (pasal 3.16.6–5 SKSNI T–15–1991-03)
Jarak maksimal tulangan pokok :
S ≤ 2.h (berlaku untuk plat dengan bentang 2 arah)
115
S ≤ 3.h (berlaku untuk plat dengan bentang 1 arah)
Jarak maksimal tulangan bagi : s ≤ 5.h
Dengan h ialah ukuran tebal plat, dalam satuan mm
Baik tulangan pokok maupun tulangan bagi, s harus ≤ 500 mm
4. Tebal minimal plat (pasal 9.1 – 1 PBI 1971)
Untuk plat atap, tebal plat h ≥ 90 mm
Untuk plat lantai, tebal plat h ≥ 120 mm
Pelat Atap
Tulangan–tulangan yang terdapat pada plat atap adalah sebagai berikut:
1. Tulangan pokok yang dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Tulangan pokok primer yaitu tulangan yang dipasang sejajar dengan sisi
plat arah lebar.
b. Tulangan pokok skunder yaitu tulangan yang dipasang sejajar dengan sisi
pelat arah panjang.
2. Tulangan susut yaitu tulangan yang dipasang untuk melawan penyusutan /
pemuaian dan dipasang berhadapan dan tegak lurus dengan tulangan pokok.
3. Tulangan pembagi adalah tulangan yang dipasang pada plat yang mempunyai
satu macam tulangan pokok dan dipasang tegak lurus denagn tulangan pokok.
Guna dari tulangan pembagi adalah :
a). Untuk menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya
b). Untuk meratakan pembagian beban
c). Untuk mencegah penyusutan
Jenis – jenis tumpuan plat / konstruksi tepi – tepi plat.
1. Konstruksi denagn bertumpu bebas yaitu bila plat berputar / berotasi bebasb
pada tumpuan.
2. Konstruksi dengan terjepit penuh yaitu bila tumpuan mampu mencegah pelat
berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir.
116
3. Konstruksi dengan terjepit sebagian yaitu bila balok besi tidak cukup kuat
untuk mencegah rotasi sama sekali.
Jenis-jenis pelat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pelat satu arah dapat dipandang sebagai struktur statis tertentu, penyelesaian
dapt digunakan 3 buah persamaan kesetimbangan.
2. Pelat dua arah atau plat dua ujung menerus dapat dikatakan sebagai statis ta
tertentu, penyelesaiannya menggunakan persamaan kesetimbangan dengan
dengan satu persamaan perubahan bentuk.
Langkah-langkah untuk dapat memahami analisis perhitungan plat satu
arah yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan tebal plat, dengan syarat bebas lendutan.
2. Menghitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor.
3. Menghitung momen akibat beban berfaktor.
4. Menghitung luas tulangan dengan memperhatikan batas tulangan p max
ρ min = 0,0025
5. Menentukan diameter dan jarak tulangan dengan memperhatikan lebar S max
Smax → Smax = 2,0 h ( 250 mm)
Pemasangan tulangan :
Penutup beton
- Tidak berhubungan langsung dengan tanah /
cuaca 20 mm
- Langsung berhubungan dengan tanah / cuaca
40 mm
h
117
Jarak minimum tulangan utama :
1. Menurut PBI : 25 mm
2. Disarankan : 40 mm
Jarak maksimum :
1. Tulangan utama = 2,0 h atau 250 mm
2. Tulangan pembagi = 250 mm
Minimum tebal plat :
1. H ≥ 100 mm
2. H ≥ 250 mm, diberikan tulangan atas dan bawah ( tulangan rangkap)
Diameter tulangan minimum :
1. Polos Фp ≥ 8 mm
2. Deform Фp ≥ 6 mm
Kode tulangan :
1. Lapisan terluar
2. Lapisan kedua dari luar
3. Lapisan terluar
4. Lapisan kedua dari luar
Segitiga diatas menunjukan kedalam plat
Tabel 2 : koefisien momen kalikan qn L2
Komponen Dua tumpuan Satu ujung
menerus
Kedua ujung
menerus
kantilever
fy fy fy fy
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat satu arah 20 27 24 32 28 37 10 13
Balok satu arah 16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
118
Contoh perhitungan pelat satu arah
Diketahui pelat lantai seperti gambar dibawah ini, ditumpu bebas pada
tembok bata, menahan beban hidup 150 kc / m2 dan finishing penutup pelat (tegel, spesi,
pasir urug) sebesar 120 kg / m2, pelat ini terletak dalam lingkungan kering, Mutu beton
f1c = 15 Mpa, mutu baja fy = 240 Mpa (polos).
Ditanyakan tebal pelat dan penulangan yang diperlukan .
Penyelesaian :
1. Menentukan tebal pelat
Tebal pelat minimum menurut tabel 1.4 untuk, fy = 240 Mpa, f1c = 15 Mpa dan
pelat ditumpu bebas pada dua tepi adalah :
Hmm = , = 0,1333 m
Tebal pelat ditentukan h = 0,14 m (140 mm)
2. Menghitung beban – beban
qu = 1,2 x qd + 1,6 x ql
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,4 = 0,336 t / m2
qd dari finishing menutup lantai = 0,120 t / m2 +
Total beban mati qd = 0,456 t / m2
Beban hidup ql = 0,150 t / m2
Beban berfaktor (qu) = 1,2 x 0,456 + 1,6 x 0,150 = 0,7872 t / m
119
Menentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.
Ditinjau pelat selebar 1 meter, jadi qu = 0,7872 t / m dengan menggunakan tabel 2.1
terdapat :
1/24 1/24
1/8
Pada lapangan, Mu = 1/8 qu. L2 = 1/8 x 0,7872 x 3,62 = 1,2735 tm
Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62 = 0, 4251 tm
Menghitung tulangan
Tebal pelat h = 140 mm
Tebal penutup p = 20 mm
Ditentukan diameter tulangan Øp = 10 mm
Tinggi efektif: dx = h – p – ½ . Фp = 140 - 20 – ½ x 10 = 115 mm
b = 1000 mm
f1c = 15 Mpa β1 = 0,85 untuk f1c < 30 Mpa
fy = 240 Mpa
ρ b = , · , , · 0,0323
max = 0,75 x pb = 0,75 x 0,0323 = 0,024
min = 0,0025 (berlaku untuk pelat)
a. Tulangan pada lapangan
Mu = 1,2753 tm = 1,2753 x 107 Nmm
Mn = Ø
,,
1,549 10
120
Rn = , 1,2053
m = , ,
18,8235
ρ =
ρ < ρ max → diperlukan tulangan tunggal
ρ > ρ min → dipakai ρ = 0,0053
As perlu = ρ x b x d = 0,0053 x 1000 x 115 = 610 mm2
n = ⁄
= ⁄
= 7.777~ 8
Di lapangan dipakai tulangan Ǿ 10
Cek As
As ada = n . · π · d
= 4 . · π · 10
= 628 mm2
As perlu < As ada
610 mm2 < 628 mm2 Aman !!!
Jarak antar tulangan 143
Jarak maksimum tulangan ≥ 2. h atau 250 mm
Jarak antar tulangan ≤ 250 mm
Jadi digunakan tulangan dengan jarak Ǿ 10 – 143
b. Tulangan pada tumpuan
b = 1000 mm, d = 115 mm
Mu = 0,4251 x 107 Nmm
Mn = Ø
, ,
0,5314 10
=
121
Rn = , 0,4018
m = ,
,
18,8235
ρ =
ρ < ρ max → diperlukan tulangan tunggal
ρ > ρ min → dipakai p min = 0,0025
As perlu = ρ x b x d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
n =
=
= 3,67 ~ 4 buah
Dilapangan dipakai tulangan Ǿ 10
Cek As
As ada = n . · π · d
= 4 . · π · 10
= 314 mm2
As perlu < As ada
288 mm2 < 314 mm2 Aman !!!
Jarak antar tulangan = 334
Jarak maksimum tulangan ≥ 2 h atau 250 mm
Jarak antar tulangan ≤ 250 mm
Jadi digunakan tulangan dengan jarak Ǿ 10 – 250
c. Tulangan pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan
pembagi (demi tegangan suhu dan susut)
= 0,0017
122
Untuk fy = 240 As = , .
Untuk fy = 400 As = , .
Tulangan pembagi di lapangan
As perlu = , . , 350
n = ¼
= ¼
= 4,45 ~ 5 buah
Di lapangan dibagi tulangan Ǿ 10
Cek As
As ada = n . · π · d
= 5 . · π · 10
= 392,5 mm2
As perlu < As ada
350 mm2 < 392,5 mm2 Aman !!!
Jarak antar tulangan = 250
Jarak maksimum tulangan ≥ 2 h atau 250 mm
Jarak antar tulangan ≤ 250 mm
Jadi digunakan tulangan dengan jarak Ǿ 10 – 250
123
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SMK NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/ 2010
MATA PELAJARAN : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON (MMKB)
KELAS / SEMESTER : XI TGB/ GENAP
PERTEMUAN KE : 4 (SIKLUS II)
ALOKASI WAKTU : 3x45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN
KONSTRUKSI BETON
KOMPETENSI DASAR : MERENCANAKAN/ MENGHITUNG KONSTRUKSI:
A. KOLOM
B. BALOK
C. PLAT LANTAI
D. LEUFEL
I. INDIKATOR
Memahami perhitungan plat lantai.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat memahami perencanaan dan gambar penulangan plat dua arah.
III. MATERI PEMBELAJARAN
Perhitungan dan gambar penulangan plat dua arah
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan awal (10 menit)
1. Mengkondisikan kelas (berdoa sebelum pelajaran dan penguasaan kelas awal).
2. Mengabsensi siswa.
3. Menumbuhkan motivasi belajar.
124
4. Memberikan kaitan materi pembelajaran (merencanakan/ menghitung konstruksi
plat lantai) dengan pelajaran terdahulu.
5. memberikan batasan ruang lingkup pelajaran yang akan dibahas dengan
menjabarkan materi pendahuluan mengenai materi tersebut.
b. Kegiatan inti (1 jam 40 menit)
1. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang perhitungan plat dua arah secara
garis besar.
2. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti mengenai plat dua arah.
4. Siswa bertanya hal-hal yang kurang dimengerti mengenai plat dua arah..
5. Guru mengulas materi pelajaran yang kurang jelas.
6. Guru menugasi siswa untuk diskusi kelompok menggunakan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan proses:
a). Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
b). Guru memberikan nomor pada setiap anggota kelompok.
c). Guru memberikan lembar tugas 4 untuk diselesaikan oleh setiap kelompok.
d). Setiap anggota dalam kelompok diharuskan berpikir bersama.
e). Guru menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok dan siswa dengan
nomor yang disebut harus maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya.
f). Guru memanggil nomor dari beberapa kelompok untuk memberikan
tanggapan atau jawaban lain jika ada perbedaan pada hasil perhitungan.
g). Siswa mengumpulkan hasil diskusi mereka dan kembali ke tempat duduk
masing-masing.
h). Guru memberikan tes kognitif II.
i). Siswa mengerjakan tes kognitif II.
125
c. Kegiatan akhir (10 menit)
1. Siswa mengumpulkan hasil tes kognitif II.
2. Guru memberikan penekanan ingatan kepada siswa, kemudian siswa dan guru
menarik kesimpulan bersama-sama.
3. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke- 4 ditutup dengan berdoa.
V. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
d. Penugasan
VI. SUMBER BELAJAR
1. Alat/ media
a. Ruang kelas
b. White board dan spidol
c. Buku dan alat tulis
d. Lembar untuk menulis hasil jawaban
2. Bahan dan sumber
a. Materi pembelajaran (terlampir)
b. Istimawan Dipohusod, 1994. Struktur beton bertulang
c. Buku konstruksi beton I
VII. PENILAIAN
Penilaian Bentuk
1. Teknik Tugas 4 dan tes kognitif II, lembar observasi afektif, lembar observasi psikomotor
2. Instrumen Hasil diskusi lembar tugas 4, hasil tes kognitif II, hasil lembar observasi afektif, hasil lembar observasi psikomotor
3. Soal Terlampir (lampiran 13 dan 16)
126
PELAT DUA ARAH
Meninjau suatu plat lantai dengan balok – balok pendukungnya seperti gambar
dibawah ini :
a. Lx ≥ 0,4 Ly b. Lx < 0,4 Ly
Gambar pelat dengan balok – balok pendukungnya
Apabila Lx ≥ 0,4 Ly seperti pada gambar a. pelat dianggap sebagai penumpu pada
balok B1, B2, B3, B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat
sisinya. Dengan demikian plat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan
arah y), tulangan plat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan
momen – momen setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly seperti pada gambar b, pelat tersebut dapat dianggap sebagai
penumpu pada balok B1 dan B3 sedangkan B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul
beban pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x),
tulangan utama dipasang pada arah x dan arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Lx Lx
Materi Pelajaran
127
Mlx = momen lapangan per meter lebar diarah x
Mly = momen lapangan per meter lebar diarah y
Mtx = momen tumpuan per meter lebar diarah x
Mty = momen tumpuan per meter lebar diarah y
Mtlx = momen tumpuan akibt jepit tak terduga diarah x
Mtly = momen tumpuan akibt jepit tak terduga diarah y
Seperti pada pelat satu arah, pemakaian tabel 2.1 ini dibatasi oleh beberapa syarat yaitu
sebagai berikut :
1. Beban pelat terbagi merata.
2. Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimumdan minimum antara
panel pelat qu min > 0,4 qu max.
3. Perbedaan terbatas antara panjang bentangn yang berbatasan.
Lx terpendek ≥ 0,8 Lx terpanjang.
Ly terpendek ≥ 0,8 Ly terpanjang.
Jika syarat – syarat diatas terpenuhi, maka tabel 2.2 dapat memberikan hasil yang aman
terhadap momen – momen lentur maksimum.
Momen jepit tak terduga disini dianggap sama dengan setengah momen lapangan di
panel yang berbatasan, maka :
Pada arah x1 Mtlx = ½ Mlx
Pada arah y1 Mtly = ½ Mly
128
129
Lampiran 4. Lembar Tugas 1 Siklus I
LEMBAR TUGAS 1 SIKLUS I KELOMPOK : ANGGOTA KELOMPOK : 1. ( ) 2. ( ) 3. ( ) 4. ( ) 5. ( )
1. Tema : Analisis tulangan rangkap pada balok
2. Tujuan : a. Siswa dapat merencanakan balok persegi bertulangan rangkap
b. Siswa dapat mendimensi tulangan balok persegi bertulangan rangkap
c. Siswa dapat menghitung dan mendimensi balok persegi bertulangan
rangkap
3. Metode : Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
PETUNJUK
1. Diskusi secara berkelompok dengan bahan-bahan diskusi berikut ini :
a. Balok persegi bertulangan rangkap
b. Diagram alir analisis balok bertulangan rangkap
2. Hasil diskusi dipresentasikan didepan kelas sesuai nomor anggota dari tiap kelompok
yang dipanggil secara acak oleh guru.
SOAL DISKUSI
Analisis tulangan rangkap
Diketahui data suatu balok bertulang sebagai berikut :
b = 200 mm h = 600 mm d = 500 mm
d’ = 30 mm fc’ = 25 Mpa fy = 400 Mpa Ditanya : Hitunglah Mn, dengan tulangan As = 2000 mmm ; As’ = 900 mm2
d
b
h
As’
As
d’
130
Lampiran 5. Kunci Jawaban Lembar Tugas 1Siklus I
KUNCI JAWABAN LEMBAR TUGAS 1 SIKLUS I 1). Tulangan As = 2000 mm2
As’= 900 mm2 _ As1 = 1100 mm2
2). ρ = As / b . d
= 100500200
2000⋅
⋅%
= 0,02
3). ρ' = As’ / b . d
= 100500200
900⋅
⋅%
= 0,009
4). ρ - ρ' = 0,02 – 0,009 = 0,011
Cek Tulangan Minimum
5). ρ min = 1,4 / 400
= 0,0035
6). ρ > ρmin = 0,02 % > 0,0035 %
Cek Tulangan Tekan Leleh β1 = 0,85, untuk fc’ < 30 Mpa
7). fydfy
dfc−
⋅⋅
⋅⋅600
600''85,01β =
40060060085,0
500400302585,0
−⋅⋅
⋅⋅⋅
= 0,0081
8). ρ - ρ' = 0,011 > 0,0081
= 1,1 % ( jadi, tulangan tekan meleleh, fs’ = fy )
Cek tulangan maksimum
9). ρ b = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
⋅fyfy
fc600
600'85,01β
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
+⋅
⋅400600
60085,0400
2585,0
= 0,0271
131
10). ρ max = ( 0,75 x ρ b) +400
' fs⋅ρ
= (0,75 x 0,0271) +400
400009,0 ⋅
= 0,019
11). ρ > ρmax = 2 % < 2,93 % [ dipakai tulangan rangkap]
12). a = bfc
fsAsfyAs⋅⋅⋅−⋅
'85,0''
= ( ) ( )( )2002585,0
4009004002000⋅−
= 103,53 mm 104 mm
13). Mn = (As . fy – As’ . fs’) ( d – a / 2 ) + As’ . fs ’ ( d – d’ )
= [(2000 x 400) – (900 x 400) x (500 – 104 / 2 )] + [(900 x 400) x (500 –30)]
= ((440.000) ( 448 ) + ((360.000) ( 470 ))
= 36,632 ton m
132
Lampiran 6. Lembar Tugas 2 Siklus I
LEMBAR TUGAS 2 SIKLUS I
KELOMPOK : ANGGOTA KELOMPOK : 1. ( ) 2. ( ) 3. ( ) 4. ( ) 5. ( )
1. Tema : Memahami peencanaan / perhitungan balok bertulangan rangkap
2. Tujuan : Siswa dapat merencanakan, menghitung dan mendimensi balok
persegi bertulangan rangkap sesuai gambar di lapangan
3. Metode : Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
PETUNJUK
1. Diskusi secara berkelompok dengan bahan-bahan diskusi berikut ini :
a. Contoh soal perhitungan balok bertulangan rangkap
b. Bentuk konstruksi
2. Hasil diskusi dipresentasikan didepan kelas sesuai nomor anggota dari tiap kelompok
yang dipanggil secara acak oleh guru.
SOAL DISKUSI
Diketahui data suatu balok bertulang sebagai berikut :
b = 300 mm h = 800 mm d = 720 mm
d’ = 80 mm fc’ = 25 Mpa fy = 400 Mpa Ø Tulangan = 28 ρ – ρ’ = 0,015 Ditanya : Hitunglah jumlah tulangan, bila Mu = 100 Tm
d
b
h
d’
133
Lampiran 7. Kunci Jawaban Lembar Tugas 2 Siklus I
KUNCI JAWABAN LEMBAR TUGAS 2 SIKLUS I
1). Mu = 100 Tm = 100 x 107 Nmm
2). Mn = 80,010100 7xMu
=φ
= 125 x 107 Nmm
3). ρ b = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
⋅fyfy
fc600
600'85,01β
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
+⋅
⋅400600
60085,0400
2585,0
= 0,0271
4). ρ max = 0,75 x ρ b = 0,75 x 0,0271
= 0,02
5). m = 824,182585,0
400'85,0
=⋅
=⋅ fc
fy
6). Rn = 03,872030010125
2
7
2 =⋅⋅
=⋅ dbMn
7). ρ = 023,0400
03,8824,18211824,1812111
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅
fyRnm
m
8). ρ > ρmax = 0,023 > 0,02 [dipakai tulangan rangkap]
9). Tentukan agar tulangan tekan meleleh :
219,1400600
6008072085,0
824,181
600600
'1
1 =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−⋅⋅⋅=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
⋅⋅⋅fyd
dm
β
10). a = (ρ – ρ’) x m x d = 0,015 x 18,824 x 720 = 203,3 mm
11). Mn 1 = ( ) ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −⋅⋅⋅⋅=⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −⋅⋅⋅⋅−
23,203720400720300015,0
2' adfydbρρ
134
= 1.296.000 x 618,35 = 80,13816 x 107 Nmm 12). Mn 2 = Mn – Mn 1 = 125 x 107 Nmm - 80,13816 x 107 Nmm = 44,86184 x 107 Nmm
13). ( ) ( ) 0081,080720400720300
1086184,44'
72 =
−⋅⋅⋅⋅
=−⋅⋅⋅ ddfydb
Mn
14). ρ = (ρ – ρ’) + ρ’ = 0,015 + 0,0081 = 0,023
15). As (perlu) = ρ x b x d = 0,023 x 300 x 720 = 4.968 mm2
16). As’ (perlu) = ρ’ x b x d = 0,0081 x 300 x 720 = 1.749,6 mm2
17). Dipakai : Tulangan tarik = 9 Ø 28 As (ada) = n x ¼ x π x d2 = 9 x ¼ x π x 282
= 5.541,77 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) = 5.541,77 mm2 > 4.968 mm2
Tulangan tarik = 3 Ø 28 As’ (ada) = n x ¼ x π x d2 = 3 x ¼ x π x 282
= 1.847,5 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) = 1.847,5 mm2 > 1.749,6 mm2
135
Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Kognitif 1 Siklus I
KISI – KISI TES KOGNITIF I SIKLUS I
Mata Pelajaran : MMKB
Satuan Pendidikan : SMK
Kelas / Semester : XI TGB / 2
Jumlah Soal : 2
Standar Kompetensi : Menghitung dan merencanakan konstruksi beton
Kompetensi Dasar : Merencanakan / menghitung konstruksi balok
No Materi Indikator Jumlah
soal
Nomor
soal
Bentuk
soal
1 Balok persegi
bertulangan rangkap
Siswa dapat memahami
tujuan penggunaan balok
bertulangan rangkap
1 1 Uraian /
Esei
2 Perhitungan balok
bertulangan rangkap
Siswa dapat merencanakan,
menghitung dan
mendimensi balok persegi
bertulangan rangkap
1 2 Uraian /
Esei
136
Lampiran 9. Tes Kognitif 1 Siklus I
TES KOGNITIF 1
SIKLUS I
Mata Pelajaran : MMKB Hari / Tanggal : Rabu / 29 April 2010 Bidang Keahlian : Teknik Gambar Bangunan (TGB) Waktu : 60 menit Kelas : XI Nama :
PETUNJUK : Kerjakanlah soal esai dibawah ini dengan tepat dan cermat.
SOAL TES :
1. Dalam pelaksanaan di lapangan, jarang sekali tulangan tunggal dipasang pada balok.
Sebutkan 4 (empat) tujuan dari penggunaan tulangan rangkap ?
2. Perencanaan balok bertulangan rangkap
Diketahui :
b = 300 mm h = 800 mm d = 720 mm
d’ = 70 mm fc’ = 25 Mpa fy = 400 Mpa Ø Tulangan = 28 ρ – ρ’ = 0,018 Ditanya :
Hitunglah jumlah tulangan, bila Mu = 125 Tm ?
d
b
h
d’
137
Lampiran 10. Kunci Jawaban Tes Kognititf 1 Siklus I
KUNCI JAWABAN TES KOGNITIF 1 SIKLUS I
1. a. Untuk mengaitkan sengkang b. Meningkatkan besarnya momen yang bisa ditahan oleh balok c. Meningkatkan kekakuan penampang d. Untuk mengatasi terjadinya kemungkinan momen berubah arah
2. a). Mu = 120 Tm = 120 x 107 Nmm
b). Mn = 80,010120 7xMu
=φ
= 150 x 107 Nmm
c). ρ b = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
⋅fyfy
fc600
600'85,01β
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
+⋅
⋅400600
60085,0400
2585,0
= 0,0271
d). ρ max = 0,75 x ρ b = 0,75 x 0,0271
= 0,02
e). m = 824,182585,0
400'85,0
=⋅
=⋅ fc
fy
f). Rn = 64,972030010150
2
7
2 =⋅⋅
=⋅ dbMn
g). ρ = 037,0400
64,9824,18211824,1812111
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅
fyRnm
m
h). ρ > ρmax = 0,037 > 0,02 [dipakai tulangan rangkap]
i). Tentukan agar tulangan tekan meleleh :
39,1400600
6007072085,0
824,181
600600
'1
1 =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−⋅⋅⋅=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
⋅⋅⋅fyd
dm
β
138
j). a = (ρ – ρ’) x m x d = 0,018 x 18,824 x 720 = 244 mm
k). Mn 1 = ( ) ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −⋅⋅⋅⋅=⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −⋅⋅⋅⋅−
2204720400720300018,0
2' adfydbρρ
= 1.555.200 x 598 = 93,00096 x 107 Nmm
l). Mn 2 = Mn – Mn 1 = 150 x 107 Nmm – 93,00096 x 107 Nmm = 56,99904 x 107 Nmm
m). ( ) ( ) 0019,070720400720300
1099904,56'
72 =
−⋅⋅⋅⋅
=−⋅⋅⋅ ddfydb
Mn
n). ρ = (ρ – ρ’) + ρ’ = 0,018 + 0,0019 = 0,037
o). As (perlu) = ρ x b x d = 0,037 x 300 x 720 = 7.992 mm2
p). As’ (perlu) = ρ’ x b x d = 0,019 x 300 x 720 = 4.104 mm2 q). Dipakai : Tulangan tarik = 13 Ø 28 As (ada) = n x ¼ x π x d2 = 13 x ¼ x π x 282
= 8.004,7 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) = 8.004,7 mm2 > 7.992 mm2
Tulangan tarik = 7 Ø 28 As’ (ada) = n x ¼ x π x d2 = 7 x ¼ x π x 282
= 4.310 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) = 4.310 mm2 > 4.104 mm2
139
Lampiran 11. Lembar Tugas 3 Siklus II
LEMBAR TUGAS 3 SIKLUS II
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK : 1. ( )
2. ( )
3. ( )
4. ( )
5. ( )
1. Tema : Memahami perletakan plat
2. Tujuan : a. Siswa dapat memahami jenis-jenis perletakan plat
b. Siswa dapat memahami persyaratan dalam perencanaan plat
c. Siswa dapat memahami perhitungan plat satu arah
3. Metode : Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
PETUNJUK
1. Diskusi secara berkelompok dengan bahan-bahan diskusi berikut ini :
a. Syarat-syarat tulangan plat
b. Perencanaan plat satu arah
2. Kelompok 1 : Mengerjakan perhitungan tulangan pada lapangan
Kelompok 2 : Mengerjakan perhitungan tulangan pada tumpuan
Kelompok 3 : Menerjakan perhitungan tulangan pembagi dan denah
penulangan plat
Kelompok 4 : Mengerjakan perhitungan tulangan pada lapangan
Kelompok 5 : Mengerjakan perhitungan tulangan pada tumpuan
3. Hasil diskusi dipresentasikan didepan kelas sesuai nomor anggota dari tiap kelompok
yang dipanggil secara acak oleh guru.
140
SOAL DISKUSI
Diketahui pelat lantai seperti pada gambar dibawah ini, ditumpu bebas pada tembok
bata, menahan beban hidup 150 kg/m2 dan finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir
urug) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering. Mutu beton fc’ = 20
Mpa, mutu baja fy = 240 Mpa (polos), b = 1000 mm
Ditanyakan : Tebal pelat dan penulangan yang diperlukan ?
L = 3,6 m
141
Lampiran 12. Kunci Jawaban Lembar Tugas 3 Siklus II
KUNCI JAWABAN LEMBAR TUGAS 3 SIKLUS II
1. Menentukan tebal plat
fy = 240 Mpa
fc’ = 20 Mpa
h min = mL 1333,027
6,327
==
tebal plat ditentukan (h) = 0,14 m (140 mm)
2. Menentukan beban-beban
qu = (1,2 x qd) + (1,6 x ql)
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,4 = 0,336 t/m2
qd akibat finishing penutup lantai = 0,120 = 0,120 t/m2 +
Total beban mati (qd) = 0,456 t/m2
Beban hidup (ql) = 0,150 t/m2
Beban terfaktor (qu) = (1,2 x qd) + (1,6 x ql)
= (1,2 x 0,456) + (1,6 x 0,150)
= 0,7872 t/m
3. Menentukan momen yang bekerja akibat beban terfaktor
Mu (lapangan) = 1/8 x qu x L2
= 1/8 x 0,7872 x 3,62
= 1,2753 tm
Mu (tumpuan) = 1/24 x qu x L2
= 1/824x 0,7872 x 3,62
= 0,4561 tm
4. Menentukan tulangan
Tebal plat (h) = 140 mm
Tebal penutup (p) = 20 mm
Øp = 10 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ½ x Øp
= 115 mm
1/8
1/24 1/24
142
B = 1000 mm
5. Tulangan pada lapangan
a). Mu = 1,2753 Tm = 1,2753 x 107 Nmm
b). Mn = 80,0
102753,1 7xMu=
φ= 1,594 x 107 Nmm
c). ρ b = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
⋅fyfy
fc600
600'85,01β
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
+⋅
⋅240600
60085,0240
2085,0
= 0,043
d). ρ max = 0,75 x ρ b = 0,75 x 0,043 = 0,03225
e). ρ min = 0,0025 (berlaku untuk plat)
f). m = 1176,142085,0
240'85,0
=⋅
=⋅ fc
fy
f). Rn = 2053,1115100010594,1
2
7
2 =⋅⋅
=⋅ dbMn
g). ρ = 0052,0240
2053,11176,142111176,1412111
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅
fyRnm
m
h). ρ < ρmax = 0,0052 < 0,03225 [dipakai tulangan tunggal]
i). ρ > ρmin = 0,0052 < 0,0025 [dipakai ρ = 0,0052]
j). As (perlu) = ρ x b x d = 0,0052 x 1000 x 115 = 598 mm2
k). Dipakai : Tulangan Ø 10
n = buahd
perluAs 861,710
41
598
41
_22
→=⋅⋅
=⋅⋅ ππ
143
l). Cek As As (ada) = n x ¼ x π x d2 = 8 x ¼ x π x 102
= 628mm2 As (ada) > As (perlu) Aman
Jadi, jarak antar tulangan = 1000 / 7 = 142,8 mm 143 mm
(digunakan tulangan dengan jarak Ø 10 – 143 mm2 )
6. Tulangan pada tumpuan
a). Mu = 0,4251 Tm = 0,4251 x 107 Nmm
b). Mn = 80,0
104251,0 7xMu=
φ= 0,5314 x 107 Nmm
c). ρ b = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
⋅fyfy
fc600
600'85,01β
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
+⋅
⋅240600
60085,0240
2085,0
= 0,043
d). ρ max = 0,75 x ρ b = 0,75 x 0,043 = 0,03225
e). ρ min = 0,0025 (berlaku untuk plat)
f). m = 1176,142085,0
240'85,0
=⋅
=⋅ fc
fy
f). Rn = 4018,01151000
105314,02
7
2 =⋅⋅
=⋅ dbMn
g). ρ = 0017,0240
4018,01176,142111176,1412111
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡ ⋅⋅−−⋅
fyRnm
m
h). ρ < ρmax = 0,0017 < 0,03225 [dipakai tulangan tunggal]
i). ρ > ρmin = 0,0017 < 0,0025 [dipakai ρ = 0,0025]
j). As (perlu) = ρ x b x d = 0,0025 x 1000 x 115 = 287,5 mm2 288 mm2
144
k). Dipakai : Tulangan Ø 10
n = buahd
perluAs 467,310
41
288
41
_22
→=⋅⋅
=⋅⋅ ππ
l). Cek As As (ada) = n x ¼ x π x d2 = 4 x ¼ x π x 102
= 314 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) Aman
Jadi, jarak antar tulangan = 1000 / 3 = 333,3 334 mm
(digunakan tulangan dengan jarak Ø 10 – 250 mm2 )
7. Tulangan Pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi (demi tegangan suhu dan susut)
a). Untuk fy = 240 As = 100
25,0 hb ⋅⋅
fy = 400 As = 100
18,0 hb ⋅⋅
b). Tulangan pembagi di lapangan
As perlu = 2350100
240100025,0 mm=⋅⋅
c). n = buahd
perluAs 545,410
41
350
41
_22
→=⋅⋅
=⋅⋅ ππ
d). Cek As As (ada) = n x ¼ x π x d2 = 5 x ¼ x π x 102
= 392,5 mm2 Jadi, As (ada) > As (perlu) Aman
Jadi, jarak antar tulangan = 1000 / 4 = 250 mm
(digunakan tulangan dengan jarak Ø 10 – 250 mm2 )
145
Detail Penulangan Plat lantai
146
Lampiran 13. Lembar Tugas 4 Siklus II
LEMBAR TUGAS 4
SIKLUS II
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK : 1. ( )
2. ( )
3. ( )
4. ( )
5. ( )
1. Tema : Memahami perletakan plat lantai
2. Tujuan : Siswa dapat memahami perencaaan dan gambar penulangan plat dua
arah
3. Metode : Diskusi kelompok dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
PETUNJUK
1. Diskusi secara berkelompok dengan bahan-bahan diskusi berikut ini :
a. Contoh soal perhitungan balok bertulangan rangkap
b. Bentuk konstruksi
2. Hasil diskusi dipresentasikan didepan kelas sesuai nomor anggota dari tiap kelompok
yang dipanggil secara acak oleh guru.
SOAL DISKUSI
Diketahui : Plat lantai menumpu pada balok seperti gambar, berada dilingkungan kering dan
ditumpu pada balok yang tidak diperhitungkan menahan torsi. Mutu beton fc’ = 15 Mpa,
mutu baja fy = 240 Mpa, tulangan Ø 10 mm
4,80
4,00
h
147
Dari perhitungan didapat :
tebal plat = 0,15 m
Momen = Mlx = 0,8 tm
Mly = 0,560 tm
Mtix = 0,432 tm
Mtiy = 0,280 tm
Tinggi efektif (dx) = 125 mm
(dy) = 115 mm
Tulangan pada lapangan arah x = Ø p 10 - 200
Tulangan pada lapangan arah y = Ø p 10 - 250
Tulangan pada tumpuan arah x = Ø p 10 - 250
Tulangan pada tumpuan arah y = Ø p 10 - 250
Ditanya : Gambarlah sketsa penulangan yang terdiri dari :
a). Denah penulangan plat
b). Potongan tulangan arah x
c). Potongan tulangan arah y
148
Lampiran 14. Kunci Jawaban Lembar Tugas 4 Siklus II
KUNCI JAWABAN TUGAS 4 SIKLUS II
159
149
Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif 2 Siklus II
KISI – KISI SOAL TES KOGNITIF II SIKLUS II
Mata Pelajaran : MMKB
Satuan Pendidikan : SMK
Kelas / Semester : XI TGB / 2
Jumlah Soal : 20
Standar Kompetensi : Menghitung dan merencanakan konstruksi beton
Kompetensi Dasar : Merencanakan / menghitung konstruksi balok
No Materi Indikator Jumlah
soal
Bentuk
soal
1 Perletakan plat,
perhitungan plat satu
arah dan dua arah
Siswa dapat memahami dan
menghitung plat satu arah dan
dua arah
20 Pilihan
ganda
150
Lampiran 16. Tes Kognitif 2 Siklus II
TES KOGNITIF 2 SIKLUS II
Mata Pelajaran : MMKB Hari / Tanggal : Kamis / 27 Mei 2010
Bidang Keahlian: Teknik Gambar Bangunan (TGB) Waktu : 60 menit
Kelas : XI Sifat Soal : Cloose Book Petunjuk mengerjakan : Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia.
1. Berikut ini adalah jenis-jenis perletakan plat, kecuali .....
a. Plat ditumpu oleh balok monolit
b. Plat ditumpu oleh dinding
c. Plat ditumpu oleh balok baja dengan sistem komposit
d. Plat ditumpu oleh kolom monolit
e. Plat ditumpu oleh kolom secara langsung (plat cendawan)
2. Gambar disamping adalah jenis perletakan plat yang
ditumpu oleh .....
a. Kolom monolit
b. Kolom secara langsung (plat cendawan)
c. Balok monolit
d. Balok baja dengan sistem komposit
3. Perletakan plat pada balok digolongkan menjadi tiga macam, yaitu .....
a. Plat terjepit penuh, plat terjepit ½ , plat terjepit ¾
b. Plat terjepit penuh, plat terjepit elastis, plat terjepit ½
c. Plat terjepit balok anak, plat terjepit balok induk, plat terletak bebas
d. Plat terjepit balok anak, plat terjepit balok induk, plat terjepit elastis
e. Plat terjepit penuh, plat terjepit elastis, plat terletak bebas
4. Tulangan yang dipasang sejajar dengan sisi plat arah lebar adalah .....
a. Tulangan pokok sekunder
151
b. Tulangan susut
c. Tulangan pokok primer
d. Tulangan pembagi
e. Tulangan tumpuan
5. 1. Untuk menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya
2. Untuk menambah penyusutan
3. Untuk meratakan pembagian beban
4. Untuk mencegah penyusutan
5. Untuk memusatkan pembebanan
Dari fungsi-fungsi tulangan diatas, yang merupakan fungsi dari tulangan pembagi adalah .....
a. 1, 2, 3
b. 1, 3, 5
c. 1, 3, 4
d. 1, 2, 5
e. 2, 3, 5
6. 1. Menghitung momen akibat beban terfaktor
2. Menentukan diameter dan jarak tulangan dengan memperhatikan lebar S max
3. Menentukan tebal plat
4. Menghitung luas tulangan dengan memperhatikan batas tulangan (ρ min)
5. Menghitung beban-beban : beban mati, beban hidup, dan beban terfaktor
Dari langkah-langkah diatas, urutkanlah langkah-langkah untuk menganalisis perhitungan plat satu arah ......
a. 1, 2, 3, 4 dan 5
b. 2, 3, 4, 5 dan 1
c. 3, 5, 1, 4 dan 2
d. 4, 3, 2, 1 dan5
e. 3, 5, 1, 2 dan 4
Untuk soal no.7 dan 8
152
7. Dari gambar plat diatas, yang manakah yang menunjukkan penutup beton .....
a. E b. D c. C d. B e. A
8. Dari gambar plat diatas, yang manakah yang menunjukkan tebal plat (h) .....
a. E b. C c. A d. B e. D
9. Kode tulangan yang menunjukkan lapisan kedua dari luar (arah ke dalam plat) adalah .....
a.
b.
c.
d.
e.
10. Diketahui plat seperti gambar
disamping, adalah jenis plat .....
a. Satu arah b. Dua arah c. Tiga arah d. Empat arah e. Lima arah
153
11. Jika diketahui f = 240 Mpa, L = 2,9 m. Maka tebal plat adalah .....
a. 82,75 mm d. 0,10 m
b. 87,75 m e. 0,012 m
c. 0,10 mm
12. Berapakah beban berfaktor (qu), jika diketahui : qd = 0,456 t/m2 dan ql = = 0,50 t/m2 .....
a. 0,0684 t/m2 d. 0,5472 t/m2 b. 0,9096 t/m2 e. 0,606 t/m2 c. 0,7872 t/m2
13. Jika diketahui panjang plat lantai (L) = 3,6 m dan qu = 0,8727 t/m2. Maka momen yang
bekerja akibat beban terfaktor (Mu) pada lapangan adalah .....
a. 1,4137 tm d. 4,4727 tm b. 0,4713 tm e. 4,1251 tm c. 3,1417 tm
14. Jika diketahui: m= 18,8235, Rn = 1,2053, fy = 240 Mpa. Berapakah nilai ( ρ ) .....
a. 0,0053 d. 0,53 b. 0,00053 e. 5300 c. 0,053
15. Diketahui : ρ’ = 0,0056 ρ = 0,02066 b = 400 mm
d = 720 mm Dari data diatas, berapakah nilai ( As perlu ) yang digunakan untuk perencanaan plat .....
a. 5950,08 mm2 d. 0,0467 mm2 b. 1630,08 mm2 e. 0,0841 mm2 c. 33,677 mm2
16. Dalam penentuan jumlah tulangan (n), jika diketahui As perlu = 610 mm2 dan diameter
tulangan yang digunakan adalah 10 mm. Maka jumlah tulangan yang digunakan adalah
sebanyak .....
a. 6 buah c. 9 buah e. 7 buah
b. 8 buah d. 7,77 buah
154
17. Diketahui : fy = 400 b = 1000 mm h = 140 mm
dari data diatas, berapakah nilai (As) pada perhitungan tulangan pembagi dilapangan .....
a. 5,6 x 107 d. 2,52 mm2 b. 350 mm2 e. 252 mm2 c. 3,5 m
18. Diketahui plat seperti gambar disamping,
adalah jenis plat .....
a. Satu arah d. Empat arah
b. Dua arah e. Lima arah
c. Tiga arah
Untuk soal no.19 dan 20
19. Dari gambar potongan tulangan arah x diatas, berapakah nilai A .....
a. 400 d. 1000
b. 600 e. 200
c. 800
20. Jika diketahui data perhitungan plat dua arah :
1. Tulangan pada lapangan arah x = Ø p 10 – 200
2. Tulangan pada lapangan arah y = Ø p 10 – 250
3. Tulangan pada tumpuan arah x = Ø p 10 – 250
4. Tulangan pada tumpuan arah y = Ø p 10 – 250
155
Berapakah jumlah tulangan dan jarak antar tulangan di potongan tulangan arah x, pada notasi B .....
a. Ø p 10 – 500 d. Ø p 10 – 250
b. Ø p 10 – 800 e. Ø p 10 – 400
c. Ø p 10 – 200
156
Lampiran 17. Kunci Jawaban Tes Kognitif 2 Siklus II
KUNCI JAWABAN TES KOGNITIF 2 SIKLUS II
1. D 11. D
2. B 12. C
3. E 13. A
4. C 14. A
5. B 15. A
6. C 16. B
7. E 17. E
8. A 18. B
9. D 19. C
10. A 20. D
157
Lampiran 18. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Pra
Siklus)
Konsep Aspek Indikator No. Item
Ranah
Afektif
(Winkel,
(2009:
282 – 283)
1. Penerimaan
a. Mengakui Kepentingan
b. Menunjukan kemauan
c. Mematuhi Peraturan
3, 15
1, 2
4, 5
2. Partisipasi Ikut serta secara aktif 13, 16, 19
3. Penilaian/ penentuan a. Menerima suatu nilai
b. Menghargai pendapat
6, 7, 8
20
4. Organisasi Membentuk sistem nilai 9, 10
5. Pembentukan pola
hidup
a. Bertanggung jawab
b. Menunjukan kepercayaan diri
c. Menunjukan disiplin pribadi
12
14, 18
11, 17
158
Lampiran 19. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Pra
Siklus)
No.
Item Pernyataan
1 Siswa memperhatikan pelajaran dengan aktif
2 Siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru
3 Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru
4 Siswa mematuhi tata tertib
5 Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik
6 Siswa membuat catatan pelajaran MMKB dengan rapi
7 Siswa mengerjakan soal-soal ujian sendiri
8 Siswa mencatat materi tambahan yang disampaikan oleh guru
9 Siswa berbicara sendiri sewaktu guru menerangkan pelajaran
10 Siswa menghormati guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas
11 Siswa datang tepat waktu
12 Siswa tidak meninggalkan pelajaran tanpa alasan
13 Siswa aktif dalam kerja kelompok
14 Siswa berusaha menjawab pertanyaan guru dengan benar
15 Siswa mau bertanya tentang materi yang belum dipahaminya
16 Siswa aktif dalam diskusi kelas
17 Siswa menanggapi setiap materi yang disampaikan oleh guru
18 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran
19 Siswa aktif menyampaikan pendapat dalam setiap kegiatan diskusi dan
pembelajaran
20 Siswa selalu mendengarkan pendapat teman lain
159
Lampiran 20. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Pra Siklus)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
∑
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
160
Lampiran 21. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Pra Siklus )
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1
3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1
4 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2
5 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1
6 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1
7 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2
8 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1
9 2 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
10 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2
11 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1
12 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2
13 2 1 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2
14 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
15 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2
16 2 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 3 2 1 2
17 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1
18 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1
19 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1
20 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1
21 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1
∑ 40 33 40 25 31 31 42 37 47 43 44 42 37 30 28 34 33 42 30 31
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
161
Lampiran 22. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif Siswa (Pra Siklus)
No. Item
Jumlah Per Item No. Item
Jumlah Per Item
1 40 11 44 2 33 12 42 3 40 13 37 4 25 14 30 5 31 15 28 6 31 16 34 7 42 17 33 8 37 18 42 9 47 19 30 10 43 20 31
No. Indikator No. Item Jumlah Item Persentase (%)
1 Mengakui kepentingan 3, 15 40+28 = 68 (68÷126) x 100 = 53,97
2 Menunjukkan kemauan 1, 2 40+33 = 73 (73÷126) x 100 = 57,94
3 Mematuhi peraturan 4, 5 25+31 = 56 (56÷126) x 100 = 44,44
4 Ikut serta secara aktif 13, 16, 19 37+34+30 = 101 (101÷189)x 100 = 53,44
5 Menerima suatu nilai 6, 7, 8 31+42+37 = 110 (110÷198)x 100 = 58,20
6 Menghargai pendapat 20 31 = 31 (31÷63) x 100 = 49,21
7 Membentuk system nilai 9, 10 47+43 = 90 (90÷126) x 100 = 71,43
8 Bertanggung jawab 12 42 = 42 (43÷63) x 100 = 66,67
9 Menunjukkan kepercayaan diri 14, 18 30+42 = 72 (72÷126) x 100 = 57,14
10 Menunjukkan disiplin pribadi 11, 17 44+33 = 77 (77÷126) x 100 = 61,11
Jumlah 573,6
Rata-rata 57,36
Rumus % = Jumlah item x 100
Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 3 x jumlah siswa = 3 x 21 = 63
162
Lampiran 23. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa
(Siklus I)
Konsep Aspek Indikator No. Item
Ranah
Afektif
(Winkel,
(2009:
282 – 283)
1. Penerimaan
a. Mengakui Kepentingan
b. Menunjukan kemauan
c. Mematuhi Peraturan
3, 15
1, 2
4, 5
2. Partisipasi Ikut serta secara aktif 13, 16, 19
3. Penilaian/ penentuan a. Menerima suatu nilai
b. Menghargai pendapat
6, 7, 8
20
4. Organisasi Membentuk sistem nilai 9, 10
5. Pembentukan pola
hidup
a. Bertanggung jawab
b. Menunjukan kepercayaan diri
c. Menunjukan disiplin pribadi
12
14, 18
11, 17
163
Lampiran 24. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa
(Siklus I)
No.
Item Pernyataan
1 Siswa memperhatikan pelajaran dengan aktif
2 Siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru
3 Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru
4 Siswa mematuhi tata tertib
5 Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik
6 Siswa membuat catatan pelajaran MMKB dengan rapi
7 Siswa mengerjakan soal-soal ujian sendiri
8 Siswa mencatat materi tambahan yang disampaikan oleh guru
9 Siswa berbicara sendiri sewaktu guru menerangkan pelajaran
10 Siswa menghormati guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas
11 Siswa datang tepat waktu
12 Siswa tidak meninggalkan pelajaran tanpa alasan
13 Siswa aktif dalam kerja kelompok
14 Siswa berusaha menjawab pertanyaan guru dengan benar
15 Siswa mau bertanya tentang materi yang belum dipahaminya
16 Siswa aktif dalam diskusi kelas
17 Siswa menanggapi setiap materi yang disampaikan oleh guru
18 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran
19 Siswa aktif menyampaikan pendapat dalam setiap kegiatan diskusi dan
pembelajaran
20 Siswa selalu mendengarkan pendapat teman lain
164
Lampiran 25. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Siklus I)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
∑
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
165
Lampiran 26. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Siklus I)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2
3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
4 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
6 3 2 3 3 2 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3
7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
9 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
11 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
12 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
14 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3
15 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
17 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3
19 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2
20 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1
21 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2
∑ 45 40 41 43 35 38 46 41 37 52 45 43 42 39 32 37 38 49 43 44
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
166
Lampiran 27. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif Siswa (Siklus I)
No. Item
Jumlah Per Item No. Item
Jumlah Per Item
1 45 11 45 2 40 12 43 3 41 13 42 4 43 14 39 5 35 15 32 6 38 16 37 7 46 17 38 8 41 18 49 9 37 19 43 10 52 20 44
No. Indikator No. Item Jumlah Item Persentase (%)
1 Mengakui kepentingan 3, 15 41+32 = 73 (73÷126) x 100 = 57,94
2 Menunjukkan kemauan 1, 2 45+40 = 85 (85÷126) x 100 = 67,46
3 Mematuhi peraturan 4, 5 43+35 = 78 (78÷126) x 100 = 61,90
4 Ikut serta secara aktif 13, 16, 19 42+37+43 = 122 (122÷189)x 100 = 64,55
5 Menerima suatu nilai 6, 7, 8 38+46+41 = 125 (125÷198)x 100 = 66,14
6 Menghargai pendapat 20 44 = 44 (44÷63) x 100 = 69,84
7 Membentuk system nilai 9, 10 37+52 = 89 (89÷126) x 100 = 70,63
8 Bertanggung jawab 12 43 = 43 (43÷63) x 100 = 68,25
9 Menunjukkan kepercayaan diri 14, 18 39+49 = 88 (88÷126) x 100 = 69,84
10 Menunjukkan disiplin pribadi 11, 17 45+38 = 83 (83÷126) x 100 = 65,87
Jumlah 662,42
Rata-rata 66,242
Rumus % = Jumlah item x 100
Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 3 x jumlah siswa = 3 x 21 = 63
167
Lampiran 28. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Siklus II)
Konsep Aspek Indikator No. Item
Ranah
Afektif
(Winkel,
(2009:
282 – 283)
1. Penerimaan
a. Mengakui Kepentingan
b. Menunjukan kemauan
c. Mematuhi Peraturan
3, 15
1, 2
4, 5
2. Partisipasi Ikut serta secara aktif 13, 16, 19
3. Penilaian/ penentuan a. Menerima suatu nilai
b. Menghargai pendapat
6, 7, 8
20
4. Organisasi Membentuk sistem nilai 9, 10
5. Pembentukan pola
hidup
a. Bertanggung jawab
b. Menunjukan kepercayaan diri
c. Menunjukan disiplin pribadi
12
14, 18
11, 17
168
Lampiran 29. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa
(Siklus II)
No.
Item Pernyataan
1 Siswa memperhatikan pelajaran dengan aktif
2 Siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru
3 Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru
4 Siswa mematuhi tata tertib
5 Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik
6 Siswa membuat catatan pelajaran MMKB dengan rapi
7 Siswa mengerjakan soal-soal ujian sendiri
8 Siswa mencatat materi tambahan yang disampaikan oleh guru
9 Siswa berbicara sendiri sewaktu guru menerangkan pelajaran
10 Siswa menghormati guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas
11 Siswa datang tepat waktu
12 Siswa tidak meninggalkan pelajaran tanpa alasan
13 Siswa aktif dalam kerja kelompok
14 Siswa berusaha menjawab pertanyaan guru dengan benar
15 Siswa mau bertanya tentang materi yang belum dipahaminya
16 Siswa aktif dalam diskusi kelas
17 Siswa menanggapi setiap materi yang disampaikan oleh guru
18 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran
19 Siswa aktif menyampaikan pendapat dalam setiap kegiatan diskusi dan
pembelajaran
20 Siswa selalu mendengarkan pendapat teman lain
169
Lampiran 30. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Siklus II)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
∑
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
170
Lampiran 31. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Afektif Siswa (Siklus II)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
4 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2
5 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
6 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
7 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2
8 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2
9 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2
10 3 2 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2
11 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2
12 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2
13 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3 2 1 3 2 2 3 2
14 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3
15 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3
16 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2
18 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
19 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
20 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
21 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2
∑ 56 52 47 46 57 42 52 54 37 53 52 61 59 42 44 59 42 52 50 47
Keterangan :
Skor 3 untuk kategori tinggi
Skor 2 untuk kategori sedang
Skor 1 untuk kategori kurang
171
Lampiran 32. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Afektif Siswa (Siklus II)
No. Item
Jumlah Per Item No. Item
Jumlah Per Item
1 56 11 52 2 52 12 61 3 47 13 59 4 46 14 42 5 57 15 44 6 42 16 59 7 52 17 42 8 54 18 52 9 37 19 50
10 53 20 47
No. Indikator No. Item Jumlah Item Persentase (%)
1 Mengakui kepentingan 3, 15 47+44 = 91 (91÷126) x 100 = 72,22
2 Menunjukkan kemauan 1, 2 56+52 = 108 (108÷126) x 100 = 85,57
3 Mematuhi peraturan 4, 5 46+57 = 103 (103÷126) x 100 = 81,75
4 Ikut serta secara aktif 13, 16, 19 59+59+50 = 168 (168÷189)x 100 = 88,,89
5 Menerima suatu nilai 6, 7, 8 42+52+54 = 148 (148÷198)x 100 = 78,31
6 Menghargai pendapat 20 47 = 47 (47÷63) x 100 = 74,60
7 Membentuk system nilai 9, 10 37+53 = 90 (90÷126) x 100 = 71,43
8 Bertanggung jawab 12 61 = 61 (61÷63) x 100 = 96,83
9 Menunjukkan kepercayaan diri 14, 18 42+52 = 94 (94÷126) x 100 = 74,60
10 Menunjukkan disiplin pribadi 11, 17 52+42 = 94 (94÷126) x 100 = 74,60
Jumlah 798,8
Rata-rata 79,88
Rumus % = Jumlah item x 100
Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 3 x jumlah siswa = 3 x 21 = 63
172
Lampiran 33. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Pra Siklus)
No. Aspek
Psikomotor
Kata Kerja
Operasional Keterangan
1 P1 Mempersiapkan Persiapan kelompok dalam demonstrasi
2 P5 Membangun Kerjasama kelompok
3 P2 Mempertunjukan Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat
berdiskusi
4 P2 Menanggapi Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 P2 Menanggapi Kemampuan menjawab pertanyaan
6 P6 Membuat variasi Mengkomunikasikan hasil diskusi
7 P4 Mengatur Penyampaian presentasi secara berurutan
8 P3 Mengerjakan Keaktifan anggota kelompok
9 P4 Mengatur Pengaturan waktu pembelajaran secara efisien
10 P7 Menyusun Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
Sumber : Winkel, (2009: 283-285)
Keterangan :
P1 : Persepsi (1)
P2 : Kesiapan (3,4,5)
P3 : Gerakan Terbimbing (8)
P4 : Gerakan Terbiasa (7,9)
P5 : Gerakan Kompleks (2)
P6 : Penyesuaian Pola Gerak (6)
P7 : Kreatifitas (10)
173
Lampiran 34. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa
(Pra Siklus)
No.
Item Pernyataan
1 Persiapan materi yang akan dipresentasikan
2 Kerjasama kelompok
3 Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat berdiskusi
4 Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 Kemampuan menjawab pertanyaan
6 Mengkomunikasikan data hasil observasi
7 Penyampaian presentasi secara berurutan
8 Keaktifan anggota kelompok
9 Melakukan kegiatan pembelajaran tepat waktu
10 Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
174
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
Lampiran 35. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Pra Siklus)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
175
Lampiran 36. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Pra Siklus)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2
2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3
3 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2
4 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1
5 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3
6 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3
7 2 1 1 1 1 2 2 3 1 1
8 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1
9 2 1 2 2 3 2 2 3 1 1
10 1 2 1 2 3 3 2 3 2 2
11 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1
12 1 2 2 2 3 3 2 3 2 1
13 1 1 2 2 1 1 2 3 1 1
14 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3
15 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2
16 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2
17 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2
18 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3
19 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
21 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2
∑ 31 36 33 32 41 48 38 63 30 38
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
176
Lampiran 37. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor Siswa (Pra Siklus)
No. Item Jumlah Per Item 1 31 2 36 3 33 4 32 5 41 6 48 7 38 8 63 9 30 10 38
No. Aspek Indikator No.
Item Jumlah Item Persentase (%)
1 P1 Persepsi 1 31 (31÷84) x100 = 36,9 2 P2 Kesiapan 3,4,5 33+32+41= 106 (106÷252) x100 = 42,06 3 P3 Gerakan terbimbing 8 63 (63÷84) x 100 = 75 4 P4 Gerakan terbiasa 7,9 38+30 = 68 (68÷168) x 100 = 40,47 5 P5 Gerakan kompleks 2 36 (36÷84) x 100 = 42,85 6 P6 Penyesuaian pola gerak 6 48 (48÷84) x 100 = 57,14 7 P7 Kreatifitas 10 38 (38÷84) x 100 = 45,24 Jumlah 339,66
Rata-rata 48,52
Rumus % = Jumlah item x 100 Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 4 x jumlah siswa = 4 x 21 = 84
177
Lampiran 38. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus I)
No. Aspek
Psikomotor
Kata Kerja
Operasional Keterangan
1 P1 Mempersiapkan Persiapan kelompok dalam demonstrasi
2 P5 Membangun Kerjasama kelompok
3 P2 Mempertunjukan Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat
berdiskusi
4 P2 Menanggapi Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 P2 Menanggapi Kemampuan menjawab pertanyaan
6 P6 Membuat variasi Mengkomunikasikan hasil diskusi
7 P4 Mengatur Penyampaian presentasi secara berurutan
8 P3 Mengerjakan Keaktifan anggota kelompok
9 P4 Mengatur Pengaturan waktu pembelajaran secara efisien
10 P7 Menyusun Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
Sumber : Winkel, (2009: 283-285)
Keterangan :
P1 : Persepsi (1)
P2 : Kesiapan (3,4,5)
P3 : Gerakan Terbimbing (8)
P4 : Gerakan Terbiasa (7,9)
P5 : Gerakan Kompleks (2)
P6 : Penyesuaian Pola Gerak (6)
P7 : Kreatifitas (10)
178
Lampiran 39. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus I)
No.
Item Pernyataan
1 Persiapan materi yang akan dipresentasikan
2 Kerjasama kelompok
3 Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat berdiskusi
4 Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 Kemampuan menjawab pertanyaan
6 Mengkomunikasikan data hasil observasi
7 Penyampaian presentasi secara berurutan
8 Keaktifan anggota kelompok
9 Melakukan kegiatan pembelajaran tepat waktu
10 Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
179
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
Lampiran 40. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus I)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
180
Lampiran 41. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus I)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3
2 2 3 3 2 4 3 2 4 3 3
3 2 3 3 2 4 3 2 4 3 3
4 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2
5 2 3 3 2 4 3 2 3 2 3
6 2 3 3 2 4 3 3 4 3 4
7 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4
8 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2
9 2 3 3 2 4 2 2 4 3 3
10 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3
11 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2
12 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
14 2 3 3 2 4 3 2 4 3 3
15 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3
16 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3
17 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3
18 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3
19 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2
20 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2
21 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3
∑ 37 47 46 40 54 51 43 64 44 62
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
181
Lampiran 42. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor Siswa (Siklus I)
No. Item Jumlah Per Item 1 37 2 47 3 46 4 40 5 54 6 51 7 43 8 64 9 44 10 62
No. Aspek Indikator No.
Item Jumlah Item Persentase (%)
1 P1 Persepsi 1 37 (37÷84) x100 = 44 2 P2 Kesiapan 3,4,5 46+50+54= 150 (150÷252) x100 = 59,52 3 P3 Gerakan terbimbing 8 64 (64÷84) x 100 = 76,19 4 P4 Gerakan terbiasa 7,9 43+44 = 87 (87÷168) x 100 = 51,78 5 P5 Gerakan kompleks 2 47 (47÷84) x 100 = 55,95 6 P6 Penyesuaian pola gerak 6 51 (51÷84) x 100 = 60,71 7 P7 Kreatifitas 10 62 (62÷84) x 100 = 73,81 Jumlah 421,96
Rata-rata 60,28
Rumus % = Jumlah item x 100 Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 4 x jumlah siswa = 4 x 21 = 84
182
Lampiran 43. Kisi-kisi Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus II)
No. Aspek
Psikomotor
Kata Kerja
Operasional Keterangan
1 P1 Mempersiapkan Persiapan kelompok dalam demonstrasi
2 P5 Membangun Kerjasama kelompok
3 P2 Mempertunjukan Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat
berdiskusi
4 P2 Menanggapi Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 P2 Menanggapi Kemampuan menjawab pertanyaan
6 P6 Membuat variasi Mengkomunikasikan hasil diskusi
7 P4 Mengatur Penyampaian presentasi secara berurutan
8 P3 Mengerjakan Keaktifan anggota kelompok
9 P4 Mengatur Pengaturan waktu pembelajaran secara efisien
10 P7 Menyusun Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
Sumber : Winkel, (2009: 283-285)
Keterangan :
P1 : Persepsi (1)
P2 : Kesiapan (3,4,5)
P3 : Gerakan Terbimbing (8)
P4 : Gerakan Terbiasa (7,9)
P5 : Gerakan Kompleks (2)
P6 : Penyesuaian Pola Gerak (6)
P7 : Kreatifitas (10)
183
Lampiran 44. Item Soal Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus II)
No.
Item Pernyataan
1 Persiapan materi yang akan dipresentasikan
2 Kerjasama kelompok
3 Kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat berdiskusi
4 Kemampuan menanggapi pendapat orang lain
5 Kemampuan menjawab pertanyaan
6 Mengkomunikasikan data hasil observasi
7 Penyampaian presentasi secara berurutan
8 Keaktifan anggota kelompok
9 Melakukan kegiatan pembelajaran tepat waktu
10 Mengakhiri presentasi dengan kesimpulan
184
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
Lampiran 45. Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus II)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
∑
185
Lampiran 46. Hasil Lembar Observasi Hasil Belajar untuk Ranah Psikomotor Siswa (Siklus II)
No. Item Soal
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4
2 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4
3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3
5 3 3 4 3 4 3 2 4 2 4
6 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4
7 4 4 4 3 3 4 3 3 2 4
8 3 3 2 2 2 2 2 3 2 4
9 4 4 3 2 4 4 4 3 2 4
10 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3
11 3 3 2 1 2 2 2 3 1 3
12 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3
13 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3
14 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4
15 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3
16 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4
17 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
18 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4
19 3 2 2 1 1 3 3 2 2 4
20 3 2 3 2 2 4 3 3 2 3
21 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4
∑ 77 66 62 58 61 70 60 72 54 76
Keterangan :
Skor 4 untuk kategori baik sekali
Skor 3 untuk kategori baik
Skor 2 untuk kategori cukup
Skor 1 untuk kategori kurang
186
Lampiran 47. Jumlah Skor tiap Item Soal pada Observasi Psikomotor Siswa (Siklus II)
No. Item Jumlah Per Item 1 77 2 66 3 62 4 58 5 61 6 70 7 60 8 72 9 54 10 76
No. Aspek Indikator No.
Item Jumlah Item Persentase (%)
1 P1 Persepsi 1 77 (77÷84) x100 = 91,67 2 P2 Kesiapan 3,4,5 62+58+61= 181 (81÷252) x100 = 71,83 3 P3 Gerakan terbimbing 8 72 (72÷84) x 100 = 85,71 4 P4 Gerakan terbiasa 7,9 60+54 = 114 (114÷168) x 100 = 67,85 5 P5 Gerakan kompleks 2 66 (66÷84) x 100 = 78,57 6 P6 Penyesuaian pola gerak 6 70 (70÷84) x 100 = 83,33 7 P7 Kreatifitas 10 76 (76÷84) x 100 = 90,48 Jumlah 569,44
Rata-rata 81,35
Rumus % = Jumlah item x 100 Jumlah maks.Per item
Jumlah maks. Per item = 4 x jumlah siswa = 4 x 21 = 84
187
Lampiran 48. Lembar Observasi Performance Guru dalam Kegiatan Pembelajaran MMKB
(Sumber: Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2005:31 - 46)
No. Aspek Nilai
Jumlah 1 2 3 4
1 Penentuan media (alat bantu) mengajar
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
3 Menggunakan waktu pembelajaran secara efisien
4 Menggunkan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran
5 Menggunkaan ekspresi lisan/ tertulis yang ditangkap oleh siswa
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode
7 Mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh, perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi
188
Catatan: Deskripsi Penilaian
1. Penentuan media (alat bantu) mengajar Penilaian 1 = Tidak menggunakan media 2 = Media sesuai dengan materi pelajaran 3 = Media sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran 4 = Media sesuai dengan materi pelajaran, tujuan dan sesuai dengan daya cerna siswa
2. Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
Penilaian 2 = Tidak mengorganisasikan siswa 2 = Pengelompokan 3 = Pengelompokan dan penguasaan
3. Menggunakan waktu pembelajaran secara efisien Penilaian 1 = Tidak menggunakan waktu secara efisien 2 = Memulai pelajaran tepat waktu 3 = Memulai pelajaran tepat waktu dan meneruskan pembelajaran sampai habis waktu 4 = Seperti no. 2 dan 3 + melaksanakan kegiatan dalam langkah-langkah pembelajaran sesuai waktu yang direncanakan serta tidak ada waktu yang terbuang sia-sia
4. Menggunkan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran Penilaian 1 = Mengabaikan pertanyaan siswa 2 = Mengetahui adanya siswa yang ingin bertanya dan sesekali meminta respon/pertanyaan siswa 3 = Meminta respon atau pertanyaan siswa terus menerus selama pembelajaran berlangsung dan memberikan balikan kepada siswa 4 = Guru menampung respon dan pertanyaan siswa untuk dibahas bersama
189
5. Menggunakan ekspresi lisan/ tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa Penilaian 1 = Pembicaraan tidak dapat dimengerti/ tidak jelas 2 = Pembicaraan dapat dimengerti 3 = Pembicaraan dapat dimengerti dan ekspresi lisan tepat 4 = Seperti no. 2 dan 3 + materi tertulis jelas
6. Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode Penilaian 1 = Menggunakan dua atau lebih mtode pembelajaran, tetapi tidak relevan dengan tujuan dan siswa 2 = Satu metode digunkaan relevan dengan tujuan, materi dan siswa tetapi metode
lain tidak relevan 3 = Menggunakan dua metode yang relevan dengan tujuan, materi dan siswa 4 = Menggunakan dua metode yang semuanya relevan dengan tujuan, materi dan siswa
7. Mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran Penilaian 1 = Tidak dapat mendemontrasikan bahan pembelajaran 2 = Mendemonstrasikan materi pembelajaran secara cermat 3 = No.2 + informasi dan bahan pembelajaran dikemukakan sesuai dengan faktanya 4 = No. 2 dan 3 + mengaitkan pengetahuan yang diajarkan dengan pengetahuan lain yang relevan
8. Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran Penilaian 1 = Tidak menggunakan prosedur 2 = Menggunakan minat siswa untuk mengantar ke kegiatan yang baru 3 = No.2 + memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang menggali pemikiran siswa 4 = No. 2 dan 3 + mengemukakan cakupan materi yang akan dibahas serta mengemukakan suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan
190
9. Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran Penilaian 1 = Sedikit siswa yang terlibat (kurang dari 30%) 2 = Cukup banyak siswa yang terlibat (30% - 50%) 3 = Banyak siswa yang terlibat (50% - 75%) 4 = Hampir semua siswa terlibat (75% - 100%)
10. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri Penilaian 1 = Tidak membantu siswa 2 = Menghimpun informasi tentang kemampuan siswa 3 = No. 2 + memberi peluang kepada siswa untuk menyampaikan pengalamannya 4 = No. 2 dan 3 + mendorong siswa agar berani mengemukakan dan menjelaskan karyanya
11. Menunjukkan sikap ramah, penuh perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain Penilaian 1 = Tidak menunjukkan sikap yang baik 2 = Menampilkan sikap bersahabat yang baik 3 = No. 2 + mengendalikan diri bila menghadapi perilaku siswa yang tidak diinginkan 4 = No. 2 dan 3 + menggunakan kata-kata halus dalam menegur siswa
12. Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi Penilaian 1 = Tidak mengembangkan hubungan yang baik 2 = Berbicara sopan dengan siswa 3 = No.2 + mendorong terjadinya tukar pendapat antar siswa 4 = No.2 dan 3 + menunjukkan sikap adil terhadap semua siswa
191
Lampiran 49. Hasil Lembar Observasi Performance Guru dalam Kegiatan Pembelajaran MMKB
HASIL LEMBAR OBSERVASI PERFORMANCE GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MMKB
No. Aspek Nilai Pada
Pertemuan ke-
1 2 3 4
1 Penentuan media (alat bantu) mengajar 1 2 3 3
2 Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
3 3 4 4
3 Menggunakan waktu pembelajaran secara efisien 2 3 3 4
4 Menggunkan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 2 3 3 4
5 Menggunkaan ekspresi lisan/ tertulis yang ditangkap oleh siswa 2 2 4 4
6 Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode 2 2 3 4
7 Mendemonstrasikan penguasaan bahan pembelajaran 2 2 2 3
8 Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pembelajaran 1 3 4 4
9 Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 2 2 3 4
10 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri 2 3 4 4
11 Menunjukkan sikap ramah, penuh, perhatian, dan sabar kepada siswa maupun orang lain 2 2 3 3
12 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 3 3 3 4
Rata-rata 2,25 3,5
192
Lampiran 50. Nilai Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II
NILAI
KOGNITIF SISWA SIKLUS I
No. NIS Nama Siswa Nilai Tes Kognitif
Siklus I
1 12509 Aan Setiawan 70
2 12512 Agus Setiawan 70
3 12513 Agus Supriyanto 71.25
4 12514 Agus Tri Cahyono 60
5 12515 Andrian Wicaksono 75
6 12516 Annas Hangga Raditya 76.25
7 12518 Bayu Martha Nugraha 72.5
8 12521 Destria Dian Permana 71.25
9 12522 Eko Prasetyo 73.75
10 12523 Eko Supriyanto 71.25
11 12524 Erdiyas Angga Prayuda 71.25
12 12525 Irham Subekti 63.75
13 12528 M. Irawan Setya Budi 63.75
14 12529 Nasrul Hudaya 72.5
15 12530 Nolan Enggarani 77.5
16 12531 Rahma Dani Nugroho 67.5
17 12533 Sulis Aryanto 63.75
18 12534 Syahrul Rendra Permana 77.5
19 12535 Taufiq Iriyanto 37.5
20 12536 Wahyu Widodo 52.5
21 12539 Yunianto Adi Putro 71.25
Rata-rata kelas 68.09
Ketuntasan 66.67%
Ketidak tuntasan 33.33%
193
NILAI KOGNITIF SISWA SIKLUS II
No. NIS Nama Siswa Nilai Test
Kognitif II
1 12509 Aan Setiawan 80
2 12512 Agus Setiawan 75
3 12513 Agus Supriyanto 85
4 12514 Agus Tri Cahyono 80
5 12515 Andrian Wicaksono 85
6 12516 Annas Hangga Raditya 85
7 12518 Bayu Martha Nugraha 80
8 12521 Destria Dian Permana 70
9 12522 Eko Prasetyo 75
10 12523 Eko Supriyanto 80
11 12524 Erdiyas Angga Prayuda 80
12 12525 Irham Subekti 85
13 12528 M. Irawan Setya Budi 90
14 12529 Nasrul Hudaya 75
15 12530 Nolan Enggarani 75
16 12531 Rahma Dani Nugroho 85
17 12533 Sulis Aryanto 80
18 12534 Syahrul Rendra Permana 90
19 12535 Taufiq Iriyanto 65
20 12536 Wahyu Widodo 65
21 12539 Yunianto Adi Putro 80
Rata-rata kelas 79.82
Ketuntasan 90.48%
Ketidak tuntasan 9.52%
NILAI KOMPETENSI KOGNITIF SISWA SIKLUS 1
194
Diagram Nilai Kognitif Siswa Siklus 1 (Ketuntasan Belajar Siswa)
Tidak Tuntas, 33.33%
Tuntas, 66.67%
Diagram Nilai Kognitif Siswa Siklus 2 (Ketuntasan Belajar Siswa)
Tidak Tuntas 9.52%
Tuntas 90.48%
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 7
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 14
3 Rerata kompetensi kognitif 67.9
4 Ketuntasan klasikal 66.67%
5 Tidak tuntas 33.33%
NILAI KOMPETENSI KOGNITIF SISWA SIKLUS 2
No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/nilai
1 Siswa mendapat nilai kurang dari 70 2
2 Siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 19
3 Rerata kompetensi kognitif 79.82
4 Ketuntasan klasikal 90.48%
5 Tidak tuntas 9.52%
DAFTAR NAMA KELAS PENELITIAN SISWA XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA
195
Lampiran 51. Daftar Nama Kelas Penelitian XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 /2010
No. NIS Nama Siswa
1 12509 Aan Setiawan
2 12512 Agus Setiawan
3 12513 Agus Supriyanto
4 12514 Agus Tri Cahyono
5 12515 Andrian Wicaksono
6 12516 Annas Hangga Raditya
7 12518 Bayu Martha Nugraha
8 12521 Destria Dian Permana
9 12522 Eko Prasetyo
10 12523 Eko Supriyanto
11 12524 Erdiyas Angga Prayuda
12 12525 Irham Subekti
13 12528 M. Irawan Setya Budi
14 12529 Nasrul Hudaya
15 12530 Nolan Enggarani
16 12531 Rahma Dani Nugroho
17 12533 Sulis Aryanto
18 12534 Syahrul Rendra Permana
19 12535 Taufiq Iriyanto
20 12536 Wahyu Widodo
21 12539 Yunianto Adi Putro
196
Lampiran 52. Daftar Kelompok Diskusi dengan Metode NHT Mata Pelajaran MMKB Siswa Kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta Siklus I
Pertemuan ke- 1
Kelompok 1 1. Aan Setiawan 2. Agus Tri Cahyono 3. Irham Subekti 4. Sulis Aryanto Kelompok 2 1. Agus Setiawan 2. Eko Supriyanto 3. M. Irawan Setya Budi 4. Wahyu Widodo Kelompok 3 1. Agus Supriyanto 2. Bayu Martha Nugraha 3. Erdiyas Angga Prayuda 4. Nasrul Hudaya Kelompok 4 1. Andrian Wicaksono 2. Eko Prasetyo 3. Nolan Enggarani 4. Syahrul Rendra Permana Kelompok 5 1. Annas Hangga Raditya 2. Destria Dian Permana 3. Rahma Dani Nugroho 4. Taufiq Iriyanto 5. Yunianto Adi Putro
Pertemuan ke- 2
Kelompok 1 1. Agus Setiawan 2. Agus Supriyanto 3. Andrian Wicaksono 4. Destria Dian Permana Kelompok 2 1. Annas Hangga Raditya 2. Eko Supriyanto 3. Irham Subekti 4. Rahma Dani Nugroho 5. Wahyu Widodo Kelompok 3 1. Nasrul Hudaya 2. Nolan Enggarani 3. Syahrul Rendra Permana 4. Yunianto Adi Putro Kelompok 4 1. Aan Setiawan 2. Bayu Martha Nugraha 3. Eko Prasetyo 4. Erdiyas Angga Prayuda Kelompok 5 1. M. Irawan Setya Budi 2. Sulis Aryanto 3. Taufiq Iriyanto 4. Agus Tri Cahyono
197
Lampiran 53. Daftar Kelompok Diskusi dengan Metode NHT Mata Pelajaran MMKB Siswa Kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta Siklus II
DAFTAR KELO
MPOK
DISKUSI
DENGAN
METODE NUMBERED HEADS TOGETHER MATA PELAJARAN MENGHITUNG DAN
MERENCANAKAN KONSTRUKSI BETON
Pertemuan ke- 3
Kelompok 1 1. Andrian Wicaksono 2. Nasrul Hudaya 3. Sulis Aryanto 4. Wahyu Widodo Kelompok 2 1. Agus Tri Cahyono 2. Destria Dian Permana 3. Eko Prasetyo 4. Irham Subekti Kelompok 3 1. Bayu Martha Nugraha 2. M. Irawan Setya Budi 3. Nolan Enggarani 4. Rahma Dani Nugroho Kelompok 4
1. Agus Setiawan 2. Agus Supriyanto 3. Syahrul Rendra Permana 4. Yunianto Adi Putro 5. Taufiq Iriyanto
Kelompok 5 1. Annas Hangga Raditya 2. Aan Setiawan 3. Eko Supriyanto 4. Erdiyas Angga Prayuda
Pertemuan ke- 4
Kelompok 1 1. Agus Tri cahyo 2. Eko Prasetyo 3. Destria Dian Permana 4. Eko Supriyanto Kelompok 2 1. Aan Setiawan 2. Erdiyas Hangga Prayuda 3. Syahrul Rendra Permana 4. Taufiq Iriyanto Kelompok 3 1. Agus Supriyanto 2. Rahma Dani Nugroho 3. Sulis Aryanto 4. Wahyu Wdodo 5. Yunianto Adi Putro Kelompok 4 1. Andrian Wicaksono 2. Bayu Martha Nugraha 3. Irham Subekti 2. M. Irawan Setya Budi Kelompok 5 1. Agus Setiawan
2. Annas Hangga Raditya 3. Nasrul Hudaya 4. Nolan Enggarani
198
SISWA XI TGB SMK NEGERI 5 SURAKARTA
SIKLUS II DAFTAR PRESENSI SISWA SMK NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
SEMESTER GANJIL
Bidang Studi Keahlian : Teknologi dan Rekayasa Kelas : XI TGB
Program Studi Keahlian : Teknik Bangunan Mata Pelajaran : MMKB
Kompetensi Keahlian : Teknik Gambar Bangunan Bulan / Tahun : April dan Mei 2010
No. NIS Nama Siswa Pertemuan Ke Jumlah % Hadir
1 2 3 4 S I A 1 12509 Aan Setiawan √ √ √ √ - - - 100 2 12512 Agus Setiawan √ √ √ √ - - - 100 3 12513 Agus Supriyanto √ √ √ √ - - - 100 4 12514 Agus Tri Cahyono √ √ √ √ - - - 100 5 12515 Andrian Wicaksono √ √ √ √ - - - 100 6 12516 Annas Hangga Raditya √ √ √ √ - - - 100 7 12518 Bayu Martha Nugraha √ √ √ √ - - - 100 8 12521 Destria Dian Permana √ √ √ √ - - - 100 9 12522 Eko Prasetyo √ √ √ √ - - - 100 10 12523 Eko Supriyanto √ √ √ √ - - - 100 11 12524 Erdiyas Angga Prayuda √ √ √ √ - - - 100 12 12525 Irham Subekti √ √ √ √ - - - 100 13 12528 M. Irawan Setya Budi √ √ √ √ - - - 100 14 12529 Nasrul Hudaya √ √ √ √ - - - 100 15 12530 Nolan Enggarani √ √ √ √ - - - 100 16 12531 Rahma Dani Nugroho √ √ √ √ - - - 100 17 12533 Sulis Aryanto √ √ √ √ - - - 100 18 12534 Syahrul Rendra Permana √ √ √ √ - - - 100 19 12535 Taufiq Iriyanto √ √ √ √ - - - 100 20 12536 Wahyu Widodo √ √ √ √ - - - 100 21 12539 Yunianto Adi Putro √ √ √ √ - - - 100
mLampiran 54. Daftar Presensi Siswa SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010
199
Lampiran 55. Pedoman Wawancara Guru
PEDOMAN WAWANCARA GURU
(Narasumber : Guru)
Judul Penelitian : Penerapan Model Kooperatif Dengan Metode NHT
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Menghitung
dan Merencanakan Konstruksi Beton Siswa Kelas XI TGB SMK
Negeri 5 Surakarta
Mata Pelajaran : Menghitung Dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
Kelas/Sekolah : XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta
Nama Guru : Drs. Purwanto, ST
Variabel Pertanyaan
1. Penerapan model
pembelajaran
kooperatif dengan
metode NHT
1. Apakah dalam pembelajaran MMKB sudah menggunakan
berbagai macam metode atau model?
2. Biasanya metode atau model pembelajaran apa saja yang
sering digunakan? Bisa sebutkan dan dijelaskan?
4. Apakah dari penggunaan berbagai metode itu bisa
menumbuhkan keingintahuan siswa?
5. Bagaimana dengan pengaruhnya terhadap pembelajaran
siswa?
6. Apakah metode atau model yang digunakan sudah
disesuaikan dengan materi pembelajaran?
7. Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
dengan metode NHT sudah mencerminkan konsepsi awal
siswa?
8. Adakah hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
metode NHT?
2. Hasil belajar siswa
1. Apakah bapak sering memberikan tugas kepada siswa?
Tolong jelaskan!
2. Kesulitan-kesuliatan apa saja yang bapak hadapi?
200
3. Apakah bapak sering menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan? Tolong dijelaskan dan diberikan alasannya!
4. Kemampuan tiap siswa pasti berbeda-beda, jalan apa yang
bapak terapkan agar pembelajaran berjalan lancar?
5. Dari proses pembelajaran ataupun model dan metode yang
digunakan, apakah sering muncul permasalahan dan itu dari
siapa? Lalu bagaimana bapak mensiasati untuk
menyelesaikannya?
6. Apakah dalam penggunaan metode membuat pembelajaran
lebih mudah?
Surakarta, Juni 2010
Pewawancara,
Rosalina Yulianingsih K1506015
201
Lampiran 56. Pedoman Wawancara Siswa
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
(Narasumber : Siswa)
Judul Penelitian : Penerapan Model Kooperatif Dengan Metode NHT dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Menghitung
dan Merencanakan Konstruksi Beton Siswa Kelas XI
TGB SMK Negeri 5 Surakarta
Mata Pelajaran : Menghitung Dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
Kelas/Sekolah : XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta
Nama Siswa :
Variabel Pertanyaan
1. Penerapan model
pembelajaran
kooperatif dengan
metode NHT
1. Apakah guru dalam memberikan pembelajaran sudah
menggunakan variasi metode atau cara?
2. Metode apa saja yang sering digunakan? Bisa disebutkan!
3. Apakah anda suka dengan model belajar yang digunakan
oleh guru anda?
4. Apakah anda pernah protes dengan cara pembelajaran
yang dilakukan oleh guru anda?
5. Bagaimana caranya agar kalian merasa nyaman dengan
proses pembelajaran di kelas?
6. Apakah kalian suka dengan cara belajar yang
dikelompokan? Mengapa, dan berikan alasannya!
7. Bila dibuat kelompok-kelompok, apakah kalian bisa
belajar dengan baik? Berikan alasan anda!
8. Dari belajar kelompok, apa yang ingin kalian dapatkan?
9. Apakah anda sering ditunjuk guru untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru?
10. Bagaimana perasaan anda?
11. Apakah anda sering menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan benar?
202
12. Bila tidak, kiat apa yang kalian lakukan agar mengerti
dengan pertanyaan itu?
13. Apakah kalian suka dengan pemberian tugas? Berikan
alasan anda!
14. Apa yang kalian peroleh dari pemberian tugas itu?
15. Apakah dikelas sering dilakukan kegiatan diskusi?
16. Apakah kalian suka dengan diskusi?
17. Apa yang kalian peroleh dari kegiatan diskusi tersebut?
18. Bila dalam pembelajaran dilakukan demonstrasi, apakah
kalian suka? Mengapa?
19. Apa yang kalian dapatkan dari model pembelajaran seperti
itu?
2. Hasil belajar siswa
1. Apa menurut anda mudah dalam memahami pelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton
(MMKB)?
2. Apakah kalian suka bertanya kepada guru bila kalian tidak
paham dengan materi yang diajarkan?
3. Apakah kalian sering mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru?
4. Apakah kalian paham dengan tugas tersebut?
5. Apakah dengan pemberian tugas dan diskusi dapat
membuat pemahaman konsep kalian lebih baik?
6. Apakah anda sering mengemukakan pendapat saat
kegiatan diskusi dilakukan?
7. Apakah anda selalu ikut mengerjakan setiap tugas yang
diberikan?
8. Bila anda tidak mengerti dengan materi atau tugas yang
dipelajari, apa yang akan anda lakukan?
9. Apakah kalian suka bila diminta untuk membacakan tugas
di depan kelas? Berikan alasannya!
203
10. Apa yang ingin kalian dapatkan dari setiap akhir
pembelajaran?
Surakarta, Mei 2010
Pewawancara,
Rosalina Yulianingsih K1506015
204
Lampiran 57. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (Catatan Wawancara ke- 1)
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA (Catatan Wawancara ke- 1)
Responden : Siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta
Nama Siswa : Nolan Enggarani
Kegiatan : Memperoleh gambaran secara jelas mengenai pembelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB) setelah diterapan Model Kooperatif Dengan Metode NHT dalam untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada akhir siklus II Hari/tanggal : 29 Mei 2010
Pukul : 09.40 – 10.05 WIB
Tempat : Bengkel kayu tangan, program keahlian bangunan SMK Negeri 5
Surakarta
TRANSKRIP WAWANCARA
Peneliti : ”Apakah guru dalam memberikan pembelajaran sudah menggunakan variasi metode atau cara?” Responden : “Sudah, tapi cuma sedikit” Peneliti : ”Metode apa saja yang sering digunakan? Bisa disebutkan!” Responden : “Hanya ceramah terus diberi tugas” Peneliti : “Apakah kamu suka dengan model belajar yang digunakan oleh guru kamu?” Responden : “Suka, tapi bosen” Peneliti : ”Apakah kalian pernah protes dengan cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru kalian?” Responden : “Tidak pernah, jika sedang belajar ya semua didengarkan” Peneliti : ”Bagaimana caranya agar kalian merasa nyaman dengan proses pembelajaran di kelas?” Responden : “Ya dengan mencatat dan mendengarkan, tapi kadang bercanda biar tidak bosen” Peneliti : ”Dengan adanya variasi belajar kalian suka dengan cara belajar yang dikelompokan? Mengapa, dan berikan alasannya!”
205
Responden : “Suka, karena ada variasi dalam belajar dan bisa bertukar pikiran” Peneliti : ”Bila dibuat kelompok-kelompok, apakah kalian bisa belajar dengan baik? Berikan alasan anda!” Responden : “Bisa, karena bisa kerjasama dengan kelompok” Peneliti : ”Dari belajar kelompok, apa yang ingin kalian dapatkan?” Responden : “Jadi menambah pengetahuan dan lebih mengerti pelajaran” Peneliti : ”Apakah kamu sering ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru?: Responden : “Sering” Peneliti : ”Bagaimana perasaan kamu?” Responden : “Deg-degan” Peneliti : ”Kenapa deg-degan?” Responden : “Karena takut salah jawabannya” Peneliti : ”Apakah kamu sering menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar?” Responden : “Sering” Peneliti : ”Apakah kalian suka dengan pemberian tugas? Berikan alasan kamu!” Responden : “Suka, karena jadi lebih paham jika diberikan tugas” Peneliti : ”Apakah kalian suka dengan diskusi?” Responden : “Suka sekali” Peneliti : ”Apa yang kalian peroleh dari kegiatan diskusi tersebut?” Responden : “Jadi bisa bekerjasama dan tukar pikiran jika ada perhitungan yang tidak dimengerti” Peneliti : ”Bila dalam pembelajaran dilakukan demonstrasi, apakah kalian suka? Mengapa?” Responden : “Suka, tapi jadi grogi” Peneliti : ”Apa yang kalian dapatkan dari model pembelajaran seperti itu?” Responden : “Bisa lebih memahami materi yang sedang dipelajari” Peneliti : ”Apa menurut anda mudah dalam memahami pelajaran Menghitung dan
Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)?”
Responden : “Kadang mudah kadang susah” Peneliti : ”Mengapa?” Responden : “Karena sebelum diadakan variasi dengan diskusi kelompok, guru
206
mengajarnya terlalu cepat ” Peneliti : ”Pernah protes?” Responden : “Tidak pernah” Peneliti : ”Setelah diadakan diskusi, apa guru mengajar lebih baik dari sebelumnya?” Responden : “Iya, jadi lebih terarah” Peneliti : ”Apakah kalian suka bertanya kepada guru bila kalian tidak paham dengan materi yang diajarkan?” Responden : “Suka” Peneliti : ”Mengapa?” Responden : “Karena kalau bertanya jadi tidak bingung waktu mengerjakan tugas” Peneliti : ”Apakah kalian selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru?”
Responden : “Selalu” Peneliti : ”Apakah kalian paham dengan tugas tersebut?” Responden : “Paham” Peneliti : ”Apakah dengan pemberian tugas dan diskusi dapat membuat pemahaman konsep kalian lebih baik?” Responden : “Iya, jadi lebih paham” Peneliti : ”Apakah kamu sering mengemukakan pendapat saat kegiatan diskusi dilakukan?” Responden : “Kadang-kadang, karena nanti juga pasti dapat giliran” Peneliti : ”Apakah anda selalu ikut mengerjakan setiap tugas yang diberikan?”
Responden : “Iya, selalu ikut” Peneliti : ”Bila kamu tidak mengerti dengan materi atau tugas yang dipelajari, apa yang akan kamu lakukan?” Responden : “Bertanya pada guru dan teman” Peneliti : ”Apakah kalian suka bila diminta untuk membacakan tugas di depan kelas? Berikan alasannya!” Responden : “Suka, karena teman-teman jadi memperhatikan dan terlihat aktif bagi guru” Peneliti : ”Apa yang ingin kalian dapatkan dari setiap akhir pembelajaran?” Responden : “Paham dengan materi dan perhitungannya dan dari yang tidak tahu menjadi tahu”
207
Lampiran 58. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (Catatan Wawancara ke- 2)
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA (Catatan Wawancara ke- 2)
Responden : Siswa kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta
Nama Siswa : Agus Supriyanto
Kegiatan : Memperoleh gambaran secara jelas mengenai pembelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
setelah diterapan Model Kooperatif Dengan Metode NHT
dalam untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada akhir
siklus II
Hari/tanggal : 27 Mei 2010
Pukul : 09.40 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang gambar jurusan bangunan SMK Negeri 5 Surakarta TRANSKRIP WAWANCARA
Peneliti : ”Apakah guru dalam memberikan pembelajaran sudah menggunakan variasi metode atau cara?” Responden : “Sudah” Peneliti : ”Metode apa saja yang sering digunakan? Bisa disebutkan!” Responden : “Dijelaskan dan mencatat” Peneliti : ”Apakah kamu suka dengan model belajar yang digunakan oleh guru kamu?” Responden : “Suka” Peneliti : ”Apakah kalian pernah protes dengan cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru kalian?” Responden : “kadang-kadang” Peneliti : ”Bagaimana caranya agar kalian merasa nyaman dengan proses pembelajaran di kelas?” Responden : “Diam dan memperhatikan pelajaran” Peneliti : ”Dengan adanya variasi belajar kalian suka dengan cara belajar yang dikelompokan? Mengapa, dan berikan alasannya!” Responden : “Suka, karena apabila dikelompokan, kalau ada tugas bisa dikerjakan
208
dengan kelompok” Peneliti : ”Bila dibuat kelompok-kelompok, apakah kalian bisa belajar dengan baik? Berikan alasan anda!” Responden : “Bisa, jadi semangat” Peneliti : ”Dari belajar kelompok, apa yang ingin kalian dapatkan?” Responden : “Ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan jadi bertambah” Peneliti : ”Apakah kamu sering ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru?” Responden : “Kadang-kadang” Peneliti : ”Bagaimana perasaan kamu?” Responden : “Senang” Peneliti : ”Apakah kamu sering menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar?” Responden : “Sering” Peneliti : ”Apakah kalian suka dengan pemberian tugas? Berikan alasan kamu!” Responden : “Suka, karena jika tugasnya susah jadi terselesaikan dengan mudah jika diskusi” Peneliti : ”Apakah kalian suka dengan diskusi?” Responden : “Suka” Peneliti : ”Apa yang kalian peroleh dari kegiatan diskusi tersebut?” Responden : “Bisa tukar pendapat dan informasi” Peneliti : ”Bila dalam pembelajaran dilakukan demonstrasi, apakah kalian suka?” Responden : “Suka” Peneliti : ”Mengapa?” Responden : “Jadi tambah paham jika maju” Peneliti : ”Apa yang kalian dapatkan dari model pembelajaran seperti itu?” Responden : “Materi yang diajarkan jadi lebih jelas dan mudah dimengerti” Peneliti : ”Apa menurut anda mudah dalam memahami pelajaran Menghitung dan
Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)?”
Responden : “Tadinya susah, tapi sekarang jadi mudah” Peneliti : ”Mengapa?” Responden : “Karena dalam diskusi diberi tugas, jadinya banyak latihan” Peneliti : ”Setelah diadakan diskusi, apa guru mengajar lebih baik dari sebelumnya?”
209
Responden : “Iya” Peneliti : ”Apakah kalian suka bertanya kepada guru bila kalian tidak paham dengan materi yang diajarkan?” Responden : “Suka” Peneliti : ”Apakah kalian selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru?”
Responden : “Iya” Peneliti : ”Apakah kalian paham dengan tugas tersebut?” Responden : “Paham, tapi jika ada kesulitan, ya bertanya” Peneliti : ”Apakah dengan pemberian tugas dan diskusi dapat membuat pemahaman konsep kalian lebih baik?” Responden : “Iya, tentunya jadi lebih paham dari sebelumnya” Peneliti : “Bila dilakukan diskusi apakah semua anak dapat aktif?” Responden : “Iya, semua aktif karena kami siap-siap jika dipanggil untuk mempresentasikan tugas dan menjawab pertanyaan” Peneliti : “Bagaimana dengan kamu sendiri?” Responden : “Saya ya aktif, kalau tidak aktif nanti tidak paham” Peneliti : ”Apakah kamu sering mengemukakan pendapat saat kegiatan diskusi dilakukan?” Responden : “Iya, jadi jika ada perhitungan yang salah hitung bisa langsung dibenarkan” Peneliti : ”Apakah anda selalu ikut mengerjakan setiap tugas yang diberikan?”
Responden : “Iya” Peneliti : ”Bila kamu tidak mengerti dengan materi atau tugas yang dipelajari, apa yang akan kamu lakukan?” Responden : “Bertanya pada teman satu kelompok” Peneliti : ”Apakah kalian suka bila diminta untuk membacakan tugas di depan kelas? Berikan alasannya!” Responden : “Suka,kKarena bisa menunjukkan jawaban kita dan bisa dapat masukan jika ada yang salah perhitungannya” Peneliti : ”Apa yang ingin kalian dapatkan dari setiap akhir pembelajaran?” Responden : “Pemahaman dan jadi tambah cermat dalam mengerjakan tugas dan soal ulangan”
210
Lampiran 59. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (Catatan Wawancara ke- 3)
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA
(Catatan Wawancara ke- 3) Responden : Guru Mata Pelajaran Menghitung dan Merencanakan
Konstruksi Beton (MMKB) kelas XI TGB SMKN 5 Surakarta
Nama Guru : Drs. Purwanto S.T
Kegiatan : Memperoleh gambaran secara jelas mengenai pembelajaran
Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
setelah diterapan Model Kooperatif Dengan Metode NHT
dalam untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada akhir
siklus II
Hari/tanggal : Sabtu, 5 Juni 2010
Pukul : 09.00 – 09.30
Tempat : Ruang Guru Bidang Keahlian Bangunan SMK Negeri 5 Surakarta TRANSKRIP WAWANCARA
Peneliti : “Apakah dalam pembelajaran MMKB, bapak sudah menggunakan berbagai macam metode atau model ?” Responden : “Sudah” Peneliti : “Biasanya metode atau model apa yang sering bapak gunakan ? Bisa disebutkan ?” Responden : “Untuk mata pelajaran MMKB yang sering digunakan pastinya ceramah dan penugasan. Pada semester ganjil banyak materi hafalan dan pemahaman konsep dasar tapi dalam semester genap ini semua materinya langsung kepada perhitungan / perencanaan, jadinya lebih banyak penugasan” Peneliti : “Apakah dari penggunaan berbagai metode itu bisa menumbuhkan keingintahuan siswa ?” Responden : “Bisa, tetapi kadang anak itu biasanya sulit untuk bertanya” Peneliti : “Kenapa anak sulit untuk aktif bertanya ?” Responden : “Mungkin malu dan takut salah bertanya” Peneliti : “Bagaimana dengan pengaruhnya terhadap belajar siswa sendiri ?”
211
Responden : “Akhirnya kita harus membawa anak supaya anak itu bertanya” Peneliti : “Jadi harus dirangsang seperti itu supaya anak mau bertanya?” Responden : “Iya, harus dirangsang meskipun dengan dengan pertanyaan yang paling sederhana untuk mengarahkan kesitu dan kita harus pandai mencari pertanyaan yang pas buat anak karena siswa satu dengan lainya tidak sama dalam memahami materi” Peneliti : “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peserta didik sulit
memahami materi yang disampaikan?”
Responden : “Yang pasti faktor utamanya ialah kekurangsiapan siswa dalam
mengikuti pelajaran, sehingga siswa pemahaman siswa jadi tidak
maksimal”
Peneliti : “Apakah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode
NHT sudah mencerminkan konsepsi awal siswa?”
Responden : “Sudah, saya jadi terbantu dengan metode tersebut. Karena setiap saya menyampaikan garis besar materi, saya langsung memberikan contoh soal dan siswa yang saya panggil namanya harus maju, jadi saya amati secara tidak langsung terlihat siswa mau berusaha untuk menjawab pertanyaan” Peneliti : “Apakan respon dari siswa dari segi kesiapan belajar siswa baik ?” Responden : “Ya pastinya baik, siswa jadi seperti siap-siap dipanggil, karena saya memanggil siswa secara acak” Peneliti : “Adakah hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode NHT ?” Responden : “Ada, ketika saya harus menyebutkan secara acak nomor – nomor siswa dari tiap kelompok. Jadi harus berkonsentrasi lebih dalam mengorganisir nomor – nomor tersebut, agar setiap siswa dalam pembelajaran bisa rata sewaktu maju kedepan” Peneliti : “Apakah bapak sering memberikan tugas kepada siswa? Tolong Jelaskan ?” Responden : “Ya pasti ada, saya setiap pertemuan selalu memberikan tugas untuk dikerjakan secara kelompok. Karena materi MMKB itu sendiri lumayan susah bagi siswa untuk dipahami dikarenakan begitu banyak perhitungan dan langkah – langkah yang harus bisa dipahami”
212
Peneliti : “Kesulitan – kesulitan apa saja yang bapak hadapi selama pembelajaran berlangsung ?” Responden : “Anak kadang kurang teliti dalam menghitung dan menulis satuan” Peneliti : “Adakah faktor – faktor yang menghambat ketika diadakan diskusi kelompok ? ” Responden : “Ya ada, terkadang mereka ramai” Peneliti : “Tetapi dari adanya diskusi kelompok, apakah keaktifan siswa untuk bertanya dan mengemukakan jawaban jadi lebih baik ?” Responden : “Iya, mereka banyak bertanya ketika mereka dihadapkan dengan perhitungan yang prosesnya panjang dan menyetarakan satuan dan sewaktu maju mereka lumayan bisa mengemukakan jawabannya” Peneliti : “Lalu, langkah – langkah apa lagi yang bapak lakukan agar anak itu bisa lebih baik ?” Responden : “Ya selalu saya rangsang untuk bertanya dan saya memberikan pertanyaan dan secara bertahap mereka sudah terbiasa maju kedepan kelas dan kebiasan yang seperti itu yang saya harapkan dari pembelajaran ini” Peneliti : “Dari proses pembelajaran ataupun model dan metode yang digunakan,
apakah sering muncul permasalahan dan itu dari siapa ? Lalu
bagaimana bapak mensiasati untuk menyelesaikannya ?”
Responden : “Ya sering, dari siswa. Terkadang mereka bertanya mungkin pertanyaan diluar konteks. Tetapi anak yang serius dan yang tidak serius bisa terlihat dan saya mengsiasatinya dengan menunjuk siswa yang kurang serius / yang kurang memperhatikan untuk maju kedepan dan mengerjakan contoh soal yang saya buat ” Peneliti : “Apakah dalam penggunaan metode NHT membuat pembelajaran lebih mudah ?” Responden : “Iya... lebih mudah saya terbantu jika dibandingkan dengan ceramah. Kan tidak mungkin saya harus menjelaskan materi dari awal pembelajaran sampai jam pelajaran selesai. Tetapi jika dengan diskusi kan kita bisa lebih santai dan akrab dengan anak”
213
Lampiran 60. Foto Dokumentasi Proses Pembelajaran Siswa Kelas XI TGB SMK Negeri 5 Surakarta Siklus I dan II
Pembagian kelompok diskusi dan nomor untuk setiap anggota kelompok
Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan materi oleh guru
Siswa mencoba mengerjakan contol soal yang diberikan oleh guru
Siswa maju ke depan untuk menyelesaikan contoh soal yang diberikan oleh guru
Siswa maju ke depan untuk menyelesaikan contoh soal yang diberikan oleh guru
Kelompok 1 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 1
214
Kelompok 2 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 1
Kelompok 3 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 1
Kelompok 4 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 1
Kelompok 5 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 1
Proses diskusi dalam mengerjakan lembar tugas 1 Perwakilan anggota dari setiap kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
215
Kelompok 3 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 3
Kelompok 1 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 2
Suasana kelas ketika diskusi kelompok dengan metode NHT dilaksanakan
Kelompok 3 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 2
Suasana kelas ketika diskusi kelompok dengan metode NHT dilaksanakan
Suasana kelas ketika diskusi kelompok dengan metode NHT dilaksanakan
FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN PADA SIKLUS II
216
Suasana kelas ketika siswa berdiskusi secara kelompok dalam mengerjakan lembar tugas 4
Suasana kelas ketika diskusi kelompok dengan metode NHT dilaksanakan
Kelompok 5 yang sedang berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar tugas 3
Kerjasama kelompok siswa dalam mengerjakan lembar tugas 3
Kerjasama kelompok siswa dalam mengerjakan lembar tugas 3
Perwakilan anggota dari setiap kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Suasana ke
Suasana kel
elas XI TGBKognit
las XI TGB kKogniti
ketika diadatif II”
ketika diadaf II”
akan ”Tes
akan ”Tes
Su
Si
uasana kelas
iswa kelas XTahun
XI TGB ketKognitif I
XI Teknik Gan ajaran 200
2
tika diadakaII”
ambar Bangu9 / 2010
217
n ”Tes
unan
218
Wawancara pada tanggal 29 Mei 2010 dengan siswa kelas XI TGB yang bernama Nolan Enggarani, pasca siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan
metode NHT.
Wawancara pada tanggal 27 Mei 2010 dengan siswa kelas XI TGB yang bernama Agus Supriyanto, pasca siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan metode NHT.
DOKUMENTASI WAWANCARA PASCA SIKLUS II
Lampiran 61. Foto Dokumentasi Wawancara
219
Wawancara pada tanggal 5 Juni 2010 dengan bapak Drs. Purwanto, S.T, selaku guru mata pelajaran Menghitung dan Merencanakan Konstruksi Beton (MMKB)
pasca siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan metode NHT.
220
Lampiran 63. Surat Pengajuan Judul Skripsi
221
Lampiran 64. Surat Pengajuan Pembimbing I
222
Lampiran 65. Surat Pengajuan Pembimbing II
223
Lampiran 66. Daftar Hadir Kegiatan Seminar Skripsi
224
225
Lampiran 67. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi (Ketua Jurusan PTK)
226
Lampiran 68. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi (Pembantu Dekan I)
227
Lampiran 69. Surat Permohonan Ijin Research / Tru Out (Kepsek)
228
Lampiran 70. Surat Permohonan Ijin Research / Tru Out (DIKPORA)
229
Lampiran 71. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Surakarta